Eksperimentasi Model Pembelajaran Jigsaw Metopen
Eksperimentasi Model Pembelajaran Jigsaw Metopen
Disusun Oleh :
Naila Ulya Darojah (K1317051)
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... ii
DAFTAR ISI ............................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah............................................................ 1
B. Identifikasi Masalah ................................................................. 4
C. Pembatasan Masalah ................................................................ 5
D. Rumusan Masalah ................................................................... 5
E. Tujuan Penelitian...................................................................... 6
F. Manfaat Penelitian.................................................................... 7
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS
A. Kajian Pustaka .......................................................................... 8
B. Kerangka Berpikir .................................................................... 29
C. Hipotesis ................................................................................... 31
iii
iv
ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
1
2
siswa hanya akan meniru cara penyelesaian guru tersebut. Sehingga disini peran
siswa kurang aktif dalam pembelajaran.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan dapat
diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut :
1. Pada mata pelajaran matematika sub materi kesebangunan, sebagian siswa
menyelesaikan masalah terkait sub materi tersebut dengan cara menghafalkan
rumus tanpa memahami konsep dengan benar, sehingga mereka akan
kesulitan ketika pengembangan soal yang membutuhkan penalaran dan diberi
kreasi soal baru. Hal yang seperti ini mengakibatkan prestasi belajar pada
mata pelajaran matematika rendah.
2. Rendahnya prestasi belajar pada sub materi kesebangunan dapat disebabkan
model pembelajaran yang digunakan guru mengakibatkan keaktifan siswa
berkurang. Terkait hal ini, dapat dilakukan penelitian dengan
membandingkan model pembelajaran langsung dan model pembelajaran
kooperatif yang dimungkinkan lebih dapat melibatkan keaktifan siswa.
3. Pelaksanaan model kooperatif melibatkan kecerdasan emosional siswa yang
memiliki latar belakang dan lingkungan yang berbeda dan interaksi yang
berbeda selama pelaksanaan pembelajaran. Sehingga dibutuhkan model
pembelajaran kooperatif yang selain dapat membantu meningkatkan keaktifan
siswa juga memperhatikan kecerdasan emosional siswa.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah, agar permasalahan yang dikaji dalam
penelitian ini lebih terarah dan tidak menyimpang dari apa yang menjadi tujuan
dilaksanakannya penelitian, maka penelitian ini dibatasi pada hal-hal sebagai
berikut :
1. Model pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini dibatasi pada model
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw untuk kelas eksperimen dan model
pembelajaran langsung untuk kelas kontrol.
2. Kecerdasan emosional meliputi aspek kesadaran diri, motivasi, empati, dan
kecakapan sosial dan kemampuan menyesuaikan diri dalam lingkungannya.
5
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah, maka permasalahan
yang akan diteliti dirumuskan sebagai berikut :
1. Manakah yang menghasilkan prestasi belajar lebih baik antara model
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan model pembelajaran langsung pada
sub materi kesebangunan.?
2. Manakah yang menghasilkan prestasi belajar lebih baik antara siswa yang
memiliki tingkat kecerdasan emosional tinggi, sedang, rendah pada sub
materi kesebangunan ?
3. Pada masing-masing model pembelajaran ( model pembelajaran kooperatif
tipe Jigsaw dan model pembelajaran langsung), manakah yang menghasilkan
prestasi belajar lebih baik antara siswa dengan kecerdasan emosinal tinggi,
sedang dan rendah ?
4. Pada masing-masing kecerdasan emosional ( kecerdasan emosional tinggi,
sedang, dan rendah), manakah yang menghasilkan prestasi belajar
matematika lebih baik antara model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw atau
pembelajaran langsung ?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas, tujuan yang ingin dicapai dari
penelitian ini adalah sebagai berikut :
6
F. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini antara lain :
1. Teoritis
Hasil penelitian ini diharapakan mampu memberikan kontribusi dalam
peningkatan hasil belajar matematika siswa.
2. Praktis
a. Bagi guru ataupun calon guru matematika, dapat dijadikan masukan dalam
menentukan model pembelajaran yang tepat, dan dapat menjadikan
masukan kepada guru bahwa model pembelajaran Jigsaw dapat digunakan
sebagai model pembelajaran alternatif untuk meningkatkan prestasi belajar
dan dapat digunakan sebagai alternatif dalam proses belajar mengajar
untuk meningkatkan kualitas pendidikan.
b. Bagi siswa, siswa terdorong untuk aktif dalam proses pembelajaran,
mengoptimalkan berpikir positif dalam mengembangkan dirinya untuk
7
A. Kajian Pustaka
1. Prestasi
Setiap siswa berhak mendapat prestasi atas semua usaha yang telah
dilakukannya sebagai suatu bukti atau hasil yang telah dicapai setelah
proses belajar dilakukan. Prestasi berasal dari bahasa Belanda yaitu
prestatie yang berarti hasil usaha. Berikut ini beberapa pendapat tentang
pengertian prestasi.
a. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008), “Prestasi adalah hasil
yang telah tercapai dari yang telah dilakukan, dikerjakan, dan
sebagainya”.
b. Sutratinah dalam Nur Rochmah Fad’jrin (2009) mengemukakan
bahwa “Prestasi adalah hasil pengukuran serta penilaian usaha belajar.
Prestasi belajar ini dinyatakan dalam bentuk angka, huruf, maupun
simbol pada tiap periode tertentu”.
c. Zaenal Arifin dalam Nur Rochmah Fad’jrin
(2009) mengemukakan bahwa “Prestasi adalah hasil dari kemampuan,
keterampilan, dan sikap seseorang dalam menyelesaikan suatu hal”.
Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa prestasi
adalah hasil dari kemampuan, ketrampilan, dan sikap seseorang yang telah
tercapai dalam menyelesaikan suatu hal, yang dinyatakan dalam bentuk
angka, huruf, maupun simbol pada tiap periode tertentu.
8
9
2. Belajar
3. Prestasi Belajar
Dalam bidang pendidikan, prestasi yang diperoleh oleh siswa
disebut dengan istilah prestasi belajar. Prestasi belajar adalah penguasaan
pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan melalui mata
pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang
diberikan oleh guru (KBBI, 2008). Sutratinah Tirtonegoro dalam Nur
Rochmah Fad’jrin (2009) mengemukakan bahwa, “Prestas belajar adalah
10
4. Hakikiat Matematika
Matematika merupakan pelajaran yang sudah dikenalkan kepada
anak sejak usia dini. Matematika dapat diungkapkan sebagai ilmu yang
berkaitan dengan bilangan berupa hubungan antar bilangan, prosedur
operasional untuk menyelesaikan masalah mengenai bilangan-bilangan
(KBBI, 2008). Purwoto dalam Nur Rochmah Fad’jrin (2009)
mengemukakan bahwa “Matematika adalah pengetahuan tentang pola
keteraturan pengetahuan struktur yang terorganisasikan mulai dari unsur-
unsur yang tidak didefinisikan ke unsur yang didefinisikan ke aksioma dan
postulat dan akhirnya ke dalil”
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
matematika adalah pengetahuan tentang pola keteraturan pengetahuan
struktur yang terorganisasikan mulai dari unsur-unsur yang tidak
didefinisikan ke unsur yang didefinisikan ke aksioma dan postulat dan
akhirnya ke dalil yang digunakan untuk menyelesaikan masalah mengenai
bilangan-bilangan.
1. Model Pembelajaran
Melalui model pembelajaran guru dapat membantu peserta didik
mendapatkan informasi, ide, keterampilan, cara berfikir, dan
mengekspresikan ide. Model pembelajaran berfungsi pula sebagai
pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para guru dalam
merencanakan aktivitas belajar mengajar.
a. Pengertian Model Pembelajaran
Menurut Agus Suprijono (2010:46), model pembelajaran ialah pola
yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran
dikelas maupun tutorial. Menurut Arends, model pembelajaran mengacu
pada pendekatan yang akan digunakan, termasuk didalamnya tujuan-
tujuan pembelajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran,
lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas. Melalui model
pembelajaran guru dapat membantu peserta didik mendapatkan informasi,
ide, keterampilan, cara berfikir, dan mengekspresikan ide. Model
pembelajaran berfungsi pula sebagai pedoman bagi para perancang
pembelajaran dan para guru dalam merencanakan aktivitas belajar
mengajar. Dalam proses belajar banyak model pembelajaran yang dipilih
sesuai dengan materi yang disampaikan oleh guru.
Menurut Joyce dalam Trianto (2007 : 5) mengemukakan bahwa
model pembelajaran diartikan sebagai suatu perencanaan yang digunakan
sebagai pedoman dalam perencanaan pembelajaran di kelas dan untuk
menentukan perangkat pembelajaran termasuk didalamnya buku – buku,
film, komputer, kurikulum, dll. Joyce juga menyatakan bahwa setiap
model pembelajaran mengarahkan kita kedalam mendesain pembelajaran
untuk membantu siswa sehingga tujuan pembelajaran tercapai.
Dari pengertian model pembelajaran oleh beberapa ahli dapat
disimpulakan bahwa model pembelajaran adalah keseluruhan rangkaian
12
b. Melakukan demonstrasi
Guru sepenuhnya mendemonstrasikan pembelajaran pada
sub materi kesebangunan tanpa adanya keaktifan dari siswa,
siswa menerima keseluruhan metri dari penjelasan guru. Disini
guru sepenuhnya menguasai konsep atau keterampilan yang akan
didemonstrasikan, dan melakukan demonstrasi untuk menguasai
komponen-komponen dalam sub materi kesebangunan.
3. Menyediakan latihan terbimbing
Salah satu tahap penting dalam pengajaran langsung adalah
cara guru mempersiapkan dan melaksanakan “pelatihan terbimbing”
tentang sub materi kesebangunan. Latihan terbimbing dapat
meningkatkan retensi, membuat belajar berlangsung dengan lancar,
dan memungkinkan siswa menerapkan konsep/ keterampilan
kesebangunan pada situasi yang baru.
4. Menganalisis pemahaman dan memberikan umpan balik
20
sampai enam orang secara heterogen dan siswa bekerja sama saling
ketergantungan positif dan tanggung jawab secara mandiri. Ide utama dari
belajar cooperative learning adalah siswa bekerja sama untuk belajar
bertanggung jawab pada kemajuan belajar temannya.
Menurut Eliot Aronson (dalam Isjoni, 2013 : 79), menyatakan
bahwa Jigsaw adalah pembelajaran kooperatif dimana setiap siswa
menjadi seorang anggota dalam bidang tertentu, kemudian membagi
pengetahuannya kepada anggota lain dari kelompoknya agar setiap orang
akhirnya dapat mempelajari konsep-konsep. Menurut Lie (dalam
Suprihatiningrum, 2013 : 206), teknik mengajar Jigsaw dikembangkan
oleh Aronson et al. sebagai cooperative learning. Teknik ini
mengggabungkan kegiatan membaca, menulis, mendengarkan, dan
berbicara. Teknik ini cocok untuk semua kelas atau tingkatan.
Kooperatif tipe Jigsaw ini didesain untuk meningkatkan rasa
tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga
pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang
diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan
materi tersebut pada anggota kelompoknya. Dengan demikian siswa saling
tergantung satu dengan yang lain dan harus bekerjasama secara kooperatif
untuk mempelajari materi yang ditugaskan.
Dari pendapat beberapa ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa
model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah model pembelajaran
dengan membagi siswa dalam beberapa kelompok belajar yang heterogen
beranggotakan 4-6 orang disesuaikan dengan jumlah sub materi dimana
setiap siswa bertanggungjawab kepada satu timnya untuk memberikan
informasi yang diperlukan supaya berkinerja baik pada prose
pembelajaran.
b. Ciri Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
Menurut Suyatno dalam Febriani (2013) pembelajaran kooperatif
tipe jigsaw memiliki cir-ciri sebagai berikut:
1) Setiap anggota tim terdiri dari 3-6 orang yang disebut kelompok asal,
24
2.
a b c d a b c d a b c d
a b c d
a a a a b b b b c c c c d d d d
Kelompok ahli
5. Rekognisi tim
Setelah diadakan kuis, guru mengumumkan skor perbaikan individu
dan skor kelompok serta memberikan penghargaan kepada kelompok
yang memperoleh skor tertinggi. Penskoran dalam jigsaw sama seperti
penskoran dalam STAD.
Slavin (2008: 159) mengemukakan kriteria dalam menetukan
peningkatan skor individu siswa seperti dalam tabel di 2.1 berikut ini :
Tabel 2.1 Poin Kemajuan Individu
Untuk menghitung skor tim, guru mencatat poin kemajuan semua anggota
tim pada lembar rangkuman tim, kemudian menentukan rata-rata poin tim.
Skor tim lebih bergantung pada skor kuis.
d. Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Jigsaw
Pada model pembelajaran kooperatfi tipe Jigsaw memiliki
kelebihan sebagai berikut :
1) Dalam kelas kooperatif siswa dapat berinteraksi dengan teman
sebayanya dan juga gurunya sebagai pembimbing;
2) Motivasi teman sebaya dapat digunakan secara efektif untuk
meningkatkan pembelajaran kognitif dan pertumbuhan efektif siswa;
3) Menumbuhkan tanggung jawab siswa;
4) Mendorong siswa aktif dan saling membantu dalam menguasai materi
pelajaran;
5) Dapat mengoptimalkan manfaat belajar kelompok.
Adapun kelemahan dalam model pembelajaran kooperatif tipe
Jigsaw antara lain :
1) Kegiatan pembelajaran membutuhkan waktu yang lebih banyak;
2) Keadaan kelas cenderung gaduh atau ramai ketika siswa kurang
memanfaatkan waktu sebaik mungkin untuk belajar kelompok;
3) Tidak semua materi pelajaran dapat menggunakan model ini.
5. Rekognisi tim
Setelah diadakan kuis, guru mengumumkan skor perbaikan individu
dan skor kelompok serta memberikan penghargaan kepada kelompok
yang memperoleh skor tertinggi. Penskoran dalam jigsaw sama seperti
penskoran dalam STAD.
Slavin (2008: 159) mengemukakan kriteria dalam menetukan
peningkatan skor individu siswa seperti dalam tabel di 2.1 berikut ini :
Tabel 2.1 Poin Kemajuan Individu
Untuk menghitung skor tim, guru mencatat poin kemajuan semua anggota
tim pada lembar rangkuman tim, kemudian menentukan rata-rata poin tim.
Skor tim lebih bergantung pada skor kuis.
5. Kecerdasan Emosional
Kecerdasan merupakan salah satu anugerah dari Tuhan Yang Maha
Kuasa kepada manusia dan menjadikannya salah satu kelebihannya
dibanding makhluk lain. Dengan kecerdasan, manusia dapat meningkatkan
kualitas hidupnya yang semakin kompleks melalui proses berpikir dan
belajar. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kecerdasan adalah
“perihal cerdas; kesempurnaan perkembangan akal budi (seperti
kepandaian, ketajaman, pikiran)”.
Emosional menurut KBBI adalah “menyentuh perasaan,
mengharukan”. Menurut Goleman (2005: 303) emosi merujuk pada suatu
perasaan dan pikiran yang khas, suatu keadaan biologis dan psikologis
serta serangkaian kecenderungan untuk bertindak. Emosi pada dasarnya
adalah dorongan untuk bertindak.
Kecerdasan emosional menurut Goleman (2005: 303) berarti
kemampuan memotivasi diri sendiri dan bertahan menghadapi frustasi;
mengendalikan dorongan hati dan tidak melebih-lebihkan kesenangan,
mampu mengatur suasana hati dan menjaga agar beban stress tidak
melumpuhkan kemampuan berfikir, berempati, dan berdoa.
Menurut Goleman (2005: 304), ciri-ciri kecerdasan emosional ada
5 komponen, yaitu sebagai berikut:
a. Kesadaran diri, yaitu mengetahui apa yang kita rasakan pada suatu saat
dan menggunakannya untuk memandu pengambilan keputusan diri sendiri,
memiliki tolak ukur yang realistis atas kemampuan diri dan kepercayaan
diri yang kuat.
32
6. Tinjauan Materi
a. Pengertian Kesebangunan
Untuk membuktikan dua buah bangun datar sebangun dapat dilakukan jika
memenuhi salah satu syarat di bawah ini :
a. Pasangan sisi yang bersesuaian mempunyai perbandingan yang sama, yaitu:
Jadi :
Contoh :
Dengan menggunakan rumus phytagoras maka panjang sisi yang belum kita
ketahui dapat kita cari AC = 6 dan QR = 5.
Ada dua cara untuk membuktikan dua bangun segitiga di atas sebangun :
Cara 1 :
DE/AB = CD/CA
DE/AB = CE/CB
CD/DA = CE/EB
Jika garis-garis yang melengkung saling dikalikan maka hasilnya sama dengan
garis lurus yang dobel yang dikuadratkan. arah panah garis yang lurus selalu
menuju ke sisi miring segitiga siku-siku. Kemudian dilanjutkan dengan garis
lengkung pendek lalu garis lengkung panjang. Ingat polanya jangan menghafal
hurufnya.
AD2 = DB . DC
AC2 = CD . CB
AB2 = BD . BC
B. Kerangka Berpikir
39
Model Pembelajaran
Prestasi Belajar
Matematika
Kecerdasan Emosional
Siswa
1. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kajian pustaka kerangka berpikir dan permasalahan
yang diajukan maka dapat disusun hipotesis sebagai berikut :
1. Pembelajaran matematika dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw
menghasilkan prestasi belajar lebih baik dibandingkan dengan model
pembelajaran langsung pada sub materi kesebangungan.
2. Prestasi belajar matematika siswa yang memiliki tingkat kecerdasan
emosional tinggi lebih baik dibandingkan dengan siswa yang memiliki
tingkat kecerdasan emosional sedang, dan prestasi belajar matematika siswa
yang memiliki tingkat kecerdasan emosional sedang lebih baik dibandingkan
dengan siswa yang memiliki tingkat kecerdasan emosional rendah pada sub
kesebangunan.
3. Pada model pembelajaran langsung, siswa dengan kecerdasan emosional
tinggi mempunyai prestasi lebih baik dibandingkan siswa dengan kecerdasan
emosional sedang dan kecerdasan emosional rendah , sedangkan siswa
dengan kecerdasan emosional sedang mempunyai prestasi lebih baik
dibandingkan siswa dengan kecerdasan emosional rendah. Pada model
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw , siswa dengan kecerdasan emosional
tinggi mempunyai prestasi lebih baik dibandingkan siswa dengan kecerdasan
emosional sedang dan rendah, sedangkan siswa dengan kecerdasan emosional
sedang mempunyai prestasi lebih baik dibandingkan siswa dengan kecerdasan
emosional rendah.
4. Siswa dengan kecerdasan emosinal tinggi yang diberi model pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw akan menghasilkan prestasi belajar yang sama baiknya
dengan model pembelajaran langsung. Sedangkan pada siswa yang memiliki
tingkat kecerdasan emosional sedang maupun rendah dengan model
pembelaharan kooperatif tipe Jigsaw mengasilkan prestasi belajar lebih baik
daripada model pembelajaran langsung pada sub materi kesebangunan.
45
BAB III
METODE PENELITIAN
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian ini dibagi menjadi tiga tahap, yaitu tahap persiapan,
pelaksanaan, penyelesaian. Tiga tahap tersebut dapat diuraikan sebagai
berikut:
a. Tahap persiapan
Tahap persiapan pada penelitian ini terdiri dari penyusunan proposal
penelitian, perijinan penelitian, penyusunan instrumen penelitian, survey
tempat penelitian, dan uji coba instrumen. Tahap ini dilaksanakan pada
bulan Juli sampai dengan Oktober 2019.
b. Tahap pelaksanaan
Tahap pelaksanaan pada penelitian ini terdiri dari pengambilan data
kecerdasan emosional siswa pada awal bulan Oktober 2019, pemberian
data perlakuan yang dilaksanakan pada bulan Oktober-November 2019
dan pengambilan data prestasi belajar Matematika dilaksanakan pada
bulan November 2019.
c. Tahap penyelesaian
46
Tahap penyelesaian pada penelitian ini terdiri dari proses analisis data dan
penyusunan laporan. Tahap ini dilaksanakan pada bulan September sampai
dengan Desember 2018.
Bulan
Jenis Kegiatan Ag No
Okt
Juli t Sept v Des Jan
6. Persiapan penelitian
a. Mengurus perizinan
b. Koordinasi dengan
kepala sekolah dan
guru
c. Menyusun angket dan
tes prestasi belajar
d. Melakukan uji coba
tes
e. Menganalisis hasil uji
coba dan merevisi tes
f. Finalisasi dan
penggandaan tes
7. Pelaksanaan penelitian
a. Mengadakan
pengukuran
kecerdasan emosional
b. Melakukan
eksperimen
c. Melakukan tes
prestasi
d. belajar
e. Analisis data hasil
f. eksperimen
8. Penyusunan laporan atau
skripsi
a. Menyusun draf
47
b. Mengetik naskah
9. Pelaksanaan ujian skripsi
dan revisi
B. Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk penelitian eksperimental semu karena
peneliti tidak memungkinkan menjaga variabel bebas dengan baik atau
tidak dapat mengendalikan semua variabel luaran yang relevan kecuali
variabel-variabel yang diteliti. Hal ini sesuai dengan pendapat Budiyono
(2017: 101) bahwa tujuan dari penelitian eksperimental semu adalah untuk
memperoleh informasi yang merupakan perkiraan (estimasi) bagi
informasi yang dapat diperoleh dengan eksperimen yang sebenarnya
dalam keadaan yang tidak memungkinkan untuk mengontrol semua
variabel luaran yang relevan.
Manipulasi variabel dalam penelitian ini dilakukan pada variabel
bebas yaitu pembelajaran matematika dengan model pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw pada kelas eksperimen dan pembelajaran langsung
pada kelas kontrol. Untuk variabel bebas yang lain yaitu kecerdasan
emosional siswa dijadikan sebagai variabel yang ikut memengaruhi
variabel terikat, yaitu prestasi belajar siwa pada sub materi kesebangunan.
C. Desain Penelitian
Pada akhir eksperimen kedua kelompok tersebut diukur dengan
menggunakan alat ukur yang sama, yaitu soal tes prestasi belajar matematika
pada sub materi kesebangunan. Hasil pengukuran tersebut digunakan sebagai
data eksperimen, kemudian data yang diperoleh diolah dan hasilnya
dibandingkan dengan tabel uji statistiknya.
48
Keterangan :
rxy : indeks daya beda
n : banyak subjek yang dikenai tes (_riteria_t)
X : skor untuk butir ke-i (dan subyek uji coba)/skor tes
Y : skor total (dari subyek uji coba)/skor _riteria
Soal dikatakan konsisten jika rxy ≥ 0,3 . Jika daya pembeda untuk
butir ke-i kurang dari 0,3 (rxy 0,3) maka butir tersebut tidak konsisten dan
harus dibuang.
(Budiyono, 2015: 43)
3. Uji Tingkat Kesukaran
Tingkat kesukaran dinyatakan dalam indeks kesukaran yaitu angka
yang menunjukkan proporsi siswa yang menjawab benar soal tersebut.
Indeks tingkat kesukaran untuk instrumen tes dirumuskan sebagai berikut :
B
P=
N
Keterangan :
P : Indeks tingkat kesulitan
B : banyak siswa menjawab benar
N : banyak seluruh siswa
Butir tes yang baik ketika indeks tingkat kesukarannya adalah
0,30 ≤ P ≤ 0,70.
(Budiyono, 2015: 99)
4. Uji Reliabilitas
Suatu instrumen disebut reliabel apabila hasil pengukuran dengan
instrumen tersebut adalah sama jika sekiranya pengukuran tersebut
dilakukan pada orang yang sama pada waktu yang berlainan atau pada
orang yang berlainan (tetapi mempunyai kondisi yang sama) pada waktu
yang sama atau pada waktu yang berlainan (Budiyono, 2015: 47). Kata
reliabel sering disebut dengan nama lain terpercaya, terandalkan, ajeg,
stabil, konsisten, dan lain sebagainya.
56
n s 2t −∑ pi qi
r 11 =
(n−1) ( s 2t )
Keterangan:
r 11 = indeks reliabilitas instrumen
n : banyaknya butir soal
s2t : variansi total
pi : proporsi banyaknya subyek yang menjawab benar pada butir ke-i
q i : 1- pi
Hasil pengukuran pada instrumen tes dikatakan reliabel apabila
besarnya indeks reliabilitas yang diperoleh telah melebihi nilai 0,70.
(Budiyono, 2015: 53)
Sedangkan untuk menghitung tingkat reliabilitas angket, dalam
penelitian ini digunakan rumus Alpha dari Cronbach, yaitu:
2
n ∑s
r 11 =
(n−1)(1− 2 i
st )
Keterangan:
r 11 = indeks reliabilitas instrumen
n : banyaknya butir soal
s2t : variansi total
pi : proporsi banyaknya subyek yang menjawab benar pada butir ke-i
q i : 1- pi
sp2= n 1 +n2 −2
Dengan :
t : harga statistik yang diuji t ~ t(n 1 + n 2 – 2)
X1 : rata-rata nilai ujian UTS siswa kelompok eksperimen
X2 : rata-rata nilai nilai ujian UTS siswa kelompok kontrol
s12 : variansi dari kelompok eksperimen
zi skor standar zi =
( X i − X́ )
:
s
s : standar deviasi
4) Daerah kritik:
DK = {L | Lα,n} dengan n ukuran sampel
5) Keputusan uji
59
H0 ditolak jika L ∈ DK
b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas digunakan untuk menguji apakah populasi
mempunyai variansi yang sama. Uji homogenitas dalam penelitian ini
digunakan metode Bartlett dengan statistik uji Chi Kuadrat sebagai
berikut:
1) Hipotesis
2
H0 : σ 21 =σ 22 = …= σ k (populasi-populasi homogen)
H1 : tidak semua variansi sama (populasi-populasi tidak homogen)
2) Taraf signifikansi: = 0,05
3) Statistik uji
k
χ =22 , 303
c [
f . log RKG−∑ f j log S 2j
j=1 ]
Dimana:
χ2~ χ2(k-1)
k : banyaknya populasi (banyaknya sampel)
f : derajat bebas untuk RKG = N – k
fj : derajat bebas untuk S j 2 = nj – 1
j : l, 2, ..., k
N : banyaknya seluruh nilai ( pengukuran )
nj : banyaknya pengukuran pada sampel ke-j
1 1 1
c=
1+
3 (k−1 ) [ ∑f −
j f ]
∑ SS i
RKG = ∑f j ;
2
(∑ X j )
SS j=∑ X 2j −
nj = (nj -1)s j2
4) Daerah kritik:
DK = {X 2 | X 2 > X 2α;k-1}
60
5) Keputusan uji
H0 ditolak jika X 2 ∈ DK
(Budiyono, 2016: 175-177)
3. Uji Hipotesis
Hipotesis penelitian ini dianalisa dengan analisis variansi dua jalan
dengan sel tak sama, dengan model sebagai berikut :
Xijk = µ + αi + βj + (αβ)ij + εijk
Dimana:
Xijk : data amatan ke-k pada baris ke-i dan kolom ke-j
μ : rerata dari seluruh data (rerata besar)
αi = µi – µ : efek baris ke-i pada variabel terikat
βj = µj – µ : efek kolom ke j pada variabel terikat
(αβ)ij = µij – (µ + αi + βj) : kombinasi efek baris ke-i dan kolom ke-j pada
variabel terikat
εijk : Deviasi data X ijk terhadap rataan populasinya (µ ijk) yang
berdistribusi normal dengan rataan 0
i : 1, 2,…..,p ; p: cacah baris A
j : 1, 2, 3, ……, q; q: cacah kolom B
k : 1, 2,3, ..., nij ; n ij : banyaknya data amatan pada setiap sel ij
Prosedur dalam pengujian dengan menggunakan analisis variansi
dua jalan dengan sel tak sama, yaitu :
a. Hipotesis:
Pada analisis variansi dua jalan terdapat tiga pasang hipotesis
yang perumusannya adalah sebagai berikut:
1) H0A : αi = 0 untuk setiap i = 1,2
(Tidak ada perbedaan efek antara baris (model pembelajaran)
terhadap variabel terikat (prestasi belajar matematika) pada sub
pokok bahasan kesebangunan)
H1A : paling sedikit ada α i ¿ 0
(Ada perbedaan efek antara baris (model pembelajaran) terhadap
variabel terikat (prestasi belajar siswa) pada sub pokok
61
kesebangunan)
2) H0B : β j = 0 untuk setiap j = 1,2,3
(Tidak ada perbedaan efek antara tingkat kecerdasan emosional
siswa terhadap prestasi belajar matematika siswa pada sub pokok
bahasan kesebangunan)
H1B : paling sedikit ada satu β j yang tak nol
(Ada perbedaan efek antara tingkat kecerdasan siswa terhadap
prestasi belajar matematika siswa pada sub kesebangunan)
3) H0AB : (αβ)ij = 0 untuk setiap i = 1,2 dan j = 1,2,3
(Tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran dan tingkat
kecerdasan emosional siswa pada sub pokok bahasan
kesebangunan)
H1AB : paling sedikit ada satu harga (αβ)ij yang tidak nol
(Terdapat interaksi antara model pembelajaran dan tingkat
kecerdasan emosional siswa pada sub pokok bahasan
kesebangunan)
b. Komputasi
a/b b1 b2 b3
a1 ab11 ab12 ab13
a2 ab21 ab22 ab23
Dengan :
a1 = pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw
a2 = pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran
langsung
b1 = kecerdasan emosional siswa tinggi
b2 = kecerdasan emosional siswa sedang
b3 = kecerdasan emosional siswa rendah
Pada analisis variansi dua jalan ini didefinisikan notasi – notasi sebagai
berikut:
62
SSij = (∑ X ij)
k
∑ X 2ij − nij
k
(b) = ∑ SS ij
ij
A2i
(c) = ∑
i q
B2j
(d) = ∑
j p
´ 2
(e) = ∑ AB ij
ij
2) Jumlah Kuadrat
63
RKB
2) Untuk H0B adalah Fb =
RKG
RKAB
3) Untuk H0AB adalah Fab =
RKG
d. Daerah Kritik
1) Daerah kritik untuk Fa adalah DK = { F∨F> F α , p −1 , N − pq }
2) Daerah kritik untuk Fb, adalah DK = { F∨F> F α , q−1 ,N − pq }
( X́ i− X́ j )2
Fi-j = 1 1
RKG [ + ]
ni nj
Dengan :
Fi-j = nilai Fobs pada pembandingan baris ke-i dan baris ke-j
X́ i = rataan pada baris ke-i
X́ j = rataan pada baris ke-j
RKG = rataan kuadrat galat
ni = ukuran sampel baris ke-i
nj = ukuran sampel baris ke-j
Sedangkan daerah kritik untuk uji tersebut adalah :
{ F∨F>( p−1) Fα , p−1, N − pq }
2) Komparasi rataan antar kolom
( X́ i− X́ j )2
Fi-j = 1 1
RKG [ + ]
ni nj
Sedangkan daerah kritik untuk uji tersebut adalah:
{ F∨F>(q−1) F α ,q −1 , N −pq }
3) Komparasi rataan antar sel pada kolom yang sama
Uji Scheffe untuk komparasi rataan antar sel pada kolom yang sama
adalah :
2
( X́ ij − X´kj )
Fij-kj = 1 1
RKG
[ +
nij nkj ]
Dengan :
Fij-kj = nilai Fobs pada pembandingan rataan pada sel ij dan rataan
pada sel kj
X́ ij = rataan pada baris ke-ij
X´ kj = rataan pada baris ke-kj
RKG = rataan kuadrat galat
nij = ukuran sampel baris ke-ij
66
I. Prosedur Penelitian
1. Persiapan
Persiapan merupakan tahap awal dalam melakukan penelitian ini.
Tahap persiapan dimulai dengan menemukan permasalahan penelitian terkait
pembelajaran matematika di tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP)
secara umum dan memilih sekolah yang akan dijadikan penelitian. Seelain
itu, mempersiapkan referensi buku, skripsi, tesis, jurnal, dan referensi lain
terkait pembelajaran yang diterapkan.
2. Pengajuan Proposal
Tahap kedua setelah persiapan adalah pengajuan proposal penelitian.
Penulisan proposal merupakan pengajuan untuk melakukan penelitian.
Prorposal penelitian berisikan latar belakang penelitian, kajian pustaka, teknik
dan analisis data yang akan diterapkan dalam penelitian.
3. Penyusunan Instrumen Penelitian
Penyusunan instrumen penelitian bertujuan untuk membantu
memperoleh data yang bisa dipertanggungjawabkan. Instrumen yang
67
DAFTAR PUSTAKA
68