Anda di halaman 1dari 21

RPKPP PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS

BAB II
KEBIJAKSANAAN PEMBANGUNAN
KOTA MAKASSAR

A. RENCANA PROGRAM JANGKA PANJANG DAERAH


(RPJPD) KOTA MAKASSAR
1. Arah Pembangunan Kota Makassar
Arah Pembangunan Kota Makassar 2025 di bagi kedalam dua bagian
besar, yakni arah pembangunan umum yang sifatnya menyeluruh dan
memayungi arah pembangunan sektoral atau arah pembangunan yang
bersifat segmentasi, serta arah pembangunan sektoral itu sendiri dengan
bagian-bagian yang dianggap penting bagi perkembangan masa depan Kota
Makassar.
2. Umum
Secara umum pembangunan Kota Makassar diarahkan pada
peningkatan kualitas SDM, kesejahteraan masyarakat dan pelayanan publik
yang didukung oleh ketersediaan infrastruktur pembangunan, lingkungan
fisik, sosial, politik dan ekonomi yang kondusif bagi Makassar yang
bermartabat dan manusiawi.
3. Pembangunan Kawasan dan Tata Ruang
a. Pengembangan Antar Kawasan
Pengembangan Kota Makassar diarahkan pada pertumbuhan kawasan
kota yang seimbang dengan memperhatikan dinamika pertumbuhan
penduduk, perkembangan ekonomi, kebutuhan pelayanan publik, tata
ruang kota dan kelestarian lingkungan yang dapat menjamin
kenyamanan lingkungan dan kesinambungan pembangunan. Selain itu,
pengembangan Makassar juga diarahkan secara terintegrasi dengan
daerah sekitarnya.

II - 1 LAPORAN AKHIR
RPKPP PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS

b. Pembangunan Infrastruktur
Pembangunan Kota Makassar diarahkan pada ketersediaan perumahan
dan permukiman, sarana transportasi, air bersih, listrik, sarana rekreasi
dan wisata, sarana kebersihan dan keindahan kota yang sejalan dengan
perkembangan penduduk, tata ruang kota, kemajuan ekonomi yang
mendukung perwujudan Makassar yang berwawasan lingkungan dan
bersahabat.
c. Pembangunan Lingkungan
Pembangunan Kota Makassar diarahkan pada penciptaan lingkungan
yang bersih, indah, lestari dan sehat yang mendukung terwujudnya
ketentraman, kenyamanan dan kedamaian bagi warga kota.

B. RENCANA PROGRAM JANGKA MENENGAH


DAERAH (RPJMD) KOTA MAKASSAR
1. Visi
Rumusan visi Makassar 2014 sebagai bagian dari pencapaian visi
jangka panjang sebagaimana yang telah dituangkan dalam Peraturan
Daerah Kota Makassar Nomor 13 Tahun 2006 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kota Makassar Tahun 2005 – 2025, yakni
”Makassar sebagai kota Maritim, Niaga, Pendidikan, Budaya dan Jasa
yang Berorientasi Global, Berwawasan Lingkungan dan Paling
Bersahabat” adalah bagian tidak terpisahkan/kelanjutan dari Visi
Pemerintah Kota Makassar 2009 sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan
Daerah Kota Makassar Nomor 14 Tahun 2004 tentang Rencana Strategis
Pemerintah Kota Makassar Tahun 2004-2009 yang disempurnakan dengan
Peraturan Daerah Kota Makassar Nomor 9 Tahun 2006 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Makassar Tahun 2005-2010
yakni ”Makassar Kota Maritim, Niaga dan Pendidikan yang Bermartabat
dan Manusiawi” sehingga untuk menjamin konsistensi pembangunan jangka
menengah dan jangka panjang dan agar dapat dipelihara kesinambungan
arah pembangunan daerah dari waktu ke waktu, maka disusun Visi 2014 :
II - 2 LAPORAN AKHIR
RPKPP PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS

”Makassar Menuju Kota Dunia Berlandas Kearifan Lokal”.


Visi ini terinspirasi dari dua hal mendasar, sebagai berikut :
Pertama, yakni jiwa dan semangat untuk memacu perkembangan Makassar
agar lebih maju, terkemuka dan dapat menjadi kota yang diperhitungkan
dalam pergaulan regional, nasional dan global. Kedua, yakni jiwa dan
semangat untuk tetap memelihara kekayaan kultural dan kejayaan
Makassar yang telah dibangun sebelumnya, ditandai dengan keterbukaan
untuk menerima perubahan dan perkembangan, sembari tidak
meninggalkan nilai-nilai yang menjadi warisan sejarah masa lalu.
Pembangunan berkarakter yaitu pembangunan mesti bisa dipahami,
memiliki bahasa publik, dapat dibaca, dapat dilakukan dan adalah sesuatu
yang berbeda antara satu dengan yang ada pada umumnya yang sekaligus
menggambarkan pelaku pembangunan itu sendiri, watak, prilaku individu
yang merancang dan menangani pembangunan itu.
Kriteria pembangunan berkarakter yaitu perlakuan pembangunan
sesuai kebutuhan, mengakselerasi potensi lokal, fokus dan menyelesaikan
masalah, integratif dan bersifat holistik, memiliki nilai pragmatis dan
filosofis.
2. Misi
Penjabaran dari visi tersebut, dilakukan melalui 5 (lima) misi sebagai
berikut :
a. Mewujudkan warga kota yang sehat, cerdas, produktif, berdaya saing
dan bermartabat;
b. Mewujudkan ruang kota yang ramah lingkungan;
c. Mewujudkan peran strategis Makassar dalam perekonomian domestik
dan internasional;
d. Mewujudkan tata kelola kepemerintahan yang baik dan berkualitas;
e. Mewujudkan kehidupan warga kota yang harmonis, dinamis, demokratis
dan taat hukum.

II - 3 LAPORAN AKHIR
RPKPP PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS

3. Nilai-Nilai
Agar pembangunan Kota Makassar memiliki daya dan tepat guna bagi
peningkatan kesejahteraan rakyat maupun kualitas lingkungan secara
berkelanjutan, maka diperlukan kekuatan kultural, moral dan religiusitas
berupa nilai-nilai yang ditumbuh kembangkan bersama.

C. TINJAUAN RTRW METROPOLITAN MAMMINASATA


1. Tujuan Rencana Tata Ruang Mamminasata
RTRW Mamminasata diharapkan dapat menunjukkan sebuah arahan
umum dan target yang akan dicapai melalui upaya-upaya yang dilakukan
oleh seluruh pihak terkait di Mamminasata hingga tahun 2020. Rencana
tersebut harus dirumuskan untuk dan oleh penduduk Mamminasata, dan
bukan rencana milik otoritas-otoritas publik yang berkepentingan atau
kelompok-kelompok tertentu yang tertarik dalam implementasinya. Untuk
alasan tersebut, maka Rencana Tata Ruang Mamminasata dilaksanakan
dengan menerapkan pendekatan partisipatoris dan saling tukar pendapat
dengan sebanyak mungkin pihak terkait.
Wilayah Mamminasata merupakan wilayah yang masih memiliki
berbagai resiko, seperti bencana alam, degradasi lingkungan, kondisi
perekonomian yang tidak menentu, dan konflik-konflik sosial. Resiko-resiko
semacam itu harus dapat dikurangi sebanyak mungkin melalui implementasi
RTRW Mamminasata. Diharapkan agar prinsip ini dapat ditetapkan dengan
jelas dalam rencana tata ruang dan terus diupayakan pada seluruh tahap
implementasi rencana.
Tujuan RTRW Mamminasata sebagai berikut :
 Menetapkan target bersama dan gambaran umum untuk masa depan
Mamminasata (2020) demi kepentingan seluruh masyarakat dan pihak-
pihak terkait di Mamminasata;

II - 4 LAPORAN AKHIR
RPKPP PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS

 Menciptakan sebuah wilayah metropolitan yang dinamis dan harmonis


yang sejalan dengan pelestarian lingkungan dan peningkatan amenitas di
seluruh wilayah Mamminasata;
 Meningkatkan taraf hidup penduduk Mamminasata, yang menjamin
tersedianya kesempatan kerja dan pelayanan sosial yang memadai,
menggiatkan kegiatan perekonomian dan mengurangi tingkat resiko; dan
 Berfungsi sebagai model bagi pengembangan masa depan untuk wilayah
metropolitan di Indonesia;
Untuk mewujudkan tujuan tersebut, diperlukan komitmen yang kuat
dari pihak pemerintah, swasta, akademisi, lembaga-lembaga swadaya
masyarakat, dan masyarakat umum di wilayah Mamminasata. Setiap upaya
harus diarahkan untuk menciptakan sebuah wilayah metropolitan yang
nyaman untuk dihuni dari generasi ke generasi.
Di samping keempat tujuan di atas, akan lebih mudah bagi para
pihak di Mamminasata bila ditetapkan sebuah semboyan untuk RTRW
Mamminasata. Melalui berbagai diskusi dengan pihak terkait dalam
berbagai lokakarya yang diadakan, dirumuskan sebuah semboyan untuk
pengembangan tata ruang Mamminasata :
“Metropolitan Mamminasata yang Bersih, Kreatif dan Terkoordinasi”
Bersih (Clean), Kreatif (Creative) dan Terkoordinasi (Coordinated)
(yang disingkat CCC atau 3C) akan menjadi sebuah gambaran umum yang
dipegang oleh semua pihak terkait. RTRW Mamminasata juga akan
dirumuskan dan diimplementasikan dengan mengikuti dan mewujudkan
semboyan Kawasan Metropolitan yang Kreatif, Bersih dan Terkoordinasi.
2. Strategi Pengembangan Tata Ruang
Strategi pengembangan wilayah Mamminasata sebagai berikut.
 Mamminasata sebagai Pusat Logistik dan Perdagangan di Kawasan
Timur Indonesia
Rencana tata ruang yang ada menggambarkan bahwa wilayah
Mamminasata akan berfungsi sebagai pusat kawasan timur Indonesia.
Diharapkan pula bahwa Mamminasata akan memiliki jaringan internasional

II - 5 LAPORAN AKHIR
RPKPP PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS

dengan negara-negara ASEAN dan negara-negara lainnya di Asia Timur.


Perhatian khusus perlu diluangkan untuk Kawasan Pertumbuhan ASEAN
Timur yang dibentuk oleh sejumlah negara seperti Brunei, Indonesia,
Malaysia, dan Pilipina (BIMP-East ASEAN Growth Area).
Fungsi sebagai “Pusat” tidak boleh dibatasi hanya pada transportasi
di Kawasan Timur Indonesia. Berdasarkan teori pengembangan klaster,
fungsi Mamminasata diusulkan menjadi “Pusat Logistik dan Perdagangan”.
Karena itu rencana tata ruang disarankan agar diimplementasikan secara
strategis sehingga Mamminasata akan berfungsi sebagai sebuah pusat
logistik dan perdagangan di Kawasan Timur Indonesia dan Asia Timur.
Agar berfungsi sebagai pusat yang efektif, Wilayah Mamminasata
harus mengembangkan sektor perdagangan dan manufakturnya secara
bersamaan dan dikoordinasikan dengan baik. Jika sektor manufaktur
dikembangkan di Wilayah Mamminasata dalam tingkatan tertentu, maka
bahan baku yang berasal dari Kalimantan, Papua dan pulau-pulau lainnya di
Kawasan Timur Indonesia dapat diolah dan dirakit di wilayah Mamminasata.
Melalui proses penambahan nilai seperti itu, nilai ekonomi yang lebih tinggi
akan dihasilkan di Wilayah Mamminasata.
Fungsi industri pengolahan saat ini yang terkonsentrasi di Pulau Jawa
(utamanya di Surabaya bagi produk-produk tanpa proses pengolahan yang
berasal dari Wilayah Mamminasata) diharapkan akan secara strategis
beralih ke Wilayah Mamminasata sesegera mungkin, dan dalam jangka
panjang, fungsi ini akan lebih jauh dialihkan ke pusat-pusat lainnya di
Kawasan Timur Indonesia.
 Mamminasata sebagai Pelopor Seluruh Pembangunan di Sulawesi
Sebagaimana yang telah dibahas tersebut, Wilayah Mamminasata
memberi kontribusi sebesar 36% PDB di Sulawesi Selatan, dengan tingkat
pertumbuhan yang lebih tinggi pada PDRB dan produktivitas tenaga kerja
yang lebih tinggi dari pada kabupaten/kota lainnya. Sebagian besar sumber
daya di Sulawesi Selatan diolah di dan/atau dipasarkan melalui Makassar

II - 6 LAPORAN AKHIR
RPKPP PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS

dan Wilayah Mamminasata. Secara ekonomis dan finansial, wilayah


Mamminasata harus memimpin pembangunan di Provinsi Sulawesi Selatan
dalam jangka pendek dan jangka panjang dengan menciptakan jaringan
kegiatan ekonomi di kabupaten/kota dalam provinsi.
Penciptaan jaringan di Sulawesi Selatan, dengan Mamminasata
sebagai pusat daerah dan kota-kota lanilla sebagai pusat sub-daerah,
sangat penting dilakukan demi tercapainya keseimbangan pembangunan
daerah, serta mengurangi berbagai macam resiko. Jika jaringan semacam
itu tidak dikembangkan, maka ketidaksetaraan daerah akan semakin
meningkat baik secara ekonomis maupun secara sosial yang memperburuk
lingkungan di berbagai tempat.
Secara strategis, Mamminasata akan membentuk sebuah Klaster
Mamminasata yang mengembangkan jaringan untuk berbagai kegiatan
ekonomi dalam wilayah Mamminasata dan mengundang kabupaten-
kabupaten atau kota-kota lain di Provinsi Sulawesi Selatan untuk
membentuk Klaster Sulawesi Selatan. Klaster-klaster semacam itu tidak
boleh dibatasi hanya untuk Mamminasata dan Sulawesi Selatan saja.
Klaster-klaster tersebut dapat dikembangkan secara lebih luas hingga
mencakup seluruh Sulawesi sehingga membentuk Klaster Pulau Sulawesi.
Upaya-upaya pengembangan jaringan dalam klaster-klaster ini perlu
dijabarkan lebih jauh namun difasilitasi melalui pengembangan jaringan
transportasi darat, laut, dan udara. Dalam hal ini, pengembangan Jalan
Trans-Sulawesi, serta dukungan perluasan pelabuhan laut dan pelabuhan
udara di Mamminasata akan memainkan peranan penting. Jika usulan
pemindahan fungsi-fungsi pengolahan bahan baku dari Surabaya ke
Mamminasata dapat terwujud, maka secara perlahan-lahan namun pasti,
perpindahan tersebut pada gilirannya akan beralih ke Sulawesi Selatan dan
Pulau Sulawesi dalam jangka menengah dan jangka panjang. Dengan
demikian, Mamminasata berfungsi mengarahkan seluruh pembangunan di
Sulawesi dan Kawasan Timur Indonesia.

II - 7 LAPORAN AKHIR
RPKPP PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS

3. Rencana Tata Ruang


Rencana tata ruang wilayah Mamminasata akan dirumuskan untuk
mewujudkan Metropolitan Mamminasata yang Kreatif (Creative), Bersih
(Clean) dan Terkoordinasi (Coordinated). Untuk mewujudkan tujuan
tersebut, dilakukan penggambaran zonasi tata guna lahan dan penetapan
kebijakan lingkungan hidup. Di samping itu, dibahas pula mengenai peran
para pihak yang terkait untuk implementasi rencana tata ruang yang lebih
baik.
 Zonasi Tata Guna Lahan
Tata guna lahan Mamminasata saat ini (berdasarkan gambar satelit
IKONOS pada tahun 2003 dan informasi terkini) menunjukkan lahan
pertanian yang cukup luas (106.320 ha atau sekitar 42,5% dari seluruh
wilayah), penurunan luasan lahan hijau dan hutan (71.790 ha atau 28,7%)
dan meningkatnya kawasan perkotaan (14.930 ha atau 6,0%). Kawasan
perkotaan terdiri dari areal perumahan (13.140 ha), kawasan
komersial/bisnis (1.290 ha) dan kawasan industri (500 ha).
Rencana tata guna lahan yang dipersiapkan dalam RTRW Metropolitan
Mamminasata tahun 2004, sebagaimana yang diilustrasikan pada Gambar
6.2, menggambarkan wilayah yang lebih luas untuk permukiman perkotaan
(63.500 ha), kawasan perdagangan (68.800 ha) dan kawasan industri
(37.200 ha). Penentuan tata guna lahan ini nampaknya tidak berdasarkan
estimasi kebutuhan lahan. Ini menyulitkan pemahaman bagaimana
mengarahkan pertumbuhan yang akan datang secara efektif dan efisien jika
tidak didasarkan kerangka pembangunan mendatang.
Rencana-rencana tata guna lahan yang ada sebaiknya ditinjau
kembali dari segi konservasi lingkungan, serta berdasarkan kondisi yang ada
dan estimasi yang wajar mengenai permintaan akan kebutuhan
pemanfaatan lahan.
 Wilayah Pemanfaatan Terbatas untuk Pembangunan
Zonasi tata guna lahan dimulai dengan penentuan wilayah-wilayah
pemanfaatan terbatas dalam rencana tata guna lahan. Wilayah ini
II - 8 LAPORAN AKHIR
RPKPP PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS

mencakup (i) kawasan lindung dan terlarang, (ii) kawasan rawan resiko atau
bencana alam, dan (iii) kawasan reservasi untuk pemanfaatan khusus.
Kawasan lindung di Mamminasata mencakup mulai dari wilayah
konservasi hutan hingga ke arah timur sekitar 26.000 ha (10,4%) (merujuk
pada Keppres No. 41/1999). Untuk perlindungan tepi laut, garis pantai (100
m dari garis pasang tertinggi) dan tebing sungai (100 m pada sungai utama
dan 50 m untuk sungai kecil baik untuk tebing kanan maupun kiri)
merupakan kawasan terlarang (berdasarkan Keppres No. 32/1990 dan Perda
No. 47/1997).
Daerah rawan banjir dan lahan basah di Mamminasata perlu
ditetapkan secara jelas dan pemanfaatannya perlu dibahas dengan hati-hati
dari segi pencegahan resiko bencana dan konservasi lingkungan. Wilayah
yang rentan terhadap banjir membentang seluas lebih dari 15.500 ha
sepanjang Sungai Tallo dan Maros.
Lahan reservasi meliputi lahan irigasi oleh Proyek Irigasi Bili-Bili
(23.600 ha). Lahan marginal dalam lahan irigasi (hingga maksimum 5%)
dapat dirubah fungsi untuk keperluan permukiman dan keperluan lainnya
atas ijin pihak yang berwenang. Dengan syarat perubahan yang dilakukan,
tidak mengurangi manfaat yang diperoleh dari Proyek Bili-Bili. Bilamana
kawasan-kawasan yang ditetapkan untuk pemanfaatan terbatas, rawan
bencana dan reservasi dipetakan secara terpadu, maka kawasan terbatas
untuk pembangunan.
 Kebutuhan Akan Tata Guna Lahan
Sebagaimana yang diuraikan pada Bagian 4.1, jumlah penduduk di
Mamminasata akan meningkat sebanyak 630.000 jiwa (dari 2,25 juta jiwa
pada tahun 2005 menjadi 2,88 juta jiwa pada tahun 2020). Wilayah untuk
pengembangan kawasan permukiman di Makassar sudah terbatas, sehingga
dalam waktu dekat penduduk cenderung tinggal di pinggiran kota terutama
di Maros dan Gowa. Peningkatan penduduk di Takalar kurang lebih sama
dengan pertumbuhan Mamminasata (sekitar 1,6% per tahun).

II - 9 LAPORAN AKHIR
RPKPP PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS

RTRW Mamminasata yang ada memvisualisasikan wilayah


permukiman yang relatif luas, sekitar 63.400 ha. Ini tampaknya berlebihan.
Dengan mengarahkan penduduk untuk bermukim di rumah susun apartemen
yang dapat dihuni oleh banyak keluarga, maka lahan yang diperlukan akan
lebih sedikit. Tim Studi JICA memperkirakan kebutuhan lahan untuk
pemukiman akan bertambah sebanyak 7.000 ha selama periode
perencanaan (dari 13.000 ha pada tahun 2005 menjadi sekitar 20.000 ha
pada tahun 2020).
RTRW Mamminasata memvisualisasikan bahwa kawasan permukiman
akan berkembang di bagian timur Makassar, yaitu wilayah Makassar, Gowa
dan Maros. Arah ini terlihat cukup beralasan mengingat ketersediaan lahan.
Namun demikian, kawasan permukiman harus direncanakan dengan teliti
disesuaikan dengan jaringan transportasi. Tanpa perencanaan yang terpadu,
maka akan timbul kepadatan lalu lintas sebagai masalah utama sebagai
akibat dari pengembangan kawasan permukiman baru. Di samping itu,
lahan yang dibutuhkan untuk pengembangan industri diperkirakan mencapai
700 ha netto atau 1.500 ha bruto untuk zonasi tata guna lahan. Dari sudut
pandang industri potensial dan lokasi industri.

D. TINJAUAN RTRW KOTA MAKASSAR


Sebagaimana umumnya arah perkembangan wilayah yang cenderung
berkembang mengikuti sifat dari bentuk morfologinya, maka Kota Makassar
dibagi dalam 5 (lima) wilayah pengembangan kota, sebagai berikut :
a. Wilayah pengembangan (WP) I di atas Sungai Tallo, tepatnya dibagian
Utara dan Timur Kota. Dengan dasar kebijakan utamanya diarahkan
pada peningkatan peran dan fungsi-fungsi kawasan yang berbasis pada
pengembangan infrastruktur dasar ekonomi perkotaan melalui
pengembangan kegiatan secara terpadu seperti pengembangan fungsi
dari sektor industri dan pergudangan, pusat kegiatan perguruan tinggi,
pusat penelitian, bandar udara yang berskala internasional, kawasan

II - 10 LAPORAN AKHIR
RPKPP PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS

maritim dan pusat kegiatan penelitian sebagai sentra primer baru


bagian Utara kota
b. Wilayah pengembangan (WP) II dibawah Sungai Tallo, tepatnya dibagian
Timur dari jalan Andi Pangeran Pettarani sampai dengan batas bawah
dai Sungai Tallo. Dengan dasar dan kebijakan utamanya mengarah pada
pengembangan kawasan permukiman perkotaan secara terpadu dalam
bingkai pengembangan sentra primer baru bagian Timur Kota.
c. Wilayah pengembangan (WP) III pusat kota, tepatnya berda pada
sebelah Barat dari jalan Andi Pangeran Pettarani sampai dengan Pantai
Losari dari batas atas dari Sungai Balang Beru (Danau tanjung Bunga).
Dengan dasar kebijakan utamanya mengarah pada kegiatan revitalisasi
kota, pengembangan pusat jasa dan perdagangan, pusat bisnis dan
pemerintahan serta pengembangan kawasan permukiman secara
terbatas dan terkontrol guna mengantisipasi semakin terbatasnya lahan
kota yang tersedia.
d. Wilayah pengembangan (WP) IV di bawah Sungai Balang Beru (Danau
Tanjung Bunga), tepatnya batas bawah dari Sungai Balang Beru sampai
dengan batas administrasi Kabupaten Gowa. Dengan dasar kebijakan
utamanya mengarah pada pengembangan kawasan secara terpadu untuk
pusat kegiatan kebudayaan, pusat bisnis global terpadu berstandar
internasional, pusat bisnis dan pariwisata terpadu dan pusat olah raga
terpadu yang sekaligus menjadi sentra primer baru bagian selatan kota.
e. Wilayah pengembangan (WP) V Kepulauan Spermonde, dengan dasar
kebijakan utamanya yang diarahkan pada peningkatan kegiatan
pariwisata, kualitas kehidupan masyarakat nelayan melalui peningkatan
budidaya laut dan pemanfaatan sumberdaya perikanan dengan
konservasi ekosistem terumbu karang.
Arah kebijakan dan strategi pengembangan ruang Kota Makassar,
sebagai berikut :
a. Mengembangkan pemanfaatan ruang secara terpadu dengan pola
penggunaan campuran dengan dominasi fungsi-fungsi utama pada
II - 11 LAPORAN AKHIR
RPKPP PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS

plasma kawasan serta fungsi-fungsi pendukung pada sistem pusat


kegiatan kota (inti kawasan).
b. Mengembangkan sentra-sentra primer baru di Utara, Timur, Barat dan
Selatan kawasan pusat kota.
c. Mengembangkan dan menyempurnakan keseimbangan sistem
transportasi antara koridor Utara-Selatan dan koridor Timur-Barat serta
pengembangan kemungkinan koridor alternatif diagonal kota.
d. Mengembangkan sistem angkutan umum massal dengan moda bus
sebagai moda angkutan utama antar sistem pusat-pusat kegiatan ke 13
kawasan terpadu, moda pete-pete sebagai feeder dari bagian-bagian
ruang kawasan, dan moda becak sebagai moda angkutan masyarakat
antar lingkungan kawasan serta pengembangan terhadap kemungkinan-
kemungkinan kalayakan moda transportasi khusus diantaranya monorail.
e. Memaksimalkan pengembangan dan pengendalian pemanfaatan ruang
terhadap 51% dari luas kawasan daratan kota yang merupakan kawasan
dinamis (kawasan belum terbangun).
f. Mengembangkan kawasan-kawasan dan prasarana-prasarana ekonomi
prospektif dan strategis yang berdaya tarik tinggi sepanjang pantai
Makassar dalam usaha menangkap peluang strategis dari posisi Kota
Makassar yang terletak di titik penting koridor ALKI 2.
g. Mengembangkan dan menata kawasan pesisir pantai Makassar sebagai
waterfront city berskala internasional dan menjadi wajah masa depan.
h. Mewujudkan tata ruang pesisir, laut dan pulau dalam suatu sistem yang
terpadu.
i. Mengembangkan sistem pengendalian pencemaran sungai dan pantai
Makassar dengan mengendalikan dan menetapkan titik lokasi sistem
pembuangan akhir drainase skala kota dan instalasi pembuangan air
limbah skala kota sesuai dengan karakter masing-masing kawasan dari
keseluruhan 13 kawasan terpadu.

II - 12 LAPORAN AKHIR
RPKPP PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS

j. Menata kembali bentuk (Reshaping) pesisir pantai Makassar dengan


memanfaatkan hasil sedimentasi sebagai bahan baku reklamasi dalam
kepentingan mitigasi pantai Makassar.
k. Mengembangkan, menata dan melindungi DAS Sungai Tallo dan Sungai
Jeneberang dengan pembukaan dan peningkatan kualitas jalan arteri di
kedua bahu sungai sebagai pembatas jelas terhadap zona konservasi
dengan zona budidaya perkotaan sepanjang daerah aliran sungai.
l. Mewujudkan batas kawasan yang jelas dan mudah dipahami berdasarkan
batas jalan, batas alam dan batas administrasi demi kelncaran
pengendalian pemanfaatan ruang pada 13 kawasan terpadu.
m. Mempertahankan dan mengembangkan RTH baik sebagai sarana kota
maupun untuk keseimbangan ekologi kota
n. Mengakomodasi sektor informal melalui penataan terpadu kawasan
sektor informal di kawasan yang direncanakan dan menertibkan secara
sistimatik bangunan-bangunan sektor informal yang tidak sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
o. Mengembangkan dan mengoptimalkan penataan ruang berdasarkan
tipologi kawasan.

E. TINJAUAN RP4D KOTA MAKASSAR


Pengembangan kawasan permukiman, secara bertahap diharapkan
melengkapi infrastruktur kawasannya dengan sarana dan prasarana
lingkungan, yang jenis dan jumlahnya disesuaikan dengan kebutuhan
masyarakat setempat berdasarkan fasilitas umum/fasilitas sosial. Adapun
fasilitas umum dan fasilitas sosial sebagaimana dimaksudkan diatas,
meliputi; fasilitas pendidikan, kesehatan, peribadatan, olah
raga/kesenian/rekreasi, pelayanan pemerintah, bina sosial,
perbelanjaan/niaga dan transportasi.
Secara umum, strategi pengembangan kawasan permukiman dalam
13 kawasan terpadu dilakukan dengan mengembangkan cara-cara progresif

II - 13 LAPORAN AKHIR
RPKPP PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS

melalui program REVITALISASI, PEREMAJAAN LINGKUNGAN secara TERBATAS


dan TERUKUR dan ataupun MEMBANGUN BARU dari kawasan yang
direncanakan sebagai kawasan permukiman serta mengembangkan sarana
dan prasarana kawasan secara seimbang sesuai kebutuhan masyarakat
setempat.
Penyediaan pemukiman selain dikembangkan untuk kebutuhan
perumahan kelas menengah atas juga harus disediakan perumahan
menengah ke bawah/murah dan terjangkau oleh masyarakat banyak.
Penyediaan permukiman baru selalu dibarengi dengan penyediaan sarana
(fasilitas umum dan fasilitas sosial) dan parasarana penunjang perumahan
tersebut.
Pengembangan kawasan perumahan yang dijabarkan dalam 13
kawasan terpadu, dengan presentase luas ruang perumahan sebagai
berikut :
1. Rencana Pengembangan Kawasan Permukiman pada Kawasan Pusat Kota
ditargetkan menempati wilayah perencanaan seluas 733.50 Ha, dengan
uraian arahan pengembangannya sebagai berikut :
 Mengembangkan pola perbaikan lingkungan pada kawasan
permukiman kumuh berat dan sedang (Lette, Baraya dan Abu Bakar
Lambogo) termasuk pada kawasan sepanjang bantaran KANAL KOTA.
 Mendorong pengembangan peremajaan lingkungan pada kawasan
permukiman kumuh berat secara terbatas.
 Mendorong pengembangan kawasan permukiman secara vertikal dan
memperkecil perpetakan untuk penyediaan perumahan golongan
menengah-ke bawah yang dilegkapi dengan sarana prasarana yang
memadai.
 Mempertahankan lingkungan permukiman yang teratur, yang
tersebar dalam kelompok-kelompok perumahan berkomplek di dalam
kota.

II - 14 LAPORAN AKHIR
RPKPP PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS

 Membatasi pemanfataan dan pelestarian lingkungan khusus pada


kawasan pemugaran dan bangunan bersejarah di dalam kota.
 Mempertahankan fungsi perumahan pada kawasan mantap.
 Melengkapi fasilitas umum di kawasan permukiman.
 Membatasi perubahan fungsi kawasan permukiman yang sudah ada
dan sekaligus melestarikan lingkungannya.
2. Rencana pengembangan kawasan permukiman pada kawasan
Permukiman Terpadu ditargetkan menempati wilayah perencanaan
seluas 2.160.10 Ha dengan uraian arahan pengembangannya sebagai
berikut:
 Mempertahankan lingkungan permukiman yang teratur yang terdapat
dalam kawasan pelabuhan terpadu
 Mengembangkan kawasan permukiman baru terutama di wilayah
bagian timur kota (antara jalan lingkar tengah dan luar).
 Mendorong pengembangan kawasan permukiman KDB rendah beserta
fasilitasnya di daerah pengembangan permukiman Panakukang Mas.
 Mempertahankan lingkungan permukiman yang teratur yang tersebar
dalam kelompok-kelompok perumahan berkompleks di dalam
kawasan.
 Mempertahankan fungsi perumahan pada kawasan mantap.
 Melengkapi fasilitas umum di kawasan permukiman.
 Membatasi perubahan fungsi kawasan permukiman yang sudah ada
dan sekaligus melestarikan ligkungannya.
3. Rencana Pegembangan Kawasan Permukiman Pada Kawasan Pelabuhan
Terpadu ditargetkan menempati wilayah perencanaan seluas 29.16 Ha
dengan uraian arahan pengembangannya sebagai berikut :
 Mempertahankan lingkungan permukiman yang teratur yang terdapat
dalam kawasan pelabuhan terpadu
 Mengembangkan perbaikan lingkungan pada kawasan permukiman
kumuh sedang dan ringan (kawasan pesisir pantai utara, galangan

II - 15 LAPORAN AKHIR
RPKPP PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS

kapal – paotere) secara terbatas melalui pengembangan secara


vertikal, yang dilengkapi sarana dan prasarana yang memadai.
 Mengembangkan permukiman masyarakat menegah-atas pada areal
reklamasi pantai utara.
 Membatasi perubahan fungsi kawasan permukiman di kota
tua/bersejarah dan pelabuhan Soekarno-Hatta sekaligus
melestarikan lingkungannya.
 Membatasi pemanfaatan kawasan dengan fungsi tertentu khususnya
pada kawasan pemugaran dan atau bangunan bersejarah dalam kota
seperti lingkungan dan bangunan makam raja-raja Tallo
 Mempertahankan fungsi perumahan pada kawasan mantap.
 Melengkapi fasilitas umum di kawasan permukiman penduduk.
 Membatasi perubahan fungsi kawasan permukiman yang sudah ada
dan sekaligus melestarikan ligkungannya.
4. Rencana Pengembangan Kawasan Permukiman Pada Kawasan Bandara
Terpadu ditargetkan menempati wilayah perencanaan seluas 201.18 Ha
dengan uraian arahan pengembangannya sebagai berikut:
 Mengarahkan pengembangan kawasan permukiman KDB rendah di
sekitar kawasan keselamatan operasi penerbangan Bandara
Hasanuddin dengan upaya mengembangkan budidaya tanaman hijau
produktif dan pertanian produktif
 Mendorong pengembangan peremajaan lingkungan pada kawasan
permukiman kumuh berat, sedang dan ringan.
 Mempertahankan lingkungan permukiman yang teratur yang tersebar
dalam kelompok-kelompok perumahan berkelompok di dalam
kawasan
 Mempertahankan fungsi perumahan pada kawasan mantap.
 Melengkapi fasilitas umum di kawasan permukiman.
 Membatasi perubahan fungsi kawasan permukiman yang sudah ada
dan sekaligus melestarikan lingkungannya.

II - 16 LAPORAN AKHIR
RPKPP PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS

5. Rencana Pengembangan Kawasan Permukiman Pada Kawasan Maritim


Terpadu Ditargetkan Menempati Wilayah Perecanaan Seluas 53.01 Ha
dengan uraian arahan pengembangannya sebagai berikut:
 Mengembangkan pola perbaikan lingkungan pada kawasan
permukiman kumuh dalam kawasan maritim terpadu berikut dengan
penyediaan sarana dan prasarana yang memadai
 Mengembangkan permukiman nelayan yang bernuansa wisata dan
berwawasan lingkungan hidup di kawasan Pantai Utara dan pulau-
pulau yang dihuni di Kepulauan Spermonde.
 Mengembangkan kawasan permukiman baru yang sesuai dengan
atmosfir kawasan maritim
 Mempertahankan, mengembangkan dan merevitalisasi lingkungan
permukiman nelayan “Untia” yang sudah ada
 Mempertahankan fungsi perumahan pada kawasan mantap
 Melengkapi fasilitas umum di Kawasan permukiman
 Membatasi perubahan fungsi kawasan permukiman yang sudah ada
dan sekaligus melestarikan lingkungannya
6. Rencana Pengembangan Kawasan Permukiman Pada Kawasan Industri
Terpadu ditargetkan menempati wilayah perecanaan seluas 151.81 Ha
dengan uraian arahan pengembangannya sebagai berikut:
 Mengembangkan perbaikan lingkungan pada kawasan permukiman
kumuh dalam kawasan industri terpadu secara terukur dan terkontrol
 Mempertahankan lingkungan permukiman yang teratur yang terdapat
dalam kawasan
 Mengembangkan dan perbaikan lingkungan pada kawasan
permukiman kumuh dilakukan melalui pengembangan secara
vertikal, dan memperkecil perpetakan untuk penyediaan perumahan
golongan menengah-bawah yang dilengkapi dengan sarana dan
prasarana yang memadai
 Mempertahankan lingkungan permukiman yang teratur

II - 17 LAPORAN AKHIR
RPKPP PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS

 Mempertahankan fungsi perumahan pada kawasan mantap


 Melengkapi fasilitas umum di Kawasan permukiman dalam kawasan
industri terpadu
 Membatasi perubahan fungsi kawasan permukiman yang sudah ada
dan sekaligus melestarikan lingkungannya
7. Rencana Pengembangan Kawasan Permukiman Pada Kawasan
Pergudangan Terpadu ditargetkan menempati wilayah perecanaan
seluas 156.20 Ha dengan uraian arahan pengembangannya sebagai
berikut:
 Mengarahkan pengembangan lingkungan permukiman secara lebih
teratur berdasarkan uraian dan arahan perencanaan yang sesuai
dengan atmosfir kawasan sebagai kawasan pergudangan
 Medorong penyediaan fasilitas umum dalam kawasan permukiman
yang dikembangkan
 Membatasi pengembangan lingkungan permukiman yang tidak sesuai
dengan atmosfir kawasan sebagai kawasan terpadu.
8. Rencana Pengembangan Kawasan Permukiman Pada Kawasan Pendidikan
Tinggi Terpadu ditargetkan menempati wilayah perecanaan seluas
358.86 Ha dengan uraian arahan pengembangannya sebagai berikut:
 Mengembangkan perbaikan lingkungan pada kawasan permukiman
kumuh ringan (pampang- pesisir sungai pampang) berikut dengan
penyediaan sarana dan prasarana yang memadai
 Mengembangkan kawasan permukiman KDB redah dalam areal
kawasan
 Mempertahankan fungsi perumahan pada kawasan mantap
 Membatasi perubahan fungsi kawasan permukiman yang sudah ada
dan sekaligus melestarikan lingkungannya
9. Rencana Pengembangan Kawasan Permukiman Pada Kawasan Penelitian
Terpadu ditargetkan menempati wilayah perecanaan seluas 24.35 Ha
dengan uraian arahan pengembangannya sebagai berikut:

II - 18 LAPORAN AKHIR
RPKPP PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS

 Mengarahkan pengembangan lingkungan permukiman yang sesuai


dengan konsep dan atmosfir wilayah sebagai kawasan penelitian
terpadu
 Mengembangkan pola perbaikan lingkungan pada kawasan
permukiman kumuh yang berada pada bagian hilir daerah aliran sugai
tallo berikut dengan penyediaan sarana dan prasarana yang memadai
 Mengembangkan kawasan permukiman KDB rendah dalam areal
kawasan
 Mempertahankan fungsi perumahan pada kawasan mantap
 Melengkapi fasilitas umum di Kawasan permukiman
 Membatasi perubahan fungsi kawasan permukiman yang sudah ada
dan sekaligus melestarikan lingkungannya
10. Rencana Pengembangan Kawasan Permukiman Pada Kawasan Budaya
Terpadu ditargetkan menempati wilayah perecanaan seluas 3.30 Ha
dengan uraian arahan pengembangannya sebagai berikut:
 Membatasi pengembangan lingkungan permukiman yang sesuai
dengan kosep dan atmosfir wilayah sebagai kawasan budaya terpadu
 Megarahkan perbaikan lingkungan pada kawasan permukiman warga
dengan penyediaan sarana dan prasarana yang memadai
 Membatasi pemanfaatan dan pelestarian lingkungan khususnya pada
kawasan pemugaran dan bangunan bersejarah dalam kawasan
11. Rencana Pengembangan Kawasan Permukiman Pada Kawasan Olahraga
Terpadu ditargetkan menempati wilayah perecanaan seluas 161.08 Ha
dengan uraian arahan pengembangannya sebagai berikut:
 Mendorong pengembangan kawasan permukiman baru berikut dengan
penataan lingkungannya yang disesuaikan dengan irama, aroma dan
warna kawasan sebagai kawasan olahraga terpadu
 Membatasi perubahan fungsi kawasan permukiman dan
lingkungannya yang tidak sesuai dengan kosep dan atmosfir kawasan
sebagai kawasan olahraga terpadu

II - 19 LAPORAN AKHIR
RPKPP PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS

 Mendorong penyediaan sarana dan prasarana dalam kawasan


permukiman yang dikembangkan dalam kawasan olahraga terpadu
12. Rencana Pengembangan Kawasan Permukiman Pada Kawasan Bisnis dan
Pariwisata Terpadu ditargetkan menempati wilayah perencaaan seluas
72.40 Ha dengan uraian pengembangannya sebagai berikut:
 Mengarahkan pengembangan lingkungan permukiman yang sesuai
dengan konsep dan atmosfir wilayah sebagai kawasan bisnis dan
pariwisata terpadu
 Mempertahankan kawasan permukiman KDB rendah pada daerah
permukiman Tajung Bunga
 Mempertahankan fungsi perumahan pada kawasan mantap
 Melengkapi fasilitas umum di kawasan permukiman
 Membatasi perubahan fungsi kawasan permukiman yang sudah ada
dan sekaligus melestarikan lingkungannya
13. Rencana Pengembangan Kawasan Permukiman Pada Kawasan Bisnis
Global Terpadu ditargetkan menempati wilayah perencanaan seluas
62.91 Ha dengan uraian pengembangan sebagai berikut:
 Mendorong perbaikan dan penataan lingkungan pada kawasan
perencanaan melalui pengembangan secara vertikal yang dilengkapi
sarana dan prasarana yang memadai
 Mengembangkan kawasan permukiman dengan KDB rendah melalui
pengembangan permukiman masyarakat menengah-atas pada areal
reklamasi pantai
 Melengkapi fasilitas umum di kawasan permukiman

F. KEBIJAKSANAAN PENGENDALIAN KAWASAN


Untuk mengatasi berbagai tantangan pembangunan dan guna
mewujudkan berbagai sasaran pembangunan Kota Makassar, maka akan
memerlukan rumusan kebijaksanaan kawasan perencanaan untuk diarahkan
pada pengendalian pertumbuhan penduduk, peningkatan mobilitasasi dan

II - 20 LAPORAN AKHIR
RPKPP PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS

persebaran penduduk yang lebih merata, pengembangan prasarana dan


sarana ekonomi, pemanfaatan sumber daya alam secara optimal serta
pelestarian fungsi lingkungan hidup.
Dalam kerangka peningkatan intensitas pembangunan, maka dalam
rumusan konsep pembangunan Kota Makassar khususnya penanganan
kawasan permukiman dihadapkan pada tantangan untuk tetap
meningkatkan aktivitas pengelolaan untuk menjamin pembangunan yang
berkelanjutan, dengan prinsip :
 Perkembangannya diarahkan untuk dapat menciptakan kesejahteraan
masyarakat, baik spritual maupun materil yang tercermin dengan
terciptanya kualitas kehidupan masyarakat.
 Agar pertumbuhan dan perkembangan kota dapat dikendalikan untuk
tidak melewati kemampuan lahan/batas ambang pemanfaatan yang
tersedia, sehingga keseimbangan antara kemampuan lahan dan kegiatan
sosial ekonomi masyarakat dapat terwujud.
 Agar perkembangan kota dapat diarahkan sedini mungkin, sehingga
PEMDA mempunyai pedoman dasar dalam usaha mengendalikan dan
melaksanakan kegiatan pembangunan.
Peningkatan intensitas pembangunan fisik, akan berimplikasi pada
kecenderungan untuk melakukan perubahan wajah kawasan perencanaan,
khususnya kawasan yang diidentifikasi cepat berkembang. Terjadinya
perubahan fungsi (transformasi fungsi lahan), umumnya adalah sebagai
konsekuensi tuntutan kebutuhan penduduk akan penyiapan fasilitas
perumahan dan permukiman serta pengembangan investasi yang
diwujudkan dalam pelaksanaan pembangunan fisik. Dengan demikian untuk
mewujudkan pembangunan tersebut diperlukan penanganan kawasan cepat
berkembang untuk segera dikendalikan melalui penetapan lokasi yang
memerlukan kegiatan perencanaan dalam bentuk penyusunan Strategi
Pengembangan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan (SPPIP) Kota
Makassar.

II - 21 LAPORAN AKHIR

Anda mungkin juga menyukai