Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN KRITIS


PADA PASIEN DENGAN DIAGNOSA MEDIS SYOK ANAFILAKTIK
DI RUANG IGD P1 RSUD JOMBANG

Disusun Oleh :
Peni Puji Astuti
196410031

Program Studi Profesi Ners


Sekolah Tinggi Ilmu Keperawatan
Insan Cendekia Medika
Jombang
2020
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Kritis pada klien dengan


diagnosa medis Syok Anafilaktik di ruang IGD P1 RSUD Jombang sesuai dengan
praktik yang dilakukan oleh :

Nama : Peni Puji Astuti


NIM : 196410031
Prodi : Profesi Ners

Sebagai syarat pemenuhan tugas praktika profesi Ners STIKES ICME


Jombang yang dilaksanakan pada tanggal 24 Februari – 29 Februari 2020 telah
disahkan pada:

Hari :
Tanggal :

Jombang,
Mahasiswa

Peni Puji Astuti


Mengetahui,

Pembimbing Akademik Pembimbing Ruangan

( ) ( )
Kepala Ruangan

( )
LEMBAR PENGESAHAN

Resume Keperawatan pada klien dengan diagnosa medis Syok Anafilaktik


di ruang IGD P1 RSUD Jombang sesuai dengan praktik yang dilakukan oleh :

Nama : Peni Puji Astuti


NIM : 196410031
Prodi : Profesi Ners

Sebagai syarat pemenuhan tugas praktika profesi Ners STIKES ICME


Jombang yang dilaksanakan pada tanggal 24 Februari – 29 Februari 2020 telah
disahkan pada:

Hari :
Tanggal :

Jombang,
Mahasiswa

Peni Puji Astuti


Mengetahui,

Pembimbing Akademik Pembimbing Ruangan

( ) ( )
Kepala Ruangan

( )

Laporan Pendahuluan
Pada Pasien Syok Anafilaktik

A. Konsep Dasar Penyakit

1. Definisi

Syok anafilaktik adalah syok yang terjadi secara akut yang disebabkan oleh

reasi alergi. (Prof.Dr. H. Tabrani Rab, Agenda Gawat Darurat (Critical Care),

Hal.1033 ). Syok anafilaksis adalah suatu keadaan yang dipicu oleh respon

hipersensivitas generalisata yang diperantai oleh IgE menyebabkan vasodilatasi

sistemik dan peningkatan permeabilitas vascular.(Robbins & Cotrain (Dasar

Patologi Penyakit Edisi 7, hal 144). Syok anafilaktik adalah suatu risiko

pemberian obat, maupun melalui suntikan atau cara lain. ( Arif Mansjoer, Kapita

Selekta Kedokteran Edisi III Jilid I, Hal. 622).

2. Etiologi

Berbagai mekanisme terjadinya anafilaksis, baik melalui mekanisme IgE

maupun melalui non-IgE . Tentu saja selain obat ada juga penyebab anafilaksis

yang lain seperti makanan, kegiatan jasmani, serangan tawon, faktor fisis seperti

udara yang panas, air yang dingin pada kolam renang dan bahkan

sebagian anafilaksis penyebabnya tidak diketahui.

Mekanisme dan Obat Pencetus Anafilaksis :

a. Anafilaksis (melalui IgE)

1. Antibiotik ( penisilin, sefalosporin)

2. Ekstra alergen (bisa tawon, polen)

3. Obat (glukokortikoid, thiopental, suksinilkolin)

4. Protein manusia (insulin, vasopresin, serum)

b. Anafilaktoid (tidak melalui IgE)

Zat pelepas histamin secara langsung :

1. Obat (opiat, vankomisin, kurare)

2. Cairan hipertonik (media radiokontrks, manitol)

3. Obat lain (dekstran, flouresens)


4. Aktivasi komplemen

5. Protein manusia (imunoglobulin, dan produk darah lainnya)

6. Bahan dialisis

7. Modulasi metabolisme

8. Asam asetilsalisilat

9. Antiinflamasi nonsteroid

3. Manifestasi klinis

Gejala dan tanda anafilaksis berdasarkan organ sasaran:

a. Umum : Lesu, lemah, rasa tak enak yang sukar dilukiskan

Prodormal: rasa tak enak di dada, dan perut, rasa gatal di hidung dan Palatum.

b. Pernapasan :

1. Hidung : hidung gatal, bersin, dan tersumbat

2. Laring : rasa tercekik, suara serak, sesak napas, stridor, edema.

3. Lidah : edema

4. Bronkus : batuk, sesak, mengi, spasme.

5. Kardiovaskuler :  pingsan, sinkop, palpitasi, takikardia, hipotensi

sampai syok, aritmia. Kelainan EKG : gelombang T datar, terbalik, atau

tanda-tanda infark miokard

6. Gastrointestinal :  disfagia, mual, muntah, kolik,diare yang kadang-

kadang disertai darah, peristaltik usus meninggi.

7. Kulit  :  urtika, angiodema di bibir, muka, atau ekstermitas.

8. Mata :  gatal, lakrimasi

9. Susunan saraf  pusat :   gelisah, kejang


4. Patofisiologi

Bila suatu alergen spesifik disuntikkan langsung kedalam sirkulasi darah

maka alergen dapat bereaksi pada tempat yang luas diseluruh tubuh dengan

adanya basofil dalam darah dan sel mast yang segera berlokasi diluar pembuluh

darah kecil, jika telah disensitisasi oleh perlekatan reagin Ig E menyebabkan

terjadi anafilaksis. Histamin yang dilepaskan dalam sirkulasi menimbulkan

vasodilatasi perifer menyeluruh, peningkatan permebilitas kapiler menyebabkan

terjadi kehilangan banyak plasma dari sirkulasi maka dalam beberapa menit

dapat meninggal akibat syok sirkulasi. Histamin yang dilepaskan akan

menimbulkan vasodilatasi yang menginduksi timbulnya red flare (kemerahan)

dan peningkatan permeabilitas kapiler setempat sehingga terjadi pembengkakan

pada area yang berbatas jelas (disebut hives). Urtikaria muncul akibat masuknya

antigen kearea kulit yang spesifik dan menimbulkan reaksi setempat. Histamin

yang dilepaskan sebagai respon terhadap reaksi menyebabkan dilatasi pembuluh

darah setempat terjadi peningkatan tekanan kapiler dan peningkatan

permeabilitas kapiler menimbulkan kebocoran cairan yang cepat dalam hidug

menyebabkan dinding mukosa hidung bengkak dan bersekresi.


Allergen
(Antibiotik, makanan, bisa binatang, lateks )

Terpapar pada sel plasma

Pembentukan Ig E spesifik terhadap allergen

Reaksi antibody

Lepasnya mediator kimia


(Histamin, serotonin, bradykinin)

SYOK ANAFILAKTIK

Peningkatan Peningkatan Spasme Spasme pembuluh


permeabilitas vaskular mucus pada bronkus darah koroner
jalan napas
Penyempitan Penurunan aliran darah
Perpindahan cairan dr Gangguan jalan napas pada arteri koroner
intravascular ke pada jalan
interstisial napas
Penurunan suplai oksigen
ke miokard jantung
Penurunan tekanan
Ketidakefektifan
perfusi jaringan
bersihan jalan napas Miokard kekurangan
oksigen (energi)
Jaringan kekurangan
Penurunan cairan
suplai darah (oksigen) Penurunan kekuatan
intravaskular
kontraksi otot jantung
Akral dingin
Penurunan aliran
darah balik Penurunan curah
jantung
Penurunan perfusi
Penurunan TD
jaringan perifer

Kekurangan volume
cairan
5. Pemeriksaan Penunjang

Untuk mengetahui babarapa penyebab terjadinya syok anafilatik, maka

dilakukan beberapa tes untuk mengidentifikasi alergennya :

a. Skin tes

Skin tes merupakan cara yang banyak digunakan, untuk mengevaluasi

sensitivitas alerginya.

b. Kadar komplemen dan antibody

Meskipun kadar komplemen tidak berubah dan Ig E menurun setelah reaksi

anafilaktik, keadaan ini tidak berkaitan dengan reaksi imunologi.

c. Pelepasan histamin oleh lekosit in vitro

Histamin dilepaskan bila lekosit yang diselimuti Ig E terpapar oleh antigen

imunospesifik. Pelepasan histamin tergantung dari derajat spesifitas sel yang

disensitisasi oleh antibodi Ig E. akan tetapi ada beberapa agent yang dapat

menimbulkan reaksi langsung ( non imunologik ) pada pelepasan histamin.

d. Radio allergo sorbent test ( RAST )

Antigen spesifik antibodi Ig E dapat diukur dengan menggunakan RAST.

Pada RAST, suatu kompleks pada sebuah antigen berikatan dengan matriks

yang tidak larut diinkubasi dengan serum penderita.

6. Penatalaksanaan.

a. Memerlukan tindakan cepat, diutamakan dengan pemberian adrenalin

sesegera mungkin

b. Penanganan utama

1) Hentikan antigen penyebab, beri antihistamin

2) Baringkan pasien dengan posisi tungkai / kaki lebih tinggi dari kepala

3) Pemberian adrenalin 1:1000 ( 1mg / ml )

4) Segera diberi im dosis 0,3-0,5 ml pada otot deltoideus ( anak 0,01 mg/ kg

BB ) dapat diulang tiap 5 menit


5) Pemberian adrenalin iv bila tidak ada respon pemberian dengan im atau

terjadi kegagalan sirkulasi dan syok dosis 0,5 ml. Adrenalin 1:1000

diencerkan dalam 10 ml larutan dan diberikan selama 10 menit

6)  Pasang infus untuk mengatasi hipovolemia dan tanda kolaps vaskuler

7) Pemberian oksigen 5-10 lt/mt, bila perlu bantuan pernafasan

c. Pengobatan tambahan

1) Antihistamin : dipenhidramin iv 50 mg pelan ( 5-10 menit ) diulang tiap

6 jam selama 48 jam

2) Kortikosteroid : untuk mencegah reaksi berulang seperti hidrokortison

d.  Tindakan dan pengobatan simptomatis

1) Apabila terjadi bronkospasme yang menetap atau tidak mempandengan

adrenalin maka diberika naminopillin 1v 4-7 mg/kg BB selama 10-20

menit ,bronkodilator aerosol.

2) Apabila tekanan darah tidak naik dengan pemberian cairan maka dapat

diberikan dopamin 0.3-1.2 mg/ kg BB / jam dalam larutan infus Dextrose

5%

3) Apabila ada obstruksi saluran nafas atas karena oedema maka dilakuka

nintubasi dan trakeostomi.

7. Komplikasi

Komplikasinya meliputi :

a. Henti jantung (cardiac arrest) dan nafas.

b. Bronkospasme persisten

c. Oedema Larynx (dapat mengakibatkan kematian).

d. Relaps jantung dan pembuluh darah (kardiovaskuler).

e. Kerusakan otak permanen akibat syok.

f. Urtikaria dan angoioedema menetap sampai beberapa bulan

Kemungkinan rekurensi di masa mendatang dan kematian. (Michael I.

Greenberg, Teks-Atlas Kedokteran Kedaruratan, Hal. 24).


B. Konsep Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

a. Primary Survey

1) Airway

Adanya rasa tercekik di daerah leher, suara serak sebab edema pada laring.

Hidung terasa gatal, bersin hingga tersumbat. serta adanya batuk, dan bunyi

mengi. Ditemukan edema pada lidah.

2) Breathing

Pada pasien syok anafilaktik ditemukan adanya batuk dan sesak napas akibat

spasme pada bronkus, bunyi stridor pada auskultasi paru.

3) Circulation

Terjadi hipotensi sampai syok, aritmia. Kelainan EKG : gelombang T datar,

terbalik, atau tanda-tanda infark miokard. Gelisah, pusing.

4) Disability

Pada pasien syok anafilaktik, akan mengalamai penurunan

kesadaran. Diakibatkan transport oksigen ke otak yg tidak mencukupi

(menurunnya curah jantung –hipotensi) yang akhirnya darah akan sulit

mencapai jaringan otak. Pasien dengan syok anafilaktik biasanya terjadi gelisah

dan kejang.

5) Exposure

Kaji kelainan kulit seperti urtikaria dibagian ekstremitas.

2. Diagnosa Keperawatan

a. Ketidakefektifan kebersihan jalan nafas b.d. spasme otot bronkus

b. Penurunan curah jantung b.d disfungsi konduksi listrik

c. Intoleransi aktivitas b.d. kelemahan otot


3. Rencana Keperawatan
NO. Diagnosa NOC NIC
Keperawatan (SMART)
Ketidakefektifan Label NOC : Label NIC :
1. kebersihan jalan Status Pernafasan : Ventilasi Monitor Pernafasan
nafas b.d. Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Observasi tanda-tanda vital
obstruksi jalan selama 3x24 jam didapatkan kriteria 2. Observasi suara naf
nafas hasil : tambahan
1. Frekuensi pernafasan (5) 3. Berikan bantuan terapi naf
2. Penggunaan otot bantu nafas (5) jika diperlukan
3. Retraksi dinding dada (5) 4. posisikan pasien unt
4. Dispnea saat istirahat (5) memkasimalkan ventilasi
5. Akumulasi sputum (5) 5. Berikan edukasi ke keluar
mengenai kebersih
Keterangan :
lingkungan
1 : deviasi berat dari kisaran normal
6. Kolaborasi dengan tim med
2 : deviasi cukup berat dari kisaran
menganai terapi farmakologi
normal
3 : deviasi sedang dari kisaran normal
4 : deviasi ringan dari kisaran normal
5 : tidak ada deviasi dari kisaran normal
2. Penurunan curah Label NOC : Label NIC :
jantung b.d Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Monitor gejala gagal jantun
disfungsi selama 3x24 jam didapatkan kriteria dan CO menurun termasu
konduksi listrik hasil : nadi perifer yang kualitasn
menurun, kulit dingin d
1. Mendemonstrasikan curah jantung
ekstremitas, RR ↑, dipsne
yang cukup dilihat dari TD, nadi,
HR↑, distensi vena jugularis
ritme normal, nadi perifer kuat,
kesadaran dan adanya edema
melakukan aktivitas tanpa dipsnea
2. Monitor intake&output/24 ja
2. Klien dapat memiliki pompa
3. Catat hasil EKG&XRay dad
jantung, sirkulasi, perfusi jaringan
4. Posisikan klen dalam pos
& status tanda vital yang normal.
semi fowler atau posisi yan
Keterangan : nyaman
1 : deviasi berat dari kisaran normal 5. Cek TD, nadi&kondisi s
2 : deviasi cukup berat dari kisaran medikasi jatung spt AC
normal inhibitor, digoxin&β bloke
3 : deviasi sedang dari kisaran normal Beritahu dokter bila nadi&T
4 : deviasi ringan dari kisaran normal rendah sebelum medikasi
5 : tidak ada deviasi dari kisaran normal

Intoleransi Label NOC : Label NIC :


3 aktivitas Toleransi terhadap Aktivitas Pencegahan Perdarahan
b.d.kelemahan Setelah dilakukan tindakan keperawatan
1. Observasi kemampuan ADL
selama 3x24 jam didapatkan kriteria
2. Dorong aktivitas kreatif ya
hasil :
tepat
1. Frekuensi nadi klien ketika
3. Berikan pujian positif at
beraktivitas (5)
kesediaanya mengikuti latiha
2. Frekuensi pernafasan ketika
4. Berikn edukasi ke keluar
beraktivitas (5)
mengenai aktivitas fisik kli
3. Warna kulit (5)
secara teratur
4. Kemudahan dalam melakukan
5. Anjurkan keluar
ADL (5)
menciptakan lingkungan ya
5. Kemampuan untuk berbicara
aman untuk pergerakan ot
ketika melakukan aktivitas fisik
secara berkala
(5)
6. Kolaborasi dengan tim med
mengenai terapi farmakologi
Keterangan :
1 : deviasi berat dari kisaran normal
2 : deviasi cukup berat dari kisaran
normal
3 : deviasi sedang dari kisaran normal
4 : deviasi ringan dari kisaran normal
5:tidak ada deviasi dari kisaran normal
b. Secondary Survey

1. Catat adanya drainase dari mata dan hidung

2. Inspeksi lidah dan mukosa oral

3. Kaji mengenai mual muntah pada saluran GI

4. Kaji peristaltik saluran GI

5. Pemeriksaan diagnostic eosinofil.

6. Pemeriksaan fisik

4. Implementasi

Pelaksanaan rencama keperawatan oleh perawat dan pasien (Riyadi, 2010)


5. Evaluasi

Kegiatan yang harus terus menerus dilakukan untuk menentukan apakah

rencana keperatan efektif dan bagaimana rencana keperawatan dilanjutkan,

merevisi rencana, atau menghentikan rencana keperawatan (Manunung, 2011)

S: berisi data dari pasien melalui anamnesis yang merupakan

ungkapan langsung.

O: berisi data dari observasi melalui pemeriksaan fisik

A:analisis dan interpretasi berdarkan data yang terkumpul dibuat

kesimpulan yang meliputi diagnosis, antisipasi diagnosis atau masalah

potensial, serta perlu dilakukan tindakan selanjutnya

P: perencanaan merupakan rencana dari tindakan yang akan diberikan

termasuk asuhan mandiri, kolaborasi, diagnosis, atau laboratorium, serta

konseling untuk tindak lanjut.

Daftar Pustaka

Prof. Dr. H. Tabrani Rab. 2014. Agenda Gawat Darurat (critical Care. Jilid
3. Penerbit P.T. Alumni : Bandung.
Sudoyo. W Aru, dkk. 2012. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid I Edisi iv. Pusat
Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran. Jakarta
.
Swearingen .PL. 2008. Manual of Critical Care Nursing. Mosby Year Book, Inc:
St.Louis Missouri.

Greenberg. Micahael I dkk. 2005.Teks Atlas Kedokteran Kedaruratan Jilid


I. Penerbit Erlangga : Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai