Anda di halaman 1dari 16

Laporan

Kegiatan Trimester
Monitoring Awal 2018
Januari
dan Evaluasi Februari
Maret
Tim PPI RSB
Paradise
Komite
PPIRSBP
A. PENDAHULUAN

Menurut WHO,
infeksinosokomialmerupakansalahsatupenyebabutamatingginyaangkakesaki
tandankematian di duniadengan 9% (variasi 3- 21%) ataulebihdari
1,4jutaangkakematian. Data lainnyamenyebutkan, 10% pasienrawatinap di
seluruhduniamengalamiinfeksinosokomial.Sementara di Indonesia
dalamsebuahpenelitian yang dilakukan di 11 rumahsakit di Jakarta 2009
menyebutkan, 9,8% pasienrawatinapmendapatkaninfeksinosokomial
(Setiawati 2010).

RumahSakitmerupakantempatpelayananpasiendenganberbagaimaca
mpenyakitdiantaranyapenyakitkarenainfeksi, darimulai yang ringansampai
yang terberat,
denganbegituhalinidapatmenyebabkanrisikopenyebaraninfeksidarisatupasie
nkepasienlainnya, begitupundenganpetugaskesehatan yang
seringterpapardenganageninfeksi.
Penularaninfeksidapatmelaluibeberapacaradiantaranyamelaluiudara,
darahdancairantubuhsepertihalnyapenyakit TBC, Varicella, Difteri,
Influenza, Morbili, Meningitis, DemamSkarlet, Mumps, Rubella, Sars,
HIV/AIDS, Hepatitis dansaatinisedangberkembang virus MERs
(PERDALIN 2008).

Pekerjaandibidangmedisberisikoterhadapkecelakaan yang
mengakibatkanketerpaparanpenyakit yang
dapatmengganggukesehatankerja.Pulungsih et al, (2003)
menunjukkantempatpetugaskesehatan 1 2
memperolehpaparanpenyakitadalahkamarOperasi (46%), kamarBersalin
(37%), ruangRawatInap (11%), ruangNifas (3%), lain-lain (3%),
dansalahsatupenyebabketerpaparanpenyakitdaripasienketenagamedisadalahk
etidakdisiplinantenagamedisdalammenerapkaankewaspadaanstandar yang
termasukdidalamnyapenggunakan KEWASPADAAN STANDART
(AlatPelindungDiri).

Praktikutama PPI
dalamupayapelayanankesehatandikategorikanmenjadiKewaspadaanStandar
yang berlakubagisetiap orang, waktudantempattanpamemandang status
infeksinya, sertakewaspadaanditambahsesuaitransmisipenyakit (airborne,
droplet, kontak, vechicle, dan lain-lain) (WHO, 2004).Kewaspadaanstandar
yang kinidiperbaharuisebagaigabunganantara universal precaution dan body
substance isolation (BSI) merupakanproteksi minimum yang
harusditerapkandifasilitaskesehatanuntukmencegah HAIs dandampak-
dampaknya (Siegel et al, 2007).

Melihattingginyarisiko yang
terjaditerhadapketerpaparanpenyakitakibatkurangnyapenerapankewaspadaan
standarolehtenagamediskhususnyapadaDokterdanBidan yang bekerja di
RumahSakit.BerdasarkanpenelitianMuliyanti (2008) beberapafaktor yang
mempengaruhiprilakubidandalampelaksanaan KEWASPADAAN
STANDART
adalahkebijakandanpengawasan/penilaianolehpihakmanajemenRumahSakit,
olehsebabituperluperhatiandaripihakmanajemenRumahSakitdalammembuat
suatukebijakandanpenilaindalamrangkaprepentifatausikapproaktifterhadapp
enularanpenyakit yang dapatmengganggukesehatandokterdanbidan yang
bekerja di RumahSakit.

DokterdanBidanmerupakanSumberdayamanusiasebagaiaset yang
paling utamadalamsebuahrumahsakituntukmenghasilkanjasa yang
berkualitas,
makarumahsakitharusmemperhatikankesejahteraanpekerjadarisegikeselamat
andankesehatankerja, apabilaadadokterataubidan yang
mengalamigangguankesehatan (sakit)
akibatketerpaparanpenyakitinfeksidariketidakdisiplinannyadalampenerapank
ewaspadaanstandarpadasaatbekerja,
makasecaraotomatisrumahsakitakanmengalamikerugianyaknidapatkehilanga
npekerja, dalamhalpembiayaanpengobatanpekerja yang sakit,
haltersebutakanmenimbulkanpengeluaranbiaya yang
lebihbesardibandingkandenganmelakukantindakanprepentifterhadappenular
anpenyakitdaripasienketenagakerjamedis.

Rumah Sakit Bersalin Paradise,adalah RS khusus dalam pelayanan


Bersalin yang sebelumnya berupa klinik Bersalin, dalam pelayanannya
Rumah Sakit Bersalin Paradise di juga menerapkan Program Pengendalian
Infeksi mengingat pelayanan dan tindakan yang dilakukan berisiko terhadap
terjadinya persilangan agen infecsius yang dapat mengurangi mutu dari
pelayanan kepada masyarakat.

Maka dibentuklah Tim Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah


Sakit Bersalin Paradise, dengan tujuan meningkatkan mutu pelayanan yang
bebas dari Infeksi, tim ini di ketuai oleh dokter, dilengkapi dengan IPCN
dan IPCL dari profesi kebidanan, mengingat jumlah tenaga yang mayoritas
saat ini berasal dari kebidanan.

TPPIRS Bersalin Paradise masih perlu dalam membenahi kebijakan


dan disertai pelatihan untuk merubah paradigma anggota Tim yang sudah
ada terlebih dahulu, hal ini bertujuan untuk memastikan anggota tim PPIRS
dapat bekerja dengan baik, paham dan tanggap dengan munculnya resiko
infeksi dari pelayanan yang sedang berlangsung, sehingga dengan cepat
dapat ditindaklanjuti sesuai dengan kaidah manajemen resiko.

B. TUJUAN

1. TujuanUmum

Deskripsi capaian program pelaksanaan penerapan PPI di RSB


Paradise dan monitoring terhadap pelaksanaan SPO terkait penerapan
PPI di RSB Paradise

2. TujuanKhusus
a. Diketahui angka kejadian phelebitis berbanding dengan lama hari
penggunaan IV Line
b. Diketahui angka kejadian ISK dengan lama hari penggunaan kateter
c. Diketahui angka kejadian ILO berbanding dengan jumlah tindakan
SC yang dilakukan
d. Deskripsi faktor penyebab munculnya phlebitis, ISK dan ILO
e. Diketahui angka kepatuhan pelaksanaan hand hygiene pada
karyawan di area pelayanan berisiko
f. Diketahui kepatuhan pembungan sampah medis di areaa pelayanan
berisiko

C. MANFAAT

Adapunmanfaatdarikegiataninidiantaranyaadalah:

a. Diharapakan dengan adanya laporan berkala ini dapat


mengendalikan setiap perubahan data based IRS yang terjadi, hingga
dapat dikendalikan sebagai mutu pelayanan kepada masyarakat
b. Sebagai review capaian program TPPIRS Bersalin Paradise

D. HASIL
1.1 Rekapitulasi kejadian IRS
item Jan Feb Mar
Total Pasien 205 161 203
Ivline 279 227 261
Phlebitis 3 3 1
perMil 10,75 13,22 3,83
Total ka s us dan target 50 50 50
l ama hari Cateter 107 84 106
berbandi ng ISK 3 1 0
keja di a n i nfeksi
perMil 28,04 11,90 0,00
target 50 50 50
SC 22 22 24
ILO 0 0 2
% 0% 0% 8%

Dari tabel diatas dapat diketahui, pada bulan Januari total pasien
rawat inap berjumlah 205 orang setiap pasien yang dirawat inap
selalu menggunakan IV Line dengan berbagai faktor pertimbangan
dari tim medis, pada bulan Februari terjadi penurunan jumlah pasien
sampai dengan 161 orang saja, namun kembali meningkat pada
bulan Maret sampai dengan 203 orang. Selama tri mester pertama
terjadi Infeksi Rumah Sakit yaitu; Phlebitis, ISK dan ILO.
1.2 Kejadian Phelebitis
item Jan Feb Mar
Total Pasien 205 161 203
Ivline 279 227 261
Phlebitis 3 3 1
perMil 10,75 13,22 3,83
target 50 50 50

Dari tabel diatas,pada bulan Januari jumlah pasien yang dipasang IV


Line sebanyak 205 orang dengan total lama hari penggunaan adalah
279 hari, hal ini disebabkan penggunaan infus hanya digunakan
untuk beberapa hari saja, rata-rata penggunaan adalah 1,5 hari.
Namun dalam jangka waktu pendek tersebut terdapat 3 kasus
kejadian phlebitis. Pada bulan Februari total pasien terpasang IV
Line adalah 161 tindakan dengan total lama hari penggunaan IV
Line adalah 227 hari, rata-rata penggunaan IV Line adalah 1,5 hari.
Kejadian phlebitis yang muncul adalah 3 kasus.
Sedangkan pada bulan Maret, jumlah pasien yang dirawat inap
sebanyak 203 orang, dengan total lama hari penggunaan IV Line
sebanyak 261 hari. Sedangkan angka kejadian phlebitis hanya 1
kasus.
1.3 Kejadian ISK

item Jan Feb Mar


Total Pasien 205 161 203
Cateter 107 84 106
ISK 3 1 0
perMil 28,04 11,90 0,00
target 50 50 50
Dari tabel diatas dapat diketahui pada bulan Januari tindakan
penggunaan kateter sebanyak 107 kali, ini berarti tidak semua pasien
dilakukan pemasangan kateter pada bulan tersebut, namun terjadi
kasus ISK sampai dengan 3 kasus kejadian. Sedangkan pada bulan
Februari hanya 1 kasus dan tidak ada kasus pada bulan Maret.
1.4 Kejadian ILO
item Jan Feb Mar
Total Pasien 205 161 203
SC 22 22 24
ILO 0 0 2
% 0% 0% 8%

Dari tabel diatas digambarkan total tindakan sectio cesaria pada


bulan Januari sebanyak 22 tindakan, hal halnya dengan bulan
Februari mencapai 22 tindakan. Sedangkan pada bulan Maret
mencapai 24 tindakan.
Namun, pada bulan Maret tercatat 2 pasien rawat inap pasca SC
dengan diagnosa ILO, kedua pasien diketahui sebelumnya menjalani
SC di RSB Paradise.
1.5 Perbandingan kejadian Phlebitis dengan Lama hari penggunaan IV
Line dan Pembahasan

Dari grafik diatas dapat dilihat dengan jelas terjadi penurunan angka
kejadian phlebitis pada bulan Januari ke Februari dan Maret, yaitu
dari 3 kasus menjadi 1 kasus saja walaupun dengan lama hari
penggunaan IV Line yang terpaut jauh, namun dengan rata-rata lama
hari pemakaian yang dapat dikatakan sama yaitu 1,5 hari saja.
Temuan ini secara dokumen memang masih dapat dikatakan aman
saja, sebab target yang dipasang adalah 50 perMil, namun jika
dihadapakan kepada rata-rata lama penggunaan yaitu 1,5 hari dengan
kamus indikator penetapan Phlebitis yaitu 2x24 jam penggunaan IV
Line, maka data ini dapat dikatakan cukup tinggi.
Seperti grafik dibawah ini tampak kejadian phlebitis masih dibawah
target, yaitu 50 perMil.

Kejadian Phlebitis trimester awal


kejadian perMil target

50 50 50

13.216
10.753
3.831
1 2 3

Analisa Hasil :
 Kejadian phlebitis masih dibawah target yang telah
ditentukan sebelumnya, yaitu 50 perMil.
 Namun jika dibandingkan dengan penetapan kamus indikator
Phlebitis, maka kejadian phlebitis dapat dianggap melampaui
target, yaitu untuk ditetapkan phlebitis harus terpasang 2x24
jam IV Line, sedangkan rerata penggunaan IV Line pada
pasien hanya mencapai 1,5 hari saja.
 Dari rerata tersebut dapat disimpulkan pasien menggunakan
IV Line rata-rata hanya selama 1 sampai 2 hari saja.

Faktor penyebab:
 Kesalahan teknik pemasangan jarum IV line
 Kepatuhan Hand hygiene sebelum melaksanakan tindakan
aseptik yang masih kurang, dibuktikan dengan hasil audit
menunjukkan hanya 75% capaianya.
 Tidak dilakukannya edukasi kepada pasien tentang
pentingnya menjaga kebersihan area luka IV Line
 Kebersihan ruang rawat yang masih kurang baik.

Rencana Tindak lanjut:


 Resosialisasi pelaksanaan pemasangan IV Line
 Resosialisasi Hand hygiene sesuai moment indikasi
 Meningkatkan edukasi kepada pasien tentang menjaga
kebersihan area luka IV Line dan pelaksanaan hand hygiene
yang benar
 Bimtek tindakan invasif terkait pemasangan IVLine

1.6 Perbandingan kejadian ISK dengan Lama hari penggunaan kateter

Dari grafik diatas, dapat dilihat angka kejadian ISK pada Januari
sebanyak 3 kasus, berbanding dengan lama hari penggunaan adalah
107, menurun pada bulan berikutnya menjadi 1 kasus dan menjadi 0
kasus pada bulan Maret. Tentu ini merupakan sesuatu yang baik,
mengingat penggunaan kateter seluruhnya bukan dengan kateter
menetap, hanya keteter sementara disaat pasien akan melahirkan
ataupun pasca SC.
Berdasarkan grafik dibawah, kejadian ISK masih dibawah target,
yaitu tertinggi dibulan Januari dengan 28,04 perMil dari target 50
perMil. Sehingga dapat dikatakan baik, namun jika dihadapkan
dengan penetapan ISK yaitu 2x24 penggunaan kateter, maka data ini
dapat dikatakan tidak baik. Justru seharusnya data yang didapat
adalah NOL kasus kejadian.

Kejadian ISK dalam trimester awal


perMil kejadian target

50 50 50

28.037

11.905

.000
1 2 3

Analisa Hasil :
 Kejadian ISK yang tercatat adalah ISK yang didapatkan dari
luar, bukan sebab penggunaan kateter di RSB Paradise
 Kurang pengetahuan petugas dalam menetapkan status ISK
yang disebabkan penggunaan kateter
 Kesalahan teknik pemasangan kateter pada tindakan sebelum
persalinan untuk mengosongkan kandung kemih, misalnya
tidak dilakukan teknik aseptik

Faktor penyebab :
 Kurang pengetahuan petugas dalam melakukan tindakan
invasif
 Kepatuhan melakukan hand hygiene yang masih kurang
sebelum melakukan tindakan aseptik.
 Kurang pengetahuan petugas dalam menetapkan status
infeksi saluran kemih yang disebabkan pemasangan kateter
menetap.

Rencana tindak lanjut:


 Resosialisasi penetapan status infeksi saluran kemih pada
pasien yang menggunakan kateter menetap
 Bimtek pemasangan kateter / tindakan invasif

1.7 Perbandingan kejadian ILO dengan tindakan SC

Dari grafik di atas, pada Januari tindakan SC baik cito maupun


elektif mencapai 22 kasus, sama dengan bulan Februari. Namun
meningkat menjadi 24 tindakan pada bulan Maret, dan tercatat ada
dua kasus ILO dirawat inap pasca tindakan SC berselang 7 sampai
dengan 14 hari pasien diperbolehkan pulang.

Analisa hasil :
 Kurangnya edukasi pasien pasca SC dalam merawat luka
operasi
 Adanya kemungkinan pasien yang dirawat inap tidak
melakukan tindakan SC di RSB Paradise, atau ILO
didapatkan dari luar.

Faktor penyebab :
 Kurang pengetahuan petugas dalam menetapkan ILO
 Validasi hasil pelaksanaan sterilisasi peralatan pembedahan
 Kurangnya edukasi kepada pasien tentang pentingnya
menjaga kebersihan atau merawat luka operasi

Rencana tindak lanjut:


 Meningkatkan sosialisasi atau edukasi kepada pasien pasca
bedah dalam merawwat luka operasi
 Meningkatkan pengetahuan petugas dalam menentukan status
ILO
 Monitoring dan perbaikan pelaksanaan pensterilan peralatan
pembedahan

1.8 Audit Kepatuhan Hand Hygiene


periode Indikasi 5 Moment Yang dilakukan
Total Opp
1 2 3 4 5
Januari 41 75 85 76 79 71
Februari 53 67 90 63 68 68
Maret 68 86 100 67 67 77

Dari tabel diatas dapat dijelaskan sebagai berikut; sebagai bahan


dasar penilaian adalah kepatuhan dalam Moment pelaksanaan Hand
Hygiene, bukan pada pelaksanaan 6 langkah hand hygiene, yaitu;
Moment 1. Sebelum kontak pasien
Moment 2. Sebelum tindakan aseptik
Moment 3. Setelah terkena cairan tubuh
Moment 4. Setelah kontak pasien
Moment 5. Setelah kontak lingkungan pasien
Hasil audit trimester awal ini didapatkan data yang fluktuatif dari
71%, menjadi 68% pada bulan Februari, dan menjadi 77% pada
bulan Maret.
Sedangkan moment yang tertinggi angka kepatuhannya adalah
setelah terkena cairan tubuh, yaitu mencapai 100% pada bulan
Maret. Sedangkan hasil audit terendah pada moment sebelum kontak
pasien yaitu 41% pada bulan Januari. Seperti pada grafik dibawah
ini;

Kepatuhan Hand Hygiene


(dalam %)
Januari Februari Maret

100
86 85 90
75 76 79
68 67 68 67
63 67
53
41

1 2 3 4 5

Dalam audit kepatuhan Hand Hygiene ini lebih difokuskan kepada


pelayanan di keperawatan, hal ini disebabkan dianggap tingginya
kasus phlebitis dan ISK jika dikaitkan dengan penetapan kamus
indikator yaitu selama 2x24 jam penggunaan alat medis, sedangkan
rerata penggunaan alat medis tersebut hanya mencapai 1,5 hari tiap
pasien.
Analisa Hasil :
 Kepatuhan pelaksanaan Hand Hygiene lebih banyak patuh
pada moment 3, yaitu setelah terkena cairan tubuh
 Moment 1, yaitu sebelum kontak pasien tercatat fluktuatif
terjadi peningkatan sampai dengan bulan Maret
 Moment 2, yaitu sebelum melakukan tindakan aseptik
tercatat berfluktuatif cukup rendah. Yaitu hanya sekitar 53%
sampai dengan 68% pada bulan Maret.
Faktor penyebab :
 Kurangnya kesadaran petugas dalam melaksanakan hand
hygiene yang bertujuan untuk patient safety dan keselamatan
petugas
 Fasilitas hand rub yang belum secara kontinue tersedia

Rencana tindak Lanjut:


 Koordinasi ketersediaan handrub
 Resosialisasi tentang pentingnya hand hygiene

1.9 Audit kepatuhan Pembuangan Sampah Medis


periode B.Tajam Infeksius Non-Inf Domestik Plabot satuan
Januari 85 75 95 85 100 %
Februari 95 85 85 85 95 %
Maret 95 90 95 90 90 %

Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa terdapat hasil yang


fluktuatif pada kepatuhan pembuangan sampah medis, baik sampah
benda tajam, sampah infeksius dan non infeksius.
Audit dilakukan setiap bulan dengan target ruang pelayanan rawat
inap, dimana ruangan ini menjadi area paling banyak menimbulkan
sampah medis. Sehingga harus dilakukan pengontrolan kepatuhan
pembuangan sampah medis tersebut.
Berikut grafik hasil tabel di atas;
Analisa Hasil :
 Kepatuhan petugas dalam membuang sampah medis
terpantau fluktuatif
 Masalah muncul justru bukan dari kepatuhan pembuangan
sampah, namun kesinambungan penatalaksanaan sampah jika
mulai penuh. Petugas CS kurang sigap dalam mengantisipasi
keadaan tersebut
Faktor penyebab :
 Kurangnya kepatuhan CS terhadap prosedur pengelolaan
sampah medis
 Kurang motivasi dalam pelaksanaan kegiatan
 Kurang pengawasan dalam pelaksanaan kegiatan

Rencana tindak lanjut:

 Meningkatkan pengetahuan CS dalam mengelola limbah


medis
 Meningkatkan pengawasan dalam pelaksanaan kegiatan
pengelolaan sampah
E. KESIMPULAN
1. Infeksi rumah sakit yang terjadi selama trimester pertama tahun
2018 yaitu adanya Phlebitis, ISK dan ILO
2. Namun pada kasus ISK, tidak dapat dikonfirmasi lebih lanjut. Hal
tersebut disebabkan kurangnya pengetahuan petugas dalam
menetapkan IRS ISK
3. Munculnya ILO sebagai IRS di RSB Paradise, diantara faktor
penyebab adalah kurangnya kepatuhan dalam melakukan Hand
Hygiene dan pemrosesan peralatan perawatan pembedahan yang
kurang baik.
4. Kepatuhan hand hygiene petugas perawatan masih berfokus pada
kegiatan moment 3, yaitu setelah terkena cairan tubuh. Sedangkan
pada moment lainnya masih dibawah 90%, hal ini disebabkan
kurangnya kesadaran dalam pentingnya melaksanakan hand
hygiene.
5. Dalam pembuangan sampah, petugas dapat dinilai cukup patuh.
Masalah pengelolaan sampah terjadi di manajemen pengelolaan
sampah, yaitu CS.yaitu kurangnya pengawasan, motivasi dan
kesadaran dalam melaksanakan kegiatan sesuai SPO.
F. PENUTUP

Demikian laporan ini dibuat sebagai dokumentasi pelaksanaan


kegiatan berkala dan laporan kepada Direktur mengenai program
Pencegahan Dan Pengendalian Infeksi yang dilaksanakan di Rumah
Sakit Bersalin Paradise.

Batulicin, April 2018

Ketua TPPIR

Anda mungkin juga menyukai