Anda di halaman 1dari 12

Latar Belakang G30S/PKI

Pemberontakan PKI tanggal 30 September 1965 bukanlah kali pertama bagi PKI. Sebelumnya, pada
tahun 1948 PKI sudah pernah mengadakan pemberontakan di Madiun. Pemberontakan tersebut
dipelopori oleh Amir Syarifuddin dan Muso. Tujuan dari pemberontakan itu adalah untuk
menghancurkan Negara RI dan menggantinya menjadi negara komunis.

Bahkan, dengan adanya ajaran dari presiden Soekarno tentang Nasakom (Nasional, Agama,
Komunis) yang sangat menguntungkan PKI karena menempatkannya sebagai bagian yang sah
dalam konstelasi politik Indonesia. Hal ini hanya akan membukakan jalan bagi PKI untuk
melancarkan rencana-rencananya. Yang salah satunya sudah terbukti adalah pemberontakan G-30-
S-PKI yang dipimpin oleh DN. Aidit. Pemberontakan itu bertujuan untuk menyingkirkan TNI-AD
sekaligus merebut kekuasaan pemerintahan.

Selain karena ingin merebut kekuasaan, ada juga factor lain yang membuat mereka melakukan
pemberontakan itu, yakni :

 Angkatan Darat menolak pembentukan Angkatan kelima


 Angkatan Darat menolak Nasakomisasi karena ajaran ini dianggap hanya akan
menguntungkan kedudukan PKI untuk yang kesekian kalinya.
 Angkatan Darat menolak Poros Jakarta-Peking dan konfrontasi dengan Malaysia. Hal ini
merupakan suatu langkah yang bijak menyangkut adanya Poros Jakarta-Peking dan
konfrontasi dengan Malaysia hanya akan membantu Cina meluaskan semangat revolusi
komunisnya di Asia Tenggara, dan akan merusak hubungan baik dengan negara-negara
tetangga.

Sejarah G30S/PKI

G30S/PKI merupakan gerakan yang bertujuan untuk menggulingkan pemerintahan


Presiden Sukarno dan mengubah Indonesia menjadi negara komunis. Gerakan ini
dipimpin oleh DN Aidit yang saat itu merupakan ketua dari Partai Komunis Indonesia
(PKI).

Pada 1 Oktober 1965 dini hari, Letkol Untung yang merupakan anggota Cakrabirawa
(pasukan pengawal Istana) memimpin pasukan yang dianggap loyal pada PKI.

Gerakan ini mengincar perwira tinggi TNI AD Indonesia. Tiga dari enam orang yang
menjadi target langsung dibunuh di kediamannya. Sedangkan lainnya diculik dan
dibawa menuju Lubang Buaya.
Jenazah ketujuh perwira TNI AD itu ditemukan selang beberapa hari kemudian.
Peristiwa G30S/PKI

Pada tanggal 1 Oktober 1965 dini hari, pasukan G-30-S-PKI mulai bergerak dari Lubang Buaya dan
menyebar ke segenap penjuru Jakarta. PKI menduduki beberapa instalasi vital di Ibukota seperti
Studio RRI, pusat Telkom dan lain-lain. Pasukan Pasopati berhasil melakukan penculikan dan
pembunuhan terhadap para perwira TNI-AD yang menjadi target operasi. Enam Jenderal yang
menjadi korban keganasan G-30-S-PKI ialah sebagai berikut:

1. Letnan Jenderal Ahmad Yani (Menteri/Panglima Angkatan Darat/Kepala Staf Komando


Operasi Tertinggi)
2. Mayjen Haryono Mas Tirtodarmo (Deputi III Menteri/Panglima AD bidang Perencanaan dan
Pembinaan)
3. Mayjen R.Suprapto (Deputi II Menteri/Panglima AD bidang Administrasi)
4. Mayjen Siswono Parman (Asisten I Menteri/Panglima AD bidang Intelijen)
5. Brigjen Donald Izacus Panjaitan (Asisten IV Menteri/Panglima AD bidang Logistik)
6. Brigjen Sutoyo Siswomiharjo (Inspektur Kehakiman/Oditur Jenderal Angkatan Darat)

Sementara itu, Jenderal Abdul Haris Nasution berhasil meloloskan diri dari penculikan. Akan tetapi,
putrinya Ade Irma Suryani terluka parah karena tembakan penculik dan akhirnya meninggal di
rumah sakit.
Ajudan Nasution, Letnan Satu Pierre Andreas Tendean ikut menjadi sasaran penculikan karena
wajahnya mirip dengan Jenderal Nasution. Ketika itu juga tertembak Brigadir Polisi Karel Satsuit
Tubun, pengawal rumah Waperdam II Dr.J. Leimena yang rumahnya berdampingan dengan rumah
Nasution.

Lolosnya Nasution, membuat Aidit dan koleganya cemas karena akan menimbulkan masalah besar.
Untuk itu, Suparjo menyarankan agar operasi dilakukan sekali lagi. Saat berada di istana, Suparjo
melihat bahwa militer di kota dalam keadaan bingung. Akan tetapi, para pemimpin gerakan pada
saat itu tidak melakukan apa-apa. Hal ini menjadi salah satu penyebab kehancuran operasi mereka.

Sementara itu, sesudah PKI dengan G 30 S/PKI nya berhasil membunuh para pimpinan TNI AD,
kemudian pimpinan G 30 S/PKI mengumumkan sebuah dektrit melalui RRI yang telah berhasil pula
dikuasai. Dekrit tersebut diberinya nama kode Dekrit No 1 yang mengutarakan tentang
pembentukan apa yang mereka namakan Dewan Revolusi Indonesia di bawah pimpinan Letkol
Untung. Berdasarkan revolusi merupakan kekuasaan tertinggi, dekrit no 1 tersebut, maka Dewan
Revolusi merupakan kekuasaan tertinggi, Dekrit no 2 dari G 30 S/PKI tentang penurunan dan
kenaikan pangkat (semua pangkat diatas  Letkol diturunkan, sedang prajurit yang mendukung G 30
S/PKI dinaikan pangkatnya 1 atau 2 tingkat).

Tujuan G30S/PKI

Berikut ini terdapat beberapa tujuan G30S/PKI, antara lain:

 Bahwa Gerakan 30 September adalah perbuatan PKI dalam rangka usahanya untuk
merebut kekuasaan di negara Republik Indonesia dengan memperalat oknum ABRI sebagai
kekuatan fisiknya,
 Bahwa tujuan tetap komunis di Negara Non Komunis adalah merebut kekuasaan negara
dan mengkomuniskannya.
 Usaha tersebut dilakukan dalam jangka panjang dari generasi ke generasi secara berlanjut.
 Selanjutnya bahwa kegiatan yang dilakukan tidak pernah terlepas dari rangkaian kegiatan
komunisme internasional.

Pengaruh G30S/PKI Bagi Bangsa Indonesia

Setelah peristiwa G30S/PKI berakhir, kondisi politik Indonesia masih belum stabil. Situasi
Nasional sangat menyedihkan, kehidupan ideologi nasional belum mapan. Sementara itu,
kondisi politik juga belum stabil karena sering terjadi konflik antar partai politik. Demokrasi
Terpimpin justru mengarah ke sistem pemerintahan diktator. Kehidupan ekonomi lebih suram,
sehingga kemelaratan dan kekurangan makanan terjadi dimana-mana.
Presiden Soekarno menyalahkan orang-orang yang terlibat dalam perbuatan keji yang berakhir
dengan gugurnya Pahlawan Revolusi serta korban– korban lainnya yang tidak berdosa. Namun
Presiden Soekarno menyatakan gerakan semacam G30S/PKI dapat saja terjadi dalam suatu
revolusi. Sikap Soekarno ini diartikan lain oleh masyarakat, mereka menganggap Soekarno
membela PKI. Akibatnya, popularitas dan kewibawaan Presiden menurun di mata Rakyat
Indonesia. Demonstrasi besar-besaran terjadi pada tanggal 10 Januari 1966.

Para demonstran ini mengajukan tiga tuntutan yang terkenal dengan sebutan TRITURA (Tri
Tuntutan Rakyat), meliputi sebagai berikut :

 Pembubaran PKI
 Pembersihan Kabinet Dwikora dari unsur-unsur PKI.
 Penurunan harga – harga (Perbaikan Ekonomi).

1. Tanggal 1 Oktober 1965

Operasi penumpasan G 30 S/PKI dimulai sejak tanggal 1 Oktober 1965 sore hari.
Gedung RRI pusat dan Kantor Pusat Telekomunikasi dapat direbut kembali tanpa
pertumpahan darah oleh satuan RPKAD di bawah pimpinan Kolonel Sarwo Edhi Wibowo,
pasukan Para Kujang/328 Siliwangi, dan dibantu pasukan kavaleri. Setelah diketahui bahwa
basis G 30 S/PKI berada di sekitar Halim Perdana Kusuma, sasaran diarahkan ke sana.

2. Tanggal 2 Oktober 1965

Pada tanggal 2 Oktober, Halim Perdana Kusuma diserang oleh satuan RPKAD di bawah
komando Kolonel Sarwo Edhi Wibowo atas perintah Mayjen Soeharto. Pada pikul 12.00
siang, seluruh tempat itu telah berhasil dikuasai oleh TNI – AD.

3. Tanggal 3 Oktober 1965

Pada hari Minggu tanggal 3 Oktober 1965, pasukan RPKAD yang dipimpin oleh Mayor
C.I Santoso berhasil menguasai daerah Lubang Buaya. Setelah usaha pencarian perwira TNI
– AD dipergiat dan atas petunjuk Kopral Satu Polisi Sukirman yang menjadi tawanan G 30
S/PKI, tetapi berhasil melarikan diri didapat keterangan bahwa para perwira TNI – AD
tersebut dibawah ke Lubang Buaya. Karena daerah terebut diselidiki secara intensif,
akhirnya pada tanggal 3 Oktober 1965 titemukan tempat para perwira yang diculik dan
dibunuh tersebut.. Mayat para perwira itu dimasukkan ke dalam sebuah sumur yang
bergaris tengah ¾ meter dengan kedalaman kira – kira 12 meter, yang kemudian dikenal
dengan nama Sumur Lubang Buaya.

4. Tanggal 4 Oktober 1965

Pada tanggal 4 Oktober, penggalian Sumur Lubang Buaya dilanjutkan kembali (karena
ditunda pada tanggal 13 Oktober pukul 17.00 WIB hingga keesokan hari) yang diteruskan
oleh pasukan Para Amfibi KKO – AL dengan disaksikan pimpinan sementara TNI – AD
Mayjen Soeharto. Jenazah para perwira setelah dapat diangkat dari sumur tua tersebut
terlihat adanya kerusakan fisik yang sedemikian rupa. Hal inilah yang menjadi saksi bisu
bagi bangsa Indonesia betapa kejamnya siksaan yang mereka alami sebelum wafat.

5. Tanggal 5 Oktober 1965

Pada tanggal 5 Oktober, jenazah para perwira TNI – AD tersebut dimakamkan di Taman Makam
Pahlawan Kalibata yang sebelumnya disemayamkan di Markas Besar Angkatan Darat.

6. Pada tanggal 6 Oktober, dengan surat keputusan pemerintah yang diambil dalam
Sidang Kabinet Dwikora, para perwira TNI – AD tersebut ditetapakan sebagai
Pahlawan Revolusi.

Gerakan 30 September atau yang sering disingkat G 30 S PKI adalah sebuah kejadian yang terjadi
pada tanggal 30 September 1965 di mana enam pejabat tinggi militer Indonesia beserta beberapa
orang lainnya dibunuh dalam suatu usaha pemberontakan yang disebut sebagai usaha kudeta yang
dituduhkan kepada anggota Partai Komunis Indonesia.

Penumpasan G30S/PKI

1. Menetralisipasi pasukan yang berada di sekitar Medan Merdeka yang dimanfaatkan oleh
kaum G30S/PKI.
2. Operasi militer tentang penumpasan G30S/PKI mulai dilakukan sore hari.
3. Pasukan RPKAD berhasil menduduki kembali gedung RRI pusat, gedung telekomunikasi
dan mengamankan seluruh wilayah Medan Merdeka tanpa terjadi bentrokan senjata.
4. Pasukan Batalyon 238 Kujang/Siliwangi berhasil menguasai lapangan banteng dan
mengamankan markas Kodam V/Jaya dan sekitarnya.
5. Presiden Soekarno meninggalkan Halim Perdana Kusuma menuju Istana Bogor. Pasukan
RPKAD bergerak menuju sasaran dipimpin oleh Kolonel Subiantoro.
6. Dalam gerakan pembersihan ke kampung-kampung di sekitar lubang buaya, Ajun Brigadir
Polisi Sukitman yang sempat ditawan oleh regu penculik berhasil meloloskan diri.
7. Pada tanggal 3 Oktober 1965 berhasil ditemukan jenazah para perwira tinggi AD yang telah
dikuburkan dalam sumur tua.
8. Keesokan harinya bertepatan dengan HUT ABRI tanggal 5 Oktober jenazah mereka
dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata. Mereka dianugerahi gelar pahlawan
Revolusi.
9. Orang yang pertama kali menemukan lubang buaya adalah Brigadir Polisi Sukitman
10. Pengangkatan jenazah pada tanggal 4 oktober 1965 di lubang buaya yang di pimpin Suharto
Penumpasan G30S/PKI Di Jawa Tengah dan Yogyakarta

Berikut ini terdapat beberapa penumpasan G30S/PKI di Jawa Tengah dan Yogyakarta, antara lain:

1. Brigjen Surjosumpeno segera memanggil para perwira untuk melakukan taklimat.


2. Pangdam memerintahkan kepada para pejabat supaya tetap tenang dan berusaha untuk
menenangkan rakyat karena situasi yang sebenarnya belum diketahui. Berangkat ke
Magelang untuk menyusun kekuatan.
3. Tanggal 2 Oktober membebaskan kota Semarang dengan kekuatan 2 pleton BTR.
4. Kota demi kota yang pernah dikuasai oleh pihak G30S/PKI itu berhasil direbut kembali.
5. Dibentuk Komando Operasi Merapi yang dipimpin oleh Kolonel Sarwo Edi Wibowo.
6. Kolonel Sahirman, Kolonel Maryono, dan Kapten Sukarno berhasil ditembak mati.
7. Di Blitar dengan nama Operasi Trisula.
8. Di luar Jakarta dan Jawa Tengah cukup dilakukan dengan Gerakan Operasi Territorial.
Sejarah OPM (Operasi Papua Merdeka)

Organisasi Papua Merdeka (Free Papua Movement ) atau lebih dikenal dengan nama OPM berdiri
bulan Desember 1961 untuk menentang pengusaaan Republik Indonesia atas Irian Jaya (sekarang
Papua dan Papua Barat). Mereka mengklaim bahwa Papua merupakan wilayah kedaulatan yang
berdiri sendiri dan ingin membentuk negara dan bangsa yang merdeka.

Bendera Bintang Kejora (Organisasi Papua Merdeka)

Dari sisi hukum Indonesia, OPM sudah bisa dikategorikan


sebagai organisasi terlarang di Indonesia, karena memiliki
ideologi untuk memisahkan diri dari NKRI.

Sebagai Organisasi, OPM telah menempuh jalur diplomatik 


melalui forum-forum Internasional, memiliki bendera (Bintang
Kejora), lagu kebangsaaan “Hai Tanahku Papua” dan lambang negara. Dalam dokumen resmi Benny
Wenda adalah ketua OPM , saat ini dia tinggal di Inggris.

Namun ada faksi-faksi sayap bersenjata dari OPM yang melakukan teror dan penyerangan terhadap
sektor-sektor publik dan orang asing/pendatang di Papua. Mereka kadang terkordinir secara
hierarki, namun menurut pengamat, sebagian besar adalah militan lokal yang melakukan
pemerasan dengan kedok ideologi separatis demi kepentingan ekonomi semata.

Latar Belakang Berdirinya OPM

Pada zaman kolonial,  Papua atau pada waktu itu bernama Nugini Belanda, merupakan salah satu
daerah jajahan Belanda.  Selama Perang Dunia, Nugini Belanda dan Papua Nugini bergabung
menjadi sekutu pasukan Amerika Serikat menolak penjajahan Jepang di area Pasifik. Setelah
Perang Dunia berakhir, barulah belanda mulai mengadakan sistem pendidikan di Papua yang
menciptakan elit-elit lokal. Belanda bermaksud menjadikan Papua sebagai daerah untuk
menampung Indo-Belanda yang tidak ingin pindah ke Belanda. Seperti di Indonesia, dari kaum
terpelajar Papua inilah terbangun ide dan konsep nasionalisme Papua, yang merupakan akar dari
lahir nya  gerakan/organisasi yang memperjuangkan kemerdekaan bagi rakyat Papua.

Dari sisi sosial, rakyat papua sendiri tidak pernah terlibat langsung dalam arus nasionalisme
Indonesia, baik dalam peristiwa proklamasi ataupun terlibat dalam pembentukan BPUPKI.

Disisi lain, Soekarno dan Muhammad Yamin sangat berkeinginan menjadikan Papua sebagai bagian
dari Indonesia, hal ini pernah ditentang oleh Bung Hatta, ia menyatakan bahwa Papua merupakan
bangsa sendiri, menurutnya Indonesia untuk beberapa dekade kedepan belum siap untuk
mengajari rakyat Papua.  Namun dalam sidang BPUPKI suara Hatta menjadi minoritas. Diputuskan
bahwa wilayah Indonesia adalah bekas wilayah negara Hindia Belanda, termasuk didalam nya
Papua. Setelah proklamasi kemerdekaan, Papua masih belum menjadi bagian dari Indonesia.
Belanda tidak mengakui klaim tersebut. Selama 11 tahun itu Indonesia telah mengusahakan
penyelesaian bilateral dengan Belanda. Namun, karena Belanda tak mengindahkannya, Indonesia
membawa persoalan Irian Barat ke forum PBB pada 1954, 1955, 1957, dan 1960. Namun selalu
berakhir dengan tidak adanya kata sepakat.

Akhirnya pada tahun 1961,  Soekarno membentuk Tri Komando Rakyat alias Trikora. Intinya,
gagalkan pembentukan “negara boneka Papua” dan kibarkan Sang Merah Putih di Irian Barat. Itu
sekaligus penanda dimulainya kampanye militer merebut Irian Barat dari penguasaan
Belanda.Konflik militer dalam skala besar nyaris pecah setelah RI mengerahkan pasukannya secara
besar-besaran (Operasi Jaya Wijaya) untuk menggempur pasukan Belanda.

Belanda bahkan membentuk pasukan sukarelawan lokal bernama Papua Volunteer Corps ( PVC)


yang sudah terlatih baik dan sempat bertempur melawan pasukan RI ketika melancarkan Operasi
Trikora. Karena takut Indonesia jatuh ke tangan komunis, Penasihat Keamanan Nasional McGeorge
Bundy melobi Presiden A.S. John F. Kennedy untuk menegosiasikan transfer pemerintahan Nugini
Barat ke Indonesia.

Perjanjian New York dirancang oleh Robert Kennedy dan ditandatangani oleh Belanda, Indonesia,
dan Perserikatan Bangsa-Bangsa pada bulan Agustus 1962.

Ditetapkan bahwa Indonesia akan mengurus Papua secara administratif, yang dilanjutkan dengan
referendum yang dinamakan Penentuan Pendapat Rakyat (Perpera)  untuk menentukan apakah
Papua bergabung dengan Indonesia atau menjadi negara Merdeka.
Pemberontakan Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII)

Peristiwa DI/TII

Gerakan ini bertujuan menjadikan Indonesia sebagai negara teokrasi dengan agama islam sebagai
dasar negara .Dalam proklamasinya bahwa “Hukum yang berlaku dalam negara islam Indonesia
adalah hukum “ , lebih jelas lagi dalam undang-undangnya dinyatakan bahwa” Negara berdasarkan
islam” dan “Hukum yang tertinggi adalah Al Quaran dan Hadits” proklamasi negara islam Indonesia
dengan tegas menyatakan kewajiban negara untuk memproduk undang-undang yang berlandaskan
Syari’at islam dan penolakan yang keras terhadap ideology selain Al Quaran dan hadits shahih

Latar Belakang DI/TII

Pemimpin DI/TII Jawa Barat Sekar Marijan Kartosuwiryo


Pemimpin DI/TII Jawa Tengah Amir Fatah, bekerja sama dengan Kartosuwiryo
Pemimpin DI/TII Aceh Tengku Daud Beureueh
Pemimpin DI/TII Sulawesi selatan Kahar Muzakar
Pemimpin DI/TII kalimatan selatan Ibnu hajar (bekas letnan dua TNI)

Sekar marijan kartosuwiryo memproklamasikan berdirinya Negara Islam Indonesia (NII) pada
tanggal 17 Agustus 1949 dan tentaranya dinamakan Tentara Islam Indonesia (TII). Upaya
penumpasan dengan operasi militer yang disebut Operasi Bharatayuda
Setelah bergabung dengan Kartosuwiryo, Amir Fatah kemudian diangkat sebagai komandan
pertemburan Jawa Tengah dengan pangkat Mayor Jenderal Tentara Islam Indonesia

A. kekecewaan SM Kartosuwiryo terhadap kebijakan Soekarno mengenai faham komunis

B. Keinginan Darul Islam untuk mendirikan negara islam indonesia (NII)

Gerakan DI/TII Daud Beureueh


Pemberontakan DI/TII di Aceh dimulai dengan "Proklamasi" Daud Beureueh bahwa Aceh
merupakan bagian "Negara Islam Indonesia" di bawah pimpinan Imam Kartosuwirjo pada
tanggal 20 September 1953.
Daued Beureueh pernah memegang jabatan sebagai "Gubernur Militer Daerah Istimewa Aceh"
sewaktu agresi militer pertama Belanda pada pertengahan tahun 1947. Sebagai Gubernur Militer ia
berkuasa penuh atas pertahanan daerah Aceh dan menguasai seluruh aparat pemerintahan baik
sipil maupun militer. Sebagai seorang tokoh ulama dan bekas Gubernur Militer, Daud Beureuh bisa
memperoleh pengikut. Daud Beureuh juga berhasil mempengaruhi pejabat-pejabat Pemerintah
Aceh, khususnya di daerah Pidie. Untuk beberapa waktu lamanya Daud Beureuh dan anak-buahnya
dapat mengusai sebagian daerah Aceh.
Sesudah bantuan datang dari Sumatra Utara dan Sumatra Tengah, operasi pemulihan keamanan
ABRI (TNI-POLRI) segera dimulai. Setelah didesak dari kota-kota besar, Daud Beureuh meneruskan
pemberontakannya di hutan-hutan. Penyelesaian terakhir Pemberontakan Daud Beureuh ini
dilakukan dengan suatu " Musyawarah Kerukunan Rakyat Aceh" pada bulan Desember 1962 atas
prakarsa Panglima Kodam I/Iskandar Muda, Kolonel Jendral Makarawong.[6].
Gerakan DI/TII Ibnu Hadjar
Pada bulan Oktober 1950 DI/ TII juga tercatat melakukan pemberontakan di Kalimantan
Selatan yang dipimpin oleh Ibnu Hadjar. Para pemberontak melakukan pengacauan dengan
menyerang pos-pos kesatuan ABRI (TNI-POLRI). Dalam menghadapi gerombolan DI/TII tersebut
pemerintah pada mulanya melakukan pendekatan damai kepada Ibnu Hadjar dengan diberi
kesempatan untuk menyerah, dan akan diterima menjadi anggota ABRI. Ibnu Hadjar sempat
berpura-pura menyerah, akan tetapi setelah menyerah dia kembali melarikan diri dan melakukan
pemberontakan lagi sehingga pemerintah akhirnya terpaksa menugaskan pasukan ABRI (TNI-
POLRI) untuk menangkap Ibnu Hadjar. Pada akhir tahun 1959 Ibnu Hadjar beserta seluruh anggota
gerombolannya tertangkap dan dihukum mati.[7][8][9]
Gerakan DI/TII Amir Fatah
Amir Fatah merupakan tokoh yang membidani lahirnya DI/TII Jawa Tengah. Semula ia bersikap
setia pada RI, namun kemudian sikapnya berubah dengan mendukung Gerakan DI/TII. Perubahan
sikap tersebut disebabkan oleh beberapa alasan. Pertama, terdapat persamaan ideologi antara
Amir Fatah dengan S.M. Kartosuwirjo, yaitu keduanya menjadi pendukung setia ideologi Islam.
Kedua, Amir Fatah dan para pendukungnya menganggap bahwa aparatur Pemerintah RI dan TNI
yang bertugas di daerah Tegal-Brebes telah terpengaruh oleh "orang-orang Kiri", dan mengganggu
perjuangan umat Islam. Ketiga, adanya pengaruh "orang-orang Kiri" tersebut, Pemerintah RI dan
TNI dianggap tidak menghargai perjuangan Amir Fatah dan para pendukungnya selama itu di
daerah Tegal-Brebes. Bahkan kekuasaan yang telah dibinanya sebelum Agresi Militer II, harus
diserahkan kepda TNI di bawah Wongsoatmojo. Keempat, adanya perintah penangkapan dirinya
oleh Mayor Wongsoatmojo. Hingga kini Amir Fatah dinilai sebagai pembelot baik oleh negara RI
maupun umat muslim Indonesia.[10]
Gerakan DI/TII Kahar Muzakkar
Pemerintah berencana membubarkan Kesatuan Gerilya Sulawesi Selatan (KGSS) dan anggotanya
disalurkan ke masyarakat. Tenyata Kahar Muzakkar menuntut agar Kesatuan Gerilya Sulawesi
Selatan dan kesatuan gerilya lainnya dimasukkan dalam satu brigade yang disebut Brigade
Hasanuddin di bawah pimpinanya. Tuntutan itu ditolak karena banyak di antara mereka yang tidak
memenuhi syarat untuk dinas militer. Pemerintah mengambil kebijaksanaan menyalurkan bekas
gerilyawan itu ke Corps Tjadangan Nasional (CTN). Pada saat dilantik sebagai Pejabat Wakil
Panglima Tentara dan Tetorium VII, Kahar Muzakkar beserta para pengikutnya melarikan diri ke
hutan dengan membawa persenjataan lengkap dan mengadakan pengacauan. Kahar Muzakkar
mengubah nama pasukannya menjadi Tentara Islam Indonesia dan menyatakan sebagai bagian dari
DI/TII Kartosuwiryo pada tanggal 7 Agustus 1953. Tanggal 3 Februari 1965, Kahar Muzakkar
tertembak mati oleh pasukan ABRI (TNI-POLRI) dalam sebuah baku tembak.[
Isi Sumpah Palapa

Dia Gajah Mada Patih Amangkubumi tidak ingin melepaskan puasa. Ia Gajah Mada, "Jika telah
menundukkan seluruh Nusantara dibawah kekuasaan Majapahit, saya (baru akan) melepaskan
puasa. Jika mengalahkan Gurun, Seram, Tanjung Pura, Haru, Pahang, Dompo, Bali, Sunda,
Palembang, Tumasik, demikianlah saya (baru akan) melepaskan puasa".

Isi Sumpah Pemuda (Hari 28 Oktober 1928)


1. Kami poetra dan poetri Indonesia, mengakoe bertoempah darah jang satoe, tanah
Indonesia.
2. Kami poetra dan poetri Indonesia mengakoe berbangsa jang satoe, bangsa Indonesia.
3. Kami poetra dan poetri Indonesia mendjoendjoeng bahasa persatoean, bahasa Indonesia.

Pengakuan Iman rasuli

Aku percaya kepada Allah Bapa yang mahakuasa, Khalik langit dan bumi,
Dan kepada Yesus kristus, Anak-Nya yang tunggal, Tuhan kita,
Yang dikandung daripada Roh Kudus, lahir dari anak dara Maria,
Yang menderita dibawah pemerintahan Pontius pilatus,
disalibkan, mati dan dikuburkan, turun kedalam kerajaan maut,
Pada hari yang ketiga bangkit pula dari antara orang mati,
Naik ke sorga, duduk disebelah kanan Allah, Bapa yang mahakuasa
Dan akan datang dari sana untuk menghakimi orang yang hidup dan mati
Aku percaya kepada Roh Kudus;
Gereja yang kudus dan am; persekutuan orang kudus;
Pengampunan dosa;
Kebangkitan orang mati;
Dan hidup yang kekal.
Amin.
6 Hari Penciptaan :
Hari 1 : langit dan bumi diciptakan dan “Jadilah Terang”
Hari 2 : Allah menciptakan cakrawala
Hari 3 : Daratan dipisahkan dengan lautan,Tumbuh-tumbuhan diciptakan
Hari 4 : Matahari ,bulan dan bintang diciptakan
Hari 5 : Binatang dilautan dan burung di udara
Hari 6 : Binatang dibumi,ternak dan binatang melata,manusia pertamd diciptakan (adam dan haw

10 Hukum Taurat Kristen

1. Akulah Tuhan Allahmu, Jangan Ada Padamu allah Lain di Hadapan-Ku

2. Jangan Membuat Bagimu Patung yang Menyerupai Apapun yang Ada di Langit, di Bumi, dan di Dalam
Bumi Jangan membuat bagimu patung yang menyerupai apapun yang ada di langit di atas, atau yang ada
di bumi di bawah atau yang ada di dalam air di bawah bumi.
3. Jangan menyebut nama Tuhan, Allahmu dengan sembarangan, sebab Tuhan yang akan memandang
beralah orang yang menyebut nama-Nya dengan sembarangan.

4. Jangan sujud menyembah kepadanya atau beribadah kepadanya, sebab aku Tuhan, Allahmu adalah Allah
yang cemburu.

5. Hormati ayahmu dan ibumu, supaya lanjut umurmu di tanah yang diberikan Tuhan, Allahmu, kepadamu.

6. Jangan membunuh.

7. jangan berzinah.

8. Jangan mencuri.

9. Jangan mengucapkan saksi dusta tentang sesamamu.

10. Jangan menginginkan sesamamu, jangan menginginkan isterinya atau hambanya laki-laki atau
hambanya perempuan atau lembunya atau kedelainya atau apapun yang dipunyai sesamamu.

Anda mungkin juga menyukai