Anda di halaman 1dari 10

Nama : Anisah Bella Celena

NIM : P3.73.20.2.18.004

Prodi : Ners tk. II

Resume video THT

Anatomi dan Fisiologi Telinga


Eksternal:

Aurikula(daun telinga), dan meatus akustikus eksternus(saluran telinga luar). Di bagian saluran
telinga luar 1/3 nya terbuat dari kartilago, dan jika masuk lebih dalam sekelilingnya terbuat dari
tulang.

Bagian tengah:

tulang dan gendang telinga. batas atas disebut dengan dinding tegmental (tulang temporal bagian
bawah), bagian bawah disebut dinding jugular(karena ada pembuluh jugular), bagian samping
luar disebut dengan dinding membran(karena ada gendang telinga), bagian samping dalam
disebut dengan dinding labirin, bagian posterior adalah tulang mastoid, dan bagian anterior
adalah dinding karotis.

Lalu ada 3 tulang pendengaran yg disebut MIS(Maleus, Incus, dan Stapes). Sedangkan ototnya
adalah otot stapedius dan otot timpani.

Bagian dalam:

Kanal semisirkulasi, koklea(ada rambut yang berfungsi untuk menghantarkan suara ke otak),
vestibula, koklea round window, saraf kranial VIII(saraf koklea vestibular). Saraf kranial VIII
membawa suara dari koklea melalui tulang meatus akustik internal menuju ke otak pons dan
medula oblongata. Adapula saraf kranial VII(saraf facial) yang bertanggung jawab atas otot
ekspresi wajah.
Anatomi Mulut dan Tenggorokan
 Bagian mulut: Bibir, lidah, rahang, gigi(molar, premolar dan insisial), palatum keras dan
lembut, uvula, palatoglossal, tonsil, dan palatofaringeal
 Bagian tenggorokan: faring, vallecula(antara lidah dan epiglotis), epiglotis(berfungsi
untuk menutup bagian laring agar tidak ada makanan yang masuk ke saluran pernapasan),
dan esofagus(terletak dibelakang trakea)
 Untuk memasukkan tabung endotrakeal anda harus menyentuh bagian vallecula ini agar
epiglotis tidak menutupi jalan menuju trakea.
 Jika kepala dibelah dari telinga ke telinga maka daerah mulut akan terbagi menjadi 3
bagian, yaitu Supraglottis(berada di bawah faring), Glottis, dan Subglottis. Bagian
Supraglottis terdiri dari Epiglotis, Pyriform sinus, . Bagian Glottis hanya ada pita suara.
Sedangkan bagian Subglottis(bagian yang dilewati tabung endotrakeal) ada carona dan
menuju saluran napas lainnya.
 Adduksi pita suara(membuka) memungkinkan kita untuk bernafas saat ada udara,
sedangkan adduksi pita suara(menutup) membuat kita dapat berbicara.
 Struktur Laring: epiglotis, pita suara palsu dan asli, lipatan aryepiglottic, kartilago
arytenoid, dan komisura posterior.

Wawancara Riwayat Keperawatan/Kesehatan


A. Wawancara
Tahapan yang dilakukan pada saat wawancara:
1. Tahap Persiapan
Perawat membaca rekam medis pasien atau mengetahui keluhan utama yang dirasakan
pasien saat ini.
2. Tahap Orientasi
Perawat memperkenalkan diri menjelaskan pada pasien tentang pentingnya wawancara
dan tujuan dilakukan wawancara. Dengarkan penjelasan dari pasien dan keluarga dengan
penuh perhatian. Usahakan wawancara dilakukan dengan posisi duduk dan berhadapan.
Selalu kontak mata antara perawat dengan pasien dan jangan melakukan sikap menolak
pembicaraan dengan pasien atau keluarga.
3. Tahap Kerja
Perawat mulai memberikan pertanyaan yang spesifik membahas tentang masalah
kesehatan pasien dan alasan utama pasien dating mencari bantuan. Pertanyaan dapat
berupa pertanyaan terbuka dan tertutup. Pertanyaan terbuka akan memberikan
kesempatan pada pasien untuk menjelaskan kondisinya. Pertanyaan tertutup hanya akan
member informasi yang perawat inginkan dan biasanya berupa penegasan.
4. Tahap Terminasi
Mengindikasikan proses pengumpulan data dan telah terpenuhi. Diakhiri dengan
memberikan kesimpulan dan menyamankan presepsi atas kondisi pasien terkini.
B. Riwayat Keperawatan/Kesehatan
Ringkasan kondisi kesehatan pasien mulai dari waktu lampau hingga alas an mengapa saat
ini dating ke pelayanan kesehatan. Terdiri dari:
1. Data demografi
2. Keluhan utama
3. Keluhan yang dirasakan kondisi sakit saat ini
4. Riwayat penyakit dahulu, riwayat pembedahan, dan riwayat dirawat di rumah sakit
5. Riwayat penyakit keluarga
6. Pengobatan yang saat ini sedang dijalani
7. Riwayat alergi
8. Status perkembangan mental
9. Riwayat psikososial
10. Riwayat sosio cultural
11. Aktivitas harian (activity daily living) :
a. Nutrisi/diet yang dilakukan sebelum dan sesudah sakit.
b. Eliminasi (BAK dan BAB) yang dialami sebelum dan sesudah sakit.
1) Pola istirahat dan tidur sebelum dan sesudah sakit.
2) Aktivitas dan rutinitas yang dilakukan setiap hari sebelum dan sesudah
sakit.
3) Pola ibadah yang dimiliki sebelum dan sesudah sakit.
c. Pola aktivitas seksual yang dilakukan sebelum dan sesudah sakit.
Pemeriksaan Fisik Telinga
 Kepala pasien tengokkan ke samping dan jarak antara pasien dengan pemeriksa sekitar 1
meter, kedua inspeksi bagian telinga luar, bagian belakang telinga, lalukan palpasi di telinga
bagian tragis dan helix, inspeksi dibagian dalam apakah ada kotoran atau tidak.
 Melakukan inspeksi telinga luar, perhatikan apakah ada kelainan bentuk telinga, tanda-tanda
peradangan, tumor dan sekret yang keluar dari liang telinga. Pengamatan dilakukan pada
telinga bagian depan dan belakang. Setelah mengamati bagian-bagian telinga, lakukan
palpasi pada telinga, apakah ada nyeri tekan, nyeri tarik atau tanda-tanda pembesaran
kelenjar pre dan post aurikuler.
 Pemeriksaan auskultasi pada telinga dengan menggunakan stetoskop dapat dilakukan pada
kasus-kasus tertentu, misalnya pada penderita dengan keluhan tinnitus objektif.
 Pemeriksaan liang telinga dan membran timpani dilakukan dengan memposisikan liang
telinga sedemikian rupa agar diperoleh aksis liang telinga yang sejajar dengan arah pandang
mata sehingga keseluruhan liang telinga sampai permukaan membran timpani dapat terlihat.
Posisi ini dapat diperoleh dengan menjepit daun telinga dengan menggunakan ibu jari dan
jari tengah dan menariknya ke arah superior-dorso-lateral dan mendorong tragus ke anterior
dengan menggunakan jari telunjuk. Cara ini dilakukan dengan tangan kanan bila akan
memeriksa telinga kiri dan sebaliknya digunakan tangan kiri bila akan memeriksa telinga
kanan.
 Jika kartilago daun telinga agak kaku atau kemiringan liang telinga terlalu ekstrim dapat
digunakan dengan bantuan spekulum telinga yang disesuaikan dengan besarnya diameter
liang telinga. Spekulum telinga dipegang dengan menggunakan tangan yang bebas.
 Amati liang telinga dengan seksama apakah ada stenosis atau atresia meatal, obstruksi yang
disebabkan oleh sekret, jaringan ikat, benda asing, serumen obsturan, polip, jaringan
granulasi, edema atau furunkel. Semua sumbatan ini sebaiknya disingkirkan agar membrane
timpani dapat terlihat jelas. Diamati pula dinding liang telinga ada atau tidak laserasi Liang
telinga dibersihkan dari sekret dengan menggunakan aplikator kapas, bilas telinga atau
dengan suction.
 Cara membuat aplikator kapas, yaitu dengan mengambil kapas secukupnya. Kemudian
aplikator diletakkan di tengah-tengah kapas aturlah letak aplikator sedemikian rupa sehingga
ujung aplikator terletak pada pertengahan kapas, kapas kemudian dilipat dua sehingga
menyelimuti ujung aplikator dan dijepit dengan ibu jari dan jari telunjuk tangan kiri.
Selanjutnya pangkal aplikator diputar searah dengan putaran jarum jam dengan
menggunakan tangan kanan. Setelah ujung aplikator diselimuti kapas, lakukan pengecekan
apakah ujung aplikator yang tajam tidak melampaui ujung kapas. Selanjutnya kapas aplikator
dilewatkan diatas api bunsen.
 Jika sekret terlalu profus, dapat digunakan bilasan air hangat yang disesuikan dengan suhu
tubuh. Bilasan telinga dilakukan dengan menyemprotkan air dari spoit langsung ke dalam
telinga. Ujung spoit diarahkan ke dinding atas meatus sehingga diharapkan sekret/ serumen
akan dikeluarkan oleh air bilasan yang balik kembali.
 Pengamatan terhadap membran timpani dilakukan dengan memperhatikan permukaan
membrane timpani, posisi membran, warna, ada tidaknya perforasi, refleks cahaya, struktur
telinga tengah yang terlihat pada permukaan membran seperti manubrium mallei, prosesus
brevis, plikamaleolaris anterior dan posterior.
 Untuk mengetahui mobilitas membran timpani digunakan otopneumoskop. Jika akan
dilakukan pemeriksaan telinga kanan, spekulum otopneumoskop difiksasi dengan ibu jari dan
jari telunjuk, daun telinga dijepit dengan menggunakan jari tengah dan jari manis tangan kiri,
sebaliknya dilakukan bila akan memeriksa telinga kiri. Selanjutnya otopneumoskop
dikembang kempiskan dengan menggunakan tangan kanan. Pada saat otopneumoskop
dikembang kempiskan, pergerakan membran timpani dapat diamati melalui spekulum
otopneumoskop. Pergerakan membran timpani dapat pula diamati dengan menyuruh pasien
melakukan Manuver Valsalva, yaitu dengan menyuruh pasien mengambil napas dalam,
kemudian meniupkan melalui hidung dan mulut yang tertutup oleh tangan. Diharapkan
dengan menutup hidung dan mulut, udara tidak dapat keluar melalui hidung dan mulut
sehingga terjadi peninggian tekanan udara di dalam nasofaring.

Pemeriksaan Fisik Telinga Menggunakan Otoscop


 Pemeriksaan otoskop → prosedur untuk memeriksa struktur telingan bagian dalam dengan
menggunakan alat otoskop atau auriskop.
 Cara menggunakannya, pasien diminta untuk duduk dan menengokkan kepalanya ke
samping setelah itu masukkan otoskop yang sudah dinyalakan ke dalam telingan secara
perlahan. Jika pemeriksaan dilakukan pada telinga kiri maka otoskop dipegang dengan
tangan kiri, begitu juga sebaliknya. Setelah dimasukkan angkat sedikit telinga bagian luar.
Pemeriksaan otoskop juga bisa dilakukan dengan cara berbaring dan kepala pasien sedikit
dimiringkan, hati hati dalam memasukkan otoskop karena jika dilakukan dengan kasar dapat
merusak telinga bagian dalam pasien dan membuat telingan bagian dalam menjadi terluka.
 Saluran telinga normal → saluran telinga bervariasi dalam ukuran, bentuk, dan warna.
Saluran telinga berwarna seperti kulit dan terdapat rambut halus dan biasanya sejumlah
kotoran telinga berwarna coklat kekuningan atau kemerahan.
 Saluran telinga abnormal → muncul rasa sakit saat telinga luar ditarik atau digoyangkan.
Saluran telinga berwarna merah, lunak, membengkak, atau berisi nanah.
 Gendang telinga normal → gendang telinga berwarna putih seperti mutiara atau abu-abu
muda. Terlihat tulang kecil telinga tengah yang mendorong gendang telinga. terlihat cahaya
berbentuk kerucut, disebut “refleks cahaya”, memantulkan permukaan gendang telinga.
Kerucut cahaya ini berada di posisi pukul 5 di telinga kanan dan pukul 7 di telinga kiri.
 Gendang telinga abnormal → cahaya yang memantul di gendang telinga terlihat memudar
atau abses. Gendang telinga berwarna merah dan menggembung. Terlihat gelembung atau
cairan berwarna kuning di belakang gendang telinga, lubang dalam gendang telinga
(perforasi), dan jaringan parut berwarna putih di permukaan gendang telinga. Jika anak
dipasangkan selang di dalam telinga, terlihat selang plastik kecil yang biasanya berwarna
biru atau hijau. Gendang telinga tersumbat oleh kotoran telinga atau benda, seperti kacang
atau manik.

Uji Fungsi Telinga dengan Gross Hearing dan Tes Garpu Tala
 Gross hearing → tes untuk mengevaluasi sensitivitas pendengeran pasien.
 Dilakukan dengan cara membisikkan angka ke telinga pasien dari suara terkecil sampai suara
terbesar hingga pasien mendengar apa yang kita bisikkan. Tes yang digunakan tidak hanya
menggunakan suara bisikan tes bisa dilakukan dengan mendengarkan detik dari jam tangan.
 Tes garpu tala memiliki 3 tes yang dinamakan tes rinnie, tes webber, dan tes swabach.
Garpula yang digunakan 256Hz dan 512Hz. Cara menggetarkan garpu tala dengan menekan
sisi garpu tala dan menariknya tekanannya keluar atau diketukkan di lutut.
 Tes rinne digunakan untuk membandingkan pendengan antara hantara udara dengan hantaran
tulang. Cara melakukannya garpu tala diletakksan di tulang mastoid, tunggu sampai pasien
tidak mendengar hantarannya kembali. Setelah itu pindahkan ke bagian depan daun telinga.
Normalnya hantaran udara akan lebih lama dibandingkan hantaran tulang.
 Tes webber digunakan untuk mengevaluasi gangguan pendengaran konduktid dan
sesorineural. Cara pemeriksaan atau tes webber dengan menggetarkan garpu tala terlebih
dahulu, setelah itu letakkan garpu tala di kening pasien dan minta pasien untuk
membandingkan apakah getaran yang didengar telinga kanan dan kiri mulai tak terdengar
diwaktu yang sama. Jika getaran yang didengar tidak sama maka pasien memiliki gangguan
pendengaran.

Pemeriksaan Fisik Mulut


 Memperkenalkan diri kepada pasien dan menjelaskan tujuan dari tindakan yang akan
dilakukan.
 Perawat harus mencuci tangannya dan menggunakan handscoon sebelum memulai tindakan.
 Pemeriksaan mulut membutuhkan lampu dan 2 spatel lidah
 Minta pasien untuk membuka lebar mulutnya. Pertama, melihat gigi bagian atas dan bawah.
Lalu pasien menjulurkan lidahnya lalu meminta untuk geser lidah ke arah kiri atau kanan,
meminta pasien untuk menempelkan ujung lidah ke sisi kiri atau kanan. Pemeriksaan lidah
untuk melihat adanya abnormal pada lidah. Setelah itu, tekan lidah untuk melihat palatum
keras dan lunak dan dinding posterior pharyngeal. Minta pasien untuk mengatakan “Aaaa”
dan elevasi palatal simetris harus dicatat.
 Lalu minta pasien angkat lidah ke langit mulut sehingga terlihat bagian bawah lidah. Palpasi
lidah dengan menggunakan sarung tangan. Rasakan tekstur lidah untuk mengetahui apakah
ada kelainan padat tekstur lidah. Kemudian jari diletakkan di dalam mulut untuk merasakan
saluran submandibular, kelenjar sublingual, dan untuk memungkinkan palpasi bio manual
dari kelenjar submandibular.
 Parotid juga dapat dipalpasi dengan kuat dan saliva dapat terlihat jelas melalui pembukaan
saluran parotis yang terlihat

Pemeriksaan Fisik Hidung dan Sinusitis


 Memeriksa hidung bagian luar, melihat apakah ada lesi, bekas luka, atau kelainan apapun.
 Memeriksa hidung bagian dalam menggunakan otoskop. Meminta pasien untuk memiringkan
kepala ke belakang dan perawat memegang dahi pasien. Masukan spekulum ke dalam lubang
hidung dengan perlahan. Lihat apakah mukosa hidung lembab, adanya septum hidung yang
masih utuh. Lakukan di lubang hidung satulagi dengan cara yang sama.
 Jika pasien datang dengan adanya sumbatan hidung, Perawat harus menilai setiap lubang
hidung. Periksa lubang hidung kiri dengan menekannya dan meminta pasien untuk
mengambil napas dalam-dalam dan keluarkan. Ulangi untuk lubang hidung lainnya.
 Memeriksa sinus frontal dan maksila pasien. Pertama, raba sinus frontal dan tanyakan pada
pasien apakah ia merasakan nyeri, dan lakukan juga sinus maksilaris apakah ada nyeri tekan
pada pasien.
 Lakukan perkusi sinus, dimulai dengan sinus frontal lalu perkusi langsung ke sinus. Tujuan
perkusi adalah untuk melonggarkan lendir yang terletak di dalam sinus.

Irigasi Serumen Telinga (Benda Asing) dengan Air dan H2O2


(Hidrogen Peroksida)
Cara mengeluarkan kotoran telinga

Serumen tertahan di saluran telinga dan terkadang harus dikeluarkan, serumen dapat dikeluarkan
dengan menggunakan ektraksi irigasi manual, irigasi nobert sering digunakan terlebih dahulu
karena kurang menyakitkan

Prosedur

Sebelum irigasi dimasukkan diberi beberapa tetes sesuatu untuk melarutkan, istilah ini disebut
serumen oolitik dalam efek serum kanal analitik. Yang digunakan dalam video ini larutan
natrium bikarbonat 5-10%, hydrogen peroksida 3% dan mencoba etanolamin atau minyak zaitun.
Melekatkan plastik kateter ke jarum suntik sebelum atau setelah menyusun larutan serum
analitik, itu adalah langkah sebelum memasukkan kedalam jarum suntik.

Baringkan pasien kearah samping dan singkap rambutnya untuk melihat daun telinga, berikan
beberapa tetes pada daun teliga, hydrogen peroksida akan mulai berbusa dalam beberapa detik.
Setelah berkontraksi serumen akan keluar dari daun telinga selama 15-20 menit. Siapkan air
sesuai dengan suhu tubuh sebanyak 30-60mm kedalam jarum suntik, dan tambahkan 18-20
kedalam pengukur kateter plastik. dudukan pasien secara tegak dan letakkan kain atau handuk
diatas bahu dan letakkan bengkok tepat dileher dibawah daun telinga. Tarik pinna dan irigasi
dengan menggunakan tekanan sedang, dengan tujuan sedikit lebih baik, dan tanpa memasukkan
kateter kedalam daun telinga. Serumen itu sendiri dihilangkann oleh irigasi akan muncul
dibengkok, setelah dilakukan irigasi cek daun telinga apakah masih ada residu yang tertahan,
ulangi irigasi seperlunya. Jika irigasi gagal dan serumen terlihat lunak, coba aplikator kapas-tip
yang dapat mengilangkan serum lunak dengan lembut, menimbulkan sedikit rasa sakit jika
menggunakan kuret plastik, kuret plastik sering digunakan untuk mengeluarkan serumen keras,
dengan menggunakan lengkungan tepi untuk menyematkan serumen pada saluran lalu tarik kuret
dengan mengangkat serumen untuk menghindari kerusakan kulit yang rapuh disaluran. Ketika
menggunakan ini, beberapa dokter memasukkan setetes larutan kortikosteroid ciprofloxacin
setelah prosedur immunocompromised atau pasien yang tinggi resiko jika menggunakan steroid
seperti penyakit diabetes. Beberapa dokter menggunakan hanya air steril atau garam untuk irigasi
daun telinga dengan menambahkan 2% asam asetat atau tetes telingan fluoroquinolone.

Prosedur Pemberian Obat pada Lubang Telinga


Obat tetes telinga atau obat otech biasanya diformulasikan sebagai solusi sebelum menanamkan
obat telinga untuk memverifikasi pesanan penyedia layanan kesehatan. Bandingkan label obat
dengan informasi yang dicatat oleh administrasi sebanyak 2 kali dan kemudian melakukan
pemeriksaan ketiga di samping tempat tidur juga memeriksa tanggal kedaluwarsa dari obat. Atur
posisi pasien dan lanjutkan dengan mengigat 6 hak administrasi obat (6 tepat obat).

Jika pasien memiliki drainase telinga, gunakan sarung tangan bersih, jika posisi tidak
kontaindikasi \baringkan pasien disisi yang tidak terpengarung dengan telinga yang akan rawat,
pasien dapat duduk dikursi atau disisi tempat tidur menggunakan tangannya sendiri. Untuk
menstabilkan kepala pasien yang lebih tua tarik naik pinna dengan lembut dan meluruskan
saluran telinga. jika anak berusia 3 tahun atau lebih muda tarik pinna dengan lembut kebawah
dan kebelakang. jka bagian luar dari telinga, daun telinga luar tersumbat oleh serumen atau
drainase, ambil serumen dengan aplikator kapas-tip. Berhati-hati untuk tidak mendorong
serumen lebih jauh kedalam daun telinga. pegang pipet 1cm atau ½ inci di atas saluran telingan
dan teteskan dengan jumlah yang ditentukan, lalu beritahu pasien untuk tetap berada disisi yang
tidak terpengaruh selama beberapa menit. Gunakan satu jari untuk memijat dengan lembut
dengan menekan tragus telinga selama beberapa detik. Jika sudah dilakukan masukkan secara
perlahan bola kapas kebagian luar daun telinga untuk menjaga obat agar tidak keluar, jangan
terlalu menekan bola kapas terlalu dalam. buang peralatan yang sudah dipakai dan sarung
tangan. Jika menggunakan bola kapas ingat untuk kembali dalam 15 menit untuk melepas dan
membuangnya

Anda mungkin juga menyukai