Anda di halaman 1dari 12

NAMA : NURUL FITRIA OKTAVIANI

NIM : PO.62.20.1.16.155
PRODI : DIV KEPERAWATAN REGULER III

Tujuan :
Setelah menyelesaikan modul ini, peserta didik diharapkan mampu:
1. Mengidentifikasi kata kunci dan data tambahan pada kasus secara mandiri
2. Mengidentifikasi masalah keperawatan pada kasus prediabetes secara mandiri
berdasarkan data subyektif dan obyektif.
3. Mendiskusikan masalah keperawatan pada kasus prediabetes yang sudah diidentifikasi
secara individu/mandiri untuk mencapai kesepahaman kelompok
4. Mengidentifikasi faktor-faktor yang berhubungan dan faktor risiko pada kasus
prediabetes
5. Mendiskusikan faktor-faktor yang berhubungan dan faktor risiko pada kasus prediabetes
yang sudah diidentifikasi secara individu/ mandiri untuk mencapai kesepakatan kelompok
6. Menyusun diagnosa keperawatan pada kasus prediabetes secara mandiri
7. Mendiskusikan diagnosa keperawatan pada kasus prediabetes yang sudah diidentifikasi
secara individu/ mandiri untuk mencapai kesepahaman kelompok
8. Mengidentifikasi hal-hal yang harus dipelajari pada kasus prediabetes secara mandiri

Kasus 1

Tn. J, 39 tahun, IMT 34 kg/m2, tekanan darah 125/80 mmHg. Selama ini Tn. J tidak
merasakan keluhan apa-apa. Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan HDL 30 mg/dl,
trigliserida 185 mg/dl, LDL 185 mg/dl; GDP = 111 mg/dl. Satu minggu kemudian
pemeriksaan GDP 115 mg/dl.
Aktivitas 1
Identifikasi kata kunci dan data tambahan pada kasus prediabetes secara mandiri.

Kata kunci :
1. IMT:
Indeks Massa Tubuh (IMT) adalah angka yang menjadi penilaian standar untuk
menentukan apakah berat badan Anda tergolong normal, kurang, berlebih, atau
obesitas.
IMT Tn. J : 34 kg/m2 (termasuk kategori obesitas).

2. Tekanan Darah
merujuk kepada tekanan yang dialami darah pada pembuluh arteri darah ketika
darah di pompa oleh jantung ke seluruh anggota tubuh manusia. Tekanan darah
dibuat dengan mengambil dua ukuran dan biasanya diukur seperti berikut - 120 /80
mmHg. Nomor atas (120) menunjukkan tekanan ke atas pembuluh arteri akibat
denyutan jantung, dan disebut tekanan sistole. Nomor bawah (80) menunjukkan
tekanan saat jantung beristirahat di antara pemompaan, dan disebut tekanan diastole.
Saat yang paling baik untuk mengukur tekanan darah adalah saat Anda istirahat dan
dalam keadaan duduk atau berbaring.
Tekanan darah tn. J 125/80 mmHg termasuk Pre-Hipertensi.
3. HDL
adalah lipoprotein berdensitas tinggi. Lipoprotein terbentuk dari protein dan lemak.
HDL dikenal sebagai kolesterol baik karena HDL membawa kolesterol 'jahat',
lipoprotein berdensitas rendah (low density lipoprotein), trigiliserida, dan lemak
yang berbahaya dan mengembalikannya ke dalam hati untuk diproses.

HDL tn. J 30 mg/dl termasuk rendah

4. LDL
Kadar kolesterol LDL yang baik dalam darah adalah kurang dari 100 mg/dl, dan
akan membahayakan kesehatan Anda bila kadarnya mencapai 160 mg/dl atau lebih.
LDL tn. J 185 mg/dl termasuk Tinggi

5. Trigliserida
adalah salah satu jenis lemak yang banyak ditemukan di dalam darah. Lemak dari
makanan yang dikonsumsi akan dipecah dan diubah menjadi energi. Setiap lemak
yang tidak digunakan tubuh, akan diubah menjadi trigliserida dan disimpan di sel
lemak.

Trigliserida tn. J 185 mg/dl termasuk kategori Sedang

6. GDP
Berikut kisaran kadar gula darah normal pada tubuh: Sebelum makan: sekitar 70-
130 mg/dL. Dua jam setelah makan: kurang dari 140 mg/dL. Setelah tidak makan
(puasa) selama setidaknya delapan jam: kurang dari 100 mg/dL

GDP tn.J = 111 mg/dl. Satu minggu kemudian pemeriksaan GDP 115 mg/dl.
termasuk kategori sedang
Data tambahan:
1. Tes hemoglobin A1c (HbA1c)
Hemoglobin A1C atau hemoglobin glikosilasi. A1C adalah  tes yang mengukur
kadar glukosa darah rata-rata seseorang selama 2 sampai 3 bulan terakhir, dengan
mengukur persentase gula darah yang melekat pada sel darah merah. HbA1c telah
direkomendasikan oleh ADA sebagai pilihan untuk mendiagnosis diabetes (> 6,5%)
dan juga untuk mendeteksi peningkatan risiko penyakit diabetes (5,7 – 6,4%).
Nilai A1C antara 6 dan 6,5 persen dianggap pradiabetes. Sedangkan bila level 6,5
persen atau lebih tinggi pada dua tes berbeda menunjukkan diabetes. Kondisi
tertentu dapat membuat tes A1C tidak akurat - seperti jika sedang hamil atau
memiliki varian hemoglobin.

2. Tes toleransi glukosa oral (2 jam PP)


Setelah sampel darah diambil untuk pemeriksaan tes gula darah puasa, pasien akan
diminta meminum cairan gula, kemudian pengambilan sampel darah akan dilakukan
lagi dua jam setelahnya. Kadar gula darah dapat dikatakan normal jika hasil tes
menunjukkan kurang dari 140 mg/dL, dan baru dianggap memasuki kondisi
prediabetes jika hasil tes berkisar antara 140 hingga 199 mg/dL. Sedangkan hasil tes
yang menunjukkan kadar gula 200 mg/dL atau lebih sudah menandakan pasien
menderita diabetes tipe 2.

3. Obesitas
Obesitas merupakan faktor resiko yang paling penting. Jaringan lemak lebih banyak
yang dimilik terutama di dalam dan di antara otot dan kulit di sekitar perut
menyebabkan sel menjadi lebih tahan terhadap insulin.
Beberapa studi jangka panjang menunjukkan bahwa obesitas merupakan prediktor
yang kuat untuk timbulnya DM tipe 2.

4. Riwayat penyakit keluarga


Riwayat penyakit keluarga sangat penting untuk mengetahui apakah pernah ada
dikeluarga ada penderita penyakit yang sama.

5. Ras
Gen yang berhubungan dengan resiko terjadinya DM, sampai saat ini belum bisa
diidentifikasikan secara pasti. Adanya perbedaan yang nyata kejadian DM antara
grup etnik yang berbeda meskipun hidup di lingkungan yang sama menunjukkan
adanya kontribusi gen yang bermakna terjadinya DM. Meskipun tidak jelas
sebabnya, orang-orang dari ras tertentu termasuk Afrika-Amerika, Hispanik, Indian
Amerika, Asia-Amerika dan Kepulauan Pasifik lebih mungkin untuk menjad
prediabetes.

6. Usia
Prevalensi DM meningkat sesuai dengan bertambahnya usia. Dalam dekade terakhir
ini, usia terjadinya DM semakin muda. Resiko pradiabetes meningkat seiring
bertambahnya usia, terutama setelah usia 45 tahun. Ini mungkin karena orang
cenderung kurang berolahraga, kehilangan massa otot dan menambah berat badan
dengan bertambahnya usia mereka. Namun, orang tua bukanlah satu-satunya
beresiko prediabetes dan diabetes tipe 2. Insiden gangguan ini juga meningkat di
kelompok usia yang lebih muda.

7. Pemeriksaan tanda tanda vital lengkap, seperti tekanan darah, respirasi rate, suhu
tubuh , nadi, dan heart rate.

Aktivitas 2
Identifikasi masalah keperawatan pada kasus prediabetes secara mandiri berdasarkan data
subyektif dan data obyektif.
DS:
 Tn. J mengatakan tidak merasakan keluhan apa apa.
 Riwayat penyakit keluarga
 Ras

DO:
 TD: 125/80 mmHg
 HDL 30 mg/dl,
 trigliserida 185 mg/dl,
 LDL 185 mg/dl;
 GDP = 111 mg/dl. ( minggu pertama )
 GDP 115 mg/dl. ( minggu kedua )
 Tes toleransi glukosa oral (2 jam PP)
 Tes hemoglobin A1c (HbA1c)
 Pemeriksaan tanda tanda vital lengkap, seperti tekanan darah, respirasi rate, suhu tubuh , nadi,
dan heart rate.

Masalah Keperawatan dari DS dan DO diatas adalah:


1. Risiko peningkatan kadar gula darah
2. Obesitas
3. Defisit pengetahuan

Aktivitas 3
Identifikasi faktor-faktor yang berhubungan dan faktor risiko pada kasus prediabetes dengan
menggunakan pohon masalah.

Faktor resiko prediabetes pada kasus Tn. J :

Faktor yang bisa Faktor yang tidak bisa


dimodifikasi dimodifikasi
1. Hipertensi. 1. Usia
2. Kolesterol 2. Riwayat
tinggi. penyakit
3. Obesitas. keluarga
4. Aktivitas fisik
5. Nutrisi

Pre diabetes

Aktivitas 4
Identifikasi hal-hal yang harus dipelajari pada kasus prediabetes secara mandiri
1. Mengetahui dan memahami apa itu prediabates
Menurut definisi dari the American Diabetes Association and US Department of
Health and Human Services, prediabetes adalah suatu tahapan dimana kadar glukosa
diatas normal tetapi masih di bawah kadar glukosa darah untuk diagnosis diabetes.
2. Mengetahui kategori/ klasifikasi perdiabetes
American Diabetes Association (ADA) mendefinisikan prediabetes sebagai GPT yaitu
kadar glukosa puasa 100 mg/dl (5,6 mmol/L) – 125 mg/dl (7,0 mmol/L) atau bila kadar
glukosa darah 2 jam setelah beban glukosa 75 gram 140-199 mg/dl (7,8 – 11 mmol/L)
yang sering disebut dengan TGT.
3. Mengetahui penyebab terjadinya prediabetes
Penyebab pasti pradiabetes tidak diketahui, meskipun para peneliti telah menemukan
beberapa gen yang terkait dengan resistensi insulin. Kelebihan lemak terutama lemak
perut dan tidak beraktivitas juga tampaknya menjadi faktor penting dalam
perkembangan pradiabetes. Yang jelas adalah bahwa orang yang memiliki pradiabetes,
tubuhnya tidak bisa megelolah gula (glukosa) dengan baik lagi. Hal ini menyebabkan
gula dalam aliran darah lebih banyak dari pada gula yang melakukan fungsi yang
normal yaitu memicu sel yang membentuk otot-otot dan jaringan lain. Sebagian besar
glukosa dalam tubuh berasal dari makanan yang kita makan, khususnya makanan yang
mengandung karbohidrat. Setiap makanan yang mengandung karbohidrat dapat
mempengaruhi kadar gula darah, tidak hanya makanan manis.
4. Mengetahi faktor resiko yang dapat menyebabkan prediabetes
Faktor resiko terjadinya prediabetes sama dengan faktor resiko terjadinya DM tipe 2.
Faktor resiko tersebut dapat dibagi menjadi faktor resiko yang dapat dirubah ( obesitas,
aktivitas fisik, nutrisi) dan yang tidak dapat dirubah ( genetik, usia, diabetes
gestasional). Faktor yang dapat dirubah yang penting adalah obesitas ( terutama perut)
dan kurangnya aktivitas fisik.2
a. Faktor genetik
Gen yang berhubungan dengan resiko terjadinya DM, sampai saat ini belum bias
diidentifikasikan secara pasti. Adanya perbedaan yang nyata kejadian DM antara
grup etnik yang berbeda meskipun hidup di lingkungan yang sama menunjukkan
adanya kontribusi gen yang bermakna terjadinya DM. Meskipun tidak jelas
sebabnya, orang-orang dari ras tertentu termasuk Afrika-Amerika, Hispanik,
Indian Amerika, Asia-Amerika dan Kepulauan Pasifik lebih mungkin untuk
menjad prediabetes.
b. Usia
Prevalensi DM meningkat sesuai dengan bertambahnya usia. Dalam dekade
terakhir ini, usia terjadinya DM semakin muda. Resiko pradiabetes meningkat
seiring bertambahnya usia, terutama setelah usia 45 tahun. Ini mungkin karena
orang cenderung kurang berolahraga, kehilangan massa otot dan menambah berat
badan dengan bertambahnya usia mereka. Namun, orang tua bukanlah satu-
satunya beresiko prediabetes dan diabetes tipe 2. Insiden gangguan ini juga
meningkat di kelompok usia yang lebih muda.
c. Diabetes gestasional
Diabetes gestasional adalah diabetes yang timbul selama kehamilan. Ini meliputi
2-5% dari seluruh diabetes. Jenis ini sangat penting diketahui karena dampaknya
pada janin kurang baik bila tidak ditangani dengan benar. 6
d. Obesitas
Obesitas merupakan faktor resiko yang paling penting. Jaringan lemak lebih banyak
yang dimiliki terutama di dalam dan di antara otot dan kulit di sekitar perut
menyebabkan sel menjadi lebih tahan terhadap insulin.
Beberapa studi jangka panjang menunjukkan bahwa obesitas merupakan prediktor
yang kuat untuk timbulnya DM tipe 2. Lebih lanjut, intevensi yang bertujuan
mengurangi obesitas juga mengurangi insidensi DM tipe 2. Beberapa studi jangka
panjang juga menunjukkan bahwa lingkar pinggang atau rasio pinggang pinggul
yang menunjukkan keadaan lemak visceral ( abdominal), merupakan indikator yang
lebih baik dibandingkan indeks masa tubuh, sebagai faktor resiko prediabetes. Data
tersebut memastikan bahwa distribusi lemak lebih penting dibanding dengan jumlah
total lemak obesitas.
e. Aktivitas Fisik
Berkurangnya intensitas aktivitas fisik memberikan kontribusi yang besar terhadap
peningkatan obesitas. Berbagai studi menunjukan bahwa kurangnya aktifitas fisik
merupakan prediktor bebas terjadinya DM Tipe 2 pada pria maupun wanita.
Semakin sedikit beraktivitas, semakin besar resiko pradiabetes. Aktivitas fisik
membantu mengontrol berat badan, dengan beraktivitas maka glukosa digunakan
sebagai energi dan membuat sel-sel lebih sensitif terhadap insulin.
f. Nutrisi
Kalori total yang tinggi, diit rendah serat, beban glikemik yang tinggi dan rasio poly
unsaturated fatty acid ( PUFA) dibanding lemak jenuh yang rendah, merupakan
faktor resiko terjadinya DM.
5. Mengetahui tanda dan gejala yang muncul pada prediabates
Seringkali, pradiabetes tidak memiliki tanda-tanda atau gejala. Adanya suatu area kulit
yang gelap, suatu kondisi yang disebuta canthosis nigricans, adalah salah satu dari
beberapa tanda-tanda yang menunjukkan risiko untuk diabetes. Daerah umum yang
mungkin akan terkena meliputi leher, ketiak, siku, lutut, dan buku-buku jari. Gejala
klasik diabetes tipe 2 yang harus dipantau meliputi: Peningkatan rasa haus, sering
buang air kecil, kelelahan dan penglihatan kabur
6. Mengetahui apa saja pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan untuk
menegakan diagnosis perdiabates
Sebuah komite internasional yang terdiri dari para ahli dari American Diabetes
Association, the European Association for the Study of Diabetes dan the International
Diabetes Federation merekomendasikan bahwa test untuk menegakkan diagnosis
pradiabetes meliputi:
a. Hemoglobin A1C atau hemoglobin glikosilasi. A1C adalah  tes yang mengukur
kadar glukosa darah rata-rata seseorang selama 2 sampai 3 bulan terakhir
b. Tes gula darah puasa. Contoh darah akan diambil setelah berpuasa selama
sedikitnya delapan jam atau semalam. Dengan tes ini, gula darah tingkat yang
lebih rendah dari 100 mg / dL - 5,6 mmol / L adalah normal. Sebuah tingkat gula
darah 100-125 mg / dL (5,6-6,9 mmol / L) dianggap pradiabetes. Hal ini kadang-
kadang disebut sebagai glukosa puasa terganggu (GPT). Apabila kadar gula
darah 126 mg / dL (7.0 mmol / L) atau lebih tinggi dapat mengindikasikan
diabetes mellitus
c. Uji FPG adalah tes pilihan untuk mendiagnosis diabetes karena kenyamanan dan
biaya rendah.
d. Tes toleransi glukosa oral (TTGO).. Tingkat gula darah kurang dari 140 mg / dL
(7,8 mmol / L) adalah normal. Tingkat gula darah 140-199 mg / dL (7,8-11,0
mmol / L) dianggap pradiabetes. Hal ini kadang-kadang disebut sebagai
toleransi glukosa terganggu (TGT). Apabila nilai gula darah 200 mg / dL (11,1
mmol / L) atau lebih tinggi dapat mengindikasikan diabetes mellitus.
e. Gestational diabetes juga didiagnosis berdasarkan pada nilai-nilai glukosa
plasma diukur selama OGTT.

7. Mengetahui pencegahan yang dapat dilakukan untuk prediabatas


Diperlukan langkah pencegahan yang segera untuk menurunkan jumlah penderita
prediabetes, DMT2 dan PKV yang terkait diabetes. Langkah-langkah pencegahan
meliputi:
a. Intervensi gaya hidup
Gaya hidup merupakan pendekatan pengelolaan fundamental yang dapat
mencegah atau menunda berkembangnya prediabetes menjadi diabetes, serta
menurunkan resiko penyakit mikrovaskular dan makrovaskular. Intervensi
gaya hidup memperbaiki semua faktor resiko diabetes dan komponen sindrom
metabolik, obesitas, hipertensi, dislipidemia dan hiperglikemia.
b. Intervensi Farmakologis
Intervensi farmakologis untuk pencegahan DM biasanya direkomendasikan
sebagai intervensi sekunder yang diberikan setelah atau bersama-sama dengan
intervensi modifikasi gaya hidup.

Aktivitas 5
Susunlah diagnosa keperawatan pada kasus prediabetes secara mandiri
1. Resiko peningkatan kadar gula darah berhubungan dengan pre-diabetes
2. Obesitas berhubungan dengan intake makanan yang lebih
3. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi tentang
penyakit DM

Aktivitas 6
Susunlah rencana keperawatan pada kasus prediabetes secara mandiri
Dx 1 : Resiko peningkatan kadar gula darah berhubungan dengan pre-diabetes
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x pertemuan diharapkan klien
dapat mengatur waktu makan secara teratur, dengan kriteria hasil:
1. Klien dan keluarga dapat mematuhi terapi
2. Klien dan keluarga mampu mengontrol glukosa darah secara mandiri
Rencana keperawatan:
1. Monitor level glukosa darah sesuai indikasi
R: mengetahui kondisi glukosa dalam darah apakah mengalami peningkatan /
penurunan
2. Monitor tanda dan gejala hiperglikemi
R: tanda- tanda seperti poliuria, polidipsia,dan polifagia dapat menyebabkan tingkat
kelesuan berlebih pada tubuh klien karena pengontrolan fungsi tubuh yang tidak sesuai
3. Anjurkan klien untuk melakukan latihan / olahraga/aktifitasi
R: Olahraga dapat membuat kadar gula darah menjadi normal
4. Instruksikan pasien dan keluarga untuk memonitor glukosa secara mandiri
R: agar dapat memanajemen diabetes yang dialami oleh klien dan mengetahui cara
penanganan terhadap hiperglikemia
5. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menetukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutukan
R: nutrisi yang tepat sesuai anjuran ahli gizi dapat memenuhi kebutuhan asupan yang
dibutuhkan tubuh

Dx 2 : Obesitas berhubungan dengan intake makanan yang lebih


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x pertemuan diharapkan berat
badan klien normal, dengan kriteria hasil:
1. IMT normal
2. Klien mengerti bagaimana cara menjaga pola makan
Rencana keperawatan:
1. Diskusikan bersama klien mengenai hubungan antara intake makanan, latihan,
peningkatan BB dan penurunan BB
R: Mengetahui jumlah nutrisi yang seimbang
2. Diskusikan bersama klien mengani kondisi medis yang dapat mempengaruhi BB
R: Mengetahui penyakit terkait kondisi pasien
3. Diskusikan bersama klien mengenai kebiasaan, gaya hidup dan factor herediter yang
dapat mempengaruhi BB
R: Gaya hidup mempengaruhi terjadinya penyakit
4. Diskusikan bersama pasien mengenai risiko yang berhubungan dengan BB berlebih dan
penurunan BB
R: Mengetahui kemungkinan penyakit yang diderita
5. Dorong pasien untuk merubah kebiasaan makan
R: Diet yang sesuai membantu dalam mengurangi resiko berat badan berlebih
6. Perkirakan BB badan ideal pasien
R: Berat badan ideal mempengarhui kesehatan klien\

Dx 3 : Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi tentang


penyakit DM
Tujuan : setelah diberikan penjelasan selama 2x diharapkan klien mengerti proses
penyakitnya dan Program perawatan serta Terapi yg diberikan dengan
kriteria hasil:
1.  Klien mengerti tentang penyakit
2.  Mengenal kebutuhan perawatan
3. Klien rutin memeriksakan diri
Rencana keperawatan:
1. Kaji pengetahuan klien tentang penyakitnya
R: Mempermudah dalam memberikan penjelasan pada klien
2. Jelaskan tentang proses penyakit (tanda dan gejala), identifikasi kemungkinan
penyebab. Jelaskan kondisi tentangklien
R: Meningkatan pengetahuan dan mengurangi cemas
3. Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin digunakan untuk  mencegah
komplikasi
R: Mencegah keparahan penyakit
4. Instruksikan untuk memeriksakan diri secara teratur
R: Agar glukosa darah terkontrol
5. Tanyakan kembali pengetahuan klien tentang penyakit
R: untuk mengevaluasi tingkat pengetahuan klien tentang penyakit

Anda mungkin juga menyukai