Anda di halaman 1dari 202

LAPORAN PBLK

Pengelolaan Pelayanan dan Asuhan Keperawatan pada Anak dengan


Penyakit Infeksi : Demam Berdarah Dengue (DBD) Derajat II
di Ruangan Melati I Rumah Sakit Umum Daerah DR. Pirngadi Medan

Disusun dalam Rangka Menyelesaikan


Mata Ajar Praktik Belajar Lapangan Komprehensif

Oleh

Waslifour Glorya Daeli, S.Kep.


071101026

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS TAHAP PROFESI


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN, 2012
Pengelolaan Pelayanan dan Asuhan Keperawatan pada Anak dengan Penyakit
Infeksi : Demam Berdarah Dengue (DBD) Derajat II di Ruangan Melati I Rumah
Sakit Umum Daerah DR. Pirngadi Medan

Waslifour Glorya Daeli, S.Kep

Program Studi Pendidikan Ners Tahap Profesi Fakultas Keperawatan USU

ABSTRAK:

Praktik Belajar Lapangan Komprehensif (PBLK) bertujuan untuk


meningkatkan kemampuan dalam mengaplikasikan semua teori dan konsep yang
telah diperoleh selama proses pendidikan dengan cara mengelola manajemen
pelayanan keperawatan dan memberikan asuhan keperawatan secara profesional
kepada pasien. Kegiatan yang dilakukan selama PBLK mencakup pengkajian,
intervensi, diagnosa, implementasi, dan evaluasi selama satu bulan di Ruang III/
Melati I RSUD DR.Pirngadi Medan. Dari hasil pengkajian, pasien infeksi
berjumlah 66 anak dalam 3 bulan terakhir (Maret, April, Mei). Demam Berdarah
Dengue/Dengue Hemorrhagic Fever merupakan salah satu penyakit infeksi yang
telah menginfeksi 12 anak dalam 3 bulan terakhir yang dirawat di Ruang III /
Melati I. Berdasarkan hasil intervensi yang dilakukan pada An. J dan An. A
dengan diagnosa medis DHF Grade II, diperoleh bahwa hipertermia (demam)
biasa menyertai perjalanan penyakit ini dengan suhu ≥ 38°C dan terjadi
perdarahan (petekie ataupun mimisan). Terapi cairan yang adekuat serta asupan
nutrisi yang cukup dapat mempercepat proses penyembuhan, terbukti dengan
demam yang dialami oleh kedua pasien hanya berlangsung 1-2 hari setelah masuk
rumah sakit. Berdasarkan hasil tersebut, diharapkan perawat memantau tanda dan
gejala DBD untuk mendeteksi secara dini apabila ditemukan kondisi yang
abnormal sehingga dapat segera ditangani.

Kata kunci: anak, penyakit infeksi, Demam Berdarah Dengue, terapi cairan
Management Services and Nursing Care of Children with Dengue Hemorrhagic
Fever (DHF) in the Melati I Room DR. Pirngadi General Hospital Medan

Waslifour Glorya Daeli, S.Kep

Program Study of Education Nurses Stage Professional Nursing Faculty North


Sumatera University

ABSTRACT:

Praktik Belajar Lapangan Komprehensif (PBLK) aims to improve the


ability to apply all the theories and concepts that have been acquired during the
educational process by managing nursing service management and provide
professional nursing care to patients. Activities undertaken during PBLK include
assessment, intervention, diagnosis, implementation, and evaluation for a month
in the Melati I room DR.Pirngadi Hospital Medan. From the results of the
assessment, totaling 66 children infected patients in the last 3 months (March,
April, May). Dengue Hemorrhagic Fever is one of the infectious disease that has
infected 12 children in the last 3 months who treated in the Melati I room. Based
on the results of interventions carried out on An. A and An. A with medical
diagnosis of DHF Grade II, hyperthermia (fever) usually accompanies the course
of the disease with a temperature ≥ 38 °C and there is bleeding (petechiae or
bleeding). Adequate fluid therapy and adequate nutrition can accelerate the
healing process, as evidenced by fever experienced by the patient only lasted 1-2
days after hospital admission. Based on these results, it is expected the nurse to
monitor for signs and symptoms of Dengue Hemorrhagic Fever if found early
detection of abnormal conditions that can be addressed.

Key words: children, infectious disease, Dengue Hemorrhagic Fever,


fluid therapy
DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan ................................................................... i


Abstrak ...................................................................................... ii
Kata Pengantar .......................................................................... iv
Daftar Isi .................................................................................... vii
Daftar Tabel .............................................................................. viii
Daftar Skema ............................................................................ ix
Daftar Lampiran ........................................................................ x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.............................................................................. 1
B. Tujuan .......................................................................................... 3
C. Manfaat ........................................................................................ 4
BAB II PENGELOLAAN PELAYANAN KEPERAWATAN
A. Konsep Dasar ............................................................................... 5
B. Analisis Ruang Rawat ................................................................... 19
1. Pengkajian .............................................................................. 19
2. Analisa SWOT ........................................................................ 30
3. Perumusan Masalah ................................................................ 34
4. Planning of Action (POA) ....................................................... 35
5. Implementasi .......................................................................... 36
6. Evaluasi .................................................................................. 36
7. Pembahasan ............................................................................ 38
BAB III PENGELOLAAN ASUHAN KEPERAWATAN
A. Landasan Teori ............................................................................. 41
B. Tinjauan Kasus ............................................................................. 63
Asuhan keperawatan pada An. J .................................................... 66
Pengkajian ............................................................... 66
Diagnosa Keperawatan ............................................. 76
Rencana Keperawatan .............................................. 77
Implementasi dan Evaluasi ....................................... 79
Ringkasan Keperawatan Klien Pulang ...................... 83
Asuhan keperawatan pada An. A .................................................. 84
Pengkajian ............................................................... 84
Diagnosa Keperawatan ............................................. 94
Rencana Keperawatan .............................................. 95
Implementasi dan Evaluasi ....................................... 97
Ringkasan Keperawatan Klien Pulang ...................... 102
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................................... 103
B. Saran ............................................................................................ 104
Daftar Pustaka ............................................................................ 106
Lampiran
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Perhitungan Kebutuhan Tenaga Kerja di Ruang III / Melati I ................... 21


DAFTAR SKEMA

Skema 1. Sistem Pemberian Asuhan Keperawatan Fungsional ................. 15


Skema 2. Sistem Pemberian Asuhan Keperawatan Tim ............................ 16
Skema 3. Sistem Pemberian Keperawatan “Primary Nursing” ................. 17
Skema 4. Sistem Pemberian Keperawatan Manajemen Kasus .................. 18
Skema 5. Struktur Organisasi Ruang III / Melati I ................................... 27
Skema 6. Patofisiologi Dengue Hemorrhagic Fever ................................. 49
DAFTAR LAMPIRAN

1. Perencanaan PBLK di Ruang III / Melati I RSUD DR.Pirngadi

2. Planning of Action (POA) PBLK di Ruang III / Melati I RSUD DR.Pirngadi

Medan

3. Instrumen Sistem Manajemen Keperawatan

4. Instrumen Kepuasan Pasien terhadap Pelayanan Keperawatan

5. Instrumen Pengaruh Kepala Ruangan Terhadap Motivasi Kerja Perawat

Pelaksana di RSUD DR. Pirngadi Medan

6. Instrumen Kepuasan Perawat

7. Persentase Kepuasan Pasien terhadap Pelayanan Keperawatan

8. Persentase Pengaruh Kepala Ruangan Terhadap Motivasi Kerja Perawat

Pelaksana di RSUD DR. Pirngadi Medan

9. Persentase Kepuasan Perawat

10. Kumpulan Diagnosa Keperawatan yang Sering Muncul dan Rencana

Keperawatan pada 10 Besar Penyakit Anak di Ruang III / Melati I RSUD

DR. Pirngadi Medan

11. Satuan Acara Penyuluhan “Demam Berdarah Dengue (DBD)”

12. Evaluasi Penyuluhan “Demam Berdarah Dengue (DBD)”

13. Leaflet “Demam Berdarah Dengue (DBD)”


BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kualitas pelayanan kesehatan di rumah sakit tidak terlepas dari profesi

keperawatan yang berperan penting dalam menjamin adanya asuhan keperawatan

yang berkualitas tinggi secara berkesinambungan yang melibatkan individu dalam

program pengendalian pelayanan rumah sakit. Keperawatan sebagai pelayanan

asuhan profesional bersifat humanistik menggunakan pendekatan holistik yang

dilakukan berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan yang berorientasi kepada

kebutuhan klien dengan mengacu pada standar profesional keperawatan dan

menggunakan etika keperawatan sebagai tuntutan utama (Nursalam, 2002).

Pelayanan komprehensif merupakan pelayanan klien secara total dan

pelayanan kesehatan holistik. Kesehatan holistik melibatkan individu secara total

baik keseluruhan status kehidupannya dan kualitas hidupnya dalam berespon

terhadap perubahan yang terjadi pada diri dan lingkungannya sehingga perawat

dapat memberikan pelayanan secara tepat dan efektif untuk membantu klien

dalam beradaptasi terhadap perubahan yang terjadi di sekitarnya (Gillies, 1998).

Praktik Belajar Lapangan Komprehensif (PBLK) merupakan mata kuliah

yang bertujuan untuk melakukan perawatan pasien secara profesional dan

komprehensif, mengaplikasikan komunikasi efektif selama melakukan asuhan

keperawatan kepada pasien, mengaplikasikan penelitian untuk mengatasi masalah

yang dialami pasien, melakukan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain selama

melakukan asuhan keperawatan komprehensif, dan mendokumentasikan asuhan


keperawatan. Kegiatan PBLK ini juga diharapkan secara langsung dapat

memberikan masukan untuk peningkatan pelayanan keperawatan pada tempat

yang menjadi lahan praktik.

PBLK dilaksanakan selama empat minggu dengan enam hari praktik dari

hari Senin hingga Sabtu di tempat kegiatan PBLK berdasarkan bidang

kepeminatan dengan dibimbing oleh seorang dosen pembimbing. Berdasarkan hal

ini praktikan memilih mata ajar Keperawatan Anak dan melakukan PBLK di

Ruang Rawat Inap Anak RSUD Dr. Pirngadi Medan dengan kegiatan pertama

yaitu penerapan asuhan keperawatan secara komprehensif dari pengkajian,

diagnosa, intervensi, implementasi, dan evaluasi sesuai dengan penemuan

fenomena kasus di ruangan. Kegiatan kedua yaitu melakukan manajemen

pelayanan keperawatan melalui proses pengorganisasian kegiatan keperawatan

secara efektif dan efisien dalam pelayanan keperawatan dengan selalu

meningkatkan pengelolaan pelayanan keperawatan sesuai dengan kasus kelolaan.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2012) mengatakan penyakit

Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit yang masih

menjadi masalah kesehatan masyarakat dan endemis di sebagian kabupaten/kota

di Indonesia. Hampir setiap tahun terjadi KLB (Kejadian Luar Biasa) di beberapa

daerah yang biasanya terjadi pada musim penghujan, namun sejak awal tahun

2011 ini sampai bulan Agustus 2011 tercatat jumlah kasus relative menurun

sebagaimana tampak pada grafik di bawah. DBD pertama kali dilaporkan pada

tahun 1968 di Jakarta dan Surabaya, dengan 48 penderita dan angka kematian

(CFR) sebesar 41,3%. Dewasa ini DBD telah tersebar di seluruh provinsi di

Indonesia. angka kematian akibat DBD di beberapa wilayah masih cukup tinggi di
atas target nasional 1 % antara lain Provinsi Gorontalo, Riau, Sulawesi Utara

Bengkulu, Lampung, NTT, Jambi, Jawa Timur, Sumatra Utara dan Sulawesi

Tengah. Program pencegahan dan pemberantasan DBD telah berlangsung lebih

kurang 43 tahun dan berhasil menurunkan angka kematian dari 41,3% pada tahun

1968 menjadi 0,87 % pada tahun 2010, tetapi belum berhasil menurunkan angka

kesakitan. Jumlah penderita cenderung meningkat, penyebarannya semakin luas,

menyerang tidak hanya anak-anak tetapi juga golongan umur yang lebih tua. Pada

tahun 2011 sampai bulan Agustus tercatat 24.362 kasus dengan 196 kematian

(CFR: 0,80 %). Namun, angka tersebut masih cukup tinggi. Data tersebut sejalan

dengan data yang didapat dari ruang III / Melati I. Pasien anak di ruang tersebut

dalam tiga bulan terakhir (Maret, April dan Mei 2012) berjumlah pasien sebanyak

253 orang, dengan jumlah pasien tertinggi adalah pasien infeksi dan

gastroenteritis. Berdasarkan perolehan jumlah pasien tersebut maka praktikan

mengangkat salah satu kasus infeksi, yaitu DHF (Dengue Hemorrgic Fever).

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Selama mengikuti PBLK mahasiswa mampu meningkatkan kemampuan

dalam mengaplikasikan semua teori dan konsep yang telah diperoleh selama

proses pendidikan.

2. Tujuan Khusus

Selama mengikuti PBLK di Ruang Rawat Inap Anak RSUD Dr.

Pirngadi Medan mahasiswa akan mampu:


a. Mengelola manajemen pelayanan keperawatan melalui proses

pengorganisasian kegiatan keperawatan secara efektif dan efesien dalam

pelayanan keperawatan.

b. Memberikan pelayanan yang komprehensif terhadap anak sakit dengan

komunikasi yang efektif, memperhatikan aspek legal, memberikan

asuhan keperawatan secara profesional kepada pasien, memperhatikan

kebijakan rumah sakit terhadap pasien, menjalin hubungan interpersonal

baik dengan pasien maupun tim medis lainnya serta pendidikan

kesehatan yang dapat dilakukan pasien sampai akhir hidupnya.

C. Manfaat

1. Mahasiswa Keperawatan

Sebagai latihan dan gambaran menjadi perawat profesional yang

dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif pada pasien.

Selain itu juga melatih mahasiswa mengelola manajemen keperawatan

secara efektif dan efisien.

2. Institusi Pendidikan

Untuk meningkatkan kompetensi lulusan institusi dan menghasilkan

tugas akhir dalam bentuk karya tulis ilmiah.

3. Lahan Praktik

Sebagai sumber pengembangan ilmiah dalam meningkatkan mutu

pelayanan dengan penerapan intervensi kasus sesuai dengan kasus kelolaan

mahasiswa dan menambah intervensi bagi perawat ruangan dalam melakukan

asuhan keperawatan pada pasien secara komprehensif.


BAB 2

PENGELOLAAN PELAYANAN KEPERAWATAN

D. Konsep Dasar

1. Defenisi Manajemen

Manajemen berasal dari kata manus yang artinya tangan, maka diartikan

secara singkat sebagai proses menyelesaikan pekerjaan melalui tangan orang lain.

Manajemen merupakan proses pelaksanaan kegiatan organisasi melalui upaya

orang lain untuk mencapai tujuan bersama. Sedangkan manajemen keperawatan

dapat diartikan sebagai pelaksanaan pelayanan keperawatan melalui staf

keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan, pengobatan dan rasa aman,

kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat (Gillies, 1998). Menurut

Huber (1996) manajemen adalah koordinasi dan integrasi sumber-sumber melalui

perencanaan, pengorganisasian, koordinasi, pengarahan dan pengawasan dalam

mencapai tujuan. Manajemen mengandung tiga prinsip pokok yang menjadi ciri

utama penerapannya yaitu efisiensi dalam pemanfaatan sumber daya, efektif

dalam memilih alternatif kegiatan untuk mencapai tujuan organisasi, dan rasional

dalam pengambilan keputusan manajerial (Muninjaya,2004).

Manajemen keperawatan mempunyai lingkup manajemen operasional

yang merencanakan, mengatur, dan menggerakkan para staf untuk memberikan

pelayanan keperawatan yang sebaik-baiknya kepada pasien melalui manajemen

asuhan keperawatan. Agar dapat memberikan pelayanan keperawatan yang

optimal, maka diperlukan suatu Standar Asuhan Keperawatan (SAK) yang akan

digunakan sebagai target maupun alat kontrol pelayanan keperawatan. Seluruh


aktifitas manajemen baik kognitif, efektif dan psikomotor berada dalam satu atau

lebih dari fungsi-fungsi utama yang bergerak mengarah pada satu tujuan.

Sehingga selanjutnya, bagian akhir dalam proses manajemen keperawatan adalah

perawatan yang efektif dan ekonomis bagi semua kelompok.

2. Fungsi Manajemen

Dalam manajemen, diperlukan peran tiap orang yang terlibat di dalamnya

untuk menyikapi posisi masing-masing. Oleh sebab itu, diperlukan adanya fungsi-

fungsi yang jelas mengenai manajemen. Ada empat fungsi manajemen yang harus

diperhatikan, yaitu perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan

pengawasan. Sedangkan dalam manajemen keperawatan ada beberapa elemen

utama berdasarkan fungsinya yaitu planning (perencanaan), organizing

(pengorganisasian), staffing (kepegawaian), directing (pengarahan) dan

controlling (pengendalian/ evaluasi).

2.1 Planning (Perencanaan)

Swansburg (1999) mengatakan bahwa perencanaan adalah satu

proses berkelanjutan yang diawali dengan merumuskan tujuan dan rencana

tindakan yang akan dilaksanakan, menentukan personal, merancang proses

dan kriteria hasil, memberikan umpan balik pada perencanaan yang

sebelumnya & memodifikasi rencana yang diperlukan. Perencanaan formal

menekankan pada apa yang akan dikerjakan dan bagaimana cara

mengerjakannya yang didasarkan pada komitmen bersama ( Robbin, 1997).

Perencanaan adalah fungsi terpenting dalam manajemen karena


perencanaan merupakan tuntutan terhadap proses pencapaian tujuan secara

efektif dan efisien. Di dalam perencanaan ditentukan seberapa luas yang

akan dilakukan, bagaimana melakukannya dan siapa yang melakukannya

(Swanburg, 2000).

Dalam proses keperawatan perencanaan membantu untuk menjamin

bahwa klien atau pasien akan menerima pelayanan kesehatan yang mereka

butuhkan serta pelayanan ini diberikan oleh pekerja keperawatan agar

mendapat hasil yang memuaskan sesuai tujuan. Keseluruhan proses

pemikiran dan penentuan secara matang hal-hal yang akan dikerjakan di

masa mendatang dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan

(Siagian, 1999). Adapun tujuan perencanaan adalah: (1) sebagai upaya

koordinasi dalam memberikan arahan sehingga semua anggota paham akan

kondisi organisasi dan mengerti kontribusinya dalam mencapai tujuan baik

secara mandiri maupun tim, (2) mengurangi dampak perubahan, (3)

memininimalkan hasil yang sia-sia, tidak efektif dan tidak efisien serta

menghindari pengulangan kegagalan, (4) menetapkan standar

pengontrolan/ pengendalian: membandingkan kinerja dan tujuan, deviasi

dan tindakan korektif yang diperlukan, (5) menimbulkan keberhasilan

dalam mencapai sasaran dan tujuan, (6) efektif dalam hal biaya.

2.2 Organizing (Pengorganisasian)

Pengorganisasian adalah langkah untuk menetapkan atau

menggolongkan dan mengatur berbagai macam kegiatan, menetapkan tugas

pokok dan wewenang, dan pendelegasian wewenang oleh pimpinan kepada


staf dalam rangka mencapai tujuan organisasi. Berdasarkan defenisi

tersebut, fungsi pengorganisasian merupakan alat untuk memadukan

(sinkronisasi) dan mengatur semua kegiatan yang ada kaitannya dengan

personil, finansial, material, dan tata cara untuk mencapai tujuan organisasi

yang telah disepakati bersama (Swansburg, 2000).

Melalui fungsi pengorganisasian, seluruh sumber daya yang

dimiliki oleh organisasi (man, money, material, method, machine) akan

diatur penggunaannya secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan

organisasi yang telah ditetapkan (Muninjaya, 2004). Melalui

pengorganisasian dapat diketahui: (1) pembagian tugas untuk perorangan

atau kelompok, (2) hubungan organisatoris antar manusia yang menjadi

anggota atau staf sebuah organisasi, (3) pendelegasian wewenang, dan (4)

pemanfaatan staf dan fasilitas fisik yang dimiliki organisasi.

2.3 Actuating (Pengarahan)

Douglas dalam Swanburg (2000) mendefinisikan pengarahan

sebagai pengeluaran penugasan, pesanan dan instruksi yang memungkinkan

pekerja mamahami apa yang diharapkan darinya, dan pedoman serta

pandangan pekerja sehingga ia dapat berperan secara efektif dan efisien

untuk mencapai obyektif organisasi. Pengarahan merupakan hubungan

antara aspek-aspek individual yang ditimbulkan oleh adanya pengaturan

terhadap bawahan-bawahan untuk dapat dipahami dan pembagian kerja

yang efektif untuk tujuan yang nyata. Ada beberapa tujuan dari fungsi

pengarahan antara lain menciptakan kerjasama yang efisien,


mengembangkan kemampuan dan keterampilan staf, menimbulkan rasa

memiliki dan menyukai pekerjaan, mengusahakan suasana lingkungan kerja

yang dapat meningkatkan motivasi dan prestasi kerja serta membuat

organisasi berkembang dan dinamis.

Ada 12 aktivitas teknis atau obyektif yang berhubungan dengan

fungsi pengarahan pada manajemen tingkat pertama atau rendah (Douglas

dalam Swanburg, 2000). Aktivitas-aktivitas ini adalah bagian dari fungsi

pengarahan manajer perawat yang mencakup: (1) merumuskan tujuan

perawatan yang realistis untuk klinik kesehatan pasien dan personal

perawatan, (2) memberikan prioritas utama untuk kebutuhan pasien atau

klien sehubungan dengan tugas-tugas staf perawatan, (3) melaksanakan

koordinasi untuk efisiensi pelayanan yang diberikan oleh bagian penunjang,

(4) mengidentifiaksi tanggung jawab untuk seluruh kegiatan yang

dilakukan oleh staf perawatan, (5) memberikan perawatan yang aman dan

berkesinambungan, (6) mempertimbangkan kebutuhan terhadap tugas-tugas

yang bervariasi dan pengembangan staf perawatan, (7) memberikan

kepemimpinan terhadap anggota staf untuk bantuan dalam hal pengajaran,

konsultasi dan evaluasi, (8) mempercayai anggota untuk mengikuti

perjanjian yang telah mereka sepakati, (9) menginterpretasikan protokol

untuk berespon terhadap hal-hal insidental, (10) menjelaskan prosedur yang

harus diikuti dalam keadaan darurat, (11) memberikan laporan ringkas dan

jelas, (12) menggunakan proses kontrol manajemen untuk mengkaji

kualitas pelayanan yang diberikan dan mengevaluasi penampilan kerja

individu dan kelompok kerja staf perawatan.


2.4 Controlling (Pengawasan)

Fungsi pengawasan dan pengendalian (controlling) merupakan

fungsi yang terakhir dari proses manajemen, yang memiliki kaitan yang

erat dengan fungsi yang lainnya. Pengawasan merupakan pemeriksaan

terhadap sesuatu apakah terjadi sesuai dengan rencana yang ditetapkan/

disepakati, instruksi yang telah dikeluarkan, serta prinsip-prinsip yang telah

ditentukan, yang bertujuan untuk menunjukkan kekurangan dan kesalahan

agar dapat disepakati (Fayol, 1998).

Pengawasan juga diartikan sebagai suatu usaha sistematik untuk

menetapkan standar pelaksanaan dengan tujuan perencanaan, merancang

sistem informasi timbal balik, membandingkan kegiatan nyata dengan

standar yang telah ditetapkan sebelumnya, menentukan dan mengukur

penyimpangan, serta mengambil tindakan yang digunakan dengan cara

paling efektif dalam pencapaian tujuan perusahaan (Mockler, 2002).

Manfaat fungsi pengawasan dan pengendalian dapat dilaksanakan dengan

tepat, maka akan dapat diketahui : (1) apakah suatu kegiatan atau program

telah dilaksanakan sesuai dengan standar atau rencana kerja, (2) adanya

penyimpangan pada pengetahuan dan pengertian staf dalam melaksanakan

tugas-tugasnya, (3) apakah waktu dan sumber daya lainnya telah

mencukupi kebutuhan dan telah digunakan secara benar, (4) staf yang

perlu diberikan penghargaan atau bentuk promosi dan latihan lanjutan.


3. Standar Asuhan Keperawatan

Standar asuhan keperawatan telah dijabarkan oleh Departemen Kesehatan

RI pada tahun 1998 mengacu kepada tahapan proses keperawatan yang meliputi

pengkajian, diagnosa, perencanaan keperawatan, implementasi keperawatan dan

evaluasi.

a. Standar I : Pengkajian Keperawatan

Asuhan keperawatan paripurna memerlukan data yang lengkap dan

dikumpulkan secara terus menerus, tentang keadaannya untuk menentukan

kebutuhan asuhan keperawatan. Data kesehatan harus bermanfaat bagi semua

anggota tim kesehatan. Komponen pengkajian keperawatan meliputi:

1) Pengumpulan data, kriteria: (a) menggunakan format yang baku, (b) sistematis,

(c) diisi sesuai item yang tersedia, (d) aktual, (e) valid

2) Pengelompokan data, kriteria: (a) data biologis, (b) data psikologis, (c) data

sosial, (d) data spiritual

3) Perumusan Masalah, kriteria: (a) kesenjangan antara status kesehatan dengan

norma dan pola fungsi kehidupan, (b) perumusan masalah ditunjang oleh data

yang telah dikumpulkan.

b. Standar II: Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan dirumuskan berdasarkan data kasus kesehatan

pasien, dianalisis dan dibandingkan dengan norma fungsi kehidupan pasien.

Kriteria : (1) diagnosa keperawatan dihubungkan dengan penyebab kesenjangan

dan pemenuhan kebutuhan pasien, (2) dibuat sesuai dengan wewenang perawat,

(3) komponennya terdiri dari masalah, penyebab dan gejala/ (PES) atau terdiri

dari masalah dan penyebab (PE), (4) bersifat aktual apabila masalah kesehatan
pasien sudah nyata terjadi, (5) bersifat potensial apabila masalah kesehatan pasien

kemungkinan besar akan terjadi, (6) dapat ditanggulangi oleh perawat.

c. Standar III: Perencanaan Keperawatan

Perencanaan keperawatan disusun berdasarkan diagnosa keperawatan.

Komponen perencanaan keperawatan meliputi:

1) Prioritas masalah, kriteria: (a) masalah yang mengancam kehidupan merupakan

prioritas utama, (b) masalah yang mengancam kesehatan seseorang adalah

prioritas kedua, (c) masalah yang mempengaruhi perilaku merupakan prioritas

ketiga.

2) Tujuan asuhan keperawatan, kriteria: (a) spesifik, (b) bisa diukur, (c) bisa

dicapai, (d) realistik, (e) ada batas waktu.

3) Rencana tindakan, kriteria: (a) disusun berdasarkan tindakan tujuan asuhan

keperawatan, (b) melibatkan pasien/keluarga, (c) mempertimbangkan latar

belakang bidaya pasien/ keluarga, (d) menentukan alternatif tindakan yang

tepat, (e) mempertimbangkan kebijaksanaan dan peraturan yang berlaku,

lingkungan, sumber daya dan fasilitas yang ada, (f) menjamin rasa aman dan

nyaman bagi pasien, (g) kalimat instruksi, ringkas, tegas dengan bahasanya

yang mudah dimengerti.

d. Standar IV: Intervensi Keperawatan

Intervensi keperawatan adalah pelaksanaan rencana tindakan yang

ditentukan dengan maksud agar kebutuhan pasien terpenuhi secara maksimal yang

mencakup aspek peningkatan, pencegahan, pemeliharaan, serta pemulihan

kesehatan dengan mengikutsertakan pasien dan keluarganya. Kriteria : (1)

dilaksanakan sesuai dengan rencana keperawatan, (2) menyangkut keadaan bio-


psiko-sosio spiritual pasien, (3) menjelaskan setiap tindakan keperawatan yang

akan dilakukan kepada pasien/ keluarga, (4) sesuai dengan waktu yang telah

ditentukan, (5) menggunakan sumber daya yang ada, (6) menerapkan prinsip

aseptik dan antiseptik, (7) menerapkan prinsip aman, nyaman, ekonomis, privasi

dan mengutamakan keselamatan pasien, (8) melaksanakan perbaikan tindakan

berdasarkan respon pasien, (9) merujuk dengan segera bila ada masalah yang

mengancam keselamatan pasien, (10) mencatat semua tindakan yang telah

dilaksanakan, (11) merapikan pasien dan alat setiap selesai melakukan tindakan,

(12) melaksanakan tindakan keperawatan berpedoman pada prosedur teknis yang

telah ditentukan.

e. Standar V: Evaluasi Keperawatan

Evaluasi keperawatan dilakukan secara periodik, sistematis dan berencana

untuk menilai perkembangan pasien. Kriteria: (1) setiap tindakan keperawatan

dilakukan evaluasi, (2) evaluasi hasil menggunakan indikator yang ada pada

rumusan tujuan, (3) hasil evaluasi segera dicatat dan dikomunikasikan, (4)

evaluasi melibatkan pasien, keluarga dan tim kesehatan, (5) evaluasi dilakukan

sesuai dengan standar.

f. Standar VI: Catatan Asuhan Keperawatan

Catatan asuhan keperawatan dilakukan secara individual. Kriteria: (1)

dilakukan selama pasien dirawat inap dan rawat jalan, (2) dapat digunakan

sebagai bahan informasi, komunikasi dan laporan, (3) dilakukan segera setelah

tindakan dilaksanakan, (4) menulisannya harus jelas dan ringkas serta

menggunakan istilah yang baku, (5) sesuai dengan pelaksanaan proses

keperawatan, (6) setiap pencatatan harus mencantumkan inisial/ paraf/ nama


perawat yang melaksanakan tindakan dan waktunya, (7) menggunakan formulir

yang baku, (8) disimpan sesuai dengan pengaturan yang berlaku.

4. Model Asuhan Keperawatan

Dalam memberikan asuhan keperawatan, model asuhan keperawatan yang

yang lazim dipakai meliputi metode kasus, metode fungsional, tim keperawatan,

keperawatan primer dan sistem manajemen kasus (Kozier Erb, 1990 dikutip dari

Priharjo R, 1995).

4.1 Metode Kasus

Disebut juga sebagai perawatan total (total care) yang merupakan

metode paling awal. Pada metode ini seorang perawat bertanggung jawab

untuk memberikan perawatan pada sejumlah pasien dalam waktu 8-12 jam

setiap shift. Pasien akan dirawat oleh perawat yang berbeda pada setiap

pergantian shift, metode ini banyak dipakai pada keadaan kurang tenaga

perawat. Jalan keluarnya adalah dengan merekrut tenaga perawat yang baru.

4.2 Metode Fungsional

Sistem tugas mengacu pada ilmu manajemen dalam bidang

administrasi bisnis yang berfokus pada tugas yang harus diselesaikan.

Perawat dengan pendidikan kurang akan melakukan tindakan yang lebih

ringan dibandingkan dengan perawatan profesional. Dalam model ini

dibutuhkan pembagian tugas (job description), prosedur, kebijakan dan alur

komunikasi yang jelas. Metode ini cukup ekonomis dan efisien serta
mengarahkan pemusatan pengendalian. Kelemahan dari metode ini adalah

munculnya fragmentasi keperawatan dimana pasien menerima perawatan dari

berbagai kategori tenaga keperawatan.

Kepala
Ruangan

Perawa Perawat: Peraw Perawat:


t: Merawa at: Injeksi
Pengo Merawat luka

Pasie
n/ klien
Skema 1: Sistem pemberian asuhan keperawatan fungsional

4.3 Metode Tim

Metode ini dirancang oleh Elanor Lambertson pada tahun 1950-an

yang digunakan untuk mengatasi fragmentasi dari metode orientasi pada

tugas dan memenuhi peningkatan tuntutan kebutuhan perawat profesional

yang muncul karena kemajuan teknologi, kesehatan dan peralatan. Tim

keperawatan terdiri dari perawat profesional (registered nursing), perawat

praktis yang mendapat izin serta pembantu perawat. Tim bertanggung jawab

dalam memberikan asuhan keperawatan kepada sejumlah pasien selama 8-12

jam. Metode ini lebih menekankan segi manusiawi pasien dan para perawat

anggota dimotivasi untuk belajar (Nursalam, 2002).

Hal pokok yang harus diketahui adalah konferensi tim yang dipimpin

ketua tim, rencana asuhan keperawatan dan keterampilan kepemimpinan.

Tujuan metode keperawatan tim adalah untuk memberikan perawatan yang


berpusat pada klien. Perawatan ini memberikan pengawasan efektif dari

memperkenalkan semua personil adalah media untuk memenuhi upaya

kooperatif antara pemimpin dan anggota tim. Melalui pengawasan ketua tim

nantinya dapat mengidentifikasi tujuan asuhan keperawatan, mengidentifikasi

kebutuhan anggota tim, memfokuskan pada pemenuhan tujuan dan

kebutuhan, membimbing anggota tim untuk membantu menyusun dan

memenuhi standar asuhan keperawatan (Gillies, 1998).

Kepala
Ruangan

Ket Ket Ket

Staf Staf Staf


Perawat Perawat Perawat

Pasie Pasie Pasie


n/ Klien n/ Klien n/ Klien

Skema 2 : Sistem pemberian asuhan keperawatan tim

4.4 Metode Primer

Metode ini merupakan sistem dimana perawat bertanggung jawab

selama 24 jam sehari, 7 hari/ minggu. Ini merupakan metode yang

memberikan perawatan secara komprehensif, individual dan konsisten.

Metode keperawatan primer membutuhkan pengetahuan dan keterampilan

manajemen. Perawat primer mempunyai tugas mengkaji dan membuat

prioritas setiap kebutuhan pasien, mengidentifikasi diagnosa keperawatan,

mengembangkan rencana keperawatan, dan mengevaluasi keefektifan


keperawatan. Sementara perawat lain memberikan tindakan keperawatan,

perawat primer mengkoordinasikan keperawatan dan menginformasikan

tentang kesehatan klien kepada perawat atau tenaga kesehatan lainnya.

Keperawatan primer melibatkan semua aspek peran profesional termasuk

pendidikan kesehatan, advokasi, pembuatan keputusan dan kesinambungan

perawatan. Perawat primer merupakan manejer garis terdepan bagi perawatan

pasien dengan akuntabilitas dan tanggung jawab yang menyertainya.

D Kepala Sar
okter ruangan ana / RS

Perawa
t primer

PP P PP
pagi P sore malam
Skema 3 : Sistem pemberian keperawatan ”Primary Nursing”

4.5 Sistem Manajemen Kasus

Metode ini merupakan sistem pelayanan keperawatan, dimana para

manajer kasus (case manager) bertanggung jawab terhadap muatan kasus

pasien selama dirawat. Para manejer dapat terkait dengan muatan kasus dalam

beberapa cara seperti :

1) Dengan dokter dan pasien tertentu

2) Dengan pasien secara geografis berada dalam satu unit atau unit-unit
3) Dengan mengadakan diagnosa

Metode ini mempertahankan filsafat keperawatan primer dan

membutuhkan seorang sarjana keperawatan atau perawat dengan

pendidikan tingkat master untuk mengimplementasikan praktek

keperawatan dengan budget yang tinggi.

Kepala
Ruangan

Staf Staf Staf


Perawat Perawat Perawat

Pasi Pasi Pasi

Skema 4 : Sistem pemberian keperawatan manajemen kasus

4.6 Model Praktek Keperawatan Profesional (MPKP)

MPKP yaitu suatu sistem (struktur proses dan nilai-nilai profesional)

yang memungkinkan perawat profesional mengatur pemberian asuhan

keperawatan termasuk lingkungan yang dapat menopang pemberian asuhan

keperawatan (Hoffart dan Woods, 1996). Lima Komponen dalam Model

Praktek Keperawatan Profesional menurut Hoffart dan Woods (1996): (a)

nilai-nilai profesional yang merupakan inti dari model praktek keperawatan

profesional (MPKP), (b) hubungan antar profesional, (c) metode pemberian

asuhan keperawatan, (d) pendekatan manejemen dalam perubahan

pengambilan keputusan, (e) sistem kompetensi dan penghargaan.


B. Analisis Ruang Rawat

Dalam bagian ini akan dibahas aspek manajemen keperawatan di lahan

praktik khususnya manajemen pelayanan keperawatan ruangan di Ruang III/

Melati I RSUD DR. Pirngadi Medan yaitu pengkajian fungsi manajemen yang

meliputi elemen man, method, money, dan material. Pengkajian dilakukan pada

tanggal 11 Mei - 15 Juni 2012 melalui wawancara yang dilakukan dengan kepala

ruangan, observasi dilakukan mahasiswa pada shift pagi, meliputi observasi

situasi dan kondisi ruangan, pelayanan asuhan keperawatan, penyebaran kuesioner

kepada beberapa pasien pada tanggal 14 Juni 2012 tentang kepuasan pasien

terhadap pelayanan keperawatan dan penyebaran kuesioner kepada seluruh

perawat tentang kepemimpinan dan kepuasan perawat dalam melakukan

pelayanan kesehatan pada tanggal 15 Juni 2012.

1. Pengkajian

a. Man

Di Ruang III/ Melati I terdapat 20 orang perawat yang terdiri dari terdiri

dari 1 orang kepala ruangan dengan pendidikan S1 Keperawatan, 1 orang wakil

kepala ruangan dengan pendidikan S1 Keperawatan, 3 orang ketua tim dengan

pendidikan D3 Keperawatan sebanyak 2 orang dan S1 sebanyak 1 orang (yang

merangkap sebagai wakil kepala ruangan), 1 orang sebagai kepala ruangan,

perawat pelaksana yang terdiri dari 4 orang berpendidikan D3 Kebidanan, 8

orang berpendidikan D3 Keperawatan, dan 3 orang tenaga non keperawatan

dengan rincian yaitu 1 orang bagian keuangan, 1 orang bagian PRT, dan 1

orang bagian gizi. Proses perekrutan tenaga perawat dilakukan melalui seleksi
ujian penerimaan PNS oleh Pemko Medan. Pegawai yang diterima,

diorientasikan selama 2 bulan yang kinerjanya dinilai oleh kepala ruangan

disampaikan kepada Kepala kelompok kerja (Kapokja) Instalasi diteruskan ke

Kepala Bidang (Kabid) Keperawatan, setelah ditempatkan di ruangan, pegawai

baru diorientasikan selama 3 bulan di bagian tersebut. Perekrutan tenaga honor

dilakukan langsung oleh Direktur Rumah Sakit yang kemudian ditempatkan di

ruangan tertentu dan diorientasikan terlebih dahulu selama 3 bulan.

Rumah sakit memberi kesempatan izin belajar pada tenaga perawat

untuk meningkatkan pendidikannya, dengan persyaratan yaitu mengambil

pendidikan yang berhubungan dengan pelayanan rumah sakit dan

meningkatkan pelayanan rumah sakit namun tidak meninggalkan pelayanan di

rumah sakit. Kesempatan ini berupa kelonggaran jadwal dinas yang

disesuaikan kepala ruangan dengan jadwal kuliah tenaga perawat yang

meningkatkan jenjang pendidikannya. Berdasarkan hasil observasi yang

dilakukan di Ruang III/ Melati I terdapat mahasiswa praktik belajar dari

berbagai institusi baik yang ada di daerah Medan maupun di luar Medan.

Kepala ruangan juga selalu melakukan pertemuan dengan staf perawat

setiap pagi sekitar 15 menit sebelum operan dari pasien ke pasien,

membacakan rawatan pada pagi hari dan tindakan yang akan dilakukan

terhadap pasien. Perawat akan mendampingi pasien pada saat visite dokter.

Jumlah pasien saat pengkajian yaitu pada tanggal 11 Juni 2012

sebanyak 22 orang dengan tingkat ketergantungan perawatan minimal 16

orang , perawatan parsial 5 dan 1 orang dengan perawatan total. Berdasarkan


data tersebut dapat diketahui jumlah kebutuhan tenaga kerja di Ruang

III/Melati I berdasarkan Douglas adalah sebagai berikut:

Tabel 1. Perhitungan Kebutuhan Tenaga Kerja di Ruang III/Melati I

Tingkat Pagi Sore Malam


ketergantungan pasien
Minimal Care 16 x 0.17 16 x 0.14 16 x 0.10
Partial Care = 2.72 = 2.24 = 1.6
Total Care 5 x 0.27 = 5 x 0.15 = 5 x 0.07 =
1.35 0.75 0.35
1 x 0.36 = 1 x 0.30 = 1 x 0.20 =
0.36 0.30 0.20
Jumlah 4.43 (5 3.29 (3 2.15 (2
orang) orang) orang)

Berdasarkan perhitungan di atas, maka jumlah tenaga perawat/ bidan

yang dibutuhkan untuk dinas pagi, sore dan malam adalah 4.43 + 3.29 + 2.15

= 9.87 (10 orang). Faktor libur dan cuti = 25% x 10 orang = 2.5 (3 orang).

Maka jumlah perawat untuk satu ruangan akan didapat dari perhitungan dinas

pagi + dinas sore + dinas malam + faktor libur/ cuti + 1 kepala ruangan = 10

orang + 3 orang + 1 orang kepala ruangan = 14 orang. Berdasarkan

perhitungan di atas dapat di simpulkan menurut rumus Douglass, perawat/

bidan yang dibutuhkan dengan jumlah pasien seperti diatas (22 orang) adalah

sebanyak 14 orang, dalam hal ini tenaga perawat/ bidan berlebih 6 orang.

Hasil penyebaran kuesioner mengenai kepuasan pasien, kepuasan

perawat dan gaya kepemimpinan, diperoleh data mengenai kepuasan pasien

yakni 33,33% menyatakan puas terhadap pelayanan perawat, 66,67%

menyatakan kurang puas dengan pelayanan, prosedur tindakan, dan

komunikasi perawat di Ruang III / Melati I dalam hal memperkenalkan diri

kepada pasien dan penjelasan prosedur sebelum dilakukan tindakan

keperawatan. Sedangkan untuk kuesioner kepuasan perawat diperoleh data


sebanyak 15% perawat puas dan 85% perawat merasa tidak puas akan gaya

kepemimpinan kepala ruangan, gaji dan hubungan antar teman sejawat di

Ruang III / Melati I. Dari hasil kuesioner mengenai gaya kepemimpinan

kepala ruangan di ruangan, didapatkan kesimpulan bahwa Kepala ruangan

menggunakan gaya kepemimpinan demokratis (91,67%).

b. Method

RSUD Dr. Pirngadi Medan merupakan Rumah Sakit Umum Daerah

Tipe A yang melayani seluruh lapisan masyarakat dan merupakan rumah sakit

rujukan terbesar kedua di Sumatera Utara juga sebagai rumah sakit pendidikan.

Adapun visi dan misi RSUD Dr. Pirngadi Medan adalah:

1. Visi RSUD Dr. Pirngadi Medan

“Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Kota

Medan Mantap tahun 2010 ( Mandiri, Tanggap dan Profesional)”.

Mandiri: Dalam pendanaan dan pelaksanaan pelayanan kepada masyarakat

Tanggap: Terhadap tuntutan Masyarakat , perubahan pola penyakit dan

kemajuan (IPTEK, di bidang tertentu).

Profesional: Dalam pelaksanaan pelayanan sesuai standar dan etika

2. Misi RSUD Dr. Pirngadi Medan

a) Meningkatkan Upaya kesehatan paripurna kepada semua golongan

masyarakat secara merata dan terjangkau sesuai dengan tugas pokok,

fungsi, serta peraturan yang berlaku

b) Meningkatkan pelayanan kesehatan yang bersifat yang bersifat

spesialistik dan subspesialistik yang bermutu


c) Meningkatkan upaya pelayanan kesehatan secara profesional dan etis

agar timbul kepercayaan dan harapan serta aman dan kenyamanan

bagi penderita

d) Meningkatkan peran Rumah Sakit sebagai tempat pendidikan,

penelitian, dan pengembangan IPTEK di bidang kesehatan.

3. Falsafah RSUD Dr. Pirngadi Medan

”Badan pelayanan kesehatan RSUD Dr. Pirngadi Medan

menyelenggarakan upaya kesehatan paripurna yang bermutu, terpadu dan

berkesinambungan dengan mengindahkan kebutuhan bio-sosial, spritual dan

hak penderita dengan dilandasi oleh nilai, norma, dan moral Pancasila dan

Undang-Undang dasar 1945”

4. Motto RSUD Dr. Pirngadi Medan

”Aegroti Salus Lex Suprema” (Kepentingan Penderita adalah yang Utama)

5. Fungsi RSUD Dr. Pirngadi Medan

a) Menyelenggarakan Pelayanan Medis

b) Menyelenggarakan Pelayanan Non Medis

c) Menyelenggarakan Pelayanann Asuhan Keperawatan

d) Menyelenggarakan Pelayanan Rujukan

e) Menyelenggarakan Penelitian dan Pengembangan

f) Menyelenggarakan Administrasi Umum dan Keuangan


6. Tujuan RSUD Dr. Pirngadi Medan

a) Tujuan Umum:

1) Terwujudnya peningkatan penyelenggaraan upaya kesehatan

paripurna kepada semua golongan masyarakat, terjangkau sesuai

dengan tugas pokok dan fungsi serta peraturan yang berlaku

2) Terciptanya peningkatan penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang

bersifat spesialistik dan subspesialistik, bermutu, profesional dan

etis.

b) Tujuan Khusus:

Meningkatkan peran rumah sakit sebagai tempat pendidikan, pelatihan,

pengembangan IPTEK di bidang Kesehatan.

7. Norma RSUD Dr. Pirngadi Medan

Sebagai Pedoman dan batasan berperilaku dan bertindak dalam

bertugas dan memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, kami

seluruh staf dan karyawan RSUD Dr. Pirngadi Medan akan melaksanakannya

sesuai dengan norma: Iman dan taqwa, kemanusiaan dan kepedulian, ramah

dan berbudi luhur, disiplin dan bertanggung jawab, bersih dan sehat, setia dan

taat, terampil dan berprestasi, kebersamaan dan persaudaraan.

Ruang III/Melati I memiliki visi dan misi yang mengacu pada visi misi

Rumah Sakit Dr. Pirngadi tetapi belum memiliki visi misi ruangan tersendiri.

Ruang III/Melati I belum memiliki Standar Asuhan Keperawatan (SAK) yang

menjadi dasar pemberian asuhan keperawatan kepada pasien dan Standar

Operasional Prosedur (SOP) yang dapat dijadikan sebagai panduan dalam

melakukan tindakan keperawatan. Pelaksanaan pendokumentasian asuhan


keperawatan di Ruang III belum optimal berdasarkan Standar Asuhan

Keperawatan (SAK).

Ruang III/Melati I memiliki metode penugasan dalam bentuk metode

tim terdiri dari kepala tim I, II, III dan perawat pelaksana. Kepala tim I

bertanggungjawab terhadap pasien gastroenteritis, hematologi, dan neurologi;

kepala tim II bertanggungjawab terhadap pasien pulmo (paru), kardiologi

(jantung, dan gizi buruk; dan kepala tim III bertanggungjawab terhadap pasien

infeksi, DHF, dan nefrotik syndrome. Jika kepala ruangan berhalangan hadir

maka kepala ruangan mendelegasikan tugasnya kepada wakil kepala ruangan.

Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruangan dan Wakil kepala

ruangan bahwa seluruh perawat pelaksana termasuk kepala ruangan dan wakil

kepala ruangan belum pernah mengikuti pelatihan / workshop tentang

keperawatan anak guna mendukung pemberian pelayanan keperawatan kepada

pasien anak.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala ruangan, jam dinas

pegawai di Ruang III/Melati I disusun oleh kepala ruangan. Jumlah jam kerja

perawat pelaksana sekitar 56 jam per minggu (shift pagi 2 hari, shift sore 2

hari, shift malam 2 hari, libur 1 hari). Pembagian jadwal dinas dilakukan

secara adil oleh Kepala ruangan. Jumlah pegawai yang dinas pagi 11 orang, 3

orang dinas sore, 3 orang dinas malam. Gaya kepemimpinan kepala Ruang

III/Melati I bersifat demokratis dan telah dijalankan dengan baik. Kebijakan

maupun hasil rapat yang harus disosialisasikan kepada perawat pelaksana akan

disosialisasikan oleh kepala ruangan secara lisan kepada perawat pada saat

operan.
Supervisi dilakukan oleh bidang keperawatan, kepala instalasi dan

kepala ruangan. Supervisi yang dilakukan oleh bidang keperawatan tidak

ditentukan waktunya secara teratur, meliputi kepuasan pasien terhadap

pelayanan ruangan seperti penyebaran angket pada pasien, pemeriksaan

dokumentasi asuhan keperawatan, pemantauan peralatan yang ada. Kepala

ruangan 3/Melati I menerapkan sistem operan dengan pegawainya setiap

pergantian shift. Operan pagi yang dilakukan kepala ruangan biasanya dengan

mengumpulkan pegawai setiap paginya untuk membaca buku rawatan lalu

melakukan operan dari pasien ke pasien. Operan shift sore dan malam

biasanya pegawai yang akan bertugas terlebih dahulu membaca buku rawatan

kemudian operan dari pasien ke pasien

Berdasarkan wawancara dengan kepala ruangan dan perawat pelaksana

diperoleh bahwa pendidikan kesehatan pada pasien dan keluarga belum

dilakukan secara terstruktur oleh perawat ruangan. Selama ini perawat hanya

memberikan pendidikan kesehatan secara lisan dan langsung tanpa terlebih

dahulu ada preplanning dan catatan dokumentasi pada akhir pendidikan

kesehatan.

Sosialisasi tentang peraturan Rumah Sakit dan hak/kewajiban

pasien/keluarga belum dilaksanakan secara optimal. Hal ini dapat dilihat

berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan keluarga pasien bahwa

perawat tidak pernah memberitahu segala informasi peraturan Rumah Sakit

secara lengkap dan ruangan tampak padat dengan kunjungan keluarga yang

tidak sesuai dengan jam besuk.


Kepala Ruangan
(Ns. Nelly Bangun,
S.Kep)
Keuangan : Nita
Wakil Kepala PRT : Mariani
Ruangan Ahli Gizi : Mannaria,
(Ns. Tetty Berutu, AmG

KaTim I KaTim II KaTim III


Tiurlan Magdalen Ns. Tetty
Munthe a Berutu, S.Kep

Anggota: Anggota: Anggota:


1. Dewani, S.Kep 1. Sartika 1. Hermina
2. Eliza, AmK 2. Rumintan, AmK 2. Sri Amah, AmK
3. Supinda, AmK 3. Rukiah, AmK 3. B.Idalimi Purba, AmK
4. Ratna Dewi, AmKeb 4. Desy A. Purba, AmKeb
5. Indah Lestari, AmKeb 5. Sondang Sinambela
6. Dewi Maya, AmKeb 6. Listeria, S.Kep
7. Rukiah Zendrato, AmK

Skema 5. Struktur organisasi Ruang III/Melati I

c. Money

Ruang III/Melati I memiliki sistem budgeting yang diatur langsung oleh

Rumah Sakit baik untuk pelayanan maupun untuk penggajian pegawai ruangan.

Ruang III/Melati I hanya memiliki pendanaan dari institusi untuk renovasi

ruangan, Perbaikan dan kelengkapan alat dengan cara membuat surat permintaan

kepada institusi melalui kapokja sarana. Tenaga perawat memperoleh insentif atau

jasa medik sesuai dengan golongan/ jabatan masing-masing.


d. Machine/Material

Pengelolaan logistik di ruangan dikelola secara sentralisasi, yaitu kepala

ruangan membuat daftar obat yang ingin diajukan kepada sarana medis (di bawah

wakil direktur). Pengajuan logistik sarana maupun prasarana ruangan ini

dilakukan secara periodik misalnya pertahun sekali. Untuk pengajuan logistik

bahan habis pakai seperti plester, alkohol, bethadine dan sebagainya dilakukan

dengan membuat permohonan amprahan ke apotik rumah sakit saat barang-barang

tersebut diperlukan. Pengelolaan machine dan material di Ruang III/Melati I

sebagai berikut :

1) Penggunaan alat tenun, seperti laken, selimut, sarung dan bantal

disediakan oleh rumah sakit. Penggantian alat-alat tenun dilakukan

setiap hari pada shift pagi/ dikondisikan. Pencucian alat tenun dilakukan

secara sentralisasi di ruang loundry, ruangan hanya mengantar alat

tenun yang kotor. Penyimpanan alat tenun dilakukan secara baik, yaitu

disimpan dalam lemari.

2) Perawatan untuk alat/ istrumen seperti pinset, gunting, klem dan lain-

lain tidak dicuci dan tidak disterilkan setiap akan digunakan dan selesai

digunakan.

3) Perawatan untuk alat rumah tangga seperti tempat tidur dilakukan

dengan perbaikan bila terjadi kerusakan, sedangkan untuk bantal, tilam

dan lainnya disimpan di gudang.

4) Alat pencatatan dan pelaporan seperti buku rawatan, buku visite, buku

ekspedisi, buku pemeriksaan penunjang, buku injeksi, buku operan alat


dan operan oksigen, jadwal dinas dan status pasien telah dikelola

dengan baik.

5) Ruangan belum memiliki wastafel bagi perawat untuk mencuci tangan

sebelum dan sesudah melakukan tindakan keperawatan guna mencegah

infeksi nosokomial.

6) Suasana Ruang III juga belum ditata dengan baik sesuai dengan

ruangan bernuansa anak sehingga menimbulkan suasana yang tidak

nyaman bagi pasien anak

7) Ruangan juga belum memiliki fasilitas ruangan khusus untuk terapi

bermain anak yang dapat mendukung proses penyembuhan anak dan

menghindari stres psikologis yang dialami anak karena hospitalisasi.

8) Ruangan belum memiliki tempat untuk pemisahan pasien anak yang

menderita penyakit infeksi atau non infeksi. Semua pasien digabung

dalam satu ruangan.


2. Analisa SWOT

a. Man

Strenght (Kekuatan) Weakness (Kelemahan) Opportunity (Kesempatan) Threatened (Ancaman)


a. Perawat diberi izin oleh pihak RS a. Perawat belum melakukan a. Adanya mahasiswa a. Anggapan masyarakat
untuk belajar dan melanjutkan penyuluhan dan memberikan Fakultas Kedokteran, bahwa rumah sakit
pendidikan lebih tinggi pendidikan kesehatan secara Fakultas Keperawatan, Dr.Pirngadi Medan
b. Rekrutmen perawat melalui ujian optimal Stikes, Akbid dan Akper merupakan rumah
penerimaan PNS dan dari b. Perawat tidak pernah mendapat yang praktek di ruangan. sakit pendidikan, yang
kebijakan pihak rumah sakit serta pelatihan/seminar tentang b. Rekruitmen pegawai menjadikan pasien
seleksi dari Pemko dan tenaga keeperawatan anak guna melalui ujian pegawai sebagai lahan praktik.
honorer. meningkatkan pengetahuan negeri sesuai dengan b. Adanya asumsi
c. Orientasi pegawai baru dilakukan terbaru tentang perawatan anak. usulan rumah sakit dan masyarakat bahwa
satu bulan pada dinas pagi agar c. Berdasarkan kuesioner kepuasan perekrutan tenaga honorer rumah sakit swasta
dapat dinilai langsung oleh kepala perawat diperoleh data sebanyak dan magang melalui jauh lebih baik bila
ruangan 15% perawat puas dan 85% direktur rumah sakit yang dibandingkan dengan
d. Kepala ruangan melakukan operan perawat merasa tidak puas akan disesuaikan dengan tingkat rumah sakit
dari pasien ke pasien dengan gaya kepemimpinan Kepala kebutuhan masing-masing pemerintah
perawat pada saat shift pagi ruangan, gaji dan hubungan antar ruangan
e. Pegawai mendampingi pasien teman sejawat di Ruang III /
pada saat visite dokter Melati I.
f. Berdasarkan hasil perhitungan
ketenagaan menurut Douglas
diperoleh bahwa jumlah
perawat/bidan di ruangan berlebih
sebanyak 6 orang.
b. Method

Strenght (Kekuatan) Weakness (Kelemahan) Opportunity Threatened


(Kesempatan) (ancaman)
a. Ruangan memiliki a. Belum dilakukan pemberian pendidikan kesehatan Adanya kesempatan Adanya tuntutan
struktur organisasi yang kepada pasien/keluarga secara rutin dan terstruktur untuk mendapatkan akan pelayanan
jelas b. Belum ada jobdesc secara tertulis pendelegasian tugas keperawatan
b. Ruangan memiliki alur c. Ruangan belum memiliki visi misi tersendiri, masih yang lebih baik
pendelegasian tugas mengacu pada visi misi Rumah Sakit Dr.Pirngadi. dan profesional.
dengan metode tim. d. Ruangan belum memiliki SAK (Standar Asuhan
c. Jadwal dinas pegawai Keperawatan) yang baku yang dapat dijadikan
disusun langsung oleh pedoman untuk menerapkan implementasi
kepala ruangan keperawatan anak.
d. Ruangan memiliki batasan e. Ruangan belum memiliki SOP (Standar Operasional
jam kerja dalam setiap Prosedur) yang dapat dijadikan panduan dalam
shift dan ada penanggung melakukan tindakan keperawatan.
jawab dalam setiap shift. f. Sosialisasi tentang peraturan Rumah Sakit belum
e. Kepala ruangan dilaksanakan secara optimal.Berdasarkan hasil
melakukan supervisi wawancara dengan keluarga pasien bahwa perawat
terhadap pegawai dan tidak pernah memberitahu segala informasi peraturan
pasien setiap hari Rumah Sakit secara lengkap dan ruangan tampak
f. Adanya kolaborasi dan padat dengan kunjungan keluarga yang tidak sesuai
koordinasi yang baik dengan jam besuk.
dengan tim kesehatan lain.
c. Money

Strenght (Kekuatan) Weakness (Kelemahan) Opportunity (Kesempatan) Threatened


(Ancaman)
a. Ruang III/Melati I memiliki sistem - Adanya bantuan/jaminan -
budgeting yang diatur langsung oleh pembayaran bagi masyarakat
rumah sakit baik untuk pelayanan miskin melalui JAMKESMAS
maupun untuk penggajian pegawai (jaminan kesehatan msyarakat),
ruangan. bantuan dari PEMPROVSU dan
b. Adanya jasa pelayanan di luar gaji yang ASKES sosial.
dikeluarkan oleh pihak rumah sakit
setiap bulan dan diberikan kepada
perawat
d. Material/ Machine

Strenght Weakness Opportunity Threatened


(Kekuatan) (Kelemahan) (Kesempatan) (Ancaman)
a. Kepala ruangan mengadakan a. Perawatan untuk alat/ istrumen seperti pinset, 1. Adanya kebutuhan Adanya persaingan
supervisi terhadap keadaan gunting, klem dan lain-lain tidak dicuci dan dana/ anggaran dari mutu pelayanan antar
logistik di ruangan Ruang tidak disterilkan setiap akan digunakan dan pemerintah rumah sakit terkait
III/Melati I. selesai digunakan. bekerjasama dengan dengan kelengkapan
b. Ruangan sudah memiliki b. Ruangan belum memiliki wastafel bagi perusahaan dari luar logistik
pembuangan sampah medis perawat untuk mencuci tangan sebelum dan yang memasok dan
dan non medis. sesudah melakukan tindakan keperawatan mensubsidi peralatan
c. Ruangan memiliki sarana guna mencegah infeksi nosokomial. di rumah sakit.
komunikasi tidak langsung c. Suasana Ruang III juga belum ditata dengan 2. Rumah sakit RSU
seperti papan pengumuman baik sesuai dengan ruangan bernuansa anak Dr.Pirngadi Medan
yang dapat dimanfaatkan. sehingga menimbulkan suasana yang tidak memiliki fasilitas
nyaman bagi pasien anak pemeriksaan yang
d. Ruangan juga belum memiliki fasilitas lengkap dan canggih
ruangan khusus untuk terapi bermain anak
yang dapat mendukung proses
penyembuhan anak dan menghindari stres
psikologis yang dialami anak karena
hospitalisasi.
e. Ruangan belum memiliki tempat untuk
pemisahan pasien anak yang menderita
penyakit infeksi atau non infeksi. Semua
pasien digabung dalam satu ruangan.
3. Perumusan Masalah

Masalah adalah kesenjangan yang dapat diamati antara situasi/kondisi

yang terjadi dengan situasi/kondisi yang diharapkan. Masalah juga dapat

dirumuskan dalam bentuk hambatan kerja, dan kendala yang dihadapi staf dalam

pelaksanaan kegiatan program (Muninjaya,2004). Berdasarkan analisa situasi

(SWOT) maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

a. Seluruh perawat ruangan belum pernah mengikuti pelatihan/

workshop tentang keperawatan anak dan rendahnya tingkat

pendidikan tenaga perawat di ruangan

b. Pelaksanaan pendokumentasian asuhan keperawatan belum optimal

berdasarkan Standar Asuhan Keperawatan (SAK)

c. Perawat kurang optimal dalam pemberian pendidikan kesehatan

kepada pasien dan keluarga

d. Sosialisasi tentang peraturan Rumah Sakit, hak dan kewajiban

pasien/keluarga belum dilaksanakan secara optimal.

e. Perawatan untuk alat/ istrumen seperti pinset, gunting, klem dan lain-

lain tidak dicuci dan tidak disterilkan setiap akan digunakan dan

selesai digunakan serta tidak memiliki wastafel untuk mencuci tangan.

f. Ruang III belum memiliki fasilitas khusus sebagai ruang rawat inap

anak seperti ruang terapi bermain anak dan belum ada pemisahan

pasien anak yang menderita penyakit infeksi atau non infeksi.


4. Rencana Penyelesaian Masalah

No Masalah Tujuan Rencana Tindakan Wakt Penanggu


u g jawab
1. Kurangnya upaya promosi Meningkatkan pengetahuan Memberikan penyuluhan/ 20 Juni 2012- Betty, Waslifour,
kesehatan kepada pasien dan pasien tentang penyakit pendidikan kesehatan kepada 22 Juni 2012 Delima, Yoga
keluarga anak sehingga pasien sesuai kebutuhan pasien
pasien/keluarga pasien secara terjadwal
mampu melakukan
perawatan yang tepat
selama masa sakit.

2. Ruang III/Melati I belum Tersedianya Standar Asuhan Menyusun dan menyediakan 28 Juni 2012 Betty, Delima,
memiliki Standar Asuhan Keperawatan (SAK) di format Standar Asuhan Waslifour, Yoga
Keperawatan (SAK) yang baku ruang III/ Melati I Keperawatan (SAK) 10
yang dapat dijadikan pedoman penyakit terbesar di ruang III/
dalam menerapkan implementasi Melati I
keperawatan pada pasien di
ruangan

3. Papan struktur organisasi di Tersedianya struktur Mengganti nama-nama perawat 23 Juni 2012 Betty, Delima,
ruang III/ Melati I belum organisasi di ruang III/ di papan struktur organisasi di Waslifour, Yoga
diperbaharui Melati I yang ter-up date ruang III/ Melati I

4. Belum tersedianya bunga di Tersedianya bunga di ruang Menyediakan bunga bunga di 5 Juli 2012 Betty,Delima,
ruang III/ Melati I untuk III/ Melati I ruang III/ Melati I Waslifour,Yoga
menambah keindahan ruang anak
5. Implementasi

Berdasarkan rencana tindakan yang disusun untuk mengatasi masalah

yang ditemukan di Ruang III/Melati I maka praktikan melakukan:

a. Memberikan penyuluhan kesehatan tentang perawatan anak dengan diare

pada tanggal 20 Juni 2012 oleh Yoga, pencegahan DBD dan perawatan

anak yang menderita DBD pada tanggal 21 Juni 2012, nutrisi yang baik

pada anak dengan anemia 22 Juni 2012 oleh Betty, latihan ROM pada

tanggal 22 Juni 2012 oleh Delima.

b. Memperbaiki papan struktur organisasi ruangan pada tanggal 25 Juni

2012

c. Membuat rancangan format asuhan keperawatan di Ruang III/Melati I

pada tanggal 2 Juli 2012 berdasarkan pendekatan NIC / NOC (Nursing

Interventions Classification ) / (Nursing Outcomes Classification) dengan

menggunakan metode check list yang diharapkan dapat membantu

mempermudah perawat dalam melakukan pendokumentasian

keperawatan.

d. Menyediakan sebuah bunga untuk menambah keindahan ruangan dan

membuat suasana yang nyaman dan asri pada tanggal 2 Juli 2012.

6. Evaluasi

Setiap kegiatan yang direncanakan oleh praktikan dapat berjalan dengan

baik. Kegiatan penyuluhan berlangsung dengan lancar. Peserta penyuluhan

tampak antusias dengan materi penyuluhan yang disampaikan dan 80% peserta

penyuluhan memahami materi penyuluhan yang disampaikan. Hal ini tampak


dengan peserta penyuluhan mampu menjawab pertanyaan yang disampaikan oleh

praktikan pada akhir penyuluhan. Kepala ruangan mengatakan setuju dengan

jadwal dan materi penyuluhan yang telah dibuat praktikan dan akan

menerapkannya di ruangan agar penyuluhan kesehatan berlangsung dengan

optimal di ruangan.

Kepala ruangan juga setuju dengan adanya Standar Asuhan Keperawatan

(SAK) berdasarkan NIC/NOC yang telah disusun oleh praktikan dan akan

menggunakannya di ruangan sebagai pedoman dalam pendokumentasian asuhan

keperawatan. Perawat ruangan dan pasien serta keluarga menyatakan senang

dengan adanya bunga yang diletakkan di tengah ruangan sehingga ruangan

tampak indah.
C. Pembahasan

Berdasarkan hasil pengkajian yang telah dilakukan oleh praktikan di

Ruang III/Melati I pada tanggal 11 Juni – 16 Juni 2012 ada beberapa masalah

yang dijumpai diantaranya: pelaksanaan pendokumentasian asuhan keperawatan

belum optimal berdasarkan Standar Asuhan Keperawatan (SAK) , perawat kurang

optimal dalam pemberian pendidikan kesehatan kepada pasien dan keluarga,

suasana ruangan yang tidak nyaman bagi pasien anak. Untuk menyelesaikan

masalah tersebut, kelompok menyusun rencana tindakan yang disesuaikan dengan

kemampuan kelompok. Rencana tindakan tersebut telah dilaksanakan dan

dievaluasi dan kemudian dbandingkan dengan teori yang ada.

1) Pelaksanaan pendokumentasian asuhan keperawatan belum optimal

berdasarkan Standar Asuhan Keperawatan (SAK)

Dokumentasi keperawatan merupakan suatu informasi lengkap

meliputi status kesehatan pasien, kebutuhan pasien, kegiatan asuhan

keperawatan serta respon pasien terhadap asuhan yang diterimanya.

Pendokumentasian asuhan keperawatan sangat diperlukan karena

memiliki aspek legalitas dan menjadi aspek hukum untuk melindungi

setiap tindakan keperawatan, bila sesuatu hal tidak diinginkan terjadi.

Pendokumentasian asuhan keperawatan juga sebagai bukti otentik telah

dilakukan tindakan keperawatan kepada pasien (Capernito, 1999). Dalam

kasus hukum, dokumentasi keperawatan menjadi landasan berbagai kasus

gugatan atau sebagai alat pembela diri perawat, dokter atau fasilitas (Iyer

& Camp, 2004). Dokumentasi keperawatan juga bermanfaat dalam

penentuan akreditasi. Melalui dokumentasi keperawatan dapat dilihat


sejauh mana peran dan fungsi keperawatan dalam memberikan askep pada

pasien. Dengan demikian dapat diambil kesimpulan tingkat keberhasilan

pemberian askep yang diberikan, guna pembinaan lebih lanjut.

Untuk mengatasi masalah pendokumentasian tersebut, kelompok

membantu membuat rancangan format asuhan keperawatan dan Standar

Asuhan Keperawatan berdasarkan 10 penyakit terbesar di ruangan anak

dengan pendekatan NIC / NOC (Nursing Interventions Classification ) /

(Nursing Outcomes Classification) dengan menggunakan metode check

list yang diharapkan dapat membantu mempermudah perawat dalam

melakukan pendokumentasian keperawatan.

2) Pemberian pendidikan kesehatan kepada pasien dan keluarga kurang

optimal

Menurut WHO (1954) dalam Notoatmodjo (2003) bahwa tujuan

pendidikan kesehatan adalah untuk meningkatkan status kesehatan dan

mencegah timbulnya penyakit, memperthankan derajat kesehatan yang

sudah ada, memaksimalkan fungsi dan peran pasien selama sakit serta

membantu pasien dan keluarga untuk mengatasi masalah kesehatan.

Menurut Mach Foed (2005), pendidikan kesehatan merupakan proses

perubahan yang bertujuan untuk mengubah individu, kelompok dan

masyarakat menuju hal-hal yang positif secara terencana melalui proses

belajar. Perubahan tersebut mencakup antara lain pengetahuan, sikap, dan

keterampilan melalui proses pendidikan kesehatan.


Untuk membantu perawat dalam melakukan penyuluhan maka

praktikan memberikan penyuluhan kesehatan secara terjadwal tentang

perawatan anak dengan diare pada tanggal 20 Juni 2012 oleh M. Isa

Syahputra Yoga, pencegahan DBD dan perawatan anak yang menderita

DBD pada tanggal 21 Juni 2012 oleh Waslifour Glorya Daeli, nutrisi yang

baik pada anak dengan anemia 22 Juni 2012 oleh Betty Manurung, latihan

ROM pada tanggal 22 Juni 2012 oleh Delima Siahaan.

3) Suasana ruangan yang tidak nyaman bagi pasien anak

Menurut Supartini (2004) bahwa ruangan anak idealnya

dimodifikasi bernuansa anak sehingga dapat meningkatkan keceriaan,

perasaaan aman, dan nyaman bagi pasien anak. Modifikasi ruang

perawatan dengan cara membuat situasi ruang rawat seperti di rumah dan

memiliki dekorasi bernuansa anak dengan adanya gambar dinding berupa

gambar binatang, bunga, tirai dan sprei serta sarung bantal yang berwarna

ceria, dan dinding ruangan yang berwarna-warni.

Untuk mengatasi masalah tersebut, kelompok menyediakan sebuah

bunga yang indah di tengah ruangan untuk mendukung suasana ruangan

anak yang nyaman dan asri.


BAB 3

PENGELOLAAN ASUHAN KEPERAWATAN

A. Landasan Teori

Demam dengue adalah demam virus akut yang disertai sakit kepala, nyeri

otot, sendi dan tulang, penurunan jumlah sel darah putih dan ruam-ruam. Demam

berdarah dengue/dengue hemorrhagic fever (DHF) adalah demam dengue yang

disertai pembesaran hati dan manifestasi perdarahan. Pada keadaan yang parah

bisa terjadi kegagalan sirkulasi darah dan pasien jatuh dalam syok hipovolemik

akibat kebocoran plasma. Keadaan ini disebut Dengue Shock Syndrome (DSS).

Demam dengue dan DHF disebabkan oleh salah satu dari 4 serotipe virus yang

berbeda antigen. Virus ini adalah kelompok Flavivirus dan serotipenya adalah

DEN-1, DEN-2, DEN-3, DEN-4. Infeksi oleh salah satu jenis serotipe ini akan

memberikan kekebalan seumur hidup tetapi tidak menimbulkan kekebalan

terhadap serotipe yang lain. Sehingga seseorang yang hidup di daerah endemis

DHF dapat mengalami infeksi sebanyak 4 kali seumur hidupnya. Dengue adalah

penyakit daerah tropis dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti. Nyamuk ini

adalah nyamuk rumah yang menggigit pada siang hari. Faktor resiko penting pada

DHF adalah serotipe virus, dan faktor penderita seperti umur, status imunitas, dan

predisposisi genetis. Infeksi oleh virus dengue menimbulkan variasi gejala mulai

sindroma virus nonspesifik sampai perdarahan yang fatal.


1. Anatomi dan Fisiologi Darah

Sistem hematologi tersusun atas darah dan tempat darah diproduksi

termasuk sum-sum tulang dan nodus limfa. Darah merupakan organ berbentuk

cairan homogen yang tampak seperti sirup yang berwarna gelap. Warna darah

ditentukan oleh hemoglobin yang terkandung dalam sel darah merah. Volume

darah manusia adalah 7-10% / berat badan normal atau sekitar 5 liter.

Komposisi darah:

a. Partikel tersuspensi/komponen sel-sel darah merah, sel darah putih,

trombosit, platelet → 45%

b. Partikel pensuspensi: plasma darah → 55% adalah hematokrit (

prosentase volume total darah yang ditempati oleh eritrosit).

Fungsi Darah:

1) Transportasi internal, pada metabolisme:

- Respirasi: O2 dan CO2 dibawa oleh molekul Hb dalam eritrosis dan

plasing

- Nutrisi: Nutrisi diserap dari usus, dibawa plasma ke hati dan

jaringan tubuh lainnya.

- Ekskresi: Sisa metabolisme dibawa plasma ke hati dan jaringan

tubuh lain.

- Keseimbangan air, elektrolit dan asam basa melalui pertukaran zat-

zat dalam jaringan.

- Pengaturan metabolisme: Hormon dan enzim yang berperan dalam

metabolisme dibawa oleh plasma.


2) Pertahanan/perlawanan terhadap infeksi : sel darah putih.

3) Perlindungan terhadap pendarahan.

4) Mempertahankan suhu tubuh normal: darah membawa panas dan

beredar sampai perifer tubuh yang memungkinkan pertukaran pada

tubuh dan lingkungan.

Plasma Darah:

- Cairan berwarna bening pucat 55% dari volume total darah (2,5 s/d 3

liter pada orang dewasa).

- Komposisinya:

90% : air 0,9% : ion anorganik

8% : protein 1,1% : substansi organik

- Membentuk 20% cairan ekstrase tubuh yang mengandung zat-zat sama

dengan cairan intertisial.

- Cairan bening dari darah dan plasma beku disebut serum, isi serum

sama dengan isi plasma kecuali faktor pembekuan.

- Protein yang ada dalam plasma adalah:

Albumia : Berfungsi mempertahankan tekanan osmotik darah dan

mengatur keseimbangan air dalam tubuh.

Filobulin : Berfungsi dalam pertahanan tubuh melawan infeksi dan

transportasi lipid, stroid dan hormon.

Fibrinogen : Blood dothing

- Ion anorganik disebut elektrolit: sodium (Na+), portasium (K+),

kalsium (Ca++), clorida (Cl-), Hydrocarbonat (HCO3).


- Zat organik : glukosa, urea, asam urat.

Hematopoesis:

Trauma terjadi di sumsum tulang

1) Sumsum tulang : 4-5% dari berat badan normal.

Merah : Penghasil terbanyak, hampir semua sel-sel darah

Kuning : Terdiri dari lemak jika diperlukan dapat berubah

menjadi jaringan hemopotetik.

2) Kelenjar limfe dan jaringan limfoid dalam usus halus dan kelenjar

timus menghasilkan limfosit.

Kelenjar limfe terdapat juga di leher, ketiak lengan bagian atas

dalam, thorak abdomen, lipatan paha dan poplitea.

3) Hati dan limfe merusak sel darah yang sudah tua. Hati juga

mensintesa protein plasma dan berapa faktor pembekuan.

Sel Darah Merah:

- Merupakan sel yang gampang yang bagian tengahnya cekung/lempeng

bikonkaf : efisiensi pengangkutan O2 dan peningkatan permukaan bagi

digusi O2, diameter 8 mikron, tebal 2-1 mikron.

- Jumlah : 5 juta/mm3

- Usia : 120 hari

- Ciri khas : bentuknya mudah berubah/kelenturan/fleksibilitas tidak

berhenti, organel/ribosom.
- Enzim yang ada pada sel darah merah: enzim glikdirik dan enzim

karbonat anhidrase.

- Hemoglobulin: merupakan pigmen protein berwarna merah yang

terdapat dalam sel darah merah.

Berfungsi:

a. Pengangkutan oksigen dari paru-paru ke jaringan.

b. Sistesa Hb pada saat eritropoesis.

c. Membentuk struktur molekul (hameoglobulin).

- Setiap molekul Hb dapat mengikat 4 unit O2 tiap gram Hb dapat

mengikat 1,3 ml O2 atau 50 ml O2 tiap 100 ml darah.

- Pengaturan eritropoesis: distimulasi oleh penurunan pengiriman

oksigen ke ginjal yang merangsang ginjal mengeluarkan hormon

eritropoetin ke dalam darah. Eritropoetin merangsang eritropoesis

dengan merangsang proliperans dan pematangan sel darah merah.

- Zat yang diperlukan untuk proses eritropoesis:

Vitamin B12 : Sintesa DNA

Asam folat : Pembentukan DNA

Zat besi : Pembentukan haemoglobin.

Leukosit

- Unit-unit yang dapat bergerak dalam sistem pertahanan tubuh.

- Setiap sel darah putih dikelilingi oleh 700-1000 sel darah merah.
- Bertugas: menahan invasi oleh patogen mikroorganisme penyebab

penyakit, mengidentifikasi dan menghancurkan sel-sel kanker,

membersihkan campak/ debris yang berasal dari sel mati atau cedera.

- Jumlah SDP : 5.000-10.000/mm3

- Jenis:

a. Granulosit

Neutrofil: Fungsi menentukan bakteri dan melakukan

pembersihan debris.

Basofil: Fungsi membentuk dan menyimpan histamin dan

heparin

Eusinofil: Reaksi alergi dan investasi parasir.

b. Agranulosit

* Monosit: fagositosit aktif

* Limfosit : L-B : menghasilkan antibodi

L-T : menghancurkan sel sasaran

Usia 100-300 hari meningkat pada saat inpeksi kronis.

Trombosit:

- Merupakan sel darah terkecil, tidak berwarna dan tidak berinti, berasal

dari frogmen megakariotid jumlah (50.000-350.000/mm3). Usia 20

hari.

- Fungsi: Hemosiosis (penggumpalan darah) melalui adnesi ke area

pembuluh darah yang rusak.


2. Demam Berdarah Dengue (DBD) / Dengue Hemorragic Fever (DHF)

Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit demam akut dengan ciri-

ciri demam manifestasi pendarahan dan bertendensi mengakibatkan renjatan yang

dapat menyebabkan kematian. DHF adalah penyakit demam akut yang disebabkan

oleh serotif virus dengue ditandai dengan 4 gejala klinis utama yaitu demam yang

tinggi, manifestasi perdarahan, hepatologi dan tanda-tanda kegagalan sirkulasi

sampai timbulnya renjatan sebagai akibat dari kebocoran plasma yang dapat

menyebabkan kematian.

Etiologi

Virus dengue serotipe 1,2,3 dan 4 yang ditularkan melalui vektor

nyamuk Aedes Aegypti, nyamuk Aedes Aibupictus, Aedes Polynegiensis

dan beberapa spesies lain merupakan vektor yang kurang berperan.

Infeksi dengan salah satu serotipe dalam menimbulkan antibodi seumur

hidup terhadap serotipe bersangkutan tetapi tidak ada perlindungan

terhadap serotipe lain.

Patofisiologi

Sebagai reaksi terhadap infeksi terjadi:

a. Aktipitos sistem komplemen sehingga dikeluarkan zat anafilaksin

yang menyebabkan peningkatan permeabilitas kapiler dan terjadi

perembesan plasma dari ruang intravaskuler ke ruang ekstravaskuler.

b. Agregasi trombosit menurut, apabila kelahiran ini berlanjut akan

menyebabkan kehilangan fungsi trombosit sebagai akibat mobilitas

sel trombosit mudah dari sumsum tulang.


c. Kerusakan sel endotel pembuluh darah akan merangsang /

mengaktivasi faktor pembekuan.

Ketiga faktor di atas menyebabkan peningkatan permeabilitas

kapiler kerusakan hemostosis, yang disebabkan oleh vaskulopati,

trombositopenia dan koagulopati.

Derajat Penyakit DHF (WHO dan Depkes, 2004) yaitu:

a. Derajat I

Demam disertai dengan gejala klinis tidak khas. Satu-

satunya gejala pendarahan adalah uji torniquet (+).

b. Derajat II

Gejala yang timbul pada DBD derajat I, ditambah

pendarahan spontan, biasanya dalam bentuk pendarahan kulit dan

atau bentuk pendarahan lainnya.

c. Derajat III

Kegagalan sirkulasi yang ditandai dengan denyut nadi yang

cepat dan lemah menyempitnya tekanan nadi (20 mmHg atau

kurang) atau ditandai dengan kulit dingin dan lembab pasien

menjadi gelisah.

d. Derajat IV

Syok berat dengan tidak terabanya denyut nadi maupun

tekanan darahnya
Infeksi Virus
Dengue

- Hepatomeg Trombositopenia
Demam ali Komplek Ag Ab
- klomplemen
Anoreksia
-
Manifestasi
Muntah
pendarahan
Permeabilit
as vaskuler naik

Dehidr
asi

Kebocoran
plasma:
- D
Hemokonsentrasi erajat
- Hipoprotenemia
- Efusi pleura
- Asites

Demam
dengue
Hipovolemia

S
IC yok

Pendarahan Anor
saluran cerna Asid
eksia
osis

Men
ggigil

Skema 6. Patofisiologi Dengue Hemorragic Fever


Manifestasi Klinik

Gejala utama demam berdarah, yaitu:

a. Demam

Penyakit didahului oleh demam tinggi yang mendadak,

terus-menerus, berlangsung 2-7 hari, naik turun tidak mempan

dengan obat antipieretik.

- Saddle back kurve : demam naik mendadak 1-3 hari : turun

naik + 3 hari

- Demam I : resah dada + muka : cepat hilang

- Malaise, nyeri epigastrium, nyeri kepala, bola mata, sendi

- Demam II : rash dada + esktramitas (papula) : hilang.

b. Manifestasi pendarahan

Penyebab pendarahan pada DBD ialah vaskulopati,

trombositpenia dan gangguan fungsi trombosit serta koagulasi

intravaskuler yang menyeluruh. Jenis pendarahan terbanyak

adalah pendarahan kulit seperti uji touniquet positif, peteki,

purpura, ekimosis dan pendarahan kongjungtiva. Peteki

merupakan tanda pendarahan yang sering ditemukan. Tanda ini

dapat ditemukan pada hari pertama demam dan hari ke 3,4,5

demam. Pendarahan lain yaitu epitaksis, pendarahan gusi, melena

dan hemotemesis dan dapat pendarahan sub konjungtiva atau

hematuria.
c. Hepatomegali

Ditemukan pada permukaan penyakit bervariasi dari hanya

sekedar dapat teraba sampai 2-4 cm di bawah lingkungan iga

kanan. Derajat pembesaran hati tidak sejajar dengan beratnya

penyakit. Namun nyeri tekan pada daerah tepi hati berhubungan

dengan adanya pendarahan, pada sebagian kecil kasus dapat

dijumpai ikterus.

d. Gangguan sirkulasi : Shock

Awal: kulit lembab + ekstremitas dingin

Hypovolemia:

- Nadi kecil + lemah : sehingga tidak teraba

- TD turun (S+D)

- Keringat dingin

- Ekstremitas dingin

- Tampak pucat : shock : demam turun hari 3-7

- Gelisah

Komplikasi

a. Pendarahan luas

Infeksi virus dengue menyebabkan terbentuknya antigen,

antibody yang dapat mengangtivasi sistem komplemen, juga

menyebabkan agregasi trombosit dan mengaktivasi sistem

koagulasi melalui kerusakan sel endotel pembuluh darah. Kedua

faktor tersebut menyebabkan pendarahan pada DBD. Pendarahan


masih pada DBD diakibatkan oleh trombositopenia, penurunan

faktor pembekuan kelainan fungsi trombosit dan kerusakan hidung

endotel kapiler.

b. Shock

Infeksi sekunder oleh virus dengue akan menyebabkan

respon antibodi amnestic yang akan terjadi dalam waktu beberapa

hari, mengakibatkan proliferasi dan transformasi imfosit dengan

menghasilkan titer tinggi antibody lagi ganti dengue. Di samping

itu, replikasi virus dengue terjadi juga di dalam limfosit yang

bertransformasi dengan akibat terdapatnya virus dalam jumlah

banyak. Kemudian terbentuknya virus komplek antigen-antibodi

yang selanjutnya mengativitas sistem kamplemer. Pelepasan C3a

dan Csa akibat aktivitas C3 dan Cs menyebabkan peningkatan

permeabilitas dinding pembuluh darah dan merembesnya plasma

dari ruang intravaskuler ke ruang ekstravaskuler.

c. Efusi Pleura

Disebabkan oleh infeksi virus dengue yang bisa

memecahkan membran kapiler dan memungkinkan pengaliran

protein plasma dan cairan yang kemudian masuk ke dalam rongga

pleura secara cepat dan akumulasi cairan ini disebut efusi pleura.

d. Penurunan kesadaran

Saat terjadi infeksi virus dengue kemudian mengalami

replikasi maka terbentuk komplek virus antibody yang

menyebabkan efek salah satunya permeabilitas kapiler meningkat,


sehingga terjadi penurunan transportasi O2 ke otak, sehingga

terjadi penurunan kesadaran.

e. Disseminated Intravaskuler Coagulantick (DIC)

Pendarahan yang terjadi pada pasien DBD terjadi karena

tranbostopenia, menurunnya fungsi trombosit dan menurunnya

faktor koagulasi. Pendarahan hebat dapat terjadi trauma pada

fraktus gastrointestinal. Perembesan plasma akan menyebabkan

pembekuan intravaskuler yang mengaktifkan mekanisme

gibrinditik, akibatnya enzim proteotik yaitu plasmin aktif. Sebagai

substrat untuk plasmin fibrin dipecah menjadi beberapa polipeptida

fibrin split product atau fibrin digredatic product (FDP). Pada

keadaan fibrinolisis patologis terjadi pemecahan fibrinogen dan

faktor beku lainnya, terutama faktor V, VII dan fibrin, FDP

merupakan antikoagulasi yang menghambat reaksi trombin-

fibrinogen. Gangguan pembekuan dapat terjadi karena

antikoagulasi yang beredar di darah yang menyebabkan

disseminated intravaskuler.

Pemeriksaan Penunjang

Lakukan pemeriksaan hemoglobin, hemotokrit, hitung trombosit,

uji seidolgi HI, Dengue Blot. Trombositopenia ringan sampai nyata

bersamaan dengan hemo konsentrasi adalah gejala yang spesifik. Leukosit

normal pada 1-3 hari pertama, menurun saat akan terjadi syok dan

meningkatkan saat syok teratasi.


Trombositopenia (<100.000/Ui) dan hemokonsentrasi (nilai

hemotokrit lebih dari 20% dari normal).

Indikator fase syok:

- Hari sakit ke 4-5 - Tekanan nadi turun/hipotensi

- Suhu turun - Leukopenia < 5000 / mm3

- Nadi cepat tanpa demam

Penatalaksanaan Medis

Prinsip-prinsip penanganan DHF

a. DHF tidak syok

- Penggunaan cairan peroral

Indikasi parential:

- Obat-obatan : Antipiretik, Antikonvulsan

- Observasi terhadap tanda-tanda shock

b. DHF dan Syok

- Atasi segera hipovolemik

- Lanjutkan penggunaan cairan dari pembuluh darah 12-24 jam / 48

jam

- Beri darah segera, bila terjadi pendarahan hebat.

3. TUMBUH KEMBANG ANAK

Tumbuh kembang merupakan hal utama, hakiki, dan khas pada

anak.

 Jenis tumbuh kembang anak:


- Tumbuh kembang fisik

- Tumbuh kembang intelektual

- Tumbuh kembang sosial emosional

 Kebutuhan dasar anak untuk tumbuh kembang digolongkan menjadi:

- Kebutuhan fisik-bianedis (asuh)

- Kebutuhan emosi/kasih sayang (asih)

- Kebutuhan atas stimulasi mental (asah)

 Penilaian tumbuh kembang meliputi:

- Evaluasi pertumbuhan fisik

- Evaluasi umur tulang

- Evaluasi pertumbuhan gigi

- Evaluasi neurogis dan perkembangan sosial

- Evaluasi keremajaan

 Pertumbuhan fisik

Menilai pertumbuhan fisik pada anak:

d. Kurva/grafik BB/ panjang/TB (Growth Chart)

e. Lingkar kepala (Grafik Nelhaus)

 Pertumbuhan gigi

- Klasifikasi gigi dimulai umur janin 5 bulan (seluruh gigi susu)

- Erupsi gigi yang terlambat pada hipotiroidisme, gangguan gizi dan

gangguan pertumbuhan.

- Pembentukan struktur gigi yang sehat dan sempurna memerlukan

gizi yang cukup, protein, kalsium, phosfor, vitamin.


Perkembangan Balita

Skala Yomi Mimi (IDAI) dan fisiologi anak

- Skema praktis perkembangan mental balita

- Yang dinilai: gerakan kasar-halus, emosi, perilaku, sosial, bicara.

a. Lahir 3 bulan

- Belajar mengangkat kepala

- Belajar mengikuti objek dengan mata

- Melihat ke muka seseorang dan tersenyum

- Bereaksi terhadap suara dan bunyi

- Mengenal ibunya dengan penglihatan, penciuman, pandangan dan

kontak

- Menahan barang yang dipegang

- Mengoceh spontan atau bereaksi dengan mengoceh.

b. 3-6 bulan

- Mengangkat kepala 90o dan mengangkat dada dengan bertopang

pada tangan

- Mulai belajar meraih benda

- Menaruh benda di mulut

- Tertawa dan menjerit gambaran bila diajak bermain

c. 6-9 bulan

- Dapat duduk tanpa bantuan

- Dapat tengkurap dan berbalik sendiri

- Memindahkan benda

- Mengeluarkan kata tanpa arti


- Mulai mengenal anggota keluarga

d. 9-12 bulan

- Berdiri sendiri tanpa bantuan

- Berjalan dengan dituntun

- Menirukan suara

- Mengerti perintah sederhana

- Ikut dalam permainan

e. 12-18 bulan

- Menyusun 2 atau 3 kotak

- Dapat mengatakan 5-10 kata

- Memperlihatkan rasa cemburu

f. 18-24 bulan

- Naik turun tangga

- Menyusun 6 kotak

- Belajar makan sendiri

- Mulai mengontrol BAB dan BAK

g. 2-3 tahun

- Belajar meloncat, memanjat, melompat dengan 1 kaki

- Mampu menyusun kalimat

- Bermain dengan anak lain

- Menggambar lingkaran

h. 3-4 tahun

- Berjalan sendiri menuju tangga

- Belajar berpakaian dan membuka pakaian sendiri


- Banyak bertanya

- Dapat melaksanakan tugas sederhana.

i. 4-5 tahun

- Melompat dan menari

- Pandai bicara

- Dapat menyebutkan hari-hari dalam seminggu

- Memprotes bila dilarang.

Masa Remaja

Ditandai dengan

 Kematangan fungsi seksual

 Tercapainya bentuk tubuh

Skema Tanner

 Perkembangan remaja diperlihatkan dengan tingkat maturasi kelainan

TMK terdiri dari:

- TMK 1 dan 2 : masa remaja awal

- TMK 3 dan 4 : masa remaja menengah

- TMK : masa remaja lanjut dan maturitas seksual

Klasifikasi tingkat maturasi kelainan anak perempuan

T Rambut pubis Buah dada


MK Pra remaja pra remaja
1 jarang, berpigmen menonjol seperti bukit,
2 sedikit, lurus, atas media labia aveula membesar

Dampak Hospitalisasi Bagi Anak


Hospitalisasi

- Usia sesuai perkembangan anak

- Pengalaman sebelumnya terhadap sakit

- Dukungan sistem yang tersedia

- Keterampilan koping yang tersedia

Reaksi Anak Terhadap Perkembangan

a. Bayi (0-1 tahun)

- Menangis bila ditinggal orangtuanya

- Menangis keras bila ditinggal orangtuanya

Respon terhadap rasa nyeri:

- Ekspresi wajah tidak menyenangkan

- Pergerakan tubuh

- Menangis keras

b. Todler (1-3 tahun)

Sumber stress : perpisahan (15-30 tahun)

1) Tahap protes (protesi)

Menangis keras, menjerit, memanggil ibu, terlalu

agresif, menolak perhatian orang lain.

2) Tahap putus asa (despair)

Tenang, menangis, tidak aktif, nafsu makan menurun,

kurang bermain, sedih, apatis, menarik diri.

3) Tahap menolak / Daniel (Derochment)


Menerima perpisahan (samar), hubungan dangkal pada

orang lain, menyesuaikan lingkungan.

4) Tahap menerima

c. Pra Sekolah (3-6 tahun)

1) Reaksi terhadap perpisahan

Menolak makan, sering bertanya, menangis pelan, tidak

kooperatif.

2) Kehilangan kontrol

Pembatasan aktivitas sehari-hari dan penurunan

kekuatan diri

Rumah Sakit : hukuman

Bila dihukum: malu, takut bersalah, malu-takut.

3) Takut pada perlukaan: tindakan dan prosedur mengancam

integritas tubuh.

d. Usia Sekolah (6-12 tahun)

1) Reaksi perpisahan cemas berpisah dengan kelompok

sosial

2) Kehilangan kontrol

- Perubahan peran dalam keluarga

- Kelemahan fisik

- Takut mati

- Kehilangan kegiatan dalam kelompok

3) Reaksi terhadap nyeri

- Mampu mengkomunikasikan
- Mampu mengontrol perilaku (menggigit bibir,

menggenggam)

e. Masa Remaja (12-19 tahun)

1) Reaksi perpisahan :

- Cemas berpisah dengan teman sebaya

- Tidak bebas

- Tidak kooperatif

2) Kehilangan kontrol : keterbatasan fisik dan ketergantungan

(menolak, tindak kooperatif, menarik diri).

Reaksi Keluarga Terhadap Anak yang Sakit dan Dirawat di Rumah

Sakit

Reaksi orang tua

a. Cemas meningkat

 Kurang informasi tentang prosedur dan pengobatan dampak pada

masa depan

 Marah, merasa bersalah

 Tidak percaya

b. Ketakutan, frustasi : penyakit serius, tipe dan prosedur medis

c. Reaksi sibling/persaingan

d. Marah, cemburu, benci

e. Perhatian, berlebihan, sakit.


Peran Perawat dalam Mengurangi Stress Oleh Karena Hospitalisasi

a. Mengurangi dampak perpisahan (< 5 tahun)

1) Rooting in : orang tua dapat menjaga anaknya

2) Partisipasi

3) Ruang : rumah

4) Mempertahankan kontak dengan sekolah, kunjungan teman,

telepon, surat.

b. Mencegah rasa kehilangan kontrol

1) Physical restriction : pembatasan fisik

2) Gangguan dalam memenuhi kegiatan sehari-hari

c. Meminimalkan rasa takut terhadap perlukaan tubuh dan nyeri

d. Memaksimalkan manfaat hospitalisasi

1) Membantu perkembangan hubungan baik orang tua – anak

2) Memberikan kesempatan untuk pendidikan

3) Meningkatkan self masternya (percaya diri)

4) Memberi kesempatan untuk sosialisasi

e. Memberi suport pada anggota keluarga

Memberi infomasi dan melibatkan sibling

Bermain Untuk Mengurangi Stress Akibat Hospitalisasi

a. Tujuan bermain di RS

1) Melanjutkan tumbuh kembang

2) Mengekspresikan pikiran dan fantasi

3) Mengembangkan kreatifitas
4) Beradaptasi lebih efektif terhadap stress

b. Prinsip bermain di RS

1) Tidak banyak energi singkat

2) Memperhatikan keamanan

3) Kelompok umur

4) Tidak bertentangan dengan pengobatan

5) Alat permainan dapat dicuci

6) Melibatkan orang tua

4. Asuhan Keperawatan

4.1 Pengkajian

a. Riwayat penyakit, nyeri kepala, mual/muntah, diare, intake output,

keadaan lingkungan, makan, tidur, bermain, dan sifat panas,

imunisasi obat yang didapat.

b. Keadaan fisik TTV, tanda pendarahan, status hidrasi

c. Data psikososial : pola pertahanan diri

d. Pengetahuan keluarga

4.2 Diagnosis Keperawatan

a. Peningkatan suhu tubuh (hipertermia) b.d proses penyakit

b. Gangguan keseimbangan elektrolit b.d output yang berlebihan

c. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake yang tidak adekuat

d. Kurang pengetahuan keluarga b.d kurangnya informasi yang

didapatkan mengenai penyakit.


4.3 Rencana Keperawatan

No Diagnosa Intervensi
1. Peningkatan suhu tubuh 1. Observasi TTV tiap 4 jam
b.d proses penyakit R/ : Mengetahui keadaan pasien
2. Berikan minuman yang banyak serta kompres
dingin.
R/ : Menurunkan demam
3. Berikan pasien untuk memakai pakaian tipis
dan menyerap keringat
R/ : Memberi rasa nyaman
4. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian
antipiretik dan antibiotik
R/ : Menurunkan suhu tubuh dan membunuh
bakteri.
2. Gangguan 1. Kaji TTV setiap 4 jam.
keseimbangan elektrolit R/ : Mengetahui keadaan umum pasien.
b.d output yang 2. Kaji status cairan : Keseimbangan masuk dan
berlebihan haluan
R /: Untuk membantu perubahan dan
mengevaluasi intervensi.
3. Dorong masukan cairan dengan jumlah kecil
tapi sering.
R/ : Jumlah kecil biasanya ditolerir dengan
baik.
4. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian
cairan parenteral sesuai indikasi.
R /: Mempertahankan hidrasi
3. Nutrisi kurang dari 1. Observasi TTV setiap 4 jam
kebutuhan tubuh b.d R/ : Mengetahui keadaan umum pasien
intake yang tidak adekuat 2. Catat status nutrisi pasien dan timbang BB tiap
hari.
R/ : Memberikan informasi tentang
keefektifan.
3. Beri diet yang tidak merangsang mual.
R /: Menekan mual.
4. Berikan makanan hangat dalam porsi kecil tapi
sering
R /: Untuk meningkatkan nafsu makan.
5. Tindakan oral hygiene
R/ : Oral hygiene mengurangi kekeringan
membran mukosa mulut.
6. Kolaborasi dengan ahli gizi.
R /: Menentukan diet sesuai dengan kondisi
pasien.
4. Kurang pengetahuan 1. Kaji tingkat pengetahuan klien dan keluarga
keluarga b.d kurangnya R /: Mengetahui tingkat pengetahuan pasien
informasi yang tentang penyakit DHF.
didapatkan mengenai 2. Jelaskan penyebab penyakit serta tanda dan
penyakitnya. gejalanya.
R /: Untuk mengantisipasi kemungkinan
penyakit ini akan ada kembali dalam
keluarga.
3. Jelaskan tanda pendarahan
R/ : Mencegah komplikasi yang lebih parah.
4. Tanyakan kembali hal-hal yang sudah
dijelaskan
R /: Mengetahui apakah sudah paham tentang
hal-hal yang sudah dijelaskan sebelumnya.

4.4 Evaluasi

a. Pasien tidak demam lagi

b. Keseimbangan cairan terpenuhi

c. Nutrisi pasien terpenuhi

d. Pasien mengerti dan memahami tentang penyakitnya


B. Tinjauan Kasus

Asuhan Keperawatan pada An. J dengan Dengue Hemorragic Fever

Grade II (DHF Grade II)

1. Pengkajian

Data Biografi

A. Identitas Klien

Nama klien : An. J

Jenis kelamin : Laki-laki

Agama : Kristen Protestan

Tempat/tgl lahir (umur) : Medan, 13Februari 2001

Suku bangsa : Batak

Pendidikan : Kelas V SD

B. Identitas Orangtua/Wali

Nama Ayah/Ibu : Tn.K / Ny.H

Umur : 40 / 36

Pendidikan : Sarjana / Sarjana

Pekerjaan : Wiraswasta / Ibu Rumah Tangga

Agama : Kristen Protestan / Kristen Protestan

Suku/bangsa : Batak / Batak

Alamat rumah : Jalan Garu VIII 66 D Medan Amplas

Keluhan Utama

Ny.H mengatakan demam An.A turun naik selama 4 hari sebelum

masuk rumah sakit. Ny.H mengatakan An. J telah sekali mimisan sebelum
masuk ke rumah sakit. Klien muntah-muntah dengan frekwensi 3-4 x dalam

sehari. Klien juga mengeluhkan tidak selera makan dan mencret.

Riwayat Masa Lampau

1. Penyakit waktu kecil

Ny.H mengatakan bahwa An.A tidak pernah mengalami penyakit

yang parah sebelumnya.

2. Pernah dirawat di rumah sakit

An.J tidak pernah dirawat di rumah sakit sebelumnya

3. Obat-obatan yang digunakan

An.J tidak mengkonsumsi obat0obat lain sebelumnya

4. Tindakan Operasi

An.J tidak pernah menjalani operasi sebelumnya.

5. Alergi

An.J tidak memiliki riwayat alergi terhadap makanan maupun obat-

obatan.

6. Kecelakaan

An.J tidak pernah mengalami kecelakaan sebelumnya.

7. Imunisasi

Ny.J mengatakan bahwa An.J sudah mendapatkan imunisasi lengkap.


Riwayat Keluarga

Genogram:

T N

Keterangan:

: Laki-laki : Meninggal
: Perempuan : Serumah
: Klien : Cerai

Riwayat Sosial

1. Yang mengasuh

Sejak lahir, An.J diasuh dan dirawat oleh kedua orang tuanya.

2. Hubungan dengan anggota keluarga

An.J berhubungan baik dengan seluruh anggota keluarga, saling

mengasihi, menghormati, dan menyayangi. An.J lebih dekat dengan

ibunya.

3. Hubungan dengan teman sebaya

An.J sering bermain dan belajar dengan teman-teman di dekat rumahnya

dan teman-teman sekolahnya.

4. Pembawaan secara umum

An.J adalah anak yang ramah dan mudah bergaul dengan orang lain.
Kebutuhan Dasar

1. Makanan:

 Makanan yang disukai/tidak disukai: An.J menyukai makanan ringan.

An.J juga menyukai sayuran serta buah-buahan.

 Selera: An.J tidak memilih-milih makanan.

 Alat makan yang dipakai: An.J saat makan menggunakan piring dan

sendok tetapi sesekali menggunakan tangan

 Pola makan/jam: An.J makan 3 kali sehari, sarapan pada pukul 07.00,

makan siang pada pukul 13.00, makan malam pada pukul 18.00. An.A

mengkonsumsi air minum lebih kurang 8 gelas sehari.

2. Pola tidur

 Kebiasaan sebelum (perlu mainan, dibacakan cerita, benda yang dibawa

tidur): An.J tidak memiliki kebiasaan sebelum tidur. An.J dapat

langsung tidur dan tidak ada gangguan tidur. An.J tidur pada malam

hari pukul 22.00, dan bangun pagi pada pukul 06.00.

 Tidur siang: An.J tidak pernah tidur siang karena bermain dengan

temannya.

3. Mandi: An.J mandi dua kali dalam sehari. Mandi sendiri dengan teratur.

Tetapi selama di rumah sakit An.J hanya dilap dengan kain basah oleh

ibunya, Ny.H.

4. Aktivitas bermain: Sebelum sakit, An.J adalah anak yang aktif dan selalu

bermain dengan teman-temannya. Selama di rumah sakit, An.J tidak dapat

bermain keluar, sekali-sekali terlihat mengobrol dengan orangtuanya.


5. Eliminasi

Sebelum sakit, An.J BAB 1 kali sehari dengan konsistensi lunak, warna

kecoklatan. BAK tiga sampai lima kali dalam sehari dengan warna kuning

jernih.

Setelah sakit, An.J BAB 1 kali dalam 2 hari dengan konsistensi lunak, warna

kuning. BAK tiga sampai lima kali dalam sehari dengan warna kuning.

Keadaan Kesehatan Saat Ini

1. Diagnosis medis : DHF Grade II

2. Tindakan Operasi :-

3. Status cairan : IVFD RL 500 ml 75 gtt/i

4. Status nutrisi : Diet Makanan Biasa

5. Obat-obatan : Inj. Ranitidine 45 mg/8 jam

Paracetamol 3 x 500 mg

6. Aktivitas : An.J tampak lemah

7. Hasil Lab : - Hemoglobin : 13,8 gr/dl

- Leukosit : 6,3.103/mm3

- Eritrosit : 5,02.106/mm3

- Hematokrit : 42,1%

- Trombosit : 56. 103/mm3

8. Foto rontgen : Tidak dilakukan


Pemeriksaan Fisik

1. Keadaan umum : Compos mentis

2. TB/BB : 120cm / 50 kg

3. Lingkar kepala : Tidak dilakukan pengukuran

4. Kepala: Bentuk kepala lonjong, tidak terdapat pembesaran dan bekas

cedera kepala, penyebaran rambut merata, dan kulit kepala bersih.

5. Mata : Penempatan dan kesejajaran bola mata kiri dan kanan simetris,

reaksi berkedip spontan, konjungtiva berwarna merah muda, reflex

cahaya ada, dan tidak ada edema.

6. Leher : Posisi trakea anatomis berada di posisi medial, tidak ada

pembesaran kelenjar tiroid, dan tidak ada pembesaran KGB.

7. Telinga: Letak telinga simetris kanan dan kiri, tidak terdapat lubang

abnormal, tidak ada pembengkakan dan serumen yang berlebihan.

8. Hidung: Tidak ada kelainan tulang hidung, lubang hidung bersih, tidak

ada secret, tidak ada pernafasan cuping hidung, dan simetris kanan dan

kiri, serta tidak terdapat polip.

9. Mulut : Keadaan bibir normal, tidak pucat, lembab, gigi berjumlah 28,

dan tidak terdapat radang dan perdarahan.

10. Dada : Kedua sisi dada simetris, gerakan regular dan simetris, puting

berwarna kecoklatan terletak antara intercosta ke empat dan lima, tidak

ada retraksi dada, tidak ada pergerakan otot intercostal.

11. Paru-paru :

a. Inspeksi: Pengembangan dada normal,

b. Palpasi: Pergerakan sama/simetris, RR: 20x/i


c. Perkusi: Suara ketuk sonor, tidak ada redup atau suara tambahan

lainnya

d. Auskultasi: suara nafas vesicular, tidak ada whezing, tidak ada

stridor dan ronchi.

12. Jantung :

a. Inspeksi: tidak tampak iktus jantung

b. Palpasi: iktus tidak teraba

c. Auskultasi: Irama jantung teratur dan tetap, tidak terdapat bunyi

jantung tambahan, suara S1 dan S2 tunggal, tidak ada murmur.

13. Perut :

a. Perut datar, simetris, tidak ada hernia

b. Palpasi: turgor kulit baik < 2 detik. Hepar tidak teraba

c. Perkusi: suara tympani

d. Auskultasi: bising usus (+) 7x/menit

14. Punggung: Kulit bersih, sedikit kemerahan, tidak kaku, rentang tidak

terbatas.

15. Genitalia: Organ genitalia laki-laki lengkap dan tampak bersih.

16. Ekstremitas:

a. Ekstremitas atas: simetris kanan dan kiri, rentang gerak penuh, kedua

siku dapat fleksi, ekstensi, kulit bersih dan tangan kiri terpasang

infuse, CRT<2detik

b. Ekstremitas bawah: Panjang simetris rentang gerak penuh,

17. Tanda vital : RR= 20 x/mnt (reguler); HR = 110 x/mnt (reguler);

Temp = 380C
Analisa Data

Masalah
No. Data Etiologi
Keperawatan
1. DS: - Klien mengatakan panas Arbovirus di Peningkatan suhu
sejak 3 hari yang lalu, bawa oleh tubuh
sebelum masuk RS nyamuk Aedes
- Klien mengatakan aegypty
pusing
- Klien mengatakan lemas Beredar dalam
- Ibu klien mengatakan darah
O: panas anaknya turun
naik. Terinfeksi virus
dengue
-Klien lemas
-Klien pucat Mengaktivasi
-Kesadaran: CM komplemen
-TTV: Nadi: 110 x/mnt
RR: 20x/mnt; Merangsang
Suhu: 38.5oC hipotalamus
-Hasil lab:
Hemoglobin : 13,9 gr/dL Hipertermia
Leukosit : 4,2.103/mm3
Eritrosit : 5,02.106/mm3
Hematokrit : 42,1%
Trombosit : 67. 103/mm3
2. DS: - Klien mengatakan lemas Hipertermia Kekurangan volume
- Klien mengatakan cairan dari
pusing Peningkatan kebutuhan tubuh
- Ny.W mengatakan An.A reabsorpsi Na+
hanya minum ± 4 gelas dan H2O
sehari dan BAK 3-5 x
DO: sehari Permeabilitas
membran
-Klien lemas meningkat
-Klien pucat
-Mukosa bibir kering Renjatan
-Turgor kulit < 2 detik hipovolemik dan
-TTV: Nadi: 110 x/mnt hipotensi
RR: 22x/mnt;
Suhu: 38oC Kebocoran
-Hasil lab: plasma
Hemoglobin : 13,8 gr/dl
Leukosit : 6,3.103/mm3 Volume cairan
Eritrosit: 5,02.106/mm3 kurang dari
Hematokrit: 42,1% kebutuhan tubuh
Trombosit: 56. 103/mm3
- Urin: warna: kuning
3. DS: - Klien mengatakan ia DHF Grade II Konstipasi
hanya BAB 1 kali dalam
2 hari Proses perjalanan
- Klien mengatakan nafsu penyakit
makannya menurun
DO: Tirah baring
- Klien tampak memegang
perutnya ketika bercerita Pergerakan badan
- Klien tampak lemas dan nafsu makan
menurun

Pencernaan
terganggu

Konstipasi
4. DS: - Ibu klien menanyakan Kondisi Perubahan proses
tentang penyakit yang kesehatan anak keluarga cemas
diderita anaknya menurun
- Ibu klien menanyakan
kapan anaknya bisa Tekanan
DO: pulang psikologis

- Ibu klien tampak cemas Kurang


- Ibu klien tampak gelisah pengetahuan
- Ibu klien tampak ingin keluarga
anaknya cepat pulang mengenai
penyakit

Cemas
2. Diagnosa Keperawatan

1. Peningkatan suhu tubuh b/d peningkatan metabolisme penyakit, proses

penyakit ditandai dengan klien mengatakan panas sejak 3 hari yang lalu,

sebelum masuk rs, klien mengatakan pusing, klien mengatakan lemas, ibu

klien mengatakan panas anaknya turun naik, klien tampak lemas dan pudat,

tingkat kesadaran compos mentis, TTV: HR: 110 x/mnt; RR: 20x/mnt;

Suhu: 38oc, hasil lab: Hemoglobin: 13,8 gr


/dl, Leukosit :6,3.103/mm3 ,

Eritrosit: 5,02.106/mm3 , Hematokrit: 42,1%, Trombosit: 56. 103/mm3.

2. Kekurangan volume cairan dari kebutuhan tubuh b/d output berlebih

ditandai dengan klien mengatakan lemas dan pusing, Ny.H mengatakan

An.J hanya minum ± 8 gelas sehari dan bak 3-5 x sehari, klien lemas dan

pucat, mukosa bibir kering, turgor kulit < 2 detik, urin: warna: kuning, TTV:

HR: 110 x/mnt; RR: 20x/mnt; Suhu: 38oc, hasil lab: Suhu: 38oc, hasil lab:
gr
Hemoglobin: 13,8 /dl, Leukosit :6,3.103/mm3 , Eritrosit: 5,02.106/mm3 ,

Hematokrit: 42,1%, Trombosit: 56. 103/mm3.

3. Konstipasi b/d intake yang tidak adekuat dan tirah baring ditandai dengan

Klien mengatakan ia hanya BAB 1 kali dalam 2 hari, klien mengatakan

nafsu makannya menurun, klien tampak memegang perutnya ketika

bercerita, klien tampak lemas.

4. Perubahan proses keluarga: cemas b/d kurangnya pengetahuan (penyakit

klien), gangguan proses kedekatan tandai dengan ibu klien menanyakan

tentang penyakit yang diderita anaknya, ibu klien menanyakan kapan

anaknya bisa pulang, ibu klien tampak cemas dan gelisah, ibu klien tampak

ingin anaknya cepat pulang.


3. Intervensi Keperawatan

No Tujuan dan Rencana Tindakan


. Kriteria Hasil
D
X
1 Setelah dilakukan 1 Observasi TTV Setiap 4 Jam Sekali
tindakan R/: mengetahui keadaan umum klien
keperawatan Anjurkan klien memakai baju tipis dan
diharapkan suhu 2 Dapat Menyerap Keringat
tubuh dalam R/: menurunkan suhu tubuh dan memberi
keadaan normal rasa nyaman
dengan kriteria hasil: Berikan minuman yang banyak serta
-Klien tampak segar 3 Kompres Dengan Air Hangat
-Suhu tubuh 36- R/: menurunkan suhu tubuh klien
37oC Kolaborasi dengan dokter untuk
4 Pemberian Antibiotik
R/: menurunkan suhu tubuh dan
membunuh bakteri
Kolaborasi dengan petugas lab dalam
5 Pemeriksaan Hb, Ht, Leukosit, trombosit
setiap 8 jam
R/: mengetahui terjadinya infeksi
sekunder
2 Setelah dilakukan 1 Kaji TTV setiap 4 jam sekali
tindakan R/: untuk mengetahui keadaan umum
keperawatan klien
diharapkan 2 Kaji status cairan: keseimbangan
keseimbangan cairan masukan dan keluaran
tubuh terpenuhi R/: untuk membantu perubahan dan
dengan kriteria hasil: mengevaluasi intervensi
-Klien tampak segar 3 Dorong masukan cairan dengan jumlah
dan sehat kecil, tapi sering
-Klien tidak lemas 4 R/: jumlah kecil biasanya diminum
lagi dengan baik
-Menunjukkan tugor Berikan cairan intravena sesuai indikasi
kulit normal R/: mempertahankan hidrasi
-Mukosa bibir
lembab
3 Setelah dilakukan 1 Tentukan pola defekasi bagi klien dan
tindakan latih klien untuk menjalankannya
keperawatan R/: Untuk mengembalikan keteraturan
diharapkan pasien pola defekasi
dapat defekasi 2 Atur waktu yang tepat untuk defekasi
secara teratur klien seperti sesudah makan.
dengan kriteria hasil: R/: Untuk memfasilitasi refleks defekasi
- Defekasi dapat 3 Berikan cakupan nutrisi berserat sesuai
dilakukan satu kali indikasi
sehari R/:Nutrisi serat tinggi untuk melancarkan
- Konsistensi feses 4 eliminasi fekal
lembut Berikan cairan jika tidak kontraindikasi
- Eliminasi feses 2-3 liter per hari
tanpa perlu R/:Untuk melunakkan eliminasi feses
mengejan berlebihan
4 Setelah dilakukan 1 Prioritaskan informasi pada keluarga
tindakan klien (orang tua)
keperawatan R/: membantu orang tua memahami
diharapkan aspek penting dari perawatan,
pengetahuan penyimpangan dari kondisi anaknya
keluarga klien 2 Dorong orang tua untuk mengajukan
meningkat dengan pertanyaan mengenai situasi anaknya
kriteria hasil: R/: untuk mengetahui kondisi anaknya
-Menunjukkan 3 Mendorong ibu dan ayah untuk
pemahaman dan menyentuh dan merawat anaknya bila
keterlibatan dalam sesuai dengan kondisi fisik anak
perawatan R/: meningkatkan ikatan batin antara
anak dan orang tuanya
4 Beri dorongan pada klien untuk
mengekspresikan perasaannya
R/: untuk mengurangi kecemasan klien
dan membuat klien merasa lebih nyaman
danlebih tenang
4. Implementasi dan Evaluasi

Hari/ Diagnosa Jam Implementasi Evaluasi


Tgl Keperawatan
09.00 1 Mengkaji TTV S:
Hasil: Nadi: 120 x/mnt; Suhu: 36oC; RR: 24x/mnt; - Klien mengatakan sudah baikan
11.00 2 Melakukan pemeriksaan darah lengkap - Klien mengatakan tidak merasa
Hasil Hemoglobin : 13,8 gr/dl ; Leukosit : 6,3.103/mm3; pusing lagi
17 Eritrosit: 5,02.106/mm3; Hematokrit : 42,1%; O:
Juni 3
Trombosit: 56. 10 /mm 3 TTV : Nadi: 110 x/mnt; Suhu: 36oC; RR:
1
2012 13.00 3 20x/mnt
Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian antipiretik dan antibiotik A:
Hasil: PCT: 3 x 250 gr Masalah peningkatan suhu teratasi
P:
Tindakan keperawatan dihentikan

09.00 1 Mengkaji TTV S: - Klien mengatakan tidak lemas


Hasil: Nadi: 120 x/mnt; Suhu: 36oC; RR: 24x/mnt; - Klien mengatakan tidak pusing
10.00 2 Mengkaji status cairan: keseimbangan input dan output. O: - Turgor kulit < 2 detik
1 Hasil : Input: ± 2.000 cc Output: 2.500 cc - Klien tidak pucat
12.00 3 Menganjurkan pasien untuk banyak minum. - Mukosa bibir kering
7 Juni
Hasil : Klien mau banyak minum. - TTV : Nadi: 120 x/mnt; Suhu: 36 oC;
2012 2
13.00 4 Memantau keadekuatan cairan lewat IV RR: 24x/mnt;
Hasil : klien terpasang IVFD RL 50 gtt/i A: - Masalah volume cairan kurang dari
kebutuhan tubuh belum teratasi sepenuhnya
P: - Tindakan keperawatan dilanjutkan
09.00 1 Mengkaji TTV S: - Klien mengatakan tidak lemas
Hasil: Nadi: 90 x/mnt; Suhu: 36oC; RR: 22x/mnt; - Klien mengatakan tidak pusing
10.00 2 Mengkaji status cairan keseimbangan input dan output O: - Turgor kulit sedang
Hasil : Input : 2000 cc Output: 2500 cc - Klien tidak pucat
1
2 11.30 3 Menganjurkan pasien untuk banyak minum - Mukosa bibir lembab
8 Juni
Hasil : Pasien banyak minum - TTV : Nadi: 110 x/mnt; Suhu: 36oC;
2012
13.00 4 Memantau keadekuatan cairan intravena RR: 24x/mnt;
Hasil : Klien terpasang IVFD RL 75 gtt/i A: - Masalah volume cairan kurang dari
kebutuhan tubuh belum teratasi sepenuhnya
P: - Tindakan keperawatan dilanjutkan
09.00 1 Tentukan pola defekasi bagi klien dan latih klien untuk menjalankannya S: - Klien mengatakan nafsu makan
Hasil: pola BAB 1 kali sehari meningkat
Atur waktu yang tepat untuk defekasi klien seperti sesudah makan. - Klien mengatakan ia telah
09.30 2 Hasil: menyarankan pasien untuk BAB setelah sarapan pag, An.J dan mengkonsumsi air dan buah yang banyak dan
1
3 ibunya tampak mengerti dengan penjelasan yang diberikan telah BAB
8 Juni
Berikan cakupan nutrisi berserat sesuai indikasi O: - Klien tampak banyak makan buah
2012
12.00 3 Hasil: An.J telah mengkonsumsi buah segar A: - Masalah gangguan pemenuhan nutrisi
Berikan cairan jika tidak kontraindikasi 2-3 liter per hari kurang dari kebutuhan tubuh belum teratasi
12.30 4 Hasil: An.J tampak banyak mengkonsumsi cairan sepenuhnya
P: - Tindakan keperawatan dilanjutkan
11.00 1 Memberi dorongan pada orang tua untuk mengekspresikan perasaannya. S: - Ibu klien mengerti mengenai penyakit
Hasil: Ibu tampak cemas dan selalu bertanya bagaimana keadaan anaknya anaknya
dan kapan bisa pulang O: - Ekspresi ibu tidak murung lagi
1
4 11.10 2 Memberi dorongan pada keluarga (orang tua) untuk berkunjung ke RS. - Ibu tampak tidak cemas lagi
8 Juni
Hasil : Orangtuanya berkunjung setiap hari - Ibu klien tampak tidak gelisah lagi
2012
11.30 3 Memberikan suasana yang tenang dan nyaman A: - Masalah keperawatan belum teratasi
Hasil : Orang tua klien merasa nyaman. sepenuhnya
P: - Tindakan keperawatan dilanjutkan
09.00 1 Mengkaji TTV S: - Klien mengatakan tidak lemas
Hasil: Nadi: 80 x/mnt; Suhu: 36oC; RR: 18x/mnt; - Klien mengatakan tidak pusing
10.00 2 Mengkaji status cairan keseimbangan input dan output O: - Turgor kulit sedang
1 Hasil : Input : 3000 cc Output: 2000 cc - Klien tidak pucat
2
9 Juni 11.00 3 Menganjurkan pasien untuk banyak minum - Mukosa bibir lembab, TTV : Nadi: 80
2012 Hasil : Pasien banyak minum x/mnt; Suhu: 36oC; RR: 18x/mnt;
12.00 4 Memberi cairan intravena A: - Masalah volume cairan kurang dari
Hasil : Klien terpasang IVFD RL 60 gtt/i kebutuhan tubuh teratasi sepenuhnya
P: - Tindakan keperawatan dilanjutkan
09.00 1 Tentukan pola defekasi bagi klien dan latih klien untuk menjalankannya S: - Klien mengatakan nafsu makan
Hasil: pola BAB setiap pagi, 1 kali sehari meningkat
Atur waktu yang tepat untuk defekasi klien seperti sesudah makan. - Klien mengatakan ia telah
09.00 2 Hasil: menyarankan pasien untuk BAB setelah sarapan pag, An.J dan mengkonsumsi air dan buah yang banyak
1 ibunya tampak mengerti dengan penjelasan yang diberikan - Klien mengatakan telah BAB dan
3
9 Juni Berikan cakupan nutrisi berserat sesuai indikasi lancar dalam 2 hari belakangan ini.
2012 11.00 3 Hasil: An.J telah mengkonsumsi buah segar O: - Klien tampak banyak makan buah
Berikan cairan jika tidak kontraindikasi 2-3 liter per hari A: - Masalah gangguan pemenuhan nutrisi
12.00 4 Hasil: An.J tampak banyak mengkonsumsi cairan kurang dari kebutuhan tubuh belum teratasi
sepenuhnya
P: - Tindakan keperawatan dilanjutkan
10.00 1 Memberi dorongan pada orang tua untuk mengekspresikan perasaannya. S: - Ibu klien mengerti mengenai penyakit
Hasil: Ibu tampak cemas dan selalu bertanya bagaimana keadaan anaknya anaknya
dan kapan bisa pulang O: - Ekspresi ibu tidak murung lagi
1
4 Memberi dorongan pada keluarga (orang tua) untuk berkunjung ke RS. - Ibu tampak tidak cemas lagi
9 Juni
11.30 2 Hasil : Orangtuanya berkunjung setiap hari - Ibu klien tampak tidak gelisah lagi
2012
Memberikan suasana yang tenang dan nyaman A: - Masalah keperawatan teratasi
Hasil : Orang tua klien merasa nyaman. sepenuhnya
3 P: - Tindakan keperawatan dihentikan
5. Ringkasan Keperawatan Klien Pulang

Klien pulang pada hari Rabu (20 Juni 2012) pada pukul 11.00 WIB

dengan keadaan umum baik, tidak ada tanda-tanda sianosis, BB 50 kg, T: 36.70C,

tingkat kesadaran compos mentis, frekuensi nadi 80 kali per menit, reguler,

frekuensi pernafasan 20 kali per menit, reguler, suara nafas vesikuler, tidak ada

pernafasan cuping hidung, tidak terjadi apnea, tidak terjadi perdarahan, pasien

tampak sehat dan wajahnya berseri, dan orangtua An.J diberikan pendidikan

kesehatan mengenai demam berdarah dengue.


Asuhan Keperawatan pada An. A dengan Dengue Hemorragic Fever

Grade II (DHF Grade II)

1. Pengkajian

Data Biografi

A. Identitas Klien

Nama klien : An. A

Jenis kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Tempat/tgl lahir (umur) : Medan, 18 Agustus 2001

Suku bangsa : Jawa

Pendidikan : Kelas V SD

B. Identitas Orangtua/Wali

Nama Ayah/Ibu : Tn.A / Ny.W

Umur : 34 / 32

Pendidikan : SMA / SMA

Pekerjaan : Wiraswasta / Ibu Rumah Tangga

Agama : Islam / Islam

Suku/bangsa : Jawa / Jawa

Alamat rumah : Jalan Sidomulyo Gang Mufakat Dusun 12

Desa Bandar Klippa, Deli Serdang, Sumut

Keluhan Utama

Klien mengeluhkan demam ± 3 hari. Ny.W mengatakan demam An.A

turun naik selam 3 hari tersebut. Ny.W mengatakan An.A telah 2 kali mimisan
sebelum masuk ke rumah sakit. Klien muntah-muntah dengan frekwensi 3-4 x

dalam sehari. Klien juga mengeluhkan tidak selera makan dan mencret.

Riwayat Masa Lampau

1. Penyakit waktu kecil

Ny.W mengatakan bahwa An.A tidak pernah mengalami penyakit

yang parah sebelumnya.

2. Pernah dirawat di rumah sakit

An.A tidak pernah dirawat di rumah sakit sebelumnya

3. Obat-obatan yang digunakan

Orangtua An.A tidak pernah memberikan obat-obatan pada An.A

jika sakit, untuk mengatasi demam biasanya Ny.W memberikan kompres

dan memberikan asupan makanan dan minuman yang cukup.

4. Tindakan Operasi

An.A tidak pernah menjalani operasi sebelumnya.

5. Alergi

An.A tidak memiliki riwayat alergi terhadap makanan maupun obat-obatan.

6. Kecelakaan

An.A tidak pernah mengalami kecelakaan sebelumnya.

7. Imunisasi

Ny.W mengatakan bahwa An.A sudah mendapatkan imunisasi lengkap.


Riwayat Keluarga

Genogram:

T N

Keterangan:

: Laki-laki : Klien
: Perempuan : Serumah
: Meninggal : Cerai

Riwayat Sosial

1. Yang mengasuh

Sejak lahir sampai sekarang An.A diasuh dan dirawat oleh kedua orang

tuanya.

2. Hubungan dengan anggota keluarga

An.A berhubungan baik dengan seluruh anggota keluarga, saling

mengasihi, menghormati, dan menyayangi. An.A lebih dekat dengan

ibunya.

3. Hubungan dengan teman sebaya

An.A sering bermain dan belajar dengan teman-teman di dekat rumahnya

dan teman-teman sekolahnya.

4. Pembawaan secara umum

An.A adalah anak yang ramah dan mudah bergaul dengan orang lain.
Kebutuhan Dasar

1. Makanan:

 Makanan yang disukai/tidak disukai: An.A menyukai makanan ringan,

kurang menyukai sayuran.

 Selera: An.A memilih-milih makanan sesuai yang ia sukai.

 Alat makan yang dipakai: An.A saat makan menggunakan piring dan

sendok tetapi sesekali menggunakan tangan

 Pola makan/jam: An.A makan 3 kali sehari, sarapan pada pukul 06.30,

makan siang pada pukul 13.00, makan malam pada pukul 18.00. An.A

mengkonsumsi air minum lebih kurang 4 gelas sehari.

2. Pola tidur

 Kebiasaan sebelum (perlu mainan, dibacakan cerita, benda yang dibawa

tidur): An.A tidak memiliki kebiasaan sebelum tidur. An.A dapat

langsung tidur dan tidak ada gangguan tidur. An.A tidur pada malam

hari pukul 21.00, dan bangun pagi pada pukul 06.00

 Tidur siang: An.A tidak pernah tidur siang karena bermain dengan

temannya.

3. Mandi

An.A mandi dua sampai tiga kali dalam sehari. Mandi sendiri

dengan teratur. Tetapi selama di rumah sakit An.A hanya dilap dengan

kain basah oleh ibunya, Ny.W.

4. Aktivitas bermain

Sebelum sakit, An.A adalah anak yang aktif dan selalu bermain dengan

teman-temannya. Selama di rumah sakit, An.A tidak dapat bermain keluar.


An.A hanya bermain game handphone dan sekali-sekali terlihat mengobrol

dengan orangtuanya.

5. Eliminasi

Sebelum sakit, An.A BAB 1 kali sehari dengan konsistensi lunak, warna

kecoklatan. BAK tiga sampai lima kali dalam sehari dengan warna kuning

jernih.

Setelah sakit, An.A tetap dapat BAB 1 kali sehari dengan konsistensi

lunak, warna kuning. BAK tiga sampai lima kali dalam sehari dengan

warna kuning.

Keadaan Kesehatan Saat Ini

1. Diagnosis medis : DHF Grade II

2. Tindakan Operasi :-

3. Status cairan : IVFD RL 500 ml 50 gtt/i

4. Status nutrisi : Diet Makanan Biasa

5. Obat-obatan : Inj. Ranitidine 30mg/8 jam

Paracetamol 3 x 500 mg

6. Aktivitas : An.A tampak lemah

7. Hasil Lab : - Hemoglobin : 13,9 gr/dl

- Leukosit : 4,2.103/mm3

- Eritrosit : 5,02.106/mm3

- Hematokrit : 42,1%

- Trombosit : 138. 103/mm3

8. Foto rontgen : Tidak dilakukan


Pemeriksaan Fisik

1. Keadaan umum : Compos mentis

2. TB/BB : 105cm / 30 kg

3. Lingkar kepala : Tidak dilakukan pengukuran

5. Kepala: Bentuk kepala lonjong, tidak terdapat pembesaran dan bekas

cedera kepala, penyebaran rambut merata, dan kulit kepala bersih

6. Mata: Penempatan dan kesejajaran bola mata kiri dan kanan simetris,

reaksi berkedip spontan, konjungtiva berwarna merah muda, reflex

cahaya ada, dan tidak ada edema.

6. Leher: Posisi trakea anatomis berada di posisi medial, tidak ada

pembesaran kelenjar tiroid, dan tidak ada pembesaran KGB.

7. Telinga: Letak telinga simetris kanan dan kiri, tidak terdapat lubang

abnormal, tidak ada pembengkakan dan serumen yang berlebihan.

8. Hidung: Tidak ada kelainan tulang hidung, lubang hidung bersih, tidak

ada secret, tidak ada pernafasan cuping hidung, dan simetris kanan dan

kiri, serta tidak terdapat polip.

9. Mulut: Keadaan bibir normal, tidak pucat, lembab, gigi berjumlah 28,

dan tidak terdapat radang dan perdarahan.

10. Dada: Kedua sisi dada simetris, gerakan regular dan simetris, puting

berwarna kecoklatan terletak antara intercosta ke empat dan lima, tidak

ada retraksi dada, tidak ada pergerakan otot intercostal.

11. Paru-paru:

a. Inspeksi: Pengembangan dada normal,

b. Palpasi: Pergerakan sama/simetris, RR: 22x/i


c. Perkusi: Suara ketuk sonor, tidak ada redup atau suara tambahan

lainnya

d. Auskultasi: suara nafas vesicular, tidak ada whezing, tidak ada stridor

dan ronchi.

12. Jantung:

a. Inspeksi: tidak tampak iktus jantung

b. Palpasi: iktus tidak teraba

c. Auskultasi: Irama jantung teratur dan tetap, tidak terdapat bunyi jantung

tambahan, suara S1 dan S2 tunggal, tidak ada murmur.

13. Perut:

a. Perut datar, simetris, tidak ada hernia

b. Palpasi: turgor kulit baik < 2 detik. Hepar tidak teraba

c. Perkusi: suara tympani

d. Auskultasi: bising usus (+) 6x/menit

14. Punggung: Kulit bersih, sedikit kemerahan, tidak kaku, rentang tidak

terbatas.

15. Genitalia: Organ genitalia perempuan lengkap dan tampak bersih.

16. Ekstremitas:

a. Ekstremitas atas: simetris kanan dan kiri, rentang gerak penuh, kedua

siku dapat fleksi, ekstensi, kulit bersih dan tangan kiri terpasang infuse,

CRT<2detik

b. Ekstremitas bawah: Panjang simetris rentang gerak penuh,

17. Tanda vital: RR = 22 x/mnt (reguler); HR = 110 x/mnt (reguler);

Temp = 38,50C
Analisa Data

Masalah
No. Data Etiologi
Keperawatan
1. DS: - Klien mengatakan panas Arbovirus di Peningkatan suhu
sejak 3 hari yang lalu, bawa oleh tubuh
sebelum masuk RS nyamuk Aedes
- Klien mengatakan pusing aegypty
- Klien mengatakan lemas
- Ibu klien mengatakan Beredar dalam
panas anaknya turun naik. darah
DO:
-Klien lemas Terinfeksi virus
-Klien pucat dengue
-Kesadaran: CM
-TTV: Nadi: 110 x/mnt Mengaktivasi
RR: 22x/mnt; komplemen
Suhu: 38.5oC
-Hasil lab: Merangsang
Hemoglobin : 13,9 gr/dL hipotalamus
Leukosit : 4,2.103/mm3
Eritrosit : 5,02.106/mm3 Hipertermia
Hematokrit : 42,1%
Trombosit : 67. 103/mm3

2. DS: - Klien mengatakan lemas Hipertermia Volume cairan


- Klien mengatakan pusing kurang dari
- Ny.W mengatakan An.A Peningkatan kebutuhan tubuh
hanya minum ± 4 gelas reabsorpsi Na+
sehari dan BAK 3-5 x dan H2O
sehari
DO: Permeabilitas
-Klien lemas membran
-Klien pucat meningkat
-Mukosa bibir kering
-Turgor kulit < 2 detik Renjatan
-TTV: Nadi: 110 x/mnt hipovolemik dan
RR: 22x/mnt; hipotensi
Suhu: 38.5oC
-Hasil lab: Kebocoran
Hemoglobin : 13,9 gr/dL plasma
Leukosit : 4,2.103/mm3
Eritrosit : 5,02.106/mm3 Volume cairan
Hematokrit : 42,1% kurang dari
Trombosit : 67. 103/mm3 kebutuhan tubuh
- Urin: warna: kuning
3. DS: - Klien mengatakan mual Kebocoran Perubahan pola
- Klien mengatakan nafsu plasma nutrisi kurang
makannya menurun dari kebutuhan
- Ibu klien mengatakan Ke tubuh
anaknya muntah ekstravaskular

DO: - BB turun 1 kg (sblm sakit Ke abdomen


31 kg)
- Klien tampak lemas Ascites
- Klien tampak pucat
- Klien makan habis ½ Anoreksia,
porsi Mual + Muntah

Nutrisi kurang
dari kebutuhan
tubuh
4. DS: - Ibu klien menanyakan Kondisi Perubahan proses
tentang penyakit yang kesehatan anak keluarga cemas
diderita anaknya menurun
- Ibu klien menanyakan
kapan anaknya bisa Tekanan
DO: pulang psikologis

- Ibu klien tampak cemas Kurang


- Ibu klien tampak gelisah pengetahuan
- Ibu klien tampak ingin keluarga
anaknya cepat pulang mengenai
penyakit

Cemas
2. Diagnosa Keperawatan

1. Peningkatan suhu tubuh b/d peningkatan metabolisme penyakit, proses

penyakit ditandai dengan klien mengatakan panas sejak 3 hari yang lalu,

sebelum masuk rs, klien mengatakan pusing, klien mengatakan lemas, ibu

klien mengatakan panas anaknya turun naik, klien tampak lemas dan

pudat, tingkat kesadaran compos mentis, TTV: HR: 110 x/mnt; RR:

22x/mnt; Suhu: 38.5oc, hasil lab: Hb: 13,9 gr/dl, leukosit : 4,2.103/mm3,

eritrosit : 5,02.106/mm3, hematokrit : 42,1%, trombosit : 67. 103/mm3.

2. Volume cairan kurang dari kebutuhan tubuh b/d output berlebih ditandai

dengan klien mengatakan lemas dan pusing, Ny.W mengatakan An.A

hanya minum ± 4 gelas sehari dan bak 3-5 x sehari, klien lemas dan pucat,

mukosa bibir kering, turgor kulit < 2 detik, urin: warna: kuning, TTV: HR:

110 x/mnt; RR: 22x/mnt; Suhu: 38.5oc, hasil lab: Hb: 13,9 gr/dl, leukosit

: 4,2.103/mm3, eritrosit : 5,02.106/mm3, Ht : 42,1%, Plt : 67. 103/mm3.

3. Perubahan pola nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d intake yang tidak

adekuat ditandai dengan klien mengatakan mual dan nafsu makannya

menurun, ibu klien mengatakan anaknya muntah, bb turun 1 kg (sblm sakit

31 kg), klien tampak lemas, klien tampak pucat, ketika klien makan habis

½ porsi.

4. Perubahan proses keluarga: cemas b/d kurangnya pengetahuan (penyakit

klien), gangguan proses kedekatan tandai dengan ibu klien menanyakan

tentang penyakit yang diderita anaknya, ibu klien menanyakan kapan

anaknya bisa pulang, ibu klien tampak cemas dan gelisah, ibu klien

tampak ingin anaknya cepat pulang.


3. Intervensi Keperawatan

No. Tujuan dan Rencana Tindakan


DX Kriteria Hasil
1 Setelah dilakukan 1 Observasi TTV Setiap 4 Jam Sekali
tindakan R/: mengetahui keadaan umum klien
keperawatan selama Anjurkan klien memakai baju tipis dan
2x24 jam diharapkan 2 Dapat Menyerap Keringat
suhu tubuh dalam R/: menurunkan suhu tubuh dan memberi
keadaan normal rasa nyaman
dengan kriteria hasil: Berikan minuman yang banyak serta
-Klien tampak segar 3 Kompres Dengan Air Hangat
-Suhu tubuh 36-37oC R/: menurunkan suhu tubuh klien
Kolaborasi dengan dokter untuk Pemberian
4 Antibiotik
R/: menurunkan suhu tubuh dan membunuh
bakteri
Kolaborasi dengan petugas lab dalam
5 Pemeriksaan Hb, Ht, Leukosit, trombosit
setiap 8 jam
R/: mengetahui terjadinya infeksi sekunder
2 Setelah dilakukan 1 Kaji TTV setiap 4 jam sekali
tindakan R/: untuk mengetahui keadaan umum klien
keperawatan selama 2 Kaji status cairan: keseimbangan masukan
2x24 jam diharapkan dan keluaran
keseimbangan cairan R/: untuk membantu perubahan dan
tubuh terpenuhi mengevaluasi intervensi
dengan kriteria hasil: 3 Dorong masukan cairan dengan jumlah
-Klien tampak segar kecil, tapi sering
dan sehat R/: jumlah kecil biasanya diminum dengan
-Klien tidak lemas baik
lagi 4 Berikan cairan intravena sesuai indikasi
-Menunjukkan tugor R/: mempertahankan hidrasi
kulit normal
-Mukosa bibir
lembab
3 Setelah dilakukan 1 Observasi TTV setiap 4 jam
tindakan R/: mengetahui keadaan umum klien
keperawatan selama 2 Catat status nutrisi klien dan timbang BB
2x24 jam diharapkan tiap hari
kebutuhan nutrisi R/: memberikan informasi tentang
terpenuhi dengan keefektifan
kriteria hasil: 3 Berikan diet yang tidak merangsang muntah
-Klien tidak muntah R/: menekan, mual dna muntah
lagi 4 Berikan klien makanan hangat dalam porsi
-Mual tidak ada lagi kecil tapi sering dengan penyajian yang
-Nafsu makan menarik
meningkat dengan R/: untuk meningkatkan/merangsang nafsu
porsi makan sesuai makan
dengan program diet 5 Berikan lingkungan yang nyaman pada
-BB diet klien
R/: Lingkungan yang bersih dan nyaman
dapat meningkatkan nafsu makan
6 Libatkan keluarga klien
R/: membantu proses penyembuhan
7 Tingkatkan oral hygiene
R/: orang hygiene mengurangi kekeringan
membran mukosa mulut
8 Kolaborasi dengan ahli gizi
R/: menentukan diet sesuai dengan kondisi
klien
9 Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian
antipiretik
R/: mengurangi mual
4 Setelah dilakukan 1 Prioritaskan informasi pada keluarga klien
tindakan (orang tua)
keperawatan selama R/: membantu orang tua memahami aspek
3x24 jam diharapkan penting dari perawatan, penyimpangan dari
pengetahuan kondisi anaknya
keluarga klien 2 Dorong orang tua untuk mengajukan
meningkat dengan pertanyaan mengenai situasi anaknya
kriteria hasil: R/: untuk mengetahui kondisi anaknya
-Menunjukkan 3 Mendorong ibu dan ayah untuk menyentuh
pemahaman dan dan merawat anaknya bila sesuai dengan
keterlibatan dalam kondisi fisik anak
perawatan R/: meningkatkan ikatan batin antara anak
dan orang tuanya
4 Beri dorongan pada klien untuk
mengekspresikan perasaannya
R/: untuk mengurangi kecemasan klien dan
membuat klien merasa lebih nyaman
danlebih tenang
4. Implementasi dan Evaluasi

Hari/ Diagnosa Jam Implementasi Evaluasi


Tanggal Keperawatan
09.00 1 Mengkaji TTV S:
Hasil: Nadi: 180 x/mnt; Suhu: 37,5oC; RR: 24x/mnt; - Klien mengatakan badannya masih lemas
10.00 2 Memberikan minuman yang banyak dan memberi kompres dengan - Klien mengatakan masih pusing
air hangat O:
18 Juni 1 Hasil: kompres terpasang, klien minum air putih yang hangatTTV : Nadi: 110 x/mnt; Suhu: 36oC; RR:
2012 11.00 3 Melakukan pemeriksaan darah lengkap 24x/mnt
Hasil Hb: 13,1 gr/dl; Leukosit: 2,9.103/mm3; Ht: 38,6%; A:
Trombosit: 67. 103/mm3; Eritrosit: 4,76.106/mm3 Masalah peningkatan suhu teratasi sebagian
P:
Tindakan keperawatan dilanjutkan
09.00 1 Mengkaji TTV S:
o
Hasil: Nadi: 120 x/mnt; Suhu: 36 C; RR: 24x/mnt; - Klien mengatakan sudah baikan
11.00 2 Melakukan pemeriksaan darah lengkap - Klien mengatakan tidak merasa pusing
Hasil Hb: 13,3 g/dl; Leukosit: 4100/ul lagi
Ht: 38%; Trombosit: 31000/ul O:
12.00 3 Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian antipiretik dan TTV : Nadi: 110 x/mnt; Suhu: 36oC; RR:
19 Juni antibiotik 24x/mnt
2012 1 Hasil: PCT: 3 x 250 gr A:
Masalah peningkatan suhu teratasi
P:
Tindakan keperawatan dihentikan
09.00 1 Mengkaji TTV S: -
Klien mengatakan tidak lemas
Hasil: Nadi: 120 x/mnt; Suhu: 36oC; RR: 24x/mnt; -
Klien mengatakan tidak pusing
10.00 2 Mengkaji status cairan: keseimbangan input dan output. O: -
Turgor kulit < 2 detik
19 Juni Hasil : Input: ± 2.000 cc Output: 2.500 cc -
Klien tidak pucat
2012 11.00 3 Menganjurkan pasien untuk banyak minum. -
Mukosa bibir kering
2
Hasil : Klien mau banyak minum. - TTV : Nadi: 120 x/mnt; Suhu: 36 oC;
13.00 4 Memberikan cairan lewat IV RR: 24x/mnt;
Hasil : klien terpasang IVFD RL 50 gtt/i A: - Masalah volume cairan kurang dari
kebutuhan tubuh belum teratasi sepenuhnya
P: - Tindakan keperawatan dilanjutkan
09.00 1 Mengkaji TTV S: - Klien mengatakan nafsu makan belum
o
Hasil: Nadi: 120 x/mnt; Suhu: 36 C; RR: 24x/mnt; meningkat
09.30 2 Menimbang BB pasien - Klien mengatakan tidak mual lagi
19 Juni Hasil : BB pasien 30 kg O: - Klien tidak lemas
2012
10.00 3 Menyarankan keluarga menyajikan makanan dalam keadaan hangat - Makanan yang diberikan tidak habis
3
disajikan dalam porsi kecil tapi sering. A: - Masalah gangguan pemenuhan nutrisi
Hasil : selain makanan dari RS pasien juga makan roti atau kurang dari kebutuhan tubuh belum teratasi
makanan kecil. sepenuhnya
10.30 4 Memberikan makanan yang tidak merangsang mual P: - Tindakan keperawatan dilanjutkan
Hasil : klien mau makan, porsi makanan habis ½ porsi.
11.00 1 Mendorong keluarga (orang tua) untuk berkunjung ke RS. S: - Ibu klien mengerti mengenai penyakit
Hasil: Keluarga (orang tua) berkunjung setiap hari. anaknya
19 Juni 11.30 2 Mendorong keluarga (orang tua) membawakan pakaian anaknya. O: - Ekspresi ibu tidak murung lagi
2012 4 Hasil : Orang tua membawakan pakaian anaknya - Ibu tampak tidak cemas lagi
12.00 3 Memberikan dorongan pada klien untuk mengekspresikan - Ibu klien tampak tidak gelisah lagi
perasaannya. A: - Masalah keperawatan belum teratasi
Hasil : Orang tuanya bertanya, kapan anaknya bisa pulang. sepenuhnya
P: - Tindakan keperawatan dilanjutkan
09.00 1 Mengkaji TTV S: -Klien mengatakan tidak lemas
Hasil: Nadi: 80 x/mnt; Suhu: 36oC; RR: 20x/mnt; -Klien mengatakan tidak pusing
10.00 2 Mengkaji status cairan keseimbangan input dan output O: -Turgor kulit sedang
Hasil : Input : 3000 cc Output: 2500 cc -Klien tidak pucat
20 Juni 2 11.00 3 Menganjurkan pasien untuk banyak minum -Mukosa bibir lembab
2012 Hasil : Pasien banyak minum - TTV : Nadi: 80 x/mnt; Suhu: 30oC;
12.00 4 Memberi cairan intravena RR: 24x/mnt;
Hasil : Klien terpasang IVFD RL 50 gtt/i A: - Masalah volume cairan kurang dari
kebutuhan tubuh belum teratasi sepenuhnya
P: - Tindakan keperawatan dilanjutkan
09.00 1 Mengkaji TTV S: - Klien mengatakan nafsu makan
o
Hasil: Nadi: 80 x/mnt; Suhu: 36,5 C; RR: 20x/mnt; meningkat
09.30 2 Menimbang BB pasien - Klien mengatakan tidak mual lagi
Hasil : BB 20 kg O: - Klien tidak lemas
10.00 3 Menyajikan makanan dalam keadaan hangat disajikan dalam porsi - Makan habis 1 porsi
20 Juni 3 kecil, tapi sering. A: - Masalah gangguan pemenuhan nutrisi
2012 Hasil : Selain makanan dari RS pasien juga makan roti atau kurang dari kebutuhan tubuh belum teratasi
makanan kecil. sepenuhnya
11.00 4 Memberikan makanan yang tidak merangsang mual P: - Tindakan keperawatan dilanjutkan
Hasil : Klien mau makan, porsi makanan habis 1 porsi.
12.00 5 Meningkatkan oral hygiene
Hasil: Klien menggosok gigi 2x/hari
12.00 1 Memberi dorongan pada orang tua untuk mengekspresikan S: - Ibu klien mengerti mengenai penyakit
perasaannya. anaknya
20 Juni 4 Hasil: Ibu tampak cemas dan selalu bertanya bagaimana keadaan O: - Ekspresi ibu tidak murung lagi
2012 anaknya dan kapan bisa pulang - Ibu tampak tidak cemas lagi
12.30 2 Memberi dorongan pada keluarga (orang tua) untuk berkunjung ke - Ibu klien tampak tidak gelisah lagi
RS. A: - Masalah keperawatan belum teratasi
Hasil : Orangtuanya berkunjung setiap hari sepenuhnya
13.00 3 Memberikan suasana yang tenang dan nyaman P: - Tindakan keperawatan dilanjutkan
Hasil : Orang tua klien merasa nyaman.
09.30 1 Mengkaji TTV S: -Klien mengatakan tidak lemas
Hasil: Nadi: 82 x/mnt; Suhu: 36oC; RR: 20x/mnt; -
Klien mengatakan tidak pusing
10.00 2 Mengkaji status cairan keseimbangan input dan output O: -
Turgor kulit sedang
Hasil : Input : 3000 cc Output: 2000 cc -
Klien tidak pucat
21 Juni 2 11.00 3 Menganjurkan pasien untuk banyak minum -
Mukosa bibir lembab
2012 Hasil : Pasien banyak minum - TTV : Nadi: 82 x/mnt; Suhu: 36oC;
12.00 4 Memberi cairan intravena RR: 20x/mnt;
Hasil : Klien terpasang IVFD RL 50 gtt/i A: - Masalah volume cairan kurang dari
kebutuhan tubuh teratasi sepenuhnya
P: - Tindakan keperawatan dihentikan
09.00 1 Mengkaji TTV S: - Klien mengatakan nafsu makan
Hasil: Nadi: 82 x/mnt; Suhu: 36oC; RR: 20x/mnt; meningkat
10.00 2 Menimbang BB pasien - Klien mengatakan tidak mual lagi
Hasil : BB 30 kg - Selera makannya belum meningkat
11.00 3 Menyajikan makanan dalam keadaan hangat disajikan dalam porsi O: - Klien tidak lemas
kecil, tapi sering. - Makan habis 1 porsi
21 Juni 3
Hasil : Selain makanan dari RS pasien juga makan roti atau A: - Masalah gangguan pemenuhan nutrisi
2012
makanan kecil. kurang dari kebutuhan tubuh teratasi
12.00 4 Memberikan makanan yang tidak merangsang mual sepenuhnya
Hasil : Klien mau makan, porsi makanan habis 1 porsi. P: - Tindakan keperawatan dihentikan
13.00 5 Meningkatkan oral hygiene
Hasil: Klien menggosok gigi 2x/hari

21 Juni 4 09.00 1 Memberi dorongan pada orang tua untuk mengekspresikan S: - Ibu klien mengerti mengenai penyakit
2012 perasaannya. anaknya
Hasil: Ibu tampak cemas dan selalu bertanya bagaimana keadaan O: - Ekspresi ibu tidak murung lagi
anaknya dan kapan bisa pulang - Ibu tampak tidak cemas lagi
10.00 2 Memberi dorongan pada keluarga (orang tua) untuk berkunjung ke - Ibu klien tampak tidak gelisah lagi
RS. A: - Masalah keperawatan teratasi
Hasil : Orangtuanya berkunjung setiap hari sepenuhnya
11.00 3 Memberikan suasana yang tenang dan nyaman P: - Tindakan keperawatan dihentikan
Hasil : Orang tua klien merasa nyaman.
5. Ringkasan Keperawatan Klien Pulang

Klien pulang pada hari Jumat (22 Juni 2012) pada pukul 14. 30 WIB

dengan keadaan umum baik, tidak ada tanda-tanda sianosis, BB 30 kg, T: 36,50C,

tingkat kesadaran compos mentis, frekuensi nadi 90 kali per menit, reguler,

frekuensi pernafasan 22 kali per menit, reguler, suara nafas vesikuler, tidak ada

pernafasan cuping hidung, tidak terjadi apnea, tidak terjadi perdarahan, pasien

tampak sehat dan wajahnya berseri, dan orangtua An.A diberikan pendidikan

kesehatan mengenai demam berdarah dengue dan pemulihannya.


BAB 4

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pelaksanaan kegiatan PBLK manajemen di Ruang III Anak Penyakit

Dalam dimulai pada tanggal 11 Juni sampai 07 Juli 2012. Mahasiswa melakukan

pengkajian berupa pengkajian fungsi manajemen yang meliputi elemen man,

method, money, dan material. Pengkajian dilakukan pada tanggal 11 Mei - 15 Juni

2012. Praktikan telah melakukan beberapa implementasi, baik itu untuk

pengelolaan manajemen ruangan maupun manajemen pelayanan pasien secara

individu dan berkelompok. Setelah melaksanakan kegiatan PBLK maka praktikan

mendapatkan pengalaman belajar sebagai berikut:

1. Pengelolaan manajemen asuhan keperawatan

a. Manajemen asuhan keperawatan yang dilakukan oleh praktikan secara

berkelompok/individu kepada seluruh pasien

 Memberikan penyuluhan kesehatan tentang perawatan anak dengan

diare pada tanggal 20 Juni 2012 oleh Yoga, pencegahan DBD dan

perawatan anak yang menderita DBD pada tanggal 21 Juni 2012

oleh Waslifour, nutrisi yang baik pada anak dengan anemia 22 Juni

2012 oleh Betty, latihan ROM pada tanggal 22 Juni 2012 oleh

Delima.

- Menyediakan sebuah bunga untuk menambah keindahan ruangan

dan membuat suasana yang nyaman dan asri pada tanggal 2 Juli

2012.
b. Manajemen asuhan keperawatan yang dilakukan oleh mahasiswa

secara individu kepada klien kelolaan

- Memberikan implementasi asuhan keperawatan pada An.J dan

An.A sesuai dengan intervensi keperawatan untuk pasien DBD.

- Mengobservasi dan mengevaluasi perkembangan kesehatan para

pasien kelolaan setiap harinya hingga pasien pulang dari rumah

sakit.

- Memberikan penyuluhan kesehatan mengenai DBD kepada pasien

kelolaan dan keluarganya.

2. Pengelolaan manajemen pelayanan keperawatan yang dilakukan praktikan

(secara berkelompok/individu) dengan perawat ruangan/petugas kesehatan

di Ruang III / Melati I

 Memperbaiki papan struktur organisasi ruangan pada tanggal 25

Juni 2012

 Membuat rancangan format asuhan keperawatan di Ruang

III/Melati I pada tanggal 2 Juli 2012 berdasarkan pendekatan NIC

/ NOC (Nursing Interventions Classification ) / (Nursing

Outcomes Classification) dengan menggunakan metode check list

yang diharapkan dapat membantu mempermudah perawat dalam

melakukan pendokumentasian keperawatan.


B. Saran

Pelatihan keperawatan hendaknya sangat perlu diikuti oleh seluruh

perawat yang bertugas di Ruang III / Melati I agar lebih terampil dan memahami

proses asuhan keperawatan anak yang baik dan benar sehingga dapat diterapkan

dalam melakukan asuhan keperawatan anak di ruangan. Dalam melakukan

tindakan asuhan keperawatan, para perawat seharusnya sudah mengetahui Standar

Asuhan Keperawatan (SAK) yang benar sesuai diagnosa keperawatan yang timbul

pada pasien tersebut. Penyuluhan kesehatan penting dilakukan untuk meningkatan

pengetahuan pasien dan keluarga pasien. Oleh karena itu sebaiknya pegawai /

perawat ruangan melakukan penyuluhan kesehatan secara teratur. Sebaiknya

mahasiswa yang melakukan praktik belajar melakukan penyuluhan kesehatan

secara teratur. Untuk menjaga agar tidak terjadi infeksi nosokomial, maka perlu

diperhatikan hal-hal berikut ini: cairan antiseptik ataupun wastafel untuk mencuci

tangan haruslah tersedia di ruangan; alat-alat yang diperlukan dan dipergunakan

haruslah lengkap dan bersih/steril ketika digunakan untuk melakukan tindakan;

dan harus adanya pemisahan pasien infeksi dan non-infeksi secara jelas.
DAFTAR PUSTAKA

Arif, Mansyoer. (2000). Kapita Selekta Kedokteran, Edisi III, Jilid II.
Jakarta : Media Aesculapius.

Betz, Cecily L. (2002). Buku Saku Keperawatan Pediatri. Jakarta. EGC.

Bruner & Suddarth. (2002). Buku Ajaran Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8.
Jakarta: EGC

Carpenito, Lynda Luall. (1997). Diagnosa Keperawatan : Buku Saku, Edisi 6.


Jakarta : EGC.

Doengoes E. Marilynn. (2007). Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC.

Engel, Joyce. (1999). Pengkajian Pediatri, Edisi 2. Jakarta : EGC.

Faisal. (2010). Askep DHF. Diunduh dari http://faisalnyaanna.blogspot.com


/2010/07/askep-dhf.html tanggal 20 Juni 2012
1. Fayol, Henri. (1998). General and Industrial Management.
Pitman

FKUI. (1996). Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : UI.

Gillies, D. A.. (1998). Manajemen keperawatan: Suatu Pendekakatan Sistem,


Edisi II. Chicago, Illionis: W. B Saunders Company

Hendarwanto. (1999). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid I. Edisi III. Jakarta :
Balai Penerbit FKUI.

Mockler, Robert J. (2002). Knowledge-Based System for Strategic


Planning. Prentice Hall
Muninjaya, A.A.Gde. (2004). Manajemen Kesehatan. Jakarta: EGC.
Nelson. (1992). Ilmu Kesehatan Anak Edisi 12. Jakarta : EGC.

Ngastiyah. (2003). Perawatan Anak Sakit, Cetakan I. Jakarta: EGC.

Notoatmodjo, Soekidjo. (2003). Pendidikan dan perilaku kesehatan. Rineka Cipta

Nursalam. (2002). Manajemen Keperawatan : Aplikasi dalam Praktik


Keperawatan Professional. Jakarta : Salemba Medika

Priharjo R. (1995). Praktik Keperawatan Professional: Konsep Dasar dan


Hukum. Jakarta: EGC
Rezeki S., Hadinegoro H. Sateri H. (2004). Demam Berdarah Dengue. Jakarta :
Balai Penerbit UI.

Siagian, Sondang P.. (1999). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta : PT


Bumi Aksara.

Suarli dan Bahtiar. (2009). Manajemen Keperawatan dengan Pendekatan Praktis.


Jakarta: Penerbit Erlangga.

Subdirektorat Pengendalian Arbovirosis – Dit PPBB -Ditjen PP dan PL–


Kementerian Kesehatan RI. (2012). Informasi Umum Demam Berdarah
Dengue. Diunduh dari http://www.pppl.depkes.go.id/_asset/_download/
INFORMASI_ UMUM_ DBD_2011.pdf

Supartini, Yupi, S.Kep,MSc. (2004). Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan


Anak. Jakarta : EGC.
Swanburg, Russel C. (2000). Pengantar Kepemimpinan dan Manajemen
Keperawatan untuk Perawat Klinis. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC.

Widodo. (2010). Asuhan keperawatan Klien dengan Demam Berdarah/Dengue


Hemorrhagic Fever (DHF). Diunduh dari http://www.pediatrik.com/pkb/
061022015303-6l9i130.pdf tanggal 20 Juni 2012
Wong, Donna L.. (2003) Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC.

Wong, Donna L., dkk. (2008). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Edisi 6 Volume
1 dan 2. Jakarta: EGC

\
LAMPIRAN
Lampiran 1
TABEL PERENCANAAN PRAKTIK BELAJAR LAPANGAN KOMPREHENSIF (PBLK)
DI RUANG III / MELATI I RSUD DR. PIRNGADI MEDAN
PERENCANAAN KEGIATAN KE-
PROSES

N
KEGIATAN

23
o

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

21

22

24
1

9
1. Pre-confrence, menentukan
pelayanan pada lahan praktik

peminatan, sitematika penulisan


Mengidentifikasi masalah

laporan
2. Menyusun instrumen pengkajian
3. Melakukan pengkajian terhadap
1 masalah pasien dan ruang rawat,
tabulasi data, analisa situasi, dan
perumusan masalah
4. Mempresentasikan hasil pengkajian
5. Menganalisa situasi/ masalah
6. Merumuskan masalah
7. Memprioritaskan masalah
sis masalah
Menganali

8. Menentukan dan menyusun rencana


2 dari masalah yang ditemukan
9. Mensosialisasikan perencanaan
yang telah dibuat
10. Implementasi rencana tindakan
tindakan sesuai masalah
Mengimplementasikan

terhadap masalah yang telah disusun


11. Evaluasi kegiatan / tindakan yang
telah dilakukan sesuai dengan tujuan
3
12. sosialisasi hasil evaluasi,
menyiapkan laporan, post-
conference
13. Evaluasi tindak lanjut pada pasien
14. Terminasi
Melakukan
Evaluasi

4
Lampiran 2

PLANNING OF ACTION (POA) PRAKTIK BELAJAR LAPANGAN KOMPREHENSIF (PBLK)


PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS TAHAP PROFESI FAKULTAS KEPERAWATAN USU
DI RUANG III / MELATI I RSUD DR. PIRNGADI MEDAN
TANGGAL 11 Juni 2012 – 07 Juli 2012

N Minggu I Minggu II Minggu III Minggu IV


o KEGIATAN 11 – 16 Juni 2012 18 – 23 Juni 2012 25 – 30 Juni 2012 2 – 7 Juli 2012
11 12 13 14 15 16 18 19 20 21 22 23 25 26 27 28 29 30 02 03 04 05 06 07
Bimbingan dengan dosen pembimbing, staff di
ruang Melati I serta orientasi dan pengkajian
manajeman ruangan:
 Perencanaan
1
 Pengorganisasian
 Ketenagaan
 Pengarahan
 Pengawasan
2 Perumusan masalah
Menganalisa masalah manajemen ruangan dan
pengelolaan kasus
3
Membuat intervensi sesuai dengan masalah yang
ada

Melakukan Implementasi sesuai asuhan


4
keperawatan pada pasien di ruang Melati I

5 Evaluasi
6 Penyusunan laporan
Lampiran 3

INSTRUMEN SISTEM MANAJEMEN KEPERAWATAN

1. MAN I
A. Staffing
1) Berapa jumlah seluruh tenaga perawat di Ruang III / Melati I?
2) Bagaimana jenjang pendidikannya?
3) Berapa lama masa kerjanya?
4) Bagaimana proses rekrutmen pegawai di Ruang III / Melati I?
5) Apakah ada tenaga honorer di Ruang III / Melati I?
6) Bagaimana proses seleksi yang dilakukan untuk menempatkan pegawai
honorer di Ruang III / Melati I?
7) Apa kriteria pegawai yang akan ditempatkan di Ruang III / Melati I?
8) Bagaimana cara mengorientasikan dan berapa lama mengorientasikan
pegawai baru?
9) Pernahkah staf mengikuti pelatihan khusus di bidang keperawatan?
10) Bagaimana syarat/kriteria pegawai yang mendapatkan tugas belajar ataupun
pendidikan dan pelatihan dalam pengembangan ilmu keperawatan?
11) Apakah ada subsidi yang diberikan rumah sakit/pemerintah untuk
peningkatan pendidikan di Ruang III / Melati I?
12) Berapa perbandingan jumlah pasien dengan tenaga perawat di Ruang III /
Melati I?
13) Apakah ada tugas rangkap yang dialakukan oleh staff selain melaksanakan
asuhan keperawatan? jika ada jelaskan?

b. Directing
1) Berapa kali kepala ruangan mengikuti pelatihan tentang manajemen
keperawatan?
2) Berapa kali kepala ruangan merencanakan pertemuan dengan staff?
3) Bagaimana kepala ruangan merencanakan peningkatan SDM staf di Ruang
III / Melati IBagaimana kepala ruangan memberi teguran kepada staff yang
melakukan kesalahan?
4) Bagaimana cara kepala ruangan memberi pujian kepada staffnya yang
melakukuan tugas dengan baik?

c. Controlling
1) Adakah sistem penilaian terhadap kinerja perawat di Ruang III / Melati I,
bagaimana pelaksanaanya?
2) Adakah penilaian khusus tehadap kinerja perawatan di Ruang III / Melati I?
3) Berapa kali dilakukan penilaian terhadap kinerja tersebut?
4) Siapa yang melakukan penilaian terhadap kinerja tersebut?

2. METODE
a. Planning
1) Apakah di Ruang III / Melati Imempunyai Visi, Misi serta Motto
Keperawatan?
2) Apakah di Ruang III / Melati Imempunyai standar asuhan keperawatan ?
Bagaimana Pelaksanaannya?

b. Organizing
1) Bagaimana gambaran struktur organisasi di Ruang III / Melati I?
2) Apakah metode penugasan yang digunakan di Ruang III / Melati I?
3) Apakah alasan penggunaan metode penugasan keperawatan tersebut?
4) Ketetapan apa yang digunakan dalam penentuan Ka Tim dan perawat
pelaksana?
5) Bagaimana deskripsi kerja karu, katim dan perawat pelaksana?
6) Bagaimana sistem pendelegasian tugas yang dilakukan di Ruang III / Melati
I?
7) Bagaimana cara karu atau katim dalam mendelegasikan tugasnya?
8) Jika karu/katim berhalangan, kepada siapa dilimpahkan wewenang dan
tanggung jawab untuk melaksanakan tugas keperawatan?
9) Siapa saja sasaran pelayanan kesehatan di Ruang III / Melati I?
10) Bagaimana pelaksanaan pendidikan kesehatan pada pasien di ruangan?
11) Bagaimana pengklasifikasian pasien yang akan ditempatkan di Ruang III /
Melati I?

c. Directing
1) Bagaimana gaya kepemimpinan Karu di Ruang III / Melati I?
2) Apakah gaya kepemimpinan tersebut telah dijalankan?
3) Masalah apa yang biasanya menjadi konflik di Ruang III / Melati I?
4) Bagaimana cara kepala ruangan menyelesaikan konflik yang ada di Ruang III
/ Melati I?
5) Menurut kepala ruangan apakah cara tersebut sudah efektif?
6) Kendala apa saja yang dihadapi kepala ruangan dalam menjalankan tugasnya?

d. Controlling
1) Bagaimana fungsi pengendalian mutu (GKM) di Ruang III / Melati I, apakah
berjalan atau tidak?
2) Kapan saja kepala ruangan melakukan supervisi?
3) Adakah monitoring dokumentasi askep pasien di Ruang III / Melati I?
4) Apakah dokter melakukan visite setiap hari?
Jika ya, berapa lama?
5) Adakah monitor terhadap harapan-harapan dan kepuasan pasien tentang
pelayanan Keperawatan di Ruang III / Melati I?
Jika ada, jelaskan! Kapan (frekwensinya) dan bagaimana
pelaksanaannya?Jika tidak ada, jelaskan kenapa!
6) Bagaimana kolaborasi dan koordinasi dengan tim kesehatan lain?
7) Adakah supervisi bidang keperawatan ke ruangan-ruangan?

3. MATERIAL
a. Planning
1) Bagaimana kelengkapan logistik di Ruang III / Melati I?
2) Berapa jumlah bed yang tersedia dalam ruangan, bagaimana cara
perawatan dan pangamprahannya ?
3) Berapa jumlah monitor, kondisinya dan bagaimana cara perawatan dalam
ruangan Ruang III / Melati I?
4) Berapa jumlah tabung oksigen/ regulator, kondisinya dan bagaimana cara
perawatan dalam ruangan Ruang III / Melati I?
5) Berapa jumlah alat EKG, kondisinya dan bagaimana cara perawatan
dalam ruangan Ruang III / Melati I?
6) Berapa jumlah ventilator yang ada, bagaimana cara perawatannya?
7) Berapa jumlah standard infus yang ada, berapa yang tidak dapat digunakan
dan bag cara perawatannya?
8) Barapa syringe pump/ infuse pump yang ada dalam ruangan, berapa yang
dapat digunakan dan bagaimana cara perawatannya?
9) Bagaimana cara penyimpanan obat-obatan, siapa yang bertanggung-jawab
dalam pengamprahan obat-obatan tersebut?
10) Berapa jumlah alat-alat medis seperti gunting, klem, pinset dll yang
tersedia dalam ruangan?
11) Bagaimana cara perawatan alat-alat medis seperti pinset, gunting ,klem dll,
pensterilan dan pengamprahannya serta penyimpanannya?
12) Berapa jumlah alat-alat tenun yang ada dalam ruangan seperti laken,
sarung bantal dll?
13) Bagaimana cara perawatan alat-alat tenun seperti bantal, laken, kasur, dll,
dan bagaimana cara pengamprahannya dan penyimpananya?
14) Apakah ada orang yang bertanggung – jawab dalam hal tersebut?
Lampiran 4

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN

Kami adalah mahasiswa Fakultas Keperawatan USU Medan yang sedang


praktek belajar lapangan komprehensif di Ruang III / Melati I RSUD DR.
Pirngadi Medan.

Adapun tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mengidentifikasi mengenai


kepuasan pasien terhadap pelayanan di Ruang III / Melati I RSUD DR. Pirngadi
Medan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kesediaan Bapak/Ibu untuk
berpartisipasi dalam kegiatan ini. Partisipasi dalam kegiatan ini bersifat sukarela,
dan berhak untuk menolak menjadi responden tanpa sanksi apapun. Kami akan
menjamin kerahasiaan identitas maupun pendapat yang Bapak/Ibu berikan, dan
informasi yang didapat hanya akan digunakan untuk kepentingan kegiatan
manajemen saja.

Jika saudara bersedia menjadi responden pada penelitian ini, dipersilakan untuk
menandatanganinya. Terima kasih atas partisipasinya.

Medan, Juni 2012


TIM MANAJEMEN RESPONDEN

( ) ( )
PETUNJUK
MOHON BERIKAN TANDA SILANG ( X ) PADA JAWABAN YANG
ANDA PILIH

Jenis Kelamin: Lama anda dirawat di Rumah Sakit


ini:
( ) Pria ( ) ≥ 3 hari
( ) Wanita

Pekerjaan Anda saat ini: Pendidikan akhir yang Anda miliki:


( ) Pelajar/Mahasiswa ( ) SD
( ) Pegawai Negeri ( ) SLTP
( ) Pegawai Swasta ( ) SLTA
( ) Buruh ( ) DIPLOMA
( ) Pedangang ( ) S- 1
( ) Tidak bekerja ( ) S- 2
( ) Lain-lain: sebutkan…….

Persepsi Pasien Tentang Kepuasan Pelayanan


Tuliskanlah tanda check list ( √ ) pada kolom yang tersedia untuk pilihan
jawaban yang benar menurut anda.
Keterangan:
SD = Selalu Dilakukan
SR = Sering Dilakukan
KK = Kadang-kadang
TD = Tidak Dilakukan

No. Pernyataan SD SR KK TD
1. Perawat memberi salam
2. Perawat memperkenalkan diri
3. Perawat menjelaskan peraturan Rumah
Sakit saat pertama kali anda masuk RS
4. Perawat menjelaskan tujuan perawatan
terhadap pasien
5. Kepala ruangan menunjukkan tanggung
jawab kepada pasien
6. Perawat memperhatikan keluhan pasien
7. Perawat menanggapi keluhan pasien
8. Perawat memberikan keterangan tentang
masalah yang dihadapi pasien
9. Perawat memberikan penjelasan sebelum
melakukan tindakan keperawatan
10. Perawat meminta persetujuan kepada
pasien atau keluarga sebelum melakukan
tindakan
11. Perawat menjelaskan prosedur tindakan
yang akan dilakukan sebelum melakukan
tindakan
12. Perawat menjelaskan resiko atau bahaya
suatu tindakan pada pasien sebelum
melakukan tindakan
13. Perawat selalu memantau atau
mengobservasi keadaan pasien secara
rutin
14. Perawat selalu menjaga kebersihan
ruangan
15. Perawat melakukan tindakan
keperawatan dengan terampil dan
percaya diri
16. Setelah melakukan tindakan
keperawatan, perawat selalu menilai
kembali keadaan anda
17. Penampilan dokter dan perawat rapi dan
bersih
18. Kecepatan perawat dalam menanggapi
panggilan pasien
19. Komunikasi tenaga medis dengan pasien
berjalan baik
20. Kesesuaian pemberian obat dengan
jadwalnya

Kesan dan Saran:

Terima kasih, semoga Bapak/Ibu lekas sembuh


Lampiran 5

INSTRUMEN PENELITIAN

Pengaruh Kepemimpinan Kepala Ruangan Terhadap Motivasi Kerja


Perawat Pelaksana di RSUD DR.Pirngadi Medan

Hari/ Tanggal : …………………..


Petunjuk pengisian :
a) Saudara diharapkan bersedia menjawab semua pernyataan yang tersedia
di lembar kuisioner. Jangan mengosongkan jawaban, jika tidak ada pilihan
jawaban yang sesuai, pilih salah satu jawaban yang paling mendekati.
b) Bacalah pernyataan-pernyataan berikut dengan baik. Dalam hal ini tidak
ada jawaban yang salah serta mempengaruhi apapun. Oleh karena itu, jangan
ragu-ragu dalam memilih jawaban dan jawablah dengan jujur karena jawaban
Anda sangat membantu hasil penelitian ini.
c) Tuliskan tanda centang/check list (√) pada kotak untuk pillihan jawaban
yang tepat menurut Saudara.

Data Demografi Responden

1. No Responden : .........................................................
2. Jenis Kelamin : laki – laki Perempuan
3. Status Pernikahan : Menikah Belum Menikah
4. Usia : .........................................................
5. Pendidikan terakhir : .........................................................
6. Lama kerja : .........................................................
7. Penghasilan Perbulan : .........................................................
KUISIONER KEPEMIMPINAN KEPALA RUANGAN

Berilah tanda centang/check list (√) di tempat yang telah disediakan pada
jawaban yang Saudara anggap paling tepat sesuai dengan kenyataan yang
Saudara hadapi. Isilah pernyataan dibawah ini dengan sejujur-jujurnya dan
mohon kerja-samanya dalam pengisian kuisioner di bawah ini, terima kasih.
Keterangan SL = Selalu dilakukan kepala ruangan
S = Sering dilakukan kepala ruangan
K = Kadang-kadang dilakukan kepala ruangan
TP = Tidak Pernah dilakukan kepala ruangan
No PERNYATAAN SL S K TP
1 Kepala ruangan memberikan instruksi kepada perawat
pelaksana dalam menyelesaikan suatu pekerjaan tanpa
terlebih dahulu berdiskusi dengan perawat.
2 Kepala ruangan mengikutsertakan seluruh perawat pelaksana
dalam menyusun rencana kegiatan asuhan keperawatan di
ruangan.
3 Kepala ruangan bertanggung-jawab atas hasil kerja perawat
pelaksana.
4 Kepala ruangan menerima masukan positif, saran dan ide-ide
dari perawat pelaksana dan mempertimbangkannya dalam
upaya meningkatkan pelayanan asuhan keperawatan menjadi
lebih baik.
5 Kepala ruangan mendelegasikan tugas kepemimpinan kepada
perawat pelaksana yang berkompeten.
6 Kepala ruangan sebagai tempat berkonsultasi dalam
menyelesaikan suatu masalah pekerjaan
7 Kepala ruangan mengajak perawat pelaksana untuk
berdiskusi dan meminta pendapat perawat pelaksana tentang
penerapan metode baru dalam pemberian asuhan
keperawatan.
8 Kepala ruangan memberikan dukungan pada perawat
pelaksana terhadap tindakan yang mereka lakukan
9 Kepala ruangan memberi pujian/penguatan pada perawat
pelaksana terhadap keberhasilan mereka.
10 Kepala ruangan memfasilitasi perawat pelaksana untuk
bekerjasama dengan dokter dan tim kesehatan lainnya dalam
pemberian layanan kesehatan di rumah sakit.
11 Kepala ruangan mencoba ide-ide barunya bersama perawat
pelaksana dalam rangka meningkatkan pelayanan asuhan
keperawatan
12 Kepala ruangan meluangkan waktu untuk mendengarkan
keluhan perawat pelaksana serta memberi masukan dan saran
kepada pelaksana dalam menyelesaikan masalah.
13 Kepala ruangan memperhatikan kebutuhan-kebutuhan yang
diperlukan perawat pelaksana sehingga perawat pelaksana
menjadi lebih semangat dalam bekerja.
14 Kepala ruangan melaksanakan pengawasan yang ketat
terhadap pekerjaan yang sedang perawat pelaksana
laksanakan.
15 Kepala ruangan menciptakan situasi yang kondusif dalam
berkomunikasi dengan perawat pelaksana dan suasana yang
bersahabat dalam bekerja.
16 Kepala ruangan mendiskusikan masalah yang ada di ruangan
bersama anggotanya.
17 Kepala ruangan secara terus-menerus menekankan
pentingnya batas waktu dalam menyelesaikan tugas kepada
perawat pelaksana.
18 Kepala ruangan mengumumkan perubahan peraturan tanpa
mendiskusikannya terlebih dahulu kepada perawat pelaksana
19 Kepala ruangan memotivasi perawat pelaksana untuk bekerja
sama sebagai tim
20 Kepala ruangan memberikan bimbingan, pelatihan, otoritas
dan memberikan kepercayaan kepada perawat pelaksana
dalam mengambil keputusan secara mandiri.
Lampiran 6

INSTRUMEN KEPUASAN PERAWAT


(a) Jawablah pertanyaan ini dengan memberikan check list (√) pada jawaban
yang telah disediakan.
(b) Keterangan : STP : Sangat Tidak Puas, TP : Tidak Puas, SP : Sangat Puas,
P: Puas
NO PERNYATAAN SP P TP STP
1. Jumlah gaji yang diterima
dibandingkan pekerjaan yang saudara
lakukan
2. Sistem gaji yang dilakukan institusi
tempat saudara bekerja
3. Jumlah gaji yang diterima
dibandingkan pendidikan saudara
4. Pemberian Insentif tambahan atas suatu
prestasi atau kerja ekstra
5. Tersedianya peralatan dan
perlengkapan yang mendukung
pekerjaan
6. Tersedianya fasilitas penunjang seperti
kamar mandi, tempat parkir dan kantin
7. Kondisi ruangan kerja terutama
berkaitan dengan ventilasi udara,
kebersihan dan ketenangan
8. Adanya jaminan atas
kesehatan/keselamatan kerja

9. Perhatian Institusi rumah sakit terhadap


saudara

10. Hubungan antar karyawan dalam


kelompok kerja

11. Kemampuan dalam bekerjasama antar


karyawan

12. Sikap teman-teman kerja terhadap


saudara

13. Kesesuaian antara pekerjaan dengan


latar belakang pendidikan saudara
14. Kemampuan dalam menggunakan
waktu bekerja dengan penugasan yang
diberikan
15. Kemampuan supervisor/pengawas
dalam membuat keputusan
16. Perlakuan atasan selama saya bekerja
di sini

17. Kebebasan melakukan suatu metode


sendiri dalam membuat keputusan
18. Kesempatan untuk meningkatkan
kemampuan kerja melalui pelatihan
atau pendidikan tambahan
19. Kesempatan untuk mendapat posisi
yang lebih tinggi
20. Kesempatan untuk membuat suatu
prestasi dan mendapatkan kenaikan
pangkat
Lampiran 7

PERSEPSI PASIEN TENTANG KEPUASAN PELAYANAN

Tuliskanlah tanda check list ( √ ) pada kolom yang tersedia untuk pilihan
jawaban yang benar menurut anda.
Keterangan:
SD = Selalu Dilakukan
SR = Sering Dilakukan
KK = Kadang-kadang
TD = Tidak Dilakukan

No. Pernyataan SD SR KK TD

1. Perawat memberi salam 25% - 41,6% 33,3%

2. Perawat memperkenalkan diri - - 16,7% 83,3%

3. Perawat menjelaskan peraturan Rumah Sakit 8,3% 8,3% 33,3% 50%


saat pertama kali anda masuk RS
4. Perawat menjelaskan tujuan perawatan terhadap 8,3% 25% 41,6% 25%
pasien
5. Kepala ruangan menunjukkan tanggung jawab 41,6% 8,3% 41,6% 8,3%
kepada pasien
6. Perawat memperhatikan keluhan pasien 33,3% 25% 41,6% -

7. Perawat menanggapi keluhan pasien 25% 41,6% 33,3% -

8. Perawat memberikan keterangan tentang 16,7% 66,7% 8,3% 8,3%


masalah yang dihadapi pasien
9. Perawat memberikan penjelasan sebelum 16,7% 41,6% 8,3% 33,3%
melakukan tindakan keperawatan
10. Perawat meminta persetujuan kepada pasien 66,7% 16,7% 16,7% -
atau keluarga sebelum melakukan tindakan
11. Perawat menjelaskan prosedur tindakan yang 50% 25% 8,3% 16,7%
akan dilakukan sebelum melakukan tindakan
12. Perawat menjelaskan resiko atau bahaya suatu 25% 16,7% 33,3% 25%
tindakan pada pasien sebelum melakukan
tindakan
13 Perawat selalu memantau atau mengobservasi 41,6% 25% 33,3% -
keadaan pasien secara rutin
14. Perawat selalu menjaga kebersihan ruangan 75% 8,3% 16,7% -

15. Perawat melakukan tindakan keperawatan 25% 33,3% 33,3% 8,7%


dengan terampil dan percaya diri
16. Setelah melakukan tindakan keperawatan, 41,6% 8,3% 41,6% 8,3%
perawat selalu menilai kembali keadaan anda
17. Penampilan dokter dan perawat rapi dan bersih 66,7% 25% 8,3% -

18. Kecepatan perawat dalam menanggapi 58,3% 25% 16,7% -


panggilan pasien
19. Komunikasi tenaga medis dengan pasien 33,3% 8,3% 33,3% 25%
berjalan baik
20. Kesesuaian pemberian obat dengan jadwalnya 66,7% 25% - 8,3%

Kesan dan Saran Keluarga Pasien:


1. Perawat harus lebih perhatian terhadap pasien.
2. Kami kurang puas dengan perawatan di rumah sakit ini.
3. Perawat terkadang terlalu cerewet.
4. Perawat harus lebih perhatian.
5. Jangan merepet kalau ditanya pasien!
6. Rata-rata perawat di sini judes.
7. Perawat tidak memperhatikan pasien terlebih pasien yang menggunakan
Jamkesmas.
8. Perawat harus lebih ramah dan menjelaskan prosedur tindakan kepada
pasien.
Terima kasih, semoga anak Bapak/Ibu lekas sembuh
Lampiran 8

KEPEMIMPINAN KEPALA RUANGAN

Berilah tanda centang/check list (√) di tempat yang telah disediakan pada
jawaban yang Saudara anggap paling tepat sesuai dengan kenyataan yang
Saudara hadapi. Isilah pernyataan dibawah ini dengan sejujur-jujurnya dan
mohon kerja-samanya dalam pengisian kuisioner di bawah ini, terima kasih.

Keterangan SL = Selalu dilakukan kepala ruangan


S = Sering dilakukan kepala ruangan
K = Kadang-kadang dilakukan kepala ruangan
TP = Tidak Pernah dilakukan kepala ruangan

No PERNYATAAN SL S K TP
1 Kepala ruangan memberikan instruksi kepada perawat 10% 10% 0% 80%
pelaksana dalam menyelesaikan suatu pekerjaan tanpa (2) (2) (0) (16)
terlebih dahulu berdiskusi dengan perawat.
2 Kepala ruangan mengikutsertakan seluruh perawat 60% 40% 0% 0%
pelaksana dalam menyusun rencana kegiatan asuhan (12) (8) (0) (0)
keperawatan di ruangan.
3 Kepala ruangan bertanggung-jawab atas hasil kerja 85% 15% 0% 0%
perawat pelaksana. (17) (3) (0) (0)
4 Kepala ruangan menerima masukan positif, saran dan 75% 25% 0% 0%
ide-ide dari perawat pelaksana dan (15) (5) (0) (0)
mempertimbangkannya dalam upaya meningkatkan
pelayanan asuhan keperawatan menjadi lebih baik.
5 Kepala ruangan mendelegasikan tugas kepemimpinan 85% 15% 0% 0%
kepada perawat pelaksana yang berkompeten. (17) (3) (0) (0)
6 Kepala ruangan sebagai tempat berkonsultasi dalam 75% 25% 0% 0%
menyelesaikan suatu masalah pekerjaan (15) (5) (0) (0)
7 Kepala ruangan mengajak perawat pelaksana untuk 40% 60% 0% 0%
berdiskusi dan meminta pendapat perawat pelaksana (8) (12) (0) (0)
tentang penerapan metode baru dalam pemberian
asuhan keperawatan.
8 Kepala ruangan memberikan dukungan pada perawat 45% 55% 0% 0%
pelaksana terhadap tindakan yang mereka lakukan (9) (11) (0) (0)
9 Kepala ruangan memberi pujian/penguatan pada 15% 80% 5% 0%
perawat pelaksana terhadap keberhasilan mereka. (3) (16) (1) (0)
10 Kepala ruangan memfasilitasi perawat pelaksana untuk 45% 35% 5% 15%
bekerjasama dengan dokter dan tim kesehatan lainnya (9) (7) (1) (3)
dalam pemberian layanan kesehatan di rumah sakit.
11 Kepala ruangan mencoba ide-ide barunya bersama 10% 75% 10% 5%
perawat pelaksana dalam rangka meningkatkan (2) (15) (2) (1)
pelayanan asuhan keperawatan
12 Kepala ruangan meluangkan waktu untuk 45% 50% 5% 0%
mendengarkan keluhan perawat pelaksana serta (9) (10) (1) (0)
memberi masukan dan saran kepada pelaksana dalam
menyelesaikan masalah.
13 Kepala ruangan memperhatikan kebutuhan-kebutuhan 45% 45% 0% 10%
yang diperlukan perawat pelaksana sehingga perawat (9) (9) (0) (2)
pelaksana menjadi lebih semangat dalam bekerja.
14 Kepala ruangan melaksanakan pengawasan yang ketat 40% 50% 5% 5%
terhadap pekerjaan yang sedang perawat pelaksana (8) (10) (1) (1)
laksanakan.
15 Kepala ruangan menciptakan situasi yang kondusif 45% 55% 0% 10%
dalam berkomunikasi dengan perawat pelaksana dan (9) (11) (0) (2)
suasana yang bersahabat dalam bekerja.
16 Kepala ruangan mendiskusikan masalah yang ada di 0% 0%
ruangan bersama anggotanya. 35% 65% (0) (0)

(7) (13)
17 Kepala ruangan secara terus-menerus menekankan 30% 60% 5% 5%
pentingnya batas waktu dalam menyelesaikan tugas (6) (12) (1) (1)
kepada perawat pelaksana.
18 Kepala ruangan mengumumkan perubahan peraturan 15% 15% 20% 50%
tanpa mendiskusikannya terlebih dahulu kepada (3) (3) (4) (10)
perawat pelaksana
19 Kepala ruangan memotivasi perawat pelaksana untuk 37% 65% 0% 0%
bekerja sama sebagai tim (7) (13) (0) (0)
20 Kepala ruangan memberikan bimbingan, pelatihan, 20% 70% 5% 5%
otoritas dan memberikan kepercayaan kepada perawat (4) (14) (1) (1)
pelaksana dalam mengambil keputusan secara mandiri.
Lampiran 9

INSTRUMEN KEPUASAN PERAWAT

Jawablah pertanyaan ini dengan memberikan check list (√) pada jawaban yang
telah disediakan.
Keterangan : STP : Sangat Tidak Puas, TP : Tidak Puas, SP : Sangat Puas, P:
Puas

NO PERNYATAAN SP P TP STP
1. Jumlah gaji yang diterima dibandingkan pekerjaan yang 0% 5% 75% 20%
saudara lakukan (0) (1) (15) (4)
2. Sistem gaji yang dilakukan institusi tempat saudara 0% 55% 45% 0%
bekerja (0) (11) (9) (0)

3. Jumlah gaji yang diterima dibandingkan pendidikan 0% 5% 90% 5%


saudara (0) (1) (18) (1)
4. Pemberian Insentif tambahan atas suatu prestasi atau 0% 0% 90% 10%
kerja ekstra (0) (0) (18) (2)
5. Tersedianya peralatan dan perlengkapan yang 0% 5% 55% 40%
mendukung pekerjaan (0) (1) (11) (8)
6. Tersedianya fasilitas penunjang seperti kamar mandi, 0% 5% 60% 35%
tempat parkir dan kantin (0) (1) (12) (7)
7. Kondisi ruangan kerja terutama berkaitan dengan 0% 25% 60% 15%
ventilasi udara, kebersihan dan ketenangan (0) (5) (12) (3)
8. Adanya jaminan atas kesehatan/keselamatan kerja 0% 25% 45% 30%
(0) (5) (9) (6)
9. Perhatian Institusi rumah sakit terhadap saudara 0% 10% 60% 30%
(0) (2) (12) (6)
10. Hubungan antar karyawan dalam kelompok kerja 20% 50% 30% 0%
(4) (10) (6) (0)
11. Kemampuan dalam bekerjasama antar karyawan 15% 60% 15% 10%
(3) (12) (3) (2)
12. Sikap teman-teman kerja terhadap saudara 15% 60% 15% 10%
(3) (12) (3) (2)
13. Kesesuaian antara pekerjaan dengan latar belakang 0% 65% 25% 0%
pendidikan saudara (0) (13) (5) (0)
14. Kemampuan dalam menggunakan waktu bekerja 5% 70% 25% 0%
dengan penugasan yang diberikan (1) (14) (5) (0)
15. Kemampuan supervisor/pengawas dalam membuat 5% 60% 20% 15%
keputusan (1) (12) (4) (3)
16. Perlakuan atasan selama saya bekerja di sini 0% (65%) 35% 0%
(0) (13) (7) (0)
17. Kebebasan melakukan suatu metode sendiri dalam 0% 15% 60% 25%
membuat keputusan (0) (3) (12) (5)
18. Kesempatan untuk meningkatkan kemampuan kerja 5% 30% 40% 25%
melalui pelatihan atau pendidikan tambahan (1) (6) (8) (5)
19. Kesempatan untuk mendapat posisi yang lebih tinggi 5% 40% 30% 25%
(1) (8) (6) (5)
20. Kesempatan untuk membuat suatu prestasi dan 10% 40% 25% 25%
mendapatkan kenaikan pangkat (2) (8) (5) (5)
Lampiran 10

KUMPULAN DIAGNOSA KEPERAWATAN


YANG SERING MUNCUL DAN
RENCANA KEPERAWATAN PADA
10 BESAR PENYAKIT ANAK
DI RUANG III / MELATI I
RSUD DR. PIRNGADI MEDAN

Bekerja sama dengan

2012
DISUSUN OLEH:
MAHASISWA PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS
FAKULTAS KEPERAWATAN USU 2012
BEKERJA SAMA DENGAN
PARA PERAWAT DI RUANG III / MELATI I
RSUD DR. PIRNGADI MEDAN
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas

terselesaikannya buku saku “Kumpulan Diagnosa Keperawatan Yang Sering

Muncul dan Rencana Keperawatan Pada 10 Besar Penyakit Anak Di Ruang III /

Melati I RSUD DR. Pirngadi Medan. Buku ini dibuat atas kerja sama antara para

perawat di Ruang Rawat Inap Anak Melati I / Ruang III dengan para mahasiswa

Program Pendidikan Profesi Ners Fakultas Keperawatan USU 2012.

Terimakasih kepada Ibu Nelly Bangun, S.Kep., Ns. selaku Kepala Ruangan

Melati I dan Ibu Tetty Berutu, S.Kep., Ns. selaku Clinical Instructure Ruangan

Melati I yang banyak memberikan bimbingan dan arahan. Terimakasih juga kami

ucapkan kepada kepada Ibu Nur Asnah Sitohang, S.Kep., Ns., M.Kep. dan Ibu

Farida Linda Sari Siregar, S.Kep., Ns., M.Kep. sebagai dosen pembimbing

Praktek Belajar Lapangan Komprehensif Departemen Keperawatan Anak Fakultas

Keperawatan USU yang telah banyak memberikan arahan dan bimbingan selama

pembuatan buku saku ini.

Akhir kata, semoga buku saku ini dapat bermanfaat menjadi panduan untuk

membantu para perawat di ruangan rawat inap anak Melati I / Ruang III RSUD

DR. PIRNGADI dalam mengelola asuhan keperawatan untuk pasien-pasien anak.

Medan, Juni 2012

Hormat kami,

Tim Penyusun
LEMBAR
PENGKAJIAN
CHECKLIST
Tanggal masuk : ___________________ No. MR : __________ Jam Pengkajian : ___ . ___
Diagnosa Medis : ___________________ Tanggal Pengkajian : ____-_______________- 20____
1. IDENTITAS
Nama : __________________________ , LK/PR_____ , Umur __________ Tahun/Bulan/Hari
Suku : Jawa Batak Aceh Nias
Agama : Kristen Protestan Katolik Islam Budha Hindu
Pendidikan : Belum sekolah TK SD Kelas_____ SMP Kelas_____ SMA Kelas_____
Status pasien : : Baru (Kunjungan pertama) Lama (>1 kunjungan)
Cara Bayar : Umum Askes Jamkesmas JKA JKD SKTM Medan Sehat
Alamat : ______________________________________________________________________________________
No Telp/Hp : ______________________/_______________________
2. RIWAYAT KESEHATAN
a. Keluhan utama : _____________________________________________________________________________________
_____________________________________________________________________________________
_____________________________________________________________________________________
_____________________________________________________________________________________
b. Riwayat kesehatan lalu dan riwayat kesehatan keluarga : __________________________________________________________
_________________________________________________________
_________________________________________________________
c. Genogram:
Keterangan:
: Laki-laki

: Perempuan

: Klien

: Meninggal
: Serumah

: Cerai

3. PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan umum : Compos Mentis Apatis Somnolens Stupor Koma
b. TTV : TD =______ mmHg HR = _______ x/i RR =_______x/i T = _______ oC
c. Kepala : Simetris Asimetris Nodul
d. Rambut : TAK Penyebaran tidak merata Lesi Rontok Tekstur kasar &kering
e. Mata : Simetris dan lengkap Ptosis Konjungtiva anemis
Ikterik Edema Lesi Kemerahan Pupil Isokor Pupil anisokor
Miosis Midriasis Strabismus Eksoptalmus Reflex Cahaya Reflex Kornea
f. Hidung : TAK Simetris Kemerahan Lesi polip Epistaksis Ekskresi
g. Telinga: Simestris Asimetris Nodul Kemerahan Serum Cairan Berbau
h. Mulut : TAK Asimetris Bibir Pucat Bibir Sianosis Kering Stomatitis
i. Gigi : TAK Kecoklatan/Kekuningan Berlubang Gigi palsu Karies Tambal
j. Lidah : TAK Mukosa Kering Kotor Lesi Gerakan tidak sejajar
k. Tenggorokan: TAK Hiperemi Tonsil Sakit Menelan
l. Leher : TAK Distensi Vena Jugularis Keterbatasan Gerak Massa/Nodul
Pembesaran Thyroid Pembesaran kel.limfe Kaku Kuduk Nyeri Tekan
m. Integumen : TAK Pucat Sianosis Kemerahan Rumpled Edema Bula
Lesi/dekubitus Fistula Hangat Dingin Lembab Kering
n. Payudara/ketiak: Ukuran dan bentuk payudara : __________________________________
Warna payudara dan areola : __________________________________
Kelainan payudara : __________________________________
o. Thorax/Paru : TAK Simetris Asimetris Pigeon chest Penggunaan otot bantu pernapasan
Retraksi iga Gurgling Snoring Wheezing Crackles Ronchi Nyeri dada
p. Jantung : TAK Cardiomegali Takikardi Bradikardi Palpitasi Aritmia
S1/ S2 normal Murmur Gallop

q. Abdomen : TAK Simetris Asimetris Ascites Massa/Tumor Distensi


Distensi vesika urina Pembesaran hati/limpa Nyeri tekan Kembung Bising usus

r. Genitalia : TAK Keputihan Orkitis Lesi Nodul Perdarahan Hipospadia


Hidrokel Prolapsus uteri
s. Anus/Perineum : TAK Lengkap Hemoroid Lesi Lainnya ___________
t. Muskuloskeletal/Ekstremitas : TAK Inkoordinasi Pembengkakan Massa Nyeri sendi Atrofi otot
Fraktur Dislokasi Tremor Akral dingin kejang Parese/plegi di_______
CRT (Capillary Refill Time) : <2detik >2detik Kekuatan Otot : ESD ESS
EID EIS
4. POLA KEBIASAAN PASIEN
a. Pemenuhan nutrisi : TAK Vomitus, frekwensi ___x/hari Anoreksi Sonde Feeding Nausea
Infuse, Jenis Cairan _________________, Jumlah tetesan ______gtts/i

b. Eliminasi : TAK Anuria Hematuria Disuria Oliguria Poliuri Kateter


Inkontinensia Konstipasi Diare, frekwensi ____x/hari Melena Ostomi
c. Istrahat/tidur : TAK Hiperinsomnia Insomnia
d. Aktivitas : TAK Minimal care Parsial care
5. PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN
Pertumbuhan: Lahir kehamilan : ____ bln/minggu, di ____________, ditolong __________, Anak ke __________
BB waktu lahir :_____ kg, TB_____ cm, BB/TB sekarang __________ kg/cm

Kelainan : _______________________________________________________
Anak mendapat : ASI, lamanya______bln/thn Susu Formula Makanan Tambahan
Imunisasi: Lengkap Tidak Lengkap Dasar, jenis ________ Ulang, jenis ________________
Perkembangan:
Usia 1-12 bulan : Umur membalikkan badan : ___bln, duduk ___bln, berdiri____bln/thn, berjalan___ bln/thn,
mengoceh___ bln/thn, berbicara___ bln/thn
Usia 1 – 5 tahun : Dapat menyusun balok Makan sendiri Mampu menyusun kalimat
Dapat melompat dengat 1 kaki Mulai mengontrol BAB dan BAK Bermain dengan anak lain
Naik turun tangga Berpakaian Menari Memprotes Banyak bertanya
Menggambar lingkaran
Usia 6 – 12 tahun :
Menghitung Memperhatikan dengan serius Membaca Menggambar
Berpikir kritis Menulis Mandiri Peningkatan BB dan TB yang signifikan
Usia 12 – 20 tahun : Pertumbuhan meningkat cepat Tampak karakteristik seks sekunder Matang secara fisik
Menggali kemampuan Mampu menyelesaikan masalah Mencari jati diri
6. DATA PSIKOLOGIS, SOSIOLOGIS DAN SPIRITUAL
Psikologis : TAK Takut Rendah diri Acuh tak acuh Gelisah Sedih Hiperaktif
Cemas dengan kondisi kesehatannya Lainnya _____________________
Sosiologi : Komunikatif Komunikasi tidak efektif Menarik diri Lainnya _______________
Spiritual : Mandiri Perlu dibantu dalam beribadah Lainnya ____________________
Kebutuhan pasien akan informasi: Pengetahuan tentang penyakitnya Perawatan di rumah tentang penyakitnya
7. DATA PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Laboratorium :
Rontgen :
EKG :
USG :
Scanning :
Terapi Medik : Medan, ..............................
Perawat yang mengkaji:

(Nama
Terang)__________________
NIP.
GLASGOW COMA SCALE
DERAJAT KEKUATAN OTOT

PENILAIAN SKALA NYERI (VISUAL ANALOGUE


SCORE)
SEPULUH BESAR PENYAKIT PADA ANAK

BESERTA DIAGNOSA KEPERAWATAN

YANG SERING MUNCUL

DI RUANG III / MELATI I

1. GASTROENTERITIS

Diagnosa keperawatan yang sering muncul:

 Kekurangan volume cairan

 Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

 Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit

2. DEMAM BERDARAH DENGUE/DBD (DENGUE

HEMORRAGIC FEVER /DHF)


Diagnosa keperawatan yang sering muncul:

 Hipertermia

 Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

 Ketidakefektifan pola napas

 Ketidakefektifan perfusi jaringan

 Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit

3. BRONCHOPNEUMONIA

Diagnosa keperawatan yang sering muncul:

 Bersihan jalan napas tidak efektif

 Ketidakefektifan pola napas

 Gangguan pertukaran gas

 Ketidakefektifan perfusi jaringan


4. KEJANG DEMAM KOMPLEKS/KDK (COMPLEX FEBRILE

SEIZURE)
Diagnosa keperawatan yang sering muncul:

 Hipertermi

 Resiko tinggi terhadap cidera

 Ketidakefektifan perfusi jaringan

5. HAEMOPHILIA

Diagnosa keperawatan yang sering muncul:

 Kekurangan volume cairan : darah

 Risiko infeksi

 Risiko perdarahan

 Keletihan

6. LEUKEMIA/THALASEMIA

Diagnosa keperawatan yang sering muncul:

 Ketidakefektifan perfusi jaringan

 Keletihan

 Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

 Intoleransi aktivitas

 Konstipasi

 Risiko perdarahan

 Risiko infeksi

7. NEFROTIC SYNDROME

Diagnosa keperawatan yang sering muncul:

 Kelebihan volume cairan


 Intoleransi aktivitas

 Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

 Kerusakan interitas kulit

8. MENINGITIS

Diagnosa keperawatan yang sering muncul:

 Hipertermia

 Ketidakefektifan perfusi jaringan

 Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

 Konstipasi

 Hambatan komunikasi verbal

 Hambatan mobilitas fisik di tempat tidur

 Defisit keperawatan diri : mandi, makan, toileting

 Risiko kerusakan integritas kulit

9. TETANUS

Diagnosa keperawatan yang sering muncul:

 Ketidakefektifan pola napas

 Infeksi

 Defisit keperawatan diri

10. GAGAL JANTUNG BAWAAN (CONGESTIVE HEART

FAILURE/CHF)
Diagnosa keperawatan yang sering muncul:

 Penurunan curah jantung

 Ketidakefektifan pola napas

 Ketidakefektifan perfusi jaringan


 Intoleransi aktivitas

 Gangguan pertukaran gas

 Kerusakan integritas kulit

 Kelebihan volume cairan

 Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

Diagnosa tambahan:

 Kurang pengetahuan

 Gangguan harga diri

 Ansietas

 Gangguan pola tidur

 Gangguan pertumbuhan dan perkembangan


DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. HIPERTERMIA

2. PERUBAHAN NUTRISI KURANG DARI KEBUTUHAN

TUBUH

3. KERUSAKAN INTEGRITAS KULIT

4. DEFISIT PERAWATAN DIRI

5. HAMBATAN MOBILITAS FISIK

6. HAMBATAN MOBILITAS DI ATAS TEMPAT TIDUR

7. INTOLERANSI AKTIVITAS

8. KEKURANGAN VOLUME CAIRAN

9. KELEBIHAN VOLUME CAIRAN

10. POLA NAPAS TIDAK EFEKTIF

11. GANGGUAN PERTUKARAN GAS

12. KETIDAKEFEKTIFAN PERFUSI JARINGAN

13. PENURUNAN CURAH JANTUNG

14. RISIKO KONSTIPASI

15. RISIKO INFEKSI

16. KURANG PENGETAHUAN

17. ANSIETAS

18. GANGGUAN HARGA DIRI

19. GANGGUAN POLA TIDUR

20. KELETIHAN

21. GANGGUAN PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN


RENCANA
KEPERAWATAN
1. HIPERTERMIA

Nama &
TGL Diagnosa Keperawatan Jam Intervensi Keperawatan
Paraf
Memantau tanda hipertermia (demam,
Hipertermia takipnea, aritmia, perubahan tekanan
darah, bercak pada kulit, kekakuan, dan
Berhubungan dengan berkeringat banyak)
Dehidrasi Memantau tekanan darah, nadi, dan
Penyakit atau trauma pernapasan
Ketidakmampuan atau Memantau hidrasi (turgor kulit,
menurunnya kemampuan kelembapan membran mukosa)
untuk berkeringat Memantau aktivitas kejang
Pakaian yang tidak layak Memantau warna kulit dan suhu tubuh
Kecepatan metabolisme pasien minimal setiap dua jam, sesuai
meningkat kebutuhan
Pengobatan/anesthesi Melepaskan pakaian yang berlebihan
dan menutupi pasien dengan kain tipis
Terpajan pada lingkungan
yang panas (jangka panjang) Mengompres pasien dengan
menggunakan waslap dingin dan
Aktivitas yang berlebihan
diletakkan pada aksila, dahi, leher, dan
Ditandai dengan lipatan paha
Data Subjektif
Menganjurkan untuk meningkatkan
Mual asupan cairan oral

Data Objektif Pendidikan Kesehatan


Kulit memerah Mengajarkan pasien/keluarga dalam
Suhu tubuh meningkat di mengukur suhu untuk mencegah dan
atas rentang normal mengenali secara dini hipertermia
Frekuensi napas meningkat Mengajarkan indikasi keletihan karena
Kejang/konvulsi panas dan tindakan kedaruratan yang
(Kulit) hangat bila disentuh diperlukan, sesuai dengan kebutuhan
Takikardia
Aktivitas Kolaborasi
Tujuan/Kriteria Hasil Memberikan obat antipiretik, sesuai
Suhu kulit dalam rentang dengan kebutuhan
yang diharapkan Paracetamol tablet
Suhu tubuh dalam batas Novalgin
normal (36,5ºC-37,5ºC) Farmadol
Nadi dan pernapasan dalam Lain-lain ___________
rentang yang diharapkan Menggunakan matras dingin dan mandi
Perubahan warna kulit tidak air hangat untuk mengatasi gangguan
ada suhu tubuh, sesuai dengan kebutuhan.
Keletihan dan mudah
tersinggung tidak tampak
Tidak terdapat kejang
Turgor kulit dan kelembapan
membran mukosa dalam
batas normal
2. PERUBAHAN NUTRISI KURANG DARI KEBUTUHAN
TUBUH

TG N
Diagnosa Keperawatan Jam Intervensi Keperawatan ama &
l Paraf
Memantau nilai laboratorium
2. Perubahan Nutrisi (khususnya transferin, albumin, dan
Kurang Dari Kebutuhan elektrolit)
Tubuh Mengetahui makanan kesukaan pasien
Menentukan kemampuan pasien untuk
Berhubungan dengan memenuhi kebutuhan nutrisi
Kesulitan mengunyah Memantau kandungan nutrisi dan kalori
Gangguan menelan pada catatan asupan
Ketidakmampuan Menimbang BB pasien setiap ______
untuk menyiapkan hari/minggu/bulan
makanan akibat defisit Menawarkan pada pasien makanan
pergerakan porsi besar di siang hari ketika nafsu
Keletihan makan tinggi
Gangguan psikologis Menciptakan lingkungan yang
menyenangkan untuk makan
Menghindari prosedur invasif sebelum
Ditandai dengan makan
Data Subjektif Membantu pasien untuk makan, sesuai
Kram abdomen kebutuhan
Nyeri abdomen Menganjurkan pasien untuk
dengan atau tanpa menggunakan gigi palsu atau perawatan
penyakit gigi sebelum makan
Merasakan Memberikan pasien minuman atau
ketidakmampuan camilan bergizi, tinggi protein, tinggi
untuk mengingesti kalori yang siap dikonsumsi, bila
makanan memungkinkan
Melaporkan
perubahan sensasi rasa Pendidikan Kesehatan
Melaporkan Memberikan informasi pada
kurangnya makanan pasien/keluarga tentang makanan yang
Merasa kenyang bergizi dan tidak mahal
segera setelah Memberikan informasi yang tepat pada
mengingesti makanan pasien/keluarga tentang kebutuhan
Indigesti nutrisi dan bagimana memenuhinya

Aktivitas Kolaboratif
Data Objektif Mendiskusikan bersama dokter
Tidak tertarik untuk kebutuhan stimulasi nafsu makan,
makan makanan pelengkap, pemberian
Kerapuhan kapiler makanan melalui selang, atau nutrisi
Diare dan/atau parenteral total agar asupan kalori yang
steatore adekuat dapat dipertahankan
Adanya bukti Mendiskusikan bersama dokter dalam
kekurangan makanan menentukan secara tepat jumlah kalori
Kehilangan rambut dan jenis zat gizi yang dibutuhkan untuk
yang berlebihan memenuhi kebutuhan nutrisi.
Bising usus yang
hiperaktif
Kurang informasi ** Kesulitan Mengunyah/Menelan
Kurangnya minat pada Menilai derajat kesulitan
makanan mengunyah/menelan
Miskonsepsi Memberikan lingkungan yang tenang
Konjungtiva dan selama makan
membrane mukosa Mempersiapkan alat suction di samping
pucat tempat tidur selama waktu makan, bila
Luka, rongga mulut diperlukan
inflamasi Menempatkan pasien pada posisi semi-
Kelemahan otot yang fowler atau fowler tinggi untuk
dibutuhkan untuk memudahkan menelan; pertahankan
menelan dan posisi ini selama 30 menit setelah
mengunyah makan untuk mencegah aspirasi
Menempatkan makanan pada bagian
Tujuan/Kriteria Hasil mulut yang tidak luka untuk
memudahkan menelan
Mempertahankan berat
badan___ kg dan Menganjurkan pasien untuk
pertambahan___ kg menggunakan gigi palsu atau perawatan
pada tanggal_____ gigi sebelum makan.
Menoleransi terhadap
diet dianjurkan
Aktivitas Kolaboratif
Mempertahankan massa
Mengkonsultasikan dengan ahli terapi
tubuh dan berat badan
dalam batas normal
Nilai laboratorium ** Mual/Muntah
(misalnya transferin, Mencatat warna, jumlah, dan frekuensi
albumin, dan elektrolit) muntah
dalam batas normal Meminimalkan faktor-faktor yang dapat
Melaporkan menimbulkan mual dan muntah
keadekuatan tingkat Menawarkan kain basah/dingin untuk
energi diletakkan di atas dahi atau di belakang
leher
Menawarkan hygiene mulut sebelum
makan

Pendidikan Kesehatan
Menghimbau pasien agar menarik napas
dalam, perlahan, dan menelan secara
sadar untuk mengurangi mual/muntah

Aktivitas Kolaboratif
Memberikan obat antiemetik dan
analgesik sebelum makan atau sesuai
dengan jadwal yang dianjurkan
Ranitidin
Lain-lain ____________
** Kehilangan Nafsu Makan
Meminimalkan atau menghilangkan
faktor-faktor yang dapat berpengaruh
terhadap hilangnya nafsu makan pasien
Memberikan umpan balik positif pada
pasien yang menunjukkan peningkatan
nafsu makan
Memberikan makanan yang sesuai
dengan pribadi pasien, budaya, dan
agama
Menganjurkan pasien untuk memakan
makanan seperti buah-buahan segar atau
jus buah, bila memungkinkan
Memberikan makanan bergizi, tinggi
kalori dan tinggi protein yang
bervariasi.

** Gangguan Makan
Mengobservasi perilaku pasien yang
berhubungan dengan penurunan berat
badan
Menciptakan hubungan saling percaya
dan mendukung pasien
Mengkomunikasikan harapan terhadap
asupan makanan/cairan dan jumlah
aktivitas
Membatasi makan pasien menurut
jadwal makan dan kudapan
Memberikan motivasi pada pasien
untuk pencapaian berat badan dan
perilaku makan yang tepat
Mendiskusikan keuntungan dari
perilaku makan yang sehat dan
konsekuensi dari ketidakpatuhan
terhadap diet yang telah ditentukan.

Aktivitas Kolaboratif
Mengkonsultasikan dengan ahli gizi
tentang penentukan asupan kalori harian
yang dibutuhkan untuk mencapai berat
badan yang diinginkan
Melaporkan kepada dokter jika pasien
menolak untuk makan
Bekerja sama dengan dokter, ahli gizi,
dan pasien untuk merencanakan tujuan
asupan dan berat badan
3. KERUSAKAN INTEGRITAS KULIT

Nama &
TGL Diagnosa Keperawatan Jam Intervensi Keperawatan
Paraf
Melakukan perawatan luka
Kerusakan integritas kulit Mengajarkan perawatan luka insisi
pembedahan, termasuk tanda dan
Berhubungan dengan gejala infeksi, cara untuk
Faktor eksternal mempertahankan luka insisi tetap
Zat kimia kering ketika mandi dan mengurangi
Kelembapan stres luka insisi
Hipotermi Memberikan informasi kepada
Hipertermi keluarga tentang tanda kerusakan
Imobilisasi fisik kulit
Radiasi Mengajarkan pasien tentang
prosedur perawatan luka
Mengkonsultasikan pada dokter
Faktor internal tentang intervensi tentang pemberian
Perubahan sirkulasi makanan dan nutrisi secara enteral
Perubahan Turgor kulit dan palenteral
Perubahan Status cairan Merujuk ke perawat terapi
Perubahan Status enterostoma untuk mendapatkan
metabolic bantuan dalam pengkajian,
Perubahan Status nutrisi penentuan tingkatan, dan
Perubahan Sensasi dokumentasi perawatan luka
Deficit kekebalan tubuh Melakukan perawatan luka atau kulit
secara rutin yang dapat dilakukan
Ditandai dengan meliputi :
Data Objektif Mengatur posisi pasien secara sering
Gangguan pada Mempertahankan jaringan sekitar
permukaan kulit terbebas dari drainase dan
Kerusakan pada lapisan kelembaban yang berlebihan
kulit Melindungi pasien dari kontaminasi
Invasi dari struktur tubuh fekal atau urin
Melindungi pasien dari luka lain
Tujuan/Kriteria Hasil Membersikan dan membalut insisi
dengan prinsip steril
Menunjukkan tanda
penyembuhan luka dan
pertumbuhan jaringan kulit
yang baru, meliputi :
kulit tampak lembab,
membran mukosa
tampak merah
jaringan di sekitar luka
tampak kering dan tidak
nekrotik.
4. DEFISIT PERAWATAN DIRI

Nama
TGL Diagnosa Keperawatan Jam Intervensi Keperawatan &
Paraf
Menunjukkan penggunaan alat bantu
Defisit Perawatan Diri : dan aktivitas yang adaptif
Makan Mengajarkan pasien menggunakan
metode alternative untuk makan/minum.
Berhubungan Dengan Merujuk pasien dan keluarga ke layanan
kerusakan muscular sosial untuk perawatan di rumah
gangguan Menggunakan terapi fisik dan okupasi
musculoskeletal sebagai sumber dalam perencanaan
nyeri aktivitas perawatan pasien.
gangguan kognitif Menganjurkan menghindari
atau persepsi menggunakan peralatan makan yang
kelemahan atau tajam
kelelahan Menganjurkan makan di lingkungan
ansietas berat yang sepi untuk mengurangi distraksi
Menyediakan makanan dalam porsi
Ditandai Dengan kecil
data objektif Memberikan dukungan kemandirian
ketidakmampuan untuk : dalam makan dan minum, bantu pasien
menyuapkan jika perlu
makanan dari piring Melibatkan keluarga dalam perawatan
ke mulut diri saat makan
menguyah makanan
Meletakkan
makanan ke piring
Memegang alat
makan
Mengingesti
makanan secara
aman
Menelan makanan

Tujuan/Kriteria Hasil
Klien mampu
memenuhi
kebutuhan dasar
sesuai batas
kemampuan
Klien menunjukkan
peningkatan dalam
melakukan
perawatan diri
(makan) sesuai batas
kemampuan
Nama
TGL Diagnosa Keperawatan Jam Intervensi Keperawatan &
Paraf
Mengajarkan pasien/keluarga
Defisit Perawatan Diri : penggunaan metode alternatif
Mandi untuk mandi dan hygiene mulut
Menawarkan pengobatan nyeri
Berhubungan dengan sebelum mandi
Kerusakan Merujuk pasien dan keluarga ke
neuromuscular layanan social untuk perawatan
Kelemahan atau di rumah
kelelahan Menggunakan ahli fisioterapi
Ansietas hebat dan terapi kerja sebagai sumber-
Gangguan persepsi atau sumber dalam merencanakan
kognitif aktivitas perawatan pasien
Nyeri Memandirian pasien dalam
melakukan mandi dan hygiene
mulut, bantu pasien hanya jika
Ditandai dengan diperlukan
Data objektif Melibatkan keluarga dalam
Ketidakmampuan dalam penentuan rencana
melakukan :
Mengeringkan badan
Mengambil perlengkapan
mandi
Masuk dan keluar kamar
mandi
Menyediakan air mandi
Membersihkan anggota
tubuh

Tujuan/Kriteria Hasil
Klien mampu memnuhi
kebutuhan dasar sesuai
batas kemampuan
Klien menunjukkan
peningkatan dalam
melakukan perawatan diri
(mandi) sesuai batas
kemampuan
Klien mampu
mempertahankan
personal hygine
Nama
TGL Diagnosa Keperawatan Jam Intervensi Keperawatan
& Paraf
Mengajarkan pasien/keluarga
Defisit Perawatan Diri : Toileting tentang teknik pemindahan
dan ambulasi untuk rutinitas
Berhubungan dengan toileting
Penurunan atau kurang motivasi Menentukan tingkat
Hambatan lingkungan fungsional dan membantu
Kerusakan status mobilitas pasien untuk toileting atau
Hambatan kemampuan untuk memberikan perawatan dasar
berpindah pada pasien
Kerusakan musculoskeletal Memberikan waktu yang
Kerusakan neuromuscular cukup bagi toileting untuk
Nyeri menghindari keletihan
Kerusakan persepsi atau frustasi
kognitif Menghindari penggunaan
Ansietas berat kateter menetap
Kelemahan atau kelelahan

Ditandai dengan
Data objektif
Ketidakmampuan dalam
melakukan :
Kegiatan eliminasi atau ke
kamar kecil
Duduk atau bangun dari toilet
atau kamar kecil
Melepas atau mengenakan
pakaian
Membersihkan diri sehabis
eliminasi
Menyiram toilet atau commode

Tujuan/Kriteria Hasil
Kebutuhan dasar klien terpenuhi
sesuai batas kemampuan
Klien menunjukkan
peningkatan dalam melakukan
perawatan diri sesuai batas
kemampuan
Klien mampu mempertahankan
personal hygine
5. HAMBATAN MOBILITAS FISIK

Nama
TGL Diagnosa Keperawatan Jam Intervensi Keperawatan &
Paraf
Menganjurkan memantau pasien
Hambatan Mobilitas tentang penggunaan alat bantu
Fisik mobilitas (misalnya tongkat, walker,
kruk, atau kursi roda)
Berhubungan Dengan Mengjarkan dan membantu pasien
Kerusakan dalam proses perpindahan (misalnya
Neuromuskular: dari tempat tidur ke kursi)
Paralisis Merujuk ke ahli terapi fisik untuk
Kelemahan program latihan
Parestesia Memberikan penguatan positif
Kerusakan Saraf selama aktivitas
Motorik Atas Membantu pasien untuk
Gangguan Persepsi menggunakan alas kaki anti selip
Gangguan Kognitif yang mendukung untu berjalan
Paralisis Lemah Mengajarkan pasien bagaimana
Paralisis Spastik memposisikan tubuh yang benar saat
melakukan aktivitas
Penurunan kekuatan
Mengajarkan dan mendukung pasien
dan ketahanan
dalam latihan ROM aktif/pasif untuk
Nyeri
mempertahankan atau meningkatkan
Penanganan medis
kekuatan dan ketahanan otot
yang di anjurkan
Mengajarkan teknik ambulasi dan
Kekakuan otot
perpindahan yang aman
Tremor
Menganjurkan klien untuk
memerhatikan postur tubuh yang
benar
Ditandai Dengan
Memberikan penguatan positif
Data Objektif
selama aktivitas
Penurunan Waktu
Mengawasi seluruh kegiatan
Reaksi
mobilitas dan bantu pasien, jika
Kesulitan Bergerak
diperlukan
Perubahan Cara
Menggunakan sabuk penyokong saat
Berjalan
memberikan bantuan ambulasi atau
Keterbatasan
perpindahan (jira diperlukan).
Kemampuan Untuk
Menyusun suatu rencana spesifik
Melakukan
seperti: tipe alat bantu;
Keterampilan Motorik
menempatkan pasien di tempat
Halus
tidur/kursi; cara-cara
Keterbatasan
memindahkan/mengubah posisi
Kemampuan
pasien; jumlah personil yang
Melakukan
dibutuhkan untuk memobilisasi
Keterampilan Motorik
pasien; peralatan eliminasi yang
Kasar
diperlukan (misal: pispot, urinal);
Keterbatasan Rentang jadwal aktivitas
Gerak (ROM)
Meletakkan matras/tempat tidur
Tremor Yang terapeutik dengan benar
Dinduksi Oleh
Pergerakan Mengatur posisi pasien dengan
Ketidakstabilan Posisi postur tubuh yan benar
Tubuh Saat Mengubah posisi pasien yang
Melakukan Rutinitas imobilisasi minimal setiap dua jam
Aktivitas Kehidupan Mendukung latihan ROM aktif
Sehari-Hari
Melambatnya Aktivitas Kolaborasi
Pergerakan Memberikan analgesic sebelum
Pergerakan Tak memulai aktivitas
Terkoordinasi Atau
Menyentak

Tujuan/Kriteria Hasil
Klien dapat
melakukan
mobilisasi
dengan posisi
tubuh yang benar
dan seimbang
Klien dapat
melakukan mobilisasi
dengan menggunakan
alat Bantu
Melakukan
pergerakan sendi yang
bermanfaat.
6. HAMBATAN MOBILITAS DI ATAS TEMPAT TIDUR

Nama
TGL Diagnosa Keperawatan Jam Intervensi Keperawatan &
Paraf
Memantau tingkat mobilitas
Hambatan Mobilitas Di Tempat pasien secara terus-menerus
Tidur Mengukur kekuatan otot dan
mobilitas sendi (rentang
Berhubungan dengan pergerakan)
Kerusakan Neuromuskular Melatih rentang pergerakan
Paralisis aktif/pasif untuk
Kelemahan memperbaiki kekuatan dan
Parestesia daya tahan otot
Kerusakan Saraf Motorik Atas Melatih teknik membalik
Gangguan Persepsi dan memperbaiki kesejajaran
Gangguan Kognitif tubuh
Paralisis Lemah Menyediakan alat bantu
Paralisis Spastik Memberikan manajemen
nyeri seperti tarik napas
dalam, relaksasi, dan
Ditandai dengan distraksi.
Data Objektif
Kemampuan gangguan yang
dilakukan sebagai berikut: Aktivitas Kolaboratif
Bergerak dari telentang ke Bekerjasama dengan ahli
duduk selonjor atau dari duduk terapi fisik/okupasi sebagai
selonjor ke telentang sumber dalam rencana
Bergerak dari telentang ke perkembangan untuk
tiarap atau dari tiarap ke mempertahankan/menigkatk
telentang an mobilitas di tempat tidur
Bergerak dari telentang ke
duduk atau duduk ke telentang
Berbalik dari sisi ke sisi
Bergerak cepat atau reposisi diri
di tempat tidur

Tujuan/Kriteria Hasil
Ansietas berkurang
Klien dapat mengontrol
kecemasan
Klien dapat menahan diri dari
perilaku yang mencederai diri
sendiri
Klien dapat berinteraksi dengan
baik
7. INTOLERANSI AKTIVITAS

Nama
TG Diagnosa
Jam Intervensi Keperawatan &
L Keperawatan
Paraf
Melakukan penilaian terhadap motivasi dan
Intoleransi Aktivitas keinginan pasien untuk meningkatkan aktivitas
Menentukan penyebab keletihan
Berhubungan dengan: (misalnya, karena perawatan, nyeri dan
Tirah pengobatan)
baring/immobilitas Memantau respon kardiorespiratori terhadap
Nyeri kronis aktivitas (misalnya, takikardia. Disritmia,
Kelemahan umum dispnea, diaforesis, pucat, tekanan
Ketidakseimbangan hemodinamik, dan frekuensi respirasi)
antara suplai dan Memantau respon oksigen pasien (misalnya
kebutuhan oksigen nadi, irama jantung, frekuensi respirasi)
Gaya hidup monoton terhadap aktivitas perawatan diri
Memantau asupan nutrisi untuk memastikan
Batasan karakteristik keadekuatan sumber-sumber energi
Subjektif Memantau/mendokumentasikan pola istirahat
Ketidaknyamanan pasien dan lamanya waktu tidur
atau dispnea yang Instruksikan kepada pasien dan keluarga dalam
membutuhkan menggunakan peralatan, seperti oksigen, selama
pengerahan tenaga aktivitas
Melaporkan Mengajarkan kepada pasien dan orang yang
keletihan atau penting bagi pasien tentang teknik perawatan
kelemahan secara diri yang akan meminimalkan konsumsi oksigen
verbal Mengajarkan klien tentang pengaturan aktivitas
dan teknik manajemen waktu untuk mencegah
kelelahan
Objektif
Menhindari menjadwalkan aktivitas perawatan
Denyut jantung atau
selama periode istirahat
tekanan darah tidak
Membantu pasien untuk mengubah posisi secara
normal sebagai
berkala
resspos terhadap
aktivitas Merencanakan aktivitas dengan pasien/keluarga
yang meningkatkan kemandirian dan daya
Perubahan EKG
tahan
selama aktivitas
Aktivitas kolaboratif
yang menunjukkan
aritmia atau iskemia Memberikan pengobatan nyeri sebelum
aktivitas
Tujuan/Kriteria Hasil Melakukan kolaborasikan dengan ahli terapi
Klien mampu okupasi, fisik dan/atau rekreasi untuk
melakukan aktivitas merencanakan dan memantau program aktivitas,
sesuai kemampuan sesuai kebutuhan
Klien mampu Merujuk pada pelayanan kesehatan rumah untuk
menunjukkan mendapatkan pelayanan tentang bantuan
penghematan energi perawatan rumah, sesuai kebutuhan
Merujuk pada ahli gizi untuk merencanakan
makanan untuk meningkatkan asupan tinggi
energi.
8. KEKURANGAN VOLUME CAIRAN

Nama
TGL Diagnosa Keperawatan Jam Intervensi Keperawatan
& Paraf
Memantau cairan input/output pasien
Kekurangan Volume Menghitung keseimbangan cairan
Cairan klien
Memonitor warna, jumlah dan
Berhubungan dengan:
Kehilangan volume frekuensi kehilangan cairan
cairan aktif Mengobservasi kondisi pasien
Konsumsi alkohol terhadap kehilangan cairan yang
yang berlebihan secara tinggi elektrolit (Mis, diare, drainase
terus menerus luka)
Kegagalan mekanisme Memonitor perdarahan yang terjadi
pengaturan pada klien, bila ada
(seperti dalam Memonitor status hidrasi (kelembaban
diabetes insipidus, membran mukosa, keadekuatan nadi,
hiperaldosteronisme)
tekanan darah ortostatik
Pemasukan cairan
yang tidak adekuat Memonitor hasil laboratorium yang
sekunder relevan dengan keseimbangan cairan
terhadap___________ (misalnya: hematokrit, BUN, albumin,
protein total, osmolalitas serum, dan
Subyektif kadar gravitasi spesifik dari urin)
Haus Menimbang berat badan dan monitor
kemajuannya
Obyektif Mengitung atau timbang pembalut
Perubahan dalam Mempertahankan keakuratan catatan
status mental
pemasukan dan pengeluaran
Penurunan tekanan
darah Membersihkan mulut secara teratur
Penurunan Memposisikan dalam trendelenburg
volume/tekanan nadi atau tinggikan kaki pasien bila,
Penurunan turgor hipotensi, jika tidak kontraindikasi.
kulit/lidah Meningkatkan pemasukan oral
Penurunan keluaran
urin Pendidikan untuk pasien/keluarga:
Penurunan pengisian Mengajarkan pasien untuk
vena menginformasikan perawat bila haus
Kulit/membran
mukosa kering Aktifitas kolaboratif
Hematokrit meningkat
Melaporkan dan catat pengeluaran
Suhu tubuh meningkat
kurang dari……….ml.
Frekuensi nadi
meningkat Melaporkan dan catat pengeluaran
Konsentrasi urin lebih dari…………ml.
meningkat Melaporkan abnormalitas elektrolit,
Kehilangan berat bila terjadi
badan yang tiba-tiba Mengatur ketersediaan produk darah
(kecuali dalam lapisan untuk transfusi, bila perlu.
ketiga) Memberikan ketentuan penggantian
Lemah nasogastrik berdasarkan keluaran,
sesuai kebutuhan.
Tujuan/Kriteria Hasil Memberikan terapi IV, sesuai anjuran
Terdapatnya
keseimbangan
elektrolit dan asam
basa
Vital sign klien dalam
batas normal
Turgor kulit < 2 detik
Hasil pemeriksaan
laboratorium klien
dalam batas normal
Kulit dan membran
mukosa lembab
9. KELEBIHAN VOLUME CAIRAN

Nama
TGL Diagnosa Keperawatan Jam Intervensi Keperawatan &
Paraf
Memantau cairan input/output pasien
Kelebihan Volume Menghitung keseimbangan cairan
Cairan klien
Berhubungan dengan:
Memonitor warna, jumlah dan
Kegagalan frekuensi kehilangan cairan
mekanisme Mengobservasi edema ekstremitas
pengaturan atau bagian tubuh terhadap gangguan
Peningkatan asupan sirkulasi dan integritas kulit
cairan (misalnya Memonitor status hidrasi (kelembaban
akibat hiperglikemia, membran mukosa, keadekuatan nadi,
pengobatan, tekanan darah ortostatik)
dorongan minum air Memonitor hasil laboratorium yang
tinggi, dan aktivitas
relevan dengan keseimbangan cairan
lainnya)
(misalnya: hematokrit, BUN, albumin,
Disfungsi ginjal
protein total, osmolalitas serum, dan
Gagal jantung
kadar gravitasi spesifik dari urin)
Retensi natrium
Ketidakcukupan Menimbang berat badan dan monitor
protein kemajuannya
Immobilitas Mempertahankan keakuratan catatan
pemasukan dan pengeluaran
Memantau indikasi kelebihan/retensi
Subyektif cairan
Ansietas
Mengubah posisi klien
Dispnea atau
setiap___menit/jam
bernapas dangkal

Obyektif Pendidikan untuk pasien/keluarga:


Perubahan dalam Menganjurkan pasien untuk puasa,
status mental sesuai kebutuhan
Perubahan tekanan Mengajarkan pasien dan keluarga
darah untuk memperhatikan penyebab
Bunyi napas edema dan mengatasi edema,
abnormal (ronki) pembatasan diet, dan penggunaan
Perubahan elektrolit dosis, efek samping pengobatan yang
Ansietas dianjurkan
Perubahan pola
respirasi Aktifitas kolaboratif
Penurunan Hb dan
Melaporkan dan catat pengeluaran
Ht
kurang dari……….ml.
Edema
Peningkatan vena Melaporkan dan catat pengeluaran
sentral lebih dari…………ml.
Asupan cairan > Melaporkan abnormalitas elektrolit,
haluaran bila terjadi
Distensi vena Melakukan dialisis, jika diindikasikan
jugularis Berikan diuretik, sesuai kebutuhan
Oliguria
Ortopnea
Efusi pleura
Kongesti paru
Gelisah
Pertambahan BB
dalam waktu singkat

Tujuan/Kriteria Hasil
Terdapatnya
keseimbangan
elektrolit dan asam
basa
Vital sign klien
dalam batas normal
Turgor kulit < 2
detik
Hasil pemeriksaan
laboratorium klien
dalam batas normal
Kulit dan membran
mukosa lembab
10. POLA NAPAS TIDAK EFEKTIF

Nama
TGL Diagnosa Keperawatan Jam Intervensi Keperawatan &
Paraf
Memantau adanya pucat dan sianosis
Pola Nafas Tidak Efektif Memantau efek obat pada status
respirasi
Berhubungan dengan: Menentukan lokasi dan krepitasi tulang
Ansietas dada
Posisi Tubuh Memantau kecepatan, irama,
Deformitas tulang kedalaman, dan usaha respirasi
Deformitas dinding Memperhatikan pergerakan dada,
dada kesimetrisan, penggunaan otot-otot
Penurunan bantu, serta retraksi otot supraklavikula
energi/kelelahan dan interkostal
Hiperventilasi Memantau pola pernapasan : bradipnea,
Sindrom takipnea, hiperventilasi, pernapasan
hipoventilasi Kussmaul, pernapasan Cheyne-Stokes,
Disfungsi apnea
neuromuskular Memperhatikan lokasi trakea
Nyeri Memantau peningkatan kegelisahan,
Kelelahan otot-otot ansietas, dan tersengal-sengal
respirasi Mencatat perubahan pada SaO2,
Cedera tulang SvO2,CO2 akhir tidal, dan nulai gas
belakang darah arteri (GDA), dengan tepat
Menghubungkan dan
Batasan karakteristik mendokumentasikan semua data
Subjektif pengkajian (misalnya, sensori, bunyi
Dispnea napas, pola pernapasan, nilai GDA,
Napas pendek sputum, dan efek obat pada pasien)
Menganjurkan napas dalam melalui
abdomen selama periode distress
Objektif pernapasan
Perubahan gerakan Melakukan suction sesuai dengan
dada kebutuhan untuk membersihkan sekresi
Penurunan tekanan pada pasien
inspirasi/ekspirasi Menganjurkan pasien untuk berpindah,
Penurunan kapasitas batuk dan latihan napas dalam setiap
vital hari
Napas cuping hidung Menginformasikan kepada pasien
Penggunaan otot- sebelum memulai prosedur yang
otot bantu dimaksudkan, untuk menurunkan
pernapasan ansietas dan meningkatkan perasaan
kontrol
Tujuan/Kriteria Hasil Mempertahankan oksigen aliran rendah
Klien mudah dengan nasal kanul, masker, dan
bernafas dan tidak sungkup
ada penggunaan otot Memposisikan pasien semi fowler
bantu pernapasan
Frekuensi dan irama
pernapasan klien Aktivitas Kolaboratif
dalam batas normal Melaporkan perubahan sensori, bunyi
Tidak ada terdengar napas, pola pernapasan, nilai GDA,
bunyi napas sputum, dll sesuai dengan kebutuhan
tambahan atau protokol
Memberikan obat bronkodilator sesuai
dengan program atau protokol
Memberikan tindakan nebulizer
ultrasonik dan udara pelembab atau
oksigen sesuai dengan program atau
protokol institusi
Memberikan obat nyeri untuk
pengoptimalan pola pernapasan

Pendidikan Kesehatan
Menginformasikan kepada pasien dan
kelurga tentang teknik relaksasi untuk
meningkatkan pola pernapasan
Mendiskusikan perencanaan untuk
perawatan di rumah
Mengajarkan cara batuk secara efektif
Menginformasikan kepada pasien dan
keluarga untuk tidak merokok di dalam
ruangan
Menganjurkan pasien/keluarga untuk
memberitahu perawat pada saat terjadi
ketidakefektifan pola pernapasan
11. GANGGUAN PERTUKARAN GAS

Nama
Diagnosa
TGL Jam Intervensi Keperawatan &
Keperawatan
Paraf
Mengobservasi bunyi paru ; frekuensi
Gangguan napas, kedalaman, usaha pernapasan, dan
Pertukaran Gas produksi sputum
Memantau hasil gas darah
Berhubungan Memantau kadar elektrolit
dengan: Memantau status mental misalnya tingkat
Perubahan kesadaran, gelisah, dan konfusi
membran kapiler- Mengobservasi sianosis
alveolar Memantau status pernapasan dan
Ketidakseimbanga oksigenasi
n perfusi-ventilasi Menjelaskan kepada pasien sebelum
memulai pelaksanaan prosedur
Batasan
karakteristik
Subjektif Aktivitas Kolaboratif
Dispnea Melakukan konsultasi dengan dokter
Sakit kepal pada tentang kebutuhan akan pemeriksaan gas
saat bangun darah arteri (GDA) dan penggunaan alat
Gangguan bantu yang dianjurkan sesuai dengan
penglihatan adanya perubahan kondisi pasien
Melaporkan perubahan sehubungan dengan
pengkajian data (misalnya, sensorium
Objektif pasien, bunyi napas, pola napas, analisis
AGDA tidak gas darah arteri, sputum, efek dari
normal pengobatan)
PH arteri tidak Memberikan obat yang diresepkan
normal (misalnya, natrium bikarbonat untuk
Frekuensi, irama, mempertahankan keseimbangan asam-
dan kedalaman basa)
napas tidak normal Memberikan bronkodilator, aerosol, dan
Warna kulit tidak nebulasi ultrasonik sesuai dengan
normal (pucat dan keperluan pasien
kehitaman)
Konfusi
Sianosis Pendidikan Kesehatan
Diaforesis Menjelaskan penggunaan alat bantu yang
Hiperkapnia diperlukan (oksigen, spirometer)
Hiperkarbia Mengajarkan kepada pasien teknik
Hipoksia bernapas dan relaksasi
Hipoksemia Menjelaskan kepada pasien dan keluarga
Iritabilitas alasan pemberian oksigen dan tindakan
Cuping hidung lainnya
mengembang Menginformasikan kepada pasien dan
Gelisah keluarga bahwa merokok itu dilarang
Somnolen Mengajarkan kepada pasien dan keluarga
Takikardia tentang perencanaan perawatan di rumah,
misalnya pengobatan, aktivitas, alat-alat
bantu, tanda dan gejala yang perlu
dilaporkan, dan sumber-sumber di
Tujuan/Kriteria komunitas
Hasil
Fungsi paru pasien
dalam batas normal
Status neurologis
pasien dalam
rentang yang
diharapkan
Tidak dijumpai
adanya dispnea
pada saat istirahat
dan beraktivitas
Tidak dijumpai
adanya gelisah,
sianosis, dan
keletihan
Nilai AGDA dalam
batas normal
12. KETIDAKEFEKTIFAN PERFUSI JARINGAN

Nama
TGL Diagnosa Keperawatan Jam Intervensi Keperawatan &
Paraf
Mengukur tanda vital : suhu badan,
Ketidakefektifan Perfusi tekanan darah, nadi, respirasi
Jaringan: Serebral Mengobservasi status cairan termasuk
asupan dan haluaran
Berhubungan dengan: Mengobservasi hasil laboratorium
Gangguan pertukaran AGDA : PO2, PCO2, dan kadar
Hipervolemik bicarbonat, PaCO2. SaO2 dan kadar
Hipoventilasi hemoglobin untuk menentukan
Gangguan aliran arteri penerimaan oksigen ke jaringan
Gangguan aliran vena Mengobservasi ukuran, bentuk,
Penurunan mekanisme kesimetrisan, dan reaksivitas pupil,
dari aliran darah arteri Memantau refleks korneal, batuk dan
dan vena muntah
Ketidaksesuian antara
ventilasi dan aliran darah Aktivitas Kolaboratif
Penurunan konsentrasi Memberikan obat yang menyebabkan
hemoglobin dalam darah hipertensi untuk mempertahankan
tekanan perfusi serebral
Memberikan obat-obatan untuk
Batasan karakteristik meningkatkan volume intravaskuler
Subjektif Memberikan obat diuretik dan osmotik,
Mengungkapkan nyeri Meninggikan bagian kepala tempat tidur
dada secra verbal 0 sampai 45 derajat, bergantung pada
Mengungkapkan dispnea kondisi klien dan permintaan medis
secara verbal

Pendidikan Kesehatan
Objektif Menjelaskan semua prosedur dan sensasi
Tidak terjadi perubahan yang diharapkan dari klien
reaksi pupil Menjelaskan kebutuhan akan restriksi
Kesulitan menelan cairan
Perubahan respon
motorik
Perubahan status mental
Kelemahan ektermitas
atau kelumpuhan

Tujuan/Kriteria Hasil
TD sistolik dan diastolik
dalam batas rentang yang
diharapkan
Tidak ada bising
pembuluh darah besar
Nama
TGL Diagnosa Keperawatan Jam Intervensi Keperawatan &
Paraf
Mengukur tanda vital : suhu
Ketidakefektifan Perfusi Jaringan: badan, tekanan darah, nadi,
Kardopulmoner respirasi
Mengobservasi status cairan
Berhubungan dengan: termasuk asupan dan haluaran
Gangguan pertukaran Mengobservasi hasil
Hipervolemik laboratorium AGDA : PO2,
Hipoventilasi PCO2, dan kadar bicarbonat,
Gangguan aliran arteri PaCO2. SaO2 dan kadar
Gangguan aliran vena hemoglobin untuk menentukan
Penurunan mekanisme dari aliran penerimaan oksigen ke jaringan
darah arteri dan vena Mengobservasi adanya
Ketidaksesuian antara ventilasi perubahan segmen ST pada
dan aliran darah EKG
Penurunan konsentrasi Timbang BB pasien setiap hari
hemoglobin dalam darah Evaluasi edema dan nadi perifer
Keracunan enzim Memeantau adanya peningkatan
kegelisahan, ansietas, dan
keletihan
Batasan karakteristik
Subjektif Aktivitas Kolaboratif
Nyeri dada Memberikan obat berdasarkan
Dispnea permintaan dan protokol medis
(misalnya, analgesic, anti
koagulan, diuretic, vasodilator
Objektif dan diuretic)
AGDA abnormal
Perubahan frekuensi pernapasan
Aritmia Pendidikan Kesehatan
Bronkospasme Menjelaskan semua prosedur
Pengisian kapiler > 3 detik dan sensasi yang diharapkan
Retraksi dada dari klien
Pengembangan cuping hidung Menjelaskan pembatasan
Penggunaan otot bantu asupan kafein, natrium,
pernapasan kolesterol, dan lemak.
Jelaskan alasan untuk makan
porsi sedikit tapi sering
Tujuan/Kriteria Hasil
TD sistolik dan diastolik dalam
batas rentang yang diharapkan
Tidak ada edema perifer dan
asites
Bunyi jantung normal
Tidak ada angina
Tidak ada bunyi napas tambahan
AGDA dalam batas normal
13. PENURUNAN CURAH JANTUNG

Nama
TGL Diagnosa Keperawatan Jam Intervensi Keperawatan &
Paraf
Mengkaji dan mendokumentasikan
Penurunan Curah Jantung tekanan darah, adanya sianosis, status
pernapasan, dan status mental.
Berhubungan dengan: Memantau tanda kelebihan cairan
Psikologis (misalnya, edema pada tubuh bagian
Anomali Jantung bawah/yang tergantung, peningkatan
Toksisitas obat berat badan).
Disfungsi konduksi listrik Mengkaji toleransi aktivitas pasien
Hipovolemia dengan memperhatikan awal napas
Peningkatan beban kerja pendek, nyeri, palpitasi, atau pusing.
ventrikular Mengevaluasi respons pasien terhadap
Iskemia ventrikular terapi oksigen.
Kerusakan ventrikular Regulasi Hermodinamik (NIC):
Restriksi ventrikular Memantau fungsi pacemaker, jika
Diet dibutuhkan;
Memantau asupan/haluaran, haluaran
Batasan karakteristik: urine, dan berat badan pasien, dengan
Subjektif
tepat;
Nyeri dada
Memantau resistensi sistematik dan
Dispnea
Kelelahan vascular paru, dengan tepat;
Dispnea nocturnal Auskultasi bunyi paru untuk
paroksismal mengetahui adanya ronki basah kasar
Napas pendek atau bunyi tambahan lainnya;
Vertigo Memantau dan mendokumentasikan
Kelemahan denyut jantung, irama dan nadi.
Objektif
Foto sinar X dada tidak Pendidikan Kesehatan
normal (kongesti vascular Menjelaskan tujuan pemberian oksigen
paru) per nasal kanula atau masker.
Enzim jantung tidak Menginstruksikan tentang
normal mempertahankan keakuratan asupan dan
Perubahan status mental haluaran.
Aritmia Mengajarkan penggunaan, dosis,
Dingin, kulit pucat frekuensi dan efek samping pengobatan.
Batuk Mengajarkan untuk melaporkan dan
Penurunan curah hujan menggambarkan awitan palpitasi dan
dengan metode nyeri, durasi, faktor yang menyebabkan,
termodelusi daerah, kualitas,, dan intensitas.
Penurunan nadi perifer Menginstruksikan pasien/keluarga dalam
Perubahan EKG perencanaan untuk perawatan di rumah,
Edema meliputi pembatasan diet, dan
Fraksi ejeksi <40 persen penggunaan alat terapeutik.
Peningkatan tekanan Memberikan informasi untuk teknik
penurunan stres, seperti biofeedback,
arteri paru relaksasi otot progresif, meditasi, dan
Peningkatan denyut latihan.
jantung
Peningkatan kecepatan
napas Aktivitas Kolaborasi
Distensi vena jugularis Memindahkan posisi pasien setiap dua
Oksigen vema bercampur jam atau pertahankan aktivitas yang
(SaO2) dibutuhkan/sesuai untuk menurunkan
Oliguria stasis sirkulasi perifer.
Ortopnea
Ronki basah
Kegelisahan
S3 atau S4 (bunyi
jantung)
Perubahan warna kulit
Penggunaan otot-otot
bantu
Hasil pembacaan tekanan
darah berbeda-beda
Peningkatan berat badan
Mengi

Tujuan/kriteria hasil:
Pasien mampu
menunjukkan
peningkatan toleransi
terhadap aktivitas fisik
Haluaran urine, berat
jenis urine, BUN dan
kreatinin plasma dalam
batas normal
Warna kulit normal
14. RISIKO KONSTIPASI

Nama
TGL Diagnosa Keperawatan Jam Intervensi Keperawatan &
Paraf
Pendidikan untuk pasien/keluarga
Risiko Konstipasi Menginformasikan kepada pasien
tentang kemungkinan konstipasi
Faktor Risiko: yang dirangsang oleh pengobatan
Fungsi Menjelaskan efek cairan dan serat
Kelemahan otot abdomen dalam mencegah konstipasi
Pengingkaran Menjelaskan kepada pasien tentang
kebiasaan/mengabaikan konsekuensi penggunaan laksatif
keinginan untuk defekasi jangka panjang
Ketidakadekuatan defekasi Menganjurkan aktivitas optimal
Aktivitas fisik tidak cukup untuk merangsang eliminasi defekasi
Kebisaan defekasi tidak Memberikan privasi dan keamanan
teratur untuk pasien selama eliminasi
Perubahan lingkungan baru defekasi
terjadi Memberikan cairan sesuai dengan
kebutuhan pasien.

Psikologis Aktivitas Kolaboratif


Depresi Merujuk kepada ahli gizi sesuai
Stres emosi dengan kebutuhan untuk
Konfusi mental meningkatkan serat dan cairan dalam
diet
Tujuan/Kriteria Hasil
Klien mengetahui tentang
program defekasi yang
dibutuhkan untuk mengatasi
efek samping pengobatan.
Klien dapat menggambarkan
kebutuhan diet yang
dibutuhkan untuk
mempertahankan pola
defekasi yang biasanya
Klien mengeluarkan feses
dengan konsistensi dan
frekuensi sesuai dengan
kebiasaan klien
Klien melaporkan keluarnya
feses dengan pengurangan
nyeri dan mengejan
15. RISIKO INFEKSI

Nama
TGL Diagnosa Keperawatan Jam Intervensi Keperawatan &
Paraf
Membantu pasien/keluarga untuk
Risiko Infeksi mengidentifikasi faktor
lingkungan mereka, gaya hidup,
Faktor Risiko dan praktik kesehatan yang
Penyakit kronis meningkatkan risiko infeksi
Imunosupresi Melindungi pasien terhadap
Imunitas yang tidak adekuat kontaminasi silang dengan tidak
Pertahanan tubuh yang tidak menugaskan perawat yang sama
adekuat (kulit terluka, trauma untuk setiap pasien infeksi dan
jaringan, penurunan kerja memisahkan pasien infeksi dalam
silia, cairan tubuh statis, kamar yang berbeda.
perubahan pH pada sekresi, Membersihkan lingkungan
dan peristaltis yang berubah) dengan benar setelah
Pertahanan lapis kedua yang dipergunakan pasien
tidak memadai (hemoglobin Mempertahankan teknik isolasi,
turun, leukopenia, dan respon bila diperlukan
inflamasi tersupresi) Menerapkan kewaspadaan
Pengetahuan yang kurang universal
untuk menghindari pajanan Membatasi jumlah pengunjung
patogen bila diperlukan
Prosedur invasif
Malnutrisi Pendidikan Kesehatan
Agens farmasi Menjelaskan kepada
Ruptur membran amniotik pasien/keluarga mengapa sakit
Kerusakan jaringan dan dan pengobatan meningkatkan
peningkatan pajanan terhadap risiko terhadap infeksi
lingkungan Menganjurkan klien/keluarga
Trauma untuk menjaga hygine pribadi
untuk melindungi tubuh terhadap
Tujuan/Kriteria Hasil infeksi
Status imun klien dalam batas Mengajarkan metode aman
normal penanganan makan/ penyiapan/
Klien dan keluarga paham penyimpanan
megenai pencegahan dan Mengajarkan pasien teknik
pengendalian infeksi mencuci tangan yang benar
Klien dan keluarga paham Mengajarkan kepada pengunjung
mengenai tanda-tanda infeksi untuk mencuci tangan sewaktu
Klien dan keluarga melakukan masuk dan meninggalkan
tindakan pengendalian infeksi ruangan pasien
Klien dan keluarga Mengajarkan kepada pasien dan
melaporkan pada tim medis keluarga tanda/gejala infeksi dan
apabila dijumpai tanda-tanda kapan harus melapor ke pusat
infeksi kesehatan
Pengendalian infeksi : berikan
terapi antibiotik bila diperlukan
16. KURANG PENGETAHUAN

Nama
TGL Diagnosa Keperawatan Jam Intervensi Keperawatan &
Paraf
Mengobservasi keakuratan umpan balik
KurangPengetahuan untuk memastikan bahwa pasien
memahami penanganan yang dianjurkan
Berhubungan dengan: dan informasi yang relevan lainnya
Pembatasan secara Menentukan kebutuhan pengajaran pasien
kognitif Melakukan penilaian tingkat pengetahuan
Salah dalam pasien dan pahami isinya (misalnya,
memahami informasi pengetahuan atau prosedur/penanganan
yang ada yang dianjurkan)
Kurangnya
kemampuan
mengingat kembali Aktivitas Kolaboratif
Kurangnya Memberikan informasi dari sumber-sumber
pemahaman terhadap komunitas yang dapat menolong pasien
sumber-sumber dalam mempertahankan program
informasi penanganannya
Merencanakan penyesuaian dalam
penanganan bersama pasien dan dokter
Batasan karakteristik untuk memfasilitasi kemampuan pasien
Subjektif mengikuti penanganan yang dianjurkan
Mengungkapkan
masalahnya secara
verbal Pendidikan Kesehatan
Memberikan pengajaran sesuai denagn
tingkat pemahaman pasien, mengulangi
Objektif informasi bila diperlukan
Tidak mengikuti Menyediakan waktu bagi pasien untuk
instruksi yang menanyakan beberapa pertanyaan dan
diberikan secara mendiskusikan permasalahannya
akurat Mendokumentasikan isi pembicaraan pada
Tidak tepat atau catatan medis, bahan tertulis yang
berlebihannya diberikan, dan pemahaman pasien tentang
perilaku (sebagai informasi atau perilaku pasien yang
contoh, histeris, menunjukkan belajar
bermusuhan , agitasi,
dan apatis)

Tujuan/Kriteria Hasil
Klien mengetahui
tentang penyakit
yang dialaminya
17. ANSIETAS

Nama
TGL Diagnosa Keperawatan Jam Intervensi Keperawatan &
Paraf
Mendokumentasikan tingkat
Ansietas kecemasan pasien
Menyelidiki dengan pasien tentang
Berhubungan dengan : teknik yang telah dimiliki dan belum
Terpajan toksin dimiliki untuk mengurangi ansietas
Hereditas di masa lalu
Kontaminasi Memberi dorongan kepada pasien
Maturasi untuk mengungkapkan pikiran dan
Stres perasaan untuk
Penyalahgunaan obat mengeksternalisasikan ansietas
Ancaman kematian Membantu pasien memfokuskan
Perubahan pada status pada situasi saat ini
ekonomi, fungsi peran, Menyeediakan pengalihan melalui
lingkungan, kesehatan, pola televisi, radio, permainan, terapi
interaksi, konsep diri okupasi
Kebutuhan yang tidak Meyakinkan pasien dengan
terpenuhi menyentuh, saling memberi empatik,
dorong pasien untuk
Afektif mengekspresikan kemarahannya,
Menderita menangis
Cemas Memberikan lingkungan yang tenang
Ketakutan Menggunakan pendekatan yang
Distres tenang dan meyakinkan
Perasaan tidak adekuat Mendampingi pasien dan membantu
Iritabilitas untuk mengidentifikasi situasi yang
Marah mencetuskan kecemasan
Memeri dorongan kepada keluarga
Menyesal
untuk menemani.pasien
Khawatir
Pendidikan kesehatan
Memberikan informasi tentang
Perilaku
diagnosa dan perawatan,
Keterbatasan produktivitas
instruksikan tentang teknik relaksasi,
Mengekspresikan keluhan
jelaskan semua prosedur
karena perubahan kehidupan
Gelisah Aktivitas Kolaborasi
Gerakan berlebihan Memberikan pengobatan untuk
(misalnya gerakan kaki, mengurangi ansietas, sesuai dengan
lengan) kebutuhan
Insomnia
Kontak mata buruk
Menyelidik dan tidak
perhatian

Tujuan/Kriteria Hasil
Ansietas berkurang
Klien dapat mengontrol
kecemasan
Klien dapat menahan diri
dari perilaku yang
mencederai diri sendiri
Klien dapat berinteraksi
dengan baik
18. GANGGUAN HARGA DIRI

Nama
TGL Diagnosa Keperawatan Jam Intervensi Keperawatan &
Paraf
Meningkatkan harga diri klien,
Gangguan harga diri seperti pernyataan klien tentang
harga dirinya
Berhubungan dengan: Menentukan rasa percaya diri
Asumsi terhadap peran baru klien
Penyakit kronis Mempertahankan hubungan
Krisis situasi pribadi yang dekat
Ganggauan psikologis Memberikan motivasi untuk
melakukan hal-hal yang baru
Membantu klien untuk
Batasan karakteristik mengidentifikasi respn yang
Subjektif positif terhadap orang lain
Mengungkapkan rasa malu/ Menghindari tindakan yang
bersalah dapat mematahkan semangat
Mengungkapkan kejelekan diri klien
sendiri Memberikan penghargaan dan
pujian terhadap perkembangan
klien dalam pencapaian tujuan
Objektif
Menyangkal permasalahan yang Aktivitas Kolaboratif
nyata terhadap orang lain. Menemukan bantuan dari
Menolak umpan balik positif, sumber-sumber rumah sakit
melebih-lebihkan umpan balik (pekerja sosial, perawat
negatif tentang diri. spesialis klinis, dan pelayanan
Mengevaluasi diri seakan tidak keagamaan)
mampu menghadapi
permasalahan.
Membesar-besarkan Pendidikan Kesehatan
permasalahan Memberikan informasi tentang
Ragu-ragu mencoba hal/situasi pentingnya konseling dan
baru ketersediaan sumber-sumber
Hipersentsivitas terhadap dikomunitas
kritikan/ hinaan oarng lain Mengajarkan ketrampilan untuk
Mengalihkan tanggung jawab/ bersikap positif melalui bermain
kesalahan terhadap peran, model peran, dan diskusi
permasalahan Mengajarkan orangtua dan
kleuarga pentingnya
Tujuan/Kriteria Hasil ketertarikan dan dukungan
Klien mengungkapkan terhadap perkembangan konsep
penerimaan diri diri yang positif pada klien.
Pemenuhan peran yang
signifikan
Penerimaan kritikan dari orang
lain
Keinginan untuk melawan
orang lain
19. GANGGUAN POLA TIDUR

Nama
Diagnosa
TGL Jam Intervensi Keperawatan &
Keperawatan
Paraf
Memantau pola tidur pasien dan mencatat
Gangguan Pola Tidur hubungan faktor-faktor fisik (apnea saat
tidur , sumbatan jalan napas,
Berhubungan dengan: nyeri/ketidaknyamanan, dan sering
Psikologis berkemih atau faktor-faktor psikologis
Proses penuaan (ketakutan) yang dapat mengganggu pola
Ansietas tidur pasien.
Agens biokimia Mengidentifikasi faktor-faktor yang
Suhu tubuh menyebabkan klien kurang tidur/ tidak
Irama sirkadian bisa tidur (ketakutan, masalah yang tidak
asinkron terselesaikan, dan konflik).
Pajanan Memberikan rasa nyaman pada klien
gelap/cahaya siang untuk tidur (menghindari suara keras dan
hari penggunaan lampu saat malam, berikan
Sindrom lingkungan yang tenang, damai, dan
perlambatan atau meminimalkan laporan).
kemajuan fase tidur Memfasilitasi klien untuk
Depresi mempertahankan rutinitas waktu tidur
Diet pasien, pertanda/keperluan sebelum tidur,
Keletihan dan benda-benda yang familiar, jika
Ketakutan diperlukan.
Menganjurkan pasien untuk menghindari
Perubahan jadwal
makanan dan minuman pada jam tidur
tidur/bangun yang
yang dapat mengganggu tidur.
sering
Membantu pasien untuk membatasi tidur
Ketidakadekuatan
di siang hari dengan menyediakan
hygiene tidur
aktivitas yang meningkatkan kondisi
Kehilangan
terjaga, jika diperlukan
pasangan tidur,
Memberikan pijatan yang nyaman,
perubahan tidur
pengaturan posisi, dan sentuhan afektif.
Kondisi terjaga
Mengatur jadwal tidur siang, jika
yang maladaptif
diperlukan untuk memenuhi kebutuhan
Perubahan
tidur
hormonal secara
Mengelompokkan aktivitas perawatan
periodic yang
untuk meminimalkan tindakan yang dapat
berhubungan
membangunkan; berikan siklus tidur
dengan gender
minimal 90 menit
Pikiran sebelum
tidur
Pendidikan Kesehatan
Perpisahan dari
Menjelaskan pentingnya tidur yang
orang yang berarti
adekuat selama sakit, dan stres
psikososial
Tujuan/Kriteria Hasil
Berdiskusi pasien dan orang lain yang
Jumlah jam tidur
penting tentang faktor-faktor yang dapat
klien tidak
berpengaruh pada gangguan pola tidur.
terganggu (sesuai
kebutuhan)
Tidak ada masalah Aktivitas Kolaborasi
dengan pola, Berdiskusi dengan dokter tentang
kualitas, dan perlunya meninjau kembali program
rutinitas tidur atau pengobatan jika berpengaruh pada pola
istirahat tidur
Perasaan segar
setelah bangun
tidur atau istirahat
Tidur siang yang
sesuai usia
Terjaga dengan
waktu yang sesuai
20. KELETIHAN

Diagnosa Nama &


TGL Jam Intervensi Keperawatan
Keperawatan Paraf
Menentukan efek dari keletihan pada
Keletihan kualitas hidup.
Pengelolaan energi (NIC):
Berhubungan dengan: Memantau respons kardiorespirasi
Psikologis terhadap aktivitas (misalnya,
Ansietas
takikardia, disritmia lain, dispnea,
Gaya hidup yang
diaphoresis, pucat, tekanan
membosankan
Depresi hemodinamik, dan frekuensi napas);
Stres Memantau/mencatat pola tidur pasien
dan jumlah jam tidurnya;
Lingkungan Memantau lokasi dan sifat
Kelembaban ketidaknyamanan atau nyeri selama
Cahaya bergerak/beraktivitas;
Kebisingan
Menentukan persepsi pasien/orang
Suhu
yang tidak berarti tentang penyebab
Situasi keletihan;
Peristiwa hidup Memantau pemberian dan efek
yang negatif stimulasi dan depresan.
Pekerjaan

Fisiologi Pendidikan Kesehatan


Anemia Menjelaskan hubungan antara keletihan
Keadaan penyakit dan proses/kondisi penyakit.
Penggunaan fisik
yang meningkat Aktivitas Kolaborasi
Malnutrisi Mendukung pasien/keluarga untuk
Kondisi fisik yang mengungkapkan perasaan, sehubungan
buruk dengan perubahan hidup yang disebabkan
Kehamilan oleh keletihan.
Deprivasi tidur Berdiskusi dengan pasien/keluarga cara
memodifikasi lingkungan rumah untuk
Batasan mempertahankan aktivitas biasanya dan
karakteristik: mengurangi keletihan.
Subjektif
Penurunan
konsentrasi
Penurunan libido
Mengantuk
Letih
Meningkatkan
keluhan fisik

Objektif
Menurunkan
kinerja
Meningkatkan
kebutuhan istirahat
Lesu atau tidak
bergairah.

Tujuan/kriteria
hasil:
Dapat beradaptasi
dengan aktivitas
Pasien dapat
menyeimbangan
aktivitas dan
istirahat
Nutrisi pasien
adekuat
21. GANGGUAN PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN

Nama
Diagnosa
TGL Jam Intervensi Keperawatan &
Keperawatan
Paraf
Mengkaji penerimaan perawatan, sumber-
Gangguan sumber, system pendukung, keterampilan
pertumbuhan dan koping, dan tingkat komitmen untuk
perkembangan membuat rencana perawatan
Identifikasi masalah fisik yang potensial
Berhubungan dengan: dan berhubungan dan buat rencana untuk
Efek kecaacatan fisik pencegahannya
Defisiensi Memantau interaksi dan komunikasi
lingkungan dan orangtua-anak
stimulasi Magkaji keadekuatan nutrisi
Ketidakadekuatan Memantau kecenderungan peningkatan
menerima asuhan atau penurunan berat badan
Ketidakkonsistenan Memantau tingkat tanggung jawab yang
ketanggapan diterima pasien
Ketidakacuhan Membantu pasien dalam mencapai
Ketergantungan obat tingkat pertumbuhan dan perkembangan
Terpisah dari orang selanjutnya melalui penyelesaian tugas
yang berarti tertentu pada tingkat pertumbuhannya.
Kekerasan Menciptakan lingkungan yang dapat
Perubahan dalam mendukung aktivitas kehidupan sehari-
sistem keluarga hari dengan kemandirian penuh
Distress janin Membina hubungan terapeutik dan saling
Rawat gabung percaya
inadekuat Memberikan aktivitas yang dapat
Perawatan prenatal meningkatkan interaksi di antara anak-
inadekuat anak
Ibu berpenyakit Memberi dukungan untuk
akut/kronis mengekspresikan diri melalui pujian atau
Penyakit neonatal umpan balik positif atas usaha-usahanya
Kemiskinan
Prematuritas Pendidikan untu pasien/keluarga
Trauma perpisahan Mengajarkan tentang tahapan
Gaya hidup ibu yang perkembangan normal dan perilaku yang
tidak sehat selama berhubungan
kehamilan Mendemonstrasikan aktivitas yang
meningkatkan perkembangan
Batasan karakteristik:
Objektif Aktivitas kolaboratif
Perubahan Bertindak sebagai manajer kasus untuk
pertumbuhan fisik menjamin perawatan yang menyeluruh
Penurunan respons dengan mengkoordinasikan pengobatan,
nutrisi, sekolah, rehabilitasi, dan layanan
Keterlambatan atau
sosial
kesulitan dalam
menguasai suatu Rujuk pengasuh ke kelompok pendukung,
keterampilan khusus sesuai kebutuhan
dari seusianya
Afek datar
Ketidakmampuan
untuk melakukan
perawatan diri atau
aktivitas control diri
yang layak bagi
usianya
Tidak bergairah

Tujuan/kriteria hasil:
Anak akan mencapai
norma pertumbuhan
yang diharapkan
Anak akan mencapai
tahapan penting
perubahan fisik,
kognitif, dan
kemajuan psikososial
sesuai usianya, tanpa
keterlambatan
Kematangan fisik
akan berkembang
secara normal
Lampiran 11

SATUAN ACARA PENYULUHAN


“DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD)
/DENGUE HEMORRHAGIC FEVER (DHF)

Disusun Oleh:
Waslifour Glorya Daeli
071101026

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS TAHAP PROFESI


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN, 2012
I. Latar Belakang
Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh
virus dengue sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk kedalam tubuh
penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegypty. Dengue haemorhagic fever
(DHF) adalah penyakit yang terdapat pada anak dan orang dewasa dengan gejala
utama demam, nyeri otot dan nyeri sendi yang disertai ruam atau tanpa ruam.
DHF sejenis virus yang tergolong arbo virus dan masuk kedalam tubuh penderita
melalui gigitan nyamuk aedes aegypty (betina). Dapat disimpulkan bahwa dengue
haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue
sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk kedalam tubuh penderita
melalui gigitan nyamuk aedes aegypty yang terdapat pada anak dan orang dewasa
dengan gejala utama demam, nyeri otot dan nyeri sendi yang disertai ruam atau
tanpa ruam.
Jumlah kasus demam berdarah di Indonesia tercatat masih tinggi, bahkan
paling tinggi dibanding negara lain di ASEAN. Hampir setiap tahun terjadi KLB
(Kejadian Luar Biasa) di beberapa daerah yang biasanya terjadi pada musim
penghujan, namun sejak awal tahun 2011 ini sampai bulan Agustus 2011 tercatat
jumlah kasus relatif menurun sebagaimana tampak pada grafik di bawah. DBD
pertama kali dilaporkan pada tahun 1968 di Jakarta dan Surabaya, dengan 48
penderita dan angka kematian (CFR) sebesar 41,3%. Dewasa ini DBD telah
tersebar di seluruh provinsi di Indonesia.

II. Satuan Acara Penyuluhan


a. Pokok Bahasan : Demam Berdarah Dengue
b. Sub Pokok Bahasan:
- Pengertian DBD - Pemeriksaan penunjang
- Etiologi DBD DBD
- Manifestasi klinis DBD - Pencegahan DBD
- Faktor resiko DBD - Penatalaksanaan DBD
- Klasifikasi DBD - Prognosis DBD
- Patofisiologi DBD - Komplikasi DBD
c. Tujuan
- Tujuan Instruksional Umum
Klien dan keluarga diharapkan akan mampu mengerti dan
memahami mengenai penyakit Demam Berdarah Dengue.
- Tujuan Instruksional Khusus
Setelah berdiskusi selama ± 10 menit, klien dan keluarga
diharapkan mampu menjelaskan kembali tentang pengertian, etiologi,
manifestasi klinis, faktor resiko, klasifikasi, patofisiologi, pemeriksaan
penunjang, pencegahan, penatalaksanaan, prognosis, komplikasi, dari
DBD.

d. Sasaran
Keluarga dan pasien yang terinfeksi penyakit Demam Berdarah Dengue.

e. Metode
Ceramah dan Diskusi (Tanya Jawab)

f. Waktu dan Tempat Penyuluhan


Hari : Rabu-Jumat
Tanggal : 20-21 Juni 2012
Waktu : Pukul 10.00-10.10 WIB
Tempat : Ruangan Rawat Inap Anak Melati I / Ruang III

g. Media
Leaflet

h. Pengorganisasian
Penyuluh : Waslifour Glorya Daeli
i. Pelaksanaan Kegiatan
Kegiatan Penyuluh Peserta Waktu Media
Pembukaan - Memberikan salam - Menjawab salam 2 menit
- Memperkenalkan - Mendengarkan dan
diri memperhatikan
- Menjelaskan tujuan
Kegiatan - Menjelaskan 6 menit Leaflet
inti tentang: pengertian,
etiologi, manifestasi
klinis, faktor resiko,
klasifikasi,
patofisiologi,
pemeriksaan - Mendengarkan dan
penunjang, memperhatikan
pencegahan,
penatalaksanaan,
prognosis,
komplikasi, dari
DBD
Penutup - Memberikan - Mengajukan 2 menit Leaflet
kesempatan pada pertanyaan
klien dan keluarga
bertanya
- Mengevaluasi - Mendengarkan dan
pengetahuan klien memberikan
dan keluarga tentang umpan balik
materi yang
disampaikan dengan
memberikan
pertanyaan
- Menyimpulkan - Mendengar dan
materi yang telah memperhatikan
disampaikan
- Membagikan leaflet - Menerima leaflet
- Memberi salam - Menjawab salam

j. Kriteria Evaluasi
- Evaluasi Struktur
Kesiapan klien dan keluarga mengikuti penyuluhan kesehatan,
media dan alat dapat memadai, dan tempat sesuai dengan kegiatan
- Evaluasi Proses
Kegiatan pendidikan penyuluhan kesehatan dilakukan sesuai
dengan waktu yang direncanakan, peserta mengikuti kegiatan dengan
aktif dan kooperatif, peserta menanyakan hal-hal yang kurang jelas,
peserta menjawab pertanyaan yang diajukan
- Evaluasi Hasil
Setelah mengikuti penyuluhan selama 10 menit diharapkan
peserta dapat menjelaskan kembali tentang pengertian, etiologi,
manifestasi klinis, faktor resiko, klasifikasi, patofisiologi, pemeriksaan
penunjang, pencegahan, penatalaksanaan, prognosis, komplikasi, dari
DBD.

k. Referensi
Engram, Barbara. (1998). Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah.
Volume 2, (terjemahan). Jakarta: EGC

Long, Barbara C. (1996). Perawatan Medikal Bedah. Volume I.


(terjemahan). Bandung: Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan
Keperawatan Padjajaran

Mansjoer, Arif & Suprohaita. (2000). Kapita Slekta Kedokteran Jilid II.
Jakarta: Fakultas Kedokteran UI

Ngastiyah. (1997). Perawatan Anak Sakit. Jakarta: EGC

Soeparman. (1987). Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi Kedua. Jakarta:


Penerbit FKUI

Soetjiningsih. (1995). Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC

Soedarto (1994). Pedoman Diagnosis dan Terapi. Surabaya: FK


Universitas Airlangga

Anonim. (1994). Pedoman Diagnosis Dan Terapi Ilmu Kesehatan Anak.


Surabaya:Fakultas Kedokteran Unair & RSUD dr Soetomo
Materi Penyuluhan

A. PENGERTIAN
Dengue Haemoragic Fever (DHF) adalah penyakit demam akut yang
disertai dengan adanya manifestasi perdarahan, yang bertendensi mengakibatkan
renjatan yang dapat menyebabkan kematian. Penyakit ini disebabkan oleh 4
serotipe virus dengue dan ditandai dengan 4 gejala krisis utama yaitu: demam
yang tinggi, manifestasi pendarahan, hepatomegali dan tanda-tanda kegagalan
sirkulasi sampai timbulnya renjatan sebagai akibat dari kebocoran plasma yang
dapat menyebabkan kematian. Infeksi akut ini disebabkan oleh arbovirus
(Arthhropodborn Virus) dan ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes (aedes
albopictus dan aedes aegypti).

B. ETIOLOGI
Virus masuk ke dalam tubuh lewat gigitan nyamuk aedes aegypti yang
tinggal di dalam rumah atau nyamuk aedes aegypti yang biasa berada di kebun
pekarangan rumah. Keduanya bias sama menularkan virus dengue, namun
nyamuk aedes aegypti yang paling sering menjadi penularnya.

C. MANIFESTASI KLINIS
1. Demam yang tinggi mendadak yang berlangsung slama 2-7 hari >39°C.
2. Pendarahan trauma pada kulit
3. Hepatomegali
4. Anoreksia/ muntah-muntah
5. Nyeri perut, nyeri pada otot dan tulang
6. Sakit kepala
7. Nadi cepat dan lemah (< 20 mmHg)
8. Kulit dingin
9. Anak gelisah
10. Lidah kotor dan susah BAB
D. FAKTOR RESIKO
1. Bermukim di wilayah yang terjangkit DBD
2. Ada tetangga yang terjangkit DBD
3. Sedang musim DBD
4. Tinggal di lingkungan kumuh
5. Gizi buruk

E. KLASIFIKASI
Grade I : Kesadaran kompos Mentis, keadaan mum lemah, tanda-tanda
vital dan nadi lemah
Grade II : Kesadaran kompos Mentis, kedaan umum lemah ada
pendarahan spontan ptekia, perdarahan gusi dan telinga,serta
nadi lemah
Grade III : Kesadaran apatis, somnoken, keadaan umum lemah, nadi
Lemah/ kecil dan tidak teratur serta tensi menurun.
Grade IV : kesadaran koma tanda-tanda vital: nadi tak teraba, tensi tidak
Teratur, ekstermitas dingin, berkeringat dan kulit tampak
biru.

F. PATOFISIOLOGI
Setelah virus dengue masuk ke dalam tubuh, penderita akan mengalami
keluhan dan gejala karena anemia seperti demam, sakit kepala, mual, nyeri otot,
pembesaran kelenjar getah bening, hati dan limpa. Fenomena patofisiologi utama
yang menentukan berat penyakit dan membedakan DF dengan DHF ialah
meningginya permeabilitas dinding kapiler karena pelepasan zat anafilatoksin,
histamine, dan serotonin serta aktifasi system kalikrein yang berakibat akstravasi
cairan intravaskulan ke ekstravaskular. Hal ini berakibat berkurangnya volum
plasma, terjadinya hipotensi, hemokonsentrasi, hipoproteinemia, efusi dan
renjakan.plasma merembes selama perjalanan penyakit mulai dari saat permulaan
demam dan mencapai puncaknya pada saat renjatan.pada penderita dengan
renjatan berat, volum plasma dapat menurun sampai > 30%. Adanya kebocoran
plasma ke daerah ekstravaskuler dibuktikan dengan ditemukanya cairan dalam
rongga serosa yaitu rongga perikonium pleura dan perikard yang pada autopsy
ternyata melebihi jumlah cairan yang telah diberikan sebelumnya melalui infuse.
Renjatan hipovolemik yang terjadi sebagai akibat kehilangan plasma, bila tidak
segera diatasi dapat berakibat anoksia jaringan, asidosis metabolic dan kematian.
Renjatan yang terjadi akut dan perbaikan klinis yang drastic stelah pemberian
plasma yang efektif, sedangkan pada autopsy tidak ditemukan kerusakan dinding
pembuluh darah yang destruktif, menimbulkan dugaan bahwa perubahan
fungsional dinding pembuluh darah mungkin disebabkan mediator farmakologis
yang bekerja singkat. Sebab lain pada DHF adalah perdaraan hebat yang biasanya
timbul setelah renjatan berlangsung lama.

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pada pemeriksaan darah pasien DHF akan dijumpai:
1. Hb dan PCU meningkat ( ≥ 20% )
2. Trobositopenia (≤ 100.000/ ml )
3. Leucopenia (lingkungan normal atau lekositosis)
4. Lg D dengue positif
5. Hasil pemeriksanaan kimia darah menunjukan : hipoproteinemia,
hipokloremia dan hiponatremia
6. Ureum dan pH darah mungkin meningkat
7. Asidosis metabolic : pCO2 < 35-40 mmHg dan HCO3 rendah
8. SGOT/ SGPT meningkat

H. PENCEGAHAN
Pencegahan umum dan program pemberantasan dari pemerintah.
Pencegahan umum dan program dalam memberantas penyakit demam berdarah
yang dilakukan oleh pemerintah telah mengalami perbaikan selama hampir 36
tahun. Dekade pertama adalah dengan cara penyemprotan dengan menggunakan
alat potabel dan ultra low volume (ULV). Dan dekade kedua dilakukan dengan
penyemprotan yang ditambah dengan larvaside atau yang dikenal dengan abate.
Secara umum pencegahan dilakukan dengan:
1. Penyemprotan atau vagging.
2. Pemberian bubuk abate pada bak penampungan air
3. PSM (1993) diikuti pembentukan kelompok kerja (pokja) DBD yang
merupakan koordinasi pemberantasan DBD dalam wadah LKMD
4. Pemerintah juga membentuk forum kerjasama linta sektoraldi tiap
tingkat administrasi pemerintah (kecamatan, kabupaten, propinsi, dan
pusat) yang disebut dengan kelompok kerja oprasional
5. Gunakan pemberantasan sarang nyamuk (GPSN). Pertama kali tanggal
14 april 1998. gerakan tersebut meliputi 3M, yaitu:
 Menguras tempat-tempat penampungan air secara teratur
sedikitnya seminggu sekali / menaburkan bubuk abate
kedalamnya
 Menutup rapat-rapat tempat penampungan air
 Mengukur atau menyingkirkan barang-barang bekas yang dapat
menampung air hujan

I. PENATALAKSANAAN
1. Kasus DBD yang diperkenankan berobat jalan:
a. Bila penderita hanya mengeluh panas
b. Keinginan minum dan makan masih baik
c. Mengatasi panas tinggi mendadak diberikan otot panas parasetamol 10-15
mg/KgBB setiap 3-4 jam diulang jika simtom panas masih nyata diatas
38,5ºC.

2. Kasus DBD derajat I dan II


a. Pada hari ke 3, 4 dan 5 panas dianjurkan rawat inap karena penderita ini
mempunyai resiko terjadinya syok.
b. Infuse cairan kristaloid, koloidal
c. Banyak minum air buah/ oralit
d. Kebutuhan cairan sebainya diberikan dalam kurun waktu 2-3 jam pertama
dan selanjutnya tetesan diatur kembali dalam waktu 24-48 jam saat
kebocoran plasma terjadi.
3. Kasus DBD derajat III dan IV
a. Larutan garam isotonic (ringer laktat 5 % dektrose dalam larutan ringer
laktat atau 5% dektrose dalam larutan ringer asetat dan larutan normal
garam faali) dengan jumlah 10-20 ml/Kg/1 jam.
b. Diberikan bolus 10 ml/ Kg (1 atau 2X)
c. Jika syok berlangsung terus dengan hematoksit yang tinggi, larutan
koloidal (dekstran dengan berat molekul 40.000 di dalam larutan normal
garam faal/ plasma) dapat diberikan dengan jumlah 10-20 ml/kg/jam
d. Pemasangan Central venus Pressure dan kateter Urinal.
e. Pada bayi dianjurkan 5% dekstrose di dalam setengah larutan normal
garam faali (5% dekstrose ½ NSS) dipakai pada awal memperbaiki
keadaan penderita dan 5% dekstrose di dalam 1/3 larutan normal garam
faali boleh diberikan pada bayi di bawah 1 tahun, jika kadar natrium dalam
darah normal
f. Infuse dihentikan bila hematokrit sampai 40% dengan tanda vital stabil/
normal

4. Koreksi elektrosit dan kelainan metabolic kadar kalium dalam serum pada
kasus yang berat biasanya rendah

5. Obat penenang
a. Chloral hidrat oral/ rectal dosis 12,5-50 mg/kg (jangan lebih 1 jam)
b. Valium 0,3-0,5 mg/kg/BB/kali (bila tidak terjadi gangguan system
pernafasan)
c. Lorgactil 1 mg/kg/BB/hari
d. Terapi O2
e. Tranfusi darah
f. Perawatan dirumah
g. Minum yang banyak.
h. Dicatat seberapa banyak minumnya
i. Dicatat kencing jam berapa
j. Nutrisi harus terpenuhi
k. Kalau demam diatas 38C diberi parasetamol
l. Dilarang keras memberikan Salisilat dan ibuprofen.
m. Tiap hari mulai hari ke 3, 4, 5, 6 sebaiknya kontrol dokter dan pemeriksaan
darah terutama hematokrit dan trombosit.

J. PROGNOSIS
Kematian dijumpai pada waktu ada pendarahan yang berat, syock yang
tidak teratasi, efusi pleura dan asites yang berat dan kejang. Kematian dapat juga
disebabkan oleh sepsis karena tindakan dan lingkungan bangsal rumah sakit yang
kurang bersih. Kemudian terjadi kasus yang berat yaitu waktu muncul komplikasi
pada sistem saraf, kardiovaskuler, pernafasan, darah dan organ lain

K. KOMPLIKASI
Peningkatan jumlah kasus ini mempunyai hubungan dengan manifestasi
tidak umum, manifestasi ini termasuk fenomena SSP seperti kejang, spastisitas,
perubahan kesadaran dan proses transit. Bentuk kejang halus kadang terjadi
selama fase demam pada bayi. Kejang ini mungkin hanya kejang demam
sederhana, karena cairan serebrospinal ditemukan normal dalam kasus ini.
Intoksikasi air akibat dari pemberian cairan isotonik berlebihan untuk mengatasi
pasien dengan hipoatremia dapat menimbulkan ensefalopati. Ada beberapa
laporan tentang isolasi virus / anti dengue IgM dari cairan serebrospinal. Namun
sampai sekarang tidak ada bukti keterlibatan langsung virus dengue dalam
kerusakan neural.
Perawatan harus dilakukan secara hati-hati untuk mencegah komplikasi
iatrogenik dalam pengobatan DHF. Komplikasi ini termasuk sepsis, pneumonia,
infeksi luka, dan dehidrasi berlebihan. Penggunaan jalur intravena terkontaminasi
dapat menyebabkan sepsis gram negatif yang disertai dengan demam, syok, dan
pendarahan berat, pneumonia dan infeksi lain dapat menyebabkan dan
menyulitkan pemulihan. Hidrasi berlebihan dapat menyebabkan GG atau
pernafasan.
Lampiran 12

EVALUASI PENYULUHAN
“DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD)
/DENGUE HEMORRHAGIC FEVER (DHF)

Disusun Oleh:
Waslifour Glorya Daeli
071101026

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS TAHAP PROFESI


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN, 2012
EVALUASI PENYULUHAN “DEMAM BERDARAH DENGUE”

Dalam melaksanakan kegiatan pendidikan kesehatan, praktikan yang


sedang melaksanakan Praktik Belajar Lapangan Komprehensif (PBLK) Program
Profesi Ners Universitas Sumatera Utara melakukan penyuluhan mengenai DBD
kepada para keluarga dan pasien DBD.

Penyuluhan tentang ”Demam Berdarah Dengue”


1) Pengkajian
Praktikan mendapatkan data penyakit pasien yang dirawat selama 3
bulan terakhir dari laporan bulanan ruangan. Jumlah pasien selama bulan
Maret, April, dan Mei adalah 253 orang, dengan perincian: pasien hematologi
= 38 orang; pasien infeksi = 66 orang; pasien neurologi = 35 orang; pasien
gizi buruk = 6 orang; pasien Gastroenteritis = 78 orang; dan pasien
pulmonologi = 30 orang. DBB/DHF merupakan salah satu penyakit infeksi
yang telah menginfeksi 12 orang anak dalam 3 bulan terakhir yang dirawat di
Ruang III / Melati I.

2) Intervensi
Berdasarkan data tersebut, praktikan merencanakan penyuluhan mengenai
Demam Berdarah Dengue kepada para keluarga dan pasien DBD. Kegiatan
penyuluhan dilakukan pada tanggal 20-21 Juni 2012. Sasaran kegiatan
tersebut adalah kepada para keluarga dan pasien DBD.

3) Implementasi
Kegiatan dilaksanakan selama 3 hari yaitu tanggal 20-21 2012 pukul
10 s/d selesai di ruang rawat inap anak Melati I / Ruang III yang dilakukan
oleh Mahasiswa PBLK Program Profesi Nurse Universitas Sumatera Utara.
Mahasiswa PBLK Program Profesi Nurse Universitas Sumatera Utara
memberikan penjelasan mengenai pengertian, etiologi, manifestasi klinis,
faktor resiko, klasifikasi, patofisiologi, pemeriksaan penunjang, pencegahan,
penatalaksanaan, prognosis, komplikasi, dari DBD. Praktikan menggunakan
media leaflet dan dilakukan secara face to face kepada peserta penyuluhan.

4) Evaluasi
Kegiatan penyuluhan berjalan dengan lancar. Sebagian besar peserta
penyuluhan sangat berantusias dan kooperatif dalam mengikuti penyuluhan.
Peserta banyak bertanya kepada penyuluh terkait dengan bahan penyuluhan
yang diberikan oleh praktikan. Praktikan memberikan jawaban yang tepat
sesuai dengan pertanyaan yang diajukan oleh peserta penyuluhan. Setelah
diberi penjelasan yang lebih rinci mengenai pertanyaan yang diajukan oleh
peserta, peserta terlihat lebih faham dan mengerti mengenai program keluarga
berencana. Kemudian praktikan juga melakukan evaluasi terhadap peserta
penyuluhan terkait dengan bahan penyuluhan yang telah diberikan oleh
praktikan, sekitar 75 % peserta mampu menjawab pertanyaan yang diajukan
oleh penyuluh dengan benar.
Lampiran 13

=PENCEGAHAN=
Gerakan Pemberantasan
Sarang Nyamuk (3M Plus)
 Menguras tempat-tempat penampungan DEMAM
air secara teratur sedikitnya seminggu BERDARAH
sekali / menaburkan bubuk abate
kedalamnya
DENGUE
 Menutup rapat-rapat tempat
penampungan air
 Mengubur atau menyingkirkan barang-
barang bekas yang dapat menampung
air hujan

Plus tindakan memberantas jentik dan


menghindari gigitan nyamuk
 Membunuh jentik nyamuk Demam Berdarah
di tempat air yang sulit dikuras atau sulit air
dengan menaburkan bubuk Temephos
(abate) atau Altosid 2 – 3 bulan sekali dengan
takaran 1 gram abate untuk 10 liter air atau
2,5 gram Altosid untuk 100 liter air. Abate
dapat diperoleh/dibeli di puskesmas atau di
apoti
 Memelihara ikan pemakan jentik nyamuk
 Mengusir nyamuk dengan menggunakan obat
BAWALAH SEGERA ANAK
OLEH:
ATAU ANGGOTA KELUARGA
nyamuk WASLIFOUR GLORYA DAELI
KE PELAYANAN KESEHATAN
 Mencegah gigitan nyamuk dengan memakai
TERDEKAT APABILA
obat nyamuk gosok FAKULTAS
DI TEMUKAN TANDA- KEPERAWATAN
 Memasang kawat kasa pada jendela dan
TANDA TERKENA PENYAKIT USU
ventilasi 2012
DEMAM BERDARAH!!
 Tidak membiasakan menggantung pakaian di
dalam kamar
DEMAM BERDARAH DENGUE : TANDA DAN GEJALA:
penyakit demam akut yang disertai  Demam yang tinggi mendadak
dengan adanya manifestasi
yang berlangsung slama 2-7 hari
perdarahan, yang bertendensi
>39°C.
mengakibatkan renjatan yang
dapat menyebabkan kematian.  Pendarahan trauma pada kulit
FAKTOR RISIKO:
 Hepatomegali  Bermukim di wilayah yang
 Anoreksia/ muntah-muntah terjangkit DBD
 Ada tetangga yang
 Nyeri perut, nyeri pada otot dan terjangkit DBD
Virus Dengue masuk ke dalam  tulang  Sedang musim DBD
tubuh lewat gigitan nyamuk  Sakit kepala  Tinggal di lingkungan
Aedes aegypti. kumuh
 Nadi cepat dan lemah (< 20  Gizi buruk
mmHg)
 Kulit dingin PENGGOLONGAN DBD:
 Anak gelisah Grade I : Kesadaran penuh keadaan umum
lemah, tanda-tanda
 Lidah kotor dan susah BAB
vital dan nadi lemah
Grade II : Kesadaran penuh, keadaan umum
lemah ada pendarahan spontan
ptekia, perdarahan gusi dan
telinga,serta
nadi lemah
Grade III : Kesadaran apatis, somnoken,
keadaan umum lemah, nadi lemah/
kecil dan tidak teratur serta tensi
menurun.
Grade IV : kesadaran koma tanda-tanda
vital: nadi tak teraba, tensi
tidak teratur, ekstermitas dingin,
berkeringat dan kulit tampak biru.

Anda mungkin juga menyukai