Anda di halaman 1dari 15

Senin, 24 November 2014

PMR

PERTOLONGAN PERTAMA

Dalam melakukan tindakan PP (Pertolongan Pertama) umumnya diperlukan alat-alat untuk membantu kinerja
pertolongan. Alat-alat itu dibagi dalam dua kriteria, Alat Pelindung Diri (APD), dan Peralatan Pertolongan
Pertama.

Catatan : Alat-alat ini digunakan seusahanya ada. Bila dalam keadaan mendesak dan alat-alat yang
disebutkan tidak ada, penolong tidak usah membuang waktu dengan mencari alat tersebut.

Berikut daftar alat-alat PP tersebut:

a. Alat Pelindung Diri (APD)

APD berfungsi untuk mencegah penolong dari tertular penyakit dan untuk mencegah penolong mengalami luka
dalam melakukan tugasnya.

Beberapa macam APD, yaitu:

1) Sarung tangan Lateks (1 kotaknya Rp 35.000. isi 100 buah sarung tangan)

2) Kacamata pelindung

3) Baju pelindung

4) Masker penolong

5) Masker resusitasi
6) Helm

b. Peralatan Pertolongan Pertama

1) Penutup Luka, seperti : kasa steril dan bantalan kasa

2) Pembalut, seperti : Pembalut gulung, Pembalut segitiga/mitela, Pembalut tubuler/tabung, pembalut


rekat/plester

3) Cairan Anti Septik, seperti : Alkohol 70% dan Povidone Iodine 10%

4) Cairan Pencuci Mata, seperti : Boorwater;

5) Peralatan Stabilisasi, seperti : bidai, dll

6) Gunting pembalut

7) Pinset

8) Senter

9) Kapas;

10) Selimut

11) Kartu penderita

12) Alat tulis

13) Oksigen

14) Tensimeter (sphygmomamonometer)

15) Stetoskop

16) Tandu.

PENILAIAN KORBAN

Pada pertolongan pertama hal yang sangat vital dan wajib dimiliki oleh setiap penolong adalah penilaian.
Dalam penilaian terhadap korban terdapat langkah-langkah berikut :

1. Penilaian Keadaan;

2. Penilaian Dini;

3. Pemeriksaan Fisik;
4. Riwayat Penderita;

5. Pemeriksaan Berkala atau Lanjutan;

6. Pelaporan

Penilaian Keadaan

Hal pertama yang dilakukan ketika melakukan adalah penilaian keadaan. Terdapat 3 pertanyaan umum yang
dapat menunjang penilaian keadaan.

1. Bagaimana kondisi saat itu?

2. Kemungkinan apa saja yang akan terjadi?

3. Bagaimana mengatasinya?

Secara umum tugas penolong saat tiba dilokasi adalah sebagai berikut:

1. Memastikan keselamatan penolong, penderita dan orang disekitarnya. Ingat! Amankan diri sendiri terlebih
dahulu.

2. Penolong memperkenalkan diri(nama, nama organisasi dan minta izin).

3. Menentukan keadaan umum kejadian (mekanisme cedera) dan mulai melakukan penilaian dini.

4. Mengenali dan mengatasi gangguan/cedera yang mengancam jiwa.

5. Stabilkan penderita dan teruskan pemantauan.

6. Minta bantuan.

Penilaian Dini

Setelah melakukan penilaian keadaan, saatnya melakukan penilaian dini. Ada 6 langkah penilaian dini. Kesan
umum, memerika respon, A,B,C, dan hubungi bantuan.

a. Kesan Umum
Pada langkah ini, penolong harus menentukan apakah kasus yang dihadapi adalah kasus trauma atau kasus
medis.

Kasus trauma adalah kasus yang disebabkan ruda paksa, mempunyai tanda yang jelas terlihat dan atau teraba.

Kasus medis adalah kasus yang diderta seseorang tanpa ada riwayat ruda paksa.

b. Memeriksa Respon

Respon seorang penderita adalah suatu cara sederhana untuk mendapatkan gambaran berat ringannya
gangguan yang terjadi dalam otak. Respon penderita dibagi 4 tingkat, yaitu ASNT. Awas(A), Suara(S),
Nyeri(N), Tidak respon(T)

Pada tingkat awas, penderita masih dapat menyahut dan berinteraksi.

Di tingkat suara, penderita masih merespon dengan suara yang ada.

Di tingkat nyeri, dapat dilakukan dengan mengecek apakah penderita masih merespon dengan tekanan ataupun
tes lainnya dari penolong. Misalnya dengan mencubit korban.

Tingkat tidak respon ketika korban tidak sadar.

c. A (Airway); memastikan jalan nafas

1) Pasien merespon dengan respon baik

Memestikan jalan nafas dengan memperhatikan ada tidaknya gangguan suara atau gangguan berbicara atau
tambahan suara. Dan nilai juga apakah penderita mengucapkan suatu kalimat tanpa terputus. Penolong bisa
melakukan tes dengan meminta korban agar menyebutkan namanya.

2) Pasien yang tidak respon

Perlu dilakukan tindakan segera untuk memastikan jalan nafas terbuka. Bila tidak ada kecurigaan cedera spinal
(tulang belakang), gunakan teknik ADTD (angkat dagu – tekan dahi). Sebaliknya apabila ada kecurigaan cedera
spinal gunakan teknik perasat pendorong rahang bawah

d. B (Breathing); menilai pernafasan

Menilai pernafasan berbeda dengan memastikan jalan nafas. Menilai pernafasan merupakan penilaian
memperhatikan tempo dan rata-rata nafas yang dapat dilakukan oleh penderita. Pemeriksaan ada tidaknya
nafas dengan cara Lihat, Dengar dan Rasakan (LDR) dilakukan selama 3-5 detik.

e. C (Circulation); menilai sirkulasi dan menghentikan pendarahan berat

1) Penderita Respon

Periksa nadi RADIAL (Pergelangan tangan), sedang untuk bayi periksa nadi BRAKIAL (bagian dalam lengan
atas).

2) Penderita Tidak Respon

Periksa nadi KAROTIS (leher) kecuali bayi tetap periksa nadi Brakial. Ada tidaknya nadi diperiksa dalam
waktu 5-10 detik. Bila tidak ada segera lakukan tindakan Resusitasi Jantung Paru (RJP).

f. Hubungi Bantuan

Catatan : Penilaian dini harus diselesaikan dan semua keadaan yang mengancam nyawa sudah harus
ditanggulangi sebelum melanjutkan ke PEMERIKSAAN FISIK

PEMERIKSAAN FISIK

Setelah melakukan penilaian dini, maka penanganan cedera yang dianggap berbahaya harus segera dilakukan.

Penilaian terarah bertujuan agar penolong dapat melakukan penatalaksanaan yang terbaik sesuai dengan
keadaan yang dihadapi. Hal ini penting untuk menunjukkan sikap profesional penolong bahwa penolong segera
melakukan tindakan pertolongan secepatnya berorientasikan masalah yang dihadapi.

Prinsip pemeriksaan fisik menyeluruh penderita:

a. Pemeriksaan fisik merupakan pemeriksaan yang meliputi seluruh tubuh penderita. Tujuannya untuk
menemukan berbagai tanda.

b. Pemeriksaan fisik dilakukan secara sistematiks dan berurutan, biasanya dari ujung kepala sampai ujung kaki,
namun dapat berubah sesuai dengan kondisi penderita.

Tindakan ini melibatkan panca indra kita, yaitu :

a. Penglihatan (inspeksi);
b. Perabaan (palpasi);

c. Pendengaran (auskultasi);

Pada penderita cedera, harus dicari adanya P.L.N.B yang merupakan singkatan dari:

Perubahan bentuk (P)

Luka Terbuka (L)

Nyeri Tekan (N)

Bengkak (B)

Pemeriksaan fisik harus dilakukan dari ujung kepala sampai ujung kaki dengan teliti. Berikut bagian-bagian
yang harus diperiksa tersebut:

1. Kepala

Kulit kepala dan tulang tengkorak, termasuk tulang-tulang bawah. Telinga dan Hidung. Pada bagian Mata ada
hal-hal penting lagi yang harus diperhatikan, antara lain :

a. Manik mata(pupil), kamu bisa memeriksanya dengan menggunakan senter kecil;

b. Gerakan bola mata;

c. Kelopak mata;

d. Bagian putih mata;

e. Bagaimana refleksnya, misalnya dengan mengibas-ngibaskan tangan.

Catatan : JANGAN BERUSAHA MENGELUARKAN KOTORAN YANG MENEMPEL DI BAGIAN HITAM


MATA.

TANDA VITAL

Beberapa peralatan yang diperlukan untuk melakukan pemeriksaan tanda vital, yaitu :

1. Jam tangan dengan penunjuk detik yang jelas;

2. Senter kecil;
3. Stetoskop;

4. Sfigmomanometer;

5. Termometer;

6. Alat tulis untuk mencatat.

Parameter yang dikelompokkan dalam tanda vital adalah:

1. Denyut nadi normal

Bayi : 120 – 150 x/menit

Anak : 80 – 150 x/menit

Dewasa : 60 – 90 x/menit

2. Frekuensi pernafasan normal

Bayi : 20 – 50 x/menit

Anak : 15 – 30 x/menit

Dewasa : 12 – 20 x/menit

3. Suhu tubuh normal

37°C

4. Tekanan Darah Normal (dewasa)

Sistonik : 100-140 mmHg

Diastonik : 60-90 mmHg

5. Kulit

Pemeriksaan Denyut Nadi

1. Leher (KAROTIS);

2. Lengan atas (BRAKIALIS), umumnya pada bayi;

3. Lengan bawah (RADIALIS);


4. Lipat paha (FEMORALIS)

Pemeriksaan Pernafasan

Saat menghitung frekuensi pernafasan pada penderita respons jangan biarkan ia mengetahuinya. Satu
pernafasan adalah satu kali menghirup nafas dan satu kali mengeluarkan nafas.

Beberapa gejala dan tanda gangguan pernafasan:

1. Berusaha menghirup nafas;

2. Pernafasan yang terlalu cepat, lambat, dalam atau dangkal;

3. Bunyi nafas tambahan;

4. Kulit lembab berlebihan dan kemerahan kemudian jadi pucat atau kebiruan;

5. Sulit berbicara;

6. Pusing;

7. Nyeri dada, rasa kesemutan pada tangan dan kaki;

8. Perubahan status mental (cemas, gelisah sampai tidak respons).

Pemeriksaan Suhu Tubuh

Dilakukan dengan perabaan menggunakan punggung tangan pada bagian tubuh yang terbuka (dahi, leher)

Warna kulit juga harus dinilai, yaitu:

Pucat – dapat terjadi akibat gangguan peredaran darah;

Kemerahan – tekanan darah tinggi, keracunan alkohol, luka bakar, demam, penyakit infeksi;

Kebiruan (sianosis) – kurangnya oksigen dalam darah;

Kekuningan – sering merupakan tanda gangguan hati;

Biru kehitaman – tanda pendarahan bawah kulit.


Pada penderita yang berkulit relatif gelap, maka perubahan dapat dilihat pada bibir, bawah kuku, telapak
tangan, bagian putih mata, bagian dalam kelopak mata bawah, gusi dan lidah.

Pemeriksaan Tekanan Darah

Tekanan Darah adalah besarnya tekanan yang diterima dinding pembuluh nadi pada saat darah dipompa
melalui pembuluh darah

Tekanan SISTOLIK adalah tekanan yang diukur pada saat jantung memompa darah ke dalam pembuluh nadi

Tekanan DISTOLIK adalah tekanan pada saat jantung sedang tidak memompa darah atau dengan kata lain
tekanan diantara dua denyut jantung

RIWAYAT PENDERITA

Untuk mempermudah pembuatan Riwayat Penderita dikenal istilah KOMPAK :

K = Keluhan utama (gejala dan tanda);

O = Obat-obatan yang diminum;

M = Makanan/minuman terakhir;

P = Penyakit yang diderita;

A = Alergi yang dialami;

K = Kejadian.

Catatan : Penolong tidak membuat diagnosa, tetapi dapat membuat kesimpulan berdasarkan hasil temuannya

PEMERIKSAAN BERKALA ATAU LANJUTAN

Secara umum pemeriksaan berkala harus dinilai kembali:

a. Keadaan respons;

b. Nilai kembali jalan nafas dan perbaiki bila perlu;

c. Nilai kembali pernafasan, frekuensi dan kualitasnya;

d. Periksa kembali nadi dan bila perlu lakukan secara rinci bila ada waktu;
e. Nilai kembali keadaan kulit;

f. Periksa kembali secara seksama mungkin ada yang terlewati;

g. Nilai kembali penatalaksanaan (pembalutan, pembidaian);

h. Pertahankan komunikasi dengan penderita untuk menjaga rasa aman dan nyaman.

Bila penderita stabil dan keadannya cukup parah, maka penilaian dilakukan setiap 5 menit sekali. Bila penderita
tenang dan stabil, maka pemeriksaan dilakukan setiap 15 menit sekali.

PELAPORAN

Dalam pelaporan sebaiknya dicantumkan :

1. Umur dan jenis kelamin penderita;

2. Keluhan utama;

3. Tingkat respons;

4. Keadaan jalan nafas;

5. Pernafasan

6. Sirkulasi;

7. Pemeriksaan fisik yang penting;

8. KOMPAK yang penting;

9. Penatalasanaan;

10. Pekembangan yang dianggap penting.

PEMINDAHAN POSISI

Pada korban yang telah dilakukan pertolongan pertama dan hilang kesadaran tapi masih bernafas, posisikan dia
dalam posisi pemilihan. Posisi ini menjaga agar tubuh tetap stabil, dengan kepala dan tulang belakang segaris,
dan mencegahnya tersedak oleh lidah atau muntahan. Ini juga akan membat saluran nafas tetap terbuka dan
bersih. Teknik ini sama untuk anak di atas 1 tahun juga orang dewasa. Jika korban ditemukan terbaring miring,
Kamu bisa mengadopsi teknik ini. Teknik ini juga berguna untuk korban yang telah mengalami kejang.

Dewasa dan anak diatas 1 tahun


1. Berlutut di samping korban. Buka kaca mata atau objek yang besar seperti ponsel atau kunci dari kantongnya.

2. Jika korban berbaring di atas punggungnya, taruh lengan terdekat dengan Anda bersudut 90 derajat dengan
badannya, dengan siku tertekuk dan telapak tangan menghadap ke atas. Bawa lengan terjauh melintas dada
dan tempelkan ke pipinya. Pegang paha terjauh dari Kamu dan tarik hingga korban berguling ke arahmu dan
berbaring di sisi tubuhnya.

3. Saat korban berbaring di sisi tubuh, atur kaki atas hingga pinggul dan lutut menekuk 90 derajat. Tengadahkan
sedikit kepala agar saluran nafas terbuka, dan atur tangan di bawah pipi sampai mendukung posisi ini.

BayiUntuk bayi tak sadar tapi masih bernafas di atas, buka saluran nafas, kemudian ikuti langkah di atas
untuk memposisikan dia dalam posisi pemulihan.

Untuk bayi tak sadar tapi masih bernafas di bawah 1 tahun, buka saluran nafas dan gendong dia dengan kepala
ke bawah. Posisi ini akan membuat saluran nafas tetap terbuka dan membuat cairan mengalir keluar dari mulut.
ISTILAH - ISTILAH

Fleksi dan ekstensi

Fleksi adalah gerak menekuk atau membengkokkan. Ekstensi adalah gerakan untuk meluruskan. Contoh: gerakan
ayunan lutut pada kegiatan gerak jalan. Gerakan ayunan ke depan merupakan (ante)fleksi dan ayunan ke
belakang disebut (retro)fleksi/ekstensi. Ayunan ke belakang lebih lanjut disebut hiperekstensi.

Adduksi dan abduksi

Adduksi adalah gerakan mendekati tubuh. Abduksi adalah gerakan menjauhi tubuh. Contoh: gerakan membuka
tungkai kaki pada posisi istirahat di tempat merupakan gerakan abduksi (menjauhi tubuh). Bila kaki digerakkan
kembali ke posisi siap merupakan gerakan adduksi (mendekati tubuh).

Elevasi dan depresi

Elevasi merupakan gerakan mengangkat, depresi adalah gerakan menurunkan. Contohnya: Gerakan membuka
mulut (elevasi) dan menutupnya (depresi)juga gerakan pundak keatas (elevasi) dan kebawah (depresi) Inversi
dan eversi Inversi adalah gerak memiringkan telapak kaki ke dalam tubuh. Eversi adalah gerakan memiringkan
telapak kaki ke luar. Juga perlu diketahui untuk istilah inversi dan eversi hanya untuk wilayah di pergelangan
kaki.

Supinasi dan pronasi

Supinasi adalah gerakan menengadahkan tangan. Pronasi adalah gerakan menelungkupkan. Juga perlu
diketahui istilah supinasi dan pronasi hanya digunakan untuk wilayah pergelangan tangan saja.

PENILAIAN KORBAN

Prinsip Pemeriksaan Fisik Menyeluruh Korban

a. Pemeriksaan fisik merupakan pemeriksaan yang meliputi seluruh tubuh korban. Tujuannya untuk menemukan
berbagai tanda.

b. Pemeriksaan fisik dilakukan secara sistematis dan berurutan, biasanya dari ujung kepada sampai ujung kaki,
namun dapat berubah sesuai dengan kondisi korban.

Tindakan ini melibatkan panca indera kita berupa:

1. Penglihatan (inspeksi)

Bagian yang akan diperiksa sedapat mungkin terpapar dengan jelas. Bila dianggap perlu buka atau potonglah
pakaian korban. Lihat ada tidaknya khas suatu penyakit atau cedera. Inspeksi ini dilakukan secara menyeluruh
terlebih dahulu baru dilakukan secara khusus.

2. Perabaan (palpasi)

Perabaan dilakukan dengan kedua belah tangan secara beruntun dan sistematis dimulai dari ujung kepala
samapai dengan ujung jari kaki, namun dapat berubah sesuai dengan kondisi korban. Biasanya dilakukan paling
akhir, karena dapat menyebabkan rasa nyeri pada korban.

3. Pendengaran (auskultasi)

Penolong mendengarkan tanda suatu penyakit atau gangguan. Indra pendengaran ini paling umum digunakan
untuk mendengarkan suara nafas saat melakukan penilaian pernafasan.

Lakukan pemeriksaan secara berurutan, Lihat, Bandingkan baru Raba.

Pada penderita cedera harus dicari adanya:

1. Perubahan bentuk (P)

2. Luka terbuka (L)

3. Nyeri tekan (N)

4. Bengkak (B)

Ingat akronim : P.L.N.B.

Pada saat pemeriksaan fisik, penolong harus selalu memperhatikan korban. Adanya perhatian ini menunjukkan
bahwa kita bertujuan baik dan biasanya akan memudahkan kita memperoleh data yang diperlukan. Terkadang
korban tidak mau gangguan atau kelainannya diketahui sehingga pertanyaan hanya akan dijawab dengan kata
"tidak", sehingga data yang diperoleh tidak akurat. Pemeriksaan fisik ini harus dilakukan dengan teliti.

Proses Pemeriksaan Fisik:

a. Kepala

Meliputi kulit kepala dan tulang tengkorak termasuk tulang-tulang wajah.

b. Telinga dan Hidung

Perhatikan adanya cairan bening, darah atau campurannya. Tidak penting dari mana asal cairan tersebut, tetapi
curigai kemungkinan yang paling berat yaitu terjadinya cedera tulang tengkorak dan otak bila mekanisme
cederanya mendukung.

c. Mata

Manik mata (pupil) : apakah besar-kecil dan simetris antara kiri dan kanan? Umumnya manik mata akan
mengecil bila kena cahaya.

Gerakan bola mata : apakah kiri dan kanan sama?

Kelopak mata : apakah bagian dalam kelopak pucat?

Bagian putih mata : apakah ada kelainan? Adanya warna selain putih mungkin merupakan suatu tanda
adanya penyakit tertentu. Hal lain yang mungkin disertai ditemukan adalah kemerahan, yang bila disertai
cedera mungkin merupakan tanda perdarahan.

Bagaimana refleksinya, normal atau melambat, atau bahkan tidak ada sama sekali.

Catatan : Bila memeriksa mata usahakan jangan sampai sinar terang mengganggu pemeriksaan, upayakan
untuk melindungi mata dari sumber cahaya.

d. Mulut

Apakah ada perdarahan, bagian gigi yang patah, benda asing atau gangguan lain?

e. Leher

Periksa leher sebelum memasang pelindung leher (bila dianggap perlu). Selain PLNB perhatikan apakah
tenggorokan tertarik kesatu sisi? Apakah ada pembesaran pembuluh darah leher? Bagaimanakah perabaan
bagian belakang leher? bila ada luka terbuka pada daerah leher segera pasang penutup kedap.

f. Dada

Perhatikan tampak luar dari tulang dada, tulang rusuk dan permukaan kulitnya. Cedera pada daerah dada
dapat berakibat cedera pada organ dalam rongga dada. Bila menemukan adanya PLNB pada daerah dada
perhatikan pernafasan korban.

Pada korban dengan respon dapat diminta untuk menarik nafas dalam dan tanyakan apakah ada nyeri.
Pemeriksaan tulang iga dan dada dapat dilakukan dengan merabanya tetapi hati-hati.

g. Perut

Bagian perut merupakan bagian yang paling lemah perlindungannya, sehingga bila ada ruda paksa didaerah
perut, besar kemungkinan organ dalam perut juga akan mengalami cedera.

Periksa PLNB dan lakukan sesuai dengan kuadran perut sedemikian rupa sehingga tidak ada bagian yang
terlampaui.

Periksa ketegangan dinding perut. Khusus bila ada tanda-tanda ruda paksa didaerah perut, ketegangan dinding
perut dapat menjadi salah satu indikator terjadinya perburukan.

Pemeriksaan perut yang paling penting adalah perabaan yang mencari adanya daerah dengan nyeri tekan. Bila
ada keluhan, maka lakukan perabaan dan bagian yang nyeri ditekan dengan hati-hati. Bagian yang nyeri
diperiksa terakhir

Anda mungkin juga menyukai