Anda di halaman 1dari 15

BAHAN AJAR

Etika atau etos (Yunani Kuno) mempunyai arti kebiasaan – kebiasaan tingkah laku
manusia, adat, akhlak, waktu, peraturan, sikap, dan cara berfikir.
Etika atau Ehics (Bahasa Inggris) mempunyai arti ukuran tingkah laku atau perilaku
manusia yang baik, yakni tindakan yang tepat yang harus dilaksanakan oleh manusia sesuai
dengan moral pada umumnya.
Etika atau Mos/Mores (Jamak) mempunyai arti adat, kebiasaan.
Etika menurut KBBI mengandung arti :
a. Ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk tentang hak dan kewajiban moral.
b. Kumpulan asa atau nilai yang berkenaan dengan akhlak.
c. Nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat.
Etika dalam buku Bertens dibagi menjadi 3 pengertian yaitu :
a. Etika berarti kumpulan asas atau nilai – nilai dan norma – norma moral yang menjadi
pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya.
b. Etika berarti kumpulan asas atau nilai moral, yang dimaksud disini adalah kode etik.
c. Etika mempunyai arti ilmu tentang apa yang baik atau buruk.
Dua macam etika menurut Keraf, sebagai berikut :
a. Etika Dekriptif
Etika yang menelaah secara kritis dan rasional tentang sikap dan perilaku manusia,
serta apa yang dikejar oleh setiap orang dalam hidupnya sebagai suatu yang bernilai.
b. Etika Normatif
Etika yang menetapkan berbagai sikap dan perilaku yang ideal dan seharusnya
dimiliki oleh manusia atau apa yang seharusnya dimiliki oleh manusia atau apa yang
seharusnya dijalankan oleh manusia dan tindakan apa yang bernilai dalam hidup ini.

Etiket dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia mempunyai arti :


a. Etiket (Belanda) secarik kertas yang ditempelkan pada kemasan barang – barang
(dagang) yang bertuliskan nama, isi, dan sebagainya tentang barang itu.
b. Etiket (Perancis) adat sopan santun atau tata krama yang perlu selalu diperhatikan
dalam pergaulan agar hubungan selalu baik.
Persamaan etika dan etiket yaitu :
a. Etika dan etiket menyangkut perilaku manusia.
b. Norma bagi perilaku manusia dan dengan demikian menyatakan apa yang harus
dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan.
Perbedaan Etiket dengan etika
Bertens dalam bukunya berjudul Etika membedakan etiket dan etika menjadi 4
macam yaitu :
a. Etiket menyangkut cara (tata cara) suatu perbuatan harus dilakukan manusia.
b. Etiket hanya berlaku dalam situasi dimana kita tidak seorang diri (ada orang lain
disekitar kita).
c. Etiket bersiat relatif dimana dianggap tidak sopan dalam suatu kebudayaan, bisa saja
dianggap sopan dalam kebudayaan lain.
d. Etiket memandang manusia dari segi lahiriah saja.
BAHAN AJAR

Aplikasi Etika Dalam Asuhan Antenatal Care (ANC)


Lingkup Asuhan Kehamilan
a. Konsepsi : Bersatunya ovum dan sperma yang didahului oleh evaluasi dan
inseminasi.
b. Ovulasi : Runtuhnya ovum dari folikel dan ovarium bila ovum gagal bertemu
dalam waktu 2 x 24 jam.
c. Inseminasi : Keluarnya sperma dari uretra pria dalam vagina wanita. Sperma
bergerak melalui uterus lalu ketuba fallopi dengan kecepatan 1 kaki/ jam. Alat
gerak sperma adalah ekor dengan panjang rata – rata 10 x bagian kepala.
d. Asuhan kehamilan normal dan identiikasi kehamilan dalam rangka penapisan
untuk menjaring keadaan resiko tinggi dan mencegah adanya komplikasi
kehamilan.

Hak – Hak Wanita Hamil


1. Wanita hamilberhak mendapatpenjelasan oleh tenaga kesehatan yang memberikan
asuhan tentang efek – efek potensial langsung atau tidak langsung dari penggunaan
obat atau tindakan selama masa kehamilan, persalinan, kelahiran, atau menyusui.
2. Wanita hamil berhak mendapat informasi terapi alternatif sehingga dapat mengurangi
atau meniadakan kebutuhan akan obat dan intervensi obstetrik.
3. Pasien kebidanan berhak untuk merawat bayinya sendiri bila bayinya normal.
4. Pasien kebidanan berhak memperoleh informasi tentang siapa yang akan menjadi
pendamping selama persalinan dan kualifikasi orang tersebut.
5. Pasien kebidanan berhak memperoleh atau memiliki catatan medis dirinya serta
bayinya dengan lengkap, akurat, dan dapat dipertanggung jawabkan.
6. Wanita hamil berhak mendapat inormasi eek tindakan yang kan dilakukan baik pada
ibu dan janin.
7. Wanita hamil berhak untuk ditemani selama masa – masa yang meyenangkan pada
saat kehamilan dan persalinan.
8. Pasien kebidanan berhak memperoleh catatan perincian biaya RS atau tindakan atas
dirinya.
9. Wanita hamil berhak mendapat informasi sebelum atau bila diantisipasi akan
dilakukan SC.
10. Wanita hamil berhak mendapat informasi tentang merk obat dan reaksi yang kan
ditimbulkan atau reaksi obat yang pernah dialami.
11. Wanita hamil berhak mengetahui nama – nama yang memberikan obat – obat atau
melakukan prosedur tindakan.
12. Wanita hamil berhak mendapat informasi yang akan dilakukan atasnya.
13. Wanita hamil berhak memilih konsultasi medis untuk memilih posisi yang persalinan
yang dapat menurunkan stres.

APLIKASI ETIKA DALAM PELAYANAN INTRANATAL CARE (INC)


Aplikasi etika dalam pelayanan intranatal dapat dilukiskan melalui prinsip – prinsip
etika, antara lain :
1. Menghargai otonomi.
2. Melakukan tindakan yang benar (Beneicience)
3. Mencegah tindakan yang dapat merugikan (Nonmaleeficience)
4. Memberlakukan manusia dengan adil (justice)
5. Menjelaskan dengan benar.
6. Menepati janji yang telah disepakati.
7. Menjaga kerahasiaan (Nonmaleficience dan beneficience)

Hak – hak klien pada Asuhan Sayang Ibu dan Bayi pada Persalinan.
a. Memberi pelayanan kepada ibu dengan ramah dan penuh perhatian.
b. Memberikan semangat dan dukungan kepada ibu.
c. Meminta keluarga mendampingi ibu selama proses persalinan.
d. Memberi kesempatan bagi ibu untuk memilih posisi mengejan yang diinginkan.
e. Memberikan asupan nutrisi yang cukup bagi ibu, seperti makan dan minum disetiap
proses persalinan.
f. Melakukan rawat gabung ibu dan bayinya.
g. Membimbing ibu untuk memeluk bayinya dan sesegera mungkin memberikan ASI,
diupayakan pemberiannya dilakukan kurang dari 1 jam atau disebut IMD.
h. Memantau kondisi ibu dan janin setelah melahirkan.
i. Memberikan asupan nutrisi setelah melahirkan.
j. Menganjurkan ibu untuk beristirahat setelah melahirkan.
k. Mengajarkan ibu dan keluarga atau suami mengenali tanda dan gejala bahaya yang
mungkin terjadi.
l. Mengajarkan ibu, keluarga, dan suami cara untuk mencari pertolongan disaat terjadi
hal yang berbahaya.
m. Selama persalianan normal, intervensi hanya dilaksanakan jika benar – benar
dibutuhkan yaitu jika ada ineksi dan penyulit.
n. Obat – obat esensial, bahan dan perlengkapan harus tersedia oleh petugas dan
keluarga.

Etika pada masa Postnatal


1. Kebijakan program nasional masa nifas.
Kebijakan program nasional pada masa nifas yaitu paling sedikit empat kali
melakukan kunjungan pada masa nifas, dengan tujuan untuk :
a. Menilai kondisi kesehatan ibu dan bayi.
b. Melakukan pencegahan terhadap kemungkinan – kemungkinan adanya gangguan
kesehatan ibu nifas dan bayinya.
c. Mendeteksi adanya komplikasi atau masalah yang terjadi pada masa nifas.
d. Menangani komplikasi atau masalah yang timbul dan mengganggu kesehatan ibu
nifas maupun bayinya.
2. Undang – undang yang mengatur kode etik bidan dalam asuhan nifas.
Pasal 10 ayat 1 menjelaskan bahwa pelayanan kesehatan ibu antara lain pada masa
nifas.
Pada ayat 2d menjelaskan bahwa bidan memberikan pelayanan ibu nifas normal, ayat
3e menjelaskan bahwa bidan berwenang memberikan vitamin A dosis tinggi pada
masa nifas.

Hak – hak Ibu Nifas


Beberapa hak – hak pasien secara umum adalah :
1. Hak untuk memperoleh informasi.
2. Hak untuk mendapatkan pelayanan yang berkualitas.
3. Hak untuk mendapatkan perlindungan dalam pelayanan.
4. Hak untuk mendapatkan jaminan kesehatan.
5. Hak untuk mendapatkan pendapingan suami atau keluarga dalam pelayanan.
6. Hak untuk mendapatkan pelayanan sesuai pilihan.
Untuk memenuhi kebutuhan pasien tersebut, bidan berkewajiban memberikan asuhan
sesuai standart. Standart asuhan pada ibu nifas telah diatur dalam KEPMENKES
369/MenKes/2007.

ETIKA DALAM PELAYANAN BAYI BARU LAHIR


Pengawasan dilakukan terhadap bayi, antara lain :
1. Semua bayi baru lahir sebaiknya mendapatkan minimal 2x pemeriksaan sebelum
meninggalkan rumah bersalin/ rumah sakit/ sebelum bidan pulang (jika lahir
dirumah).
2. Pemeriksaan pertama adalah pemeriksaan skrining berhubungan dengan kelahiran.
3. Pemeriksaan kedua lebih komprehensif, termasuk usia dan riwayat kelahiran.
4. Jika bayi baru lahir pulang dalam waktu 6 – 12 jam, bidan harus mengajukan ibu
untuk melakukan kunjungan ulang dalam 3 – 5 hari sesudah lahir.
5. Jika bayi baru lahir tinggal dirumah sampai 48 jam, kunjungan ulang dapat ditunda
sampai usia bayi 10 – 14 hari.

Hak – hak yang harus diberikan kepada bayi baru lahir :


a. Pemeriksaan tanda bahaya seperti kemungkinan infeksi bakteri, ikterus, diare, berat
badan rendah.
b. Perawatan tali pusat.
c. Imunisasi Hep B 0 bila belum diberikan pada saat lahir.
d. Konseling terhadap ibu dan keluarga untuk memberikan ASI Ekslusif, pencegahan
hipotermi dan melaksanakan perawatan bayi baru lahir dirumah dengan menggunakan
buku KIA.
e. Penanganan dan rujukan kasus.

ETIKA DALAM PELAYANAN KELUARGA BERENCANA


1. Memberikan pelayanan keluarga berencana yakni pemasangan IUD, AKBK,
pemberian suntukan, tablet kondom, diafragma, jelly dan melaksanakan konseling.
2. Memberikan pelayanan efek samping pelayanan kontrasepsi.
3. Melakukan pencabutan AKBK tanpa penyulit. Tindakan ini dilakukan atas dasar
kompetensi dan pelaksanaanya berdasarkan protap.
4. Dalam keadaan darurat, untuk penyelamatan jiwa bidan berwewenang melakukan
pelayanan kebidanan selain kewenangan yang diberikan bila tidak mungkin
memperoleh pertolongan dari tenaga ahli.
5. Kewajiban bidan yang perlu diperhatikan dalam menjalankan kewenangan :
a. Meminta persetujuan yang akan dilakukan.
b. Memberikan informasi.
c. Melakukan rekam medis dengan baik.
BAHAN AJAR

BEBERAPA TANGGUNG JAWAB BIDAN


1. Menjaga agar pengetahuannya tetap up to date, terus mengembangkan pengetahuan
keterampilan kemahirannya agar bertambah luas serta mencakup semua aspek dari
peran seorang bidan.
2. Mengenali batas – batas pengetahuan, keterampilan pribadinya dan tidak berupaya
melampaui wewenangnya dalam praktek kliniknya.
3. Menerima tanggung jawab untuk mengambil keputusan serta konsekuensi dari
keputusan tersebut.
4. Berkomunikasi dengan pekerja kesehatan profesional lainnya dengan rasa hormat dan
martabat.
5. Memelihara kerja sama yang baik dengan staf kesehatan dan rumah sakit pendukung
untuk memastikan sistem perujukan yang optimal.
6. Kegiatan membantu mutu, yang bisa mencakup penilaian sejawat, pendidikan yang
berkesinambungan, kaji ulang kasus – kasus dan audit maternal/ perinatal.
7. Bekerja sama dengan masyarakatdimana ia berpraktik meningkatkan akses mutu
asuhan kesehatan.
8. Menjadi bagian dari upaya untuk meningkatkan status wanita serta kondisi hidup
mereka serta menghilangkan praktik – praktik kultur/ budaya yang sudah terbukti
merugikan kaum wanita.

HAK DAN KEWAJIBAN BIDAN


1. Hak Bidan
a. Bidan berhak mendapatkan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas
sesuai dengan profesinya.
b. Bidan berhak untuk bekerja sesuai dengan standart proesi pada setiap tingkat
jenjang pelayanan kesehatan.
c. Bidan berhak menolak keinginan pasien atau klien dan keluarga yang
bertantangan dengan peraturan perundangan dan kode etik profesi.
d. Bidan berhak atas kesempatan untuk meningkatkan diri baik melalui pendidikan
maupun pelatihan.
e. Bidan berhak memperoleh kesempatan untuk meningkatkan diri baik melalui
pendidikan maupun pelatihan.
f. Bidan berhak memperoleh kesempatan untuk meningkatkan jenjang karier dan
jabatan yang sesuai.
g. Bidan berhak mendapatkan kompensasi dan kesejahteraan yang sesuai.

STANDART PRAKTIK BIDAN


A. STANDAR PRAKTIK BIDAN
Pasal 53 ayat (2) UU No.23/92 Tentang Kesehatan, menjelaskan bahwa standart
profesi adalah pedoman yang harus dipergunakan sebagai petunjuk dalam
menjalankan profesinya dengan baik dan benar.
Standart I : Metode Asuhan
Asuhan kebidanan dilaksankan dengan metode manajemen kebidanan dengan
langkah : Pengumpulan data dan analisa sata, penentuan diagnosis perencanaan
pelaksanaan, evaluasi dan dokumentasi.
Deinisi operasional :
1. Ada format manajemen kebidanan yang sudah terdatar pada cacatan medis.
2. Format manajemen kebidanan terdiri dari : format pengumpulan data, rencana
format pengawasan resume dan tindak lanjut catatan kegiatan dan evaluasi.
Standart II : Pengkajian
Pengumpulan data tentang status kesehatan klien dilakukan secara sistematis
dan berkesinambungan. Data yang diperoleh dicatat dan dianalisis.
Definisi Operasional :
1. Ada format pengumpulan data.
2. Pengumpulan data dilakukan secara sistematis, terfokus, yang meliputi data :
- Demograi identitas klien.
- Riwayat penyakit terdahulu.
- Riwayat kesehatan reproduksi.
- Keadaan kesehatan saat ini termasuk kesehatan reproduksi.
- Analisis data.
3. Data dikumpulkan dari :
- Klien atau pasien, keluarga, dan sumber lain.
- Tenaga kesehatan.
- Individu dalam lingkungan terdekat.
4. Data diperoleh dengan cara.
- Wawancara.
- Observasi.
- Pemeriksaan fisik.
- Pemeriksaan penunjang.

Standart III : Diagnosis Kebidanan


Diagnosa kebidanan dirumuskan berdasarkan analisis data yang telah dikumpulkan.
Definisi operasional :
1. Diagnosis kebidanan dibuat sesuai dengan kesenjangan yang dihadapi oleh klien atau
suatu keadaan psikologis yang ada pada tindakan kebidanan sesuai dengan wewenang
bidan dan kebutuhan klien.
2. Diagnosis kebidanan dirumuskan dengan padat, jelas sistematis mengarah pada
asuhan kebidanan yang diperlukan oleh klien.

Standar IV : Rencana Asuhan


Rencana asuhan kebidanan dibuat berdasarkan diagnosis kebidanan
Definisi operasional :
1. Ada ormat rencana asuhan kebidanan.
2. Format rencana asuhan kebidanan terdiri dari diagnosis, rencana tindakan dan
evaluasi.

Standar V : Tindakan
Tindakan kebidanan dilaksanakan berdasarkan rencana dan perkembangan keadaan klien :
tindakan kebidanan dilanjutkan dengan evaluasi keadaan klien.
Definisi operasional :
1. Ada format tindakan kebidanan dan evaluasi.
2. Format tindakan kebidanan terdiri dari tindakan dan evaluasi.
3. Tindakan kebidanan dilaksanakan sesuai dengan rencana dan perkembangan klien.
4. Tindakan kebidanan dilaksanakan sesuai dengan prosedur tetap dan wewenang bidan
atau tugas kolaborasi.
5. Tindakan kebidanan dilaksanakan dengan menerapkan kode etik kebidanan, etika
kebidanan serta mempertimbangkan hak klien aman dan nyaman.
6. Seluruh tindakan kebidanan dicatat pada ormat yang telah tersedia.
Standart VI : Partisipasi Klien
Tindakan kebidanan dilaksanakan bersama- sama atau partisipasi klien dan keluarga
dalam rangka peningkatan pemeliharaan dan pemulihan kesehatan.
Definisi Operasional :
1. Klien/ keluarga mendapatkan informasi tentang :
- Status kesehatan saat ini.
- Rencana tindakan yang akan dilaksanakan.
- Peranan klien atau keluarga dalam tindakan kebidanan.
- Peranan petugas kesehatan dalam tindakan kebidanan.
- Sumber – sumber yang dapat dimanfaatkan.
2. Klien dan keluarga bersama – sama dengan petugas melaksanakan tindakan kegiatan.

Standart VII : Pengawasan


Monitor atau pengawasan terhadap klien dilaksanakan secara terus menerus dengan
tujuan mengetahui perkembangan klien.
Deinisi Operasional :
1. Adanya format pengawasan klien.
2. Pengawasan dilaksanakan secara terus menerus sistematis untuk mengetahui keadaan
perkembangan klien.
3. Pengawasan yang dilaksanakan selalu dicatat pada catatan yang telah disediakan.

Standart VIII : Evaluasi


Evaluasi asuhan kebidanan dilaksanakan terus menerus seiring dengan tindakan
kebidanan yang dilaksanakan dan evaluasi dari rencana yang telah dirumuskan.
Definisi operasional :
1. Evaluasi dilaksanakan setelah dilaksanakn tindakan kebidanan Klien sesuai dengan
standart ukuran yang telah ditetapkan.
2. Evaluasi dilaksanakan untuk mengukur rencana yang telah dirumuskan.
3. Hasil evaluasi dicatat pada format yang telah disediakan.
Standart IX : Dokumentasi
Asuhan kebidanan didokumentasikan sesuai dengan standart dokumentasi asuhan kebidanan
yang diberikan.
Defenisi operasional :
1. Dokumentasi dilaksanakn untuk disetiap langkah manajemen kebidanan.
2. Dokumentasi dilaksanakansecara jujur sistematis jelas dan ada yang bertanggung
jawab.
3. Dokumentasi merupakan bukti legal dari pelaksanaan asuhan kebidanan.

B. ASPEK HUKUM DALAM PRAKTIK KEBIDANAN


Praktik kebidanan merupakan inti dari berbagai kegiatan bidan dalam
penyelenggaraan upaya kesehatan yang harus terus – menerus ditingkatkan mutunya
melalui :
1. Pendidikan dan pelatihan berkelanjutan.
2. Pengembangan ilmu dan teknologi dalam kebidanan.
3. Akreditasi.
4. Sertifikasi.
5. Registrasi.
6. Uji Kompetensi.
7. Lisensi
Peraturan perundang – undangan yang melandasi praktik bidan :
- Peraturan perundang – undangan yang melandasi bidan, berupa hubungan
“keterikatan” antara klien dan bidan, secara hukum kesehatan keterikatan
adalah mengandung pengertian hak dan kewajiban.
- Tindakan bidan adalah sebagai subjek hukum, jika dilakukan berkaitan dengan
profesi bidan, apabila bukan menyandang profesi bidan maka tidak termasuk
perikatan secara hukum.
- Perundang – undangan sebagai landasan praktik bidan : Kep.MenKes
No.43/MenKes/SK/X/1983 tentang KODESKI, memuat segala sesuatu
tanggung jawab terhadap ketentuan profesi. UU.No. 23/1992 Tentang
kesehatan dan UUPK No. 29/2004 Tentang Praktik Kedokteran.
BAHAN AJAR

Bidan sebagai salah satu tenaga kesehatan pemberi pelayanan kepada masyarakat
harus memberikan pelayanan yang terbaik demi mendukung program pemerintah untuk
pembangunan dalam negeri, salah satunya dalam aspek kesehatan.
1. UU No.23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan.
Tujuan dari pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan, dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap warga negara Indonesia melalui upaya promotif,
preventif, kuratif, dan rehabilitatif sebagai upaya peningkatan sumber daya manusia
yang berkualitas.
2. Bidan erat hubungannya dengan penyiapan sumber daya manusia. Oleh karena
pelayanan bidan meliputi kesehatan reproduksi wanita, sejak remaja, masa calon
pengantin, masa hamil, masa persalinan, masa nifas, periode interval, masa
klimakterium, dan menoupause serta memantau tumbuh kembang balita serta anak
pra sekolah.
3. Visi pembangunan kesehatan Indonesia sehat 2010 adalah derajat kesehatan yang
optimal dengan strategi : paradigma sehat, profesionalisme, JPKM, dan desentralisasi.

Legalisasi, Registrasi, Dan Lisensi Dalam Kebidanan.


1. Legislasi
Legislasi adalah proses pembuatan undang – undang atau penyempurnaan perangkat
hukum yang sudah ada melalui serangkaian kegiatan sertifikasi (pengaturan
kompetensi), registrasi (pengaturan kewenangan).
Uji kompetensi yang dilakukan merupakan syarat wajib sebelum terjun kedunia kerja
dan sebagai alat ukur apakah tenaga kesehatan tersebut layak bekerja sesuai dengan
keahliannya.
Tujuan Legislasi
Tujuan legislasi adalah memberikan perlindungan kepada masyarakat terhadap
pelayanan yang telah diberikan. Bentuk perlindungan tersebut meliputi :
1. Mempertahankan kualitas pelayanan.
2. Memberi kewenangan.
3. Menjamin perlindungan hukum.
4. Meningkatkan profesionalisme.
SIB adalah bukti legislasi yang dikeluarkan oleh DepKes yang menyatakan bahwa
bidan berhak menjalankan pekerjaan kebidanan.

Peranan Legislasi
Dalam memberikan pelayanan ada hal – hal yang dapat menyebabkan ketidakpuasan
pasien atau masyarakat, diantaranya :
1. Pelayanan yang tidak aman.
2. Sikap petugas yang kurang baik.
3. Kurang komunikasi.
4. Salah Prosedur.
5. Kurang sarana prasarana.
6. Kurang Informasi.
Selain hal – hal yang dapat menyebabkan ketidakpuasan pasien, ada pula kriteria
agar bisa dikatakan professional, yaitu :
1. Mandiri.
2. Peningkatan kompetensi.
3. Praktek berdasarkan evidence based.
4. Menggunakan beberapa sumber informasi.

2. Registrasi
Registrasi adalah sebuah proses dimana seorang tenaga profesi harus mendaftarkan
dirinya pada suatu badan tertentu secara periodik guna mendapatkan kewenangan dan
hak untuk melakukan tindakan profesionalnya setelah memenuhi syarat – syarat
tertentu yang ditetapkan oleh badan tersebut.
Registrasi adalah proses pendaftaran, pendokumentasian dan pengakuan terhadap
bidan, setelah dinyatakan memenuhi minimal kompetensi inti atau standart
penampilan minimal yang ditetapkan, sehingga secara fisik dan mental mampu
melaksanakan praktik profesinya. (Registrasi menurut Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 900/MENKES/SK/VII/2002).

3. Tujuan Registrasi
a. Meningkatkan kemampuan tenaga profesi dalam mengadopsi kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang berkembang pesat.
b. Meningkatkan mekanisme yang objektif dan komprehensif dalam penyelesaian
kasus malpraktik.
c. Mendata jumlah dan kategori melakukan praktif.
Aplikasi proses registrasi dalam praktek kebidanan adalah sebagai berikut : bidan
yang baru lulus mengajukan permohonan dan mengirimkan kelengkapan registrasi
kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi dimana institusi pendidikan berada guna
memperoleh SIB selambat – lambatnya satu bulan setelah menerima Ijazah bidan.
Kelengkapan registrasi menurut Kepmenkes No.900/Menkes/SK/VII/2002 adalah
meliputi : fotokopi ijazah bidan, fotokopi transkrip nilai akademik, surat
keterangan sehat dari dokter, pas foto sebanyak 2 lembar.

Anda mungkin juga menyukai