Anda di halaman 1dari 9

Aspek Geospasial dalam Delineasi Batas Wilayah ………………………………………. (Riadi, B.

dan Soleman, MK)

ASPEK GEOSPASIAL DALAM DELINEASI BATAS


WILAYAH KOTA GORONTALO:
Studi Kasus dalam Pemutakhiran Data Batas Wilayah

(Geospatial Aspects in the Borders Delineation of Gorontalo City:


A Case Study on Updating of the Boundary Data)
Oleh/by:
1 2
Bambang Riadi dan M.Khifni Soleman
1,2
Peneliti Madya di BAKOSURTANAL
Jl Raya Jakarta Bogor KM 46 Cibinong
Email: briadi@bakosurtanal.go.id dan khifni_nab@yahoo.co.id

Diterima (received): 14 Januari 2011; Disetujui untuk dipublikasikan (accepted): 20 Mei 2011

ABSTRAK

Batas wilayah terkait dengan kewenangan dalam pengelolaan suatu daerah, baik
pengelolaan wilayah darat maupun wilayah laut secara proporsional. Beberapa daerah telah
memiliki pilar batas utama (PBU) sebagai tanda batas suatu wilayah kota/kabupaten dengan
wilayah kota/kabupaten lainnya. Pilar tersebut dijadikan titik awal dalam penarikan garis
batas wilayah. Dengan berkembangnya teknologi pemetaan dimungkinkan pemutakhiran
data batas wilayah dilaksanakan dengan menggabungkan Teknik Penginderaan Jauh,
Sistem Informasi Geografi dan Digital Elevation Model (DEM). Survei lapangan yang
dilengkapi dengan alat Receiver Global Positioning System (GPS) akan memperoleh
informasi data batas wilayah terbaru yang secara langsung kondisi lapangan sebenarnya
dapat diketahui. Dari hasil kajian diperoleh data batas wilayah Kota Gorontalo terbarukan
dengan dukungan data Digital Elevation Model, data citra satelit dan data koordinat hasil
pengamatan GPS.

Kata kunci: Data Batas Wilayah, Pemutakhiran Data, Penginderaan Jauh, SIG, DEM

ABSTRACT

Administrative boundary related to the authority in the management of an area,on the


land and water management proportionally. Main boundary pillars (PBU) as border signs
between adjacent cities or districts are already available on some areas, but not for many of
them. The pillars serve as a starting point in the delimitation of the borders. Advancement on
mapping technology enables the boundary data updating conducted by combining remote
sensing techniques, Geographic Information Systems and Digital Elevation Model (DEM).
Field survey which is equipped with Global Positioning System (GPS) receiver will obtain the
latest information of region boundary data by identifiying the actual field conditions directly.
This research results shows updated boundaries of Gorontalo City that were supported by
Digital Elevation Model, satellite imagery, and observation data of GPS coordinates.

Keywords: Boundary Data, Data Updating, Remote Sensing, GIS, DEM

41
Globë Volume 13 No 1 Juni 2011 : 41 - 49

PENDAHULUAN batas suatu wilayah. Ketersediaan peta-


peta untuk kepentingan umum (general
Undang-undang No.32 Tahun 2004 purpose map) dan citra penginderaan
tentang Pemerintahan Daerah, membagi jauh, sangat mendukung proses
wilayah negara kedalam daerah besar pemetaan batas wilayah dengan waktu
yang disebut propinsi dan daerah kecil relatif singkat dan hasil yang akurat. Peta
yang disebut dengan kabupaten atau rupabumi (RBI), merupakan salah satu
kota. Berdasarkan UU tersebut, daerah peta yang termasuk kategori peta untuk
(propinsi, kabupaten, dan kota) mem- kepentingan umum. Peta RBI yang
punyai wewenang yang relatif lebih luas tersedia adalah peta skala 1:50.000. Peta
dalam pengelolaan sumber daya alam. tersebut dapat digunakan sebagai data
Batas wilayah merupakan hal yang awal, yang dapat diintegrasikan dengan
sangat penting, terkait dengan data penginderaan jauh dan survei
pengelolaan sumber daya yang dimiliki terestris untuk menghasilkan peta batas
oleh suatu daerah. Optimalisasi potensi wilayah yang teliti.
sumberdaya yang dimiliki suatu daerah Studi kasus dalam penelitian ini adalah
dapat dilakukan apabila batas wilayah Kota Gorontalo yang berbatasan
telah ditentukan dengan tegas. langsung dengan Kabupaten Gorontalo
Penentuan batas wilayah menjadi isu dan Kabupaten Bone Bolango.
strategis sejalan dengan pelaksanaan Secara administratif, Kota Gorontalo
otonomi daerah seperti diamanatkan terbagi menjadi 6 kecamatan dan 46
dalam Undang Undang. desa. Kota Gorontalo berbatasan
Berdasarkan batas wilayah yang telah langsung dengan Kecamatan Tapa
ditentukan, berbagai aspek yang Kabupaten Bone Bolango di sebelah
berkaitan dengan status hukum dapat utara, kecamatan Kabila Kabupaten Bone
diketahui. Aspek yang dimaksud antara Bolango di sebelah timur, Teluk Tomini di
lain kepemilikan, hak guna, batas sebelah selatan, Kecamatan Telaga dan
peruntukan dalam tata ruang, tanggung Batudaa Kabupaten Gorontalo di sebelah
jawab pemerintahan, perpajakan, terma- barat.
suk penentuan luas area guna
menghitung potensi sumber daya dan METODOLOGI
dana perimbangan daerah.
Kegiatan penentuan batas wilayah Metode yang digunakan dalam studi
terdiri atas dua tahap yaitu tahap ini adalah integrasi antara data
penetapan dan tahap penegasan. penginderaan jauh, analisis kartometrik
Penetapan batas daerah di darat adalah dan survei terestris.
proses penetapan batas daerah secara Peta administrasi Kota Gorontalo
kartometrik di atas suatu peta dasar yang digunakan sebagai data utama sekaligus
sudah disepakati. Sedangkan penegasan sebagai acuan awal proses evaluasi data
batas daerah didarat adalah proses batas wilayah administrasi.
penegasan batas daerah secara langsung Peta batas administrasi ditumpangsu-
di lapangan dengan memasang pilar-pilar sunkan ke atas data Digital Elevation
batas. Banyak cara dalam menentukan Model (DEM) hasil proses dari Peta RBI
batas wilayah darat, diantaranya dengan skala 1:50.000 lembar 2216-2, 2316-13
melakukan pengukuran terestris, pengu- dan 2316-41 yang sudah digabungkan
kuran fotogrametris, pengukuran melalui dalam seamless.
citra satelit inderaja, ataupun secara Untuk penelitian ini digunakan juga
kartometris. beberapa data yaitu citra quickbird yang
Perkembangan ilmu dan teknologi, dikoreksi georeferencenya menggunakan
khususnya di bidang survei dan peme- acuan peta rupabumi, data batas
taan, sangat membantu dalam penentuan administrasi, dan data DEM. Data

42
Aspek Geospasial dalam Delineasi Batas Wilayah ………………………………………. (Riadi, B. dan Soleman, MK)

tersebut selanjutnya dibawa ke lapangan teknik hillshading untuk menonjolkan


untuk pelacakan batas yang dilengkapi aspek topografi. Gambar 2, menunjukkan
dengan receiver Global Positioning visualisasi DEM dengan teknik
System (GPS). Pengamatan GPS batas hillshading.
wilayah dilakukan dengan tracking dan
pengamatan posisi pilar-pilar batas. Hasil
pengamatan posisi pilar-pilar dan posisi
yang teridentifikasi secara jelas di atas
citra quickbird akan digunakan sebagai
titik-titik georeference dalam proses
orthorektifikasi citra quickbird. Pemuta-
khiran data batas wilayah administrasi
dilaksanakan di atas citra quickbird dan
peta DEM dengan penggunaan bentuk
alam sebagai batas daerah seperti:
sungai, watershed (garis batas khayal
yang dimulai dari suatu puncak gunung
dan menyelusuri punggung bukit yang
mengarah pada puncak gunung berikut- Gambar 1. DEM Hasil Pengolahan Data
nya), danau dan penggunaan bentuk- Kontur (A) dan Lokasi Kota
bentuk batas buatan seperti jalan, jalan Gorontalo (B)
kereta api, dan saluran irigasi. Delineasi
pemutakhiran data batas wilayah
dilakukan segment persegment antara
dua pilar batas utama, pada wilayah di
perbukitan delineasi batas mengikuti igir
bukit dipeta DEM sedang pada daerah
yang datar akan memanfaatkan citra
quickbird untuk diinterpretasi bentuk
alamnya.

Pembuatan DEM (Digital Elevation


Model)

Data DEM diperlukan untuk mempe-


roleh gambaran lebih jelas tentang kondisi Gambar 2. Visualiasi DEM dengan Teknik
topografi Kota Gorontalo. Penentuan Hillshading (A) dan Lokasi Kota
batas pada wilayah dengan topografi Gorontalo (B)
berbukit atau bergunung akan sangat
terbantu dengan adanya data visual yang Pra-pemrosesan Citra (Image
jelas mengenai topografi wilayah. Preprocessing)
Identifikasi igir (punggung) dan lembah
perbukitan atau pegunungan pada peta Citra satelit yang akan digunakan
DEM lebih mudah dilakukan (Fahmi, dalam kegiatan ini perlu diolah terlebih
2000). Peta DEM dibuat dengan cara dahulu sehingga resolusi spasialnya lebih
mengolah data kontur peta rupabumi maksimal, posisi georeferensinya benar
menggunakan perangkat lunak SIG. dan kekontrasannya terlihat lebih jelas
Gambar 1, menunjukkan DEM hasil untuk menonjolkan kenampakan penu-
interpolasi data kontur. tupan lahannya. Resolusi spasial citra
Untuk keperluan identifikasi batas QuickBird multispektral dapat ditingkatkan
wilayah, DEM divisualisasikan dengan menjadi 0,6 meter dengan proses

43
Globë Volume 13 No 1 Juni 2011 : 41 - 49

pansharp, yaitu menggabungkan (fusi) pakan jalan, bangunan, vegetasi, tubuh


antara citra multispektral dengan citra air yang menjadi tanda batas wilayah
yang resolusinya lebih halus (citra secara alami maupun buatan.
pankromatik). Hasil penggabungan ini
menghasilkan citra QuickBird multispek- Pemutakhiran Data Batas
tral dengan resolusi spasial 0,6 meter.
Untuk memperoleh posisi georeferensi Peraturan Menteri Dalam Negeri No.1
yang benar maka citra QuickBird dikoreksi Tahun 2006 (Depdagri, 2006) telah
geometri dengan cara orthorektifikasi. mengatur metode pemetaan batas
Sebagai acuan georeferensi digunakan daerah, penegasan batas Kota Gorontalo
koordinat PBU (Pilar batas Utama) dan sudah dilakukan dengan telah
apabila dirasakan belum mencukupi titik terpasangnya pilar batas utama. Jarak
georeferencenya ditambahkan dari hasil antar pilar yang cukup jauh dan
tracking GPS pada lokasi yang penggunaan data dasar skala kecil dalam
teridentifikasi secara jelas di atas citra. penggambaran garis batas wilayah di
Pemilihan Ground Control Point (GCP) masa lalu menjadikan hal yang menarik
diatur sedemikian rupa sehingga dapat untuk dilakukan kajian ulang untuk
mewakili daerah datar hingga pegu- pemutakhiran data batas wilayah. Pemu-
nungan serta semua wilayah yang terliput takhiran data batas wilayah dilaksanakan
citra. dengan menggunakan kombinasi tiga
Pada daerah datar diambil titik ikat cara yaitu: (a) interpretasi citra, (b)
yang lebih sedikit daripada titik ikat di analisis kartometrik dan (c) survei
daerah pegunungan. Pada setiap GCP, lapangan.
selain identifikasi koordinat X dan Y, Berkaitan dengan pemutakhiran data
diidentifikasi pula nilai Z dengan acuan batas wilayah, interpretasi citra digunakan
data DEM. Sebelum dilakukan proses untuk mengidentifikasi kenampakan
orthorektifikasi perlu diperhatikan RMS bentuk-bentuk alam dan bentuk-bentuk
errornya untuk menjamin ketepatan buatan yang berfungsi sebagai batas
pengubahan posisi dan bentuk citra pada wilayah (Patmasari, 2000). Bentuk-bentuk
tempatnya. RMS error dijaga tidak lebih batas alam (sungai, watershed, danau)
dari 1 pixel sehingga posisi masing- dan bentuk-bentuk batas buatan (jalan,
masing pixel pada keadaan orhorektified jalan kereta api, saluran irigasi) adalah
tidak melenceng lebih dari 1 pixel. contoh penutup lahan yang lazim
Untuk memastikan posisi citra digunakan sebagai batas wilayah, seperti
terorthorektifikasi sudah pas pada ditunjukkan pada Gambar 3 dan
tempatnya, maka dilakukan superimpose Gambar 4.
dengan peta RBI. Apabila posisi citra baru Identifikasi batas wilayah administrasi
sudah menempel pada peta rupabumi pada citra dilakukan dengan mengguna-
maka proses orthorektifikasi dianggap kan peta administrasi yang telah ada
sudah benar, tetapi apabila sebaliknya, (existing map) dan posisi pilar-pilar batas
maka proses orthorektifikasi perlu diulang utama sebagai panduan atau referensi.
dengan memperbaiki posisi GCP atau Peta batas administrasi ditumpang-
mencari GCP yang lain yang lebih susunkan (overlay) di atas citra, kemudian
representatif. Hal ini dilakukan agar dapat dilakukan pengamatan untuk mengetahui
dipergunakan sebagai dasar pemuta- kesesuaian antara batas yang tergambar
khiran batas administrasi. pada peta dengan kenampakan pada
Citra QuickBird diolah dengan penga- citra. Koordinat pilar batas diplotkan pada
turan kontrasnya, sehingga mempermu- citra, dan diamati kesesuaian lokasinya
dah identifikasi kenampakan penutupan dengan kenampakan pada citra.
lahan. Pengaturan kontras ini untuk
mempertajam atau memperjelas kenam-

44
Aspek Geospasial dalam Delineasi Batas Wilayah ………………………………………. (Riadi, B. dan Soleman, MK)

antara garis batas pada peta dengan


posisi pilar batas utama (pilar batas
utama disajikan dalam simbol segitiga
berwarna merah). Pada gambar tersebut,
terlihat juga penggunaan parit (saluran
irigasi) sebagai batas, padahal terdapat
kenampakan sungai yang lebih besar.
Berdasarkan fakta tersebut, interpretasi
citra digunakan sebagai dasar untuk
memperbaiki (memutakhirkan) data batas
wilayah administrasi (Gambar 5). Pada
Gambar 3. Kenampakan Batas Wilayah gambar tersebut, garis berwarna kuning
berupa Jalan pada Citra Quickbird adalah batas menurut peta yang ada saat
ini, sedangkan garis merah adalah
pemutakhiran data batas berdasarkan
kenampakan penutup lahan dan posisi
pilar batas utama.

Analisis Kartometrik

Analisis kartometrik, dalam kegiatan


ini, digunakan untuk pemutakhiran data
batas di darat dan batas wilayah di laut.
Penetapan batas wilayah di darat, dengan
analisis kartometrik, terutama diterapkan
Gambar 4. Kenampakan Batas Wilayah di daerah dengan topografi perbukitan
berupa Sungai pada Citra atau pegunungan. Visualisasi topografi
Quickbird dari data DEM dengan teknik hillshading
dapat digunakan untuk mengidentifikasi
HASIL DAN PEMBAHASAN dan mendelineasi batas wilayah yang
berupa igir (punggung) perbukitan atau
Analisis Citra pegunungan.
Peta batas administrasi yang ada saat
Adanya ketidaksesuaian antara batas ini (existing data) ditumpang-susunkan
yang tergambar pada peta administrasi (overlay) di atas DEM, kemudian
dengan kenampakan tutupan lahan dan dilakukan pengamatan untuk mengetahui
posisi pilar batas dapat diamati pada citra. kesesuaian antara batas yang tergambar
Pada Gambar 3, batas Kota Gorontalo pada peta dengan kenampakan topografi.
dengan Kabupaten Bone Bolango, yang Koordinat pilar batas diplotkan pada data
berupa jalan, terlihat dengan jelas pada DEM dan dicermati posisinya. Tumpang-
citra. Terlihat juga adanya pergeseran susun antara peta batas Kota Gorontalo
antara antara batas pada peta dengan dengan data DEM ditunjukkan pada
kenampakan jalan pada citra. Gambar 4, Gambar 6.
menunjukkan adanya ketidaksesuaian

45
Globë Volume 13 No 1 Juni 2011 : 41 - 49

Gambar.5. Interpretasi Citra untuk Pemutakhiran Data Batas Wilayah.

Gambar 6. Tumpangsusun Batas Wilayah Kota Gorontalo dengan Data DEM

46
Aspek Geospasial dalam Delineasi Batas Wilayah ………………………………………. (Riadi, B. dan Soleman, MK)

Garis berwarna putih pada Gambar 6, berfungsi juga untuk mengidentifikasi


merupakan batas Kota Gorontalo menurut perubahan batas administrasi yang belum
peta administrasi yang ada saat ini. Garis terpetakan. Metode survei lapangan
berbentuk elips berwarna merah menun- dengan cara tracking batas administrasi
jukkan penarikan batas wilayah yang tidak (kecamatan, kabupaten/kota) yang
sesuai dengan kondisi topografi. Garis mempunyai aksesibilitas yang baik,
batas cenderung ditarik secara lurus pengamatan titik koordinat pilar tanda
tanpa memperhatikan bentuk dan posisi batas, dan wawancara dengan penduduk
igir perbukitan. Pilar Batas Utama setempat.
ditampilkan pada Gambar 6 berbentuk Tracking batas administrasi menggu-
titik segitiga berwarna merah, menun- nakan GPS, ditelusur sepanjang batas
jukkan posisi pilar batas Kota Gorontalo administrasi yang berupa jalan, sungai,
yang posisinya berada di garis pantai. tepi danau, dan sebagainya. GPS tracking
Data garis batas administrasi yang ini dilakukan baik dengan mengendarai
tidak sesuai dengan kondisi topografi, mobil, kapal/perahu (jika memungkinkan),
selanjutnya dimutakhirkan dengan dan jalan kaki. Data GPS langsung terhu-
melakukan delineasi ulang data garis bung ke komputer, disamping sebagai
batas tersebut. Delineasi batas adminis- alat pemandu juga sebagai penyimpan
trasi dilakukan dengan memperhatikan data hasil tracking GPS. Untuk memantau
bentukan berupa igir (punggung) posisi pilar tanda batas dilakukan
perbukitan dan posisi pilar batas. pengukuran titik koordinat secara lebih
Penetapan batas wilayah di laut, secara seksama. Pengamatan posisi koordinat ini
kartometrik, dilakukan menggunakan peta dilakukan dengan pengukuran posisi rata-
dasar rupabumi dengan asumsi garis rata pada selang waktu tertentu sehingga
pantai sebagai peletakan garis dasar diperoleh akurasi posisi yang lebih baik
normal yang berhimpitan dengan garis daripada metode tracking.
kontur nol. Selanjutnya diplot titik-titik Metode wawancara penduduk dilaku-
awal (titik di garis air terendah) pada peta kan untuk memperoleh informasi yang
dengan acuan Pilar Batas Utama dipantai, valid tentang batas wilayah. Informasi
untuk wilayah laut Kota Gorontalo diambil lisan dari petugas atau aparat setempat
2 titik awal berdasarkan dua buah PBU yang memahami tentang batas wilayah
yang jaraknya kurang dari 12 mil laut. Dari menjadi parameter kebenaran posisi
dua titik awal ditarik garis dasar lurus batas yang didelineasi (Fahmi A, 2001).
untuk selanjutnya menarik garis sejajar ke Wawancara ini berguna pula untuk
arah laut sejauh 4 mil (untuk wilayah memperoleh informasi tentang ada
kabupaten/kota pengelolaan wilayah laut tidaknya perubahan batas wilayah yang
4 mil ; 1 mil laut = 1.852 meter). Akan mungkin disebabkan oleh perubahan
diperoleh batas kartometrik pengelolaan alami ataupun adanya pemekaran
wilayah laut tingkat kabupaten/kota di laut wilayah. Apabila diperoleh informasi
lepas, apabila ada wilayah pengelolaan adanya perubahan batas wilayah, maka
wilayah laut yang berhadapan dengan ditindaklanjuti dengan tracking batas baru
bentang kurang dari 8 mil laut akan tersebut menggu-nakan GPS.
menggunakan ketentuan lain sesuai Setelah melalui proses pemutakhiran,
PERMENDAGRI No. 1 Tahun 2006 diproleh batas wilayah administrasi Kota
Tentang Penegasan Batas Daerah. Gorontalo yang baru. Batas wilayah
administrasi Kota Gorontalo setelah
Survei Lapangan pemutakhiran seperti disajikan pada
Gambar 7. Berdasarkan batas wilayah
Kegiatan survei lapangan dilakukan yang telah dimutakhirkan, disusun peta
untuk memvalidasi peta batas adminis- administrasi Kota Gorontalo yang baru
trasi hasil pemutakhiran, selain itu Gambar 8.

47
Globë Volume 13 No 1 Juni 2011 : 41 - 49

Tabel 1.Luas Wilayah Kota Gorontalo


Berdasarkan Peta Administrasi
Setelah Pemutakhiran (Agustus
2010)

2
No. Kecamatan Luas (Km )

1 Dungingi 4,67
2 Kota Barat 20.08
3 Kota Selatan 17.04
4 Kota Tengah 4,81
5 Kota Timur 19.35
6 Kota Utara 13.07
Total 79.03
Sumber : Hasil perhitungan dengan GIS
Gambar 7. Pemutakhiran Batas Wilayah
Berdasarkan Kenampakan
Topografi Selain pemutakhiran data batas
wilayah di darat, dalam kegiatan ini
dilakukan juga penentuan batas wilayah
di laut dengan menggunakan analisis
kartometrik. Batas wilayah di laut untuk
kabupaten ditentukan sejauh 4 mil laut,
yang diukur dari garis dasar yaitu garis
pantai. Menggunakan analisis kartometrik,
dapat ditentukan batas pengelolaan
wilayah laut Kota Gorontalo, sekaligus
dapat juga dihitung luas wilayah
pengelolaan lautnya.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Gambar 8. Data Batas Wilayah Kota Hasil perhitungan menggunakan


Gorontalo bantuan SIG, diketahui luas wilayah
pengelolaan laut kota Gorontalo kurang
2
Pemutakhiran data batas wilayah lebih adalah 60.84 km . Sedangkan luas
administrasi secara langsung akan wilayah daratan Kota Gorontalo adalah
2
berdampak pada luas wilayah. Hasil 79,03 km . Apabila digabungkan antara
perhitungan luas pada peta, dengan luas wilayah daratan dan laut, maka luas
bantuan sistem informasi geografi (SIG) wilayah pengelolaan Kota Gorontalo
2
wilayah daratan Kota Gorontalo adalah sebesar 139,87 km .
2
79,03 km . Luas daratan Kota Gorontalo
setelah pemutakhiran batas wilayah,
ditunjukkan pada pada Tabel 1.

48
Aspek Geospasial dalam Delineasi Batas Wilayah ………………………………………. (Riadi, B. dan Soleman, MK)

Saran Depdagri. 2006. Peraturan Menteri Dalam


Negeri Nomor 1 Tahun 2006 Tentang
1. Dengan tersedianya citra satelit Pedoman Penegasan Batas Daerah.
resolusi tinggi (1m), sudah selayaknya Depdagri. Jakarta
setiap daerah melakukan evaluasi
batas daerah guna memperbaharui Fahmi, A., Patmasari,T., A. Kencana
informasi data batas wilayahnya. (2001): Aspek-aspek Pemetaan Batas
2. Diharapkan kegiatan ini merupakan Wilayah Sebuah Tinjauan
langkah awal untuk melakukan Komprehensif. GeoInformatika Vo.8
evaluasi batas wilayah yang ada di No.1 Agustus 2001.
Provinsi Gorontalo dengan benar dan
tepat sesuai dengan kaidah pemetaan. Fahmi, A. (2000): Kualitas Data, Akurasi
dan Skala Peta. FIT ISI 2000: 92-100.
DAFTAR PUSTAKA
Patmasari, T., A. Kencana, E. Artanto
Undang-Undang No.32 Tahun 2004: (2000): Tantangan Pemetaan Batas
Tentang Pemerintahan Daerah. Wilayah dalam Rangka Otonomi
Daerah. FIT ISI 2000: 42-45.

49

Anda mungkin juga menyukai