NIM : P07520219027
A. Pengertian
Gangguan irama jantung atau aritmia merupakan komplikasi yang sering terjadi
pada infark miokardium.
Aritmia atau disritmia adalah perubahan pada frekuensi dan irama jantung yang
disebabkan oleh konduksi elektrolit abnormal atau otomatis (Doenges, 1999).
Aritmia timbul akibat perubahan elektrofisiologi sel-sel miokardium. Perubahan
elektrofisiologi ini bermanifestasi sebagai perubahan bentuk potensial aksi yaitu
rekaman grafik aktivitas listrik sel (Price, 1994).
Gangguan irama jantung tidak hanya terbatas pada iregularitas denyut jantung
tapi juga termasuk gangguan kecepatan denyut dan konduksi (Hanafi, 1996).
B. Etiologi
Etiologi aritmia jantung dalam garis besarnya dapat disebabkan
oleh :
1. Peradangan jantung, misalnya demam reumatik, peradangan miokard
(miokarditis karena infeksi
2. Gangguan sirkulasi koroner (aterosklerosis koroner atau spasme arteri
koroner), misalnya iskemia miokard, infark miokard.
3. Karena obat (intoksikasi) antara lain oleh digitalis, quinidin dan obat-obat
anti aritmia lainnya
4. Gangguan keseimbangan elektrolit (hiperkalemia, hipokalemia)
5. Gangguan pada pengaturan susunan saraf autonom yang mempengaruhi
kerja dan irama jantung
6. Ganggguan psikoneurotik dan susunan saraf pusat.
7. Gangguan metabolik (asidosis, alkalosis)
8. Gangguan endokrin (hipertiroidisme, hipotiroidisme)
9. Gangguan irama jantung karena kardiomiopati atau tumor jantung
10. Gangguan irama jantung karena penyakit degenerasi (fibrosis sistem
konduksi jantung)
C.Pathofisiologi
Aritmia terjadi karena adanya fokus ektopik yang terjadi lebih cepat daripada
pacemaker normal (nodus sinoatrialis=NSA=SAN). Kelainan pembentukan impuls
tersebut disebabkan oleh:
a. Otomatisasi abnormal
Dominasi NSA sebagai pacemaker diambil alih oleh sel otomatik di atria,
nodus AV, sistem his purkinje atau ventrikel bila terjadi depresi NSA, mis.
pada bradiaritmia otomatisasi sel lain yang meningkat, misalnya pada
ektopik prematur, takiaritmia NSA tetap sebagai pacemaker, tetapi
pembentukan impulsnya yang abnormal
b. Kelainan konduksi impuls, hantaran terganggu karena:
i. terhambat atau berhenti bradiaritmia
ii. reentrant aritmia (circus movement)
c. Bisa disebabkan oleh kedua-duanya.
D.Manifestasi Klinik
Perubahan TD ( hipertensi atau hipotensi ), nadi mungkin tidak teratur, defisit nadi,
bunyi jantung irama tak teratur, bunyi ekstra, denyut menurun, kulit pucat, sianosis,
berkeringat, edema, haluaran urin menurun bila curah jantung menurun berat. Sinkop,
pusing, berdenyut, sakit kepala, disorientasi, bingung, letargi, perubahan pupil.
Nyeri dada ringan sampai berat, dapat hilang atau tidak dengan obat antiangina,
gelisah. Nafas pendek, batuk, perubahan kecepatan/kedalaman pernafasan, bunyi
nafas tambahan (krekels, ronki, mengi) mungkin ada menunjukkan komplikasi
pernafasan seperti pada gagal jantung kiri (edema paru) atau fenomena
tromboembolitik pulmonal, hemoptisis, demam, kemerahan kulit (reaksi obat), inflamasi,
eritema, edema (trombosis siperfisial); kehilangan tonus otot/kekuatan
E.Pemeriksaan Penunjang
a. EKG : menunjukkan pola cedera iskemik dan gangguan konduksi.
Menyatakan tipe/sumber disritmia dan efek ketidakseimbangan
elektrolit dan obat jantung.
b. Monitor Holter : Gambaran EKG (24 jam) mungkin diperlukan untuk
menentukan dimana disritmia disebabkan oleh gejala khusus bila
pasien aktif (di rumah/kerja). Juga dapat digunakan untuk
mengevaluasi fungsi pacu jantung/efek obat antidisritmia.
c. Foto dada : Dapat menunjukkanpembesaran bayangan jantung
sehubungan dengan disfungsi ventrikel atau katup
d. Skan pencitraan miokardia : dapat menunjukkan area
iskemik/kerusakan miokard yang dapat mempengaruhi konduksi
normal atau mengganggu gerakan dinding dan kemampuan pompa.
e. Tes stres latihan : dapat dilakukan utnnuk mendemonstrasikan
latihan yang menyebabkan disritmia.
f. Elektrolit : Peningkatan atau penurunan kalium, kalsium dan
magnesium dapat mnenyebabkan disritmia.
g. Pemeriksaan obat : Dapat menyatakan toksisitas obat jantung,
adanya obat jalanan atau dugaan interaksi obat contoh digitalis,
quinidin.
h. Pemeriksaan tiroid : peningkatan atau penururnan kadar tiroid
serum dapat menyebabkan.meningkatkan disritmia.
i. Laju sedimentasi : Penignggian dapat menunukkan proses inflamasi
akut contoh endokarditis sebagai faktor pencetus disritmia.
j. GDA/nadi oksimetri : Hipoksemia dapat
menyebabkan/mengeksaserbasi disritmia.
F. Penatalaksanaan Medis
1. Terapi medis
Obat-obat antiaritmia dibagi 4 kelas yaitu :
a. Anti aritmia Kelas 1 : sodium channel blocker
Kelas 1 A
Quinidine adalah obat yang digunakan dalam terapi pemeliharaan
untuk mencegah berulangnya atrial fibrilasi atau flutter.
Procainamide untuk ventrikel ekstra sistol atrial fibrilasi dan aritmi
yang menyertai anestesi.
Dysopiramide untuk SVT akut dan berulang
Kelas 1 B
Lignocain untuk aritmia ventrikel akibat iskemia miokard, ventrikel
takikardia.
Mexiletine untuk aritmia entrikel dan VT
Kelas 1 C
Flecainide untuk ventrikel ektopik dan takikardi
Anti aritmia Kelas 2 (Beta adrenergik blokade)
Atenolol, Metoprolol, Propanolol : indikasi aritmi jantung, angina
pektoris dan hipertensi
b. Anti aritmia kelas 3 (Prolong repolarisation)
Amiodarone, indikasi VT, SVT berulang
c. Anti aritmia kelas 4 (calcium channel blocker)
Verapamil, indikasi supraventrikular aritmia
2. Terapi mekanis
a. Kardioversi : mencakup pemakaian arus listrik untuk
menghentikan disritmia yang memiliki kompleks GRS, biasanya
merupakan prosedur elektif.
b. Defibrilasi : kardioversi asinkronis yang digunakan pada
keadaan gawat darurat.
c. Defibrilator kardioverter implantabel : suatu alat untuk
mendeteksi dan mengakhiri episode takikardi ventrikel yang
mengancam jiwa atau pada pasien yang resiko mengalami
fibrilasi ventrikel.
d. Terapi pacemaker : alat listrik yang mampu menghasilkan
stimulus listrik berulang ke otot jantung untuk mengontrol
frekuensi jantung.
G. Pengkajian
a. Riwayat penyakit
Faktor resiko keluarga contoh penyakit jantung, stroke, hipertensi
Riwayat IM sebelumnya (disritmia), kardiomiopati, GJK, penyakit katup
jantung, hipertensi
Penggunaan obat digitalis, quinidin dan obat anti aritmia lainnya
kemungkinan untuk terjadinya intoksikasi.
b. Kondisi psikososial
c. Pengkajian fisik
Aktivitas : kelelahan umum
Sirkulasi : perubahan TD ( hipertensi atau hipotensi ), nadi mungkin
tidak teratur, defisit nadi, bunyi jantung irama tak teratur, bunyi ekstra,
denyut menurun, kulit warna dan kelembaban berubah misal pucat,
sianosis, berkeringat, edema, haluaran urin menurun bila curah
jantung menurun berat.
Integritas ego : perasaan gugup, perasaan terancam, cemas, takut,
menolak,marah, gelisah, menangis.
Makanan/cairan : hilang nafsu makan, anoreksia, tidak toleran
terhadap makanan, mual muntah, peryubahan berat badan, perubahan
kelembaban kulit
Neurosensori : pusing, berdenyut, sakit kepala, disorientasi, bingung,
letargi, perubahan pupil.
Nyeri/ketidaknyamanan : nyeri dada ringan sampai berat, dapat hilang
atau tidak dengan obat antiangina, gelisah
Pernafasan : penyakit paru kronis, nafas pendek, batuk, perubahan
kecepatan/kedalaman pernafasan; bunyi nafas tambahan (krekels,
ronki, mengi) mungkin ada menunjukkan komplikasi pernafasan
seperti pada gagal jantung kiri (edema paru) atau fenomena
tromboembolitik pulmonal; hemoptisis.
Keamanan : demam; kemerahan kulit (reaksi obat); inflamasi, eritema,
edema (trombosis siperfisial); kehilangan tonus otot/kekuatan.
Intervensi :
1) Raba nadi (radial, femoral, dorsalis pedis) catat
frekuensi, keteraturan, amplitudo dan simetris.
2) Auskultasi bunyi jantung, catat frekuensi, irama. Catat
adanya denyut jantung ekstra, penurunan nadi.
3) Pantau tanda vital dan kaji keadekuatan curah
jantung/perfusi jaringan.
4) Tentukan tipe disritmia dan catat irama : takikardi;
bradikardi; disritmia atrial; disritmia ventrikel; blok
jantung.
5) Berikan lingkungan tenang. Kaji alasan untuk
membatasi aktivitas selama fase akut.
6) Demonstrasikan/dorong penggunaan perilaku
pengaturan stres misal relaksasi nafas dalam,
bimbingan imajinasi.
7) Selidiki laporan nyeri, catat lokasi, lamanya, intensitas
dan faktor penghilang/pemberat. Catat petunjuk nyeri
non-verbal contoh wajah mengkerut, menangis,
perubahan TD
8) Siapkan/lakukan resusitasi jantung paru sesuai
indikasi
9) Kolaborasi
a. Pantau pemeriksaan laboratorium, contoh
elektrolit
Berikan oksigen tambahan sesuai indikasi
b. Berikan obat sesuai indikasi : kalium,
antidisritmi
Siapkan untuk bantu kardioversi elektif
c. Bantu pemasangan/mempertahankan fungsi
pacu jantung
d. Masukkan/pertahankan masukan IV
e. Siapkan untuk prosedur diagnostik invasive
f. Siapkan untuk pemasangan otomatik
kardioverter atau defibrillator
b. Kurang pengetahuan tentang penyebab atau kondisi pengobatan
berhubungan dengan kurang informasi/salah pengertian kondisi
medis/kebutuhan terapi.
Kriteria hasil :
i. Menyatakan pemahaman tentang kondisi, program
pengobatan
Menyatakan tindakan yang diperlukan dan
kemungkinan efek samping obat
Intervensi :
1. Kaji ulang fungsi jantung normal/konduksi elektrikal
2. Jelaskan/tekankan masalah aritmia khusus dan tindakan
terapeutik pada pasien/keluarga
3. Identifikasi efek merugikan/komplikasiaritmia khusus contoh
kelemahan, perubahan mental, vertigo.
4. Anjurkan/catat pendidikan tentang obat. Termasuk mengapa
obat diperlukan; bagaimana dan kapan minum obat; apa
yang dilakukan bila dosis terlupakan.
5. Dorong pengembangan latihan rutin, menghindari latihan
berlebihan.
6. Kaji ulang kebutuhan diet contoh kalium dan kafein.
7. Memberikan informasi dalam bentuk tulisan bagi pasien
untuk dibawa pulang
8. Anjurkan psien melakukan pengukuran nadi dengan tepat.
9. Kaji ulang kewaspadaan keamanan, teknik mengevaluasi
pacu jantung dan gejala yang memerlukan intervensi medis.
Kaji ulang prosedur untuk menghilangkan PAT contoh pijatan
karotis/sinus, manuver Valsava bila perlu.
CONTOH KASUS!
Pada tanggal 07 Juni 2017 Ny. S yang berusia 44 tahun datang ke RSUD Jombangden
gan keluhan berdebar-debar mulai tadi malam, kedua kakinya bengkak ,disertai mual.
Setelah di lakukan pengkajian didapatkan data TD : 120/90 x/menit, N :82 x/menit
S : 38° C,RR : 24 x/menit. Skala nyeri : 0 ,Takikardi : >120
PENGKAJIAN
A.IDENTITAS KLIEN
Nama : Ny. SUmur : 44 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku/Bangsa : Jawa
Agama : Islam
Pekerjaan : Swasta
Pendidikan : SMPAlamat : Jl. Halmahera III /49 Kaliwungu-Jombang
No. Reg : -
Tgl. MRS : 07-06-2017 (Jam 07:22 WIB)
Diagnosis medis : Palpitasi + PVCTgl Pengkajian : 9 Juni 2017 (Jam 08.00 WIB)
B.KELUHAN UTAMA
Pasien mengatakan jantungnya berdetak kencang atau berdebar-debar dan keduakakin
ya mengalami pembengkakan
C.RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Pasien mengatakan jantungnya berdetak kencang atau berdebar-debar dan kedua
kakinya mengalami pembengkakan,disertai mual dan penyakit lambung . Pasien
terakhir masuk RS tanggal 07 Juni 2017 dengan sakit palpitasi+PVC.
D.RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
Pasien mengatakan jantungnya berdebardebar kencang dan kedua kakinya mengalami
pembengkakan ± 3 bulan dan mengalami penyakit lambung.
E.RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA
Keluarga pasien tidak terdapat penyakit hipertensi dan keluarga tidak ada yang
mempunyai penyakit jantung ataupun penyakit lainnya.
F.RIWAYAT KESEHATAN LINGKUNGAN
Pasien tinggal di lingkungan yang bersih
PEMERIKSAAN FISIK
Suhu : 38°C
Nadi : 82 x/menit
TD : 130/90 mmHg
RR : 24x/menit
Skala nyeri : 0
PEMERIKSAAN PERSISTEM
A. System Pernafasan
Anamnesa : pasien tidak mengeluh sesak tetapi mengunakan alat bantu oksigen
Hidung
Inspeksi : tidak ada cupping hidungPalpasai : tidak ada nyeri tekan
Mulut
Inspeksi : mukosa bibir pucat
Area dada
Inspeksi : simetris
Palpasi : nyeri tekan (-)
Auskultasi : vesikuler
B. System Cardiovaskular dan Limfe
Anamnesa : Pasien tidak mengeluh nyeri dada dan tidak pusing
Inspeksi : konjungtiva pucat
Leher
Inspeksi : bendungan vena jugularis (-)Palpasi : nyeri tekan (-)
Dada
Inspeksi : bentuk dada simetrisPalpasi : nyeri tekan (-)Perkusi : pekakAuskultasi :
Ekstremitas atas
Inspeksi : sianosis (-)Palpasi : CRT <2 detik
Ektremitas bawah
Inspeksi : edema kaki
Palpasi : pitting edema (+)
C. Persyarafan
1.Uji Nervus 1 olfaktorius (pembau) : mampu membedakan bau– bauan
2.Uji Nervus II Opticus (penglihatan) : baik dan pandangan tidak kabur
3.Nervus III, IV, VI (Okulomotorius, Troklearis dan Abdusen)Klien dapat menggerakkan
bola matanya ke segala arah.
4.Nervus V trigeminus (sensasi kulit wajah)Mata klien berkedip saat ada benda asing
menyentuh kornea
5.Nervus VII facialis Klien dapat menggerakkan wajah dan dahinya
6.Nervus VIII vestibucochlearis Klien pendengaran masih baik
7.Nervus IX glosoparingeal Klien dapat merasakan pahit dan manis
8.Nervus X vagus Rangsangan menelan baik
9.Nervus XI aksesorius
Klien dapat menggerakkan bahu ke atas dan menggerakkan kepala
10.Nervus XII hypoglosal/hipoglosum
klien mampu menjulurkan lidah dan menggerakkannya ke segala arah
D. Sistem Pencernaan-Eliminasi Alvi
Anamnesa : Pasien belum BAB selam 2 hari.Terpasang kateter , kantong urin 200 ml
Mulut
Inspeksi : stomatitis (-)
Gigi
Inspeksi : caries (-)
AbdomenInspeksi:
simetris
Palpasi:
tidak ada nyeri tekan
Kuadran 1
Hepar :
hepatomegali (-)
Kuadran 2
Gaster :
nyeri tekan abdomen(-)
Lien :
splenomegaly (-)
Kuadran 3
Tidak terdapat massa
Kuadran 4
Bising usus (+)
Perkusi :
Tympani
E. System Muskuluskeletal dan Integument
Inspeksi :
lemas, pucat terdapat kelemahan tonus otot , edema pada bagian kaki
Palpasi :
pitting edema (+)
Kekuatan otot
Keterangan :
0: Tidak ada kontraksi
1: Kontaksi (gerakan minimal)
2: Gerakan aktif namun tidak dapat melawan gravitasi
3: Gerakan aktif, dapat melawan gravitasi
4: Gerakan aktif,dapat melawan gravitasi serta mampu menahan tahananringan
5: Gerakan aktif,dapat melawan gravitasi serta mampu menahan tahanan penuh
F. System Endokrin dan Eksokrin Kepala
Inspeksi:
rambut bersih, distribusi rambut merata, sedikit uban
Palpasi :
tidak ada benjolan dan tidak ada rambut yang rontok
Leher Inspeksi:
pembesaran vena jugularis (-)
Palpasi:
pembesaran kelenjar tiroid (-) , dan nyeri tekan (-)
G. System Reproduksi
Anamnesa : Tidak ada keluhan
Genetalia Inspeksi:
tidak ada tanda - tanda infeksi
Palpasi:
tidak ada benjolan atau masa dan tidak ada nyeri tekan
H. Persepsi SensoriAnamnesa :
Tidak ada penurunan tajam penglihatan, mata tidak kabur, tidak ada
keluhan tinnitus (berdenging) dan tidak ada penurunan pendengaran.
a.Mata
Inspeksi:
bentuk simetris, kornea normal, warna iris hitam, lensa normal jernih, sklera putih
Palpasi:
tidak ada nyeri dan tidak ada pembengkakan kelopak mata
b.Telinga
Inspeksi:
bentuk simetris, bersih, tidak ada serumen
Palpasi:
tidak ada oedem dan tidak ada nyeri tekan
c.Penciuman-(hidung)
Palpasi:
tidak ada pembengkakan dan tidak ada nyeri saat palpasi fosa kanina
Perkusi:
tidak ada reaksi hebat pada regio frontalis, sinus frontalis danfosakanina
Pemeriksaan Penunjang
EKG : gangguan pada V4, HR
Foto Thorax
Tes laboratorium:
- Keratinin = 1,29 mg/dl
- Cl = 111
- SGOT = 44
- SGPT = 42
Diagnosa Keperawatan
NS.DIAGNOSIS :(NANDA-I)
Penurunan Curah Jantung
Domain : 4 Aktivitas/Istirahat
Kelas : 4 Respons Kardiovaskuler/Pulmonal
DEFINITION:
Ketidakadekuatan darah yang di pompa oleh jantung untuk
memenuhi kebutuhan metabolic tubuh
DEFINING CHARACTERISTICS
Perubahan elektrokardiogram (EKG) (mis; aritmia,abnormalitas konduksi, iskemia)
Takikardia
Keletihan
Peningkatan CVP
Batuk
Gelisah
Perubahan tekanan darah
RELATEDFACTORS:
perubahan afterload
Perubahan frekuensi jantung
Perubahan irama jantung
Perubahan kontraklitas
Perubahan preload
Perubahan volume sekuncup
Subjective data entry
Jantung berdebar - debar
Objective data entry
Irama pernafasan tidak teratur
Gelisah
Wajah pucat
Edema pada kaki
Suhu : 38°C
Nadi : 82 x/menit
TD : 130/90 mmHg
RR : 24x/menit
Ns.Diagnosis (Specify):Penurunan curah jantung
Related to: Perubahan frekuensi jantung
INTERVENSI KEPERAWATAN
IMPLEMENTASI
EVALUASI