Anda di halaman 1dari 20

BAB 4

PERENCANAAN

4.1 PENGORGANISASIAN

Untuk efektifitas pelaksanaan Model Asuhan Keperawatan Profesional

dalam menentukan kebijakan – kebijakan internal yang sifatnya umum, kelompok

menyusun sruktur organisasi sebagai berikut :

Pembimbing : Ns. Diana Kusumawati, M.Kes

Ketua : Moch. Firmansyah

Sekretaris : Mega Indriyani. P

Bendahara : Ani Listiorini

Sie Dokumentasi :

1. Maulana Yusuf. E

2. Wiwik Sugianti

3. Oke Puspita Anggraini

Sie Humas :

1. Ardlian Luthfilia. A

2. Rudi Anang. K

3. Sherly Rinienda

4. Desi Dewi Mega


Sie Perlengakapan :

1. Zakaria

2. Mohammad Astoha

3. Rani Widyawati

4. Ulfa Medya Saputri

Mahasiswa :
Kepala Ruangan

Moch. firmansyah

KATIM 1 KATIM 2

Rudi Anang Mohammad Astoha

PERAWAT PERAWAT PELAKSANA


PELAKSANA
1. Rani widiya wati
1. Ardlian Luthfilia
2. Oke puspita sari
Arifin
3. Mega indriyani P
2. Desi dewi mega
4. Serly Rinienda
3. Wiwik sugiyanti
5. Maulana Yusuf Efendi
4. Ulf Media Saputri
6. Zakaria
5. Ani listiorini

Gambar 4.2 : Struktur Organisasi MAKP Tim Mahasiswa


Kelebihan dan Kelemahan

a. MAKP PJ SIFT (penanggung jawab sift)

Metode ini menggunakan PJ SIFT (penanggung jawab sift) yang terdiri

atas PP (perawat pelaksana) yang berbeda-beda dalam memberikan

asuhan keperawatan terhadap sekelompok pasien. Perawat ruangan

dibagi menjadi 4 PJ SIFT yang terdiri atas tenaga profesional, teknikal

dan pembantu dalam satu kelompok kecil yang saling membantu.

Kelebihannya:

1. Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh.

2. Mendukung pelaksanaan proses keperawatan.

3. Memungkinkan komunikasi antar PJ SIFT (penanggung jawab

sift) dengan PP (perawat pelaksana), sehingga konflik mudah di

atasi dan memberikan kepuasan kepada anggota tim.

Kelemahannya:

Komunikasi anggota PJ SIFT dengan PP terbentuk terutama dalam

membentuk konferensi tim, yang biasanya membutuhkan waktu yang

sulit untuk dilaksanakan pada waktu – waktu sibuk.

Konsep metode Modular

Metode keperawatan modul merupakan metode modifikasi keperawatan


tim-primer, yang dicoba untuk meningkatkan efektifitas konsep

keperawatan tim melalui penugasan modular. Sistem nin dipimpin oleh

perawat register (Ners). Dan anggota memberikan asuhan keperawatan

di bawah pengarahan dan pimpinan modulnya. Idealnya 2-3 perawat

memberikan asuhan keperawatan terhadap 8-12 pasien. Aktifitas tim

sebagai suatu kesatuan mempunyai pandangan

yang holistik terhadap setiap kebutuhan pasien, asuhan diberikan

semenjak pasien masuk rumah sakit sampai pasien pulang. Keuntungan

pada metode modular mutu pelayanan keperawatan meningkat karena

pasien mendapat pelayanan keperawatan secara komprehensif sesuai

dengan kebutuhan perawatan pasien. Tidak banyak tenaga perawat

register (Ners) yang dimanfaatkan sehingga biaya menjadi lebih efektif.

Tugas dan tanggungjawab kepala perawat :

1. Memfasilitasi pelaksanaan pemberian asuhan keperawatan pasien.

2. Memberikan motivasi pada staf perawat.

3. Melatih perawat untuk bekerjasama dalam pemberian asuhan.

Tugas dan tanggung jawab ketua tim moduler :

1. Memimpin, mendukung, dan menginstruksikan perawat non

profesional untuk melaksanakan tindakan perawatan.


2. Memberikan asuhan keperawatan pasien meliputi: mengkaji,

merencanakan, melaksanakan dan menilai hasil asuhan keperawatan.

3. Memberi bimbingan dan instruksi kepada perawat patner kerjanya.

Tugas dan tanggung jawab anggota tim :

Memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan yang ditugaskan ketua

tim.

Keuntungan :

1) Tim mendukung pengembangan dan produktifitas kelompok.

2) Asuhan keperawatan diberikan secara komprehensif.

3) Membaiknya kontinuitas dan koordinasi asuhan.

4) Meningkatnya kepuasan pasien.

5) Biaya efektif.

Kerugian :

1. Sedikit perawat register yang digunakan untuk mengatasi kondisi

pasien yang tidak diharapkan.

2. Diperlukan pengalaman dan keterampilan ketua tim.

3. Diperlukan campuran keterampilan yang tepat.


4.1.1 Penerapan Timbang Terima

Berdasarkan observasi yang kami lakukan pada tanggal 08 s/d 13 Juni

2020 di Ruang Mina, timbang terima sudah dilakukan tepat pada waktu

pergantian shift, dilakukan di nurse station dan dipimpin oleh kepala ruangan

atau penanggung jawab shift dan diikuti oleh semua perawat yang akan dinas.

Perawat pelaksana menyampaikan tentang kondisi, diagnosis medis, keluhan

pasien, masalah keperawatan yang muncul, intervensi keperawatan yang

sudah dan belum dilakukan secara umum, kolaborasi, rencana dan persiapan

yang perlu dilakukan penanggung jawab sift, penanggung jawab sift

memberikan operan kepada tim-tim yang bertugas selanjutnya. Timbang

terima diruang Mina sudah dilakukan dengan optimal, setelah operan di nurse

station melakukan operan keliling ke setiap kamar pasien dan

memperkenalkan kepada pasien petugas yang akan jaga selanjutnya.

Timbang terima (operan) merupakan tehnik atau cara untuk

menyampaikan dan menerima suatu laporan yang berkaitan dengan keadaan

pasien. Pada saat timbang terima, diperlukan suatu komunikasi yang jelas

tentang kebutuhan klien terhadap apa yang sudah dilakukan intervensi dan yang

belum, serta respon pasien yang terjadi.

Penanggung Jawab : Ani Listiorini

Tujuan : setelah dilakukan praktek manajemen keperawatan diharapkan


semua perawat dan mahasiswa di ruang Mina mampu menerapkan

timbang terima secara baik dan benar

Kriteria hasil :

a. Timbang terima dilakukan di nurse station dan di bed pasien

b. Isi timbang terima berisi masalah keperawatan yang suda h dan belum

teratasi

c. Menyampaikan hal penting yang harus ditindak lanjuti oleh perawat

selanjutnya

d. Timbang terima terdokumentasi dengan baik

Rencana strategi :

a. Melakukan roleplay timbang terima

b. Mendokumentasikan kegiatan timbang terima

1. Metode Pelaporan

1) Perawat pelaksana melaporkan langsung kepada perawat pelaksana

selanjutnya dengan membawa laporan timbang terima.

2) Timbang terima dapat dilakukan di ruang perawat, kemudian dilanjutkan

dengan mengunjungi klien satu persatu terutama pada klien- klien yang

memiliki masalah khusus serta memerlukan observasi lebih lanjut.

3) Melakukan supervisi dan penekanan asuhan keperawatan serta rencana

tindakan keperawatan (Nursalam, 2016)

2. Manfaat Timbang Terima

1) Bagi perawat
a. Meningkatkan kemampuan komunikasi antar perawat.

b. Menjalin hubungan kerjasama dan bertanggung jawab antar perawat.

c. Pelaksanaan asuhan keperawatan terhadap pasien yang

berkesinambungan.

d. Perawat dapat mengikuti perkembangn pasien secara paripurna.

2) Bagi pasien

Pasien mendapatkan tindakan asuhan keperawatan secara optimal dan

sesuai dengan kondisi pasien (Nursalam, 2016).

3. Prosedur Timbang Terima

1) Persiapan

a. Timbang terima dilaksanakan setiap pergantian shift/operan.

b. Prinsip timbang terima, semua pasien baru masuk dan pasien

yang dilakukan timbang terima khususnya pasien yang memiliki

permasalahan yang belum/dapat teratasi serta yang

membutuhkan observasi lebih lanjut.

c. PA/PP menyampaikan timbang terima pada PP (yang menerima

pendelegasian) berikutnya, hal yang perlu disampaikan pada

timbang terima:

 Aspek umum yang meliputi M1 s/d M5.

 Jumlah pasien.

 Identitas klien dan diagnosis medis.

 Data ( keluhan/subjektif dan objektif).


 Masalah keperawatan yang masih muncul.

 Intervensi keperawatan yang sudah dan belum

dilaksanakan (secara umum).

 Intervensi kolaboratif.

 Rencana umum dan persiapan yang perlu dilakukan

(persiapan operasi, pemeriksaan dan lain-lain).

2) Pelaksanaan

a. Nurse Station

1. Kedua kelompok dinas sudah siap (shift jaga).

2. Kelompok yang akan bertugas menyiapkan buku catatan.

3. Kepala ruang membuka acara timbang terima.

4. Penyampaian yang jelas, singkat dan padat oleh perawat

jaga (NIC).

5. Perawat jaga shift selanjutnya dapat melakukan klarifikasi,

tanya jawab dan melakukan validasi terhadap hal-hal yang

telah ditimbangterimakan dan berhak menanyakan

mengenai hal-hal yang kurang jelas.

b. Di Bed Pasien

1. Kepala ruang menyampaikan salam dan PP menanyakan

kebutuhan dasar pasien.

2. Perawat jaga selanjutnya mengkaji secara penuh terhadap

masalah keperawatan, kebutuhan, dan tindakan yang telah/


belum dilaksanakan, serta hal-hal penting lainnya selama

masa keperawatan.

3. Hal-hal yang sifatnya khusus dan memerlukan perincian

yang matang sebaiknya dicatat secara khusus untuk

kemudian diserahterimakan kepada petugas berikutnya.

c. Post - Timbang terima

1. Diskusi

2. Pelaporan untuk timbang terima dituliskan secara langsung

pada format timbang terima yang ditanda tangani oleh PP

yang jaga saat itu dan PP yang jaga berikutnya diketahui

oleh kepala ruang.

3. Ditutup oleh karu

(Nursalam, 2016).

1. Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Timbang Terima

1. Dilaksanakan tepat pada pergantian shift.

2. Dipimpin oleh kepala ruangan atau penanggung jawab pasien.

3. Diikuti oleh semua perawat yang telah dan yang akan dinas.

4. Timbang terima harus berorientasi pada permasalahan pasien.

5. Informasi yang disampaikan harus akurat, singkat, sistematis dan

menggambarkan kondisi pasien saat ini serta menjaga kerahasiaan

pasien.

6. Pada saat timbang terima dikamar pasien, menggunakan volume suara

yang cukup sehingga pasien disebelahnya tidak mendengar sesuatu


yang rahasia bagi klien. Suatu yang dianggap rahasia sebaiknya tidak

dibicarakan secara langsung didekat klien.

7. Sesuatu yang mungkin membuat klien terkejut dan shock sebaiknya

dibicarakan di nurse station (Nursalam,2016).

Alur Timbang – terima

Data Demografis Diagnosis Keperawatan


Diagnosis Medis (Data)

Background

Riwayat Keperawatan

Assesment :

KU;TTV;GCS;Skala Nyeri;Skala
Risiko Jatuh; dan ROS (poin yang
penting)

Rekomendation :

1. Tidanakan yang sudah


2. Dilanjutkan
3. Stop
4. Modifikasi
5. Strategi Baru

Bagan 4.6 Alur Timbang Terima (Nursalam, 2016).


4.1.2 Sarana Prasarana

Berdasarkan pengkajian yang kami lakukan pada tanggal 9 Juni

sampai dengan 11 Juni 2020 didapatkan hasil bahwa sarana prasarana di ruang

sudah memadai, namun rumah sakit perlu memberikan perhatian khusus

dalam memenuhi kelengkapan sarana dan prasarana yang lebih memadai

untuk APD perawat, seperti baju perlindung untuk tindakan, kemudian alat-

alat seperti pemberian identitas bed, penempatan tempat sampah infeksius dan

non infeksius yang seharusnya berdekatan agar memudahkan perawat dalam

melakukan tindakan keperawatan.

Winarno Surakhmad, 2011 mengemukakan bahwa “sarana adalah

suatu yang dapat dipergunakan untuk mencapai sesuatu tujuan, sedangkan

prasarana adalah segala sesuatu yang dapat menunjang terlaksananya suatu

kegiatan.

Penanggung jawab : Mega Indriani Putri

Tujuan : setelah dilakukan praktek manajemen keperawatan diharapkan

Sarana prasarana di ruang Mina terpenuhi.

Kriteria Hasil :

a. Papan penanda bed terpasang rapi

b. Penempatan tempat sampah infeksius dan non infeksius yang berdekatan

c. Baju perlindungan untuk tindakan

Rencana strategi :

a. Membuat papan penanda bed

b. Menempatkan sampah infeksius dan non infeksius secara berdekatan


c. Memenuhi kebutuhan baju perlindungan untuk tindakan

4.1.3 Metode Asuhan Keperawatan

Berdasarkan hasil pengkajian pada tanggal 8 Juni sampai dengan 13

Juni 2020 didapatkan bahwa model pemberian asuhan keperawatan di Ruang

Mina sudah menggunakan model asuhan keperawatan metode modural,

dengan pemilihan penanggung jawab shift berdasarkan lama kerja,

pengalaman kerja. Komunikasi antar tim terjalin dengan baik, jika ada

masalah yang tidak bisa diatasi oleh PJ shift, maka PJ shift mendiskusikan

pada Kepala Ruangan untuk penyelesaiannya. Terdapat dukungan petugas

keperawatan dan Karu dalam praktik manajemen keperawatan oleh

mahasiswa STIKES Program Profesi Ners serta tingginya kemauan perawat

untuk berubah ke keadaan yang lebih baik.

Model Asuhan Keperawatan Profesional adalah suatu kerangka kerja

yang mendefinisikan empat unsur, yakni: standar, proses keperawatn,

pendidikan keoperawatan, dan sistem MAKP. Definisi tersebut berdasarkan

prinsip-prinsip nilai yang diyakini dan akan menentukan kualitas produksi/

jasalayanan keperawatan. Jika perawat tidak memiliki nilai-nilai tersebut

sebagai suatu pengambil keputusan yang independen, maka tujuan pelayanan

kesehatan/keperawatan dalam memenuhi kepuasan pasien tidak akan dapat

terwujud (Nursalam, 2016).

Model praktik keperawatan profesional (MPKP) adalah suatu sistem

(struktur, proses dan nilai-nilai profesional), yang memfasilitasi perawat


profesional, mengatur pemberian asuhan keperawatan, termasuk lingkungan

tempat asuhan tersebut diberikan. Aspek struktur ditetapkan jumlah tenaga

keperawatan berdasarkan jumlah klien sesuai dengan derajat ketergantungan

klien. Penetapan jumlah perawat sesuai kebutuhan klien menjadi hal penting,

karena bila jumlah perawat tidak sesuai dengan jumlah tenaga yang

dibutuhkan, tidak ada waktu bagi perawat untuk melakukan tindakan

keperawatan (Nursalam, 2016).

Tujuan :

1. Mahasiswa dan perawat dapat menerapkan

model asuhan kepeawatan professional dengan model keperawatan TIM

di Ruang Mina.

Kriteria hasil :

1. Ruangan mampu

melaksanakan MAKP dengan metode modural

Penanggung jawab Moch.Firmansyah

Rencana strategi :

a. Melaksanakan deskripsi tugas dan tanggung jawab perawat

b. Melakukan pembagian jadwal dan pembagian tenaga perawat

c. Menerapkan model MAKP yang direncakan

d. Mendiskusikan bentuk dan penerapan MAKP yang akan dilaksanakan

yaitu model modural


e. Menyarankan penerapan makp metode modural di ruang Mina

4.1.4 Supervisi

Berdasarkan pengkajian yang kami lakukan di Ruang Mina belum

pernah kami mengikuti supervisi yang dilakukan kepala ruangan di ruangan.

Supervisi kemungkinan pernah dilakukan namun sebagian perawat tidak

mengetahuinya, seperti tindakan kepala ruangan yang mengawasi perawat

pelaksana dalam melaksanakan praktek keperawatan di ruang perawatan

namun kegiatan supervise ini dilakukan ssecara rutin, namun tidak

terdokumentasi secara tertulis dikarenakan tidak adanya format supervisi.

Terkadang reward dari kepala ruangan berupa pujian kepada petugas yang

melakukan pekerjaan dengan baik, sedangkan petugas yang tidak

melaksanakan tugasnya dengan baik, atau terlambat tidak mendapat

punishment, akan tetapi kepala ruangan memberikan saran untuk

meningkatkan kinerja perawat.

Supervisi adalah suatu tehnik pelayanan yang tujuan utamanya adalah

mempelajari dan memperbaiki secara bersama-sama. Supervisi keperawatan

adalah suatu proses pemberian sumber-sumber yang dibutuhkan perawat

untuk menyelesaikan tugas dalam rangka mencapai tujuan. Tujuan supervisi

adalah pemenuhan dan peningkatan pelayanan pada klien dan keluarga yang

berfokus pada kebutuhan, keterampilan dan kemampuan perawat dalam

melaksanakan tugas (Nursalam, 2016).


Tujuan : setelah dilakukan perencanaan supervisi diharapkan supervisi dapat

terlaksana sesuai prosedur.

Kriteria hasil :

a. Kepala ruang melaksanakan kegiatan supervisi rutin secara tertulis

b. Ada alur supervisi secara tertulis

Penanggung jawab: Rudi Anang dan Rani Widiya

Rencana strategi :

a. Membuat form supervisi

b. Menyarankan supervise dilakukan secara rutin

4.1.5 Sentralisasi obat

Sentralisasi obat diruangan mina yaitu obat yang sudah diresepi oleh

dokter diserahkan kepada perawat, kemudian resep obat oral, injeksi, dan

cairan diantar ke apotik, setelah dilayani lalu diantar ke ruangan mina, setelah

diantar ke ruangan mina dilakukan pengecekan oleh apoteker dan perawat

jaga, kemudian obat-obat diletakkan di tempat obat yang telah disediakan

sesuai dengan nama pasien dan ruangan pasien. Obat khusus yang

memerlukan suhu tertentu seperti insulin/crome dimasukkan ke dalam kulkas,

lalu obat-obatan yang masuk dalam Hight Allert diberi label warna merah

sebagai pertanda obat yg membutuhkan kewaspadaan tinggi


Sentralisasi obat adalah pengelolaan obat dimana seluruh obat yang

akan diberikan kepada pasien diserahkan pengelolaan sepenuhnya oleh

perawat (Nursalam, 2002).

Penanggung jawab : Ardlian Luthfilia. A

Tujuan : setelah dilakukan praktek manajemen keperawatan di ruang mina

diharapkan seluruh perawat mengelola obat dengan baik.

Kriteria hasil :

a. Adanya alur sentralisasi obat tertulis

b. Adanya petugas farmasi di ruangan

Rencana strategi :

a. Membuat buku jadwal obat oral.

b. Melaporkan pemberian obat injeksi maupun oral pada proses timbang

terima.

c. Membuat alur sentralisasi obat


Alur sentralisasi obat

DOKTER

RESEP

UMUM ASURANSI

PETUGAS
KELUARGA APOTEK RUANGAN

PENGECEKAN OBAT
SESUAI RESEP

SESUAI TIDAK SESUAI

MASUKKAN OBAT KONFIRMASI


SESUAI PASIEN ULANG KE APOTEK

Bagan 4.7 Alur Sentralisasi Obat

4.1.6 Discharge planning


Saat pengkajian didapatkan bahwa perawat hanya menyampaikan

kepada pasien/keluarga pasien tentang penjelasan terapi obat dan jadwal

kontrol selanjutnya. Perawat juga berkolaborasi dengan ahli gizi untuk asupan

nutrisi pasien saat sakit.

Discharge planning merupakan perencanaan kepulangan pasien dan


memberikan informasi kepada  pasien dan keluarganya tentang hal-hal yang
perlu dihindari dan dilakukan sehubungan dengan kondisi/penyakitnya.

Tujuan discharge planning :

a. Menyiapkan pasien dan keluarga secara fisik, psikologis dan sosial.

b. Meningkatkan kemandirian pasien dan keluarga.

c. Meningkatkan perawatan yang berkelanjutan pada pasien.

d. Membantu rujukan pasien pada sistem pelayanan yang lain.

e. Membantu pasien dan keluarga memiliki pengetahuan dan

keterampilan serta sikap dalam memperbaiki serta mempertahankan

status kesehatan pasien.

f. Melaksanakan rentang perawatan antar rumah sakit dan masyarakat.

Penanggung jawab : Wiwik Sugianti

Tujuan : Setelah dilaksanakan praktek manajemen keperawatan, diharapkan di

ruang Raudhoh mampu menerapkan discharge planning keperawatan dengan

baik.

Kriteria hasil : Pengetahuan pasien dan keluarga pasien dapat bertambah

sesuai penyakitnya

Rencana Strategi :
a. Menentukan penanggung jawab discharge planning.

b. Menentukan materi discharge planning sesuai 10 penyakit terbanyak di

ruang Mina

c. Memberikan pendidikan kesehatan pada pasien pulang.

Anda mungkin juga menyukai