Anda di halaman 1dari 23

BAB II

DASAR TEORI

2.1 Pengertian Drainase

Drainase adalah lengkungan atau saluran air di permukaan atau di bawah


tanah, baik yang terbentuk secara alami maupun dibuat manusia. Dalam bahasa
Indonesia, drainase bisa merujuk pada parit di permukaan tanah atau gorong –
gorong dibawah tanah. Drainase berperan penting untuk mengatur suplai air demi
pencegahan banjir.

Drainase mempunyai arti mengalirkan, menguras, membuang, atau


mengalihkan air. Secara umum, drainase didefinisikan sebagai serangkaian
bangunan air yang berfungsi untuk mengurangi dan/atau membuang kelebihan air
dari suatu kawasan atau lahan, sehingga lahan dapat difungsikan secara optimal.
Drainase juga diartikan sebagai usaha untuk mengontrol kualitas air tanah dalam
kaitannya dengan sanitasi. (Dr. Ir. Suripin, M.Eng.2004)

Sedangkan pengertian tentang drainase kota pada dasarnya telah diatur


dalam SK menteri PU No. 233 tahun 1987. Menurut SK tersebut, yang dimaksud
drainase kota adalah jaringan pembuangan air yang berfungsi mengeringkan
bagian-bagian wilayah administrasi kota dan daerah urban dari genangan air, baik
dari hujan lokal maupun luapan sungai melintas di dalam kota.

2.2 Sejarah Perkembangan Drainase

Ilmu drainase perkotaan bermula tumbuh dari kemampuan manusia


mengenali lembah-lembah sungai yang mampu mendukung kebutuhan
hidupnya. Adapun kebutuhan pokok tersebut berupa penyediaan air bagi

keperluan rumah tangga, pertanian, perikanan, transportasi dan


kebutuhan sosial budaya.

5
Dari siklus keberadaan air di suatu lokasi dimana manusia bermukim,
pada masa tertentu selalu terjadi keberadaan air secara berlebih, sehingga
menganggu kehidupan manusia itu sendiri. Selain daripada itu, kegiatan
manusia semakin bervariasi sehingga menghasilkan limbah kegiatan berupa air
buangan yang dapat menggangu kualitas lingkungan hidupnya. Berangkat
dari kesadaran akan arti kenyamanan hidup sangat bergantung pada kondisi
lingkungan, maka orang mulai berusaha mengatur lingkungannya dengan cara
melindungi daerah pemukimannya dari kemungkinan adanya gangguan air
berlebih atau air kotor.

Dari sekumpulan pengalaman terdahulu dalam lingkungan masyarakat


yang masih sederhana, ilmu drainase perkotaan dipelajari oleh banyak
bangsa. Sebagai contoh orang Babilon mengusahakan lembah sungai Eufrat
dan Tigris sebagai lahan pertanian yang dengan demikian pastitidak dapat
menghindahari permasalahan drainase. Orang Mesir telah memanfaatkan air
sungai Nil dengan menetap sepanjang lembah yang sekaligus rentan terhadap
gangguan banjir.

Penduduk di kawasan tropika basah seperti di Indonesia awalnya


dibilang selalu tumbuh dari daerah yang berdekatan dengan sungai,
dengan demikian secara otomatis mereka pasti akan berinteraksi dengan
masalah gangguan air pada saat musim hujan secara periodic. Pada
kenyataannya mereka tetap dapat menetap disana, dikarenakan mereka telah
mampu mengatur dan menguasai ilmu pengetahuan tentang drainase.

Tepengaruh dengan perkembangan sosial budaya suatu masyarakat atau


suku bangsa, ilmu drainase perkotaan akhirnya harus ikut tumbuh
dan berkembang sesuai dengan perubahan tata nilai yang
berlangsung di lingkungannya.
Harus diakui bahwa pertumbuhan dan perkembangan ilmu drainase
perkotaan dipengaruhi oleh perkembangan ilmu hidrolika, matematika,
statiska, fisika, kimia, komputasi dan banyak lagi yang lain, bahkan juga ilmu
ekonomi dan sosial sebagai ibu asuhnya pertama kali.

6
Namun dengan semakin akrabnya hubungan ilmu drainase perkotaan
dengan statiska, kesehatan, lingkungan, social ekonomi yang umumnya
menyajikan suatu telaah akan adanya ketidakpastian dan menuntut
pendekatan masalah sacara terpadu (intergrated) maka ilmu drainase
perkotaan semakin tumbuh menjadi ilmu yang mempunyai dinamika yang
cukup tinggi.

2.3 Saluran Sistem Drainase

Drainase adalah suatu tindakan untuk mengurangi air yang berlebih, baik
itu air permukaan maupun air bawah permukaan. Air berlebih yang umumnya
berupa genangan disebut dengan banjir menurut Suhardjono (2013). Kebutuhan
akan sistem drainase yang memadai telah diperlukan sejak beberapa abad yang
lalu, seperti tahun 300 SM ruas jalan pada masa tersebut dibangun dengan elevasi
lebih tinggi dengan maksud agar menghindari adanya limpasan di jalan (Long,
2007).
Drainase mempunyai arti mengalirkan, menguras, membuang, atau
mengalihkan air menurut (Dr.Ir. Suripin, M.Eng 2004;7). Secara umum, drainase
didefinisikan sebagai serangkaian banguna air yang berfungsi untuk mengurangi
dan atau membuang kelebihan air dari suatu kawasan atau lahan, sehingga lahan
dapat difungsikan secara optimal. Drainase juga diartikan sebagai suatu cara
pembuangan kelebihan air yang tidak diinginkan pada suatu daerah, serta cara-
cara penanggulangan akibat yang ditimbulkan oleh kelebihan air tersebut.
Dari sudut pandang yang lain, drainase adalah salah satu unsur dari
prasarana umum yang dibutuhkan masyarakat kota dalam rangka menuju
kehidupan kota yang aman, nyaman, bersih, dan sehat. Prasarana drainase di sini
berfungsi untuk mengalirkan air permukaan ke badan air. Selain itu juga
berfungsi sebagai pengendali kebutuhan air permukaan dengan tindakan untuk
mmperbaiki daerah becek, genangan air dan banjir. Kegunaan adanya saluran
drainase ini adalah untuk mengeringkan daerah becek dan genangan air sehingga
tidak ada akumulasi air tanah, menurunkan permukaan air tanah pada tingkat

7
ideal, mengendalikan erosi tanah, kerusakan jalan dan bangunan yang ada,
mengendalikan air hujan yang berlebihan sehingga tidak terjadi bencana banjir

Bangunan sistem drainase terdiri dari saluran penerima (interceptor drain),


saluran pengumpul (collector drain), saluran pembawa (conveyor drain),
saluran induk (main drain) dan badan air penerima (receiving water). Di
sepanjang sistem sering dijumpai bangunan lainnya, seperti gorong-gorong,
siphon, pelimpah, bangunan terjun dan stasiun pompa (Suripin, 2004).

Persyaratan dalam perencanaan drainase adalah sebagai berikut :


1) Perencanaan drainase harus sedemikian rupa sehingga fungsi
fasilitas drainase sebagai penampung, pembagi dan pembuang air
sepenuhnya berdaya guna dan hasil guna.
2) Pemilihan dimensi dari fasilitas drainase harus mempertimbangkan
faktor ekonomi dan faktor keamanan.
3) Perencanan drainase harus mempertimbangkan segi kemudahan dan nilai
ekonomis terhadap pemeliharaan sistem drainase tersebut.

Dalam merencanakan drainase permukaan jalan dilakukan perhitungan


debit aliran (Q) perhitungan dimensi serta kemiringan selokan dan gorong-
gorong, rumus-rumus, tabel, grafik serta contoh perhitungannya. (SNI 03-
3424 :Tata Cara Perencanaan Drainase Permukaan Jalan, 1994)
Adapun permasalahan drainase perkotaan yang sering terjadi dapat
diklasifikasikan sebagai berikut :
a. Permasalahan drainase karena ulah manusia, seperti :

- Perubahan tata guna lahan di daerah aliran sungai (DAS)


- Perubahan fungsi saluran irigasi menjadi saluran drainase
- Pembuangan sampah ke saluran drainase
- Kawasan kumuh di sepanjang sungai atau saluran drainase
- Infrastruktur drainase kurang berfungsi (bendungan dan
bangunan air).
b. Permasalahan drainase karena alam, seperti

8
- Erosi dan sedimentasi
- Curah hujan
- Kondisi fisiografi/geofisik sungai
- Kapasitas sungai atau saluran drainase yang kurang memenuhi
- Pengaruh pasang naik air laut/sungai (back water).

Selain permasalahan di atas, salah satu permasalahan yang selalu timbul


setiap tahun pada musim hujan adalah banjir dan genangan air. Banjir dan
genangan air disebabkan oleh fungsi drainase yang belum tertangani secara
menyeluruh, kurangnya kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam memelihara
saluran drainase yang ada di sekitarnya menyebabkan penyumbatan saluran
drainase oleh sampah industri maupun sampah rumah tangga (Riman, 2011).
Jenis drainase ditinjau berdasarkan dari sistem pengalirannya, dapat
dikelompokkan menjadi :

- Drainase dengan system jaringan adalah suatu sistem pengeringan atau


pengaliran air pada suatu kawasan yang dilakukan dengan mengalirkan air
melalui sistem tata saluran dengan bangunan-bangunan pelengkapnya.
- Drainase dengan sistem resapan adalah sistem pengeringan atau
pengaliran air yang dilakukan dengan meresapkan air ke dalam tanah. Cara
resapan ini dapat dilakukan langsung terhadap genangan air di permukaan tanah
ke dalam tanah atau melalui sumuran/saluran resapan (Wesli, 2008).
Sebagai salah satu sistem dalam perencanaan perkotaan, maka sistem
drainase yang ada dikenal dengan istilah sistem drainase perkotaan. Sistem
drainase perkotaan umumnya dibagi 2 bagian, yaitu:
1. Sistem Drainase Makro
Sistem drainase makro yaitu sistem saluran/badan air yang menampung dan
mengalirkan air dari suatu daerah tangkapan air hujan (Catchment Area).
Pada umunya sistem drainase makro ini disebut juga sebagai sistem saluran
pembuangan utama atau drainase primer. Sistem jaringan ini menampung
aliran yang berskala besar dan luas seperti saluran primer, kanal-kanal atau
sungai-sungai. Perencanaan drainase makro ini umumnya dipakai dengan

9
periode ulang antara 5 sampai 10 tahun dan pengukuran topografi yang
detail mutlak diperlukan dalam perencanaan sistem drainase ini.

2. Sistem Drinase Mikro


Sistem drainase mikro yaitu sistem saluran dan bangunan pelengkap
drainase yang menampung dan mngalirkan air dari daerah tangkapan
hujan. Secara keseluruhan yang termasuk dalam sistem drainase mikro
adalah saluran sepanjang sisi jalan, saluran/selokan air hujan di sekitar
bangunan/perumahan, gorong-gorong, saluran drainase kota dan lain
sebagainya dimana debit air yang dapat ditampungya tidak terlalu besar.
Pada umunya drinase mikro ini direncanakan untuk hujan dengan masa
ulang 2,5, atau 10 tahun tergantung pada tata guna lahan yang ada.

Sistem drainase untuk lingkungan pemukiman lebih cenderung sebagai


sistem drianase mikro. Bila ditinjau dari segi fisik sistem saluran drianase
perkotaan diklasifikasikan atas saluran primer, sekunder, tersier, dan seterusnya.
1) Saluran Primer
Saluran yang memanfaatkan sungai dan anak sungai. Saluran primer
adalah saluran utama yang menerima aliran dari saluran sekunder.
2) Saluran Sekunder
Saluran yang menghubungkan saluran tersier dengan saluram primer
(dibangun dengan beton/plesteran semen).
3) Saluran Tersier
Saluran untuk mengalirkan limbah rumah tangga ke saluran sekunder,
berupa plesteran, pipa dan tanah.
4) Saluran Kwarter
Saluran kolektor jaringan drainase lokal.

2.4 Konsep Sistem Jaringan Drainase yang Berkelanjutan


Berdasarkan prinsip pengertian sistem drainase yang bertujuan agar tidak
terjadi banjir di suatu kawasan, air harus secepatnya dibuang, namun air juga

10
merupakan sumber kehidupan. Bertolak dari hal tersebut, maka konsep dasar
pengembangan sistem drainase yang berkelanjutan adalah meningkatkan daya
guna air, meminimalkan kerugian, serta memperbaiki dan konservasi lingkungan.
Untuk itu diperlukan usaha-usaha yang komprehensif dan integratif yang meliputi
seluruh proses, baik yang bersifat struktural maupun non-struktural untuk
mencapai tujuan tersebut. Sistem drainase yang berkelanjutan ini prioritas utama
kegiatan harus ditujukan untuk mengelola limpasan permukaan dengan cara
mengembangkan fasilitas untuk menahan air hujan. Berdasarkan fungsinya,
fasilitas penahan air hujan dapat dikelompokkan menjadi dua tipe, yaitu tipe
penyimpanan dan tipe peresapan (Suripin, 2004).
Sampai saat ini perancangan drainase didasarkan pada filosofi bahwa air
secepatnya mengalir dan seminimal mungkin menggenangi daerah layanan. Akan
tetapi, dengan semakin timpangnya perimbangan air (pemakaian dan
ketersediaan) maka diperlukan suatu perancangan drainase yang berfilosofi bukan
saja aman terhadap genangan tetapi juga sekaligus berasas pada konservasi air
(Sunjoto, 1987).
Konsep perancangan sistem drainase air hujan yang berkelanjutan
berasaskan pada konservasi air tanah, yang pada hakikatnya adalah perancangan
suatu sistem drainase dimana air hujan jatuh di atap/perkerasan, ditampung pada
suatu sistem resapan air seperti sumur resapan air hujan, sedangkan hanya air dari
halaman bukan perkerasan yang perlu ditampung oleh sistem jaringan drainase
(Sunjoto, 1987).
Daerah pelayanan adalah suatu daerah yang memiliki jaringan drainase
mulai dari hulu hingga ke satu muara pembuang tersendiri sehingga jaringan
drainasenya terpisah dengan jaringan drainase daerah pelayanan lainnya. Daerah
pelayanan dapat terdiri dari satu atau lebih daerah aliran (Wesli, 2008).

2.5 Sistem Jaringan Drainase


Sistem jaringan drainase merupakan bagian dari infrastruktur pada suatu
kawasan, drainase masuk pada kelompok infrastruktur air pada pengelompokkan
infrastruktur wilayah, selain itu ada kelompok jalan, kelompok sarana

11
transportasi, kelompok pengelolaan limbah, kelompok bangunan kota, kelompok
energi dan kelompok telekomunikasi (Suripin,2004).
Air hujan yang jatuh di suatu kawasan perlu dialirkan atau dibuang,
caranya dengan pembuatan saluran yang dapat menampung air hujan yang
mengalir di permukaan tanah tersebut. Sistem saluran di atas selanjutnya dialirkan
ke sistem yang lebih besar. Sistem yang paling kecil juga dihubungkan dengan
saluran rumah tangga dan sistem saluran bangunan infrastruktur lainnya, sehingga
apabila cukup banyak limbah cair yang berada dalam saluran tersebut perlu diolah
(treatment). Seluruh proses tersebut di atas yang disebut dengan sistem drainase
(Kodoatie, 2003).
Bagian infrastruktur (sistem drainase) dapat didefinisikan sebagai
serangkaian bangunan air yang berfungsi untuk mengurangi dan/atau membuang
kelebihan air dari suatu kawasan atau lahan, sehingga lahan dapat difungsikan
secara optimal. Ditinjau dari hulunya, bangunan sistem drainase terdiri dari
saluran penerima (interseptor drain), saluran pengumpul (colector drain), saluran
pembawa (conveyor drain), saluran induk (main drain) dan badan air penerima
(receiving waters). Di sepanjang sistem sering dijumpai bangunan lainnya, seperti
gorong-gorong, siphon, jembatan air (aquaduct), pelimpah, pintu-pintu air,
bangunan terjun, kolam tando dan stasiun pompa. Pada sistem drainase yang
lengkap, sebelum masuk ke badan air penerima air diolah dahulu pada Instalasi
Pengolah Air Limbah (IPAL), khususnya untuk sistem tercampur. Hanya air yang
telah memiliki baku mutu tertentu yang dimasukkan ke dalam badan air penerima
biasanya sungai, sehingga tidak merusak lingkungan (Suripin, 2004).

2.6 Drainase Perkotaan


Perkembangan perkotaan memerlukan perbaikan dan penambahan
fasilitas sistem pembuangan air hujan.Dimana sistem pembuangan air hujan
bertujuan untuk :
- Arus air hujan yang sudah berbahaya atau mengganggu lingkungan
secepat mungkin dibuang pada badan air penerima, tanpa erosi dan
penyebaran polusi atau endapan.

12
- Tidak terjadi genangan, banjir dan becek.
Masalah di atas sudah merupakan permasalahan yang harus ditangani secara
sungguh-sungguh, terutama bagi daerah-daerah yang selalu mengalami setiap
musim hujan. Air hujan yang jatuh dari angkasa dikendalikan dan diatur guna
memenuhi berbagai kegunaan untuk penyehatan (Hendrasarie, 2005).
Pengendalian banjir, drainase, pembuangan air limbah merupakan
penerapan teknik pengendalian air, sehingga tidak menimbulkan kerusakan yang
melebihi batas-batas kelayakan terhadap harga benda, gangguan terhadap
lingkungan pemukiman serta masyarakat dan sarana aktivitasnya bahkan terhadap
nyawanya. Penyediaan air, irigasi, pembangkit listrik tenaga air, alur-alur
transportasi air dan badan-badan air sebagai tempat rekreasi adalah merupakan
pemanfaatan sumber daya air, sehingga perlu dilestarikan eksistensinya,
dipelihara kualitas keindahannya serta pemanfaatannya. Drainase dengan sistem
konservasi lahan dan air merupakan langkah awal dari usaha pelestarian
eksistensinya sumber daya air tawar di bumi ini (Hendrasarie, 2005).
Untuk drainase perkotaan dan jalan raya umumnya dipakai saluran dengan
lapisan. Selain alasan seperti dikemukakan di atas, estetika dan kestabilan
terhadap gangguan dari luar seperti lalu lintas merupakan alasan lain yang
menuntut saluran drainase perkotaan dan jalan raya dibuat dari saluran dengan
lapisan. Saluran ini dapat berupa saluran terbuka atau saluran yang diberi tutup
dengan lubang-lubang kontrol di tempat-tempat tertentu.
Saluran yang diberi tutup ini bertujuan supaya saluran memberikan pandangan
yang lebih baik atau ruang gerak bagi kepentingan lain di atasnya (Wesli, 2008).

2.7 Tujuan Drainase


a. Untuk meningkatkan kesehatan lingkungan permukiman.
b. Pengendalian kelebihan air permukaan dapat dilakukan secara aman,
lancar dan efisien serta sejauh mungkin dapat mendukung kelestarian
lingkungan.
c. Dapat mengurangi atau menghilangkan genangan - genangan air
yangmenyebabkan bersarangnya nyamuk malaria dan penyakit-penyakit

13
lain, seperti: demam berdarah, disentri serta penyakit lain yang disebabkan
kurang sehatnya lingkungan permukiman.
d. Untuk memperpanjang umur ekonomis sarana-sarana fisik antara lain :
jalan, kawasan permukiman, kawasan perdagangan dari kerusakan serta
gangguan kegiatan akibat tidak berfungsinya sarana drainase.

2.8 Fungsi Drainase


a. Mengeringkan bagian wilayah kota yang permukaan lahannya rendah
dari genangan sehingga tidak menimbulkan dampak negative berupa
kerusakan infrastruktur kota dan harta benda milik masyarakat.
b. Mengalirkan kelebihan air permukaan ke badan air terdekat secepatnya
agar tidak membanjiri/menggenangi kota yang dapat merusak selain harta
benda masyarakat juga infrastruktur perkotaan.
c. Mengendalikan sebagian air permukaan akibat hujan yang dapat
dimanfaatkan untuk persediaan air dan kehidupan akuatik
d. Meresapkan air permukaan untuk menjaga kelestarian air tanah.
(H.A.Halim Hasmar 2012 : 1)

2.9 Jenis - Jenis dan Pola – Pola Drainase


2.9.1 Jenis – Jenis Drainase
A. Menurut Cara Terbentuknya
1. Drainase Alamiah (Natural Drainage)
Terbentuk secara alami, tidak ada unsur campur tangan manusia serta
tidak terdapat bangunan-bangunan pelimpah, pasangan batu/beton,
gorong-gorong dan lain-lain.
2. Drainase Buatan (Artificial Drainage)
Dibentuk berdasarkan analisis ilmu drainasi, untuk menentukan debit
akibat hujan, kecepatan resapan air dalam tanah dan dimensi saluran
serta memerlukan bangunan-bangunan khusus seperti selokan pasangan
batu/beton, gorong-gorong, pipa-pipa dan sebagainya.

14
B. Menurut Letak Saluran
1. Drainase Muka Tanah (Surface Drainage)
Saluran drainase yang berada di atas permukaan tanah yang berfungsi
mengalirkan air limpasan permukaan.
2. Drainase Bawah Tanah (Sub Surface Drainage)
Saluran drainase yang bertujuan mengalirkan air limpasan permukaan
melalui media di bawah permukaan tanah (pipa-pipa), dikarenakan
alasan-alasan tertentu. Alasan itu antara lain : tuntutan artistik, tuntutan
fungsi permukaan tanah yang tidak membolehkan adanya saluran di
permukaan tanah seperti lapangan sepakbola, lapangan terbang,
taman dan lain-lain.
C. Menurut Fungsi
1. Single Purpose
Saluran berfungsi mengalirkan satu jenis air buangan saja, misalnya air
hujan atau jenis air buangan lain seperti air limbah domestik, air limbah
industry dan lain-lain.
2. Multy Purpose
Saluran berfungsi mengalirkan beberapa jenis buangan, baik secara
bercampur maupun bergantian.
D. Menurut Konstruksi
1. Saluran Terbuka
Saluran untuk air hujan yang terletak di area yang cukup luas. Juga untuk
saluran air non hujan yang tidak mengganggu kesehatan lingkungan.
2. Saluran Tertutup
Saluran air untuk air kotor yang mengganggu kesehatan lingkungan. Juga
untuk saluran dalam kota.

15
2.9.2 Pola - Pola Drainase
A. Siku

Dibuat pada daerah yang mempunyai topografi sedikit lebih tinggi dari
pada sungai. Sungai sebagai saluran pembuang akhir berada di tengah
kota.

Gambar 2.1 Jaringan Drainase


B. Paralel
Saluran utama terletak sejajar dengan saluran cabang. Dengan saluran
cabang (sekunder) yang cukup banyak dan pendek-pendek, apabila terjadi
perkembangan kota, saluran-saluran akan dapat menyesuaikan diri.

Gambar 2.2 Jaringan Drainase Paralel

16
C. Grid Iron

Untuk daerah dimana sungainya terleteak di pinggir kota, sehingga


saluran-saluran cabang dikumpulkan dulu pada saluran pengumpul.

Gambar 2.3 Jaringan Drainase Grid Iron

D. Alamiah
Sama seperti pola siku, hanya sungai pada pola alamiah lebih besar.

Gambar 2.4 Jaringan Drainase Alamiah

17
E. Radial
Pada daerah berbukit, sehingga pola saluran memencar ke segala arah

Gambar 2.5 Jaringan Drainase Radial

F. Jaring-Jaring
Mempunyai saluran-saluran pembuang yang mengikuti arah jalan raya dan
cocok untuk daerah dengan topografi datar.

Gambar 2.6 Jaringan Drainase Jaring-Jaring

Saluran Cabang adalah saluran yang berfungsi sebagai pengumpul debit


yang diperolah dari saluran drainase yang lebih kecil dan akhirnya dibuang ke
saluran utama.
Saluran Utama adalah saluran yang berfungsi sebagai pembawa air buangan dari
suatu daerah ke lokasi pembuangan tanpa harus membahayakan daerah yang
dilaluinya.

18
Dari keenam pola-pola drainase yang ada dijelaskan, pada laporan kami berupa
jaringan drainase jaring-jaring yang digunakan untuk sistem drainase di Pekerjaan
Pengendalian Banjir.

2.10 Bentuk Penampang Saluran

Bentuk-bentuk saluran untuk drainase tidak jauh berbeda dengan saluran


irigasi pada umumnya. Dalam perancangan dimensi saluran harus diusahakan
dapat membentuk dimensi yang ekonomis, sebaliknya dimensi yang terlalu kecil
akan menimbulkan permasalahan karena daya tamping yang tidak memedai.
Adapun bentuk-bentuk saluran antara lain :
A. Trapesium

Pada umumnya saluran ini terbuat dari tanah akan tetapi tidak menutup
kemungkinan dibuat dari pasangan batu dan beton. Saluran ini memerlukan
cukup ruang. Berfungsi untuk menampung dan menyalurkan limpasan air
hujan serta air buangan domestik dengan debit yang besar.

Gambar 2.7 Penampang Trapesium

19
B. Persegi

Saluran ini terbuat dari pasangan batu dan beton. Bentuk saluran ini tidak
memerlukan banyak ruang dan areal. Berfungsi untuk menampung dan
menyalurkan limpasan air hujan serta air buangan domestik dengan debit
yang besar

Gambar 2.8 Penampang Persegi


C. Segitiga
Saluran ini sangat jarang digunakan tetap mungkin digunakan dalam
kondisi tertentu.

Gambar 2.9 Penampang Segitiga

20
D. Setengah Lingkaran

Saluran ini terbuat dari pasangan batu atau dari beton dengan cetakan yang
telah tersedia. Berfungsi untuk menampung dan menyalurkan limpasan air
hujan serta air buangan domestik dengan debit yang besar.

Gambar 2.10 Penampang Setengah Lingkaran

Dari keempat penampang drainase yang ada dijelaskan, pada laporan kami
hanya penampang trapesium yang digunakan untuk sistem drainase
Pekerjaan Pembangunan Saluran Drainase Ruas Jalan Ring Road - M. Said
- Sp. Jalan Jakarta

2.11 Faktor – Faktor Menentukan Letak atau Aliran Saluran

Faktor – faktor yang menentukan letak atau aliran saluran antara lain:
1. Keadaaan topografi
2. Kemiringan suatu medan, menentukan arah aliran, menentukan
pembagian zona tangkapan, menentukan air hujan dan kemungkinan
pengembangan yang akan datang.
3. Keadaan masing – masing kawasan.

2.12 Jenis – jenis aliran

Jenis – jenis aliran pada saluran drainase antara lain :


1. Aliran seragam

21
Aliran yang mempunyai variabel seperti kedalaman, tampang basah,
kecepatan dan debit pada setiap tampang disepanjang aliran adalah konstan.
2. Aliran tidak seragam

Aliran yang mempunyai variabel seperti kedalaman, tampang basah,


kecepatan dan debit pada setiap tampang disepanjang aliran adalah tidak
konstan.
3. Aliran berubah lambat laun

Aliran berubah lambat laun dengan aliran seragam maupun aliran berubah
tiba – tiba (loncatan air). Pada aliran berubah lambat laun, kedalaman air
pada saluran berubah gradual terhadap jarak.
4. Aliran Subkritis, kritis, dan superkritis
Aliran dikatakan kritis apabila kecepatan aliran kecepatan aliran sama
dengan kecepatan gelombang gravitasi. Jika kecepatan aliran lebih kecil
daripada kecepatan kritis, maka alirannya disebut subkritis, sedangkan jika
kecepatan alirannya lebih besar daripada kecepatan kritis, maka alirannya
disebut superkritis. Parameter yang menentukan ketiga jenis aliran tersebut
adalah nisbah antara gaya gravitasi dan gaya inersia, yang dinyatakan
dengan bilangan Froude.

2.13 Metode Pelaksanaan Konstruksi di Lapangan


Metode konstruksi adalah bagian yang sangat penting dalam proyek
konstruksi untuk mendapatkan tujuan dari proyek, yaitu biaya, kualitas dan waktu.
Aspek teknologi, sangat berperan dalam suatu proyek konstruksi. Umumnya,
aplikasi teknologi ini banyak diterapkan dalam metode-metode pelaksanaan
pekerjaan konstruksi. Penggunaan metode yang tepat, praktis, cepat, dan aman,
sangat membantu dalam penyelesaian pekerjaan pada suatu proyek konstruksi.
Sehingga target waktu, biaya dan mutu sebagaimana ditetapkan akan dapat
tercapai.
Umumnya, aplikasi teknologi ini banyak diterapkan dalam metode-metode
pelaksanaan pekerjaan konstruksi. Penggunaan metode yang tepat, praktis, cepat,

22
dan aman, sangat membantu dalam penyelesaian pekerjaan pada suatu proyek
konstruksi. Sehingga target waktu, biaya dan mutu sebagaimana ditetapkan
akan dapat tercapai.

Perencanaan yang telah disusun oleh konsultan perencana diwujudkan


melalui pelaksanaan pekerjaan di lapangan. Pelaksanaan pekerjaan merupakan
tahap yang sangat penting dan membutuhkan pengaturan serta pengawasan
pekerjaan yang baik, sehingga dapat diperoleh hasil yang baik, tepat waktu dan
sesuai dengan apa yang sudah direncanakan sebelumnya.

Tahap pelaksanaan pekerjaan merupakan tahap yang menentukan berhasil


tidaknya suatu proyek, oleh karena itu perlu dipersiapkan segala sesuatu yang
berhubungan dengan teknis pekerjaan, rencana kerja, serta tenaga pelaksana
khususnya tenaga ahli yang profesional yang dapat mengatur pekerjaan
dengan baik, serta dapat mengambil keputusan-keputusan mengenai masalah-
masalah yang ditemui di lapangan.

Sebagai langkah awal dalam pelaksanaan, kontraktor harus memiliki


dokumen awal pelaksanaan, seperti berita acara, gambar-gambar detail, RKS dan
dokumen lainnya. Selanjutnya kontraktor membuat shop drawing sebagai gambar
detail pelaksanaan yang dibuat berdasarkan gambar perencanaan dari konsultan
perencana dan as built drawing sebagai laporan akhir gambar- gambar yang sesuai
dengan pelaksanaan, setelah adanya pekerjaan tambah maupun kurang.

2.14 Galian Untuk Saluran Drainase


Galian Untuk Saluran Drainase adalah pekerjaan yang dilaksanakan dengan
membuat lubang di tanah membentuk pola tertentu untuk keperluan drainase serta
galian tanah yang dibuat harus dilakukan sesuai perencanaan. Pekerjaan ini
umumnya di perlukan untuk pembuatan saluran air dan selokan, untuk formasi
galian atau pondasi, gorong-gorong, pembuangan atau pekerjaan struktur lainnya,
untuk pembuangan bahan yang tak terpakai dan tanah humus, untuk pekerjaan
stabilisasi lereng dan pembuangan bahan longsoran, untuk galian bahan

23
konstruksi dan pembuangan sisa bahan galian, untuk pengupasan dan
pembuangan bahan perkerasan pada perkerasan lama

Pekerjaan galian dapat berupa :


• Galian Biasa
Galian Biasa mencakup seluruh galian yang tidak di klasifikasi sebagai
galian batu, galian struktur, galian sumber bahan ( borrow excavation ) dan
galian perkerasan
• Galian Batu
Galian Batu mencakup galian bongkahan batu. Bahan-bahan tersebut tidak
praktis di gali tanpa penggunaan alat bertekanan udara atau pemboran, dan
peledakan.
• Galian Struktur
Galian Struktur mencakup galian pada segala jenis tanah dalam batas
pekerjaan yang di sebut atau di tunjukkan dalam gambar untuk Struktur.
Setiap galian yang di definisikan sebagai galian biasa atau galian batu tidak
dapat di masukkan dalam Galian Struktur. Galian Struktur terbatas untuk
galian lantai pondasi jembatan, tembok penahan tanah beton, dan struktur
pemikul beban lainya. Pekerjaan galian struktur meliputi : penimbunan
kembali dengan bahan yang di setujui, pembuangan bahan galian yang tidak
terpakai, semua keperluan drainase, pemompaan.
• Galian Perkerasan Beraspal
Mencakup galian pada perkerasan lama dan pembuangan bahan perkerasan
beraspal dengan maupun tanpa Cold Milling Machine ( mesin pengupas
perkerasan beraspal tanpa pemanasan ).
Pada proyek yang saya awasi ini pekerjaan galian drainase ini menggunakan
metode galian manual tanpa alat berat yaitu menggunakan tenaga kerja
manusia dan alat yang digunakan adalah cangkul

24
2.15 Pasangan Batu
Pasangan batu adalah kontruksi susunan batu bata pada dinding bangunan
atau susunan batu kali pada pondasi atau drainase. Pada drainse pasangan batu
kali bertujuan untuk memperbaiki kekuatan lereng atau kestabilan tanah agar tidak
terjadi longsor.

a.   Pekerjaan ini harus mencakup pembuatan struktur yang ditunjukkan


dalam Gambar atau seperti yang diperintahkan Direksi Pekerjaan, yang
dibuat dari. Pasangan Batu. Pekerjaan harus meliputi pemasokan semua
bahan, penyiapan seluruh formasi atau pondasi dan seluruh pekerjaan yang
diperlukan untuk menyelesaikan struktur sesuai dengan Spesifikasi ini dan
memenuhi garis, ketinggian, potongan dan dimensi seperti yang ditunjukkan
dalam Gambar atau sebagaimana yang diperintahkan secara tertulis oleh
Direksi Pekerjaan.
b.   Umumnya, pasangan batu harus digunakan hanya untuk struktur seperti
dinding penahan, gorong-gorong pelat, dan tembok kepala gorong-gorong
besar dari pasangan batu yang digunakan untuk menahan beban luar yang
cukup besar. Bilamana fungsi utarna suatu pekerjaan sebagai penahan
gerusan, bukan sebagai penahan beban, seperti lapisan selokan, lubang
penangkap, lantai gorong-gorong (spillway apron) atau pekerjaan pelindung
lainnya pada lereng atau di sekitar ujung gorong-gorong, maka kelas
pekerjaan di bawah Pasangan Batu (Stone Masonry) dapat digunakan
seperti Pasangan Batu dengan Mortar (Mortared Stonework) atau pasangan
batu kosong yang diisi (grouted rip rap).

2.16 Plesteran
Plesteran adalah lapisan yang digunakan untuk menutupi suatu bidang
bangunan agar tingkat kekuatannya lebih kokoh. Memplester berarti melapisi
suatu bidang bangunan memakai adukan yang terbuat dari campuran semen, pasir,
dan air. Dengan mengaplikasikan plesteran, suatu bidang bangunan juga bakalan

25
terlihat lebih rapi. Tidak hanya dinding, plesteran juga biasanya diterapkan di
struktur plafon dan lantai bangunan.
Adapun fungsi-fungsi dari plesteran versi Arafuru antara lain :

1. Meningkatkan kekuatan struktur bidang bangunan


2. Meratakan permukaan suatu bidang bangunan
3. Melindungi struktur bangunan dari cuaca yang ekstrim

Jika ditinjau dari tingkat kerataannya, jenis-jenis plesteran dapat


dikelompokkan menjadi 3 macam. Yang pertama adalah plesteran kasar atau
beraben biasanya diterapkan pada pekerjaan struktur bangunan yang akan diurug.
Jenis kedua yaitu plesteran setengah halus yang biasanya diaplikasikan pada
pekerjaan pembuatan kamar mandi, lantai outdoor, dan lapangan olahraga indoor.
Dan untuk jenis plesteran yang ketiga ialah plesteran halus di mana paling sering
digunakan dalam membentuk dinding dan lantai bangunan.

Sementara itu, ragam plesteran menurut kegunaannya bisa dibagi menjadi


dua jenis yaitu plesteran biasa dan plesteran kedap air. Plesteran biasa bersifat
tidak kedap air sehingga dapat diterapkan pada ruangan-ruangan yang tidak
berhubungan langsung dengan air. Sebaliknya, plesteran kedap air merupakan
plesteran yang dapat diandalkan untuk dipakai di ruangan yang memiliki tingkat
kelembaban tinggi seperti kolam renang, bak mandi, dan saluran air.

Berikut ini syarat-syarat yang harus dipenuhi plesteran yang bermutu baik di
antaranya :

1. Permukaannya harus benar-benar rata dan tegak


2. Ketebalannya berkisar antara 11-16 mm
3. Tidak adanya keretakan yang muncul pada plesteran

Pada dasarnya, adukan/spesi plesteran terbuat dari portland cement yang


ditambah agregat halus dan air. Terdapat tiga macam portland cement yang perlu
Anda ketahui yaitu semen putih untuk nat, semen abu-abu untuk plesteran, dan

26
semen merah untuk paving block. Sedangkan agregat halus yang dipakai biasanya
berupa pasir yang juga bisa dikelompokkan lagi menjadi bermacam-macam jenis.
Beberapa tukang bangunan pun kerap menambahkan admixture untuk mengubah
sifat tertentu dari adukan plesteran tersebut.

Harapannya setelah Anda memahami serba-serbi mengenai plesteran di atas,


Anda bisa menyadari kegunaan utama dari plesteran. Anda juga dapat melakukan
langkah-langkah yang harus diperbuat untuk membangun plesteran yang
berkualitas bagus. Hal penting lainnya adalah Anda bisa membentuk plesteran
sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan oleh bangunan sehingga dapat
mengefektifkan penggunaan anggaran yang tersedia.

2.17 Acian
Acian adalah campuran antara semen antara air. permukaan dinding setelah
pekerjaan plesteran kemudian dilanjutkan dengan acian yaitu berguna
memberikan tekstur halus pada dinding dengan ketebalan acian 2-3 mm dan untuk
mempermudah pekerjaan selanjutnya.
Acian adalah penutup dinding yang sudah di pletseran yang berfungsi
menutup pori pori yang terdapat di dinding yang baru di plester agar terlihat lebih
halus lagi.
Acian adalah pelapis kedua dinding setelah plesteran yang bergunakan
menutupi pori pori yang ada diplesteran agar tampak lebih halus lagi untuk
pekerjaan selanjutnya.
Adapun perbedaan kutipan diatas kutipan pertama menjelaskan campuran
dari acian dan memberikan ketentuan pada ketebalan acian tersebut. Sedangkan
kutipan kedua menjelaskan apa itu acian dan fungsingya terhadap pekerjaan
selanjutnya.

27

Anda mungkin juga menyukai