Anda di halaman 1dari 53

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK LABORATORIUM

Pemeriksaan Spesimen Darah

Pemeriksaan darah merupakan pemeriksaan dengan bahan atau


spesimen darah beberapa pemeriksaan berikut ini menggunakan spesimen
darah, antara lain: Albuminum, asam urat, gula darah, hematocrit,
haemoglobin, trombosit, kolestrol.
Pada pemeriksaan specimen darah, darah yang diambil yaitu darah
vena, kapiler, dan arteri.
Pemeriksaan darah vena biasanya diambil dari lipatan siku tangan dan
dilakukan untuk menentukan tes diagnostik.Pada orang dewasa biasanya
diambil dari vena median cubiti.Pada bayi, dapat digunakan vena jugularis
superficialis atau sinus sagialis superior.Memberikan informasi sistem
hematologi dan sistem tubuh yang lain. Berupa CBC (Complete Blood
Count), elektrolit serum, dan kimia darah. Penusukan vena kadang sulit,
karena beberapa hal.Kulit pada orang muda kadang sulit ditusuk karena
tebal dan kuat.Pada pasien lansia, vena cendrung ‘lari’ saat ditusuk dengan
jarum atau adanya penebalan dan pengerasan vena oleh adanya
aterosklerosis.Pemeriksaan CBC digunakan tabung EDTA.
Darah kapiler, digunakan pada pemeriksaan glukosa darah atau saat
pengambilan vena gagal.Pada orang dewasa biasanya diambil pada ujung
jari tangan/ kaki atau daun telinga bagian bawah.Pada tetesan pertama
dibuang dengan menggunakan kapas kering, agar tidak bercampur dengan
alcohol.Digunakan dalam pengambilan sampel darah dengan volume yang
sedikit, biasanya untuk screening test.
Darah arteri, dilakukan untuk pemeriksaan AGDA (Analisis Gas
Darah Arteri) dan elektrolit.AGDA dilakukan untuk mengetahui status
respirasi atau status asam basa darah klien.Area yang diambil adalah arteri
radialis, brachialis atau femoralis.Berikan penekanan dan waspadai adanya
okulsi pada klien.Tanda okulsi arteri adalah kesemutan pada tangan,
tangan berwarna pucat dan tidak adanya denyut perifer.
a. Tujuan Pemgambilan Spesimen Darah
1. Untuk mendapatkan sampel darah vena yang baik dan memenuhi
syarat untuk dilakukan pemeriksaan.
2. Untuk menurunkan resiko kontaminasi dengan darah (infeksi,
needle stick injury) akibat vena punctie bagi petugas maupun
penderita.
3. Untuk petunjuk bagi setiap petugas yang melakukan pengambilan
darah (phlebotomy).
b. Persiapan Pasien dan Alat serta Nilai Normal
Persiapan alat dan bahan
1. Lanset darah atau jarum khusus
2. Kapas alcohol
3. Tali pembendung (turniket)
4. Plester
5. Kapas kering
6. Alat pengukur Hb/kaca objek/botol pemeriksaan, tergantung
macam pemeriksaan Bengkok
7. Hand scoon
8. Perlak dan pengalas

Prosedur / Cara Kerja


Pengambila Darah Vena
1. Persiapkan alat-alat yang diperlukan
2. Lakukan pendekatan pasien dengan tenang dan ramah;
usahakan pasien senyaman mungkin
3. Identifikasi pasien dengan benar sesuai dengan data di lembar
permintaan
4. Verifikasi keadaan pasien, misalnya puasa atau konsumsi
obat. Catat bila pasien minum oobat tertentu, tidak puasa dan
sebagainya
5. Minta pasien meluruskan lengannya, pilih lengan yang
banyak melakukan aktifitas
6. Minta pasien untuk mengepalkan tangan
7. Pasang tali pembendung (turniket) kira kira 10 cm di atas
lipatan siku
8. Pilih bagian vena median cubital atau cephalic. Lakukan
perabaan (palpasi) untuk memastikan posisi vena; vena teraba
seperti sebuah pipa kecil, elastis dan memiliki dinding tebal.
Jika vena tidak teraba, lakukan pengurutan dari arah
pergelangan ke siku, atau kompres hangat selama 5 menit
daerah lengan
9. Bersihkan kulit pada bagian yang akan diambil dengan kapas
alcohol 70% dan biarkan kering. Kulit yang sudah
dibersihakn jangan dipegang lagi
10. Tusuk bagian vena dengan posisi lubang jarum menghadap
ke atas. Jika jarum telah masuk ke dalam vena, akan terlihat
darah masuk kedalam semprit (dimakan flash). Usahakan
sekali tusuk
11. Setelah volume darah dianggap cukup, lepas turniket dan
minta pasien membuka kepalan tangannya. Volume darah
yang diambil kira-kira 3 kali jarum serum atau plasma yang
diperlukan untuk pemeriksaan
12. Letakkan kapas di tempat suntikan, lalu segera tari jarum
perlahan. Tekan kapas beberapa saat lalu plester selama kira-
kira 15 menit. Jagan menarik jarum sebelum turniket terbuka
Pemisahan Serum
1) Darah vena yang telah diambil dengan menggunakan spuit
didiamkan dengan posisi berdiri selama 1-2 jam agar serum
dan komponen darah lainnya terpisah.
2) Setelah 1-2 jam, dilihat dan diamati serum dan komponen
darah lainnya yang telah terpisah
Pemeriksaan Darah
Pemeriksaan Darah Lengkap (Complete Blood Count / CBC) yaitu
suatu jenis pemeriksaaan penyaring untuk menunjang diagnosa suatu
penyakit dan atau untuk melihat bagaimana respon tubuh terhadap suatu
penyakit. Disamping itu juga pemeriksaan ini sering dilakukan untuk
melihat kemajuan atau respon terapi pada pasien yang menderita suatu
penyakit infeksi
A. Hemoglobin (HB)
Hemoglobin merupakan protein yang dikandung sel darah merah
yang mampu mengikat oksigen.Pemeriksaan hemoglobin dilakukan
untuk mendeteksi adanya anemia dan penyakit ginjal.Peningkatan
hemoglobin dapat menunjukkan indikasi adanya dehidrasi, penyakit
paru-paru obstruksi menahun, gagl jantung kongestif, dan lain-lain.

Alat dan Bahan :


1) Haemometer set terdiri dari :
 Tabung pengukur
 tabung standar warna
 Pipet Hb dengan pipa karetnya
 Pipet HCl
 Batang pengaduk
 Botol tempat HCl dan aquadest
 Sikat pembersih
2) Perlak kecil dan pengalas
3) Kapas alkohol 70%
4) Jarum/Lancet
5) Handscoon steril
6) Kapas kering
7) Bengkok
Prosedur Kerja :
1. Masukan larutan HCl 0,1N dengan pipet HCl kedalam tabung
pengencer sampai pada angka 2
2. Memberitahu pasien dan menjelaskan tujuan dan langkah
prosedur pemeriksaan
3. Membawa alat-alat ke dekat pasien
4. Mencuci tangan
5. Memasang perlak dan pengalas dibawah tangan pasien yang akan
diambil darahnya
6. Menyiapkan bengkok
7. Memakai handscoon steril
8. Menyiapkan jari klien dan mengumpulkan darah ke bagian jari
tangan dengan cara memijat
9. Menghapus hamakan ujung jari yang akan diambil darahnya
dengan alcohol
10. Menusukan jarum pada ujung jari sebelah tepi sampai darah
keluar
11. Menghapus darah yang pertama kali keluar dengan kapas kerin
12. Dengan pipet Hb menghisap darah sampai angka 20 cm, jangan
sammpai ada gelembung udara yang sampai ikut terhisap
13. Hapus darah yang melekat pada ujung pipet dengan
menggunakan kapas kering
14. Menuangkan darah tersebut ke dalam tabung pengencer yang
sudah berisi HCl
15. 15.0,1 N dengan posisi tegak lurus dan hindarkan darah
mengenai dinding tabung
16. Sisa darah yang mungkin masih melekat di dalam lumen pipet
Hb di bilas dengan jalan meniup dan menyedotnya.
17. Tunggu sampai 1 menit
18. Tambahkan aquadest sedikit demi sedikit, pada setiap kali
penambahan warna dari larutan asam hematin yang terjadi,
bandingkan dengan warna dari larutan standar
19. Pada saat warna tersebut sama, maka penambahan aquadest
dihentikan dan kadar Hb dibaca skala itu dengan satuan
pembacaan gr
20. Mengambil perlak dan pengalas, merapikan alat-alat
21. Melepaskan handscoon
22. Mencuci tangan
B. Leukosit
Leukosit merupakan komponen darah yang berperanan dalam
memerangi infeksi yang disebabkan oleh virus, bakteri, ataupun
proses metabolik toksin, dll.
Penurunan kadar leukosit bisa ditemukan pada kasus penyakit
akibat infeksi virus, penyakit sumsum tulang, dll, sedangkan
peningkatannya bisa ditemukan pada penyakit infeksi bakteri,
penyakit inflamasi kronis, perdarahan akut, leukemia, gagal ginjal,
dll

Alat dan bahan :


1. pipet thoma leukosit
2. kamar hitung (improved neubaure)
3. dek glass/cover glass
4. counter tally
5. tissue
6. mikroskop
7. darah yang telah di beri EDTA

Cara Kerja :

1. hisaplah darah dengan pipet thoma leukosit sampai tanda garis


tanda 0,5 tepat
2. hapuslah kelebihan darah yang melekat pada bagian luar pipet
3. lau hisaplah larutan turk samapai tanda 11 (hati - hati jangan
sampai terjadi gelembung udara)
4. lalu kedua ujung pipet di tutup dengan menggunakan jari lalu
kocok sampai darah dan larutan turk homogen
5. letakkan kamar hitung (improved neubaure) dan kaca
penutungnya / cover glass (supaya kaca penutupmudah lengket
pada bagian kedua tunggul di basahi dengan sedikit air)
6. lalu ambil pipet thoma tadi dan kocok kembalai, lalu buang kira -
kira 3 - 4 tetes
7. tetesan selanjutnya di masukkan kedalam kamar hitung
(improved neubaure) dan diamkan sebentar
8. kemudian leukosit di hitung dalam 4 bidang besar dengan
perbesaran lensa objektif 10x dan 40x untuk memperjelas

C. Trombosit
Trombosit merupakan bagian dari sel darah yang berfungsi
membantu dalam proses pembekuan darah dan menjaga integritas
vaskuler. Beberapa kelainan dalam morfologi trombosit antara lain
giant platelet (trombosit besar) dan platelet clumping (trombosit
bergerombol).
Trombosit yang tinggi disebut trombositosis dan sebagian orang
biasanya tidak ada keluhan. Trombosit yang rendah disebut
trombositopenia, ini bisa ditemukan pada kasus demam berdarah
(DBD), Idiopatik Trombositopenia Purpura (ITP), supresi sumsum
tulang, dll.

Alat dan Bahan :


1. Pipet eritrosit
2. Bilik hitung
3. Lancet
4. reagen rees ecker dan Giemsa Mikroskop
5. Magnesium sulfat
6. Kaca preparat Alkohol
7. darah vena
8. darah kapiler
Cara Kerja :
1. Cara Langsung (Rees dan Ecker)
 Isaplah larutan REES ECKER ke dalam pipet eritrosit samapi
garis tanda “1″ dan buanglah lagi cairan itu.
 Isaplah darah sampai garis tanda “0,5″ dan cairan REES
ECKER sampai garis tanda “101″. Segeralah kocok selama 3
menit.
 Teruskan tindakan seperti menghitung eritrosit dalam kamar
hitung.
 Biarkan kamar hitung yang telah terisi dalam sikap datar
dengan deglass tertutup selama 10 menit agar trombosit
mengendap
 Hitunglah semua trombosit dalam seluruh bidang besar di
tengah-tengah (1 mm kuadrat) memakai lensa objektif besar.
 Jumlah itu dikalikan 2.000 menghasilkan jumlah trombosit
per ul darah.
2. Cara tidak langsung (Fonio)
 Bersihkan ujung jari dengan alkohol dan biarkan kering lagi.
 Taruhlah di atas ujung jari tersebut setetes besar larutan
magnesium sulfat 14%.
 Tusuklah ujung jari dengan lanset melalui tetesan lar
magnesium sulfat tersebut.
 Setelah jumlah darah keluar kurang lebih 1/4 jumlah larutan
magnesium sulfat, campurlah darah dengan magnesium sulfat
tersebut.
 Buatlah sedian hapus (dengan pewarnaan Giemsa)
 Hitung jumlah trombosit yang dilihat bersama dengan 1.000
eritrosit.
 Lakukanlah tindakan menghitung jumlah eritrosit per ul
darah.
 Perhitungkanlah jumlah trombosit per ul darah berdasarkan
kedua angka itu.
D. Eritrosit
Eritrosit atau sel darah merah merupakan komponen darah yang
paling banyak, dan berfungsi sebagai pengangkut / pembawa oksigen
dari paru-paru untuk diedarkan ke seluruh tubuh dan membawa
kardondioksida dari seluruh tubuh ke paru-paru. Eritrosit yang tinggi
bisa ditemukan pada kasus hemokonsentrasi, PPOK (penyakit paru
obstruksif kronik), gagal jantung kongestif, perokok, preeklamsi, dll,
sedangkan eritrosit yang rendah bisa ditemukan pada anemia,
leukemia, hipertiroid, penyakit sistemik seperti kanker dan lupus, dll.
Alat dan Bahan :
1. Mikroskop
2. Bilik hitung
3. Deck Glass
4. Transferpet 4 ml, dan 20 mikroliter
5. Tabung
6. Darah Vena

Cara Kerja

1. Bilik hitung dan deck glass disiapkan dalam keadaan bersih.


2. Masukkan 4 ml reagen Hayem dalam tabung.
3. Ditambahkkan 20 mikroliter darah ke dalam tabung berisi larutan
Hayem.
4. Tabung digojok agar larutan Hayem benar-benar melisiskan sel-
sel selain eritrosit dan trombosit.
5. Bilik hitung dengan kaca penutupnya diletakkan di atas bidang
yang datar.
6. Larutan campuran (darah+Hayem) dipipet dengan pipet pasteur
kemudian ujung pipet disentuhkan dengan sudut 300 pada
permukaan bilik hitung dengan menyinggung kaca penutup.
Biarkan bilik hitung terisi perlahan-lahan dengan daya
kapilaritasnya sendiri.
7. Biarkan bilik hitung tersebut selama 2-3 menit supaya eritrosit
dapat mengendap.
8. Sel-sel eritrosit yang terdapat pada 5 petak kecil (bagian tengah
bilik hitung) menggunakan mikroskop perbesaran 40X.
E. Gula Darah
Kadar gula darah adalah terjadinya suatu peningkatan setelah
makan dan mengalami penurunan di watu pagi hari bangun tidur.
Bila seseorang dikatakan mengalami hyperglycemia apabila keadaan
kadar gula dalam darah jauh diatas nilai normal, sedangkan
hypoglycemia suatu keadaan kondisi dimana seseorang mengalami
penurunan nilai gula dalam darah di bawah normal (Rudi, 2013).
Kadar gula darah atau peningkatan glukosa dalam darah. Konsentrasi
terhadap gula darah atau peningkatan glukosa serum diatur secara
ketat di dalam tubuh. Glukosa dialirkan memlalui darah merupakan
sumber utama energy untuk sel-sel tubuh.

Macam – macam Pemeriksaan Gula Darah


Menurut Depkes (2008) ada macam –macam pemeriksaan gula
darah, yaitu:
1. Gula darah sewaktu
Suatu pemeriksaan gula darah yang dilakukan setiap waktu tanpa
tidak harus memperhatikan makanan terakhir dimakan.
2. Gula darah puasa dan 2 jam setelah makan
Suatu pemeriksaan gula darah yang dilakukan pasien sesudah
berpuasa selama 8 – 10 jam, sedangkan pemeriksaan gula darah 2
jam dihitung sesudah makan yaitu pemeriksaan yang dilakukan 2
jam dihitung sesudah pasien menyelesaikan makan.

Cara pelaksanaan :
Menurut WHO dalam buku Kesehatan (2014) ada cara pelaksanaan
Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO) sebagai berikut :
1. Tiga hari sebelum pemeriksaan tetap makan seperti kebiasaan
sehari – hari dengan karbohidrat yang cukup dan tetap
melaksanakan kegiatan jasmani seperti biasa
2. Berpuasa paling sedikit 8 jam dimulai malam hari sebelum
pemeriksaan, minum air mineral tanpa gula masih diperbolehkan
3. Diperiksa kadar glukosa darah puasa
4. Diberikan glukosa 75 gram untuk orang dewasa, atau 1,75
gram /kgBB untuk anak – anak, dilarutkan dalam air 250 ml dan
diminum waktu 5menit
5. Berpuasa kembali sampai pengambilan sampel darah untuk
pemeriksaan 2 jam sesudah minum larutan glukosa selesai
6. Diperiksa kadar glukosa darah 2 jam setelah beban glukosa
7. Selama proses pemeriksaan pasien yang diperiksa tetap istirahat
tanpa merokok

F. Golongan Darah
Sejak penemuan Landsteiner (1901) sampai sekarang, telah
diketemukan lebih dari 400 antigen golonqan darah dalam eritrosit.
Tapi untuk kegunaan praktek, klinis yang terpenting hanya sistem
golongan darah ABO dan Rh. Pada sistem golongan darah ABO
hanya ada 4 golongan darah yaitu. A, B, AB dan 0. Golongan
tersebut. berdasarkan atas ada atau tidak adanya antigen A dan
antigen B. Dalam serum golongan 0 normal mengandung anti A dan
anti B, serta golongan A hanya mengandung anti B, golongan B
mengandung anti A dan golongan AB tidak mengandung baik anti A
maupun anti B.
Pada sistem Rh untuk kepentingan klinik cukup menentukan
apakah seseorang negatif. Biasanya dengan memeriksa.reaksi sel
eritrosit seseorang penderita terhadap antigen Rh yang dikenal
dengan nama anti D. Oleh karena reaksi yang terjadi antara antigen –
anti bodi adalah aglutinasi maka antigen (Ag) disebut juga aglutinasi
& antibodi (Ab) disebut agglutinin.
Pada pemeriksaan golongan darah, terdapat beberapa metode
yang dapat dilakukan untuk mengetahui golongan darah. Metode
yang dapat digunakan antara lain adalah metode slide, metode blood
grouping, metode tabung, dan metode tile. Dalam melakukan
pemeriksaan golongan darah, harus memperhatikan tahapan yang
dilakukan meliputi tahapan pra analitik, analitik, dan post analitik.
Pengaplikasian K3 juga sangat penting dalam melakukan
pemeriksaan untuk melindungi diri dari bahaya yang mungkin saja
terjadi saat melakukan pemeriksaan. Tahapan – tahapan pemeriksaan
dilakukan secara berurutan dengan tujuan untuk meminimalisir
terjadinya kesalahan dalam pemeriksaan.

Alat dan Bahan


1. Alat
 Bioplate
 Tabung reaksi
 Rak tabung reaksi
 Pipet Pasteur
 Centrifuge
2. Bahan
 Anti-A
 Anti-B
 Sel O
 Sel A
 Sel B
 Anti-D
 Suspense sel darah merah pasien 10%
 Serum/plasma pasien
 Bovin Albumin 6%
 salin
 Aquades
Prosedur Kerja
1. Sebelumnya melakukan pemisahan darah antara serum/plasma
dengan sel darah merah. Kemudian sel darah merah dicuci
dengan salin sebanyak 3x, disetiap pencuciannya dicentrifuge
3000rpm 2-3 menit.
2. Membuat sel 10%( 1 tetes sel yg sudah dicuci + 9 tetes salin)
3.

4. Homogenkan dengan menggoyang goyangkan bioplate, amati


apakah ada aglutinasi disetiap sumuran bioplate
Nilai Normal Darah yang Diambil
A. Hemoglobin (HB)

No Tingkatan Usia Nilai Normal


1 BBL 17 – 22 gram/dl
2 Umur 1 minggu 15 – 20 gram/dl
3 Umur 1 bulan 11 – 15 gram/dl
4 Anak-anak 11 – 13 gram/dl
5 Lelaki Dewasa 14 – 18 gram/dl
6 Perempuan Dewasa 12 – 16 gram/dl
7 Lelaki Tua 12.4 – 14.9 gram/dl
8 Perempuan Tua 11.7 – 13.8 gram/dl

B. Leukosit
Nilai normal leukosit berkisar 4.000 - 10.000 sel/ul darah.

C. Trombosit
Nilai normal trombosit berkisar antara 150.000 - 400.000 sel/ul
darah.

D. Eritrosit
Nilai normal eritrosit pada pria berkisar 4,7 juta - 6,1 juta sel/ul
darah, sedangkan pada wanita berkisar 4,2 juta - 5,4 juta sel/ul
darah.

No Tingkatan Nilai Norman


1 Pria 4.7 juta – 6.1 juta sel/ul darah
2 Wanita 4.2 juta – 5.4 juta sel/ul darah

E. Gula Darah

Bukan Belum Pasti


DM
DM DM
Kadar Glukosa
Plasna Vena < 100 100 – 199 ≥ 200
Darah Sewakt
Plasma Kapiler < 90 90 – 199 ≥ 200
(mg/dL) u
Kadar
Glukosa Plasma Vena < 100 100 – 125 ≥ 126
Darah
Puasa Plasma Kapiler < 90 90 – 99 ≥ 100
(mg/dL)

Sedangkan menurut Rudi (2013) hasil pemeriksaan gula darah


dikatakan normal bila :

No Angka Normal Keterangan


1 < 110 mg/ dL Gula darah sewaktu
2 70 – 11- mg/dL Gula darah puasa
3 110 – 150 mg/dL Waktu tidur
4 < 160 mg/dL 1 jam setelah makan
5 < 140 mg/dL 2 jam setelah makan
6 < 140 mg/dL Pada wanita hamil

F. Golongan Darah
 Sel Grouping (forward Typing)
1 tetes anti-A 1 tetes anti-B 1 tetes anti-AB
+ + +
Reagen
1 tetes suspense sel 1 tetes suspense 1 tetes suspense
10% sel 10% sel 10%
Hasil Negative Negatif Negatif

Kesimpula Golongan darah O


n

 Serum grouping ( Back Typing)


1 tetes sel A 10% 1 tetes sel B 10% 1 tetes sel O 10%
Reagen + + +
1 tetes serum OS 1 tetes serum OS 1 tetes serum OS
Hasil Positif Positif Positif
Kesimpula Golongan darah O
n

 Rhesus
1 tetes sel 5% 1 tetes sel 5%
Reagen + +
1 tetes Anti-D 1 tetes BA 6%
Hasil Positif (3+) Negatif
Kesimpula Rhesus D +
n

Pemeriksaan Spesimen Urin

Urine adalah sisa material yang dieksresikan oleh ginjal dan


ditampung dalam saluran kemih hingga akhirnya dikeluarkan oleh tubuh
melalui proses urinasi dalam bentuk cairan. Eksresi urine yang disaring
dari ginjal menuju ureter selanjutnya disimpan di dalam kandung kemih
dan kemudian dibuang. Proses terseebut diperlukan untuk membuang
molekul-molekul sisa dari darah yang tidak dibutuhkan oleh tubuh guna
menjaga keseimbangan cairan. Zat-zat yang terkandung dalam urine
dapatmemberikan informasi penting mengenai kondisi umum di dalam
tubuh.Derajat produksi dari berbagai unit fungsional dalam tubuh dapat
diketahui dari kadar berbagai zat dalam urine(Guyton A.C dan Hall J.E,
2006).
Urine merupakan suatu larutan komplek yang terdiri dari air (±96%)
dan bahan-bahan organik dan anorganik. Kandungan bahan organik yang
penting antara lain urea, asam urat, kreatinin dan bahan anorganik dalam
urine antara lain NaCl, sulfat, fosfat dan ammonia. Zat-zat yang tidak
diperlukan oleh tubuh dalam keadaan normal akan ditemukan relative
tinggi pada urine daripada kandungan dalam darah, sebaliknya hal tersebut
tidak berlaku pada zat-zat yang masih diperlukan oleh tubuh.
Kondisi lingkungan dalam tubuh serta organ-organ yang berperan
dalam munculnya setiap zat tersebut dapat diketahui melalui hasil
pemeriksaan urine (Guyton A.C dan Hall J.E, 2006).
Jumlah dan komposisi urine dapat berubah tergantung dari pemasukan
bahan makanan, berat badan, usia, jenis kelamin dan lingkungan hidup
seperti temperatur, kelembaban, aktivitas tubuh dan keadaan kesehatan
(Wirawanet al., 2011).

a. Tujuan Pengambilan Spesimen Urin


1. Mencegah pertumbuhan bakteri atau mencegah
2. Untuk mengetahui mikroorganisme yang menyebabkan infeksi
saluraan kemih
3. Perubahan/kerusakan struktur urin.
4. Menafsirkan proses-proses metabolise
5. Mengetahui kadar gula pada tiap-tiap waktu makan (pada pasien
DM)
b. Persiapan Pasien dan Alat serta Nilai Normal
Beritahu dokter mengenai obat-obatan dan suplemen yang sedang
Anda konsumsi. Mungkin Anda akan diminta berhenti mengkonsumsi
obat-obatan sementara waktu jika dapat mempengaruhi hasil tes.
Biasanya tes urine dapat dilakukan tanpa puasa terlebih dahulu, tapi
pada beberapa pemeriksaan memerlukan puasa. Hindari melakukan
hubungan seksual minimal 1 hari sebelum Anda melakukan tes urine
karena dikhawatirkan dapat mempengaruhi hasil.

Alat dan bahan


1. Tabung reaksi
2. Lampu spiritus/ water bath
3. Rak tabung reaksi
4. Penjepit tabung reaksi
5. Reagen Benedict

Cara Kerja :
1. Membersihkan area kemaluan menggunakan tisu steril supaya
bakteri dan sel disekitar kemaluan tidak ikut terbawa ke
sampel. Untuk wanita, cara membersihkan kemaluan
menggunakan tisu steril dari depan ke belakang dan jangan
lupa membersihkan cairan sekresi vagin dan darah menstruasi
untuk menghindari kontaminasi pada sampel urine. Pada pasien
yang tidak bisa mengambil sampel urine secara mandiri dapat
menggunakan kateter. Sampel urine yang diambil
menggunakan kateter harus langsung dari selang kateter.
2. Keluarkan urine selama 1-2 detik dan biarkan terbuang ke
dalam toilet. Lalu masukkan urine selanjutnya ke dalam wadah
sampel hingga tingginya 3-6 cm.
3. Tutup rapat wadah sampel urin untuk menghindari kontaminasi
dari luar dan bersihkan bagian luar wadah urine menggunakan
tisu steril. Jangan lupa untuk mencuci tangan setelahnya.
4. Segera bawa sampel urine ke laboratorium untuk dianalisis.

Pemeriksaan Spesimen Urin


A. Reduksi Urin (Urin Glukosa)
Pemeriksaan urine Tes glukosa urine adalah pemeriksaan pada
sampel urine untuk mengetahui ada/tidaknya glukosa dalam urine.
Pemeriksaan ini termasuk pemeriksaan penyaring dalam urinalisis.
Pemeriksaan glukosa urine dengan tes reduksi atau menggunakan
benedict ini memanfaatkan sifat glukosa sebagai pereduksi. Zat yang
paling sering digunakan untuk menyatakan adanya reduksi adalah
yang mengandung garam cupri. Reagen terbaik yang mengandung
garam cupri adalah larutan Benedict. Prinsip dari tes Benedict adalah
glukosa dalam urine akan mereduksi kuprisulfat (dalam benedict)
menjadi kuprosulfat yang terlihat dengan perubahan warna dari
larutan Benedict tersebut. Jadi, bila urine mengandung glukosa,
maka akan terjadi reaksi perubahan warna seperti yang dijelaskan di
atas. Namun, bila tidak terdapat glukosa, maka reaksi tersebut tidak
akan terjadi dan warna dari benedict tidak akan berubah.
Alat dan Bahan :
1. Tabung reaksi
2. Lampu spiritus/ water bath
3. Rak tabung reaksi
4. Penjepit tabung reaksi
5. Reagen Benedict

Prosedur / Cara Kerja :


1. Siapkan alat dan bahan
2. Masukkan 5 ml reagen Benedict ke dalam tabung reaksi
3. Teteskan sebanyak 5-8 tetes urin ke dalam tabung tersebut
4. Masukkan tabung tadi ke dalam air mendidi (water bath) selama
5 menit atau langsung dipanaskan di atas lampu spiritus selama 3
menit mendidih.
5. Angkat tabung, kocok isinya dan bacalah hasil reduksi

B. Protein Urin
Proteinuria didefinisikan sebagai terdapatnya protein dalam urin
manusia yang melebihi nilai normal yaitu lebih dari 150 mg/hari.
Biasanya proteinuria baru dikatakan patologis bila kadarnya melebihi
200 mg/hari pada beberapa kali pemeriksaan dalam waktu yang
berbeda. Ada yang mengatakan proteinuria persisten jika protein urin
telah menetap selama 3 bulan atau lebih dan jumlahnya biasanya
hanya sedikit di atas nilai normal (Bawazier, 2006).

Macam – Macam Pemeriksaan Protein Urin, yaitu :


a. Pemeriksaan protein urin dengan metode sulfosalicil 20 %
Pemeriksaan terhadap protein merupakan pemeriksaan rutin.
Kebanyakan cara rutin untuk menyatakan adanya protein dalam urin
berdasarkan pada timbulnya kekeruhan. Karena padatnya atau
kasarnya kekeruhan itu menjadi satu ukuran untuk jumlah protein
yang ada, oleh karena itu dianjurkan menggunakan urin yang jernih
dalam pemeriksaan terhadap protein (Gandasaoebrata,2007)
Adapun prinsip dari pemeriksaan asam sulfosalicil adalah
adanya protein dalam urin dapat dinyatakan dengan penambahan
asam sulfosalicil untuk mendekatkan ke titik isoelektris protein,
dimana kekeruhan yang timbul dinilai secara semikuantitatif. Tes
dengan asam sulfosalicil sangat peka yaitu adanya protein dalam
konsentrasi 0,002 % dapat dinyatakan oleh tes ini. Kalau hasil tes ini
negatif tidak perlu memikirkan kemungkinan adanya proteinuria
(Gandasoebrata, 2007).

Alat dan Bahan :


1. Tabung reaksi
2. Spirtus
3. Penjepit tabung
4. Asam Sulfosalicil 20%
5. Urin

Cara Kerja :
1. Siapkan 2 tabung reksi.
2. Isi tabung 1 dengan urin sebanyak 2 ml.
3. Isi tabung 2 dengan urin sebanyak 2 ml dan tambahkan 8 tetes
asam sulfosalicil.
4. Kocok dan panaskan di atas nyala api sampai mendidih.
5. Dinginkan 1-3 menit.
6. Jika tabung 1 dan 2 sama dinyatakan protein dalam urin negatif.
7. Jika tabung 2 timbul kekeruhan dinyatakan protein dalam urin
positif.

b. Pemeriksaan protein urin metode asam asetat 6 %


Pada pemeriksaan protein urin dengan asam asetat ini protein
yang ada dalam koloid dipresipitasikan. Pemberian asam asetat
dilakukan untuk mencapai atau mendekati titik isoelektris protein,
pemanasan selanjutnya untuk mengadakan denaturasi sehingga
terjadilah presipitasi. Proses presipitasi dibantu oleh adanya garam-
garam yang telah ada dalam urin atau yang sengaja ditambahkan ke
dalam urin (Gandasoebrata, 2007)
Percobaan dengan asam asetat ini cukup peka untuk klinik,
yaitu sebanyak 0,004 % protein dapat dinyatakan dengan tes ini.
Asam asetat yang dipakai tidak penting konsentrasinya tiap
konsentrasi antara 3-6% boleh dipakai, yang penting ialah pH yang
dicapai dengan pemberian asam asetat, oleh karena itu ada yang
lebih suka memakai larutan penyangga pH 4,5 sebagai pengganti
larutan asam asetat, sehingga dengan reagen ini adanya garam-garam
untuk mempresipitasikan protein dengan sendirinya terjamin
(Gandasoebrata, 2007).

Alat dan Bahan :


1. Tabung reaksi
2. Api spirtus
3. Penjepit tabung
4. Korek api
5. Asam asetat 6%
6. Urin

Cara Kerja :

1. Masukkan urin ke dalam tabung reaksi sebanyak 3 ml


2. Panaskan di atas nyala api dengan menggunakan penjepit tabung
sampai mendidih.
3. Tetesi dengan asam asetat 1-3 tetes.
4. Diamkan 1-3 menit.
5. Jika kekeruhan hilang dinyatakan protein dalam urin negatif
6. Jika kekeruhan tetap ada dinyatakan protein dalam urin positif
C. Tes Kehamilan
Tes urine chorionic gonadotropin (HCG) adalah jenis tes
kehamilan. Plasenta wanita hamil menghasilkan HCG yang disebut
juga hormon kehamilan.
Selama kehamilan 8 sampai 10 minggu pertama, kadar
HCG biasanya meningkat sangat cepat. Kadar ini mencapai
puncaknya pada sekitar minggu kesepuluh kehamilan, dan kemudian
berangsur-angsur menurun sampai melahirkan.
Tes urine HCG biasanya dijual dalam alat tes kehamilan
(test pack) yang bisa digunakan sendiri di rumah.

Alat dan Bahan :


1. Gelas Beker
2. Kit tes kehamilan

Cara kerja :

1. Siapkan sempel urin (normal dan wanita hamil) pada beker glass,
lalu celupkan strip tes kehamilan
2. Diamkan selama 5 menit, perhatikan pita yang muncul maka
terjadi (+) pita merah muda menunjukkan terhadap hormone
HCG

Nilai Normal Spesimen Urin

A. Reduksi urin (Urin Glukosa)


O- : tetap biru jernih atau sedikit kehijauan dan agak
keruh
O+ : hijau kekuningan dan keruh ( sesuai dengan 0,5 –
1% glukosa)
O ++ : kuning kehijauan atau kuning keruh (1 – 1,5%
glukosa)
O +++ : jingga atau warna lumpur keruh (2 – 3,5%
glukosa)
O ++++ : merah bata atau merah keruh ( > 3,5% glukosa)

B. Protein Urin
 Asam sulfosalicil 20 %
O- : tidak ada kekeruhan sedikitpun juga
O+ : ada kekeruhan ringan tanpa butir-butir dalam
kekeruhan itu
O ++ : kekeruhan mudah dapat dilihat dan tampak butir-
butir dalam kekeruhan
O +++ : urin jelas keruh dan kekeruhan itu berkeping-
keping
O ++++ : urin sangat keruh dan kekeruhan berkeping-keping
besar, menggumpal dan memadat. (Gandasoebrata, 2007).
 Asam asetat 6 %
O- : tidak ada kekeruhan sedikitpun juga
O+ : ada kekeruhan ringan tanpa butir-butir dalam
kekeruhan itu
O ++ : kekeruhan mudah dapat dilihat dan tampak butir-
butir dalam kekeruhan
O +++ : urin jelas keruh dan kekeruhan itu berkeping-
keping
O ++++ : urin sangat keruh dan kekeruhan berkeping-keping
besar, menggumpal dan memadat. (Gandasoebrata, 2007).
C. Tes Kehamilan

Sampel Urin positif Urin negatif


Strip tes kehamilan
Strip menunjukkan 2
Hasil menujukkan hanya 1
garis merah
garis merah

Pemeriksaan Spesimen Feses

Tinja merupakan semua benda atau zat yang tidak dipakai lagi oleh
tubuh yang harus dikeluarkan dari dalam tubuh. Tinja (faeces)
merupakansalah satu sumber penyebaran penyakit yang multikompleks.
Orang yang terkena diare, kolera dan infeksi cacing biasanya mendapatkan
infeksi ini melalui tinja (faeces). Seperti halnya sampah, tinja juga
mengundang kedatangan lalat dan hewan-hewan lainnya. Lalat yang
hinggap di atas tinja (faeces) yang mengandung kuman-kuman dapat
menularkan kuman-kumanitu lewat makanan yang dihinggapinya, dan
manusia lalu memakan makanantersebut sehingga berakibat sakit.
Beberapa penyakit yang dapat disebarkan akibat tinja manusia antara lain
tipus, disentri, kolera, bermacam-macam cacing (gelang, kremi, tambang,
pita), schistosomiasis, dan sebagainya.
Pengerasan tinja atau feses dapat menyebabkan meningkatnya waktu
dan menurunnya frekuensi buang air besar antara pengeluarannya atau
pembuangannya disebut dengan konstipasi atau sembelit. Dan sebaliknya,
bila pengerasan tinja atau feses terganggu, menyebabkan menurunnya
waktu dan meningkatnya frekuensi buang air besar disebut dengan diare
atau mencret.

a. Tujuan Pengambilan Spesimen Feses


1. Menentukan darah samar karena adanya ulkus, inflamasi dan
tumor. Menggunakan kertas guaiac.
2. Mengetahui adanya gangguan pada gastrointestinal.
3. Adanya lemak pada feses akibat kerusakan pada intestinal.
4. Mendeteksi telur dan parasite. Mendeteksi adanya virus dan bakteri
dengan kultur (pembiakan).
b. Persiapan Pasien dan Alat serta Nilai Normal
Menyiapkan feses untuk pemeriksaan laboratorium dengan cara
pengambilan tertentu.

Alat dan bahan :

1. Hand scoon bersih


2. Vasseline Botol bersih dengan penutup
3. Lidi dengan kapas lembab dalam tempatnya
4. Bengkok
5. Perlak pengalas
6. Tissue
7. Tempat bahan pemeriksaan
8. Sampiran

Prosedur / Cara kerja :

1. Mendekatkan alat
2. Memberitahu pasien
3. Mencuci tangan
4. Memasang perlak pengalas dan sampiran
5. Melepas pakaian bawah pasien
6. Mengatur posisi dorsal recumbent
7. Memakan hand scoon
8. Telunjuk diberi vaselin lalu dimasukkan ke dalam anus dengan
arah keatas kemudian diputar kekiri dan kekanan sampai teraba
tinja
9. Setelah dapat , dikeluarkan perlahan – lahan lalu dimasukkan ke
dalam tempatnya.
10. Anus dibersihkan dengan kapas lembab dan keringkan dengan
tissue.
11. Melepas hand scoon
12. Merapikan pasien
13. Mencuci tangan

Nilai Normal Spesimen Fese

Dalam keadaan normal dua pertiga tinja terdiri dari air dan sisa
makanan, zat hasil sekresi saluran pencernaan, epitel usus, bakteri
apatogen, asam lemak, urobilin, debris, celulosa gas indol, skatol,
sterkobilinogen dan bahan patologis.

Normal : 100 – 200 gram / hari.


Frekuensi defekasi : 3x / hari – 3x / minggu.

PemeriksaanSpesimen Sputum

Sputum adalah sekret mukus yang dihasilkan dari paru- paru, bronkus
dan trakea. Individu yang sehat tidak memproduksi sputum. Pasien perlu
batuk untuk mendorong sputum dari paru-paru, bronkus dan trakea ke
mulut dan mengeluarkan ke wadah penampung.

a. Tujuan Pengambilan Spesimen Sputum


Untuk mengetahui basil tahan asam dan mikroorganisme (seperti,
tuberkulosis pulmonal, pneumonia bakteri, bronkhitis kronis,
bronkhietaksis) yang ada dalam tubuh pasien sehingga diagnosa dapat
ditegakkan.

b. Pemeriksaan Spesimen Sputum


Pengambilan sputum sebaiknya dilakukan pada pagi hari, dimana
kemungkinan untuk mendapat sputum bagian dalam lebih besar. Atau juga
bisa diambil sputum sewaktu. Waktu yang diperlukan untuk pengambilan
sputum adalah 3 kali pengambilan sputum dalam 2 kali kunjungan, yaitu
Sputum sewaktu (S), yaitu ketika penderita pertama kali datang; Sputum
pagi (P) , keesokan harinya ketika penderita datang lagi dengan membawa
sputum pagi ( sputum pertama setelah bangun tidur), Sputum sewaktu (S),
yaitu saat penderita tiba di laboratorium, penderita diminta mengeluarkan
sputumnya lagi.
Pengambilan sputum pada pasien tidak boleh menyikat gigi. Agar
sputum mudah dikeluarkan, dianjurkan pasien mengonsumsi air yang
banyak pada malam sebelum pengambilan sputum. Sebelum
mengeluarkan sputum, pasien disuruh untuk berkumur-kumur dengan air
dan pasien harus melepas gigi palsu (bila ada). Sputum diambil dari
batukkan pertama (first cough). Cara membatukkan sputum dengan Tarik
nafas dalam dan kuat (dengan pernafasan dada) batukkan kuat sputum dari
bronkus trakea mulut wadah penampung. Wadah penampung berupa pot
steril bermulut besar dan berpenutup (Screw Cap Medium).
Periksa sputum yang dibatukkan, bila ternyata yang dibatukkan
adalah air liur/saliva, maka pasien harus mengulangi membatukkan
sputum. Sebaiknya, pilih sputum yang mengandung unsur-unsur khusus
seperti : darah dan unsur-unsur lain. Bila sputum susah keluarkan lakukan
perawatan mulut Perawatan mulut dilakukan dengan obat glyseril
guayakolat (expectorant) 200 mg atau dengan mengonsumsi air teh manis
saat malam sebelum pengambilan sputum.

Alat dan bahan :


1. Wadah specimen steril dengan penutup,
2. Sarung tangan disposable (bila membantu klien),
3. Disinfektan dan alat pengusap, atau sabun cair dan air,
4. Handuk kertas,
5. Label yang berisi lengkap,
6. Slip permintaan laboratorium yang terisi lengkap,
7. Obat kumur.

Prosedur / Cara kerja :


1. Jelaskan kepada klien apa yang akan Anda lakukan, mengapa hal
tersebut perlu dilakukan dan bagaimana klien dapat bekerja sama.
Diskusikan bagaimana hasilnya akan digunakan untuk perawatan atau
terapi selanjutnya.
2. Berikan privasi klien
3. Berikan bantuan yang diperlukan untuk mengumpulkan spesimen
4. Pastikan klien merasa nyaman
5. Beri label dan bawa spesimen ke laboratorium
6. Dokumentasikan semua informasi yang relevan

Nilai Normal Spesimen Sputum

 Pada suhu ruang : ≤ 2 jam


 Pada suhu ruang dalam media transport Amies/Stuart : ≤ 24 jam

Pemeriksaan Spesimen Secret Vagina


Dalam kondisi normal, kelenjar pada serviks menghasilkan suatu
cairan yang jernih yang keluar, bercampur dengan bakteri, sel sel vagina
yang terlepas dan sekresi dari kelenjar Bartolin. Selain itu sekret vagina
juga disebabkan karena aktivitas bakteri yang hidup pada vagina yang
normal, pada perempuan, sekret vagina ini merupakan suatu hal yang
alami dari tubuh untuk memnbersihkan diri, sebagai pelicin dan
pertahanan dari berbagai infeksi. Dalam kondisi normal, sekret vagina
tersebut lebih jernih, putih keruh atau berwarna kekuningan ketika
mengering pada pakaian.
Sekret vagina terdiri dari beberapa komponen yang meliputi air,
elektrolit, mikroorganisme, sel-sel epitel dan senyawa organik seperti
asam lemak, protein dan karbohidrat. Komponen-komponen ini bergabung
untuk menghasilkan sekret vagina dengan pH kurang dari 4,5. Sel epitel
berasal dari epitel toraks serviks dan epitel gepeng vagina. Flora vagina
yang normal terdiri dari mikroorganisme yang mengkolonisasi cairan
vagina dan sel epitel. Leukosit, meskipun normalnya terdapat pada fase
sekresi siklus menstruasi, biasanya hanya ditemukan dalam jumlah kecil.
a. Tujuan Pemeriksaan Secret Vagina
Untuk mengetahui penyebab penyakit dengan tepat sehingga dapat
diberikan pengobatan yang tepat pula.

b. Persiapan Pasien dan Alat serta Nilai Normal

Metode pengambilan sekret vagina


a. Pap Smear
Papanikolaou test atau Pap smear adalah metode screening
ginekologi, dicetuskan oleh Georgios Papanikolaou, untuk menemukan
proses-proses premalignant dan malignant di ectocervix, dan infeksi
dalam endocervix dan endometrium (Wikipedia). Pap Smear dapat
dilakukan pada berbagai sekret tubuh, termasuk : sekret gaster,
sekret prostat, sputum, dan urin. Sel-sel tersebut kemudian
diklasifikasikan menurut grade mulai dari sel normal sampai sel Ca.
Pada dunia obstetri ginekologi, Pap smear digunakan untuk
mendeteksi kanker rahim yang disebabkan oleh human papillomavirus
atau HPV. Menurut perkiraan, di Inggris Pap smear mencegah sekitar
700 kematian per tahun. Wanita yang aktif secara seksual disarankan
menjalani Pap smear sekali setahun. Pap smear rutin dianjurkan
pada wanita lebih dari 40 tahun yang beresiko tinggi dan pada
wanita yang hasil tes pap positif.
Prosedur Pap Smear dilakukan dimana dokter atau perawat
memasukkan spekulum ke vagina pasien untuk mengambil sample dari
servik. Pap smear biasanya tidak dilakukan selama menstruasi.
Prosedur ini dapat menimbulkan sedikit rasa sakit, namun hal ini
bergantung kepada anatomi pasien, faktor psikologi, dan lain-lain.
Sample kemudian diuji di laboratorium dan hasil diperoleh dalam
waktu sekitar 3 minggu. Sedikit pendarahan, kram, dan lain-lain dapat
terjadi sesudahnya.

Klasifikasi Pap Smear:


1. Sistem Lama
 Grade I : Sel-sel tampak normal
 Grade II : Atypical (tidak khas, tidak teratur, tidak normal),
namun tidak ditemukan tanda-tanda malignancy
 Grade III : Mengarah ke keganasan, tapi belum jelas
 Grade IV : Lebih mengarah ke keganasan
 Grade V : Jelas keganasan
2. Sistem Terbaru
 Normal
 Inflammatory
 Mild-cervical intraepithelial neoplasia
 Severe-cervical intraepithelial neoplasia
 Cancer

Persiapan pengambilan sekret vagina:

1. Persiapan pasien:
2. Melakukan informant concent
3. Menyiapkan tempat tidur ginekologi dan lampu sorot.
4. Menganjurkan klien membuka pakaian bawah
5. Menganjur klien berbaring di tempat tidur ginekologi dengan
posisi litotomi

Alat dan Bahan :

1. Kapas lidi steril atau ayse


2. Gelas obyek
3. Bengkok
4. Sarung tangan
5. Spekulum
6. Botol khusus berisi alcohol 96%
7. Cytocrep (hair spray)
8. Kain kassa, kapas sublimat
9. Perlak
Prosedur pelaksanaan metode pap smear:

1. Memberitahu dan menjelas kan kepada pasien tindakan yang


akan dilakukan
2. Menyiapkan alat dan bahan membawa ke dekat pasien
3. Memasang sampiran
4. Membuka atau menganjurkan pasien menanggalkan pakaian
bawah (tetap jaga privacy pasien)
5. Memasang pengalas dibawah bokong pasien
6. Mengatur posisi pasien dengan kaki ditekuk (dorsal
recumbent)
7. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir mengeringkan
dengan handuk bersih
8. Memakai sarung tangan
9. Buka labia mayora dengan ibu jari dan jari telunjuk tangan
yang tidak dominan
10. Melakukan vulva hygine
11. Mengambil sekret vagina dengan kapas lidi dan tangan yang
dominan sesuai kebutuhan
12. Menghapuskan sekret vagina pada gelas obyek yang disediakan
13. Membuang kapas lidi dalam bengkok
14. Fiksasi segera sediaaan yang dibuat dengan cara:
o Fiksasi Basah

Fiksasi basah dibuat setelah sediaan diambil, sewaktu secret


masih segar dimasukkan kedalam alcohol 96%. Setelah
difiksasi selama 30 menit, sediaan dapat diangkat dan
dikeringkan serta dikirim dalam keadaan terndam cairan
fiksasi didalam botol.

o Fiksasi Kering
Fiksasi kering dibuat setelah sediaan selesai diambil,
sewaktu secret masih segar disemprotkan cytocrep atau hair
spray pada object glass mengandung usapan secret tersebut
dengan jarak 10-15 cm dari kaca object glass, sebanyak 2-4
kali semprotan. Kemudian keringkan sediaan dengan
membiarkannya diudara terbuka selama 5-10 menit. Setelah
kering sediaan siap dikirimkan ke laboraturium sitologi
untuk diperiksa.

15. Bersihkan porsio dan dinding vagina denagn kasa steril dengan
tampon tang
16. Keluarkan speculum dari vagina secara perlahan-lahan
17. Berutahui klien bahwa pemeriksaan sudah selesai
18. Cuci tangan
19. Melakukan dokumentasi tindakan yang telah dilakukan.
PEMBERIAN OBAT
Pemberian Obat Melalui Oral
Pemberian obat melalui mulut dilakukan dengan tujuan mencegah,
mengobati, dan mengurangi rasa sakit sesuai dengan efek terapi dari jenis obat.
Persiapan alat dan bahan:
1. Daftra Buku Obat/Catatan, jadwal pemberian obat
2. Obat dan tempatnya
3. Air minum dalam tempatnya
Prosedur kerja:
1. Cuci tangan
2. Jelaskan pada klien mengenai prosedur yang akan dilakukan.
3. Baca obat,dengan berprinsip tepat obat, tepat pasien, tepat dosis, tepat
waktu, tepat tempat
4. Bantu untuk meminumkannya dengan cara :
a. Apabila memberikan obat berbentuk tablet atau kapsul dari
botol,maka tuangkan jumlah yang dibutuhkan ke dalam  tutup
botol dan  pindahkan ke tempat  obat. Jangan sentuh obat
dengan  tangan.Untuk obat berupa kapsul jangan dilepaskan
pembungkusnya.
b. Kaji kesulitan menelan, Bila ada, jadikan tablet dalam bentuk
bubuk dan campuran dengan  meminum.
c. Kaji denyut nadi dan tekanan darah sebelum pemberian
obat  yang  membutuhkan pengkajian
5. Catat perubahan dan
6. reaksi terhadap pemberian.Evaluasi respons terhadap obat dengan
mencatat hasil pemberian obat.
7. Cuci tangan.
Pemberian Obat Oral Sublingual
1. Persiapan alat
a. Spuit
b. Kasa antiseptic / kapas alkohol
c. Ampul
d. Formulir obat
e. Sarung tangan bersih
2. Persiapan lingkungan
Jaga privasi klien
3. Persiapan klien
a. Jelaskan tujuan dan prosedur
b. Berikan klien posisi senyaman mungkin
4. Langkah – langkah
a. Cuci tangan
b. Gunakan sarung tangan bersih
c. Cek instruksi obat pasien
d. Menyiapkan obat dengan benar sesuai instruksi pengobatan
e. Pilih tempat penyuntikan yang tepat.Palpasi tempat tersebut
terhadap edemen,massa,atau nyeri tekan. Hindari area yang
terdapat jarinagn parut,memar,lecet,atau infeksi.Jangan gunakan
tempat penyuntikan berulang kali.Rotasikan didalam satu region
anatomi kemudian pindah ke lokasi anatomi lainnya. Jangan
gunakan kembali tempat suntikan yang sama didalam periode 3
minggu.
a) Ekspose bagian lengan atau tungkai klien (tempat di mana
suntikan akan diberikan).
b) Bersihkan tempat suntikan yang dipilih dengan swab di tengah
tempat suntikan dan putar ke arah melingkar sekitar 5 cm
c) Lepaskan cap jarum dari spuit dengan menarik cap lurus.
d) Pegang spuit diantara ibu jari dan jari telunjuk dari tangan yang
dominan
e) Lakukan penyuntikan:
f) Untuk klien ukuran sedang; dengan tangan nondominan
perawat regangkan kedua belah sisi kulit tempat suntikan
dengan kuat atau cubit kulit yang akan menjadi tempat
suntikan.
g) Untuk klien obesitas, cubit kulit pada tempat suntikan jarum di
bawah lipatan kulit.
h) Suntikan jarum dengan cdpat dan kuat pada sudut 45 derajat
(kemudian lepaskan cubitan kulit bila dilakukan).
i) Lakukan aspirasi
j) Cabut jarum dengan cepat sambil meletakan swab antiseptic
tepat dibawah suntikan. Jika menggunakan metode Z-
track,tahan agar jarum tetap ditempat setelah nenyuntikan obat
selama 10 detik.Kemudian lepaskan kulit setelah menarik
jarum.
k) Massae tempat suntikan dengan perlahan kecuali merupakan
kontraindikasi seperti pada penyuntikan heparin.
l)  Bantu klien mendapatkan posisi yang nyama.
m) Buang jarum tidak berpenutup dan letakkan spuit ke dalam
tempat yang sudah diberi label.
n) Rapihkan alat dan klien
o) Lepaskan sarung tangan
p) Cuci baju
q) Dokumentasi
r) Kembali untuk mengevaluasi respons klien terhadap obat
dalam 15 sampai 30 menit.
s) Melakukan tindakan dengan sistematis
t) Komunikatif dengan klien.
u) Percaya diri

Memberikan obat topical untuk kulit


Definisi
Memberikan obat yang mempunyai efek lokal jika diabsorpsikedalam
kulit. bentuk obat umumnya digunakan dengan cara
lation,pasta,jelly,bubuk,minyak ataupun dalam bentuk yang langsung
ditempelkan di kulit.
Tujuan
1. Mengurangi pruritas dan gatal-gatal
2. Melubrikasi dan melembutkan kulit
3. Menambah atau mengurangi kulit atau keringat
4. Melindungi kulit
5. Memberikan obat antibiotik atau antiseptik untuk mencegah atau
mengatasi inflamasi
Indikasi
Efektif diberikan pada klien dengan penyakit kulit dengan tujuan
mengurangi tanda gejala yang variatif (seperti gatal-gatal,kemerahan,kulit kasar
dan lainnya).

Kontraindikasi
Hipersensitif terhadap komposisi obat

Hal-hal yang perlu diperhatikan


1. Gunakan sarung tangan atau lidi kapas untuk mengoleskan obat sehingga
tangan perawat tidak kontak langsung ke luka ataupun obat yang akan
diberikan.
2. Jika tidak ada luka terbuka,bersihkan terlebih dahulu area yang akan
diberikan pengobatan dengan menggunakan air hangat dan sabun.
3. Untuk obat yang ditempelkan langsung ke kulit (mislanya anti angina
Nitrogliserin) maka hindari penempelan diarea yang sama lakukan rotasi.
4. Perawat perlu mengajari klien dan keluarga cara memberikan obat dengan
cara ini.pencahayaan yang baik dan area yang akan dipakaikan obat
terekspose.
Pengkajian
1. Kaji catatan medis dokter tentang medikasi seperti nama
obat,konsentrasi,waktu dan lokasi pemberian.
2. Kaji informasi tentang obat seperti cara kerja ,tujuan,dan efek samping
3. Kaji kondisi kulit klien
4. Kaji adanya alergi terhadap jenis obat topikal
5. Kaji tingkat pengetahuan klien tentang medikasi
6. Kaji kemampuan klien dalam menggunakan obat secara mandiri
 Prosedur
1. Persiapan alat
2. Persiapan lingkungan
3. Persiapan klien
4. Cuci tangan
5. Menyiapkan obat dengan instruksi obat pasien
6. Ekspose daerah yang akan diberikan obat
7. Oleskan krim
8. Cuci daerah kulit yang terdapat luka .singkirkan semua bekas jaringan
yang mati dan siisa pengobatan agar penetrasi obat ke dalam kulit akan
lebih efektif
9. Ganti sarung tangan dengan yang baru agar tidak ada perpindahan atau
kontaminasi bakteri
10. Bantu klien mendapatkan posisi yang nyama
11. Rapihkan alat dan klien
12. Lepaskan sarung tangan
13. Cuci tangan
14. Dokumentasi
15. Kembali untuk mengevaluasi respon s klien terhadap obat dalam 15
sampai 30 menit.
16. Melakukan tindakan dengan sistematis
17. Komunikatif dengan klien
18. Percaya diri
Memberikan obat Mata
Definisi
Memberikan obat dengan dosis tertentu ke dalam konjungtiva
mata.Terdapat 2 bentuk obat mata yang diberikan ,yaitu berupa tetes mata dan
salep mata
 Tujuan
Memberikan pengobatan pada klien yang membutuhkan (misalnya obat
antibotik)untuk melawan infeksi virus ataupun dengan alasan yang lain (misalnya
membersihkan mata dengan cairan steril).
Indikasi
1. Penyakit infeksi mata, seperti konjungtivitis,ulkus korea
2. Penyakit glaukoma
3. Post operasi ekstraksi katarak
Kontraindikasi
Tidak ada
Hal –hal yang perlu diperhatikan
1. Kocok terlebih dahulu obat yang akan digunakan sehingga obat tercampur
optimal (jika obat dalam bentuk cair).
2. Perawat harus memberikan obat dengan hati-hati karena kornea mata
merupakan bagan mata yang sangat kaya dengan serabut-serabut syaraf
3. Perawat juga perlu memberikan pendidikan kesehatan kepada klien dan
keluarga tanda-tanda penurunan fungsi penglihatan
Pengkajian
1. Kaji catatan medis dokter tentang medikasi seperti nama obat
,konsentrasi,jumlah tetesan (jika dalam bentuk cairan)waktu, mata yang
diberikan (misalnya mata kanan atau mata kiri bahkan kedua-duannya)
2. Kaji informasi tentang obat seperti cara kerja,tujuan,dan efek samping
3. Kaji kondisi mata bagaian luar
4. Kaji adanya alergi terhadap jenis obat mata
5. Kaji apakah klien mempunyai gejala penurunan penglihatan
6. Kaji tingkat kesadaran dan kempampuan mengikuti perawat
7. Kaji tingkat pengetahuan klien tentang medikasi
8. Kaji kemampuan klien dalam memegang obat mata secara mandiri
Memberikan obat topikal salep mata
1. Persiapan alat
2. Persiapan lingkungan
3. Persiapan klien
4. Cuci tangan
5. Gunakan sarung tangan
6. Cek instruksi obat pasien
7. Menyiapkan obat dengan benar sesuai instruksi pengobatan
8. Aturan posisi klien berbaring atau duduk dengan kepala hiperekstensi
9. Bila terdapat kotoran mata disepanjang kelopak mata, basuh dengan
perlahan.Basahi kotoran mata yang telah mongering dan sulit dibuang dengan
memakai lap basah atau bola kapas basah.
10. Bersihkan mata dari bagian dalam ke luar kantus
11. Pegang bola kapas atau tissue yang bersih pada tangan non dominan diatas
tulang pipi klien tepat di bawah kelopak mata bawah
12. Dengan tisu atau kapas di bawah kelopak mata bawah,perlahan tekan bagian
bawah dengan ibu jari atau jari telinjuk diatas tulang orbita
13. Minta klien untuk meliat pada langit-langit
14. Pegang salep di atas pinggir kelopak mata sehingga memberikan aliran tipis
sepanjang tepi dalam kelopak maa bawah pada konjunctiva
15. Minta klien untuk meliat ke bawah
16. Berikan aliran tipis sepanjang kelopak mata atas pada konjunctiva dalam
17. Biarkan klien memejamkan mata dan menggosokan kelopak mata secara
perlahan dengan gerakan sirkular menggunakan bola kapas
18. Bila terdapat kelebihan obat pada kelopak mata, dengan perlahan usap dari
bagian dalam ke luar kantus
19. Bila klien mempunyai penutup mata,pasang penutup mata yang bersih diatas
mata yang sakit sehingga seluruh mata terlindungi.plester dengan aman tanpa
memberikan penekanan pada mata
20. Rapihkan alat
21. Lepaskan sarung tangan
22. Cuci tangan
23. Dokumentasi
24. Kembali untuk mengevaluasi respons klkien terhadap obat dalam 15 sampai
30 menit
25. Melakukan tindakan dengan sistematis
26. Percaya diri

Memberikan obat tetes mata


1. Persiapan alat
2. Persiapan lingkungan
3. Persiapan klien
4. Cuci tangan
5. Gunakan sarung tangan
6. Cek instruksi obat pasien
7. Menyiapkan obat dengan benar sesuai instruksi pengobatan
8. Bersihkan mata dari bagian dalam ke luar kantus
9. Pegang bola kapas atau tissue yang bersih pada tangan non dominan diatas
tulang pipi klien tepat di bawah kelopak mata bawah
10. Dengan tisu atau kapas di bawah kelopak mata bawah,perlahan tekan
bagian bawah dengan ibu jari atau jari telinjuk diatas tulang orbita
11. Minta klien untuk meliat pada langit-langit
12. Teteskan obat tetes mata dengan tangan dominan anda di dahi
klien,pegang tetes mata yang telah terisi obat kurang lebih 1-2 cm di atas
sakus konjunctiva
13. Teteskan sejumlah obat sesui instruksi ke dalam sakus konjunctiva
14. Bila klien berkedip atau menutup mata atau bila tetesan jatuh ke pinggiran
kelopak mata, ulangi prosedur
15.  Bila memberikan obat yang menyebabkan efek sistemik,lindungi jari anda
dengan sarung tangan atau tisu bersih dan berikan tekanan lembut pada
klien selama 30 sampai 60 detik
16. Minta klien untuk menutup mata dengan perlahan
17. Bila terdapat kelebihan obat pada kelopak mata,dengan perlahan usap dari
bagian dalam ke luar kantus
18. Bila terdapat kelebihan obat pada kelopak mata, dengan perlahan usap dari
bagian dalam ke luar kantus
19. Bila klien mempunyai penutup mata,pasang penutup mata yang bersih
diatas mata yang sakit sehingga seluruh mata terlindungi.plester dengan
aman tanpa memberikan penekanan pada mata
20. Rapihkan alat
21. Lepaskan sarung tangan
22. Cuci tangan
23. Dokumentasi
24. Kembali untuk mengevaluasi respons klkien terhadap obat dalam 15
sampai 30 menit
25. Melakukan tindakan dengan sistematis
26.  Percaya diri
Memberikan obat parenteral IC/SC/IM
Definisi Intracutan (IC)
Menyuntikan obat (dalam jumlah kecil, umumnya hanya 0,01 sampai
sengan 0,1 cc) ke dalam kulit bagian dermis dimana suplai darah di bagian
tersebut sangat minimal dan absorpi obat lambat. Jarum dimasukkan ke dalam
dermis dengan sudut 5-15 derajat sampai terbentuk gelembung kecil.
Tujuan
Mengetahui adanya alergi obat.Hal ini bisa dilihat dari perubahan warna
kulit,besarnya kerusakan integritas kulit
Indikasi
Klien yang akan dilakukan skin test,mislnya teberkulin atau tes terhadap
reaksi alergi obat tertetu
 Kontraindikasi                                   
Tidak ada
Hal-hal yang perlu diperhatikan
1. Daerah dermis yang dipilih untuk pemberian obat adalah daerah yang
tidak ada lesi,hiperoigmentasi,dan relatif mempunyai sedikit bulu.Lokasi
penusukan yang umumnya dipaki adalah lengan bagian dalam.
2. Gunakan spuit hipodetmic atau spuit tubercullin dengan jarum berukuran
26-27
3. Jika tidak terjadi gelembung kecil setelah obat dimasukkan,maka berarti
obat tersebut masuk ke dalam jaringan subkutan.jika hal ini terjadi maka
ulangi tindakan karena jika tidak diulangi,hasilnya akan menjadi tidak
valid.

Pengkajian
1. Kaji catatan medis dokter tentang terapi obat yang akan diberikan kepada
klien
2. Kaji informasi yang diharapakan dari reaksi pemberian obat intarmal
3. Kaji riwayat alergi klien dan reaksi yang timbul
4. Kaji tanggal kedaluarsa obat
5. Kaji tingkat pengetahuan klien terhadap tujuan dan reaksi skin test
Prosedur
1. Persiapan alat
2. Persiapan privack klien
3. Persiapan klien
4. Cuci tangan
5. Pakai sarung tangan bersih
6. Cek instruksi obat pasien
7. Menyiapkan obat dengan benar sesuai instruksi pengobatan
8. Periksa nama pasien, kaji terhadap elergi
9. Pasang penggalas
10. Pilih tempat penyuntikan yang tepat hindari area lecet,memar
11. Bersihkan tempat suntikan swab kassa antisepik dengan arah melingkar
(dalam keluar) sekitar 5cm
12. Lepaskan penutupan jarum dari spuit
13. Pegang spuit diantara ibu jari dari jari telunjuk tangan yang dominan.
14. Rengangkan kedua belah sisi kulit tempat suntikan dengan tangan non
dominam didaerah yang akan menjadi tempat suntikan.
15. Suntikan obat dalam spuit pada sudut 15 derajat sampai membuat
gelembung kecil
16. Cabut jarum dengan cepat dan jangan memberikan penekanan pada area
suntikan
17. Beri tanda lingkaran paada area suntikan apabila obat yang diberiakan
berupa antibiotic
18. Ambil pengalas
19. Rapihkan alat dan klien
20. Lepaskan sarung tangan
21. Cuci tangan
22. Dokumentasi
23. Evaluasi respons klien terhadap obat yang akan diberikan setelah 15
sampai 30 menit setelah penyuntikan
24. Melakukan tindakan dengan sistematis
25. Komunikatif dengan klien
26. Percaya diri

Definisi Subcutan (SC)


Menyuntikan obat (umumnya dalam jumlah kecil,sekitar0,5-0,1
cc)kedalam kulit bagian jaringan konektiv(subkutan)yang terletak dibawah dermis
.sudut penusukan dianjurkan dalah 45 derjat.obat-obat yang dapat dimasukan
isotonik, tidak mengiritasi (karena jaringan ini sangat senistif)tidak kental dan
larut dalam air, misalnya Epineprin, insulin,tetanus toxoid,obat alergi,narkotik dan
vitamin B12
Tujuan
Memberika medikasi sesuai kolaborasi dokter
Indikasi
1. Klien yang diberikan suntikan insulin dengan penyakit diabetes melitus.
2. Klien yang diberikan suntikan epineprin dengan reaksi alergi (tingkat
sedang sampai berat).
3. Klien yang diberikan suntikan heparin dengan penyakit jantung.
Kontraindikasi
1. Klien dengan shock
2. Klien dengan penyakit  pembulih darah
Hal-hal yang perlu diperhatikan
1. Hindari penyuntikan diarea yang terdapat lesi dan skar,adanya luka
infeksi,dibawah otot
2. yang besar atau bagian tubuh yang banyak syaraf
3. Jika klien takut terhadap penyuntikan ,alihkan perhatikan klien dan jangan
biarkan klien melihat jarum
4. Jika klien sangat kurus,jangan lakukan penyuntiikan di bagaian abdomen
Pengakajian
1. Kaji catatan mredis dokter tentang nama obat,dosis,waktu dan cara
pemberian obat
2. Kaji informasi obat ,cara kerja,tujuan ,efek samping,dosis yang
dianjurkan,lama kerja obat dan implikasi keperawatannya
3. Kaji faktor-faktor kontraindikasi pemberian obat secara subkutan,seperti
adanya shock yang berhungan dengan perfusi darah
4. Kaji indikasi pemberian obat,dengan penuruan kesadaran,gelisah,klien
dengan masalah menelan
5. Kaji riwayat pemakaian obat,adanya alergi,dan kesehatan masa lalu.

Prosedur
1. Persiapan alat
2. Persiapan lingkungan
3. Persiapan klien
4. Cuci tangan
5. Gunakan sarung tangan bersih
6. Cek instrusi obat pasien
7. Menyiapakan obat pasien dengan benar sesuai instruksi
8. Pilih tempat penyuntikan yang tepat.palpasi terhadap endema,massa,atau
nyeri tekan.hindari area jaringan perut, memar,lecet,atau infeksi jangan
gunakan tempat penyuntiakn berulang kali.
9. Ekpose bagian lengan atau tungkai klien (tempat di mana suntikan akan
diberikan ).
10. Bersikan tempat suntikan yang dipilih dengan swab kasa antiseptik.pasang
swab putar ke arah melingkar sekitar 5cm
11. Lepaskan cap jarum dari spuit dengan menarik capa lurus
12. Pegang spuit diantara ibu jari dan jari telunjuk dari tangan yang dominan.
13. Lakukan penyuntikan
14. Untuk klien ukuran sedang : dengan tangan nondominan perawat
regangkan kedua belah sisi kulit tempat suntikan dengan kuat atau cubit
kulit yang akan menjadi tempat suntikan.
15. Lakukan aspirasi
16. Cabut jarum dengan cepat sambil meletakan swab antiseptic tepat dibawah
suntikan.Jika menggunakan metode Z-track,tahan agar jarum tetap
ditempat setelah menyuntikan obat selam 10detik. Kemudian lepaskan
kulit setelah menarik jarum.
17. Massae tempat suntikan dengan perlahan kecuali merupakan
kontraindikasi seperti pad penyuntikan hepari
18. Bantu klien mendapatkan posisi yang nyaman.
19. Buang jarum tidak berpenutup dan letakkan spuit ke dalam tempat yang
sudah diberi label.
20. Rapihkan alat dan klien
21. Lepaskan sarung tangan
22. Cuci tangan
23. Dokumentasi
24. Kembali untuk mengevaluasi respons klien terhadap obat dalam 15 sampai
30 menit.
25. Melakukan tindakan dengan sistematis
26. Komunikatif dengan klien
27. Percaya diri
Definisi Intramuscular (IM)
Menyuntikan obat ke dalam kulit bagian muskular (jaringan otot).jarun
suntikan yang digunakan untuk klien dewasa biasanya berukuran 19-23 dan
ukuran untuk anak-anak adalah 25-27 dengan arah penusukan 90.pemberian obat
ke bagaian otot biasannya tidak menyebabkan iritas walaupun dengan obat yang
relatif kental.
Tujuan
Memberikan medikasi sesuai kolaborasi dokter
Indikasi
1. Klien tidak dapat bertoleransi terhadap pemberian obat oral
2. Ketika menginginkan reaksi obat yang lebih cepat daripada pemberian via
subkutan
Kontraindikasi
Tidak efektif jika dilakukan klien dengan:
1. Atrofi otot, misalnya pada klien dengan ,injuri spina cord/ tulang belakang
2. Penurunan aliran darah shoc
Hal-hal yang perlu diperhatiakan
1. Yakinkan bahwa klien tidak mengalami alergi obat yang akan disuntikan
2. Perkirankan dengan benar lokasi penyuntikan
3. Pada klien yang mendapatkan obat secara regule/terus menerus (vitamin
B12) maka lakukan rotansi penyuntikan.
4. Jika klien yang akan disuntikan adalah anak-anak,maka perawat dapat
meminta bantuan orang tua dalam menurunkan ketegangan/kecemasan
anak tersebut. Suntikan pula dengan menggunakan ukuran spuit dan jarum
yang sesuai.
Pengkajian
1. kaji catatan medis dokter tentang nama obat,dosis,waktu dan cara
pemberian obat
2. kaji informasi obat cara kerja obat, tujuan efek samping,dosis yang
dianjurkan, lama kerja obat implikasi keperawatanya.
3. Kaji faktor-faktor yang meupakan kontraindikasi pemberian obat secara
intramuskular, atrofi otot,penurunan aliran darah atau klien dengan shock.
4. Kaji indikasi pemberian obat
5. Kaji riwayat pemakain obat
6. Kaji usia klien
7. Kaji tingkat pengetahuan klien tentang terapi obat.
8. Kaji reaksi verbal dan non verbal karena bisa rasa sangat cemas
meningkatkan ambang nyeri terhadap penyuntikan obat.

Prosedur
1. Persiapan alat
2. Persiapan lingkungan
3. Persiapan klien
4. Cuci tangan
5. Gunakan sarung tangan bersih
6. Cek instruksi obat pasien
7. Menyiapkan obat dengan benar sesuai instruki pengobatan
8. Pasang perlak pengalas dan dekatkan bengkok
9. Memilih lokasi penyuntikan yang tepat
10. Meminta klien untuk melemaskan lengan atau tungkai yang akan
dilakukan penyuntikan
11. Mendesinfeksi area yang diplih dengan kapas alkohol dengan cara
memutar ke arah luar sekitar 5cm
12. Membuka tutup jarum dari spuit
13. Memegangkan spuit diantara ibu jari dari jari telunjuk dari tangan yang
dominan seperti memegang anak panah
14. Meregangkan kulit yang akan disuntik dengan tangan kiri
15. Tusukan jarum dengan sudut 90 derajat
16. Aspirasi spuit dengan cara menarik plunger ke belakang
17. Jika tidak terdapat udara, masukan obat dengan perlahan (bila terdapat
darah maka jarum segera dicabut dan obat diganti)
18. Mencabut jarum dengan cepat sambil meletakan kapas alcohol tepat
dbawah suntikan
19. Massase tempat penyuntikan dengan perlahan
20. Membantu klien dengan mendapatkan posisi yang nyaman
21. Meletakan spuit kedalam bengkok
22. Merapikan alat dan klien
23. Lepaskan sarung tangan
24. Perawat mencuci tangan
25. Dokumentasi
26. Mengevaluasi kembali respon klien terhadap obat 15 sampai 30 menit
setelah penyuntikan
27. Melakukan tindakan dengan sistematis
28. Komuikatif dengan klien
29. Percaya diri

 Lokasi
Lokasi pemberian obat melalui muscular dapat diberikan pada daerah :
1. M. Deltoid , menentukan lokasi dengan palpasi batas bawah prosesus
akromium, yang membentuk basis sebuah segitiga yang sejajar dengan
titik tengah bagian lateral lengan atas.
Tempat injeksi terletak dibagian tengah segitiga sekitar 2.5 sampai 5 cm
dibawah prosesus akromium atau dengan cara menempatkan empat jari
diatas otot deltoid, dengan jari teratas berada disepanjang prosesus
akromium. Hati-hati terhadap saraf radialis, ulnaris dan arteri brakhialis
terdapat didalam lengan atas disepanjang humerus.
2. M. Dorsogluteal  yaitu tempat biasa digunakan injeksi IM, Daerah
dorsogluteus berada dibagian atas luar kuadran ata atas luar bokong, kira-
kira 5 sampai 8 cm dibawah Krista iliaka untuk menemukan lokasinya,
palpasi spina iliaka posterior dan superior dan trokhantor mayor femur.
Sebuah garis khayal ditarik diantara dua penanda anatomi. Tempat injeksi
terletak diatas dan lateral terhadap garis. Pada anak-anak hanya boleh
digunakan jika usia lebih dari 3 tahun.
3. M. Ventrogluteal, menemukan lokasi ini dengan klien disuruh berbaring
diatas salah satu sisi tubuh dengan menekuk lutut, kemudian cari otot
dengan menempatkan telapak tangan diatas trokanter mayor dan jari
telunjuk pada spina iliaka superior anterior panggul. Tangan kanan
digunakan untuk panggul kiri dan tangan kiri digunakan untuk panggul
kanan . Perawat menunjukan ibu jarinya kearah lipat paha klien dan jari
lain kearah kepala. Tempat injeksi terpajang ketika perawat melebarkan
jari tengah kebelakang sepanjang Krista iliaka kearah bokong. Jari
telunjuk, jari tengah, dan Krista iliaka membentuk sebuah segitiga dan
tempat injeksi berada ditengah segitiga tersebut.
4. M. Vastus Lateralis yaitu terletak di bagian lateral anterior paha, pada
orang dewasa membentang sepanjang satu tangan diatas lutut sampai
sepanjang satu tangan dibawah trokanter femur atau sepertiga tengah otot
merupakan tempat terbaik injeksi.

Prinsip pemberian obat analgesia inhalasin(Entonox)


Entonox (salah satu nama dagang)berisi 50% oksigen dan 50% dinitrogen
monoksida,konsentrasi tersebut bertindak sebagai analgesia yang efektif ketika
diinhalasi.obat tersebut digunakan dalam tatanan maternitas,berpotensi,untuk
semua kal persalin ketika efek analgesik memilik beberapa manfaat dengan hanya
memberi efek samping minimall untuk ibu dan janin.jika dilakukan dengan
benar,Entonox sangat efektif dalam 40 detik hingga 1 menit.Efek obat dimulai
setelah lima kali napas dalam (kira-kira 20 detik).obat dieksresi dari tubuh dalam
2-5 menit.
Prinsip pemberian obat per vagina
Secara umum  rute pemberian  medikasi melalui rute ini akan membuat
ibu merasa malu. Asuhan harus dilakukan dengan jaminan dan usaha dibuat untuk
melindungi martabat dan privasi.Beberapa medikasi yang diberikan melalui rute
pv sering kali dilakukan oleh ibu sendiri. Kebutuhannya meningkat terkadang
mungkin untuk mengeluarkan tablet vagina atau supositoria vagina tetapi tindakan
ini merupakan tindakan yang tidak dapat diandalkan sehingga bukan merupakan
tindakan yang diperbolehkan.
Bidan harus mempertahankan asepsi,terutama jika ketuban telah pecah
,dan penggunaan perlengkapan pelindungan personal diindikasikan.

Prosedur : Pemberian obat PV


1. Dapatkan persetujuan tindakan dan pastikan privasi.
2. Cuci tangan
3.  Kumpulkan peralatan
a. Sarung tangan steril dan hand rub
b. Perlak sekali pakai
c. Lubrikan sekali pakai steril,miss.,Ky dan jelly
d. Kassa/penyeka sekali pakai
e. obat dan kartu pemberian obat
4. Minta ibu anak berada pada posisi semi rekumben (penggunan bantal
untuk menghindari oklusi jika diperlukan), dengan   bengkok,
pergelangankaki menyatu dan lutut terpisah, tempatkan perlak sekali pakai
di bawah bokong.
5. Lepaskan pembalut atau celana dalam,pertahankan area genital tertutup
6. Buka sarung tangan
7. Cuci tangan kemudian pasang sarung tangan
8. Minta ibu untuk menyingkapkan selimut
9. Untuk pemberian, pegang labia dengan ibu jari dan jari telunjuk tangan
non dominan.
10. Keluarkan jari,usap vulva dengan penyeka.
11. Untuk pemberian susurkan aplikator di sepanjang dinding posterior vagina
hingga pesarium mencapai posisi yang tinggi didalam vagina
12. Tekan plunger dan tarik aplikator
13. Lepaskan sarung tangan,gunakan hand scoon dan bantu ibu pada posisi
semi rekumben yang nyaman.
14. Rapikan peralatan secara tepat dan cuci tangan.
15. Dokumentasikan pemberian dan temuan serta tindakan yang dilakukan.

Prinsip pemberian obat per rektum


Prosedur rektum
1. Dapat kan persetujuan tindakan dan pastikan privasi. Cuci tangan .(jika
obat untuk penggunaan sistemik,ibu harus dimotivasi untuk membuka
ussnya sebelum pemberian).
2. Kempulkan peralatan
3. Setelah meepas celana dalam, ibu diminta berbaring pada posisi lateral kiri
dengan satu atau kedua lutut fleksi.Tempatkan perlak sekali pakai di
bawah bokong.
4. Gunakan hand scoon dan pasang sarung tangan.
5. Lumasi bagian ujung lancip dan lumasi ujung tumpul enema
terbentuk  tabung; ujungnya dari lubrikan di swab kassa.keluarkan udara
enem berbentuk tabung dengan menekan larutan melalui ujung enem.
6. Minta ibu untuk menarik napas dalam (tindakan ini merelakskan ibu)
7. Angkat bokong kanan ibu tangan non dominan
8. Masukkan enem berbentuk tabung, tinggikan secara perlahan 10-12cm
untuk memastikan bahwa enem masuk ke kolom sigmoid dan cairan
9. Seka perium dengan kassa,lepas sarung tangan,gunakan hand scoon dan
bantu ibu kembali ke posisi nyaman
10. Cuci tangan
11. Anjurkan ibu untuk menahan obatnya selama mungkin,Tujuan agar
laksatif tertahan minimal selam 10-20 menit.
12. Kemudian bantu ke toilet, jika diperlukan.
13. Rapikan peralatan secara tepat dan cuci tangan.
14. Dokumentasikan pemberian ,efek,dan tindakan yang dilakukan

Intravena (IV)
 Pengertian
Memasukkan cairan obat langsung kedalam pembuluh darah
vena sehingga obat langsung masuk ke dalam sistem sirkulasi darah. Menurut
Sanders et al. (2012) rute intarvena diberikan secara langsung kedalam aliran
darah. Adapun waktu pemberian obat intravena sampai mendapatkan efeknya
yaitu sekitar 30-60 detik.
Lokasi
Memberikan obat atau injeksi melaui vena dapat secara langsung, di
berikan pada daerah berikut : 
vena medianan cubitus/cephalika (daerah lengan), vena saphenous (tungkai), vena
jugularis (leher),vena frontalis/temporalis di daerah frontalis dan temporal dari
kepala.
Indikasi
Indikasi pemberian obat melalui vena yaitu sebagai berikut :
a) Klien dengan penyakit berat seperti sepsis. Tujuan pemberian obat
intravena pada kasus ini agar obat langsung masuk ke dalam jalur
peredaran darah. Sehingga memberikan efek lebih cepat
dibandingkan memberikan obat oral.
b) Obat tersebut memiliki bioavailabilitas oral yang terbatas
(efektivitas dalam darah jika dimasukkan melalui mulut) atau
hanya tersedia dalam sediaan intravena (sebagai obat suntik).
c) Pasien tidak dapat minum karena muntah atau memang tidak dapat
menelan obat (ada sumbatan di saluran cerna atas).
d) Kesadaran menurun dan berisiko terjadi aspirasi (tersedak – obat
masuk ke pernapasan), sehingga pemberian melalui jalur lain
dipertimbangkan.
e) Klien dengan kejang-kejang.
f) Memasukkan obat secara cepat dengan tujuan kadar puncak obat
dalam darah perlu segera dicapai, sehingga diberikan melalui
injeksi bolus (suntikan langsung ke pembuluh balik/vena).
Peningkatan cepat konsentrasi obat dalam darah tercapai.

Kontraindikasi
Kontraindikasi dalam pemberian obat intravena dalah sebagai berikut :
a. Inflamasi atau infeksi di lokasi injeksi intravena.
b. Daerah lengan bawah pada pasien gagal ginjal, karena lokasi ini
akan digunakan untuk pemasangan fistula arteri – vena (A – V
shunt) pada tindakan hemodaliasis (cuci darah).
c. Obat – obatan yang berpotensi iritan terhadap pembuluh darah
vena kecil yang aliran darahnya lambat (misalnya pembulah vena
di tungkai dan kaki).
Bahaya
Bahaya yang mungkin terjadi dalam Pemberian obat atau injeksi intravena
adalah sebagai berikut:
a. Pasien alergi terhadap obat (misalnya mengigil, urticaria, shock,
collaps dll).
b. Pemberian obat intravena juga dapat menyebabkan emboli, infeksi
akibat jarum suntik yang tidak steril dan pembuluh darah pecah.
c. Pada bekas suntikan dapat terjadi abses, nekrose atau hematoma
d. Dapat menimbulkan kelumpuhan.

Keuntungan dan Kerugian


a. Keuntungan : Tidak mengalami tahap absorbsi, maka kadar obat dalam
darah diperoleh secara cepat, tepat dan dapat disesuaikam langsung
dengan respon penderita. Larutan tertentu yang iriatif hanya dapat
diberikan dengan cara ini karena dinding pembuluh darah relative tidak
sensitive dan bila di suntikkan perlahan – lahan obat segera diencerkan
oleh darah.
b. Kerugian : Efek toksik mudah terjadi karena keadaan obat yang tinggi
segera mencapai darah dan jaringan. Disamping itu, obat yang di
suntikkan tidak dapat ditarik kembali. Obat dalam larutan minyak yang
mengendapkan konstituen darah dan yang menyebakan hemolisis.

Anda mungkin juga menyukai