Anda di halaman 1dari 15

F2.

Kesehatan Lingkungan Sekolah

Latar belakang

Pengertian umum lingkungan sekolah adalah salah satu kesatuan lingkungan fisik, mental dan sosial dari
sekolah yang memenuhi syarat-syarat kesehatan sehingga dapat mendukung proses belajar mengajar
dengan baik dan menunjang proses pertumbuhan dan perkembangan murid secara optimal. Kesehatan
tidak dapat terlepas dari keadaan lingkungan. Kegiatan belajar mengajar akan terganggu bila berada
dalam lingkungan yang tidak sehat. Sebaliknya dilingkungan yang bersih, dan nyaman akan menunjang
kelancaran pelaksanaan kegiatan belajar mengajar. Ruang lingkup kesehatan lingkungan meliputi :
1)Lingkungan Sekolah/Madrasah yang sehat, 2) Lingkungan sehat dan pembinaannya,3) Air bersih, 4)
Pembuangan kotoran manusia, 5) Pembuangan air limbah, 6)Pembuangan sampah, 7) Pencemaran
lingkungan.

Permasalahan

Lingkungan sehat adalah suatu kondisi lingkungan yang dapat mendukung tumbuh kembangnya perilaku
hidup sehat dan dapat mempengaruhi kesehatan jasmani maupun rohani serta terhindar dari pengaruh
negatif yang dapat merusak kesehatan. Pembinaan lingkungan sekolah yang sehat dapat melalui
kegiatan intrakurikuler dan ekstrakurikuler. Kegiatan intrakurikuler terutama melalui pelajaran
penjaskes atau pendidikan kesehatan yang diintegrasikan kemata pelajaran itu. Kebiasaan yang
dilakukan sehari hari dapat mempengaruhi terjadinya penularan dan penyebaran penyakit. Sekolah
merupakan tempat pembelajaran bagi peserta didik untuk membiasakan diri berperilaku hidup bersih
dan sehat, untuk menurunkan resiko terkena penyakit tertentu. Beberapa perilaku hidup bersih dan
sehat itu antara lain : tidak merokok, buang sampah pada tempatnya, menjaga kebersihan diri, cuci
tangan pakai sabun, menjaga kebersihan lingkungan dan lainnya

Faktor lingkungan sekolah dapat mempengaruhi proses belajar mengajar, juga kesehatan warga sekolah.
Kondisi dari komponen lingkungan sekolah tertentu dapat menyebabkan timbulnya masalah kesehatan.
Faktor resiko lingkungan sekolah tersebut antara lain kondisi atap, dinding, lantai, dan aspek lainnya
sebagai berikut : air bersih, tempat cuci tangan, toilet umum, tempat pembuangan sampah, dan lain-
lainya

Perencanaan

Kondisi yang perlu disediakan oleh sekolah untuk memenuhi kriteria lingkungan sekolah sehat dapat
berupa, yaitu:

1. Kondisi atap dan talang

2. Kondisi dinding

3. Kondisi lantai
4. Pencahayaan dan ventilasi

5. Ketersediaan tempat cuci tangan dan air bersih

6. Toilet umum

7. Pengelolahan sampah

8. Sarana pembuangan air limbah

Pelaksanaan

Saya berkunjung ke Sekolah SD N 1 Wonoanti pada tangal 6 Februari 2020 untuk meninjau kondisi
kesehatan lingkungan sehat di Sekolah. Saya berkunjung dengan menemui Bapak Kepala sekolah berseta
staf guru di Sekolah tersebut yang hadir pada hari tersebut. Kondisi sekolah di SDN 1 Wonoanti cukup
bersih, sudah tersedia berbagai macam list yang harus di penuhu untuk terciptanya lungkungan sehat di
sekolah sepert contohnya air bersih, pengelolahan sampah, saranan pembuangan air limbah, toilet
umum dan sudah ketersediaannya tempat cuci tangan walaupun masih kurang karna jumlah peserta
didik yang banyak sehingga membutuhkan tempat cuci tangan yang lebih pula.

Selama kunjungan di sekolah di SDN 1 Wonoanti terlihat bersih dan rapi, disetiap sudut halaman
sekolah tidak terdapat sampah organik maupun anorganic.

Monitoring

Guru mempunyai peranan penting dalam pembinaan lingkungan sehat, antara lain dengan cara
memberikan pengetahuan praktis, bimbingan, dorongan, contoh dan teladan serta melakukan
pengamatan dan pengawasan terhadap siswa dalam penerapan dan pelaksanaan lingkungan sehat.

F3. Posyandu Balita dan Penyuluhan Tentang Anemia pada Wanita Usia Subur

Latar belakang

Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) yang
dikelola dari, oleh, untuk, dan bersama masyarakat, guna memberdayakan masyarakat dan memberikan
kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar. Upaya peningkatan
peran dan fungsi Posyandu bukan semata-mata tanggungjawab pemerintah saja, namun semua
komponen yang ada di masyarakat, termasuk kader. Peran kader dalam penyelenggaraan Posyandu
sangat besar karena selain sebagai pemberi informasi kesehatan kepada masyarakat juga sebagai
penggerak masyarakat untuk datang ke Posyandu dan melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat.

Kondisi anemia dapat meningkatkan risiko kematian ibu pada saat melahirkan, melahirkan bayi dengan
berat badan lahir rendah, janin dan ibu mudah terkena infeksi, keguguran, dan meningkatkan risiko bayi
lahir prematur.
Permasalahan

Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu) merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumber daya
Masyarakat (UKBM) yang dilaksanakan oleh, dari dan bersama masyarakat, untuk memberdayakan dan
memberikan kemudahan kepada masyarakat guna memperoleh pelayanan kesehatan bagi ibu, bayi dan
anak balita. Kegiatan posyandu terdiri dari kegiatan utama dan kegiatan pengembangan atau pilihan,
kegaitan utama mencakup kesehatan

ibu dan anak, keluarga berencana, imunisasi, gizi, pencegahan dan penanggulangan diare. Banyak
faktor-faktor yang mempengaruhi kedatangan ibu di posyandu seperti pengetahuan ibu tentang mafaat
posyandu, motivasi ibu untuk membawa anaknya ke posyandu, pekerjaan ibu, dukungan dan motivasi
dari kader posyandu dan tokoh masyarakat, sarana dan prasarana posyandu dan jarak posyandu
tersebut dari tempat tinggal.

Di antara faktor gizi yang berkontribusi terhadap anemia adalah kekurangan zat besi. Hal ini karena
konsumsi makanan yang monoton, namun kaya akan zat yang menghambat penyerapan zat besi
(phytates) sehingga zat besi tidak dapat dimanfaatkan oleh tubuh.

Perencanaan

Pada hari buka posyandu dilakukan pelayanan masyarakat dengan sistem 5 meja yaitu:

Meja I : Pendaftaran

Meja II : Penimbangan

Meja III : Pengisian KMS

Meja IV : Penyuluhan perorangan berdasarkan KMS

Meja V : Pelayanan kesehatan berupa:

• pemberian tablet tembah darah kepada ibu balita (wanita usia subur)

Petugas pada meja I dan IV dilaksanakan oleh kader PKK sedangkan meja V merupakan meja pelayanan
medis.

Pelaksanaan

Saya mengikuti kegiatan di posyandu balita yang dilaksanakan pada tanggal 11 Januari 2020 di Dusun
Bungur Desa Tulakan . Balita yang datang di posyandu berjumlah kurang lebih 30 balita, sesungguhnya
jumlah balita di Dusun Bungur ini kurang lebih 34 balita naun ada beberapa balita yang tidak datang.
Kegiatan posyandu balita di mulai pada pukul 08.00 sampai dengan pukul 10.00 WIB. saya mendapat
kesempatan juga untuk menyampaikan materi tentang "Anemia dan bagaimana penanggananya". Saat
berlangsungnya kegiatan posyandu ada beberapa balita yang batuk pilek dan setelah di periksa pasien
diberikan obat karena selain pemeriksaan KMS posyandu balita juga menyediakan obat. berian tablet
penambah darah kepada setiap ibu balita yang datang (wanita usai subur). Kegiatan posyandu balita
terlaksana dengan lancar dan balita diberikan pelayanan oleh kader dan bidan dengan baik.

Monitoring

Pemberian tablet tambah darah kepada kelompok WUS diharapkan masih menjadi prioritas program. Di
samping itu perlu adanya upaya penyuluhan tentang makanan seimbang, terutama makanan hewani
yang murah dan mudah diperoleh.

F3. Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS)

Latar belakang

Imunisasi adalah pemberian vaksin (virus yang dilemahkan) kedalam tubuh seseorang untuk
memberikan kekebalan terhadap penyakit tertentu. Ini diberikan dari awal lahir sampai masa kanak-
kanak. Upaya imunisasi telah diselenggarakan di Indonesia sejaktahun 1956. Mulaitahun 1977, upaya
imunisasi dikembangkan menjadi program pengembangan imunisasi dalam rangka pencegahan
penularan terhadap penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I yaitu Tuberkulosis, Difteri,
Pertusis, Campak, Polio Tetanus dan Hepatitis B.

Permasalahan

Pada tahun 2002, sebanyak 777 ribudiantara 202 ribu berasal dari negara ASEAN dan 15% dari kematian
campak tersebut berasal dari Indonesia. Imunisasi yang telah di peroleh pada waktu lahir belum cukup
untuk melindungi diri dari aneka penyakit, maka imunisasi ulangan perlu diberikan sampai usia anak
sekolah. Imunisasi lanjutan adalah imunisasi ulangan untuk meningkatkan tingkat kekebalan di atas
ambang perlindungan atau untuk memperpanjang masa perlindungan.

Perencanaan

Program BIAS untuk memberikan perlindungan kepada anak anak usia SD terhadap penyakitcampak,
difteri, dan tetanus. Karena itu, para guru dan orang tua perlu memberikan dukungan jika anaknya
mendapat imunisasi di sekolah oleh petugas puskesmas setempat. Bulanimunisasianaksekolah yang
disebut BIAS adalah bentuk operasional dari imunisasi lanjutan pada anak anak sekolah yang
dilaksanakan pada bulan tertentu setiap tahunnya dengan sasaran semua anak kelas 1,2, dan 3 di
seluruh Indonesia.
Pelaksanaan

Kegiatan BIAS yang saya ikuti pada tanggal 10 Desember 2019 yang dilaksanakan di SD MI
Muhammadyah Tulakan dengan peserta kelas 1A berjumlah 20 anak, kelas 1B berjumlah 20 anak, kelas
2 35 anak, dankelas 5 berjumlah kurang lebih 35 anak. Kegiatan ini dilaksanakan pada pukul 09.00
sampai dengan pukul 10.30 WIB.

Monitoring dan evaluasi

Evaluasi tertuama perlunya edukasi kepada orang tua tentang pentingnya imunisasi pada anak, karena
pada saat pelaksanaan banyak orang tua siswa takut terjadi hal-hal yang tidak diinginkan yang terjadi
pada anaknya. Hal ini juga perlu kerja sama dengan pihak orang tua dengan petugas kesehatan serta
para guru, agar para orang tua yakin untuk melaksanakan program imunisasi ini. Program BIAS
dievaluasi oleh tenaga medis, dokter puskesmas setempat yang bekerjasama dengan dinas kesehatan
setempat dan dilaporkan kedinas kesehatan kabupaten.

Peningkatan pengetahuan Masyarakat tentang penularan penyakit menular HIV Di Desa Wonoanti

Latar belakang

HIV dan AIDS adalah salah satu penyakit yang mematikan di dunia, termasuk di Indonesia. Pada tahun
2016, terdapat jumlah kasus baru di Indonesia untuk HIV sejumlah 32,711 sedangkan untuk kasus AIDS
sejumlah 7,864 terhitung hingga Maret 2016. Propinsi Jawa Timur berada di peringkat kedua setelah
provinsi DKI Jakarta dengan jumlah kumulatif kasus HIV 26,052 dan AIDS 14,499. Kurangnya informasi
mengenai ODHA adalah salah satu penyebab terjadi nya diskriminasi, sehingga muncul pandangan
negatif terhadap ODHA. Keberadaan ODHA (orang dengan HIV & AIDS) sendiri memiliki banyak
permasalahan sosial dalam kehidupannya. Baik dengan dirinya sendiri, keluarga, teman, lingkungan
tempat dia berada dan masyarakat.

Permasalahan

Banyaknya anggapan di masyarakat bahwa perempuanlah sebagai penyebab dan penyebar utama HIV
membuat stigma yang ada di masyarakat terhadap orang yang terkena HIV sangat buruk . Hal ini
membuat seseorang yang terkena HIV biasanya akan menarik diri dari masyarakat hal ini terjadi karena
ada perasaan takut dan tidak bisa menerima status HIV nya. Seseorang akan lebih menarik diri dan
menjadi pribadi yang tertutup apabila ditambah adanya stigma pada dirinya.

Untuk menghadapi masalah ini perlu dilakukan upaya-upaya berupa mengubah pandangan negatif di
masyarakat terutama pada remaja dengan menambah informasi informasi yang benar mengenai
penyakit ini. Informasi ini sangat penting sehingga tidak terjadi kecemasan, kekhawatiran atau bahkan
ketakutan terhadap penyebaran penyakit ini yang tidak benar. Sehingga pada akhirnya remaja dapat
aktif mendukung ODHA. Pada jurnal hubungan antara dukungan sosial yang diterima dengan
kebermaknaan hidup ODHA (2012), menunjukkan bahwa ada nilai positif pada pemberian dukungan
sosial kepada ODHA.

Perencanaan

Untuk menghadapi masalah ini perlu dilakukan upaya-upaya berupa mengubah pandangan negatif di
masyarakat dengan menambah informasi informasi yang benar mengenai penyakit ini. Informasi ini
sangat penting sehingga tidak terjadi kecemasan, kekhawatiran atau bahkan ketakutan terhadap
penyebaran penyakit ini yang tidak benar. Sehingga dilakukan perkumpulan warga di Desa Wonoanti
untuk diberikan informasi yang benar oleh tenaga kesehatan dari Puskesmas tentang kasus yang yang
sedang beredar di kalangan masyarakat yaitu bagaimana penyebaran HIV, penularan, faktor resiko,
gelaja dan pencegahan penularan HIV.

Pelaksanaan

Kegiatan pertemuan warga Wonoanti dilaksanakan pada tanggal 12 Desember 2019, di Balai Desa
Wonoanti, Kecamatan Tulakan, Kabaupaten Pacitan. Kegiatan ini dihadiri oleh kepala Puskesmas
Tulakan, Dokter Internship, Bagian Gizi, dan Masyarakat setempat. Acara ini dimulai pada pukul 09.00
sampai 12.00 hingga selesai Pada kesempatan ini saya memberikan materi tentang penyakit HIV AIDS
tentang bagaimana penyebaran HIV, penularan , faktor resiko , gelaja dan pencegahan penularan HIV.
Acara ini terlaksana secara lancar, banyak masyarakat yang datang dan sangat antusias mendegarkan
matrei dan tanya jawab seputar materi tentang penularan penyakit HIV yang saya sampaikan .Ada pun
rangkaian acara ini terdiri dari:

1. Sambutan kepala desa

2. Sambutan kepala puskesmas

3. Penyampaian materi

4. Diskusi tanya jawab

5. Penutup

Monitoring

Bentuk dukungan sosial yang diterima penderita HIV berbagai macam seperti mendapat dukungan
emosional, dukungan dalam bentuk bantuan barang yang berwujud, dukungan informasi, dukungan
kepercayaan diri dan mendapat dukungan dari komunitas sesama penderita HIV. Peran dukungan sosial
yang diterima penderita HIV adalah dengan adanya dukungan sosial, dapat meningkatkan kepercayaan
untuk terus semangat menjalani kehidupan dan kembali produktif dalam kehidupannya. Sehingga tidak
ada lagi warga yang mendiskriminasi atau mengucilkan penderita HIV AIDS.
Penyuluhan Pencegahan dan Penanggulangan Demam Berdarah Dengue (DBD) di Desa Kluwih

Latar belakang

Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus, dengan
akibat gangguan pada pembuluh darah kapiler dan sistem pembekuan darah, sehingga mengakibatkan
perdarahan-perdarahan. Angka

kematian penyakit ini cukup tinggi, karena seringnya terjadi perdarahan dan syok. Demam berdarah
adalah penyakit akut yang disebabkan oleh virus dengue, yang ditularkan oleh nyamuk. Penyakit ini
ditemukan di daerah tropis dan sub-tropis, dan menjangkit luas di banyak negara di Asia Tenggara.
Terdapat empat jenis virus dengue, masing-masing dapat menyebabkan demam berdarah, baik ringan
maupun fatal.

Permasalahan

Upaya-upaya untuk mengantisipasi dan menanggulangi berjangkitnya DBD di daerah-daerah telah ada
dilakukan oleh dinas terkait, seperti

case finding, penanganan kasus di Rumah Sakit dan Puskesmas, pemeriksaan spesimen dan fogging.
Namun pada kenyataannya penanganan DBD di tingkat masyarakat belum menunjukkan hasil yang
menggembirakan. Hal ini dilihat dari belum banyaknya masyarakat yang memahami dan melakukan
upaya penanganan yang tepat yakni melalui gerakan 3M Plus (menguras tempat penyimpanan air,
mengubur barang-barang bekas yang dapat menampung air dan menutup tempat-tempat
penampungan air keluarga serta tindakan plus; menggunakan kelambu, larvasida/abatisasi, pemantauan
jentik berkala (PJB), penggunaan repelant atau obat anti nyamuk, dll) sehingga angka kasus DBD ini
masih ada dan cukup tinggi.

Perencanaan

Upaya-upaya untuk mengantisipasi dan menanggulangi berjangkitnya DBD di daerah-daerah telah ada
dilakukan oleh dinas terkait, seperti

case finding, penanganan kasus di Rumah Sakit dan Puskesmas, pemeriksaan spesimen dan fogging.

Pelaksanaan

Kegiatanan ini dilaksanakan di Kantor Desa Kluwih dalam rangka acara rutin pertemuan kader yang
dilaksanakan pada tanggal 22 Januari 2020. Kagiatan ini dihadiri bapak kepala Desa Kluwih, Bidan Desa,
Kader Desa, Petugas Promkes dari Puskesmas dan saya sendiri sebagai Dokter Internship. Acara ini
dimulai dari Pukul 09.00-12.00 hingga selesai. Pada kesempatan ini saya menyampaikan materi tentang
Demam Berdarah Dengue dengan bertujuan agar semua kader memahami bagaimana penyebaran dari
penyakit DBD, gejala klinis dan bagaimana cara mencegahnya. Para kader aktif berdiskusi tentang
masalah ini.

Monitoring

Demam berdarah dengue masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Pengendalian
DBD yang utama adalah dengan memutus rantai penularan yaitu dengan pengendalian vektornya,
karena sampai saat ini vaksin dan obatnya belum ada. Vektor DBD yaitu nyamuk Aedes aegypti dan
Aedes albopictus pengendaliannya tidak mungkin berhasil dengan baik kalau hanya dilakukan oleh
sektor kesehatan, karena berbasis lingkungan dan nyamuk Aedes berkembang biak di wilayah
permukiman penduduk.

F4. Peninggkatan Pengetahuan Lansia Tentang Diet Pada Diabetes Militus

Latar belakang

Hiperglikemia adalah suatu kondisi medik berupa peningkatan kadar glukosa dalam darah melebihi
batas normal. Hiperglikemia merupakan salah satu tanda khas penyakit diabetes mellitus (DM),
meskipun juga mungkin didapatkan pada beberapa keadaan yang lain. Prolanis merupakan suatu sistem
pelayanan kesehatan dan pendekatan proaktif yang dilaksanakan secara terintegratif yang melibatkan
peserta, Fasilitas Kesehatan, dan BPJS Kesehatan dalam rangka pemeliharaan kesehatan bagi peserta
BPJS Kesehatan yang menderita penyakit kronis untuk mencapai kualitas hidup yang optimal dengan
biaya pelayanan kesehatan yang efektif dan efisien. Lansia adalah seseorang yang telah memasuki usia
60 tahun keatas. Lansia merupakan kelompok umur pada manusia yang telah memasuki tahapan akhir
dari fase kehidupannya. Proses penuaan adalah siklus kehidupan yang ditandai dengan tahapantahapan
menurunnya berbagai fungsi organ tubuh, yang ditandai dengan semakin rentannya tubuh terhadap
berbagai serangan penyakit yang dapat menyebabkan kematian misalnya pada sistem kardiovaskuler
dan pembuluh darah, pernafasan, pencernaan, endokrin dan lain sebagainya.

Permasalahan

Pertanyaan apa saja yang tidak boleh dimakan? sering muncul di benak penderita diabetes mellitus.
Karena banyak sekali pantangan makanan yang harus dijalankan oleh seorang penderita diabetes.
Selama ini pengertian pantangan makanan penderita diabetes adalah tidak boleh makan makanan yang
manis. Namun pada banyak penderita diabetes yang sudah merasa menghindari makanan manis
tersebut, kadar gula darah mereka tetap tinggi. Diabetes mellitus merupakan penyakit metabolik atau
yang sering disebut dengan metabolik sindrom, yaitu kombinasi dari berbagai macam kondisi, seperti
tekanan darah tinggi, kadar gula darah dan kolesterol yang tinggi. Diet dan penuaan mempunyai peran
besar dalam meningkatkan kualitas hidup dan proses penuaan. Dengan pembatasan jumlah asupan
kalori diet dapat memperpanjang usia hidup atau penyakit yang bersamaan dengan usia lanjut karena
akan menurunkan produksi radikal bebas. Diet juga dapat menurunkan penyakit kronis. Perubahan
tersebut pada umumnya mengaruh pada kemunduran kesehatan fisik dan psikis yang pada akhirnya
akan berpengaruh pada ekonomi dan sosial lansia.

Perencanaan

Pelaksanaan kegiatan dilaksanakan dengan sistem 3 meja, yakni:

1. Meja 1/ Pendaftaran

Pengukuran dan penimbangan berat badan dan tinggi badan

2. Meja 2

Melakukan pencatatan berat badan, tinggi badan dan indeks massa tubuh, serta dilakukan juga
pelayanan kesehatan seperti pengobatan sederhana dan rujukan kasus juga dilakukan.

3. Meja 3

Melakukan kegiatan penyuluhan atau konseling dan juga dapat dilakukan pelayanan pojok gizi.

Pelaksanaan

Saya mengikuti kegiatan prolanis ini yang dilaksanakan di Puskesmas Tulakan pada tanggal 23 Januari
2020. Lansia yang mengikuti kegiatan Prolanis ini berjumlah kurang lebih 40 orang peserta, yang
didominasi oleh penyakit hipertensi dan diabetes melitus. Kegitan ini dilaksanakan pada pukul 08.00
sampai dengan pukul 11.00, kemudian saya memberikan penyuluhan tentang diet untuk penyakit
diabetes melitus. Selama pemberian materi para lansia sangat antusias dan aktif bertanya seputar diet
tentang penyakit diabetes melitus.

Monitoring

Dilaksanakannya prolanis diharapkanakan meningkatkan jangakuan pelayanan kesehatan pasien


penyakit kronis di masyarakat, sehingga terbentuk pelayanan kesehatan yang sesuai dengan
kebutuhan lansia. Selain itu, diharapkan pula kegiatan ini dapat mendekatkan pelayanan dan
meningkatkan peran serta masyarakat dan swasta dalam pelayanan kesehatan.

F4. Diet Hipertensi dan Diabetes Melitus pada Lansia

Latar belakang
Lansia adalah seseorang yang telah memasuki usia 60 tahun keatas. Lansia merupakan kelompok umur
pada manusia yang telah memasuki tahapan akhir dari fase kehidupannya. Proses penuaan adalah siklus
kehidupan yang ditandai dengan tahapantahapan menurunnya berbagai fungsi organ tubuh, yang
ditandai dengan semakin rentannya tubuh terhadap berbagai serangan penyakit yang dapat
menyebabkan kematian misalnya pada sistem kardiovaskuler dan pembuluh darah, pernafasan,
pencernaan, endokrin dan lain sebagainya. Posyandu lansia merupakan pengembangan dari kebijakan
pemerintah melalui pelayanan kesehatan bagi lansia yang penyelenggaraannya melalui program
puskesmas dengan melibatkan peranserta para lanisa, keluarga, tokoh masyarakat dan organisasisosial
dalam penyelenggaraannya. Program ini dilaksanakan setiap bulan yang langsung dilaksanakan dan
dievaluasi oleh petugas dari puskesmas terkait.

Permasalahan

Diet dan penuaan mempunyai peran besar dalam meningkatkan kualitas hidup dan proses penuaan.
Pada percobaan tikus dengan pembatasan jumlah asupan kalori diet dapat memperpanjang usia hidup
atau penyakit yang bersamaan dengan usia lanjut karena akan menurunkan produksi radikal bebas. Diet
juga dapat menurunkan penyakit kronis. Hal tersebut disebabkan seiring meningkatnya usia sehingga
terjadi perubahan dalam struktur dan fungsi sel, jaringan, serta sistem organ. Perubahan tersebut pada
umumnya mengaruh pada kemunduran kesehatan fisik dan psikis yang pada akhirnya akan berpengaruh
pada ekonomi dan sosial lansia. Dilaksanakannya posyandu lansia diharapkanakan meningkatkan
jangakuan pelayanan kesehatan lansia di masyarakat, sehingga terbentuk pelayanan kesehatan yang
sesuai dengan kebutuhan lansia. Selain itu, diharapkan pula kegiatan ini dapat mendekatkan
pelayanan dan meningkatkan peran serta masyarakat dan swasta dalam pelayanan kesehatan.

Perencanaan

Pelaksanaan kegiatan dilaksanakan dengan sistem 3 meja, yakni:

1. Meja 1/ Pendaftaran

Pengukuran dan penimbangan berat badan dan tinggi badan

2. Meja 2

Melakukan pencatatan berat badan, tinggi badan dan indeks massa tubuh, serta dilakukan juga
pelayanan kesehatan seperti pengobatan sederhana dan rujukan kasus juga dilakukan.

3. Meja 3

Melakukan kegiatan penyuluhan atau konseling dan juga dapat dilakukan pelayanan pojok gizi.

Pelaksanaan

Saya mengikuti kegiatan posyandu lansia ini yang dilaksanakan di Desa Ngumbul Kecamatan Tulakan
pada tanggal 7 Februari 2020. Lansia yang mengikuti kegiatan di posyandu lansia ini berjumlah
kurang lebih 40 orang peserta, yang didominasi oleh penyakit hipertensi dan diabetes melitus.
Kegitan ini dilaksanakan pada pukul 08.00 sampai dengan pukul 11.00, selama kegiatan saya
melakukan pengecekan Tekanan darah, anamnesis, pemeriksaan fisik singkat dan memberian obat.
Kemudian saya memberikan penyuluhan tentang diet untuk penyakit hipertensi dan diet untuk pasien
diabetes melitus. Selama pemberian materi para lansia sangat antusias dan aktif bertanya seputar diet
tentang penyakit hipertensi dan diabetes melitus.

Monitoring

Selama kegiatan posyandu pelayanan yang diberikan oleh para kader dan petugas kesehatan cukup
bagus, para lansia juga aktif mengikuti pelayanan. Jumlah lansia yang datang cukup banyak, namun
kadang angka kedatangan lansia bisa naik turun tergantung dengan musim bercocok tanam atau tidak.
Karena lansia lebih memilih untuk bertanam padi kesawah daripada mengikuti posyandu.

F2. Pembinaan Desa STBM “Menyulap Sampah Menjadi Barang Bernilai Ekonomis"

Latar belakang

Sanitasi Total BerbasisMasyarakat (STBM) Merupakan pendekatan untuk mengubah perilaku hygiene
dan sanitasi melalui pemberdayaan masyarakat dengan metode pemicuan. Program STBM memiliki
indikator outcome and output. Indikator outcome STBM yaitu menurunnya kejadian penyakit diare dan
penyakit berbasis lingkungan lainnya yang berkaitan dengan sanitasi dan perilaku. Sedangkan indikator
output STBM adalah sebagai berikutini:

a.Setiap individu dan komunitas memiliki akses terhadap sarana sanitasi dasar sehingga dapat
mewujudkan komunitas yang bebas dari buang air di sembarang tempat (ODF).

b. Setiap rumah tangga telah menerapkan pengelolaan air minum dan makanan yang aman di rumah
tangga.

c. Setiap rumah tangga dan sarana pelayanan umum dalam suatu komunitas tersedia fasilitas cuci
tangan sehingga semua orang mencuci tangan dengan benar.

d. Setiap rumah tangga mengelola limbah rumah tangganya dengan benar.

e. Setiap rumah tangga mengelola sampahnya dengan benar.

Permasalahan

Masih banyaknya masyarakat yang melihat sanitasi bukan sebagai prioritas. Mereka lebih
mementingkan belanja kebutuhan pokok, kebutuhan sekolah dan lainnya. Masih kurangnya pihak yang
mau terlibat untuk memastikan bahwa masalah sanitasi sangat mendesak. Banyak orang menganggap
sampah plastik atau kering adalah hal yang tak berguna sehingga bermuara ke tempat pembuangan.
Sampah bisa memiliki nilai ekonomis asalkan dikelola dengan baik. jika sampah dikelola dengan baik,
dan diubah sedemikian rupa sehingga memilki manfaat, akan melahirkan serta menguatkan rumah
industri perihal pengelolaan sampah. Dengan begitu, bakal memperluas lapangan pekerjaan.

Perencanaan

Kader dari sebuah desa yang telah dipilih untuk dijadikan desa STBM akan diberikan pelatihan dalam
rangka meningkatkan pengetahuan dan keterampilan masyarakat dalam mengolah sampah. Lewat
pelatihan berbasis kompetensi, masyarakat tidak hanya diberikan pemahaman cara memilah sampah
yang baik dan benar, tapi juga dibekali keterampilan membuat kerajinan dari sampah menjadi barang
bernilai ekonomi dan layak jual. Materi pelatihan yang fokus pada pembuatan souvenir dari barang
bekas/ limbah. Hasilnya berbentuk dompet dari plastik bekas, mangkok dari tempurung kelapa, dan pot
gantung dari sabut kelapa.

Pelaksanaan

Kegiatan STBM yang saya ikuti dilaksanakan pada tanggal 9 Desember 2019, di Desa Kluwih, Kecamatan
Tulakan, Kabaupaten Pacitan. Kegiatan ini dihadiri oleh pelatih kreasi dari Kabupaten Pacitan Barat.
Untuk acara pada hari ini pelatih kreasi akan memberikan pengetahuan cara pemilahan sampah dan
cara pembuatan kerajinan menjadi barang yang dapat digunakan kembali. Bahan yang telah disiapkan
adalah plastik bungkus kopi luwak sacet, kemudian akan di sulap menjadi barang yang bernilai guna
cukup tinggi seperti tas, dompet, sendal, taplak meja dan lainya yang memiliki daya jual cukup tinggi.
Acara ini terlaksana secara lancar,para kader aktif mendengarkan dan praktek langsung pengolahan
sampah plastik menjadi barang ekonomis yang layak jual.

Monitoring

Jika sampah dikelola dengan baik, dan diubah sedemikian rupa sehingga memilki manfaat, akan
melahirkan serta menguatkan rumah industri perihal pengelolaan sampah. Dengan begitu, bakal
memperluas lapangan pekerjaan

F3. Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS)

Latar belakang

Imunisasi adalah pemberian vaksin (virus yang dilemahkan) kedalam tubuh seseorang untuk
memberikan kekebalan terhadap penyakit tertentu. Ini diberikan dari awal lahir sampai masa kanak-
kanak. Upaya imunisasi telah diselenggarakan di Indonesia sejaktahun 1956. Mulaitahun 1977, upaya
imunisasi dikembangkan menjadi program pengembangan imunisasi dalam rangka pencegahan
penularan terhadap penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I yaitu Tuberkulosis, Difteri,
Pertusis, Campak, Polio Tetanus dan Hepatitis B.
Permasalahan

Pada tahun 2002, sebanyak 777 ribudiantara 202 ribu berasal dari negara ASEAN dan 15% dari kematian
campak tersebut berasal dari Indonesia. Imunisasi yang telah di peroleh pada waktu lahir belum cukup
untuk melindungi diri dari aneka penyakit, maka imunisasi ulangan perlu diberikan sampai usia anak
sekolah. Imunisasi lanjutan adalah imunisasi ulangan untuk meningkatkan tingkat kekebalan di atas
ambang perlindungan atau untuk memperpanjang masa perlindungan.

Perencanaan

Program BIAS untuk memberikan perlindungan kepada anak anak usia SD terhadap penyakitcampak,
difteri, dan tetanus. Karena itu, para guru dan orang tua perlu memberikan dukungan jika anaknya
mendapat imunisasi di sekolah oleh petugas puskesmas setempat. Bulanimunisasianaksekolah yang
disebut BIAS adalah bentuk operasional dari imunisasi lanjutan pada anak anak sekolah yang
dilaksanakan pada bulan tertentu setiap tahunnya dengan sasaran semua anak kelas 1,2, dan 3 di
seluruh Indonesia.

Pelaksanaan

Kegiatan BIAS yang saya ikuti pada tanggal 10 Desember 2019 yang dilaksanakan di SD MI
Muhammadyah Tulakan dengan peserta kelas 1A berjumlah 20 anak, kelas 1B berjumlah 20 anak, kelas
2 35 anak, dankelas 5 berjumlah kurang lebih 35 anak. Kegiatan ini dilaksanakan pada pukul 09.00
sampai dengan pukul 10.30 WIB.

Monitoring dan evaluasi

Evaluasi tertuama perlunya edukasi kepada orang tua tentang pentingnya imunisasi pada anak, karena
pada saat pelaksanaan banyak orang tua siswa takut terjadi hal-hal yang tidak diinginkan yang terjadi
pada anaknya. Hal ini juga perlu kerja sama dengan pihak orang tua dengan petugas kesehatan serta
para guru, agar para orang tua yakin untuk melaksanakan program imunisasi ini. Program BIAS
dievaluasi oleh tenaga medis, dokter puskesmas setempat yang bekerjasama dengan dinas kesehatan
setempat dan dilaporkan kedinas kesehatan kabupaten.

F4. Pemberian Vitamin A Pada Balita

Latar belakang
Masa balita merupakan masa yang paling penting dalam proses pertumbuhan dan perkembangan anak.
Pada masa ini diperlukan vitamin A dalam jumlah yang cukup untuk pertumbuhan dan daya tahan tubuh
terhadap penyakit. Kekurangan vitamin A dapat menurunkan sistem kekebalan tubuh balita serta
meningkatkan risiko kesakitan dan kematian. Kekurangan vitamin A juga merupakan penyebab utama
kebutaan pada anak yang dapat dicegah. Untuk mengurangi risiko kesakitan dan kematian pada balita
dengan kekurangan vitamin A, Pemerintah menyelenggarakan kegiatan pemberian vitamin A dalam
bentuk kapsul vitamin A biru 100.000 IU bagi bayi usia 6 (enam) sampai dengan 11 (sebelas) bulan,
kapsul vitamin A merah 200.000 IU untuk anak balita usia 12 (dua belas) sampai dengan 59 (lima puluh
sembilan) bulan, dan ibu nifas. Kapsul Vitamin A yang saat ini dikonsumsi bayi, anak balita, dan ibu nifas
belum memiliki standar sehingga diperlukan adanya peraturan mengenai standar kapsul vitamin A bagi
bayi, anak balita, dan ibu nifas.

Permasalahan

Masalah kekurangan vitamin A di Indonesia pada anak berusia balita saat ini dapat dikatakan sudah
mengalami perbaikan, karena hasil penelitian studi SEANUTS (2012) ditemukan kurang dari 5 persen
anak dengan kadar <20 ug/L. Perbaikan tersebut sangat berkaitan dengan strategi penanggulangan
kekurangan vitamin A (KVA) dengan pemberian suplementasi vitamin A yang dilakukan setiap bulan
Februari dan Agustus. Perbaikan prevalensi kekurangan vitamin A ini diharapkan diikuti perbaikan
cakupan vitamin A dan perbaikan kadar vitamin A serum pada anak balita, terutama sebelum maupun
selama dan sesudah pemberian kapsul vitamin A. Posyandu sebagai perpanjangan tangan dari
Puskesmas mempunyai peran yang cukup kuat sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan di tingkat
masyarakat perlu terus ditingkatkan dan diintegrasikan dengan program kesehatan yang lain.

Perencanaan

Perencanaan yang di lakukan :

1. Dosis Vitamin A

• Kapsul berwarna biru mengandung 100.000 SI vitamin A untuk anak berumur 6-11 bulan.

• Kapsul berwarna merah mengandung 200.000 SI vitamin A untuk anak berumur 12-59 bulan

2. Waktu pemberian

Pemberian vitamin A setiap 6 bulan, Mulai umur 6 bulan, anak-anak harus diberikan 1 dosis vitamin A
setiap 6 bulan sampai mencapai umur ulang tahun yang ke-5.

Pelaksanaan

Saya mengikuti kegiatan di posyandu balita yang dilaksanakan pada tanggal 17 Februari 2020 di Dusun
Ngumbul . Balita yang datang di posyandu berjumlah kurang lebih 35 balita, sesungguhnya jumlah balita
di Dusun Pinggir ini kurang lebih 38 balita namun ada beberapa balita yang tidak datang. Kegiatan
posyandu balita di mulai pada pukul 08.00 sampai dengan pukul 10.00 WIB. Pada kegiatan posyandu
balita ini yang dilaksanakan rutin diberikan tambahan vitamin A setiap 6 bulan sekali pada balita yang
berumur mulai 6 bulan sampai 5 tahun. Dan saya memberikan penyuluhan tentang mengapa perlunya
pemberian vitamin A pada balita. Kegiatan posyandu balita terlaksana dengan lancar dan balita
diberikan pelayanan oleh kader dan bidan dengan baik.

Monitoring dan evaluasi

Keberhasilan pemberian vitamin A pada balita di Posyandu balita memerlukan dukungan yang kuat dari
berbagai pihak, baik dukungan moril, materil, maupun finansial. Selain itu diperlukan adanya kerjasama,
tekanan dan pengabdian para pengelolanya termasuk kader. Apabila kegiatan Posyandu terselenggara
dengan baik akan memberikan kontribusi yang besar, dalam menurunkan angka kematian ibu, bayi, dan
anak balita.

Anda mungkin juga menyukai