PENDAHULUAN
1
BAB II
LAPORAN KASUS
2.1 IDENTIFIKASI
Nama : Ny. F
Umur : 64 th
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pekerjaan : IRT
Pendidikan : SMA
Status : Menikah
Alamat : Teluk Selat
Penglihatan mata kanan dan kiri mulai kabur sejak ± 1 tahun yang lalu.
2
Namun karena keluhan pasien rasakan belum menganggu, pasien tidak
berobat ke Rumah sakit.
± 6bulan yang lalu pasien mengeluh mata kanannya lebih kabur dari pada
yang sebelah kiri. Pasien merasa kabur saat melihat jauh dekat serta silau
lebih dirasakan ketika melihat cahaya, kabur saat membaca buku
sedangkan mata kiri masih agak terlihat saat membaca buku. Kemudian
pasien dibawa ke dokter dan diberi kacamata. Pasien measakan keluhan
kabur berkurang saat memakai kaca mata, lalu pasien tidak kembali
kontrol lagi.
±3 bulan yang lalu, pasien mulai merasa pandangan mulai terasa kabur
dan keluhan tersebut pada kedua mata, tetapi makin memberat pada mata
sebelah kanan. Kabur yang dirasakan saat melihat jauh dekat. Pasien juga
merasa seperti melihat kabut, merasa silau saat siang hari. Pasien juga
mengeluhkan pandangan terbatas dan terdapat yang mengganjal pada
kedua mata, mata merah (-), gatal pada mata (-), kotoran mata (-), nyeri
(-). Pasien juga mengeluhkan kadang mata berair dan gatal sehingga
aktivitasnya sehari hari sangat terganggu, lalu pasien dibawa berobat ke
RSUD Rd Mattaher Jambi.Riwayat trauma (-)
3
2.2.6 Riwayat Gizi
BB : 68 kg
TB : 160 cm
IMT :26.56 :
TB / BB : 160 cm / 68 kg
Suhu : afebris
2.3.2Penyakit Sistemik
4
Endokrin : Tidak ada keluhan
Pemeriksaan eksternal
OD OS
Visus Dasar 1/60 1/60
TIO : Digital TIDAK DILAKUKAN TIDAK DILAKUKAN
Kedudukan bola mata
Ortoforia Ortoforia
Duksi : baik
Duksi : baik
Versi : baik
Versi : baik
5
PalpebraInferior edema (-) edema (-)
Konjungtiva tarsus Papil (-), folikel (-), Papil (-), folikel (-),
lytiasis (-). lythiasis (-)
Konjungtiva Bulbi Injeksi (-), hiperemis (-) Injeksi (-),hiperemis (-)
Kornea Jernih, edem (-), ulkus (-), Keruh, edem (-), ulkus (-),
infiltrat (-) infiltrat (-)
Iris Sinekia ant & post (-), iris Sinekia ant &post (-), iris
tremulan (-) tremulan (-)
COA Fibrin (-), hipopion (-), Fibrin (-), hipopion (-),
flare (-) flare (-)
Pupil Bulat, reguler, D = 3 mm Bulat, reguler, D = 3 mm
Lensa Keruh seluruh lensa, Keruh sebagian lensa
Shadow test (-)
TONOMETRI TIDAK DILAKUKAN
DIGITAL
TONOMETRI TIDAK DILAKUKAN
SCHIOTZ
6
VISUAL FIELD TIDAK DILAKUKAN
FUNDUSKOPI TIDAK DILAKUKAN
Proyeksi cahaya Baik pada mata kanan dan kiri
2.4 RESUME
Katarak Komplikata
7
2.7 ANJURAN PEMERIKSAAN
2.8 PENATALAKSANAAN
2.9 PROGNOSIS
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
8
3.1. Defenisi
Katarak berasal dari bahasa Yunani Katarrhakies, Inggris Cataract, dan
latincataracta yang berarti air terjun. Dalam bahasa Indonesia disebut bular dimana
penglihatan seperti tertutup air terjun akibat lensa keruh.Katarak adalah setiap
kekeruhan atau berkurangnya tranparasi pada lensa. Normalnya lensa akan
mengkonvergensikan cahaya yang masuk. Kekeruhan pada lensa akan menyebarkan
ataupun menghambat cahaya. Jika kekeruhan sedikit dan letaknya di perifer, ini
hanya sedikit ataupun tidak akan mempengaruhi penglihatan.2-4,6
9
Gambar 1.1 Anatomi Mata
10
Gambar 3.2 Lensa
11
2. Epitel subkapsuler
Di bawah kapsul anterior lensa terdapat selapis sel epitel.Tidak
terdapat epitel lensa di bagian posterior.Epitel subkapsular terdiri atas
selapis sel kuboid dan menjadi kolumnar di daerah ekuator.Lensa akan
terus bertambah besar dan tumbuh seumur hidup dengan terbentuknya
serat lensa baru dari sel-sel epitel yang terdapat di daerah ekuator
lensa.Perubahan morfologi terjadi ketika sel epitel memanjang untuk
membentuk serat lensa. Perubahan ini berhubungan dengan
peningkatan massa protein seluler pada membran setiap serat sel. Pada
saat yang sama, sel akan kehilangan organela, termasuk inti sel,
mitokondria dan ribosom.3,4,6,7
3. Nukleus dan korteks
Epitel subkapsuler lensa akan membentuk serat lensa terus
menerus.Pembentukkan serat lensa yang terus-menerus
mengakibatkan memadatnya serat lensa di bagian sentral lensa
sehingga membentuk nukleus lensa.Dibagian luar nukleus ini terdapat
serat lensa yang lebih muda yang disebut sebagai korteks lensa.
Korteks yang terletak di sebelah depan nukleus lensa disebut sebagai
korteks anterior, sedang di belakangnya korteks posterior. Dengan
bertambahnya umur, nukleus makin membesar sedangkan korteks
makin menipis, sehingga akhirnya seluruh lensa mempunyai
konsistensi nukleus.Serat lensa dihasilkan seumur hidup, namun
kecepatan produksinya makin lama makin berkurang.6,7
12
Gambar 1.4 lensa
3.3 Fisiologi lensa
Selama hidup, sel epitel lensa pada ekuator akan terus membelah dan
berkembang menjadi serat lensa, menghasilkan pertumbuhan lanjut dari lensa.
Area lensa dengan tingkat metabolisme paling tinggi adalah epitelium. Oksigen
dan protein yang akan digunakan untuk sintesis protein serta transpor aktif
elektrolit, karbohidrat, dan asam amino disediakan oleh epitelium lensa. Energi
kimia ini dibutuhkan untuk memelihara pertumbuhan sel dan transparansi
lensa.Karena lensa bersifat avaskular, akuous humor berfungsi sebagai sumber
nutrisi dan mengeluarkan produksisa metabolik. Namun, hanya bagian anterior
lensa saja yang dibasahi oleh akuous humor.8
Lensa memiliki pH 6,9, suhu relatif rendah dan relatif hipoksia.Korteks
lensa lebihterhidrasi daripada nukleus lensa. Kadar natrium di dalam lensa sekitar
20 mM, dan kadar kalium sekitar 120 mM. Kadar natrium dan kalium di sekitar
akuoushumor dan vitreous humor sedikit berbeda: natrium lebih tinggi, sekitar
150 mM, sedangkan kalium sekitar 5 mM.8
Faktor-faktor yang berperan penting dalam menjaga kejernihan dan
tranparasi lensa adalah avaskularisasi, susunan protein lensa, karakter
13
semipermeabel kapsul lensa dan mekanisme pompa membran serat lensa yang
mengatur keseimbangan air dan elektrolit pada lensa.4
Walaupun terjadi fosfolirasi oksidatif di epiltel lensa, kebanyakan
produksi energi dengan proses anaerob (melalui glikolisis, jalur pentose-fosfat
dan HMP (hexose monophosphate) shunt. Glukosa dikonversi menjadi glukosa-
6-fosfat dan sedikit sorbitol.1
Enam puluh lima persen lensa terdiri dari air, sekitar 35% protein
(kandungan proteinnya lebih tinggi di antara jaringan-jaringan tubuh)dan jumlah
ini sedikit berubah dengan bertambahnya usia.Selain itu, terdapat sedikit mineral
seperti yang biasa ada di jaringan tubuh lainnya. Kandungan kalium lebih tinggi
di lensa daripada di kebanyakan jaringan lain. Asam askorbat dan glutation
terdapat dalam bentuk teroksidasi maupun tereduksi. Karena lensa bersifat
avaskular dan tidak mempunyai persarafan, nutrisi lensa didapat melalui difusi
dari akuous humor. Metabolisme lensa terutama bersifat anaerob akibat
rendahnya kadar oksigen teralut di dalam akuous humor.2,8
14
Gambar 2.2 katarak
3.4 Patogenesis Katarak9
Patogenesis katarak belum sepenuhnya dimengerti. Walaupun
demikian, pada lensa katarak secara karakteristik terdapat agregat-agregat
protein yang menghamburkan berkas cahaya dan mengurangi transparansinya.
Perubahan protein lainnya akan mengakibatkan perubahan warna lensa
menjadi kuning atau coklat. Temuan tambahan mungkin berupa vesikel
diantara serat-serat lensa atau migrasi sel epitel dan pembesaran sel-sel epitel
yang menyimpang. Sejumlah faktor yang diduga berperan dalam terbentuknya
katarak antara lain kerusakan oksidatif ( dari proses radikal bebas, sinar UV
dan malnutrisi. Hingga kini belum ditemukan pengobatan yang memperlambat
atau membalikkan perubahan – perubahan kimiawi yang mendasari
pembentukan katarak.
15
h. Kortikosteroid
3.6 Klasifikasi katarak
Berdasarkan etiologinya katarak dapat diklasifikasikan menjadi:4
I. Katarak kongenital dan developmental
II. Katarak didapat
1. Katarak senilis
2. Katarak traumatik
3. Katarak komplikata
4. Katarak metabolik
5. Katarak elektrik
6. Katarak akibat radiasi
7. Katarak toksik, misalnya
i. Katarak yang diinduksi kortikosteroid
ii. Katarak yang diinduksi obat-obat miotik
8. Katarak yang berhubungan dengan penyakit kulit (dermatogenik
katarak)
9. Katarak yang berhubungan dengan penyakit tulang
10. Katarak dengan sindrom lainnya
i. Dystrophica myotonica
ii. Down’s syndrome
iii. Lowe’s syndrome
iv. Treacher – Collin’s syndrome
Berdasarkan Nana Wijaya katarak diklasifikasikan menjadi:5
1. Katarak developmental/katarak kongenital
2. Katarak degeneratif
1. Katarak Developmental/Kongenital
Katarak developmental adalah kekeruhan pada lensayang timbul saat lensa
dibentuk. Ini terjadi karena beberapa gangguan dalam pertumbuhan normal
lensa, ini merupakan kelainan kongenital. Pada katarak kongenital terjadi
16
kekeruhan hanya terbatas pada nukleus fetal atau embrionik.Katarak
developmental terjadi dari bayi sampai renaja. Oleh karenaitu kekeruhan
dapat terjadi pada nukleus infantil sampai dewasa.4,8
Bentuk katarak kongenital yang dapat terlihat memberikan kesan kepada
kita perkembangan embriogenik lensa disertai saat terjadinya gangguan
perkembangan lensa. Katarak kongenital tersebut dapat dalam bentuk katarak
lamelar atau zonular, katarak polaris posterior, katarak polaris anterior,
katarak nuklear dan katarak sutural.9
Tindakan pengobatan katarak kongenital adalah operasi.Bila kekeruhan
lensa sudah demikian berat sehingga fundus bayi sudah tidak dapat dilihat
pada funduskopi maka untuk mencegah ambliopia dilakukan pembedahan
secepatnya. Katarak kongenital sudah dapat dilakukan pembedahan pada usia
2 bulan pada satu mata.6,9
2. Katarak Degeneratif3
Katarak degeneratif dibedakan menjadi katarak primer dan katarak
komplikata
1. Katarak Primer
a. Katarak juvenile : katarak yang terjadi kurang dari 20 tahun
Katarak Juvenillemerupakan katarak yang terjadi pada anak- anak
sesudah lahir yaitu kekeruhan lensa yang terjadi pada saat masih
perkembangan serat-serat lensa sehingga biasanya konsistensinya lembek
seperti bubur dan disebut sebagai soft katarak.
Katarak juvenille biasanya merupakan lanjutan dari katarak
kongenital. Katarak juvenil biasanya merupakan penyulit dari penyakit
sistemik atau penyakit metabolik lainnya seperti :
1. Katarak metabolik : diabetik, galaktosemik, defisiensi gizi,
penyakit Wilson.
2. Penyakit otot : distrofi miotonik.
17
3. Katarak traumatik
Seperti yang telah disinggung sebelumnya, katarak traumatik
terjadi akibat adanya konstusi terhadap bola mata atau paparan
radiasi infra merah yang berulang dalam waktu yang lama. Katarak
ini sering terjadi berhubungan dengan pekerjaan dan bagian dari
kecelakaan olahraga. Insidennya lebih sering terjadi pada pria
dibanding wanita.
4. Katarak komplikata : kongenital dan herediter, degeneratif, toksik,
radiasi.
Katarak juvenille yang terlihat setelah usia 1 tahun dapat terjadi
karena:
Lanjutan katarak kongenital yang makin nyata
Penyulit penyakit lain, katarak komplikata yang terjadi akibat :
4 Penyakit lokal pada satu mata, seperti uveitis anterior, glaukoma, ablatio retrina,
miopia tinggi, ptosis bulbi yang mengenai satu mata.
Biasanya katarak juvenille ini merupakan katarak yang dapat dipengaruhi
oleh beberapa faktor. Tindakan bedah pada katarak juvenille dilakukan pada :
18
Gambar 3.1 jenis-jenis katarak
Katarak Nuklear
19
Ciri-ciri katarak nuclear:
Perkembangannya lambat
Biasanya bilateral dan mungkin asimetris
Menyebabkan penurunan penglihatan jauh dibandingkan
penglihatan dekat.
Pada stadium awal, karena proses pengerasan dari nucleus lensa,
seringkali terjadi peningkatan indeks refraksi lensa yang berakibat
terjadi myopic shift pada refraksi (myopia lentikuler). Pada
beberapa kasus, myopc shift dapat membuat orang-orang dengan
presbiopi dapat membaca dengan kacamata, kondisi ini disebut
juga sebagai second sight (penglihatan sekunder).
Adakalanya, perubahan yang kasar pada indeks refraksi antara
sklerotik nucleus (atau opasiti lensa yang lain) dan lensa korteks
dapat menyebabkan monocular diplopia.
Gangguan penglihatan warna, khususnya warna biru.
Penurunan fungsi photopic retinal.
Pada kasus lanjut, nucleus lensa akan menjadi semakin opaque dan
coklat yang disebut dengan brunescent katarak nuclear.
Katarak Kortikal
20
Gambar 3.3 Katarak Kortikalis
21
Katarak Subkapsularis Posterior
Katarak senilis secara klinik dikenal dalam 4 stadium yaitu insipien, imatur,
matur dan hipermatur
1. Katarak insipien
Stadium yang paling dini, yang belum menimbulkan gangguan
visus.Dengan koreksi visus masih dapat 5/5-5/6.Kekeruhan yang tidak
teratur seperti bercak-bercak (seperti jari-jari roda) yang membentuk
gerigi dengan dasar di perifer dan daerah jernih diantaranya, terutama
mengenai kortek anterior.Gambaran ini yang disebut “Spoke of Wheel”
22
yang nyata bila pupil dilebarkan. Pada stadium ini dapat menimbulkan
keluhan poliopia oleh karena indeks refraksi yang tidak sama pada semua
bagian lensa. Bila dilakukan uji bayangan iris akan positif.
2. Katarak imatur
Terjadi kekeruhan yang lebih tebal tetapi tidak atau belum mengenai
seluruh lensa sehingga masih terdapat bagian-bagian yang jernih pada
lensa. Kekeruhanitu terutama pad abagian posterior dan bagian belakang
nucleus lensa. Pada katarak imatur akan dapat bertambah volume lensa
akibat meningkatnya tekanan osmotik bahan lensa yang degeneratif. Pada
keadaan lensa mencembung akan dapat menimbulkan hambatan pupil,
sehingga terjadi glaukoma sekunder. Oleh karena kekeruhan pada bagian
posterior lensa, maka sinar oblik yang menganai bagian yang keruh ini,
akan dipantulkan lagi, sehingga pada pemeriksaan, terlihat di pupil ada
daerah yang terang sebagai reflek pemantulan cahaya pada daerah lensa
yang keruh, keadaan ini dosebut shadow test (+).
3. Katarak matur
Pada katarak matur kekeruhan telah mengenai seluruh masa
lensa.Kekeruhan ini akibat deposisi ion Ca yang menyeluruh. Bila katarak
imatur atau intumesen tidak dikeluarkan maka cairan lensa akan keluar,
sehingga lensa kembali pada ukuran yang normal. Akan terjadi kekeruhan
lensa yang bila lama akan mengakibatkan kalsifikasi lensa. Bila dilakukan
uji bayangan iris akan terlihat negatif. Dengan koreksi visus tetap buruk,
hanya dapat menghitung jari, bahkan 1/300 atau 1/tak terhingga.
23
Gambar 4.1 Katarak Mature
4. Katarak hipermatur
Merupakan proses degenerasi lanjut lensa sehingga korteks lensa mencair
dan dapat keluar melalui kapsul lensa sehingga lensa menjadi mengkerut
dan berwarna kuning. Akibat pengeriputan lensa dan mencairnya korteks,
nukleus lensa tenggelam ke arah bawah (katarak Morgagni).Akibat masa
lensa yang keluar melalui kapsul lensa dapat menimbulkan penyulit
berupa uveitis fakotoksik atau galukoma fakolitik. Pada stadium ini juga
terjadi kerusakab kapsul lensa, yang menjadi lebih permeable, sehingga isi
kortek yang mencair dapt keluar dan lensa menjadi kempis, yang
dibawahnya terdapat nukelus lensa, keadaan ini disebut katarak morgagni.
Pada pemeriksaan didapatkan iris tremulans, dimana coa manjadi dalam
sekali dan iris membentuk sudut coa, sekarang tergaantung bebas, tak
menempel pada lensa, sehingga pada pergerakan mata iris bergetar.
24
(air masuk) + masa lensa
keluar)
Iris Normal Terdorong Normal Tremulans
Bilik mata depan Normal Dangkal Normal Dalam
Sudut bilik mata Normal Sempit Normal Terbuka
Shadow test Negatif Positif Negatif Pseudopos
Penyulit - Glaucoma - Uveitis +
glaucoma
Katarak Traumatika
Dapat mengenai sebagian atau seluruh lensa, rosette katarak dapat
mengenai seluruh lensa, rosette katarak dapat mengenai seluruh lensa.
Bentukan opasifikasi stellata atau rosete.
Lokasi biasanya di axial dan melibatkan bagian posterior lensa.
Kadang, trauma tumpul dapat menyebabkan dislokasi dan pembentukan
katarak.
Katarak Metabolik
25
Merupakan katarak yang terjadi karena kelainan metabolik seperti :
o Diabetes Mellitus
Diabetes mellitus dapat mempengaruhi kekeruhan lensa, indeks
refraktifnya, dan amplitudo akomodasinya. Saat tingkat gula darah
meningkat, kandungan glukosa di cairan aqueous juga meningkat. Karena
glukosa dari aqueous memasuki lensa dengan difusi, kandungan glukosa
pada lensa akan meningkat juga. Sebagian glukosa diubah oleh enzim
aldosereductase menjadi sorbitol, yang tidak dimetabolism tetapi tetap
dalam lensa.
Katarak adalah penyebab umum dari kelainan visual pada pasien dengan
diabetes. Meskipun 2 tipe dari katarak secara klasik ditemukan pada
pasien ini, pola lain juga dapat ditemukan.
26
Vakuola muncul di kapsul lensa dan terbentuklah celah yang
mendasari korteks di bawahnya. Intumesensi dan maturitas dari
katarak kortikal mengikuti secara cepat sesudahnya. Peneliti percaya
bahwa perubahan metabolic dihubungkan dengan true cataract diabetic
pada manusia dipadukan pada penelitian katarak sorbitol pada hewan
percobaan. Meskipun true diabetic cataract jarang ditemukan pada
praktek sehari-hari, setiap katarak kortikal bilateral yang matang
secara cepat pada anak-anak atau dewasa muda harus mengingatkan
klinisi pada kemungkinan DM.
2. Senescent cataract adalah tipe kedua yang sering ditemukan pada
pasien diabetes. Bukti-bukti menunjukkan bahwa pada pasien ini
mempunyai peningkatan resiko dari perubahan lensa yang
berhubungan dengan perubahan usia yang tidak dapat dibedakan dari
katarak non-diabetic yang berhubungan dengan usia, dan bahwa
perubahan lensa mengarah pada usia lebih muda daripada pasien yang
tidak menderita DM. Resiko tinggi dari katarak yang berhubungan
dengan usia pada pasien dengan diabetes mungkin merupakan hasil
dari akumulasi sorbitol pada lensa, perubahan hidrasi subsekuen, dan
peningkatan glikosilasi protein pada lensa diabetik.
o Galaktosemia
27
epimerase. Bentuk yang paling umum dan paling parah diketahui
sebagai galaktosemia klasik, disebabkan dari kelainan enzim
transferase.
28
Katarak dapat muncul diasosiasikan dengan kondisi apapun yang
berakibat hipokalsemia. Hypokalsemia dapat idiopatik, atau dapat
muncul sebagai hasil dari destruksi yang tidak diharapkan dari kelenjar
parathyroid selama pembedahan tyroid, biasanya bilateral, katarak
hipokalsemi mempunyai opasitas punctat yang berwarna-warni pada
korteks anterior dan posterior yang berada antara kapsul lensa dan
biasanya terpisah dari itu oleh daerah lensa yang jelas. Opasitas yang
terpisah ini dapat stabil atau matang menjadi katarak kortikal komplit.
o Distrofi Miotonik
29
kortikal. Secara struktur ultra, kristal ini melingkar membentuk ulir
dari plasmalemma dari serta lensa. Secara subsekuen, ada bentuk
katarak subkapsulat posterior dan opasifikasi dari korteks lensa.
30
laki-laki dan perempuan menunjukkan bahwa merokok dapat meningkatkan
resiko terjadinya katarak subkapsular posterior dan sclerosis nuklear pada
keduanya.
2. Katarak Komplikata
Merupakan katarak yang terjadi akibat komplikasi dari penyakit yang ada di
dalam mata tersebut seperti uveitis. Perubahan lensa sering timbul menjadi
uveitis kronik dan/ atau berhubungan dengan terapi kortikosteroid. Biasanya
katarak subkapsular posterior muncul, perubahan lensa anterior juga muncul.
Susunan dari synechiae posterior sering terjadi pada uveitis, sering dengan
robeknya lensa anterior, dimana mungkin berkaitan dengan membrane
popullary fibrous. Perubahan lensa pada katarak sekunder menjadi uveitis
mungkin berkembang menjadi katarak matur. Deposit Kalsium mungkin
didapatkan di kapsul anterior atau di dalam substansi lensa.
Susunan katarak kortikal terjadi lebih dari 70% kasus dari Fuchs
Heterochromic uveitis karena posterior synechiae jarang timbul pada sindrom
ini, susunan dari membrane pupil tidak sama dan terapi kortikosteroid
kroniktidak ada indikasi. Ekstraksi katarak pada pasien dengan Fuchs
Heterochromic uveitis pada umumnya memiliki prognosis lebih baik.
Perdarahan bilik mata depan intraoperative telah dilaporkan 25% kasus.
Kortikosteroid
31
subkonjungtiva, dan inhalasi. Sebagai contoh, pada pengobatan dermatitis di
kelopak mata secara topical dalam jangka waktu yang lama.
Dalam suatu penelitian terhadap pasien yang diobati dengan prednisolon oral
dan diobservasi selama 1-4 tahun, 11% diobati dengan 10 mg/hari terjadi
katark, seperti sebelumnya 30% menerima 10-15 mg/hari dan 80 % mendapat
15 mg/hari . pada penelitian lain, setengah dari pasien menerima topical
kortikosteroid diikuti keratoplasty menyebabkan katarak setelah menerima
kira-kira 2,4 tetes per hari 0,1 % dexamethason dalam periode 10,5 bulan.
Phenothiazines
Miotic
Amiodarone
32
Amiodaron suatu oat antiaritmia, dilaporkan dapat menyebabkan deposisi
pigmen axial anterior stelata. Amiodaron juga dideposit di epitel kornea dan
jarang menyebabkan neuropati optic.
Statin
33
Progresi katarak seringkali meningkatkan kekuatan dipotrik lensa
menyebabkan terjadinya myopic atau myopic shift derajat ringan maupun
sedang. Akibatnya, ada pasien presbiobic melaporkan peningkatan jarak
dekat dan tidak membutuhkan kacamata baca saat mereka mengalami hal
yang disebut second sight. Namun munculnya sementara saat kualitas lensa
mengalami gangguan makan second sight tersebut akan hilang.
Myopic shift dan second sight tidak terjadi pada katarak kortikal dan
katarak subkapsular posterior.
Monocular diplopia
Penderita melihat dua bayangan yang disebabkan refraksi dari lensa
sehingga benda benda yang dilihat penderita akan dilihat silau
Pemeriksaan Fisik
3.8 Penatalaksanaan11
1. Pengobatan Preoperatif
- Antibiotik topical
- Preparasi pada mata sebelum operasi dilakukan
- Informed consent
- Menurunkan tekanan bola mata (TIO)
- Menjaga agar pupil tetap berdilatasi
2. Teknik anestesi yang digunakan:
34
1. Lokal
Pada Operasi katarak teknik anestesi yang umumnya digunakan adalah
anestesi `lokal. Adapun anestesi lokal dilakukan dengan teknik:
a. Topikal anestesi
b. Sub konjungtiva ( sering digunakan ) obat anestesi yang dipakai Lidokain
+ Markain (1:1)
c. Retrobulbaer
d. Parabulbaer
2. Umum
Anestesi umum digunakan pada pasien yang tidak kooperatif, bayi dan
anak.Penatalaksanaan definitif untuk katarak senilis adalah ekstraksi lensa.Lebih
dari bertahun- tahun, tehnik bedah yang bervariasi sudah berkembang dari metode
yang kuno hingga tehnik hari ini phacoemulsifikasi.Hampir bersamaan dengan
evolusi IOL yang digunakan, yang bervariasi dengan lokasi, material, dan bahan
implantasi.Bergantung pada integritas kapsul lensa posterior, ada 2 tipe bedah
lensa yaitu intra capsuler cataract ekstraksi (ICCE) dan ekstra capsuler cataract
ekstraksi (ECCE). Berikut ini akan dideskripsikan secara umum tentang tiga
prosedur operasi pada ekstraksi katarak yang sering digunakan yaitu ICCE, ECCE,
dan phacoemulsifikasi.
35
dilakukan di tempat dengan fasilitas bedah mikroskopis yang terbatas, pada kasus-
kasus yang tidak stabil seperti intumescent, hipermatur, dan katarak luksasi, jika
zonular tidak berhasil dimanipulasi untuk mengeluarkan nukleus dan korteks lensa
melalui prosedur ECCE.
36
katarak.Pelaksanaan prosedur ini tergantung dari ketersediaan alat, kemamppuan
ahli bedah dan densitas nukleus. Pada saat ini hampir semua kasus untuk katarak
dilakukan pembedahan dengan teknik ini kecuali jika ada kontraindikasi.9
Pembedahan ini dilakukan pada pasien katarak muda, pasien dengan kelainan
endotel, bersama-sama keratoplasti, implantasi lensa intra ocular posterior,
perencanaan implantasi sekunder lensa intra ocular, kemungkinan akan dilakukan
bedah glukoma, mata dengan prediposisi untuk terjadinya prolaps badan kaca,
mata sebelahnya telah mengalami prolap badan kaca, sebelumnya mata mengalami
ablasi retina, mata dengan sitoid macular edema, pasca bedah ablasi, untuk
mencegah penyulit pada saat melakukan pembedahan katarak seperti prolaps
badan kaca. Penyulit yang dapat timbul pada pembedahan ini yaitu dapat
terjadinya katarak sekunder.Kontraindikasi yaitu adanya subluksasi dan dislokasi
dari lensa.Prosedur ECCE memerlukan keutuhan dari zonular untuk pengeluaran
nukleus dan materi kortikal lainnya.Oleh karena itu, ketika zonular tidak utuh
pelaksanaan prosedur yang aman melalui ekstrakapsular harus dipikirkan lagi.
37
1. ECCE dapat dilakukan pada penderita di semua usia kecuali jika zonule tidak
intak, sedangkan pada ICCE tidak dapat dilakukan pada penderita usia di
bawah 40 tahun.
2. Pada ECCE dapat dilakukan implantasi IOL sedangkan pada ICCE tidak dapat
dilakukan
3. Komplikasi postoperative yang berhubungan dengan vitreous (herniasi pada
bilik mata depan, papillary blok, vitreous touch syndrome) hanya dapat terjadi
pada ICCE, sedangkan pada ECCE komplikasi tersebut tidak dapat terjadi.
4. Insidens untuk komplikasi seperti endoftalmitis, cystoid macular edema, dan
ablasi retina lebih kecil pada ECCE dibandingkan dengan teknik ICCE
5. Kemungkinan astigmatisme postoperative lebih kecil pada ECCE
dibandingkan dengan ICCE karena insisi yang dilakukan lebih kecil
Keuntungan ICCE dibandingkan dengan ECCE:
1. Teknik ICCE lebih simple, mudah dilakukan, lebih murah dan tidak
memerlukan alat yang canggih.
2. Komplikasi kekeruhan lensa posterior pasca operasi sangat mungkin terjadi
pada proses ECCE, tidak dengan teknik ICCE
3. ICCE membutuhkan waktu yang relatif singkat, cocok untuk operasi massal
38
memungkinkan pasien dapat dengan cepat kembali melakukan aktivitas sehari-
hari.10 Tehnik ini bermanfaat pada katarak kongenital, traumatik, dan
kebanyakan katarak senilis. Tehnik ini kurang efektif pada katarak senilis padat,
dan keuntungan incisi limbus yang kecil agak kurang kalau akan dimasukkan
lensa intraokuler, meskipun sekarang lebih sering digunakan lensa intra okular
fleksibel yang dapat dimasukkan melalui incisi kecil seperti itu.
SICS
Teknik operasi Small Incision Cataract Surgery (SICS) yang merupakan teknik
pembedahan kecil.Di negara yang berkembang, teknik ini lebih dipilih karena
biaya yang lebih murah, teknik yang lebih mudah dipelajari, lebih aman untuk
dilakukan dan mempunyai aplikasi yang lebih luas.Sesudah ekstraksi katarak
mata tak mempunyai lensa lagi yang disebut afakia. Tanda-tandanya adalah bilik
mata depan dalam, iris tremulans dan pupil hitam. Pada (pseudofakia)
Menggunakan lensa kontak
Menggunakan kacamata afakia, kacamata ini tebal, berat, dan tidak nyaman.
Kacamata untuk penglihatan jauh dan dekat sebaiknya diberikan dalam dua
kacamata untuk menghindarkan aberasi sferis dan aberasi khromatis.
Kelebihan Conventional ECCE dibandingkan SICS:
39
Teknik yang lebih simple yang dapat dipelajari dalam waktu yang relatif lebih
singkat
Kekurangan Conventional ECCE dibandingkan SICS:
Insisi yang panjang (10-12mm)
Jahitan yang dibutuhkan banyak
Membutuhkan tindakan lepas jahitan yang rentan terhadap infeksi
Iritasi dan abses pada suture postoperasi
Insiden yang cukup tinggi untuk astigmatisme pasca operasi
Prolaps iris, bilik mata depan menjadi dangkal, kebocoran jahitan dapat terjadi
Prolaps vitreous, operative hard eye, dan expulsive choroidal hemorrage dapat
terjadi
Keuntungan SICS dibandingkan dengan phacoemulsifikasi
Dapat dilakukan pada semua jenis katarak, termasuk hard cataract grade IV
dan V
Prosedur yang lebih mudah untuk dipelajari dibandingkan dengan teknik
phacoemulsifikasi
Keuntungan yang paling signifikan dari SICS adalah tidak bergantung pada
mesin dan dapat dilakukan di mana saja
Komplikasi postoperasi lebih jarang
Waktu operasi yang dibutuhkan relatif lebih singkat
Biaya yang dibutuhkan lebih murah
Kekurangan SICS dibandingkan dengan phacoemulsifikasi
Injeksi konjungtiva selama 5-7 hari pada tempat dilakukannya pembedahan
Nyeri tekan yang ringan karena adanya insisi pada sclera
Terkadang postoperative hyphema dapat terjadi
Astigmatisma post operasi lebih mungkin terjadi karena insisi SICS (6mm)
lebih besar dibandingkan dengan phakoemulsifikasi.
40
Pemasangan Lensa Tanam (IOL)
Merupakan pilihan utama untuk kasus aphakia.Bahan dasar IOL yang dipakai sampai
saat ini yaitu polymethylmethacrylate (PMMA). Ada beberapa tipe dari IOL
berdasarkan metode fiksasinya di mata:
1. Anterior Chamber IOL
Lensa jenis ini berada di depan iris dan disuport oleh anterior chamber. ACIOL ini
dapat ditanam setelah proses ICCE dan ECCE. Jenis ini jarang dipakai karena
mempunyai resiko tinggi terjadinya bullous Keratopathy.
2. Iris-Supported lenses
41
Lensa difiksasi di iris dengan bantuan jahitan. Lensa jenis ini juga telah jarang
dipakai karena mempunya insidens yang tinggi terjadinya komplikasi post operatif
42
Indikasi pemasangan IOL:
Sebaliknya pemasangan IOL dilakukan pada setiap operasi katarak, kecuali ada
kontraindikasinya.
Pseudophakia
Adalah keadaan aphakia ketika sudah dipasang lensa tanam (IOL). Keadaan setelah
pemasangan lensa tanam:
Emmetropia
Keadaan di mana kekuatan lensa yang ditanam tepat. Pasien yang demikian hanya
membutuhkan kacamata plus untuk penglihatan dekat saja
Consecutive Myopia
Keadaan di mana kekuatan lensa yang ditanam overkoreksi. Pasien yang demikian
membutuhkan kacamata untuk menangani myopia dan juga membutuhkan
kacamata plus untuk penglihatan dekatnya
Consecutive Hypermetropia
Keadaan dimana kekuatan lensa yang ditanam underkoreksi sehingga
membutuhkan kacamata plus untuk penglihatan jauhnya dan tambahan +2D dan
+3D untuk penglihatan dekatnya.
Tanda-tanda pseudophakia:
o Surgical scar, biasanya dapat dilihat di dekat limbus
o Anterior chamber biasanya sedikit lebih dalam dibandingkan dengan mata
normal
o Iridodonesis ringan
o Purkinje image test menunjukkan empat gambaran.
o Pupil bewarna kehitam-hitaman tetapi ketika sinar disenter ke arah pupil maka
akan terlihat pantulan reflex. Ada tidaknya IOL dapat dikonfirmasi dengan
mendilatasi pupil.
43
o Status visus dan refraksi dapat bermacam-macam, sesuai dengan IOL yang
ditanam.
Perawatan Pasca Bedah
Jika digunakan tehnik insisi kecil, maka penyembuhan pasca operasi
biasanya lebih pendek.Pasien dapat bebas rawat jalan pada hari itu juga, tetapi
dianjurkan untuk bergerak dengan hati-hati dan menghindari peregangan atau
mengangkat benda beratselama sekitar satu bulan, olahraga berat jangan
dilakukan selama 2 bulan.Matanyadapat dibalut selama beberapa hari pertama
pasca operasi atau jika nyaman, balutan dapat dibuang pada hari pertama pasca
operasi dan matanya dilindungi pakaikacamata atau dengan pelindung seharian.
Kacamata sementara dapat digunakan beberapa hari setelah operasi, tetapi
biasanya pasien dapat melihat dengan baik melalui lensa intraokuler sambil
menantikan kacamata permanen ( Biasanya 6-8 minggu setelah operasi ) Selain
itu juga akan diberikan obat untuk :
Mengurangi rasa sakit, karena operasi mata adalah tindakan yang menyayat
maka diperlukan obat untuk mengurangi rasa sakit yang mungkin timbul
benerapa jam setelah hilangnya kerja bius yang digunakan saat pembedahan
Antibiotik mencegah infeksi, pemberian antibiotik masih dianggap rutin dan
perlu diberikan atas dasar kemungkinan terjadinya infeksi karena kebersihan
yang tidak sempurna.
Obat tetes mata streroid. Obat yang mengandung steroid ini berguna untuk
mengurangi reaksi radang akibat tindakan bedah.
Obat tetes yang mengandung antibiotik untuk mencegah infeksi pasca
bedah.
3.9 Komplikasi
Komplikasi tindakan pembedahan
Komplikasi Intra Operatif
44
Edema kornea, COA dangkal, ruptur kapsul posterior, pendarahan atau efusi
suprakoroid, pendarahan suprakoroid ekspulsif, disrupsi vitreus, injuri pada
iris/ iridodialisis, jatuhnya nucleus ke dalam rongga vitreous.
Komplikasi dini pasca operatif
Hyphema, COA dangkal, ruptur kapsul posterior,prolaps vitreus,prolaps
iris, pendarahan
Komplikasi yang berhubungan dengan pemasangan IOL
Cystoid Macular Edema, kerusakan pada epitel kornea, uveitis, dan
glaucoma sekunder
Malposisi dari IOL
Sun set syndrome (Subluksasi inferior dari IOL)
Sun rise syndrome (Subluksasi superior dari IOL)
Lost lens syndrome yaitu dislokasi IOL ke vitreous
3.10 Prognosis
Prognosis penglihatan untuk pasien katarak pada anak anak yang
memerlukan pembedahan tidak sebaik prognosis untuk katarak senilis.
Adanya ambliopia adan kadang-kadang anomali saraf optikus atau reina
membatasi tingkat pencapaian penglihatan pada kelompok pasien ini.
Prognosis untuk perbaikan ketajaman penglihatan setelah operasi buruk pada
katarak kongenital in komplit yang progresif lambat
45
BAB IV
ANALISIS KASUS
Pada pemeriksaan fisik, secara umum tampak baik, dan status optalmologikus
ditemui mata kanan : Visus 1/60, adanya kekeruhan lensa pada seluruh bagian lensa
pada orbita dextra dengan iris shadow (-), dan mata kiri : Visus 1/60,lensa keruh pada
semua bagian lensa dan iris shadow (-).Proyeksi cahaya baik pada kedua mata.
46
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik maka pasien di diagnosa
katarak senilis matur okuli dekstra dan sinistra. Katarak pada pasien initermasuk ke
kategori katarakdegenerative primer stadium mature , dimana menurut tinjauan
pustaka katarak degenaratif terbagi dua primer dan komplikata, dimana katarak
primer ini menurut umur di bagi 3, katarak yuvenil (kurang dari 20 tahun), katarak
presenil (20-50 tahun) dan katarak senilis (lebih dari 50 tahun), katarak primer ini
juga terbagi dalam 4 stadium, stadium insipient, stadium imatur, stadium mature dan
stadium hipermature. Pada pasien ini termasuk katarak senilis mature karena usia
pasien sudah 78 tahun yang artinya sudah lebih dari 50 tahun berarti termasuk katarak
senilis dan pada pemeriksaan oftalmologi pada lensa didapatkan kekeruhan yang
menyeluruh pada lensa dan keterbatasan penglihatan sudah begitu nyata sehingga
dapat dimasukan kedalam stadium mature.
47
BAB V
KESIMPULAN
48
DAFTAR PUSTAKA
3. Riordan P. Whitcher P John Eva. Optik dan refraksi dalam : Vaugan dan
Asbury Oftalmologi Umum. Edisi 17. Jakarta : EGC.2009.
49
doc=167922799&metadata={%22context%22%3A
%22archive_view_restricted%22%2C%22page%22%3A%22read%22%2C
%22action%22%3A%22toolbar_download%22%2C%22platform%22%3A
%22web%22%2C%22logged_in%22%3Atrue}
6. Tsai JC. Oxford American Handbook of Ophthalmology. New York: Oxford
University Press; 2011.
7. American Academy of Ophthalmology. Anatomy in Lens and Cataract.
Section 11. Basic and Clinical Science Course; 2007.
8. Akura, J Kaneda, dkk. Manual Sutureles Cataract Surgery Using a Claw
Vectis. J. Cataract Refract Surgery, Vol 26. April 2002.
50