PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Petunjuk pendidikan dalam al-Qur’an tidak terhimpun dalam
kesatuan pragmen tetapi ia diungkapkan dalam berbagai ayat dan surat al-
Qur’an, sehingga untuk menjelaskannya perlu melalui tema-tema
pembahasan yang relevan dan ayat-ayat yang memberikan informasi-
informasi pendidikan yang dimaksud.
Petunjuk-petunjuknya bertujuan memberi kesejahteraan dan
kebahagiaan bagi manusia, baik secara pribadi maupun kelompok, dan karena
itu ditemukan petunjuk-petunjuk bagi manusia dalam kedua bentuk tersebut.
Muhammad Rasulullah dipandang sukses dalam mendidik
masyarakatnya menjadi masyarakat yang berbudi tinggi dan akhlak mulia.
Pada mulanya masyarakat Arab adalah masyarakat jahiliyah, sehingga
perkataan primitif tidak cukup untuk menggambarkannya, hingga datang
Rasulullah yang membawa mereka untuk meninggalkan kejahiliahan tersebut
dan mencapai suatu bangsa yang berbudaya dan berkepribadian yang tinggi,
bermoral serta memberi pengetahuan.
Nabi Muhammad Saw sebagai utusan Allah untuk manusia di bumi
ini di beri kuasa oleh Allah sebagai penerima wahyu, yang diberi tugas untuk
mensucikan dan mengajarkan manusia sebagaimana dalam surat al-Baqarah
ayat 151. Dalam ayat tersebut mensucikan diartikan dengan mendidik, sedang
mengajar tidak lain kecuali mengisi benak anak didik dengan pengetahuan
yang berkaitan dan metafisika dan fisika.
Pada makalah ini akan dibahas konsep pendidikan menurut Al-
Qur’an yang akan mencoba menafsirkan ayat-ayat yang berkaitan dengan
konsep pendidikan yaitu dalam surat Al-Baqarah ayat 31-34, surat Al-
Baqarah ayat 129 dan 151, dan surat Luqman ayat 13-14.
1
B. Rumusan Masalah
Berikut ini masalah – masalah yang akan dibahas dalam makalah ini,
diantaranya:
C. Tujuan
1) Untuk mengetahui tentang dengan konsep dan pendidikan
2) Untuk mengetahui tentang nilai nilai pendidikan Islam
3) Untuk mengetahui tentang tujuan dan fungsi pendidikan Islam
4) Untuk mengetahui tentang konsep pendidikan Islam menurut Al Qur’an
5) Untuk mengetahui tentang tafsir tentang pendidikan
6) Untuk mengetahui tentang nilai nilai pendidikan Islam
2
BAB II
PEMBAHASAN
Konsep berasal dari bahasa Inggris “concept” yang berarti “ide yang
mendasari sekelas sesuatu objek dan “gagasan atau ide umum”. Kata tersebut
juga berarti gambaran yang bersifat umum atau abstrak dari sesuatu.
3
proses pemindahan nilai berupa (Ilmu) pengetahuan dari seorang guru kepada
murid-muridnya dari suatu generasi kegenerasi berikutnya. kedua melalui
pelatihan yang dilaksanakan dengan jalan membiasakan seseorang melakukan
pekerjaan tertentu untuk memperoleh keterampilan mengerjakan pekerjaan
tersebut. ketiga melalui indoktrinnasi yang diselenggarakan agar orang
meniru atau mengikuti apa saja yang diajarkan orang lain tanpa mengijinkan
si penerima tersebut mempertanyakan nilai-nilai yang diajarkan.
4
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
5
B. Pengertian Nilai-Nilai Pendidikan Islam
Achmadi menjelaskan pengertian pendidikan agama Islam yaitu
sebagai usaha yang lebih khusus ditekankan untuk mengembangkan fitrah
keberagamaan subjek didik agar mampu memahami, menghayati dan
mengamalkan ajaran-ajaran Islam. Pendidikan agama Islam sangat penting
dalam rangka menanamkan nilai-nilai spiritual Islam, namun hal ini baru
sebagian dari seluruh kerangka pendidikan Islam.
Pendidikan Islam adalah usaha orang dewasa muslim yang bertakwa
secara sadar mengarahkan dan membimbing pertumbuhan serta
perkembangan fitrah (kemampuan sadar) anak didik melalui ajaran Islam ke
arah titik maksimal pertumbuhan dan kekurangannya (M. Arifin, 2006: 22).
Pendidikan Islam adalah proses bimbingan terhadap pertumbuhan
rohani dan jasmani menurut Islam dengan hikmah mengarahkan,
mengajarkan, melatih, mengasuh, dan mengawasi semua sesuai berlakunya
ajaran Islam (M. Arifin ,1994: 14-15).
Dalam Islam, pada dasarnya nilai merupakan akhlak sedang akhlak
merupakan ciri khas Islam untuk moral dan etika. Karena istilah nilai terkait
dengan moral dan etika, maka antara moral, etika dan akhlak adalah satu
kesatuan kata memiliki makna yang sama ( Langgulung, 1988 : 366 ).
Dari kedua pengertian di atas yaitu pengertian nilai dan pendidikan
Islam dapat diambil definisi bahwa nilai- nilai pendidikan Islam adalah
kumpulan dari prinsip-prinsip hidup yang saling terkait yang berisi ajaran-
ajaran guna memilihara dan mengembangkan fitrah manusia serta
sumberdaya manusia yang ada padanya menuju terbentuknya manusia
seutuhnya (insan kamil) sesuai dengan norma atau ajaran Islam.
6
yang menyeluruh secara seimbang melalui latihan jiwa, intelek, diri manusia
yang rasional ; perasaan dan indera. Oleh karena itu pendidikan harus
mencakup pertumbuhan manusia dalam segala aspeknya ; spritual,
intelektual, imajinatif, fisik, ilmiah, bahasa, baik secara individu maupun
secara kolektif, dan mendorong semua aspek ini ke arah kebaikan untuk
mencapai kesempurnaan. Tujuan akhir pendidikan muslim terletak pada
perwujudan ketundukkan yang sempurna kepada Allah baik secara pribadi,
komunitas, maupun seluruh umat manusia”.
Konsep di atas sejalan dengan rumusan tujuan pendidikan Islam,
yaitu meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan dan pengalaman
anak tentang Islam, sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan
bertaqwa kepada Allah swt serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi,
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Sehingganya dalam konteks ini
pendidikan Islam haruslah senantiasa mengorientasikan diri kepada
menjawab kebutuhan dan tantangan yang muncul dalam masyarakat kita
sebagai konsekuensi logis dari perubahan.
Dapat pula katakan, bahwa tujuan pendidikan Islam adalah
kepribadian muslim, yaitu sesuatu kepribadian yang seluruh aspeknya dijiwai
oleh ajaran Islam. Orang yang dalam kepribadian muslim dalam Al-qur’an
disebut “Muttaqin” karena itu Pendidikan Islam berarti pula pembentukan
manusia yang bertakwa, sebagaimana konsep pendidikan nasional yang
dituangkan dalam tujuan pendidikan nasional yang akan membentuk manusia
pancasilais yang bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Dilihat dari tujuan pendidikan di atas maka dengan sendirinya
terimplisit fungsi pendidikan Islam. Dapat diartikan fungsi Pendidikan Islam
adalah untuk menjaga keutuhan unsur–unsur individu anak didik dengan
mengoptimalkan potensinya dalam garis keridhaan Allah, serta
mengoptimalkan perkembangannya untuk bertahan hidup terhadap aspek
keterampilan setiap anak. Pendidikan Islam adalah pendidikan terbuka.
Artinya Islam mengakui adanya perbedaan, akan tetapi perbedaannya yang
hakiki ditentukan oleh amalnya. Oleh karena itu pendidikan Islam pada
7
dasarnya terbuka, demokratis, dan universal. Keterbukaan tersebut ditandai
dengan kelenturan untuk mengadopsi (menyerap) unsur–unsur positif dari
luar, sesuai perkembangan dan kebutuhan masyarakatnya, dan tetap menjaga
dasar–dasarnya yang original yang bersumber pada Al-Qur’an dan Al-hadits.
Pendidikan Islam secara ideal berfungsi membina dan menyiapkan
anak-anak dalam keluarga termasuk anak didik yang berilmu, berteknologi,
berketerampilan tinggi dan sekaligus beriman dan beramal saleh. Oleh karena
itu penjabaran materi pendidikan Islam tidak hanya berkisar pada hal–hal
yang berkaitan dengan masalah–masalah ubudiyah yang khas (khusus)
seperti shalat, puasa, zakat, haji dan lain–lain, akan tetapi ubudiyah yang
lebih umum dan luas, yaitu pengembangan ilmu sosial sehingga anak dapat
berinteraksi dengan lingkungannya secara baik maupun pengembangan
pengetahuan dan teknologi yang sangat bermanfaat dalam meningkatkan taraf
hidup dan kesejahteraan.
8
Rabb dengan kata alam tersebut seperti pada surat Al-A’raf ayat 61 yang
artinya “Nuh menjawab: "Hai kaumku, tak ada padaku kesesatan sedikitpun
tetapi Aku adalah utusan dari Tuhan semesta alam".
Pendidikan diistilahkan dengan ta’dib, yang berasal dari kata kerja
“addaba” . Kata al-ta’dib diartikan kepada proses mendidik yang lebih tertuju
pada pembinaan dan penyempurnaan akhlak atau budi pekerti peserta didik
(Samsul Nizar, 2001: 90). Kata ta’dib tidak dijumpai langsung dalam al-
Qur’an, tetapi pada tingkat operasional, pendidikan dapat dilihat pada praktek
yang dilakukan oleh Rasulullah. Rasul sebagai pendidik agung dalam
pandangan pendidikan Islam, sejalan dengan tujuan Allah mengutus beliau
kepada manusia yaitu untuk menyempurnakan akhlak (Jalaluddin, 2003:
125).
Pendidikan disebut dengan ta’lim yang berasal dari kata ‘alama
berkonotasi pembelajaran yaitu semacam proses transfer ilmu pengetahuan.
Dalam kaitan pendidikan ta’lim dipahami sebagai sebagai proses bimbingan
yang dititikberatkan pada aspek peningkatan intelektualitas peserta didik
(Jalaluddin, 2003: 133). Proses pembelajaran ta’lim secara simbolis
dinyatakan dalam informasi al-Qur’an ketika penciptaan Adam As oleh Allah
Swt. Adam As sebagai cikal bakal dari makhluk berperadaban (manusia)
menerima pemahaman tentang konsep ilmu pengetahuan langsung dari Allah
Swt, sedang dirinya (Adam As) sama sekali kosong. Sebagaimana tertulis
dalam surat al-Baqarah ayat 31 dan 32
9
Dari ketiga konsep diatas, terlihat hubungan antara tarbiyah, ta’lim
dan ta’dib. Ketiga konsep tersebut menunjukkan hubungan teologis (nilai
tauhid) dan teleologis (tujuan) dalam pendidikan Islam sesuai al-Qur’an yaitu
membentuk akhlak al-karimah.
10
kepada Adam As nama benda itu pada saat dipaparkannya sehingga beliau
memiliki kemampuan untuk memberi kepada masing-masing benda nama-
nama yang membedakannya dari benda-benda yang lain. Pendapat ini
lebih baik dari pendapat pertama. Ia pun tercakup oleh kata mengajar
karena mengajar tidak selalu dimaknakan menyampaikan suatu kata atau
idea, tetapi dapat juga berarti mengasah potensi yang dimilki peserta didik
sehingga pada akhirnya potensi itu terasah dan dapat melahirkan aneka
pengetahuan.
Apapun tafsiran ayat tersebut, namun yang pasti salah satu
keistimewaan manusia adalah kemampuannya mengekspresikan apa yang
terlintas dalam benaknya serta kemampuannya menangkap bahasa
sehingga mengantarkannya untuk mengetahui. Kemampuan manusia
merumuskan idea dan memberi nama bagi segala sesuatu merupakan
langkah menuju terciptanya manusia berpengetahuan dan lahirnya ilmu
pengetahuan.
Kata al-‘alim terambil dari akar kata ‘ilm berarti menjangkau sesuatu
sesuai dengan keadaannya yang sebenarnya. Bahasa Arab menggunakan
semua kata yang tersusun dari huruf ‘ain, lam dan mim dalam berbagai
bentuknya untuk menggambarkan sesuatu yang sedemikian jelas sehingga
tidak menimbulkan keraguan. Allah Swt menamai dirinya “alim karena
pengetahuan-Nya yang amat jelas sehingga terungkap baginya hal-hal
yang sekecil-kecilnya apapun.
Pengetahuan semua makhluk bersumber dari pengetahuan-Nya.
“Allah mengetahui apa-apa yang dihadapan mereka dan di belakang
mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan
apa yang dikehendaki-Nya.”
Melalui informasi ayat diatas, diketahui bahwa pengetahuan yang
dianugerahkan Allah Swt kepada Adam As, atau potensi untuk mengetahui
segala sesuatu dari benda-benda dan fenomena alam merupakan bukti
kewajaran Adam As menjadi khalifah di muka bumi ini.
11
Kekhalifahan di bumi adalah kekhalifahan yang bersumber dari
Allah Swt, yang antara lain bermakna melaksanakan apa yang dikehendaki
Allah menyangkut bumi ini. Dengan demikian pengetahuan atau potensi
yang dianugerahkan Allah itu merupakan syarat sekaligus modal utama
untuk mengelola bumi ini. Tanpa pengetahuan atau pemanfaatan potensi
berpengetahuan, maka tugas kekhalifahan manusia akan gagal, walau dia
tekun beribadah kepada Allah Swt, serupa dengan sujud dan ketaatan
malaikat. Akhirnya, Allah Swt, bermaksud menegaskan bahwa bui tidak
dikelola semata-mata hanya dengan tasbih dan tahmid tetapi dengan amal
ilmiah dan ilmu amaliyah.
2) Surat al-Baqarah ayat 151
Artinya; “Sebagaimana (Kami telah menyempurnakan nikmat Kami
kepadamu), Kami telah mengutus kepadamu Rasul diantara kamu
yang membacakan ayat-ayat Kami kepada kamu dan mensucikan
kamu dan mengajarkan kepadamu al-Kitab dan hikmah, serta
mengajarkan kepada kamu apa yang belum kamu ketahui.”
Terdapat banyak kaitan antara kandungan ayat 129 dan ayat 151.
Pada ayat 151 menyucikan ditempatkan pada peringkat kedua dari lima
macam anugerah Allah dalam konteks memperkenankan do’a Nabi
Ibrahim, yaitu: Rasul dari kelompok mereka, membacakan ayat-ayat
Allah, menyucikan mereka, mengajarkan al-Kitab dan al-Hikmah,
mengajarkan apa yang mereka belum ketahui.
Kalimat mengajarkan apa yang belum mereka ketahui merupakan
nikmat tersendiri, mencakup banyak hal dan melalui berbagai cara. Sejak
awal diturunkannya al-Qur’an telah mengisyaratkan dalam wahyu pertama
(iqra’) bahwa ilmu yang dperoleh manusia diraih dengan dua cara, pertama
melalui upaya belajar mengajar dan yang kedua anugerah langsung dari
Allah berupa ilham dan intuisi.(M. Quraish Shihab, vol,1, 2002, 361).
12
F. Nilai-Nilai Pendidikan Islam
1) Sumber Nilai-Nilai Pendidikan Islam
Sumber nilai yang menjadi acuan hidup manusia amat banyak
macamnya, semua jenis nilai memiliki sumber yang menjadi pengikat
semua nilai. Sumber nilai-nilai pendidikan Islam yang menjadi acuan bagi
hidup manusia adalah sumber nilai Islam. Sumber nilai Islam yang
dimaksud berasal dari nilai yang menjadi falsafah hidup yang dianut oleh
pelaku pendidikan Islam, sumber nilai agama yang pokok adalah Al-
Qur’an dan As- Sunnah.
a. Al- Qur’an
Al- Qur’an merupakan sumber nilai yang pertama dan utama,
yang eksistensinya tidak mengalami perubahan, walaupun
interpretasinya mengalami perubahan, sesuai dengan konteks zaman,
keadaan dan tempat.
Kedudukan Al- Qur’an dalam nilai-nilai pendidikan Islam adalah
sebagai sumber etika dan nilai-nilai yang paling shahih dan kuat, karena
ajaran Al- Qur’an adalah bersifat mutlak dan universal. Baik yang
isinya menganjurkan atau perintah dan juga berisi nilai-nilai yang
mengandung larangan. Nilai-nilai Qur’ani secara garis besar terdiri dari
dua nilai yaitu nilai kebenaran (metafafisis dan saintis) dan nilai moral.
Kedua nilai ini akan memandu manusia dalam membina kehidupan dan
penghidupannya. Al- Qur’an berisi tentang pedoman dan tuntunan
hidup bagi umat Islam, baik secara individu ataupun umat.
b. As- Sunnah
As- Sunnah merupakan sumber ajaran kedua sesudah Al- Qur’an.
Dalam proses perubahan hidup sehari-hari dan menjadi sumber utama
Sunnah berisi petunjuk ( pedoman ) untuk kemaslahatan hidup manusia
dalam segala aspeknya, untuk membina hubungan antar umat manusia
menjadi manusia sutuhnya atau umat muslim yang bertakwa. Sunnah
dijadikan sumber utama karena Allah SWT menjadikan Muhammad
13
sebagai tauladan bagi umatnya. Firman Allah dalam surat Al- Ahzab
ayat 21 yang berbunyi:
)٢١( لَقَ ْد َكانَ لَ ُك ْم فِي َرسُو ِل هَّللا ِ أُس َْوةٌ َح َسنَةٌ لِ َم ْن َكانَ يَرْ جُو هَّللا َ َو ْاليَوْ َم اآل ِخ َر َو َذ َك َر هَّللا َ َكثِيرًا
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang
baik bagimu (yaitu) bagi yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah ” (QS. Al-
Ahzab: 21)
2) Bentuk Nilai-nilai Pendidikan Islam
14
3) Penerapan Nilai-nilai Pendidikan Islam dalam Pribadi Peserta didik
Para ahli pendidikan telah sepakat, bahwa salah satu tugas yang
diemban oleh pendidik adalah mewariskan nilai-nilai luhur budaya kepada
peserta didik dalam upaya membentuk kepribadian yang intelek,
bertanggungjawab melalui jalur pendidikan. Sebuah upaya mewariskan
nilai-nilai tersebut sehingga menjadi miliknya disebut mentransformasikan
nilai, sedangkan upaya yang dilakukan untuk memasukkan nilai-nilai
tersebut ke dalam jiwanya sehingga melekat dalam dirinya disebut
menginternalisasikan nilai.
Untuk mewujudkan proses transformasi dan internalisasi tersebut,
banyak cara yang dapat dilakukan oleh seorang pendidik antara lain
dengan cara:
a. Melalui Pergaulan
Pendidik dalam pergaulan memiliki peran yang amat penting.
Melalui pergaulan yang bersifat edukatif, pendidik harus mampu
mengkomunikasikan nilai-nilai luhur agama, baik cara jalan diskusi
ataupun tanya jawab. Sebaliknya bagi peserta mempunyai banyak
kesempatan untuk menanyakan hal-hal yang tidak dipahaminya.
Sehingga wawasan mereka tentang nilai-nilai agama tersebut akan
diinternalisasikannya dengan baik.
b. Melalui Pemberian suri tauladan
Suri tauladan adalah alat pendidikan yang sangat efektif bagi
kelangsungan mengkomunikasikan nilai-nilai agama. Konsep suri
tauladan yang ada dalam pendidikan Ki Hajar Dewantoro yaitu ing
ngarso sung tulodo, melalui ing ngarso sung tulodo pendidik
menampilkan suri tauladannya, dalam bentuk tingkah laku,
pembicaraan, cara bergaul, amal ibadah, tegur sapa dan sebagainya.
Melalui contoh-contoh tersebut nilai-nilai luhur agama akan
diinternalisasikan sehingga menjadi bagian dari dirinya, dan kemudian
diaplikasikan dalam kehidupannya sehari-hari.
15
c. Melalui ajakan dan Pengamalan
Nilai-nilai luhur agama Islam yang diajarkan kepada peserta didik
adalah bukan untuk dihafal menjadi ilmu pengetahuan (kognitif), akan
tetapi untuk dihayati (afektif) dan diamalkan (psikomotorik) dalam
kehidupannya sehari-hari. Islam adalah agama yang menyerukan kepda
pemeluknya untuk mengerjakannya sehingga menjadi umat yang
beramal shaleh.
16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pendidikan Islam yang sejalan dengan konsep pendidikan menurut
al-Qur’an terangkum dalam tiga konsep yaitu pendidikan tarbiyah, ta’lim dan
ta’dib. Pendidikan dalam konsep tarbiyah lebih menerangkan pada manusia
bahwa Allah memberikan pendidikan melalui utusan-Nya yaitu Rasulullah
Saw dan selanjutnya Rasul menyampaikan kepada para ulama, kemudian para
ulama menyampaikan kepada manusia. Sedangkan pendidikan dalam konsep
ta’lim merupakan proses tranfer ilmu pengetahuan untuk meningkatkan
intelektualitas peserta didik. Kemudian ta’dib merupakan proses mendidik
yang lebih tertuju pada pembinaan akhlak peserta didik.
Konsep pendidikan menurut al-Qur’an terangkum dalam ayat-ayat
yang berhubungan dengan pendidikan di dalam Kitab al-Qur’an itu sendiri
seperti pada ayat-ayat yang telah dijelaskan yaitu surat al-Baqarah ayat 31-34,
129, dan 151 menjelaskan tentang pelajaran yang diberikan Allah kepada
Nabi Adam As, dan pokok-pokok pendidikan yang diberikan Rasul kepada
umatnya. Surat Luqman ayat 13-14 berisi tentang konsep pendidikan utama
yakni pendidikan orang tua terhadap anak.
17