Anda di halaman 1dari 38

MAKALAH

PENGERTIAN PENGELOLAAN BIAYA PENDIDIKAN DAN JENIS–JENIS


BIAYA PENDIDIKAN.

Dibuat untuk memenuhi tugas Pengelolaan Pendidikan

Disusun oleh :

Kelompok 4 :

Yuliani Reiza (RSA1C316015)

Latifah (RSA1C316018)

Arni Alawiyah (A1C316957)

Orin Hidayusa Wiza (A1C316037)

Leo Alexandro Silaloho (A1C316039)

Dosen Pengampu :

Dwi Agus Kurniawan, S.Pd.,M.Pd.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN


ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS JAMBI

2018

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................iii
BAB I .......................................................................................................................... 1
PEND AHULUAN ....................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................................... 1
1.2 Tujuan ................................................................................................................ 3
BAB II ......................................................................................................................... 4
PEMBAHASAN........................................................................................................... 4
2.1 Kajian Teori ........................................................................................................ 4
2.1.1 Pengertian Pengelolaan Biaya Pendidikan ....................................................... 4
2.1.2 Pengelolaan biaya pendidikan......................................................................... 5
2.1.3 Pelaksanaan manajemen pembiayaan .............................................................. 6
2.1.4 Konsep biaya pendidikan ............................................................................... 9
2.1.5 Penetapan Alokasi BOS Tiap Sekolah ........................................................... 21
iiiii2.2 Jenis-jenis Pengelolaan Biaya Pendidikan............................................................ 23
2.2.1 Prinsip-Prinsip Pembiayaan Pendidikan ........................................................ 24
2.2.2 Sumber Pembiayaan Pendidikan ................................................................... 27
2.2.3 Hal-hal yang Mempengaruhi Terhadap Pembiayaan Pendidikan. .................... 29
2.2.4 Fungsi Pembiayaan Pendidikan .................................................................... 29
2.3 Kajian Kritis ...................................................................................................... 29
BAB III ...................................................................................................................... 32
PENUTUP.................................................................................................................. 32
3.1 Kesimpulan ....................................................................................................... 32
3.2 Saran................................................................................................................. 33
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................. 34

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan karunianya sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah Pengelolaan
biaya pendidikan dan jenis-jenis biaya pendidikan ini tepat pada waktunya. Penulis
berharap laporan ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan bagi para pembaca.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah yang penulis buat tentunya
masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis mohon maaf dan mengharapkan
saran dan kritik bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini. Akhir kata
kami mengucapkan terima kasih, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita
semua terkhususnya dalam merancang penelitian.
Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih. Semoga Allah SWT senantiasa
meridhai setiap urusan kita. Amin
Jambi, 20 Oktorber 2018

Kelompok

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pendidikan merupakan hak bagi setiap individu, hal ini sebagaimana yang
tecantum dalam UUD 1945 Pasal 31 Ayat 1 yang menyebutkan bahwa setiapa warga
negara berhak mendapatkan pendidikan. Adapun Undang-undang Nomor 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 menyatakan bahwa: Pendidikan
adalah usaha sadar dan terencana untuk mewuudkan suasan belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
negara.1 Pendidikan merupakan unsur utama pengembangan Sumber Daya Manusia.
Tak ada satu halpun yang dilakukan oleh manusia yang tidak berhubungan dengan
pendidikan. Bahkan sadar atau tidak kita selalu mengami proses pendidikan setiap
harinya. Sejak kecil hingga dewasa manusia selalu melakukan proses pendidikan
baik secara formal maupaun informal. SDM dianggap lebih bernilai apabila sikap,
perilaku, wawasan, kemampuan, keahlian serta keterampilannya sesuai dengan
kebutuhan berbagai bidang dan sektor. Dengan adanya pendidikan, manusia dapat
menjadi lebih bermoral dan mengetahui yang tidak pernah diketahui sebelumnya.
Pendidikan sebenarnya adalah hak semua manusia, tidak peduli dia miskin
atau kaya, kesempatan memperoleh pendidikan yang layak adalah hak semua
manusia yang diikuti dengan kesempatan dan kemampuan serta kemauannya. Akan
tetapi dalam kenyataanya, dunia pendidikan di indonesia masih memiliki beberpa
persoalan yang sangat kursial yang harus segera dibenahi baik oleh pemerintah,
pengelola madrasah dan oleh masyarakat agar mutu pendidikan di indonesia mampu
menjawab amanah yang terdapat dalam undang-undang. Dalam pencapaian
pendidikan yang berkualitas, pendidikan mempunyai standar acuan agar tercapainya
pendidikan yang diharapkan. Acuan ini dijadikan standar pada sebuah lembaga
pendidikan agar tujuan pendidikan yang berkualitas dapat tercapai. Diantara standar

1
yang menjadi acuan ialah: Standar Kompetensi Lulusan. Standar kompetensi lulusan
berfungsi sebagai pedoman penilaian dalam menentukan kelulusan peserta didik.
Proses penilaian dalam menentukan kelulusan peserta didik dalam hal kognitif,
afektif, psikomotorik. Standar Isi. Merupakan cakupan sekumpulan pencapaian
tujuan yang telah ditentukan. Meliputi, kerangka dasar dan struktur kurikulum, beban
belajar, kurikulum tingkat satuan pendidikan, dan kalender pendidikan.
Standar Proses Ialah proses pembelajaran yang dilakukan pada satuan
pendidikan. Artinya segala kegiatan yang akan berlangsung di dalam kelas, biasa
disebut sebagai kegiatan Belajar Mengajar (KBM). Baik dalam perencanaan proses
pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, penilaian pembelajaran, dan pengawasan
pembelajaran. Hal semua itu harus di susun serapih mungkin, agar proses kegiatan
belajar mengajar yang berlangsung di dalam kelas dapat berjalan dengan baik.
Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan. Seorang pendidik yang terdapat disuatu
instansi pendidikan harus mempunyai kompetensi yang baik. Pengembangan
kompetensi bisa berupa pelatihan yang diselenggarakan oleh pihak sekolah ataupun
dari pemerintah daerah. Hal ini bertujuan agar pendidik dan tenaga kependidikan
berkompetensi dalam bidangnya, mudah dalam mengatasi segala problematika yang
dihadapi dalam pekerjaan diruang lingkup lembaga pendidikan. Standar Sarana dan
Prasarana. Karakteristik institusi pendidikan yang berkualitas ialah dengan memiliki
sarana dan prasarana yang baik. Mencakup ruang belajar, ruang tata usaha, ruang
perpustakaan, dalam keadaan baik. Artinya semua berfungsi seutuhnya. Standar
Pembiayaan Pendidikan.
Pembiayaan pendidikan meliputi pada tiga hal a) biaya satuan pendidikan b)
biaya penyelenggaraan dan pengelolaan pendidikan c) biaya pribadi peserta didik.
Standar Penilaian Pendidikan. Penilaian hasil belajar oleh pendidik, penilaian hasil
belajar oleh satuan pendidikan, dan penilaian hasil belajar oleh pemerintah.
Pemerintah memiliki delapan standar untuk menciptakan pendidikan yang
berkualitas, salah satunya yaiutu melalui standar pembiayaan pendidikan. Dalam
pencapaian tujuan pendidikan standar pembiayaan memiliki peran yang sangat
penting, yang masuk dalam kategori delapan standar pendidikan pemerintah.
Manajemen sebagai suatu disiplin keilmuan yang secara singkat diartikan sebagai
proses yang dilakukan untuk mewujudkan tujuan melalui perencanaan, pelaksanaan,

2
pengawasan dan evaluasi tidak dapat dipisahkan dari pengelolaan keuangan
madrasah/sekolah. Mengingat pentingnya peran pembiayaan dan keuangan dalam
proses pembelajaran, maka tidak dapat dihindari adanya tata kelola keuangan yang
baik dalam penyelenggaraan pendidikan. Tata kelola keuangan ini selanjutnya
disebut sebagai manajemen pembiayaan /keuangan. Banyak sekolah yang tidak dapat
melakukan kegiatan belajar mengajar secara optimal, hanya karena masalah
keuangan, baik untuk menggaji guru maupun untuk mengadakan sarana dan
prasarana pembelajaran. Dalam hal ini, maupun tuntutan reformasi adalah
pendidikan yang murah dan berkualitas, namun pendidikan yang berkualitas
senantiasa memerlukan dana yang cukup banyak.2 Standar pembiayaan sebagai salah
satu Standar Nasional Pendidikan yang berpengaruh terhadap tercapainya tujuan
pendidikan nasional. Uraian Standar Pembiayaan Pendidikan dapat ditelusuri dari
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan (PP RI SNP). “Pada Bab IX pasal 62 dari PP tersebut disebutkan
bahwa Standar Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2008 tentang Pendanaan
Pendidikan telah menegaskan bahwa pendanaan pendidikan menjadi tanggung jawab
bersama antara Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan Masyarakat. Agar
penyelenggaraan penddiikan disekolah dapat berjalan dengan baik, maka harus ada
ketersediaan dana yang mencukupi. Ketidakmampuan sekolah dalam menyediakan
dana dikhawatirkan akan menghambat proses penyelenggaraan pendidikan.
Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan masyarakat harus menyadair serta
melaksanakan kewajiban dan tanggunjawabnya dalam hal pembiayaan pendidikan
agar dapat terselenggara dengan baik.

1.2 Tujuan
Mengetahui pengertian dari pengelolaan pembiayaaan pendidikan dan
Mengetahui jenis-jenis dari pengelolaan pendidikan.

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Pengertian Pengelolaan Biaya Pendidikan


Menurut Masditou (2017:119-124) pengelolaan Pembiayaan pendidikan
merupakan salah sistem yang sentral dalam pendidikan, pembiayaan bagian dari pada
pendukung penyelenggaraan pendidikan karena menyangkut tentang pembiayaan
operasional penyelenggaraan pendidikan dari hal yang terkecil sampai kepada
pembiayaan operasional yang besar. Penggunaan pembiayaan pendidikan
diorientasikan kepala pembiayaan operasional pendidikan yang mendukung pada
peningkatan mutu pendidikan yang tepat sasaran dengan memenuhi sistem tata kelola
manajemen keuangan sekolah harus dipahami dalam pelaksanaan pembiayaan
pendidikan, yaitu konsep penganggaran pendidikan, pengklasifikasian kegiatan,
penentuan standarisasi, dan penentuan biaya satuan dalam penganggaran pendidikan.
Manajemen pembiayaan pendidikan memiliki tiga tahapan penting yaitu
perencanaan, tahap pelaksanaan dan tahap penilaian (evaluasi), ketiga tahapan tadi
apabila diterapkan dalam manajemen keuangan adalah menjadi tahap perencanaan
keuangan (budgeting), dan tahap pelaksanaan (akunting), dan tahap penilaian atau
auditing. Dengan sistem manajemen pembiayaan pendidikan diharapkan mampu
mendukung, menjamin pengembangan mutu dan kualitas pendidikan dan proses
penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar.
Pembiayaan merupakan salah satu kebutuhan pendidikan yang dapat
menunjang segala aktivitas pendidikan baik formal maupun informal. Pembiayaan
menjadi komponen pendidikan yang mempunyai peran penting atas berjalannya
proses pembelajaran. Penyelenggaraan pendidikan yang didukung dengan
pembiayaan memadai akan berakibat pada berlangsungnya pembelajaran yang
maksimal. Hal tersebut sejalan dengan hasil penelitian dari Tarmizi dalam jurnalnya
yang berjudul “Pengelolaan Pembiayaan Pendidikan Melalui Bantuan Operasional
Sekolah pada MIN Cempala kuneng Kabupaten Pidie”, yang menyebutkan bahwa
pengawasan yang rendah terhadap penggunaan pendidikan akan mengakibatkan
sumber-sumber biaya pendidikan yang diperoleh belum memberikan dampak yang

4
optimal. Karena pemanfaaan biaya yang kurang tepat dengan tidak memberikan
prioritas bagi faktor- faktor yang benar-benar dapat memacu peningkatan prestasi.3
Sebaliknya, tanpa pembiayaan, proses pembelajaran tidak akan dapat berjalan
dengan baik.
Pembiayaan dan keuangan merupakan salah satu komponen yang sangat
menentukan, merupakan komponen produksi yang menentukan terlaksananya
kegiatan-kegiatan dalam proses pembelajaran bersama komponen yang lain”.4
Komponen keuangan dan pembiayaan pendidikan, terutama di madrasah/sekolah,
selayaknya dikelola secara efektif. Pembiayaan pendidikan yang ada di
madrasah/sekolah diatur, direncanakan dan dipergunakan secara baik dan tepat pada
sasaran kebutuhan, dapat bermanfaat secara optimal sesuai dengan tujuan
pendidikan. “pembiayaan pendidikan pada suatu lembaga pendidikan yang
direncanakan, dikelola serta diorganisir secara baik dan tepat sasaran akan
menunjang terselenggaranya proses pembelajaran yang efektif serta dapat memenuhi
kebutuhan madrasah/sekolah”.

2.1.2 Pengelolaan biaya pendidikan


Pengelolaan terhadap pembiayaan pendidikan membutuhkan adanya sistem
manajemen yang baik, dengan demikian pendidikan yang diselenggarakan harus
berkaitan erat dengan suatu manajemen pendidikan. Dalam penyelenggaraan
pendidikan, keuangan dan pembiayaan merupakan potensi yang sangat menentukan
dan merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam kajian administrasi dan
manajemen pendidikan. Kompenen pembiayaan pendidikan dan keuangan pada
tingkat satuan pendidikan merupakan komponen produksi yang menentukan
terlaksananya kegiatan proses belajar mengajar disekolah bersama komponen-
komponen lain.6 Dengan kata lain, setiap kegiatan yang dilakukan memerlukan
biaya, maupun disadari atau tidak. Sejalan dengan kebijakan otonomi daerah yang
menyerahkan masalah pendidikan kedaerah dan sekolah masing-masing, maka
masalah keuangan pun menjadi kewenangan yang diberikan secara langsung dalam
pengelolaanya kepada sekolah. Kepala sekolah memiliki tanggung jawab penuh
terhadap perencanaan, pelakanaan, dan evaluasi dan pertanggungjawaban keuangan
sekolah.7 Menurut undang-undang Nomor 20 tahun 2003 pasal 48, pengelolaan dana
pendidikan berdasarkan prinsip keadilan, efesiensi, transparansi dan akuntabilitas.

5
Prinsip keadilan berarti besarnya biaya pendidikan sesuai dengan kebutuhan setiap
sekolah masing-masing. Sedangkan efesiensi merupakan perbandingan antara
masukan dengan keluaran dengan hasil, hal tersebut dapat dilihat dari penggunaan
waktu, tenaga dan biaya yang dikeluarkan serta hasil. Akuntabilitas publik yaitu
penggunaan uang sekolah dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan rencana
sekolah yang ditetapkan. Transparansi artinya adanya ketebukaan dalam pengelolaan
biaya pendidikan yaitu keterbukaan sumber pendapatan dan jumlahnya, rincian
penggunaannya, dan pertanggungjawabannya harus jelas sehingga dapat
memudahkan berbagai pihak untuk mengetahuinya.

2.1.3 Pelaksanaan manajemen pembiayaan


Dalam Pelaksanaan manajemen pembiayaan pendidikan di lembaga pendidikan
sekolah harus berdasarkan prinsip-prinsip yang telah dijelaskan diatas. Mulai dari
tahap perencanaan, penggunaan biaya pendidkan, pengawasan serta
pertanggungjawaban atas penggunaan biaya pendidikan. Sehingga, dapat membantu
mengurangi permasalahan-permasalahan pembiayaan pendidikan yang sering terjadi
di lembaga pendidikan sekolah. Dan lembaga pendidikan dapat meningkatakan
kualitas pendidikannya dengan baik.

Menurut Ferdi (2013:566-567) Pembiayaan pendidikan merupakan tanggung


jawab bersama antara Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat. Hal ini sesuai
amanat UUSPN Nomor 20 tahun 2003 Pasal 46 ayat (1). Pembiayaan pendidikan
merupakan hubungan saling keterkaitan yang di dalamnya terdapat komponen-
komponen yang bersifat mikro dan makro pada satuan pendidikan.
Setiap komponen memiliki fungsi yang berbeda-beda, namun memiliki tujuan akhir
yang sama, yaitu:
a. peningkatan potensi SDM yang berkualitas
b. penyediaan komponen-komponen sumber-sumber pembiayaan pendidikan
c. penetapan sistem dan mekanisme pengalokasian dana
d. pengefektifan dan pengefisiensian penggunaan dana
e. akutabilitas (dapat dipertanggungjawabkan) dari aspek keberhasilan dan
mudah terukur pada setiap satuan pendidikan
f. meminimalis

6
Menurut Haryati (2012:65) Pembiayaan pendidikan adalah sumber daya
keuangan yang disediakan untuk menyelenggarakan dan mengelola pendidikan.
Selanjutnya dikemukakan bahwa pendanaan pendidikan adalah penyediaan
sumberdaya keuangan yang diperlukan untuk penyelenggaraan dan pengelolaan
pendidikan. biaya pendidikan sebagai nilai rupiah dari seluruh sumber daya (input)
baik dalam bentuk natura (barang), pengorbanan peluang, maupun uang, yang
dikeluarkan untuk selu- ruh kegiatan pendidikan. Di tingkat sekolah, biaya dapat
diklasi- fikasikan ke dalam biaya operasional dan biaya investasi. Biaya operasional
adalah biaya yang di- timbulkan dari pengadaan barang dan jasa yang diperlukan
untuk penyelenggaraan pendidikan yang habis digunakan dalam waktu satu tahun
atau kurang per siswa per tahun. Biaya opera- sional dapat dipilah menjadi biaya
operasional personil dan biaya operasional bukan personil. Dalam menghitung
Standar Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP), Badan Standar Na- sional
Pendidikan (BNSP), seperti yang tercan- tum dalam PP Nomor 19 Tahun 2005,
menggu- nakan jumlah rombongan belajar (rombel) untuk mengakomodir variasi
antar sekolah. Sekolah dengan jumlah rombongan belajar berbeda akan mempunyai
nilai BOSP yang berbeda.Dalam penelitian ini untuk menjawab permasalahan atau
pertanyaan penelitian khususnya tentang penghitungan biaya operasional satuan
pendidikan per tahun per siswa agar mendekati kenyataan, maka perlu
memperhatikan asumsi-asumsi dasar yang meliputi:
a. penentuan kondisi sekolah yang meliputi jumlah rombongan belajar (rombel),
jumlah siswa per rombel, jumlah pendidik dan tenaga kependidikan, jumlah
mata pe- lajaran, nilai gaji dan tunjangan
b. penentuan komponen biaya
c. penentuan volume penggunaan atau pemakaian, dan
d. penentuan harga setiap komponen biaya.
Menurut Fironika (45-46) UUD Negara Republik Indonesia 1945
(Amandemen IV) menyatakan bahwa setiap warga negara berhak mendapat
pendidikan, setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah
wajib membiayainya, pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem
pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak
mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, negara memprioritaskan

7
anggaran pendidikan sekurang-kurangnya dua puluh persen dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) serta dari Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah (APBD) untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan
nasional pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan
menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban
serta kesejahteraan umat manusia. Secara khusus disebutkan bahwa dana pendidikan
selain gaji pendidik dan biaya pendidikan kedinasan dialokasikan minimal 20% dari
APBN pada sektor pendidikan dan minimal 20% dari APBD. Gaji guru dan dosen
yang diangkat oleh Pemerintah dialokasikan dalam APBN dan APBD. Partisipasi
masyarakat dalam pendidikan berbasis masyarakat adalah dengan berperan serta
dalam pengembangan, pelaksanaan kurikulum, dan evaluasi pendidikan, serta
manajemen dan pendanaannya sesuai dengan standar nasional pendidikan. Dana
penyelenggaraan pendidikan berbasis masyarakat dapat bersumber dari
penyelenggara, masyarakat, Pemerintah, Pemerintah Daerah dan atau sumber lain
yang tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Menurut Azhari 2016 (27-28) Biaya pendidikan merupakan salah satu faktor
yang sangat penting dalam pelaksanaan pendidikan. Untuk mencapai mutu sekolah
yang baik, biaya pendidikan harus dikelola dengan optimal. Oleh karena itu, tahapan
pada manajemen pembiayaan pendidikan perlu diperhatikan. Pada dasarnya tujuan
manajemen pembiayaan pendidikan adalah mencapai mutu sekolah yang diharapkan.
Pada setiap proses tahapan manajemen pembiayaan perhatian utamanya adalah
pencapaian visi dan misi sekolah. Tahapan manajemen pembiayaan pendidikan
melalui tahapan perencanaan pembiayaan pendidikan, tahapan pelaksanaan
pembiayaan, dan pengawasan pembiayaan pendidikan. Fasilitas pembelajaran
merupakan faktor lain yang mempengaruhi mutu sekolah. Dalam pencapaian mutu
sekolah, fasilitas pembelaajaran merupakan sarana dan prasarana yang digunakan
oleh tenaga pendidik dalam proses belajar mengajar sehingga dapat mencapai tujuan
pendidikan.
Pemanfaatan fasilitas pembelajaran perlu dikelola dengan baik agar terhindar
dari pemborosan dan tidak tepatnya pemanfaatan fasilitas. Oleh karena itu,
diperlukan manajemen pemanfaatan fasilitas pembelajaran yang sesuai dengan
prinsipnya agar peningkatan mutu sekolah dapat tercapai.

8
Permasalahan yang terjadi dalam lembaga pendidikan terkait dengan
manajemen pembiayaan pendidikan antara lain adalah sumber dana yang terbatas,
pembiayaan program yang tersendat, tidak mendukung visi, misi dan kebijakan
sebagaimana tertulis dalam rencana strategis lembaga pendidikan. Di satu sisi
lembaga pendidikan perlu dikelola dengan baik (good governance), sehingga
menjadi lembaga pendidikan yang bersih dari berbagai penyimpangan yang dapat
merugikan pendidikan. Jika memandang dari sisi manajemen pemanfaatan fasilitas
pembelajaran, beberapa kendala mengenai perencanaan fasilitas
diantaranya adalah sulitnya menyesuaikan kebutuhan peserta didik jika harus
mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Selain itu, banyaknya
kebutuhan fasilitas yang dapat mendukung pencapaian tujuan pendidikan harus
disertai dengan perincian biaya yang membengkak. Selain itu juga pembiayaan
menjadi faktor penghambat lainnya dalam pengadaan fasilitas pembelajaran.
Pengawasan fasilitas seharusnya dilakukan oleh pemerintah maupun pimpinan
sekolah, seperti kepala sekolah dan wakil kepala sekolah bidang sarana prasarana.
Akibat dari kurangnya manajemen pemanfaatan fasilitas pembelajaran yang
dilakukan sekolah, peserta didik menjadi kurang merasakan manfaat dari fasilitas
tersebut. Hal tersebut dapat menyebabkan penurunan dalam mutu sekolah.

2.1.4 Konsep biaya pendidikan


Biaya dalam pendidikan meliputi biaya langsung dan biaya tidak langsung.
Biaya langsung terdiri dari biaya-biaya yang dikeluarkan untuk keperluan
pelaksanaan pengajaran dan kegiatan belajar siswa. Kebanyakan baiaya langsung ini
berasal dari sistem persekolahan, seperti SPP, dan sumbangan orang tua atau yang
dikeluarkan sendiri oleh siswa untuk membeli perlengkapan dalam melaksanaan
proses pendidikannya, seperti biaya buku, peralatan dan uang saku. Adapun biaya
tidak langsung berupa keuntungan yang hilang dalam bentuk kesempatan yang hilang
dan dikorbankan oleh siswa selama belajar (Akadon.2015: 5-6).

Biaya pendidikan akan ditentukan oleh komponen kegiatan pendidikan


meliputi pengadaan sarana dan prasarana, dan biaya satuan. Menuru pendekatan
sistem biaya merupakan suatu unsur yang menentuan dalam mekanisme

9
penganggaran. Penentuan biaya akan mempengaruhi tingkat efisiensi dan efektivitas
kegiatan dalam suatu organisasi yang akan mencapai suatu ujuan tertentu. Kegiatan
yang dilaksanakan dengan biaya rendah dan hasilnya mempunyai kualitas yang baik,
kegiatan tersebu disebut efisien dan efektif. Pendekatan mutu analisis dan alokasi
biaya yang memfokuskan pada peningkatan mutu PBM, walaupun dalam hal
membatasi jumlah pelajar (Anwar.2013:210).

Cost will become a more important factor in the acquistion of a product in


two situations. First, as the technology or aesthetic of a product matures or stabilizer
and he competitive playing fielsds level, competition is i ncresingly based on cost or
price. Second, a costumers internal economics or fnancial resource limitatios may
shift the acquistions decision towardsaffordability as a more dominant factor. In
either case, a succesfull product supplier must ocus more attention on managing
product cost (Gupta.2009.1)

Biaya akan menjadi faktor yang lebih penting. Pertama karena teknologi atau
estetika suatu produk stabil dan kompetitif didasarkan pada biaya dan harga. Kedua
internal pelanggan atau keterbatasan sumber daya keuangan dapat menggeser
keputusan sebagai faktor yang lebih dominan (Gupta.2009.1)

Menurut (Mustari.2014: 163-165) menejemen keuanagn adalaha suatu kegiatan


perencanaan, penganggaran, pemeriksaan, pengelolaan, pengendalian, pencarian dan
penyimpanan dana yang dimiliki oleh suatau organisasi ataua perusahaan. Dalam
implementasinya disekolah, manajemen keuangan merupakan salah satu substansi
manajemen sekolah yang akana turut menentukan berjalannya kegiatan pendidikan
disekolah. Sebagaimana yang terjadi di substansi manajemen pendidikan pada
umumnya, kegiatan manajemen keuangan dilakukan melalui proses perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, penoordinasian, pengawasan atau pengendalian.
Pengelolaan keuangan sekolah adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi
perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban, dan
pengawasan keuangan sekolah. Adapun asas pengelolaan keuangan sekolah dapat
diuraikan sebagai berikut: “keuangan sekolah dikelola secra tertib, taat pada
peraturan perundang-undangan, efektif, efisien, ekonomis, transparan, dan

10
bertanggung jawab dengan memerhatikan asas keadilan, kepatutan, dan manfaat
untuk masyarakat.” Dengan keterangan sebagai berikut:

a. Secara tertib: keuangan sekolah dikelola secara tepat waktu dan tepat guna
yang didukung dengan bukti-bukti administrasi yang dapat
dipertanggungjawabkan.
b. Taat pada peraturan perundang-undangan: pengelolaan keuangan sekolah
harus berpedoman pada peraturan perundanan-undangan.
c. Efektif: pencapaian hasil program dengan target yang telah ditetapkan, yaitu
denan cara membandinkan keluaran dengan hasil.
d. Efisien: pencapaian keluaran yan maksimum denan masukan tertentu atau
pengunaan masukan terendah untuk mencapai keluaran tertentu.
e. Ekonomis: pemerolehan masukan dengan kualitas dan kuantitas tertentu pada
tingkat harga yang terendah.
f. Transparan: asas keterbukaan yang memungkinkan masyarakat untuk
mengetahui dan mendaptakan akses informasi seluas-luasnya tentang
keuangan sekolah.
g. Bertanggung jawab merupakan perwujudan kewajiban seseorang untuk
mempertanggung jawabkan pengelolaan dan pengendalian sumber daya dan
pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan kepadanya dalam rangka
pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.
h. Keadilan adalah keseimbanan distribusi kewenangan dan pendanaanya
dan/atau keseimbangan distribusi hak dan kewajiban berdasarkan
pertimbangan yang objektif.
i. Kepatutan adalah tindakan atua suatu sikap yang dilakukan dengan wajar dan
proporsional.
j. Manfaat untuk masyarakat sekolah adalah bahwa keuangan sekolah diutamkan
untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat sekolah.

Menurut (Nur Fadillah.2015: 3) Biaya pendidikan merupakan salah satu


komponen masukan instrumental yang sangat penting dalam penyelenggaraan
pendidikan. Dalam setiap upaya pencapaian tujuan pendidikan, baik tujuan yang
bersifat kuantitatif maupun kualitatif, biaya pendidikan memiliki peranan yang

11
sangat menentukan. Ada dua hal penting yang perlu dikaji atau dianalisis dalam
pembiayaan pendidikan, yaitu biaya pendidikan secara keseluruhan (total cost) dan
biaya satuan per siswa (unit cost). Biaya satuan di tingkat sekolah merupakan
aggregate biaya pendidikan tingkat sekolah, baik yang bersumber dari pemerintah,
orang tua, maupun masyarakat yang dikeluarkan untuk menyelenggarakan
pendidikan dalam satu tahun pelajaran. Biaya satuan per siswa merupakan ukuran
yang menggambarkan seberapa besar uang yang dialokasikan sekolah secara efektif
untuk kepentingan siswa dalam menempuh pendidikan. Oleh karena biaya satuan ini
diperoleh dengan memperhitungkan jumlah siswa pada masing-masing sekolah,
maka ukuran biaya satuan dianggap standar dan dapat dibandingkan antara sekolah
yang satu dengan yang lainnya. Selain itu juga biaya yang dikeluarkan oleh siswa
disebut juga biaya pribadi (private cost) atau biaya personal (personal cost) meliputi
SPP (sebagai konsekuensi keberadaan sekolah swasta). Sedangkan biaya satuan
pendidikan meliputi uang transport, pakaian seragam sekolah, alat tulis, buku,
konsumsi, dan akomodasi. Secara umum pembiayaan pendidikan adalah sebuah
kompleksitas, yang didalamnya akan terdapat saling keterkaitan pada setiap
komponennya, yang memiliki rentang yang bersifat mikro (satuan pendidikan)
hingga yang makro (nasional), yang meliputi sumber-sumber pembiayaan
pendidikan, sistem dan mekanisme pengalokasiannya, efektivitas dan efisiensi dalam
penggunaanya, akuntabilitas hasilnya yang diukur dari perubahan-perubahan yang
terjadi pada semua tatanan, khususnya sekolah, dan permasalahan-permasalahan
yang masih terkait dengan pembiayaan pendidikan, sehingga diperlukan studi khusus
untuk lebih spesifik mengenal pembiayaan pendidikan ini.

Manajemen keuangan atau pembiayaan adalah serangkaian kegiatan


perencanaan, melaksanakan dan mengevaluasi serta mempertanggungjawabkan
pengelolaan dana secara transparan kepada masyarakat dan pemerintah. Pengelolaan
keuanan yang baik dalam lembaga akan meningkatkan efisien penyelenggaraan
pendidikan. Dengan tersedianya biaya, pencapaian tujuan pendidikan yang lebih
produktif, efektif, efisien dan relevan memungkinkan kebutuhan akan segera
terwujud. Adapun sumber keuangan dan pembiayaan pada suatu sekolah atau
madrasah, secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi tiga bagian yaitu: a)
pemerintah, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, yan bersifat umum

12
atau khusus dan diperuntukkan bagi kepentingan pendidikan, b) orang tua atau
peserta didik dan c) masyarakat baik mengikat maupun tidak (Kristiawan.2015:10).

Menutur (Himayar.2014: 3-6) Pembiayaan pendidikan merupakan kegiatan


mendistribusikan manfaat, hak, dan kewajiban pendidikan kepada masyarakat.
Pembiayaan pendidikan sangat didukung oleh pendapatan dari sektor pajak. Artinya
semakin tinggi penerimaan pajak maka APBN juga semakin besar dan anggaran
untuk pendidikan menjadi bertambah. Konsep penting dalam pendanaan dan
pembiayaan adalah seberapa besar uang yang diperoleh, dari jumlah tersebut berapa
jumlah yang akan dibelanjakan dan kepada siapa uang itu dibelanjakan. Maka itu
pemerintah menyelesaikannya dengan membuat rencana anggaran pendapatan dan
belanja negara/daerah. Lebih jauh dapat dipahami bahwa pembiayaan pendidikan
merupakan sejumlah penerimaan uang yang kemudian dibelanjakan untuk berbagai
keperluan kegiatan pendidikan, seperti pembayaran gaji guru, pengadaan dan
perbaikan bangunan, pengadaan pelengkapan dan mobiler, pengadaan alat tulis
kantor, kegiatan pengelolaan pendidikan, kegiatan supervisi pendidikan, dan
kegiatan ekstra kurikuler. Definisi lain mengemukakan bahwa pembiayaan
pendidikan merupakan jumlah uang yang dihasilkan dan dibelanjakan untuk berbagai
keperluan penyelenggaraan pendidikan yang mencakup gaji guru, peningkatan
profesional guru, sarana ruang belajar, pengadaan perlengkapan/mobiler, alat-alat
dan buku pelajaran, alat tulis kantor, kegiatan ekstra kurikuler, kegiatan pengelolaan
pendidikan, dan supervisi pendidikan. Untuk lebih memahami tentang konsep
pembiayaan dan pendidikan perlu dicermati pokok-pokok terminologi berikut:

a. Objek Biaya

Suatu program selalu terkait dengan berbagai aktifitas sebagai ujung tombak
(operating core) sistem lembaga atau organisasi yang membutuhkan biaya. Objek
biaya adalah merupakan biaya dari seluruh kegiatan yang ada. Sehingga dapat
dikatakan objek biaya merupakan akumulasi biaya dari berbagai macam kegiatan.
Dari penjelasan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa pembiayaan pendidikan
adalah suatu analisis tentang sumber-sumber penerimaan (revenue), dan penggunaan
biaya (expenditure) yang diperuntukkan untuk pengelolaan pendidikan secara efisien
untuk mencapai tujuan.

13
b. Informasi Manajemen Biaya

Manajemen biaya adalah suatu aktifitas pengelolaan biaya dan dapat


berfungsi sebagai alat perencanaan, keputusan, dan kontrol dengan demikian
kegiatan dapat dilakukan secara maksimal, efektif, dan efisien dalam mencapai
tujuan baik itu lembaga yang bersifat profit maupun non profit. Untuk mencapai
keberhasilan dengan daya saing tinggi, lembaga pendidikan perlu memfokuskan
perhatian pada informasi sumber biaya atau yang lain yang memiliki waktu lebih
panjang dan berkelanjutan. Suatu lembaga harus tahu berapa biaya yang dihabiskan
untuk melakukan suatu jasa atau produk tertentu atau pengembangan suatu jasa baru.
Informasi digunakan untuk mementukan harga untuk mengubah produk atau jasa
dalam rangka meningkatkan profitabilitas dan untuk memperbarui fasilitas layanan
pada saat yang tepat, dan untuk menentukan metode layanan. Pengelolaan dan
operasional manajemen biaya dibutuhkan untuk memberikan dasar yang wajar dan
efektif untuk mengidentifikasi operasi yang tidak efisien dan untuk memberikan
penghargaan serta dukungan kepada para manajer yang paling efektif. Informasi
manajemen biaya dibutuhkan untuk memberikan catatan yang akurat tentang
persediaan dan aset yang lainnya. Dalam konteks pembiayaan pendidikan, informasi
biaya ini dapat dikaitkan dengan informasi sumber biaya, baik dari pemerintah, orang
tua, masyarakat, dan potensi lain yang mungkin dimanipulasi menjadi sumber biaya
untuk pendidikan. Kemudian memberi informasi tentang sistem layanan proses
belajar mengajar yang dikaitkan dengan biaya yang layak untuk suatu layanan yang
lebih baik serta upaya mendukung keputusan dengan program yang harus dilakukan
dan pelaporan biaya secara baik dan benar sebagai wujud pertanggung jawaban
manajemen.

c. Pembiayaan (financing)

Pembiayaan merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengalokasikan dana


yang ada. Pembiayaan pendidikan merupakan dana-dana yang dikeluarkan dan
diinvestasikan dalam proses pendidikan, sehingga pembiayaan merupakan fungsi
dari pengumpulan dana dari berbagai sumber yang memungkinkan. Sedangkan biaya

14
pendidikan adalah merupakan seluruh usaha yang dilakukan oleh pemerintah dan
masyarakat pendidikan baik berupa uang maupun non moneter. Pembiayaan
pendidikan harus dilakukan secara adil, merata, berkecukupan, dan
berkesinambungan. Hal ini bertujuan untuk mencegah terjadinya ketimpangan dan
ketidaksinkronan antar lembaga pendidikan yang berujung pada inefisiensi
pembiayaan. Sehingga dalam melakukan penganggaran dan pendistribusian dalam
hal pembiayaan pendidikan, perlu dicermati beberapa hal berikut: 1. Bagaimana dana
dan fasilitas pendidikan didistribusikan ke daerah-daerah dan jenis serta jenjang
pendidikan yang berbeda? 2. Bagaimana dampak dari bantuan dan subsidi
pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat? 3. Apakah
investasi pendidikan dapat memeratakan pendapatan, sehingga jurang perbedaan
antara yang kaya dan yang miskin semakin pendek? 4. Bagaimana efektifitas
pendidikan sebagai alat pemerataan?

d. Keuangan (finance)

Bagian keuangan sebuah lembaga pendidikan merupakan aktifitas kunci yang


harus mempunyai tata kelola yang baik. Salah dalam pengelolaan keuangan sebuah
lembaga pendidikan bisa mengalami kekurangan dana, kekacauan, bahkan
kebangkrutan. Aktifitas di bagian keuangan sebuah lembaga pendidikan tidak hanya
mencakup uang pembayaran yang sah seperti gaji dan honor atau upah, tapi juga
kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan perbankan. Keuangan (finance) dapat
didefinisikan sebagai seni untuk mendapatkan alat pembayaran, dalam bidang
keuangan yang meliputi pemeliharaan kas yang memadai dalam bentuk uang atau
kredit disesuaikan dengan kebutuhan organisasi. Alat yang digunakan dalam
keuangan meliputi seluruh metode peminjaman uang dan pertukaran satu jenis hak
yang berkenaan dengan keuangan dengan yang lainnya.

e. Anggaran (budget)

Anggaran merupakan suatu instrumen yang dirancang untuk memfasilitasi


perencanaan dan juga memberikan sebuah konteks proses perencanaan dalam
pemilihan langkah-langkah dalam mencapai tujuan yang ditetapkan. Budget
merupakan dokumen yang meringkaskan keputusan yang direncanakan, dan dapat

15
dijadikan sebagai alat untuk memastikan penggunaan dana masyarakat secara jujur
dan hati-hati. Prosedur penganggaran dilakukan dengan: (1) menyusun ramalan
tentang kemungkinan pendapatan dan belanja selama periode tertentu, (2)
menetapkan anggaran berdasarkan ramalan, (3) statistik pelaksanaan dikumpulkan
dan dibandingkan dengan dugaan-dugaan, (4) mengukur varian-varian dan
menganalisis penyebabnya, dan (5) melakukan perbaikan. Beberapa faktor yang
perlu di pertimbangkan dalam membuat anggaran adalah: (1) permintaan terhadap
hasil produksi dan stabilitas permintaan potensi dasar, (2) jenis-jenis hasil produksi
yang dibuat dan sifat hasil produksi yang dibuat, (3) kemampuan menyusun jadwal
dan mengatur pelaksanaan, (4) jumlah dana yang dipergunakan dibandingkan dengan
hasil yang mungkin dicapai, dan (5) perencanaan dan pengawasan.

f. Biaya (cost)

Biaya adalah pengorbanan baik berupa uang maupun non uang sebagai
kompensasi atas sesuatu yang diterima. Biaya dialokasikan dan digunakan atau
dibelanjakan untuk terlaksananya berbagai fungsi kegiatan dalam mencapai tujuan
yang ditetapkan. Definisi lain mengemukakan bahwa biaya adalah harga pokok yang
merupakan gambaran pengorbanan dalam pengertian kuantitatif pada saat barang
atau jasa dipertukarkan. Di sisi lain dapat diartikan bahwa harga pokok merupakan
nilai pengorbanan dalam pengertian uang yang diberikan kepada produksi yang
melekat pada hasil produksi, karena itu harga pokok dapat pula diartikan sebagai
pengorbanan biaya yang rasional, tidak dapat dihindarkan dan memberikan kegunaan
terhadap produksi.

g. Pemicu Biaya (cost driver)

Perubahan pada biaya total dipengaruhi oleh pemicu biaya. Artinya pembicu
biaya merupakan faktor yang memberikan dampak terhadap perubahan biaya total.
Pemicu biaya (cost driver) memberikan efek terhadap perubahan level biaya total
suatu objek biaya. Identifikasi dan analisis terhadap cost driver merupakan langkah
penting dalam analisis strategik dan manajemen biaya pada suatu organisasi. Proses
pembiayaan aktifitas pendidikan sebagai suatu lembaga non profit yang bergerak di
bidang jasa dipengaruhi oleh cost driver. Misalnya, faktor-faktor yang menjadi

16
pemicu biaya diantaranya adalah jumlah jam mengajar guru, media pengajaran, dan
buku teks yang digunakan dan fasilitas pendukung yang sifatnya temporer. Program-
program pendidikan yang ditawarkan oleh sekolah yang dapat meningkatkan dan
mengembangkan keterampilan lulusan dalam pendidikan dapat juga dijadikan
sebagai pemicu biaya yang diakumulasi. Cost drivertermasuk pihak-pihak yang ikut
memikirkan program-program yang akan dilaksanakan serta biaya yang
diakibatkan/dipicu oleh program yang dibuat.

According (Timothy.2011:2-4) the he cost function model school districts


produce education outcomes using a production process that combines input factors
that are purchased (for example, teachers and other personnel) with environmental
input factors that are not purchased (for example, student skills acquired in an
earlier grade). Thus, we model school district cost as a function of the quantity and
quality of outcomes produced, the prices of variable inputs, the quantity of the quasifi
xed capital, and the characteristics of students and parents that directly infl uence
the education production process. Our model is a district-level cost function. The
underlying conceptual assumption is that resource allocation decisions are largely
made at the district level, where district administrators allocate funds across
campuses and across physical facilities and instructional programs. There are also
practical considerations favoring a district-level cost function. First, the capital
stock indicators are only available at the school district level. Second, districts have
central administration costs that are borne jointly by campuses in the district.
Allocating these costs among campuses, or ignoring them entirely, are issues that
complicate any campus-level cost function analysis. Further, campuses and districts
vary in how actual administrative services are conducted at campus or district levels,
and they differ in how they apportion these administrative costs across units when
they report to the state of Texas.

Menurut (Timothy.2011:2-4) fungsi biaya sekolah distrik menghasilkan hasil


pendidikan menggunakan proses produksi yang menggabungkan faktor input yang
dibeli (misalnya, guru dan personil lainnya) dengan faktor input lingkungan yang
tidak dibeli (untuk contoh, keterampilan siswa yang diperoleh di kelas lebih awal).
Dengan demikian, kami mencontohkan biaya distrik sekolah sebagai fungsi kuantitas

17
dan kualitas hasil yang dihasilkan, harga input variabel, kuantitas modal kuasi, dan
karakteristik siswa dan orang tua yang secara langsung memengaruhi proses produksi
pendidikan. Model kami adalah fungsi biaya tingkat distrik. Asumsi konseptual yang
mendasari adalah bahwa keputusan alokasi sumber daya sebagian besar dibuat di
tingkat kabupaten, di mana administrator distrik mengalokasikan dana di seluruh
kampus dan di seluruh fasilitas fisik dan program instruksional.

Menurut (Pasrizal, 2014. 16-18). Biaya sekolah seorang siswa dapat


dikelompokkan menjadi dua sumber utama, yaitu sumber internal dan eksternal. Pada
sumber internal, biaya sekolah berasal dari orang tua siswa (walaupun ada sedikit
yang dapat berasal dari siswa itu sendiri karena dia ikut membantu orang tua dalam
hal mencari nafkah). Sedangkan pada sumber eksternal biayasekolah berasal dari
pemerintah, perusahaan, dan masyarakat. Untuk mencapai keberhasilan mutu
pendidikan maka kedua macam biaya tersebut harus bersinergi.
Menurut PP No 48 Tahun 2008 ada tiga jenis biaya pendidikan, yaitu:
1. Biaya Satuan Pendidikan, adalahbiaya penyelenggaraan pendidikan pada
tingkat satuan pendidikan,
2. Biaya Penyelenggaraan dan/atau Pengelolaan Pendidikan, adalah biaya
penyelenggaraan dan/atau pengelolaan pendidikan oleh Pemerintah,
pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota, atau penyelenggara/satuan
pendidikan yang didirikan masyarakat,
3. Biaya Pribadi Peserta Didik, adalahbiaya pendidikan yang harus dikeluarkan
oleh peserta didik untuk bisa mengikuti proses pembelajaran secara teratur dan
berkelanjutan.
Biaya satuan pendidikan terdiri dari biaya investasi adalah biaya penyediaan
sarana dan prasarana, pengembangan sumber daya manusia, dan modal kerja tetap;
biaya operasi, terdiri dari biaya personalia dan biaya nonpersonalia; bantuan biaya
pendidikan yaitu dana pendidikan yang diberikan kepada peserta didik yang orang
tua atau walinya tidak mampu membiayai pendidikannya; beasiswa adalah bantuan
dana pendidikan yang diberikan kepada peserta didik yang berprestasi.
Biaya penyelenggaraan dan atau pengelolaan pendidikan, antara lain terdiri
dari bantuan/hibah pemerintah, di mana dana itu harus dikelola berdasarkan pada
prinsip keadilan, efisiensi, transparansi, dan akuntabilitas publik. Misalnya dana

18
Bantuan Operasional Sekolah (BOS) atau Biaya Operasional Pendidikan (BOP).
Terdapat dua hal penting dalam konsep biaya di sekolah, yaitu biaya pendidikan
secara keseluruhan (total cost) dan biaya satuan per siswa. Biaya satuan di tingkat
sekolah merupakan jumlah keseluruhan biaya pendidikan tingkat sekolah dalam
kurun waktu satu tahun pelajaran dan berasal dari orang tua, masyarakat, dan
pemerintah. Untuk memenuhi standar pelayanan minimal (SPM) di sekolah maka
pemerintah menyalurkan dana BOS. Adapun tujuan dana BOS adalah untuk
meringankan beban masyarakat terhadap pembiayaan pendidikan dalam rangka
wajib belajar sembilan tahun yang bermutu. Penggunaan dana BOS (tahun 2012)
berdasarkan keputusan pemerintah adalah sebagai berikut :
1. Pembelian/penggandaan buku teks pelajaran,
2. Kegiatan dalam rangka penerimaan siswabaru,
3. Kegiatan pembelajaran dan ekstra kurikuler siswa,
4. Kegiatan Ulangan dan Ujian,
5. Pembelian bahan-bahan habis pakai,
6. Langganan daya dan jasa,
7. Perawatan sekolah,
8. Pembayaran honorarium bulanan guru honorer dan tenaga kependidikan
honorer,
9. Pengembangan profesi guru,
10. Membantu siswa miskin,
11. Pembiayaan pengelolaan BOS,
12. Pembelian perangkat komputer,
13. Biaya lainnya jika seluruh komponen 1 s.d 12 telah terpenuhi pendanaannya
dari BOS.
Menurur Kisbiyanto( 2012: 43-48)Analisis biaya dalam pendidikan (Cost
Analysis In Education) Pembiayaan pendidikan sangat penting bagi para perencana
pendidikan dan para pembuat kebijakan pendidikan. Namun ada beberapa perbedaan
pemahaman dan pemaknaan tentang definisi dan batasan tentang pembiayaan
pendidikan. Berikut ini ada beberapa hal yang menjadi konsep dalam analisis
pembiayaan pendidikan, antara lain:

19
1. Harga Uang dan Harga Kesempatan (Money Cost and Opportunity Cost)
Banyak in put dalam pendidikan dapat dihitung atau diukur dalam bentuk uang
atau berbagai bentuk sumber daya, antara lain waktu atau kesempatan guru,
siswa, staf administrasi, buku-buku, kurikulum, peralatan dan gedung serta
sarana lainnya. Dalam keseharian, istilah cost memang sangat cenderung
menunjuk pada uang atau pembiayaan dalam bentuk satuan keuangan.

2. Harga Modal dan Harga Sekarang (Capital and Recurrent Cost) Salah satu
kajian penting tentang pembiayaan pendidikan adalah tentang capital cost dan
current cost. Current cost meliputi semua pembelajaan pendidikan misalnya
biaya pengadaan buku, media dan alat-alat lainnya serta pembiayaan untuk
memberikan jasa pelayanan pendidikan. Harga modal dan harga penggunaan
harus dipertimbangkan sedemikian baiknya agar harga modal itu bisa
memberikan nilai guna yang lebih tinggi dengan pembelanjaan saat tertentu.

3. Harga Rata-rata dan Batas Tertinggi (Average and Marginal Cost) Analisis
harga dalam pendidikan bisa dilakukan dengan penghitungan total harga dalam
pendidikan atau harga satuan (unit cost).
Ada dua perbedaan cara menghitung unit cost, yakni :
a. harga rata-rata (average cost) dengan cara menghitung harga dengan
jumlah total siswa (peserta didik) atau dengan jenjang pendidikan,
sehingga penghitungan n akan menjelaskan rata-rata satuan harga per
siswa.
b. jika harga dihitung perlulusan, maka akan nampak rata-rata satuan harga
per lulusan.

4. Faktor-faktor Pembiayaan Pendidikan (The Determinants of Educational Cost)


Penentuan harga satuan dalam pendidikan sangat penting. Dalam ha ini,
terdapat faktor-faktor khusus dalam pembiayaan pendidikan. Salah satu faktor
terpenting dalam pembiayaan pendidikan adalah tingkat penggajian guru (the
level of teacher salary).

20
5. Analisis Harga Keuntungan Pendidikan (Cost-Benefit Analysis of Education)
Cost-Benefit Analysis merupakan bentuk analisis dilihat dari sisi investasi.
Bahwa pendidikan dianggap sebagai investasi dimana ada waktu untuk ber-
invest dan ada saat mengambil atau mendapatkan keuntungan.
6. . Analisis Harga Pembangunan Sekolah (The Analysis of School Building
Costs) Ada tipe khusus analisis harga yaitu dilihat dari sisi analisis harga
pembangunan (analysis of building cost). Analisis ini menunjuk pada nilai
pembangunan dan penyediaan barang-barang atau gedung-gedung yang akan
dipergunakan untuk pendidikan. Anais ini memperhatikan berapa banyak
sarana pendidikan yang harus disediakan setiap satuan tempat tertentu.
7. Kegunaan Analisis Harga dalam Perencanaan Pendidikan (The Use of Cost
Analysis in Educational Planning) Tidak ada satu saja tipe cost analysis yang
paling bagus, melainkan ada banyak cost analysis yang relevan dan aplikabel
dalam pendidikan. Manfaat cost analysis bagi perencanaan pendidikan antara
lain (1) menguji kemungkinan ekonomis untuk memperluas rencana,
pengajuan program dan target, (2) memproyeksikan masa depan tingkat
pembiayaan pendidikan, (3) memperkirakan kebijakan biaya alternatif atau
reformasi pendidikan atau inovasi-inovasi tertentu, (4) membandingkan
berbagai alternatif dalam mencapai tujuan untuk menentukan pilihan yang
paling efektif atau paing ekonomis, (5) membandingkan alternatif keuntungan
proyek investasi pendidikan, dan (6) mengembangkan efisiensi penggunaan
sumber daya pendidikan.

2.1.5 Penetapan Alokasi BOS Tiap Sekolah


Menurut Permendiknas RI (2018 :34-35)Perhitungan jumlah BOS untuk
sekolah dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut.

a. Sekolah dengan jumlah peserta didik 60 atau lebih penghitungan jumlah BOS
sebagai berikut:
1. SD sebesar Rp800.000,00 (delapan ratus ribu rupiah) dikalikan jumlah
peserta didik;
2. SMP/Sekolah Terintegrasi/SMP Satap sebesar Rp1.000.000,00 (satu juta
rupiah) dikalikan jumlah peserta didik;

21
3. SMA sebesar Rp1.400.000,00 (satu juta empat ratus ribu rupiah)
dikalikan jumlah peserta didik;
4. SMK sebesar Rp1.400.000,00 (satu juta empat ratus ribu rupiah)
dikalikan jumlah peserta didik; dan
5. SDLB/SMPLB/SMALB/SLB Rp2.000.000,00 (dua juta rupiah)
dikalikan jumlah peserta didik.

b. Sekolah dengan jumlah peserta didik kurang dari 60:


 Penerima kebijakan alokasi minimal
1. SD sebesar 60 (enam puluh) dikalikan Rp800.000,00 (delapan ratus ribu
rupiah);
2. SMP/SMP Sekolah Terintegrasi/SMP Satap sebesar 60 (enam puluh)
dikalikan Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah); dan
3. SDLB/SMPLB/SMALB/SLB sebesar 60 (enam puluh) dikalikan
Rp2.000.000,00 (dua juta rupiah).

 Bukan penerima kebijakan alokasi minimal


1. SD sebesar Rp800.000,00 (delapan ratus ribu rupiah) dikalikan jumlah
peserta didik;
2. SMP/Sekolah Terintegrasi/SMP Satap Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah)
dikalikan jumlah peserta didik;
3. SMA/Sekolah Terintegrasi/SMA Satap Rp1.400.000,00 (satu juta empat
ratus ribu rupiah) dikalikan jumlah peserta didik;
4. SMK Rp1.400.000,00 (satu juta empat ratus ribu rupiah) dikalikan
jumlah peserta didik; dan
5. SDLB/SMPLB/SMALB/SLB Rp2.000.000,00 (dua juta rupiah)
dikalikan jumlah peserta didik.

22
2.2. Jenis-jenis Pengelolaan Biaya Pendidikan
Menurut Nanang Fattah (2007) Dalam Masditaou.(2017 :126-127) “biaya
dalam pendidikan meliputi biaya langsung (direct cost) dan biaya tidak langsung
(indirect cost). Biaya langsung terdiri dari biaya-biaya yang dikeluarkan untuk
keperluan pelaksanaan pengajaran dan kegiatan belajar siswa beruapa pembelian
alat-alat pelajaran, saran belajar, biaya transfortasi, gaji guru baik yang dikeluarkan
oleh pemerintah, orang tua, maupun siswa sendiri. Sedangkan biaya tidak langsung
berupa keuntungan yang hilang (earing Forgone) dalam bentuk biaya kesempatan
yang hilang (opurtinity cost) yang dikorbankan oleh siswa selama belajar

1. Biaya Langsung (Direct Cost)


Biaya pendidikan langsung (direct cost) merupakan biaya penyelenggaraan
pendidikan yang dikeluarkan oleh sekolah, siswa dan atau keluarga siswa. Biaya
langsung lebih mudah dihitung kerena diketahui oleh para wajib pajak dan data
sekolah pun tersedia, sementara biaya tidak langsung sulit untuk dihitung. Biaya
langsung terwujud dalam benuk pengeluaran unag secara langsung digunakan untuk
membiayai penyelenggaraan PBM pendidikan, penelitan dan pengabdian masyaraka,
penelitian dan pengabdan masyarakat, gaji guru dan pengawai lainnya, buku bahan
perlengkapan, dan biaya perawatan pendidikan.

2. Biaya Tak Langsung ( Undirect Cost )


Biaya tidak langsung (inderect cost) berbentuk biaya hidup yang dikeluarkan
oleh keluarga atau anak yang belajar untuk keperluan sekolah, biaya ini dikeluarkan
tidak langsung digunakan oleh lembaga pendidikan, melainkan dikeluarkan oleh
keluarga anak atau orang yang menanggung biaya peserta didik yang mengikuti
pendidikan. Biaya tidak langsung merupakan biaya hidup yang menunjang
kelancaraan pendidikannya. Misalnya ongkos angkutan, pondokan, biaya makan
sehari-hari, biaya kesehatan, biaya belajar tambahan adalah biaya seperti pendapatan
yang hilang ketika siswa belajar. Biaya tidak langsung harus memperhitungkan juga
biaya yang hilang ketika anak belajar. Pendapatan peserta didik hilang karena sedang
mengikuti pendidikan, begitu juga dengan biaya-biaya pengorbanan lain yang
dikeluarakan oleh peserta didik maupun keluarganya.

23
Terbatasnya sumber-sumber yang dimiliki, khususnya sumber daya finansial,
mendorong dilakukannya upaya perhitungan secara cermat program secara tepat,
serta penetuan skapa prioritas, hal tersebut dapat dilakukan melalui perencanaan
biaya pendidikan. Perencanaan biaya pada dasarnya merupakan implementasi
program dan kegiatan yang diterjemahkan kedalam aspek-aspek yang diperlukan,
seperti ketenagaan, waktu, alat sarana prasarana lain yang mengandung konsekuensi
perhitungan biaya
Owolabi (2006) defines that educational cost as all forms of resources used
up in the process of providing education for an individual or for a group of
individual. This cost is made up of both direct and indirect costs. Direct cost is the
monetary value of all tangible and intangible resources invested in education. It is
necessary to define educational costs in term of the total opportunity costs. The real
cost of education is the alternative opportunities that have to be sacrificed or forgone
in the process of providing education services. For instance, the opportunity cost or
true cost of construction of a new secondary school building is the alternative
projects that are foregone such as road project or agricultural dev elopment
(Sunday,2014 : 86 ).
Owolabi (2006) mendefinisikan biaya pendidikan karena semua bentuk sumber
daya digunakan dalam proses memberikan pendidikan untuk individu atau untuk
sekelompok individu. Biaya ini terdiri dari keduanya biaya langsung dan tidak
langsung. Biaya langsung adalah nilai moneter dari semua sumber daya berwujud
dan tidak berwujud diinvestasikan dalam pendidikan. Penting untuk menentukan
biaya pendidikan dalam hal peluang total biaya. Biaya pendidikan yang sebenarnya
adalah peluang alternatif yang harus dikorbankan atau dilupakan dalam proses
penyediaan layanan pendidikan. Misalnya, biaya peluang atau biaya sebenarnya
pembangunan gedung sekolah menengah yang baru adalah proyek alternatif yang
sudah ada sebelumnya sebagai proyek jalan atau pengembangan pertanian
(Sunday,2014 : 86 ).

2.2.1 Prinsip-Prinsip Pembiayaan Pendidikan


Menurut Masditaou (2017:126-127). Dalam Undang-Undang No 20 Tahun 2003
Tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 48 menyatakan bahwa pengelolaan dana
pendidikan berdasarkan pada prinsip keadilan, efisiensi, transparansi, dan

24
akuntabilitas publik.18 Disamping itu, efektifitas, juga perlu mendapatkan
penekanan. Berikut ini dibahas masing-masing prinsip tersebut, yaitu transparansi,
akuntabilitas, efektifitas dan efisiensi.

a. Transparansi
Transparansi berarti adanya keterbukaan. Transparansi di bidang manajemen
berarti adanya keterbukaan dalam mengelola suatu kegiatan. Di lembaga pendidikan,
bidang manajemen keuangan yang transparan berarti adanay keterbukaan dalam
manajemen keuangan lembaga pendidikan, yaitu keterbukaan sumber keuangan dan
jumlahnya, rincian penggunaan, dan pertanggungjawabannya harus jelas sehingga
bisa memudahkan pihak-pihak yang berkepentingan untuk mengetahuinya.
Transparansi keuangan sangat diperlukan dalam rangka meningkatakan
dukungan orang tua, masyarakat dan pemerintah dalam penyelenggaraan program
pendidikan disekolah. Disamping itu transparansi dapat menciptakan kepercayaan
timbal balik antara pemerintah, masyarakat, orang tua siswa, dan warga sekolah
melalui penyediaan informasi dan menjamin kemudahan di dalam memperoleh
informasi yang akurat dan memadai.
b. Akuntabilitas
Akuntabilitas adalah kondisi seseorang yang dinilai oleh orang lain karena
kualitas performansinya dalam menyelesaikan tugas untuk mencapai tujuan yang
menjadi tanggung jawabnya. Akuntabilitas di dalam manajemen keuangan berarti
penggunaan uang sekolah dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan perencanaan
yang telah ditetapkan.

Berdasarkan rencana kegiatan sekolah yang telah ditetapkan dan juga peraturan
yang berlaku, maka pihak sekolah membelanjakan uang sesuai peruntukannya serta
dapat dipertanggunjawabkan. Pertanggunjawaban dapat dilakukan kepada orang tua,
masyarakat dan pemerintah. Ada tiga pilar utama yang menjadi prasyarat
terbangunnya akuntabilitas, yaitu:
1. Adanya transparansi para penyelenggaraan sekolah dengan menerima masukan
dan mengikutsertakan berbagai komponen dalam mengelola sekolah.

25
2. Adanya standar kinerja jadi setiap institusi yang dapat diukur dalam
melaksanakan tugas, fungsi dan wewenangnya.

3. Adanya partisipasi untuk saling menciptakan suasana kondusif dalam


menciptakan pelayanan masyarakat dengan prosedur yang mudah, biaya yang
murah dan pelayanan yang cepat.

c. Efektifitas
Efektif sering diartikan sebagai pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Garner
mendefinisakan efektifitas lebih dalam lagi, kaena sebenarnya efektifitas tidak
berhenti sampai tujuan tercapai tetapi sampai pada kualitatif hasil yang dikaitkan
dengan pencapaian visi lembaga. “Effectiveness characterized by qualitative
outcomes”. Efektifitas lebih menekankan pada kualitatif outcomes.
Manajemen keuangan dikatakan memenuhi prinsip efektifitas apabila
kegiatan yang dilakukan dapat mengatur keuangan untuk membiayai aktifitas dalam
rangka mencapai tujuan lembaga yang bersangkutan dan kualitatif outcomes-nya
sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.
d. Efisiensi
Efisiensi berkaitan dengan kuantitas hasil suatu kegiatan. Garner
menyebutkan “Efficiencycharacterized by quantitative outputs. Efisiensi adalah
perbandingan yang terbaik antara masukan (input) dan keluaran (output) atau antara
daya dan hasil. Daya yang dimaksud meliputi tenaga, pikiran, waktu dan biaya. Hal
ini dapat dilihat dari dua hal berikut:
1. Dilihat dari segi penggunaan waktu, tenaga, dan biaya.
Kegiatan dapat dikatakan efisien apabila penggunaan waktu, tenaga, dan
biaya yang sekecil-kecilnya dapat mencapai hasil yang ditetapkan. Ragam efisiensi
dapat dijelaskan melalui hubungan antara penggunaan waktu, tenaga, biaya, dan hasil
yang diharapkan.
2. Dilihat dari segi hasil
Kegiatan dapat dikatakan efisien apabila dalam penggunaan waktu, tenaga, dan
biaya tertentu memberikan hasil sebanyak-banyaknya baik kuantitas maupun
kualitasnya

26
2.2.2 Sumber Pembiayaan Pendidikan
Menurut Nanang Fattah (2004) dalam Kristiawan(2017:94-96). Sumber
keuangan sekolah yaitu sebagai berikut.

a. Orang Tua
Kontribusi orang tua semakin penting pada saat pemerintah tdak mempunyai
kemampuan untuk membiayai kebutuhan sekolah yang memadai, seperti yang biasa
dialami oleh negara berkembang. Namun demikian, dinegara yang pemerintahannya
mampu pun terkadang orang tua masih ingin menyumbang, misalnya alat
transportasi, komputer, dan biaya untuk kunjungan belajaar karena mereka
menghendaki anak mereka memperoleh pendidikan yang terbaik.
Mereka menginginkan anak mereka berada dibarisan terdepan dan
memperebutkan pekerjaan yang baik sesuai dengan kemampuannya. Dalam
membantu keluarga yang kurang mampu kepala sekolah dapat membentuk dana
khusus untuk membiayai anak yang berbakat.

b. Pemerintah Pusat
Pemerintah membantu sekolah secara financial dalam beberapa cara misalnya
sebagai berikut.
1. Memberikan dana hibah untuk sekolah;
2. Membayar gaji para guru;
3. Membantu proyek pencarian dana sekolah berupa penyediaan tenaga ahli bahan
dan peralatan; dan
4. Membiayai proyek bangunan dan rehabilitasi sekolah untuk daerah tertentu.

27
c. Pemerintah daerah
Banyak negara menyerahkan pendidikan dasar kepada pemerintah daerah. Tiap
pemerintah ini mempunyai taggung jawab untuk menempatkan dan membuka
sekolah, menyediakan saran fisik, fasilitas ruang kelas dan perlengkapan kantor.
Dana ini berasal dari pendapatan yang dikumpulkan daerah berupa pajak, namun
pemerintah daerah, biasanya menghadapai kesulitan untuk meyakinkan bahwa
pajak telah terkumpul penuh pada waktunya. Hal tersebut karena jumlah tenaga
terlatih dalam bidangnya kurang dan tugas penarikan pajak kurang menghargai
pemerintah daerah.
d. Masyarakat
Kelompok masyarakat biasanya merupakan sumber keuangan uang bagi sekolah.
Mereka digerakkan oleh pemimpin masyarakat setempat tempat untuk tugas
terentu. Hal berikut ini mungkin dalam daftar identifikasi anda, yaitu pemimpin
masyarakat setempat mengarahkan warganya untuk membangun pelaksanaan:
1) Proyek pembangunan sekolah.
2) Memberikan hibah tanah untuk kepentingan sekolah.
3) Pengumpulan dana untuk sekolah tertentu didaerahnya.
4) Pengumpulan dana untuk usaha swasembada dengan melibatkan alumni sekolah.
e. Fasilitas sekolah
Fasilitas sekolah dapat menghasilkan uang yang besar jumlahnya, misalnya dengan
jalan 1) menyewakan aula; 2) menyewakan tempat bermain (lapangan olahraga);
3) membuka usaha pertanian bagi yang memiliki lahan kebun dan kolam; 4)
mendirikan kantin dan koperasi sekolah; 5) membuka jasa photo copy; dan 6)
membuka jasa wartel.
f. Siswa
Siswa dapat menjadikan sumber keuangan yang baik. Hal ini tergantung pada kondisi
sekolah dan kemampuan manajerial pimpinan sekolah dan stafnya. Cara yang
dapat ditempuh untuk memanfaatkan siswa antara lain:
1) Usaha perkebunan, perternakan (unggas, sapi, kambing, lebah) kerajinan; dan
2) Kegiatan pengumpulan dana seperti pergelaran seni, tari-tarian, drama,
pertandingan, pameran atau bazar dan pencarian donatur untuk amal.

28
g. Pemilik sekolah atau yayasan
sebagian sekolah dibangun oleh badan-badan keagamaan atau yayasan usaha
sosial yang bukan pemerintah. Pembangunan dan pembukaan sekolah tersebut
biasanya mengandung tujuan khusus, biasanya menyangkut kesejahteraan moral dan
spiritual anak-anak. Badan atau yayasan seperti ini memberikan bantuan pada
sekolah dengan berbagai cara misalnya: melalui penyedian tanah dan bangunan,
peralatan serta tenaga.

2.2.3 Hal-hal yang Mempengaruhi Terhadap Pembiayaan Pendidikan.


Menurut Ngismatul (2014 : 94 ). Pembiayaan pendidikan tidak pernah tetap
akan tetapi selalu berkembang dari tahun ke tahun, Secara garis besar perubahan
pembiayaan ini dipengaruhi oleh dua hal yaitu faktor eksternal dan internal.
1. Faktor eksternal, yaitu faktor yang ada diluar sistem pendidikan yang meliputi
Berkembangnya demokrasi pendidikan, kebijakan pemerintah, tuntutan akan
pendidikan, adanya inflasi.
2. Faktor internal, yaitu faktor yang berasal dari dalam sistem pendidikan itu
sendiri yang sepenuhnya mempengaruhi besarnya biaya pendidikan, antara
lain sebagai berikut ; Tujuan pendidikan, pendekatan yang digunakan, materi
yang disajikan, tingkat dan jenis pendidikan.

2.2.4 Fungsi Pembiayaan Pendidikan


Menurut Baharuddin (2010: 148) dalam Kristiawan(2017:94-96), fungsi
pembiayaan pendidikan yaitu sebagai berikut.:
a. Memungkinkan penyelenggaraan pendidikan dilakukan secara efesien, dalam
artian, dana yang diperoleh, dapat digunakan untuk pencapaian tujuan
tertentu yang diinginkan;
b. Memungkinkan ketercapaian kelangsungan hidup lembaga pendidikan;
c. Dapat mencegah adanya kekeliruan, kebocoran, atau penyimpangan
penggunaan dana dari rencana semula; dan
d. Mengambarkan target-target yang akan dicapai sekolah atau madrasah.

2.3 Kajian Kritis


Pengelolaan Pembiayaan merupakan salah satu kebutuhan pendidikan yang
dapat menunjang segala aktivitas pendidikan baik formal maupun informal.
Pembiayaan menjadi komponen pendidikan yang mempunyai peran penting atas

29
berjalannya proses pembelajaran. Penyelenggaraan pendidikan yang didukung
dengan pembiayaan memadai akan berakibat pada berlangsungnya pembelajaran
yang maksimal. Hal tersebut sejalan dengan hasil penelitian dari Tarmizi dalam
jurnalnya yang berjudul “Pengelolaan Pembiayaan Pendidikan Melalui Bantuan
Operasional Sekolah pada MIN Cempala kuneng Kabupaten Pidie”, yang
menyebutkan bahwa pengawasan yang rendah terhadap penggunaan pendidikan akan
mengakibatkan sumber-sumber biaya pendidikan yang diperoleh belum memberikan
dampak yang optimal. Karena pemanfaaan biaya yang kurang tepat dengan tidak
memberikan prioritas bagi faktor- faktor yang benar-benar dapat memacu
peningkatan prestasi. Sebaliknya, tanpa pembiayaan, proses pembelajaran tidak akan
dapat berjalan dengan baik. Pembiayaan merupakan salah satu kebutuhan pendidikan
yang dapat menunjang segala aktivitas pendidikan baik formal maupun informal.
Pembiayaan menjadi komponen pendidikan yang mempunyai peran penting atas
berjalannya proses pembelajaran. Penyelenggaraan pendidikan yang didukung
dengan pembiayaan memadai akan berakibat pada berlangsungnya pembelajaran
yang maksimal. Hal tersebut sejalan dengan hasil penelitian dari Tarmizi dalam
jurnalnya yang berjudul “Pengelolaan Pembiayaan Pendidikan Melalui Bantuan
Operasional Sekolah pada MIN Cempala kuneng Kabupaten Pidie”, yang
menyebutkan bahwa pengawasan yang rendah terhadap penggunaan pendidikan akan
mengakibatkan sumber-sumber biaya pendidikan yang diperoleh belum memberikan
dampak yang optimal. Karena pemanfaaan biaya yang kurang tepat dengan tidak
memberikan prioritas bagi faktor- faktor yang benar-benar dapat memacu
peningkatan prestasi.3 Sebaliknya, tanpa pembiayaan, proses pembelajaran tidak
akan dapat berjalan dengan baik.

Pembiayaan dan keuangan merupakan salah satu komponen yang sangat


menentukan, merupakan komponen produksi yang menentukan terlaksananya
kegiatan-kegiatan dalam proses pembelajaran bersama komponen yang lain”.4
Komponen keuangan dan pembiayaan pendidikan, terutama di madrasah/sekolah,
selayaknya dikelola secara efektif. Pembiayaan pendidikan yang ada di
madrasah/sekolah diatur, direncanakan dan dipergunakan secara baik dan tepat pada
sasaran kebutuhan, dapat bermanfaat secara optimal sesuai dengan tujuan
pendidikan. “pembiayaan pendidikan pada suatu lembaga pendidikan yang

30
direncanakan, dikelola serta diorganisir secara baik dan tepat sasaran akan
menunjang terselenggaranya proses pembelajaran yang efektif serta dapat memenuhi
kebutuhan madrasah/sekolah”.
Biaya sekolah seorang siswa dapat dikelompokkan menjadi dua sumber
utama, yaitu sumber internal dan eksternal. Sumber Internal berupa dana yang di
berikan oleh orang tua atau wali dari murid kepada sekolah yang di tempatinya,
sedangkan sumber Eksternal Diberikan langsung oleh pemerinta kepada sekolah
sesuai dengan peraturan pendidikan, bias melaluai dana BOS dll.
Jenis-jenis biaya pendidikan dibagi menjadi dua, yaitu biaya pendidikan
langsung dan biaya pendidikan tak langsung. Biaya biaya pendidikan langsung
berupabiaya yang dikeluarakan unruk keperluan Pelaksanaan pengajaran dan
kegiatan belajar siswa berupa pembelian alat-alat pelajaran. Sedangkan biaya tak
langsung merupakan biaya hidup yang dikeluarkan oleh keluarga atau anak yang
belajar unruk keperluan sekolah dana ini tidak langsung digunakan oleh lembaga
pendidikan.

31
BAB III

PENUTUP

3.1

Kesimpulan
Pengelolaan Pembiayaan pendidikan merupakan salah sistem yang sentral
dalam pendidikan, pembiayaan bagian dari pada pendukung penyelenggaraan
pendidikan karena menyangkut tentang pembiayaan operasional penyelenggaraan
pendidikan dari hal yang terkecil sampai kepada pembiayaan operasional yang besar.

Dalam Pelaksanaan manajemen pembiayaan pendidikan di lembaga


pendidikan sekolah harus berdasarkan prinsip-prinsip mulai dari tahap perencanaan,
penggunaan biaya pendidkan, pengawasan serta pertanggungjawaban atas
penggunaan biaya pendidikan.

Dalam Undang-Undang No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional


pasal 48 menyatakan bahwa pengelolaan dana pendidikan berdasarkan pada prinsip
keadilan, efisiensi, transparansi, dan akuntabilitas publik.18 Disamping itu,
efektifitas, juga perlu mendapatkan penekanan. Berikut ini dibahas masing-masing
prinsip tersebut, yaitu transparansi, akuntabilitas, efektifitas dan efisiensi.
Pembiayaan pendidikan tidak pernah tetap akan tetapi selalu berkembang dari
tahun ke tahun, Secara garis besar perubahan pembiayaan ini dipengaruhi oleh dua
hal yaitu faktor eksternal dan internal.
 Faktor eksternal, yaitu faktor yang ada diluar sistem pendidikan yang
meliputi Berkembangnya demokrasi pendidikan, kebijakan pemerintah,
tuntutan akan pendidikan, adanya inflasi.
 Faktor internal, yaitu faktor yang berasal dari dalam sistem pendidikan
itu sendiri yang sepenuhnya mempengaruhi besarnya biaya pendidikan,
antara lain sebagai berikut ; Tujuan pendidikan, pendekatan yang
digunakan, materi yang disajikan, tingkat dan jenis pendidikan.

Fungsi pembiayaan pendidikan yaitu sebagai berikut.:

32
 Memungkinkan penyelenggaraan pendidikan dilakukan secara efesien,
dalam artian, dana yang diperoleh, dapat digunakan untuk pencapaian
tujuan tertentu yang diinginkan;
 Memungkinkan ketercapaian kelangsungan hidup lembaga pendidikan;
 Dapat mencegah adanya kekeliruan, kebocoran, atau penyimpangan
penggunaan dana dari rencana semula; dan
 Mengambarkan target-target yang akan dicapai sekolah atau madrasah.

3.2 Saran
Berdasarkan uraian diatas, mengenai pengelolaan dan jenis-jenis biaya
pendidikan, maka pemakalah menyampaikan sarannya sebagai berikut:

Lembaga pendidikan sekolah dalam mengelola biaya pendidikan harus


berdasarkan prinsip-prinsip mulai dari tahap perencanaan, penggunaan biaya
pendidkan, pengawasan serta pertanggungjawaban atas penggunaan biaya
pendidikan.

33
DAFTAR PUSTAKA

Akdon. Dkk. 2015. Manajemen Pembiayaan Pendidikan. Bandung : PT


Remaja Rosdaarya.

Choiriyah, Ngismatul. 2014. Menejemen Sumber Daya Anggaran Keuangan


Pendidikan. Jurnal Studi Agama Dan Masyarakat. Vol 8, Nomor 1, Juni 2014
Ferdi W.P. 2013. Pembiayaan pendidikan suatu kajian teoritis financing of
education a theoritical study. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan. Vol 19. Nomor 4,
Desember 2013.
Himyar Pasrizal.2014. Manajemen Biaya Sekolah Dalam Meningkatkan
Mutu Pendidikan. Vol. II, No. 1. Hal: 3-6.

Idochi Anwar, 2013. Administrasi Pendidikan Dan Manajemen Biaya


Pendidikan. Jakarta : Rajawali pers.

Kristiawan, Muhammad. Dkk. 2017. Menejemen Pendidikan. Penerbit


Deepublish : CV. Budi Utama
Kibiyanto, 2013. Manajemen sekolah. Yogyakarta: mahameru
Masditou, 2017. Menejemen PembiayaanPendidikan Menuju Pendidikan
Yang Bermutu. Jurnal ANSIRU PAI Vol. 1 No. 2. Juli-Des 2017
Muhammad Kristiawan, M.pd. 2015. Manajemen Pendidikan. Jakarta: Erlangga.

Mohamad Mustar. Ph. D. 2014. Manajemen Pendidikan. Jakarta: PT.


RajaGrapindo Persada.

Nur Fadillah, Anak Agung Gede Agung,dkk. 2015. Analisis biaya


pendidikan dan hubungannya dengan mutu pendidikan pada SMP NEGERI 2
SUKASADA TAHUN PELAJARAN 2013/2014.Volume 6, No 1. Hal : 3.

Pasrizal, Himyar,2014. Menejemen Biaya Sekola Dalam Menigkatkan Mutu


Pendidikan. Jurnal al-Fikrah, Vol. II, No. 1, Januari-Juni 2014.
Permendiknas RI. 2018 Nomor 1 Tahun 2018. Tentang Juknis Bantuan
Operasional Sekolah (BOS) .SALINAN.

34
Rida Fironika. Pembiayaan pendidikan diindonesia. Jurnal Ilmiah
Pendidikan Dasar.
Sri Haryati.Pengembangan model manajemen pembiayaan sekolah
menengah pertama (SMP) rintisan sekolah bertaraf nternasional (RSBI) di kota
malang. Journal of Economic Education.
Timothy J. Gronberg,dkk. 2011. The Impact Of Facilities On The Cost Of
Education. Hal :2-4.

Ulpha Lisni Azhari,Dedy Achmad Kurniady. Manajemen pembiayaan


pendidikan, fasilitas pembelajaran dan mutu sekolah. Jurnal administration
pendidikan. Vol.XX111.No 2. Tahun 2016.

35

Anda mungkin juga menyukai