Disusun oleh :
PATRA WIBOWO (01101402062)
DEPI SAPUTRA (01101402052)
RATIH ACTAVIA (01091402033)
Dosen Pembimbing
Diskriminasi harga adalah menaikkan laba dengan cara menjual barang yang sama
dengan harga berbeda untuk konsumen yang berbeda atas dasar alasan yang tidak
berkaitan dengan biaya. Diskriminasi harga terjadi saat produsen memberlakukan harga
yang sama karena alasan yang tidak ada kaitannya dengan perbedaan biaya, tetapi tidak
Monopolis menaikkan harga jual produk mereka dan menurunkan jumlah penjualan
mungkin bisa mendapatkan pasar untuk para pembeli yang berkeinginan kuat dan
kehilangan pasar untuk pebeli yang enggan. Dengan memberikan harga yang berbeda
untuk mereka yang mau membeli dengan harga tinggi dan mereka yang mau membeli
dengan harga yang rendah, monopolis dapat meningkatkan keuntungan serta kepuasan
pelanggannya.
mendapatkan keuntungan yang lebih tinggi dan keuntungan yang lebih tinggi tersebut
selisih harga tertinggi yang bersedia dibayar konsumen dengan harga yang benar-benar
kenyataan bahwa konsumen sebenarnya bersedia untuk membayar lebih tinggi, maka
perusahaan akan berusaha merebut surplus konsumen tersebut dengan cara melakukan
diskriminasi harga
1
Syarat-syarat terjadinya diskriminasi harga adalah sebagai berikut :
i. Sikap pengguna
beberapa sebab seperti layanan yang diterima lebih baik, jarak kedai dengan
rumah yang lebih dekat, telah biasa dengan kedai tersebut dan sebagainya.
pembeli di antara dua pasaran. Contohnya penjual dari pasaran barang yang
murah harganya kepada pasaran barang yang mahal harganya dan sebaliknya.
Seseorang penjual yang membeli barang di pasar yang murah tidak boleh
menjualnya semula di pasar yang mahal harganya ( arbitrage). Ini kerana harga
penawaran dan harga barang di pasar yang mahal akan berkurangan disebabkan
berjaya.
atau keanjalan permintaan yang berlainan. Ini bermakna penjual di pasar yang
permintaannya anjal boleh menjual dengan harga yang lebih rendah manakala
2
penjual di pasar yang permintaannya kurang anjal boleh menjual dengan harga
3
II. JENIS – JENIS DISKRIMINASI HARGA
pada setiap pasiennya. Diskriminasi harga derajat 1 juga dijelaskan kedalam grafik yang
grafik tersebut terdapat hubungan antara P (harga) dan Q (output) yang dimisalkan harga
terdapat P1, P2 dan P3 dan output terdapat Q1, Q2 dan Q3. Pada grafik terlihat apabila P
tinggi maka Q rendah. Hal ini apabila dikaitkan pada kemampuan daya beli konsumen
berarti apabila produsen menawarkan harga yang tinggi maka terdapat sedikit konsumen
yang akan membeli produk tersebut, Dan begitu sebaliknya, apabila produsen
menawarkan harga yang rendah maka terdapat banyak konsumen yang dapat membeli
4
barang tersebut. Jadi, dalam hal ini perusahaan harus mengetahui kemampuan daya beli
konsumen yang diterima oleh produsen, biaya yang harusnya diterima oleh konsumen
namun menjadi milik konsumen. Diskriminasi harga derajat 1 juga disebut perfect price
konsumen. Walaupun harga yang ditetapkan berbeda-beda, tetapi biaya yang dikeluarkan
Contoh dari diskriminasi harga adalah pelayanan dokter dan tiket pesawat
terbang. Menurut hasil wawancara, memang pada prakteknya dokter tidak menerapkan
beban biaya yang sama kepada setiap pasien nya. Jika si dokter mengetahui bahwa
tingkat ekonomi pasien lemah, dokter bisa meminimalkan biaya bahkan bisa
menggratiskan biaya. Harga yang ditetapkan untuk pasien yang mampu secara ekonomi
dapat dikenakan tarif. Biaya yang dikeluarkan oleh dokter untuk menangani setiap pasien
Tiket pesawat pun memakai konsep diskriminasi harga derajat I. Harga Tiket
Pesawat Sriwijaya Air dari Jakarta menuju Banjarmasin kelas ekonomi berangkat tanggal
5 Febuari 2013 pukul 10.10 jika dipesan tanggal 4 Febuari 2013, harga tiketnya adalah Rp.
5
500.000,00. Sedangkan jika dipesan pada hari H yaitu tanggal 5 Febuari 2013 (pesawat
yang sama) harganya menjadi Rp. 1.400.000,00. Kenaikan harganya hamper 150%.
Dalam satu pesawat yang sama, kemungkinan setiap orang membayar berbeda untuk
harga tiket pesawatnya, padahal biaya yang dikeluarkan produsen untuk setiap konsumen
sama. Inilah contoh-contoh kasus diskriminasi harga derajat I, ketika perbedaan harga
berbeda-beda pada jumlah batch atau lot produk yang dijual. Diskriminasi harga ini
konsumen. Contoh: perbedaan harga per unit pada pembelian grosir dan pembelian
eceran, pembeli yang membeli mie instan 1 bungkus dan 1 kardus akan berbeda
harganya. Diskriminasi harga derajat 2 juga dijelaskan kedalam grafik yang tersaji pada
gambar 2.
6
Pada gambar 2 diatas menjelaskan tentang diskriminasi harga derajat 2. Pada
grafik tersebut pelaku usaha menetapkan harga (P1, P2 dan P3) berdasarkan jumlah
output bertambah dan harga jual semakin murah. Hal ini dikarenakan pelaku usaha
menggunakan sistem perbedaan harga per unit pada pembelian grosir dan pembelian
eceran. Harga eceran lebih tinggi dari pada harga per pak, sehingga konsumen lebih baik
berbeda-beda pada jumlah batch atau lot produk yang dijual. Diskriminasi harga ini
konsumen. Contoh: perbedaan harga per unit pada pembelian grosir dan pembelian
eceran, pembeli yang membeli mie instan 1 bungkus dan 1 kardus akan berbeda
harganya.
Berikut adalah contoh diskriminasi produk, pada produk mie instan produksi PT.
Indofood sukses makmur, yang di jual di Carrefour Indonesia, pada bulan Januari 2013,
sebagai berikut :
7
Berdasarkan Tabel 1, dapat dilihat perbedaan harga pembelian eceran
dan pembelian banyak (kardusan). Selisih harga yang terjadi berkisar antara Rp 112,5
sampai dengan Rp187,5. Perbedaan harga antara penjualan secara kardus dan secara
langsung walaupun secara nominal lebih sedikit dengan keuntungan pembelian 40 pcs
secara eceran. Konsumen pun merasa diuntungkan dengan harga yang lebih murah bila
membeli banyak (kardus). Bagi konsumen yang tidak memerlukan mie instan dalam
konsumen karena jumlah output bertambah dan harga jual semakin murah. Hal ini
dikarenakan pelaku usaha menggunakan sistem perbedaan harga per unit pada
pembelian grosir dan pembelian eceran. Harga eceran lebih tinggi dari pada harga per
kardus, sehingga konsumen lebih baik membeli barang langsung per kardus daripada
price kelompok konsumen. Kelompok konsumen dapat dibedakan atas lokasi, geografis,
maupun karakteristik konsumen seperti umur, jenis kelamin, pekerjaan, dan lain-lain.
8
Contoh : barang yang dijuala di pedesaan dan di perkotaan akan berbda harganya.
Diskriminasi harga derajat 3 juga dijelaskan kedalam grafik yang tersaji pada gambar 3.
Contoh kasus dari diskriminasi harga derajat ketiga adalah perbedaan harga yang
Margo City, Depok dan di Bandara Soekarno Hatta berbeda Rp 5.000,00, sedangkan
untuk harga minuman berbeda Rp. 2.000,00. Perbedaan harga ini disebabkan karena
9
menurut produsen, terjadi perbedaan kemampuan atau daya beli antara dua lokasi
tersebut. Produsen menganggap bahwa bandara merupakan kawasan yang cukup elit,
sehingga produsen menganggap bahwa konsumen mampu membeli dengan harga yang
lebih tinggi. Dari segi biaya variabel, beban biaya antara di Margo City dan di Bandara
Soekarno Hatta adalah sama. Tetapi karena daya belinya yang berbeda, harga yang
pasaran sehingga hasil Marjinal Revenue (MR) bagi setiap pasaran itu adalah sama
10
Tabel. 2 Tabel Hasil Penerimaan Monopolis
Dari tabel di atas, monopolis akan menjual 5 unit di pasar A dan 5 unit di pasar B
kerana HS pasar A = HS pasar B. Harga yang dikenakan di pasar A ialah Rp.6.00 dan di
Jumlah hasil yang diperoleh oleh monopolis di pasar A adalah Rp.30 (5 X Rp.6) dan di
pasar B adalah Rp.40 (5 X Rp.8). Andaikan jumlah biaya untuk mengeluarkan 10 unit
barang tersebut adalah Rp.45. Oleh itu keuntungan yang diperolehi adalah:
= Rp.25.
Jika monopolis tidak mengamalkan diskriminasi harga dan menjual 10 unit barang
= Rp.5
Oleh itu diskriminasi harga telah menambahkan keuntungan sebanyak Rp.20 ( Rp.25 –
Rp.5)
11
Secara gambar juga dapat ditunjukkan bagaimana monopolis diskriminasi harga
mencapai keseimbangan.
Harga barang di pasar A ialah OPo dan di pasar B ialah OP1. Jika monopolis menjual di
pasar A saja atau di pasar B saja keuntungan adalah seperti kawasan yang diatsir (lebih
kecil). Tetapi jika penjual menjalankan diskriminasi harga maka keuntungannya seperti
12
konsumen maupun produsen, tetapi dengan 1 syarat, produsen mengetahui kemampuan
pembelian secara partai maupun eceran. Dengan melihat kebutuhan, konsumen dapat
memilih keuntungan dari pembelian partai maupun eceran. Sedangkan untuk diskriminasi
harga tingkat ketiga memberlakukan perbedaan harga berdasarkan daya beli sekelompok
daya beli konsumen dan sekelompok konsumen adalah data yang harus dimiliki produsen
ketika ingin menerapkan strategi diskriminasi harga. Bagi konsumen pun penerapan
V. KESIMPULAN
13
1. Diskriminasi harga adalah menaikkan laba dengan cara menjual barang yang sama
dengan harga berbeda untuk konsumen yang berbeda atas dasar alasan yang tidak
2. Diskriminasi harga terjadi saat produsen memberlakukan harga yang sama karena
alasan yang tidak ada kaitannya dengan perbedaan biaya, tetapi tidak semua
misahkan pasar dan elastisitas permintaan pada setiap tingkat harga harus berbeda
secara partai maupun eceran. Dengan melihat kebutuhan, konsumen dapat memilih
8. Informasi daya beli konsumen dan sekelompok konsumen adalah data yang harus
DAFTAR PUSTAKA
14
Hafida. 2009. Diskriminasi Harga Pasar Monopoli.
http://hafidasatya.blogspot.com/2009/12/diskriminasi-harga-pasar-monopoli.html.
Didownload pada tanggal 15 Januari 2013.
Kotler, P dan Armstrong G. 1991. Dasar-dasar Pemasaran. Jakarta: Intermedia.
15