Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH MIKROBIOLOGI LINGKUNGAN

CARA STERILISASI, DESINFEKSI, CARA PENGAMBILAN


DAN PEMERIKSAAN MIKROORGANISME

Disusun Oleh :
KELOMPOK 5

Allaam Aisy Fadhlurrahman P23133117071


Khairunisya Diva Andini P23133117055
Nadhifah Putri Yasmina P23133117057
Putri Nabila P23133117060

2 DIV B

KESEHATAN LINGKUNGAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAKARTA II

Jln. Hang Jebat III/F3 Kebayoran Baru Jakarta 12120 Telp. 021.7397641, 7397643

Fax. 021. 7397769 E-mail : info@poltekkesjkt2.ac.id Website : http://poltekkesjkt2.ac.id

2018/2019
A. Cara Sterilisasi Alat dan Bahan (Medium)
Menurut Brazilian (2009), Sterilisasi adalah suatu proses untuk memperoleh
penghilangan atau penghancuran sempurna dari semua bentuk mikroorganisme yang bisa
berkembang selama siklus umur simpan dari suatu barang. Secara konvensional, suatu
barang dianggap steril ketika probabilitas kelangsungan hidup mikroorganisme yang lebih
rendah dari 1:1.000.000 (10-6).
Menurut Haditoemo (1993), Sterilisasi merupakan suatu proses untuk mematikan
semua organisme yang teradapat pada suatu benda. Proses sterilisasi dapat dibedakan
menjadi 3 macam, yaitu penggunaan panas (pemijaran dan udara panas); penyaringan;
penggunaan bahan kimia (etilena oksida, asam perasetat, formaldehida dan glutaraldehida
alkalin).
Sterilisasi dalam mikrobiologi merupakan suatu proses untuk mematikan semua
organisme yang terdapat pada atau di dalam suatu benda. Hal-hal yang dilakukan ketika
pertama kalinya melakukan pemindahan biakan bakteri secara aseptik, sesungguhnya hal
itu telah menggunakan salah satu cara sterilisasi, yaitu pembakaran. Di lain sisi, ada
beberapa peralatan dan media yang umum dipakai di dalam pekerjaan mikrobiologi yang
menjadi rusak apabila dibakar.

1. Macam-macam sterilisasi
Prinsip sterilisasi dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu:
a. Sterilisasi secara mekanik (filtrasi) menggunakan suatu saringan yang berpori
sangat kecil (0.22 mikron atau 0.45 mikron) sehingga mikroba tertahan pada
saringan tersebut. Proses ini ditujukan untuk sterilisasi bahan yang peka panas,
misalnya larutan enzim dan antibiotik.
b. Sterilisasi secara fisik dapat dilakukan dengan dua cara:
1) Pemanasan
a) Pemijaran (dengan api langsung): membakar alat pada api secara langsung,
contoh alat jarum inokulum, pinset, batang L, dll.
b) Panas kering: sterilisasi dengan oven kira-kira 60-180C
c) Uap air panas: konsep ini mirip dengan mengukus. Bahan yang
mengandung air lebih tepat menggunakan metode ini supaya tidak terjadi
dehidrasi.
d) Sterilisasi panas kering cocok untuk alat yang terbuat dari kaca misalnya
erlenmeyer, tabung reaksi, dll.
e) Uap air panas bertekanan: menggunalkan autoklaf
2) Radiasi
Sinar Ultra Violet (UV) juga dapat digunakan untuk proses sterilisasi,
misalnya untuk membunuh mikroba yang menempel pada permukaan interior
Biological Safety Cabinet (BSC) atau Laminar Air Flow (LAF) dengan
disinari lampu UV. Gamma bersumber dari Cu60 dan Cs137 dengan aktivitas
sebesar 50-500 kilo curie serta memiliki daya tembus sangat tinggi. Dosis
efektifitasnya adalah 2,5 MRad. Gamma digunakan untuk mensterilkan alat-
alat yang terbuat dari logam, karet serta bahan sintesis seperti pulietilen.
c. Sterilisasi secara kimiawi biasanya menggunakan senyawa desinfektan.
Desinfektan adalah suatu bahan kimia yang dapat membunuh sel-sel vegetatif dan
jasad renik, bersifat merusak jaringan. Prosesnya disebut desinfeksi. Contoh:
alkohol, fenol, halogen.
2. Alat yang digunakan untuk sterilisasi
a. Autoklaf (autoclave)
Autoklaf merupakan alat sterilisasi yang sering digunakan. Alat ini
bekerja dengan sistem sterilisasi basah. Secara prinsip, cara kerja alat ini adalah
sterilsasi dengan menggunakan uap air pada suhu 1210C selama 15 menit pada
tekanan 1 atm. Atau lebih tergantung ketinggian tempat terhadap permukaan air
laut. Sterilisasi uap ini tergantung pada ; (1) sifat bahan atau alat, harus dapat
ditembus atau terkena uap secara merata tanpa mengalami kerusakan agar proses
sterilisasi berlangsung efektif, (2) kondisi sterilisasi harus bebas udara (vacuum),
(3) suhu yang terukur harus mencapai 1210C dan dipertahankan selama 15 menit.
b. Oven
Oven bersuhu tinggi (160 - 1700C) biasa digunakan untuk sterilisasi
kering. Karakteristik sterilisasi kering adalah suhu tinggi dan waktu sterilisasi
yang lama (1-3 jam). Bahan atau alat yang akan disterilisasi kering harus tahan
panas dan tidak mengalami kerusakan pada suhu yang digunakan dan disterilkan
dengan cara membungkus, menyumbat atau meletakkannya dalam wadah
tertutup untuk mencegah kontaminasi ketika dikeluarkan dari oven.
c. Sterilisasi dengan bahan kimia
Bahan yang tidak tahan panas seperti plastik dapat disterilsasi dengan
menggunakan gas etilen oksida atau bahan kimia asam perasetat, formaldehid,
dan glutaraldehid alkalin pada suhu kamar selama 2-18 jam. Beberapa hal yang
harus diperhatikan dalam sterilisasi kimiawi ini adalah : (1) Bahan yang
digunakan sebagai sterilisator harus benar-benar dihilangkan sebelum alat
digunakan dan biasanya memerlukan waktu yang cukup lama, (2) daya bakar
bahan kimia sterilisator, (3) persyaratan peralatan dan biaya pelaksanaan.
d. Penyaringan
Penyaringan merupakan teknik sterilisasi bahan cair pada suhu ruang
dengan menggunakan penyaring yang memiliki pori-pori kurang dari 0,45 atau
0,22 μm. beberapa bahan yang umum disterilisasi dengan teknik ini adalah cairan
serum, antibiotik, enzim, toksin larutan bikarbonat dan medium sintetik tertentu.
3. Cara sterilisasi alat, medium/ bahan dan area kerja
a. Alat : b. Bahan :
 Autoclave  Aquadest
 Oven  Alcohol Aseptis (70%)
 Bunsen  Spiritus
 Botol Semprot Alcohol  Kertas Pembungkus/Al-Foil
 Cawan Petri
 Kapas
 Erlenmeyer
 Kasa
 Tabung Reaksi
 Tissue
 Pipet Volumetrik
 Plastik Tahan Panas
 Mortar Keramik
 Karet Gelang
 Kertas Label
c. Prosedur :
1) Bungkus rapi alat-alat gelas yang akan disterilisasi dengan kertas
pembungkus/Al-Foil;

2) Khusus untuk sterilisasi dengan Autoclave, tempatkan alat dan/ medium yang
akan disterilisasi ke dalam plastik tahan panas;

3) Sterilisasi dengan Autoclave : (1) Buka tutup autoclave, (2) Masukkan


aquadest ke dalam Autoclave hingga penanda batas air, (3) Tempatkan alat
dan/ medium ke dalam Autoclave, susun rapi, (4) Tutup Autoclave, (5)
Nyalakan Autoclave dan tunggu hingga suhu mencapai 121 0C dan Tekanan
sebesar 1 atm/ 15 lb (Kondisi Sterilisasi), jangan lupa menutup katup uap
Autoclave, (6) Mulai sterilisasi selama 15 – 20 menit, (7) Setelah selesai,
matikan Autoclave dan buka katup uap Autoclave, (8) Tunggu hingga tekanan
turun hingga 0 atm (suhu agak dingin), (9) Buka secara hati-hati penutup
Autoclave, (20) Keluarkan alat dan/ medium dari dalam Autoclave.

4) Sterilisasi dengan Oven : (1) Buka pintu Oven, (2) Tempatkan alat ke dalam
Oven dengan susunan yang rapi , (3) Tutup pintu Oven, (4) Setting suhu
Oven : 160 – 170 0C, waktu : 60 menit, (5) mulai sterilisasi, (6) Setelah
selesai, matikan Oven, (8) Keluarkan alat dari dalam Oven.

5) Sterilisasi Area Kerja : (1) Bersihkan meja kerja dari alat/bahan yang ada di
atasnya, (2) Usap bersih dengan menggunakan tissue, (3) Semprot merata
dengan Alcohol 70%, (4) ratakan dengan tissue bersih, (5) Tunggu hingga
kering, (6) Nyalakan Bunsen.

B. Disenfektan dan Antiseptik


1. Desinfektan
Desinfektan adalah bahan yang direkomendasikan oleh produsen untuk aplikasi pada
objek/benda mati untuk membunuh berbagai mikroorganisme.
a) Sifat-sifat desinfektan:
o Stabilitas kimia
o Ekonomis
o Tidak berwarna dengan warna dan bau diterima
o Bakterisida, tidak hanya statis tetapi juga mampu menghancurkan spora
o Spectrum kerja yang luas
o Non-korosif
o Mampu berpentasi dengan baik
o Kompatibel dengan senyawa organic lain seperti sabun
b) Penggolongan desinfektan
Disenfektan digolongkan menjadi tiga kategori berdasarkan tingkat potensinya:
1) Tingkat tinggi, yang digunakan untuk pengolahan instrumen semi-kritis atau
perangkat dan termasuk zat diatur oleh Food and Drug Administration (FDA)
seperti glutaraldehid, klorin dioksida-hidrogen peroksida, orthophthaldehyde,
dan formulasi berbasis asam perasetat;
2) Tingkat menengah, yang digunakan untuk desinfektan tips untuk epilator
jarum dan termasuk zat diatur oleh Environmental Protection Agency (EPA)
seperti alkohol yang mengandung 70 sampai 90 persen etanol atau
isopropanol, senyawa klorin, dan fenolik atau iodophor dengan persiapan
tertentu yang ditetapkan oleh EPA;
3) Tingkat rendah, yang digunakan untuk disinfeksi permukaan lingkungan atau
non-instrumen dan termasuk dalam bahan yang diatur oleh EPA seperti
senyawa amonium kuaterner dan fenolik atau iodophor dengan persiapan
tertentu yang ditetapkan oleh EPA.

2. Antiseptik
Antiseptik adalah bahan yang direkomendasikan oleh produsen untuk aplikasi
dermal, atau aplikasi pada selaput lendir manusia atau hewan untuk membunuh
mikroorganisme, atau untuk mencegah pertumbuhan mikroorganisme pada tingkat
yang dapat menyebabkan terjadinya infeksi klinis.
a. Sifat-sifat antiseptic:
 Stabilitas kimia
 Ekonomis
 Tidak berwarna dengan warna dan bau diterima
 Bakterisida, tidak hanya statis tetapi juga mampu menghancurkan spora
 Spectrum kerja yang luas
 Aksi yang cepat dan aksi yang mematikan berkalanjutan
 Tidak menyebabkan iritasi pada jaringan ketika digunakan
 Non-alergi terhadap subjek
 Tidak ada toksisitas siatemik (tidak diserap)
 Tetap aktif, dengan adanya cairan tubuh misalnya darah dan nanah
b. Jenis-jenis antiseptik
Ada banyak sekali agen kimia yang dapat digunakan sebagai antiseptik.
Beberapa antiseptik yang umum digunakan adalah etakridin laktat (rivanol),
alkohol, yodium, dan hidrogen peroksida. Sebagian besar produk antiseptik di
pasar mengandung satu atau lebih campuran zat tersebut.
1) Etakridin laktat (rivanol)
Etakridin laktat adalah senyawa organik berkristal kuning oranye yang
berbau menyengat. Penggunaannya sebagai antiseptik dalam larutan 0,1%
lebih dikenal dengan merk dagang rivanol. Tindakan bakteriostatik rivanol
dilakukan dengan mengganggu proses vital pada asam nukleat sel mikroba.
Efektivitas rivanol cenderung lebih kuat pada bakteri gram positif daripada
gram negatif. Meskipun fungsi antiseptiknya tidak sekuat jenis lain, rivanol
memiliki keunggulan tidak mengiritasi jaringan, sehingga banyak digunakan
untuk mengompres luka, bisul, atau borok bernanah. Bila Anda memiliki bisul
di pantat, duduk berendam dalam larutan rivanol dapat membantu
mempercepat penyembuhannya. Untuk luka kotor yang berpotensi infeksi
lebih besar, penerapan jenis antiseptik lain yang lebih kuat disarankan setelah
luka dibersihkan.
2) Alkohol
Alkohol adalah antiseptik yang kuat. Alkohol membunuh kuman
dengan cara menggumpalkan protein dalam selnya. Kuman dari jenis bakteri,
jamur, protozoa dan virus dapat terbunuh oleh alkohol. Alkohol (yang
biasanya dicampur yodium) sangat umum digunakan oleh dokter untuk
mensterilkan kulit sebelum dan sesudah pemberian suntikan dan tindakan
medis lain. Alkohol kurang cocok untuk diterapkan pada luka terbuka karena
menimbulkan rasa terbakar.
Jenis alkohol yang digunakan sebagai antiseptik adalah etanol (60-
90%), propanol (60-70%) dan isopropanol (70-80%) atau campuran dari
ketiganya. Metil alkohol (metanol) tidak boleh digunakan sebagai antiseptik
karena dalam kadar rendah pun dapat menyebabkan gangguan saraf dan
masalah penglihatan. Metanol banyak digunakan untuk keperluan industri.
3) Yodium
Yodium atau iodine biasanya digunakan dalam larutan beralkohol
(disebut yodium tinktur) untuk sterilisasi kulit sebelum dan sesudah tindakan
medis. Larutan ini tidak lagi direkomendasikan untuk mendisinfeksi luka
ringan karena mendorong pembentukan jaringan parut dan menambah waktu
penyembuhan. Generasi baru yang disebut iodine povidone (iodophore),
sebuah polimer larut air yang mengandung sekitar 10% yodium aktif, jauh
lebih ditoleransi kulit, tidak memperlambat penyembuhan luka, dan
meninggalkan deposit yodium aktif yang dapat menciptakan efek
berkelanjutan. Salah satu merk antiseptik dengan iodine povidone adalah
betadine.
Keuntungan antiseptik berbasis yodium adalah cakupan luas aktivitas
antimikrobanya. Yodium menewaskan semua patogen utama berikut spora-
sporanya, yang sulit diatasi oleh disinfektan dan antiseptik lain. Beberapa
orang alergi terhadap yodium. Tanda alergi yodium adalah ruam kulit
kemerahan, panas, bengkak dan terasa gatal.
4) Hidrogen peroksida
Larutan hidrogen peroksida 6% digunakan untuk membersihkan luka
dan borok. Larutan 3% lebih umum digunakan untuk pertolongan pertama
luka gores atau iris ringan di rumah. Hidrogen peroksida sangat efektif
memberantas jenis kuman anaerob yang tidak membutuhkan oksigen. Namun,
oksidasi kuat yang ditimbulkannya merangsang pembentukan parut dan
menambah waktu penyembuhan. Untung mengurangi efek sampingnya,
hidrogen peroksida sebaiknya digunakan dengan air mengalir dan sabun
sehingga paparannya terbatas. Jika menggunakan hidrogen peroksida sebagai
obat kumur, pastikan Anda mengeluarkannya kembali setelah berkumur.
Jangan menelannya.

Selain keempat bahan di atas, di masa lalu ada juga antiseptik berbasis merkuri yang
dikenal dengan nama merkurokrom atau obat merah. Obat merah kini tidak
dianjurkan, bahkan dilarang di banyak negara maju, karena kandungan merkurinya
dapat berbahaya bagi tubuh. Beberapa zat alami seperti madu, lidah buaya dan
bawang putih juga bisa digunakan sebagai antiseptik

C. Cara Isolasi Kuman


Prinsip dari isolasi mikroba adalah memisahkan satu jenis mikroba dengan
mikroba lain yang berasal dari campuran bermacam-macam mikroba. Hal ini dapat
dilakukan dengan menumbuhkannya dalam media padat, sel-sel mikroba akan
membentuk koloni sel yang tetap pada tempatnya  (Nur, I. dan Asnani, 2007).
Dikenal beberapa cara atau metode untuk memperoleh biakan murni dari suatu
biakan campuran. Dua diantaranya yang paling sering digunakan adalah metode cawan
gores dan metode cawan tuang. Yang didasarkan pada prinsip pengenceran dengan
maksud untuk memperoleh spesies individu. Dengan anggapan bahwa setiap koloni dapat
terpisah dari satu jenis sel yang dapat diamati  (Afrianto, 2004).
Biakan murni diperlukan dalam berbagai metode mikrobiologis, antara lain
digunakan dalam mengidentifikasi mikroba. Untuk mengamati ciri-ciri kultural
morfologi, fisiologi dan serologi dibutuhkan mikroba yang berasal dari satu
spesies  (Dwidjoseputro, 2005).
Beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam melakukan isolasi mikroba yaitu antara
lain:
1. Sifat setiap jenis mikroba yang akan diisolasi
2.  Tempat hidup atau asal mikroba tersebut
3. Medium pertumbuhan yang sesuai
4. Cara menginokulasi mikroba;e) cara menginkubasi mikroba
5. Cara menguji bahwa mikroba yang diisolasi telah berupa kultur murni dansesuai
dengan yang dimaksud
6. Cara memelihara agar mikrobia yang telah diisolasi tetap merupakan kultur murni.
7.  Sifat setiap jenis mikroba yang akan diisolasi
8.  Tempat hidup atau asal mikroba tersebut
9. Medium pertumbuhan yang sesuai
10. Cara menginokulasi mikroba;e) cara menginkubasi mikroba
11. Cara menguji bahwa mikroba yang diisolasi telah berupa kultur murni dansesuai
dengan yang dimaksud
12. Cara memelihara agar mikrobia yang telah diisolasi tetap merupakan kultur murni.

Menurut Hadioetomo (1993), ada dua metode yang dilakukan untuk memperoleh biakan
murni yaitu :
1. Metode cawan gores
Metode ini mempunyai dua keuntungan, yaitu menghemat bahan dan waktu.
Metode cawan gores yang dilaksanakan dengan baik kebanyakan akan menyebabkan
terisolasinya mikroorganisme yang diinginkan.
2. Metode cawan tuang
Cara lain untuk memperoleh koloni murni dari populasi campuran
mikroorganisme adalah dengan mengencerkan spesimen dalam medium agar yang
telah dicairkan dan didinginkan ( ±50 oC ) yang kemudian dicawankan. Karena
konsentrasi sel-sel mikroba di dalam spesimen pada umunya tidak diketahui
sebelumnya, maka pengenceran perlu dilakukan beberapa tahap sehingga sekurang-
kurangnya satu di antara cawan tersebut mengandung koloni terpisah di atas
permukaan ataupun di dalam agar. Metode ini memboroskan bahan dan waktu namun
tidak memerlukan keterampilan yang tinggi.

Metode cawan gores memiliki dua keuntungan yaitu menghemat bahan dan
waktu. Namun untuk memperoleh hasil yang baik diperlukan keterampilan yang
lumayan yang biasanya diperoleh dari pengalaman. Metode cawan gores yang
dilaksanakan dengan baik kebanyakan akan menyebabkan terisolasinya mikroorganisme
seperti yang diinginkan. Dua macam kesalahan yang umum sekali dilakukan oleh para
mahasiswa yang baru mulai mempelajari mikrobiologi ialah tidak memanfaatkan
permukaan medium dengan sebaik-baiknya untuk digores sehingga pengenceran
mikroorganisme menjadi kurang lanjut dan cenderung untuk menggunakan inokulum
terlalu banyak sehingga menyulitkan pemisahan sel-sel yang digoreskan (Ratna, 1990).

Menurut Admin (2008), terdapat berbagai cara untuk mengisolasi mikroba yakni :

1. Isolasi pada cawan


Prinsip pada metode isolasi pada cawan adalah mengencerkan
mikroorganisme sehingga diperoleh individu spesies yang dapat dipisahkan dari
organisme lainnya. Setiap koloni yang terpisah yang tampak pada cawan tersebut
setelah inkubasi berasal dari satu sel tunggal. Terdapat beberapa cara dalam metode
isolasi pada cawan, yaitu :  metode gaores kuadran dan metode agar cawan tuang.
Metode gores kuadran , bila metode ini dilakukan dengan baik akan menghasilkan
terisolasinya mikroorganisme, dimana setiap koloni berasal dari setiap sel. Metoe
agar tuang berbeda dengan metoe gores kuadran, cawan tunag menggunakan
medium agar yang dicairkan dan didinginkan yang kemudian dicawankan,
pengenceran tetap perlu dilakukan sehingga pada cawan yang terakhir mengandung
koloni-koloni yang terpisah di atas permukaan atau di dalam cawan.
2. Isolasi pada medium cair
Metode isolasi pada medium cair dilakukan bila mikroorganisme tidak dapat
tumbuh pada agar cawan (medium padat), tetapi hanya dapat tumbuh pada kultur
cair. Metode ini juga perlu dilakukan pengencaran dengan beberapa serial
pengenceran. Semakin tinggi pengenceran peluang untuk mendapatkan satu sel
semakin besar.
3. Isolasi sel tunggal
Metode isolasi sel tunggal dilakukan untuk mengisolasi sel mikroorganisme
berukuran besar  yang tiak dapat diisolasi dengan metode agar cawan atau medium
cair, sel mikroorganisme dilihat dengan menggunakan pembesaran sekitar 100 X,
kemudian sel tersebut dipisahkan dengan menggunakan pipet kapiler yang sangat
halus ataupun micromanipulator yang dilakukan secara aseptik.

D. Sifat-sifat Koloni Kuman


Menurut Dwidjoseputro (1980), sifat-sifat koloni yang tumbuh pada agar-agar
lempengan, pada agar-agar miring dan pada tusukan gelatin adalah sebagai berikut :
1. Sifat-sifat koloni pada agar-agar lempengan mengenai bentuk, permukaan dan tepi.
Bentuk koloni dilukiskan sebagai titik-titik, bulat berbenang, tak teratur, serupa
akar, serum kumparan. Permukaan koloni dapat datar, timbul mendatar, timbul
melengkung, timbul mencembung, timbul membukit dan timbul berkawah. Tepi
koloni ada yang utuh, ada yang berombak, ada yang berbelah-belah, ada yang
bergerigi, ada yang berbenang-benang dan ada yang keriting.
2. Sifat-sifat koloni pada agar-agar miring. Sifat ini berkisar pada bentuk dan tepi
koloni dan sifat itu dinyatakan dengan kata-kata seperti : serupa pedang, serupa
duri, serupa tasbih, serupa titik-titik, serupa batang dan serupa akar.
3. Sifat koloni tusukan dalam gelatin. Ada bakteri yang dapat mengencerkan gelatin.
Karena itu, maka bentuk-bentuk koloninya juga berbeda-beda. Lagipula bentuk
koloni yang tidak dapat mengencerkan gelatin. Bila dilihat dari samping koloni
yang tidak mengencerkan gelatin dapat serupa pedang, tasbih, bertonjol-tonjol dan
berjonjot. Jika bakteri mampu mengencerkan gelatin, maka bentuk koloninya dapat
serupa kawah, serupa mangkuk, serupa corong, pundi-pundi dan berlapis.
DAFTAR PUSTAKA

Hadioetomo, R. , 1993, Teknik dan Prosedur Dasar Laboratorium Mikrobiologi, Gramedia:


Jakarta.

Hadioetomo RS. 1985. Mikrobiologi dasar dalam praktek: Teknik dan prosedur dasar
laboratorium. Jakarta: Gramedia.

Brazilian Journal of Pharmaceutical Sciences. Volume 45. (2009)

Therapeutic Goods Order No. 54 — Standard for Disinfectants and Sterilants. Office of
Legislative Drafting and Publishing, Attorney-General’s Department, Canberra. 25 Maret
2009.

Therapeutic Goods Order No. 54 — Standard for Disinfectants and Sterilants. Office of
Legislative Drafting and Publishing, Attorney-General’s Department, Canberra. 25 Maret
2009.

http://majalahkesehatan.com/

http://disachem.blogspot.com/2012/04/laporan-mikrobiologi-teknik-isolasi.html

http://www.scribd.com/doc/43096211/isolasi-mikroba

http://maskiahbiologi09.blogspot.com/2012/05/teknik-isolasi-mikroba.html

Anda mungkin juga menyukai