Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Petunjuk pendidikan dalam al-Qur’an tidak terhimpun dalam
kesatuan pragmen tetapi ia diungkapkan dalam berbagai ayat dan surat al-
Qur’an, sehingga untuk menjelaskannya perlu melalui tema-tema
pembahasan yang relevan dan ayat-ayat yang memberikan informasi-
informasi pendidikan yang dimaksud.
Petunjuk-petunjuknya bertujuan memberi kesejahteraan dan
kebahagiaan bagi manusia, baik secara pribadi maupun kelompok, dan karena
itu ditemukan petunjuk-petunjuk bagi manusia dalam kedua bentuk tersebut.
Muhammad Rasulullah dipandang sukses dalam mendidik
masyarakatnya menjadi masyarakat yang berbudi tinggi dan akhlak mulia.
Pada mulanya masyarakat Arab adalah masyarakat jahiliyah, sehingga
perkataan primitif tidak cukup untuk menggambarkannya, hingga datang
Rasulullah yang membawa mereka untuk meninggalkan kejahiliahan tersebut
dan mencapai suatu bangsa yang berbudaya dan berkepribadian yang tinggi,
bermoral serta memberi pengetahuan.
Nabi Muhammad Saw sebagai utusan Allah untuk manusia di bumi
ini di beri kuasa oleh Allah sebagai penerima wahyu, yang diberi tugas untuk
mensucikan dan mengajarkan manusia sebagaimana dalam surat al-Baqarah
ayat 151. Dalam ayat tersebut mensucikan diartikan dengan mendidik, sedang
mengajar tidak lain kecuali mengisi benak anak didik dengan pengetahuan
yang berkaitan dan metafisika dan fisika.
Pada makalah ini akan dibahas konsep pendidikan menurut Al-
Qur’an yang akan mencoba menafsirkan ayat-ayat yang berkaitan dengan
konsep pendidikan yaitu dalam surat Al-Baqarah ayat 31-34, surat Al-
Baqarah ayat 129 dan 151, dan surat Luqman ayat 13-14.

1
B. Rumusan Masalah

Berikut ini masalah – masalah yang akan dibahas dalam makalah ini,
diantaranya:

1) Apa yang dimaksud dengan konsep dan pendidikan?


2) Apa yang dimaksud dengan nilai nilai pendidikan Islam?
3) Apa sajakah tujuan dan fungsi pendidikan Islam?
4) Bagaimana konsep pendidikan Islam menurut Al Qur’an?
5) Bagaimana tafsir tentang pendidikan?
6) Bagaimana nilai nilai pendidikan Islam?

C. Tujuan
1) Untuk mengetahui tentang dengan konsep dan pendidikan
2) Untuk mengetahui tentang nilai nilai pendidikan Islam
3) Untuk mengetahui tentang tujuan dan fungsi pendidikan Islam
4) Untuk mengetahui tentang konsep pendidikan Islam menurut Al Qur’an
5) Untuk mengetahui tentang tafsir tentang pendidikan
6) Untuk mengetahui tentang nilai nilai pendidikan Islam

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Konsep dan Pendidikan

Konsep berasal dari bahasa Inggris “concept” yang berarti “ide yang
mendasari sekelas sesuatu objek dan “gagasan atau ide umum”. Kata tersebut
juga berarti gambaran yang bersifat umum atau abstrak dari sesuatu.

Dalam kamus Bahasa Indonesia, konsep diartikan dengan rancangan


atau buram surat tersebut. Ide atau pengertian yang diabstrakkan dari
peristiwa konkrit gambaran mental dari objek, proses ataupun yang ada diluar
bahasa yang digunakan untuk memahami hal- hal lain.

Berangkat dari pemikiran bahwa suatu usaha yang tidak mempunyai


tujuan tidak akan mempunyai arti apa-apa. Ibarat seseorang yang bepergian
tak tentuh arah maka hasilnya adalah tak lebih dari pengalaman selama
perjalanan. Pada dasarnya pendidikan merupakan usaha yang dilakukan
sehingga dalam penerapannya ia tak kehilangan arah dan pijakan. Namun
sebelum masuk pada pembahasan mengenai fungsi dan tujuan Pendidikan
Islam terlebih dahulu perlu dijelaskan apa pengertian Pendidikan Islam.

Pengertian pendidikan Islam yaitu sebuah proses yang dilakukan


untuk menciptakan manusia-manusia yang seutuhnya; beriman dan bertaqwa
kepada Tuhan serta mampu mewujudkan eksistensinya sebagai khalifah Allah
dimuka bumi, yang berdasarkan kepada ajaran Al-qur’an dan Sunnah, maka
tujuan dalam konteks ini terciptanya insan kamil setelah prosespendidikan
berakhir.

Prof. H. Muhamad Daud Ali, S.H. berpendapat bahwa pendidkan


adalah usaha sadar yang dilakukan oleh manusia untuk mengembangkan
potensi manusia lain atau memindahkan nilai-nilai yang dimilikinya kepada
orang lain dalam masyarakat. Proses pemindahan nilai itu dapat dilakukan
dengan berbagai cara, diantaranya adalah, pertama melalui pengajaran yaitu

3
proses pemindahan nilai berupa (Ilmu) pengetahuan dari seorang guru kepada
murid-muridnya dari suatu generasi kegenerasi berikutnya. kedua melalui
pelatihan yang dilaksanakan dengan jalan membiasakan seseorang melakukan
pekerjaan tertentu untuk memperoleh keterampilan mengerjakan pekerjaan
tersebut. ketiga melalui indoktrinnasi yang diselenggarakan agar orang
meniru atau mengikuti apa saja yang diajarkan orang lain tanpa mengijinkan
si penerima tersebut mempertanyakan nilai-nilai yang diajarkan.

Terkadang apabila ingin membahas seputar Islam dalam Pendidikan


merupakan suatu hal yang sangat menarik terutama dalam kaitannya dengan
upaya pembangunan Sumber Daya Manusia muslim, sebagaimana Islam di
pahami sebagai pegangan hidup yang diyakini mutlak kebenarannya akan
merai arah dan landasan etis serta moral pendidikan, atau dengan kata lain
hubungan antara Islam dan pendidikan bagaikan dua sisi keping mata uang.
Artinya, Islam dan pendidikan mempunyai hubungan filosofis yang sangat
mendasar baik secara ontologis, epistimologis maupun aksiologis.

Pemikiran di atas sejalan dengan falsafah bahwa sebuah usaha yang


tidak mempunyai tujuan tidak akan mempunyai arti apa-apa. Ibarat seseorang
yang bepergian tak tentu arah maka hasilnya adalah tidak lebih dari
pengalaman selam perjalanan. Pada dasarnya pendidikan merupakan usaha
yang dilakukan sehingga dalam penerapannya ia tak kehilangan arah dan
pijakn. Namun sebelum masuk dalam pembahasan mengenai fungsi dan
tujuan pendidikan Islam terlebih dahulu perlu dijelaskan apa pengertian
Pendidikan Islam itu sendiri.

Sedangkan pengertian pendidikan menurut Mohamad Natsir adalah


suatu pimpinan jasmani dan ruhani menuju kesempurnaan kelengkapan arti
kemanusiaan dengan arti sesungguhnya.

Menurut Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas)


Bab 1 ayat 1, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik

4
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Kemudian pengertian pendidikan Islam antara lain menurut Dr.


Yusuf Qardawi sebagaimana dikutip Azyumardi Azra memberi pengertian
pendidikan Islam yaitu pendidikan manusia seutuhnya, akal dan hatinya,
rohani dan jasmaninya, akhlak dan keterampilannya. Karena pendidikan
Islam menyiapkan manusia untuk hidup dan menyiapkan untuk menghadapi
masyarakat dengan segala kebaikan dan kejahatannya, manis pahitnya.

Endang Saefuddin Anshari memberi pengertian secara lebih tehnis,


pendidikan Islam sebagai proses bimbingan (pimpinan, tuntunan dan usulan)
oleh subyek didik terhadap perkembangan jiwa (pikiran, perasaan, kemauan,
intuisi), dan raga obyek didik dengan bahan-bahan materi tertentu, pada
jangka waktu tertentu, dengan metode tertentu dan dengan alat perlengkapan
yang ada ke arah terciptanya pribadi tertentu disertai evaluasi sesuai ajaran
Islam. Pendidikan Islam adalah suatu proses pembentukan individu
berdasarkan ajaran-ajaran Islam yang diwahyukan Allah SWT kepada
Muhammad Saw.

Sedangkan menurut hasil rumusan Seminar Pendidikan Islam se-


Indonesia tahun 1960, memberikan pengertian pendidikan Islam sebagai:
“Bimbingan terhadap pertumbuhan rohani dan jasmani menurut ajaran Islam
dengan hikmah mengarahkan, mengajarkan, melatih, mengasuh dan
mengawasi berlakunya semua ajaran Islam.”

Berdasarkan beberapa pengertian diatas, terdapat perbedaan antara


pengertian pendidikan secara umum dengan pendidikan Islam. Pendidikan
secara umum merupakan proses pemindahan nilai-nilai budaya dari satu
generasi ke generasi berikutnya. Perbedaan tersebut dalam hal nilai-nilai yang
dipindahkan (diajarkan). Dalam pendidikan Islam, nilai-nilai yang
dipindahkan berasal dari sumber-sumber nilai Islam yakni Al-Qur’an, Sunah

5
B. Pengertian Nilai-Nilai Pendidikan Islam
Achmadi menjelaskan pengertian pendidikan agama Islam yaitu
sebagai usaha yang lebih khusus ditekankan untuk mengembangkan fitrah
keberagamaan subjek didik agar mampu memahami, menghayati dan
mengamalkan ajaran-ajaran Islam. Pendidikan agama Islam sangat penting
dalam rangka menanamkan nilai-nilai spiritual Islam, namun hal ini baru
sebagian dari seluruh kerangka pendidikan Islam.
Pendidikan Islam adalah usaha orang dewasa muslim yang bertakwa
secara sadar mengarahkan dan membimbing pertumbuhan serta
perkembangan fitrah (kemampuan sadar) anak didik melalui ajaran Islam ke
arah titik maksimal pertumbuhan dan kekurangannya (M. Arifin, 2006: 22).
Pendidikan Islam adalah proses bimbingan terhadap pertumbuhan
rohani dan jasmani menurut Islam dengan hikmah mengarahkan,
mengajarkan, melatih, mengasuh, dan mengawasi semua sesuai berlakunya
ajaran Islam (M. Arifin ,1994: 14-15).
Dalam Islam, pada dasarnya nilai merupakan akhlak sedang akhlak
merupakan ciri khas Islam untuk moral dan etika. Karena istilah nilai terkait
dengan moral dan etika, maka antara moral, etika dan akhlak adalah satu
kesatuan kata memiliki makna yang sama ( Langgulung, 1988 : 366 ).
Dari kedua pengertian di atas yaitu pengertian nilai dan pendidikan
Islam dapat diambil definisi bahwa nilai- nilai pendidikan Islam adalah
kumpulan dari prinsip-prinsip hidup yang saling terkait yang berisi ajaran-
ajaran guna memilihara dan mengembangkan fitrah manusia serta
sumberdaya manusia yang ada padanya menuju terbentuknya manusia
seutuhnya (insan kamil) sesuai dengan norma atau ajaran Islam.

C. Tujuan dan Fungsi Pendidikan


Dalam Konferensi Internasional Pertama tentang Pendidikan Islam
di Mekah pada tahun 1977 merumuskan tujuan pendidikan Islam sebagai
berikut “Pendidikan bertujuan mencapai pertumbuhan kepribadian manusia

6
yang menyeluruh secara seimbang melalui latihan jiwa, intelek, diri manusia
yang rasional ; perasaan dan indera. Oleh karena itu pendidikan harus
mencakup pertumbuhan manusia dalam segala aspeknya ; spritual,
intelektual, imajinatif, fisik, ilmiah, bahasa, baik secara individu maupun
secara kolektif, dan mendorong semua aspek ini ke arah kebaikan untuk
mencapai kesempurnaan. Tujuan akhir pendidikan muslim terletak pada
perwujudan ketundukkan yang sempurna kepada Allah baik secara pribadi,
komunitas, maupun seluruh umat manusia”.
Konsep di atas sejalan dengan rumusan tujuan pendidikan Islam,
yaitu meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan dan pengalaman
anak tentang Islam, sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan
bertaqwa kepada Allah swt serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi,
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Sehingganya dalam konteks ini
pendidikan Islam haruslah senantiasa mengorientasikan diri kepada
menjawab kebutuhan dan tantangan yang muncul dalam masyarakat kita
sebagai konsekuensi logis dari perubahan.
Dapat pula katakan, bahwa tujuan pendidikan Islam adalah
kepribadian muslim, yaitu sesuatu kepribadian yang seluruh aspeknya dijiwai
oleh ajaran Islam. Orang yang dalam kepribadian muslim dalam Al-qur’an
disebut “Muttaqin” karena itu Pendidikan Islam berarti pula pembentukan
manusia yang bertakwa, sebagaimana konsep pendidikan nasional yang
dituangkan dalam tujuan pendidikan nasional yang akan membentuk manusia
pancasilais yang bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Dilihat dari tujuan pendidikan di atas maka dengan sendirinya
terimplisit fungsi pendidikan Islam. Dapat diartikan fungsi Pendidikan Islam
adalah untuk menjaga keutuhan unsur–unsur individu anak didik dengan
mengoptimalkan potensinya dalam garis keridhaan Allah, serta
mengoptimalkan perkembangannya untuk bertahan hidup terhadap aspek
keterampilan setiap anak. Pendidikan Islam adalah pendidikan terbuka.
Artinya Islam mengakui adanya perbedaan, akan tetapi perbedaannya yang
hakiki ditentukan oleh amalnya. Oleh karena itu pendidikan Islam pada

7
dasarnya terbuka, demokratis, dan universal. Keterbukaan tersebut ditandai
dengan kelenturan untuk mengadopsi (menyerap) unsur–unsur positif dari
luar, sesuai perkembangan dan kebutuhan masyarakatnya, dan tetap menjaga
dasar–dasarnya yang original yang bersumber pada Al-Qur’an dan Al-hadits.
Pendidikan Islam secara ideal berfungsi membina dan menyiapkan
anak-anak dalam keluarga termasuk anak didik yang berilmu, berteknologi,
berketerampilan tinggi dan sekaligus beriman dan beramal saleh. Oleh karena
itu penjabaran materi pendidikan Islam tidak hanya berkisar pada hal–hal
yang berkaitan dengan masalah–masalah ubudiyah yang khas (khusus)
seperti shalat, puasa, zakat, haji dan lain–lain, akan tetapi ubudiyah yang
lebih umum dan luas, yaitu pengembangan ilmu sosial sehingga anak dapat
berinteraksi dengan lingkungannya secara baik maupun pengembangan
pengetahuan dan teknologi yang sangat bermanfaat dalam meningkatkan taraf
hidup dan kesejahteraan.

D. Konsep Pendidikan Menurut Al-Qur’an


Merujuk kepada informasi al-Qur’an pendidikan mencakup segala
aspek jagat raya ini, bukan hanya terbatas pada manusia semata, yakni dengan
menempatkan Allah sebagai Pendidik Yang Maha Agung. Konsep pendidikan
al-Qur’an sejalan dengan konsep pendidikan Islam yang dipresentasikan
melalui kata tarbiyah, ta’lim dan ta’dib.
Tarbiyah berasal dari kata Robba, pada hakikatnya merujuk kepada
Allah selaku Murabby (pendidik) sekalian alam. Kata Rabb (Tuhan) dan
Murabby (pendidik) berasal dari akar kata seperti termuat dalam ayat al-
Qur’an yang Artinya: “Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua
dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah
mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua Telah mendidik Aku waktu
kecil". (Q.S. Al-Israa:24)
Kata Rabb di dalam Al-Qur’an diulang sebanyak 169 kali dan
dihubungkan pada obyek-obyek yang sangat banyak. Kata Rabb ini juga
sering dikaitkan dengan kata alam, sesuatu selain Tuhan. Pengkaitan kata

8
Rabb dengan kata alam tersebut seperti pada surat Al-A’raf ayat 61 yang
artinya “Nuh menjawab: "Hai kaumku, tak ada padaku kesesatan sedikitpun
tetapi Aku adalah utusan dari Tuhan semesta alam".
Pendidikan diistilahkan dengan ta’dib, yang berasal dari kata kerja
“addaba” . Kata al-ta’dib diartikan kepada proses mendidik yang lebih tertuju
pada pembinaan dan penyempurnaan akhlak atau budi pekerti peserta didik
(Samsul Nizar, 2001: 90). Kata ta’dib tidak dijumpai langsung dalam al-
Qur’an, tetapi pada tingkat operasional, pendidikan dapat dilihat pada praktek
yang dilakukan oleh Rasulullah. Rasul sebagai pendidik agung dalam
pandangan pendidikan Islam, sejalan dengan tujuan Allah mengutus beliau
kepada manusia yaitu untuk menyempurnakan akhlak (Jalaluddin, 2003:
125).
Pendidikan disebut dengan ta’lim yang berasal dari kata ‘alama
berkonotasi pembelajaran yaitu semacam proses transfer ilmu pengetahuan.
Dalam kaitan pendidikan ta’lim dipahami sebagai sebagai proses bimbingan
yang dititikberatkan pada aspek peningkatan intelektualitas peserta didik
(Jalaluddin, 2003: 133). Proses pembelajaran ta’lim secara simbolis
dinyatakan dalam informasi al-Qur’an ketika penciptaan Adam As oleh Allah
Swt. Adam As sebagai cikal bakal dari makhluk berperadaban (manusia)
menerima pemahaman tentang konsep ilmu pengetahuan langsung dari Allah
Swt, sedang dirinya (Adam As) sama sekali kosong. Sebagaimana tertulis
dalam surat al-Baqarah ayat 31 dan 32

Artinya: “Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-


benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para malaikat
lalu berfirman: “Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika
kamu memang orang-orang yang benar. Mereka menjawab, “Maha suci
Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau
ajarkan kepada kami, sesungguhnya Engkaulah yang Maha Mengetahui
lagi Maha Bijaksana.”

9
Dari ketiga konsep diatas, terlihat hubungan antara tarbiyah, ta’lim
dan ta’dib. Ketiga konsep tersebut menunjukkan hubungan teologis (nilai
tauhid) dan teleologis (tujuan) dalam pendidikan Islam sesuai al-Qur’an yaitu
membentuk akhlak al-karimah.

E. Tafsir tentang Pendidikan


Ayat-Ayat lain yang Berhubungan dengan Pendidikan
1) Surat Al-Baqarah: 129
Artinya: “Ya Tuhan kami, utuslah untuk mereka seorang Rasul dari
kalangan mereka, yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat
Engkau, dan mengajarkan kepada mereka Al-Kitab (Al-Qur’an) dan
hikmah serta mensucikan mereka. Sesungguhnya Engkaulah yang
Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”
Penjelasan dari ayat diatas, makna Dia yakni Allah mengajar Adam
nama-nama benda seluruhnya, yakni memberinya potensi pengetahuan
tentang nama-nama atau kata-kata yang digunakan menunjuk benda-
benda, atau mengajarkannya mengenal fungsi benda-benda.
Ayat ini menginformasikan bahwa manusia dianugerahi potensi
untuk mengetahui nama atau fungsi dan karakteristik benda-benda,
misalnya fungsi api, fungsi angin dan sebagainya. Dia juga dianugerahi
potensi untuk berbahasa. Sistem pengajaran bahasa kepada manusia (anak-
anak) bukan dimulai dengan mengajarkan kata kerja, tetapi mengajarnya
terlebih dahulu nama-nama (yang mudah), seperti ini papa, ini mama, itu
pena, itu pensil dan sebagainya. Itulah sebagian makna yang dipahami
oleh para ulama dari firman-Nya: Dia mengajar Adam nama-nama (benda)
seluruhnya.
Bagi ulama-ulama yang memahami pengajaran nama-nama kepada
Adam As, dalam arti mengajarkan kata-kata, diantara mereka ada yang
berpendapat bahwa kepada beliau dipaparkan benda-benda itu, dan pada
saat yang sama beliau mendengar suara yang menyebut nama benda yang
dipaparkan itu. Ada juga yang berpendapat bahwa Allah mengilhamkan

10
kepada Adam As nama benda itu pada saat dipaparkannya sehingga beliau
memiliki kemampuan untuk memberi kepada masing-masing benda nama-
nama yang membedakannya dari benda-benda yang lain. Pendapat ini
lebih baik dari pendapat pertama. Ia pun tercakup oleh kata mengajar
karena mengajar tidak selalu dimaknakan menyampaikan suatu kata atau
idea, tetapi dapat juga berarti mengasah potensi yang dimilki peserta didik
sehingga pada akhirnya potensi itu terasah dan dapat melahirkan aneka
pengetahuan.
Apapun tafsiran ayat tersebut, namun yang pasti salah satu
keistimewaan manusia adalah kemampuannya mengekspresikan apa yang
terlintas dalam benaknya serta kemampuannya menangkap bahasa
sehingga mengantarkannya untuk mengetahui. Kemampuan manusia
merumuskan idea dan memberi nama bagi segala sesuatu merupakan
langkah menuju terciptanya manusia berpengetahuan dan lahirnya ilmu
pengetahuan.
Kata al-‘alim terambil dari akar kata ‘ilm berarti menjangkau sesuatu
sesuai dengan keadaannya yang sebenarnya. Bahasa Arab menggunakan
semua kata yang tersusun dari huruf ‘ain, lam dan mim dalam berbagai
bentuknya untuk menggambarkan sesuatu yang sedemikian jelas sehingga
tidak menimbulkan keraguan. Allah Swt menamai dirinya “alim karena
pengetahuan-Nya yang amat jelas sehingga terungkap baginya hal-hal
yang sekecil-kecilnya apapun.
Pengetahuan semua makhluk bersumber dari pengetahuan-Nya.
“Allah mengetahui apa-apa yang dihadapan mereka dan di belakang
mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan
apa yang dikehendaki-Nya.”
Melalui informasi ayat diatas, diketahui bahwa pengetahuan yang
dianugerahkan Allah Swt kepada Adam As, atau potensi untuk mengetahui
segala sesuatu dari benda-benda dan fenomena alam merupakan bukti
kewajaran Adam As menjadi khalifah di muka bumi ini.

11
Kekhalifahan di bumi adalah kekhalifahan yang bersumber dari
Allah Swt, yang antara lain bermakna melaksanakan apa yang dikehendaki
Allah menyangkut bumi ini. Dengan demikian pengetahuan atau potensi
yang dianugerahkan Allah itu merupakan syarat sekaligus modal utama
untuk mengelola bumi ini. Tanpa pengetahuan atau pemanfaatan potensi
berpengetahuan, maka tugas kekhalifahan manusia akan gagal, walau dia
tekun beribadah kepada Allah Swt, serupa dengan sujud dan ketaatan
malaikat. Akhirnya, Allah Swt, bermaksud menegaskan bahwa bui tidak
dikelola semata-mata hanya dengan tasbih dan tahmid tetapi dengan amal
ilmiah dan ilmu amaliyah.
2) Surat al-Baqarah ayat 151
Artinya; “Sebagaimana (Kami telah menyempurnakan nikmat Kami
kepadamu), Kami telah mengutus kepadamu Rasul diantara kamu
yang membacakan ayat-ayat Kami kepada kamu dan mensucikan
kamu dan mengajarkan kepadamu al-Kitab dan hikmah, serta
mengajarkan kepada kamu apa yang belum kamu ketahui.”
Terdapat banyak kaitan antara kandungan ayat 129 dan ayat 151.
Pada ayat 151 menyucikan ditempatkan pada peringkat kedua dari lima
macam anugerah Allah dalam konteks memperkenankan do’a Nabi
Ibrahim, yaitu: Rasul dari kelompok mereka, membacakan ayat-ayat
Allah, menyucikan mereka, mengajarkan al-Kitab dan al-Hikmah,
mengajarkan apa yang mereka belum ketahui.
Kalimat mengajarkan apa yang belum mereka ketahui merupakan
nikmat tersendiri, mencakup banyak hal dan melalui berbagai cara. Sejak
awal diturunkannya al-Qur’an telah mengisyaratkan dalam wahyu pertama
(iqra’) bahwa ilmu yang dperoleh manusia diraih dengan dua cara, pertama
melalui upaya belajar mengajar dan yang kedua anugerah langsung dari
Allah berupa ilham dan intuisi.(M. Quraish Shihab, vol,1, 2002, 361).

12
F. Nilai-Nilai Pendidikan Islam
1) Sumber Nilai-Nilai Pendidikan Islam
Sumber nilai yang menjadi acuan hidup manusia amat banyak
macamnya, semua jenis nilai memiliki sumber yang menjadi pengikat
semua nilai. Sumber nilai-nilai pendidikan Islam yang menjadi acuan bagi
hidup manusia adalah sumber nilai Islam. Sumber nilai Islam yang
dimaksud berasal dari nilai yang menjadi falsafah hidup yang dianut oleh
pelaku pendidikan Islam, sumber nilai agama yang pokok adalah Al-
Qur’an dan As- Sunnah.
a. Al- Qur’an
Al- Qur’an merupakan sumber nilai yang pertama dan utama,
yang eksistensinya tidak mengalami perubahan, walaupun
interpretasinya mengalami perubahan, sesuai dengan konteks zaman,
keadaan dan tempat.
Kedudukan Al- Qur’an dalam nilai-nilai pendidikan Islam adalah
sebagai sumber etika dan nilai-nilai yang paling shahih dan kuat, karena
ajaran Al- Qur’an adalah bersifat mutlak dan universal. Baik yang
isinya menganjurkan atau perintah dan juga berisi nilai-nilai yang
mengandung larangan. Nilai-nilai Qur’ani secara garis besar terdiri dari
dua nilai yaitu nilai kebenaran (metafafisis dan saintis) dan nilai moral.
Kedua nilai ini akan memandu manusia dalam membina kehidupan dan
penghidupannya. Al- Qur’an berisi tentang pedoman dan tuntunan
hidup bagi umat Islam, baik secara individu ataupun umat.
b. As- Sunnah
As- Sunnah merupakan sumber ajaran kedua sesudah Al- Qur’an.
Dalam proses perubahan hidup sehari-hari dan menjadi sumber utama
Sunnah berisi petunjuk ( pedoman ) untuk kemaslahatan hidup manusia
dalam segala aspeknya, untuk membina hubungan antar umat manusia
menjadi manusia sutuhnya atau umat muslim yang bertakwa. Sunnah
dijadikan sumber utama karena Allah SWT menjadikan Muhammad

13
sebagai tauladan bagi umatnya. Firman Allah dalam surat Al- Ahzab
ayat 21 yang berbunyi:
)٢١( ‫لَقَ ْد َكانَ لَ ُك ْم فِي َرسُو ِل هَّللا ِ أُس َْوةٌ َح َسنَةٌ لِ َم ْن َكانَ يَرْ جُو هَّللا َ َو ْاليَوْ َم اآل ِخ َر َو َذ َك َر هَّللا َ َكثِيرًا‬
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang
baik bagimu (yaitu) bagi yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah ” (QS. Al-
Ahzab: 21)
2) Bentuk Nilai-nilai Pendidikan Islam

Dalam pendidikan Islam terdapat bermacam-macam nilai yang


mendukung dalam pelaksanaan pendidikan. Nilai tersebut menjadi dasar
pengembangan jiwa agar bisa memberi output bagi pendidikan yang sesuai
dengan harapan masyarakat luas. Pokok-pokok nilai pendidikan Islam
yang utama yang harus ditanamkan pada anak yaitu nilai pendidikan
i’tiqodiyah, nilai pendidikan amaliyah, nilai pendidikan khuluqiyah.

a. Nilai Pendidikan I’tiqodiyah


Nilai pendidikan I’tiqodiyah ini merupakan nilai yang terkait
dengan keimanan seperti iman kepada Allah SWT, Malaikat, Rasul,
Kitab, Hari Akhir dan Takdir yang bertujuan menata kepercayaan
individu.
b. Nilai Pendidikan Amaliyah.
Nilai pendidikan amaliyah merupakan nilai yang berkaitan
dengan tingkah laku. Nilai pendidikan amaliyah diantaranya:
 Pendidikan Ibadah
 Pendidikan Muamalah
c. Nilai Pendidikan Khuluqiyah
Pendidikan ini merupakan pendidikan yang berkaitan dengan
etika (akhlak) yang bertujuan membersihkan diri dari perilaku rendah
dan menghiasi diri dengan perilaku terpuji.

14
3) Penerapan Nilai-nilai Pendidikan Islam dalam Pribadi Peserta didik
Para ahli pendidikan telah sepakat, bahwa salah satu tugas yang
diemban oleh pendidik adalah mewariskan nilai-nilai luhur budaya kepada
peserta didik dalam upaya membentuk kepribadian yang intelek,
bertanggungjawab melalui jalur pendidikan. Sebuah upaya mewariskan
nilai-nilai tersebut sehingga menjadi miliknya disebut mentransformasikan
nilai, sedangkan upaya yang dilakukan untuk memasukkan nilai-nilai
tersebut ke dalam jiwanya sehingga melekat dalam dirinya disebut
menginternalisasikan nilai.
Untuk mewujudkan proses transformasi dan internalisasi tersebut,
banyak cara yang dapat dilakukan oleh seorang pendidik antara lain
dengan cara:
a. Melalui Pergaulan
Pendidik dalam pergaulan memiliki peran yang amat penting.
Melalui pergaulan yang bersifat edukatif, pendidik harus mampu
mengkomunikasikan nilai-nilai luhur agama, baik cara jalan diskusi
ataupun tanya jawab. Sebaliknya bagi peserta mempunyai banyak
kesempatan untuk menanyakan hal-hal yang tidak dipahaminya.
Sehingga wawasan mereka tentang nilai-nilai agama tersebut akan
diinternalisasikannya dengan baik.
b. Melalui Pemberian suri tauladan
Suri tauladan adalah alat pendidikan yang sangat efektif bagi
kelangsungan mengkomunikasikan nilai-nilai agama. Konsep suri
tauladan yang ada dalam pendidikan Ki Hajar Dewantoro yaitu ing
ngarso sung tulodo, melalui ing ngarso sung tulodo pendidik
menampilkan suri tauladannya, dalam bentuk tingkah laku,
pembicaraan, cara bergaul, amal ibadah, tegur sapa dan sebagainya.
Melalui contoh-contoh tersebut nilai-nilai luhur agama akan
diinternalisasikan sehingga menjadi bagian dari dirinya, dan kemudian
diaplikasikan dalam kehidupannya sehari-hari.

15
c. Melalui ajakan dan Pengamalan
Nilai-nilai luhur agama Islam yang diajarkan kepada peserta didik
adalah bukan untuk dihafal menjadi ilmu pengetahuan (kognitif), akan
tetapi untuk dihayati (afektif) dan diamalkan (psikomotorik) dalam
kehidupannya sehari-hari. Islam adalah agama yang menyerukan kepda
pemeluknya untuk mengerjakannya sehingga menjadi umat yang
beramal shaleh.

16
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Pendidikan Islam yang sejalan dengan konsep pendidikan menurut
al-Qur’an terangkum dalam tiga konsep yaitu pendidikan tarbiyah, ta’lim dan
ta’dib. Pendidikan dalam konsep tarbiyah lebih menerangkan pada manusia
bahwa Allah memberikan pendidikan melalui utusan-Nya yaitu Rasulullah
Saw dan selanjutnya Rasul menyampaikan kepada para ulama, kemudian para
ulama menyampaikan kepada manusia. Sedangkan pendidikan dalam konsep
ta’lim merupakan proses tranfer ilmu pengetahuan untuk meningkatkan
intelektualitas peserta didik. Kemudian ta’dib merupakan proses mendidik
yang lebih tertuju pada pembinaan akhlak peserta didik.
Konsep pendidikan menurut al-Qur’an terangkum dalam ayat-ayat
yang berhubungan dengan pendidikan di dalam Kitab al-Qur’an itu sendiri
seperti pada ayat-ayat yang telah dijelaskan yaitu surat al-Baqarah ayat 31-34,
129, dan 151 menjelaskan tentang pelajaran yang diberikan Allah kepada
Nabi Adam As, dan pokok-pokok pendidikan yang diberikan Rasul kepada
umatnya. Surat Luqman ayat 13-14 berisi tentang konsep pendidikan utama
yakni pendidikan orang tua terhadap anak.

17

Anda mungkin juga menyukai