Anda di halaman 1dari 15

PEMBAHASAN

A.          Pengertian Hemodialisa

Hemodialisa berasal dari kata “hemo” artinya darah, dan “dialisa ” artinya pemisahan zat-zat

terlarut. Hemodialisa berarti proses pembersihan darah dari zat-zat sampah, melalui proses

penyaringan di luar tubuh. Hemodialisa menggunakan ginjal buatan berupa mesin dialisis.

Hemodialisa dikenal secara awam dengan istilah ‘cuci darah’. Haemodialisa dilakukan pada keadaan

gagal ginjal dan beberapa bentuk keracunan.

B.           Indikasi

1.        Indikasi Segera

Indikasi segera yaitu koma, perikarditis, efusi pericardium, neuropati perifer, hiperkalemi,

hipertensi maligna, over hidrasi atau edema paru, dan oliguri berat atau anuria.

2.        Indikasi Dini

a.       Gejala uremia

Gejala uremia antara lain yaitu mual, muntah, perubahan mental, penyakit tulang, gangguan

pertumbuhan, perkembangan seks, dan perubahan kulitas hidup.

b.      Laboratorium abnormal

Laboratorium abnormal antara lain yaitu asidosis, azotemia (kreatinin 8-12 mg%) dan Blood

Urea Nitrogen (BUN) : 100 – 120 mg %, TKK : 5 ml/menit.

c.       Frekuensi Hemodialisa

Frekuensi, tergantung kepada banyaknya fungsi ginjal yang tersisa, tetapi sebagian besar

penderita menjalani dialisa sebanyak 3 kali/minggu. Program dialisa dikatakan berhasil jika :

1)      Penderita kembali menjalani hidup normal.

2)      Penderita kembali menjalani diet yang normal.

3)      Jumlah sel darah merah dapat ditoleransi.


4)      Tekanan darah normal.

5)      Tidak terdapat kerusakan saraf yang progresif (Medicastore.com, 2006)

6)      Dialisa bisa digunakan sebagai pengobatan jangka panjang untuk gagal ginjal kronis atau sebagai

pengobatan sementara sebelum penderita menjalani pencangkokan ginjal. Pada gagal ginjal akut,

dialisa dilakukan hanya selama beberapa hari atau beberapa minggu, sampai fungsi ginjal kembali

normal.

C.          Tujuan Hemodialisa

Sebagai terapi pengganti, tujuan dari Hemodialis yaitu:

1.      Menggantikan fungsi ginjal dalam fungsi ekskresi, yaitu membuang sisa-sisa metabolisme dalam

tubuh, seperti ureum, kreatinin, dan sisa metabolisme yang lain.

2.      Menggantikan fungsi ginjal dalam mengeluarkan cairan tubuh yang seharusnya dikeluarkan sebagai

urin saat ginjal sehat.

3.      Meningkatkan kualitas hidup pasien yang menderita penurunan fungsi ginjal.

4.      Menggantikan fungsi ginjal sambil menunggu program pengobatan yang lain.

5.      Mempertahankan atau mengembalikan sysstem buffer tubuh.

6.      Mempertahankan atau mengembalikan kadar elektrolit tubuh.

D.          Peralatan Hemodialisa

Peralatan hemodialisa antara lain sebagai berikut:

1.        Arterial – Venouse Blood Line (AVBL)

AVBL terdiri dari :

a.       Arterial Blood Line (ABL)

Arterial Blood Line (ABL) adalah tubing-tubing/ line plastic yang menghubungkan darah dari

tubing akses vaskular tubuh pasien menuju dialiser, disebut Inlet ditandai dengan warna merah.
b.      Venouse Blood Line

Venouse Blood Line adalah tubing/ line plastic yang menghubungkan darah dari dialiser

dengan tubing akses vascular menuju tubuh pasien disebut outlet ditandai dengan warna biru.

Priming volume AVBL antara 100-500 ml. priming volume adalah volume cairan yang diisikan

pertama kali pada AVBL dan kompartemen dialiser. Bagian-bagian dari AVBL dan kopartemen 

adalah konektor, ujung runcing, segmen pump, tubing arterial/ venouse pressure, tubing udara,

bubble trap, tubing infuse/ transfuse set, port biru obat, port darah/ merah herah heparin, tubing

heparin, dan ujung tumpul.

2.        Dializer/ginjal buatan (artificial kidney)

Dializer/ ginjal buatan (artificial kidney) adalah suatu alat dimana proses dialisis terjadi

terdiri dari 2 ruang /kompartemen, yaitu:

a.       Kompartemen darah yaitu ruangan yang berisi darah

b.      Kompartemen dialisat yaitu ruangan yang berisi dialisat

c.       Kedua kompartemen dipisahkan oleh membran semipermiabel.

d.      Dialiser mempunyai 4 lubang yaitu dua ujung untuk keluar masuk darah dan dua samping untuk

keluar masuk dialisat.

3.        Mesin Hemodialisa

Ada bermacam-macam mesin haemodilisis sesuai dengan mereknya. Tetapi prinsipnya sama

yaitu blood pump, system pengaturan larutan dilisat, system pemantauan mesin terdiri dari blood

circuit, dillisat circuit, dan bebagai monitor sebagai deteksi adanya kesalahan. Dan komponen

tambahan seperti heparin pump, tombol bicarbonate, control ultrafiltrasi, program ultrafiltrasi,

kateter vena, blood volume monitor.

4.        Larutan Dialisat
Dialisat adalah larutan yang mengandung elektrolit dalam komposisi tertentu. Dipasaran

beredar dua macam dialisat yaitu dialisat asetat dan dialisat bicarbonate. Dialisat asetat menurut

komposisinya ada beberapa macam yaitu: jenis standart, free potassium, low calsium dan lain-lain.

Bentuk bicarbonate ada yang powder, sehingga sebelum dipakai perlu dilarutkan dalam air murni/air

water treatment sebanyak 9,5 liter dan ada yang bentuk cair (siap pakai).

5.        Air Water Treatment

Air dalam tindakan hemodialis dipakai sebagai pencampur dialisat peka (diasol). Air ini dapat

berasal dari berbagai sumber, seperti air PAM dan air sumur yang harus dimurnikan dulu dengan

cara “water treatment” sehingga memenuhi standar AAMI (Association for the Advancement of

Medical Instrument). Jumlah air yang dibutuhkan untuk satu session hemodilaisis seorang pasien

adalah sekitar 120 liter.

E.           Proses Hemodialisa

Pada hemodialisa darah dikeluarkan dari tubuh penderita dan diedarkan dalam sebuah

mesin di luar tubuh, sehingga cara ini memerlukan jalan keluar-masuk aliran darah. Untuk itu dibuat

jalur buatan di antara pembuluh arteri dan vena atau disebut fistula arteriovenosa melalui

pembedahan. Lalu dengan selang darah dari fistula, darah dialirkan dan dipompa ke dalam mesin

dialisis. Untuk mencegah pembekuan darah selama proses pencucian, maka diberikan obat antibeku

yaitu Heparin.

Sebenarnya proses pencucian darah dilakukan oleh tabung di luar mesin yang bernama

dialiser. Di dalam dialiser, terjadi proses pencucian, mirip dengan yang berlangsung di dalam ginjal.

Pada dialiser terdapat 2 kompartemen serta sebuah selaput di tengahnya. Mesin digunakan sebagai

pencatat dan pengontrol aliran darah, suhu, dan tekanan.

Aliran darah masuk ke salah satu kompartemen dialiser. Pada kompartemen lainnya

dialirkan dialisat, yaitu suatu carian yang memiliki komposisi kimia menyerupai cairan tubuh normal.

Kedua kompartemen dipisahkan oleh selaput semipermeabel yang mencegah dialisat mengalir

secara berlawanan arah. Zat-zat sampah, zat racun, dan air yang ada dalam darah dapat berpindah

melalui selaput semipermeabel menuju dialisat. Itu karena, selama penyaringan darah, terjadi
peristiwa difusi dan ultrafiltrasi. Ukuran molekul sel-sel dan protein darah lebih besar dari zat

sampah dan racun, sehingga tidak ikut menembus selaput semipermeabel. Darah yang telah

tersaring menjadi bersih dan dikembalikan ke dalam tubuh penderita. Dialisat yang menjadi kotor

karena mengandung zat racun dan sampah, lalu dialirkan keluar ke penampungan dialisat.

Difusi adalah peristiwa berpindahnya suatu zat dalam campuran, dari bagian pekat ke bagian

yang lebih encer. Difusi dapat terjadi bila ada perbedaan kadar zat terlarut dalam darah dan dalam

dialisat. Dialisat berisi komponen seperti larutan garam dan glukosa yang dibutuhkan tubuh. Jika

tubuh kekurangan zat tersebut saat proses hemodialisa, maka difusi zat-zat tersebut akan terjadi

dari dialisat ke darah.

Ultrafiltrasi merupakan proses berpindahnya air dan zat terlarut karena perbedaan tekanan

hidrostatis dalam darah dan dialisat. Tekanan darah yang lebih tinggi dari dialisat memaksa air

melewati selaput semipermeabel. Air mempunyai molekul sangat kecil sehingga pergerakan air

melewati selaput diikuti juga oleh zat sampah dengan molekul kecil.

Kedua peristiwa tersebut terjadi secara bersamaan. Setelah proses penyaringan dalam

dialiser selesai, maka akan didapatkan darah yang bersih. Darah itu kemudian akan dialirkan kembali

ke dalam tubuh.

Rata-rata tiap orang memerlukan waktu 9 hingga 12 jam dalam seminggu untuk menyaring

seluruh darah dalam tubuh. Tabi biasanya akan dibagi menjadi tiga kali pertemuan selama seminggu,

jadi 3 - 5 jam tiap penyaringan. Tapi hal ini tergantung juga pada tingkat kerusakan ginjalnya.

F.           Alasan Dilakukan Hemodialisa

Hemodialisa dilakukan jika gagal ginjal menyebabkan:

1.      Kelainan fungsi otak ( ensefalopati uremik )

2.      Perikarditis ( peradangan kantong jantung )

3.      Asidosis ( peningkatan keasaman darah ) yang tidak memberikan respon

4.      terhadap pengobatan lainnya.


5.      Gagal jantung

6.      Hiperkalemia ( kadar kalium yang sangat tinggi dalam darah ).

G.          Komplikasi Hemodialisa

Komplikasi dalam pelaksanaan hemodialisa yang sering terjadi pada saat dilakukan terapi

adalah :

Komplikasi Penyebab

Demam Bakteri atau zat penyebab demam

(pirogen) di dalam darah

Dialisat terlalu panas

Reaksi anafilaksis yg berakibat fatal Alergi terhadap zat di dalam mesin

(anafilaksis)
Tekanan darah rendah

Tekanan darah rendah Terlalu banyak cairan yg dibuang

Gangguan irama jantung Kadar kalium & zat lainnya yg abnormal

dalam darah

Emboli udara Udara memasuki darah di dalam mesin

Perdarahan usus, otak, mata atau perut Penggunaan heparin di dalam mesin untuk

mencegah pembekuan

Menurut Tisher dan Wilcox (1997) serta Havens dan Terra (2005) selama tindakan

hemodialisa sering sekali ditemukan komplikasi yang terjadi, antara lain:

a.        Hipoksemia

Hipoksemia selama hemodialisa merupakan hal penting yang perlu dimonitor pada pasien

yang mengalami gangguan fungsi kardiopulmonar.

b.        Hipotensi
Terjadinya hipotensi dimungkinkan karena pemakaian dialisat asetat, rendahnya dialisat

natrium, penyakit jantung aterosklerotik, neuropati otonomik, dan kelebihan tambahan berat cairan.

c.         Pembekuan Darah

Pembekuan darah disebabkan karena dosis pemberian heparin yang tidak adekuat ataupun

kecepatan putaran darah yang lambat.

d.        Perdarahan

Uremia menyebabkan ganguan fungsi trombosit. Fungsi trombosit dapat dinilai dengan

mengukur waktu perdarahan. Penggunaan heparin selama hemodialisa juga merupakan faktor risiko

terjadinya perdarahan.

e.         Gangguan Pencernaan

Gangguan pencernaan yang sering terjadi adalah mual dan muntah yang disebabkan karena

hipoglikemia. Gangguan pencernaan sering disertai dengan sakit kepala. Infeksi atau peradangan

bisa terjadi pada akses vaskuler.

f.         Kram Otot

Kram otot pada umumnya terjadi pada separuh waktu berjalannya hemodialisa sampai

mendekati waktu berakhirnya hemodialisa. Kram otot seringkali terjadi pada ultrafiltrasi (penarikan

cairan) yang cepat dengan volume yang tinggi.

 g.        Sindrom Ketidakseimbangan Dialisa

Sindrom ketidakseimbangan dialisa dipercaya secara primer dapat diakibatkan dari osmol-

osmol lain dari otak dan bersihan urea yang kurang cepat dibandingkan dari darah, yang

mengakibatkan suatu gradien osmotik diantara kompartemen-kompartemen ini. Gradien osmotik ini

menyebabkan perpindahan air ke dalam otak yang menyebabkan oedem serebri. Sindrom ini tidak

lazim dan biasanya terjadi pada pasien yang menjalani hemodialisa pertama dengan azotemia berat.

h.        Gangguan Pencernaan
Gangguan pencernaan yang sering terjadi adalah mual dan muntah yang disebabkan karena

hipoglikemia. Gangguan pencernaan sering disertai dengan sakit kepala.

DAFTAR PUSTAKA

D.A Pratiwi, dkk.2006.Biologi untuk Kelas XI.Jakarta:Erlangga

Suwarno. 2009. BSE. Jakarta: PT Sunda kelapa pustaka.

Irman Soemantri.2008.Sistem Pencernaan Makanan.Jakarta:Salemba Medika.


https://asuhankeperawatankesehatan.blogspot.com/2016/09/makalah-cuci-darah.html?m=1
BAB II

PEMBAHASAN

A.    Definisi Hemodialisis

Hemodialisa berasal dari kata hemo=darah,dan dialisa=pemisahan atau filtrasi. Pada

prinsipnya hemodialisa menempatkan darah berdampingan dengan cairan dialisat atau pencuci yang

dipisahkan oleh suatu membran atau selaput semi permeabel. Membran ini dapat dilalui oleh air

dan zat tertentu atau zat sampah. Proses ini disebut dialysis yaitu proses berpindahnya air atau zat,

bahan melalui membran semi permeabel ( Pardede, 1996 ).

Terapi hemodialisa adalah suatu teknologi tinggi sebagai terapi pengganti untuk mengeluarkan sisa-

sisa metabolisme atau racun tertentu dari peredaran darah manusia seperti air, natrium, kalium,

hidrogen, urea, kreatinin, asam urat, dan zat-zat lain melalui membran semi permeabel sebagai

pemisah darah dan cairan dialisat pada ginjal buatan dimana terjadi proses difusi, osmosis dan ultra

filtrasi (Setyawan, 2001).

B.     Tujuan Hemodialisis

Hemodialisis bertujuan untuk mengambil zat-zat nitrogen yang toksik dari dalam darah dan

mengeluarkan air yang berlebihan, pada hemodialisis aliran darah yang penuh dengan toksik dan

limbah nitrogen dialihkan dari dalam tubuh ke dialiser tempat darah tersebut dibersihkan dan

kemudian dikembalikan ke dalam tubuh.

C.     Indikasi Hemodialisis

Pasien yang memerlukan hemodialisa adalah pasien GGK dan GGA apabila terdapat indikasi :

1.        Hiperkalemia ( K > 6 mEq/l)

2.        Asidosis

3.        Kadar ureum/kreatinin tinggi dalam darah

4.        Kelebihan cairan.

5.        Perikarditis dan konfusi yang berat.


6.        Hiperkalsemia dan hipertensi.

D.    Prinsip Hemodialisa

1.        Akses Vaskuler

Seluruh dialysis membutuhkan akses ke sirkulasi darah pasien. Kronik biasanya memiliki

akses permanent seperti fistula atau graf sementara. Akut memiliki akses temporer seperti vascoth.

2.        Membran semi permeable

Hal ini ditetapkan dengan dialyser actual dibutuhkan untuk mengadakan kontak diantara

darah dan dialisat sehingga dialysis dapat terjadi.

3.        Difusi

Dalam dialisat yang konvesional, prinsip mayor yang menyebabkan pemindahan zat terlarut

adalah difusi substansi. Berpindah dari area yang konsentrasi tinggi ke area dengan konsentrasi

rendah. Gradien konsentrasi tercipta antara darah dan dialisat yang menyebabkan pemindahan zat

pelarut yang diinginkan. Mencegah kehilangan zat yang dibutuhkan.

4.        Konveksi

Saat cairan dipindahkan selama hemodialisis, cairan yang dipindahkan akan mengambil

bersama dengan zat terlarut yang tercampur dalam cairan tersebut.

5.        Ultrafiltrasi

Proses dimana cairan dipindahkan saat dialysis dikenali sebagai ultrafiltrasi artinya adalah

pergerakan dari cairan akibat beberapa bentuk tekanan. Tiga tipe dari tekanan dapat terjadi pada

membrane :

1)              Tekanan positip merupakan tekanan hidrostatik yang terjadi akibat cairan dalam membrane. Pada

dialysis hal ini dipengaruhi oleh tekanan dialiser dan resisten vena terhadap darah yang mengalir

balik ke fistula tekanan positip “mendorong” cairan menyeberangi membrane.


2)              Tekanan negative merupakan tekanan yang dihasilkan dari luar membrane oleh pompa pada sisi

dialisat dari membrane tekanan negative “menarik” cairan keluar darah.

3)              Tekanan osmotic merupakan tekanan yang dihasilkan dalam larutan yang berhubungan dengan

konsentrasi zat terlarut dalam larutan tersebut. Larutan dengan kadar zat terlarut yang tinggi akan

menarik cairan dari larutan lain dengan konsentrasi yang rendah yang menyebabkan membrane

permeable terhadap air.

E.     Perangkat Hemodialisa

1. Perangkat khusus

a.       Mesin hemodialisa

b.      Ginjal buatan (dializer) yaitu : alat yang digunakan untuk mengeluarkan sisa metabolisme atau zat

toksin laindari dalam tubuh. Didalamnya terdapat 2 ruangan atau kompartemen :

1)      Kompartemen darah

2)      Kompartemen dialisat.

c.       Blood lines : selang yang mengalirkan darah dari tubuh ke dializer dan kembali ke tubuh.

Mempunyai 2 fungsi :

1)      Untuk mengeluarkan dan menampung cairan serta sisa-sisa metablolisme.

2)      Untuk mencegah kehilangan zat-zat vital dari tubuh selama dialysis.

2. Alat-alat kesehatan :

a.       Tempat tidur fungsional

b.      Timbangan BB

c.       Pengukur TB

d.      Stetoskop

e.       Termometer

f.       Peralatan EKG
g.      Set O2 lengkap

h.      Suction set

i.        Meja tindakan.

3. Obat-obatan dan cairan :

a.       Obat-obatan hemodialisa : heparin, frotamin, lidocain untuk anestesi.

b.      Cairan infuse : NaCl 0,9%, Dex 5% dan Dex 10%.

c.       Dialisat

d.      Desinfektan : alcohol 70%, Betadin, Sodium hypochlorite 5%

e.       Obat-obatan emergency.

F.      Pedoman Perawatan Hemodialisa

1. Persiapan sebelum hemodialisa

a.       Sambungkan selang air dari mesin hemodialisa.

b.      Kran air dibuka.

c.       Pastikan selang pembuka air dan mesin hemodialisis sudah masuk keluar atau saluran pembuangan.

d.      Sambungkan kabel mesin hemodialisis ke stop kontak.

e.       Hidupkan mesin.

f.       Pastikan mesin pada posisi rinse selama 20 menit.

g.      Matikan mesin hemodialisis.

h.      Masukkan selang dialisat ke dalam jaringan dialisat pekat.

i.        Sambungkan slang dialisat dengan konektor yang ada pada mesin hemodialisis.

j.        Hidupkan mesin dengan posisi normal (siap).

2. Menyiapkan sirkulasi darah


a.       Bukalah alat-alat dialisat dari setnya.

b.      Tempatkan dialiser pada holder (tempatnya) dan posisi ‘inset’ (tanda merah) diatas dan posisi

‘outset’ (tanda biru) dibawah.

c.       Hubungkan ujung merah dari ABL dengan ujung ‘inset’ dari dialiser.

d.      Hubungkan ujung biru dari UBL dengan ujung ‘outset’ adri dialiser dan tempatkan buble tap di

holder dengan posisi tengah.

e.       Set infuse ke botol NaCl 0,9%-500 cc.

f.       Hubungkan set infuse ke slang arteri.

g.      Bukalah klem NaCl 0,9%. Isi slang arteri sampai keujung selang lalu klem.

h.      Memutarkan letak dialiser dengan posisi ‘inset’ dibawah dan ‘ouset’ diatas, tujuannya agar dialiser

bebas dari udara.

i.        Tutup klem dari slang untuk tekanan arteri, vena, heparin.

j.        Buka klem dari infuse set ABL, UBL.

k.      Jalankan pompa darah dengan kecepatan mula-mula 100 ml/mnt, kemudian naikkan secara

bertahap sampai 200 ml/mnt.

l.        Isi buble tap dengan NaCl 0,9% sampai 3/4 cairan.

m.    Memberikan tekanan secara intermitten pada UBL untuk mengalirkan udara dari dalam dialiser,

dilakukan sampai dengan dialiser bebas udara (tekanan tidak lebih dari 200 mmHg).

n.      Melakukan pembilasan dan pencucian dengan NaCl 0,9% sebanyak 500 cc yang terdapat pada botol

(kalf). Sisanya ditampung pada gelas ukur.

o.      Ganti kalf NaCl 0,9% yang kosong dengan kalf NaCl 0,9% baru.

p.      Sambungkan ujung biru UBL dengan ujung merah ABL dengan menggunakan konektor.
q.      Menghidupkan pompa darah selama 10 menit. Untuk dialiser baru 15-20 menit, untuk dialiser reuse

dengan aliran 200-250 ml/mnt.

r.        Mengembalikan posisi dialiser ke posisi semula dimana ‘inset’ diatas dan ‘outset’ dibawah.

s.       Menghubungkan sirkulasi darah dengan sirkulasi dialisat selama 5-10 menit siap untuk dihubungkan

dengan pasien (soaking).

3. Persiapan pasien.

a.       Menimbang BB

b.      Mengatur posisi pasien.

c.       Observasi KU

d.      Observasi TTV

e.       Melakukan kamulasi/fungsi untuk menghubungkan sirkulasi, biasanya mempergunakan salah satu

jalan darah/blood akses seperti dibawah ini:

1)      Dengan interval A-V Shunt/fistula simino

2)      Dengan eksternal A-V Shunt/schungula.

3)      Tanpa 1-2 (vena pulmonalis).

G.    Komplikasi yang terjadi

1. Hipotensi

Penyebab : terlalu banyak darah dalam sirkulasi mesin, ultrafiltrasi berlebihan, obat-obatan anti

hipertensi.

2. Mual dan muntah

Penyebab : gangguan GI, ketakutan, reaksi obat, hipotensi.

3. Sakit kepala

Penyebab : tekanan darah tinggi, ketakutan.


4. Demam disertai menggigil

Penyebab : reaksi fibrogen, reaksi transfuse, kontaminasi bakteri pada sirkulasi darah.

5. Nyeri dada

Penyebab : minum obat jantung tidak teratur, program HD yang terlalu cepat.

6. Gatal-gatal

Penyebab : jadwal dialysis yang tidak teratur, sedang.sesudah transfuse kulit kering.

7. Perdarahan amino setelah dialysis

Penyebab : tempat tusukan membesar, masa pembekuan darah lama, dosis heparin berlebihan,

tekanan darah tinggi, penekanan, tekanan tidak tepat.

8. Kram otot

Penyebab : penarikan cairan dibawah BB standar. Penarikan cairan terlalu cepat (UFR meningkat)

cairan dialisat dengan Na rendah BB naik > 1kg. Posisi tidur berubah terlalu cepat.

H.    Interpretasi Hasil

Hasil dari tindakan dialysis harus diinterpretasikan dengan mengkaji jumlah cairan yang

dibuang dan koreksi gangguan elektrolit dan asam basa. Darah yang diambil segera setelah dialysis

dapat menunjukkan kadar elektrolit, nitrogen urea, dan kreatinin rendah palsu. Proses

penyeimbangan berlangsung terus menerus setelah dialysis, sejalan perpindahan zat dari dalam sel

ke plasma.
https://asuhankeperawatankesehatan.blogspot.com/2017/02/makalah-hemodialisa.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai