Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sekolah sebagai pendidikan formal bertujuan membentuk manusia yang
berkepribadian, dalam mengembangkan intelektual peserta didik dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa. Kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan
perannya sangat penting untuk membantu guru dan muridnya. Didalam
kepemimpinnya kepala harus dapat memahami, mengatasi dan memperbaiki
kekurangan-kekurangan yang terjadi di lingkungan sekolah.
Sebagai pemimpin, apalagi kepemimpinan dalam pendidikan memiliki
arti secara comprehensive yaitu pemimipin adalah pribadi yang memiliki
kecakapan khusus, memilki keterampilan dalam memengaruhi, mendorong,
membimbing, mengarahkan dan mengarahkan orang lain yang ada
berhubungannya dengan pelaksanaan dan pengembangan pendidikan dan
pengajaran ataupun pelatihan agar segenap kegiatan dapat berjalan secara eektif
dan efisien yang pada gilirannya akan mencapai tujuan pendidikan dan pengajaran
yang telah ditetapkan.
Oleh karena itu, segala penyelenggaraan pendidikan akan mengarah
kepada usaha meningkatkan mutu pendidikan yang sangat dipengaruhi oleh guru
dalam melaksanakan tugasnya secara operasional. Untuk itu kepala sekolah harus
melakukan supervisi sekolah yang memungkinkan kegiatan operasional itu
berlangsung dengan baik.
Dalam kepemimpinan pendidikan juga dibutuhkan bentuk-bentuk
kepemimpinan yang kiranya bisa mengetahui secara pasti dari berbagai segi yang
tujuannya untuk pendidikan sekolah jika menbutuhkan pemimpin yang berkualitas
sesuai yang diinginkan.

1.2  Rumusan Masalah
a. Apa konsep dasar kepemimpinan?
b. Apa saja studi kepemimpinan?

1
c. Apa saja pendekatan teori kepemimpinan pendidikan?
d. Apa saja ruang lingkup kepemimpinan pendidikan?

1.3  Tujuan Penulisan Makalah


a. Untuk mengetahui konsep dasar kepemimpinan.
b. Untuk mengetahui apa saja studi kepemimpinan.
c. Untuk mengetahui apa saja pendekatan teori kepemimpinan.
d. Untuk mengetahui apa saja ruang lingkup kepemimpinan pendidikan.

1.4  Manfaat Penulisan Makalah

Dalam hal ini, terdapat dua manfaat yang dapat diambil. Pertama, dapat
meningkatkan wawasan keilmuan sesuai dengan disiplin ilmu. Kedua, sebagai
masukan bagi sekolah khususnya kepala sekolah dan sebagai upaya peningkatan
kualitas pendidikan di sekolah tersebut.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Konsep Dasar Kepemimpinan


Kepemimpinan sebagai istilah umum mungkin dapat dirumuskan
sebagai proses memengaruhi kegiatan seseorang atau kelompok dalam
usaha-usaha kearah pencapaian tujuan dalam situasi tertentu. Definisi
kepemimpinan ini membawa kepada kesimpulan bahwa proses
kepemimpinan itu ialah suatu fungsi dari pemimpin, pengikut, dan
variabel-variabel situasi lain. (Oteng Sutisna, 1989:31).
Definisi kepemimpinan menurut stogdill (Husaini Usman,
2009:279) ialah:

1. Fokus dariproses kelompok

2. Penerimaan kepribadian seseorang

3. Seni memengaruhi perilaku

4. Alat untuk memengaruhi perilaku

5. Suatu tindakan perilaku

6. Bentuk dari ajakan (persuasif)

7. Bentuk dari relasi yang kuat

8. Alat untuk mencapai tujuan

9. Akibat dari interaksi

10. Peranan diferensial

11. Pembuat struktur.

Kepemimpinan berasal dari kata pemimpin, sedangkan pemimpin


merupakan bagian dari lambang identitas sebuah organisasi, tanpa adanya
pemimpin tidak akanada sebuah organisasi yang jelas, bahkan bisa

3
dikatakan tidak ada organisi, tentunya organisasi yang terbaik memiliki
pemimpin yang terbaik dengan berdasarkan pada nilai-nilai moral, nilai-
nilai budaya, keteladanan yang sesuai aturan, kesepakatan, kepemimpinan,
gaya kepemimpinan yang diharapkan, pendekatan kepemimpinan yang
ideal, dan berdasarkan perilaku kepemimpinan.
Pada hakikatnya setiap manusia merupakan pemimpin bagi dirinya,
pemimpin bagi keluarganya, pemimpin bagi masyarakatnya, pemimpin
bagi bangsa dan negaranya hanya saja perlu ada kesadaran diri untuk
menginternalisasikan dan mengaktualisasikan diri didalam hidup dan
kehidupannya, sehingga ada nilai-nilai manfaat bagi dirinya dan orang
yang ada disekitarnya, karena sebaik-baiknya manusia yang bermanfaat
bagi orang lain.
Dalam memperoleh kepemimpinan sebuah komunitas/kelompok
ada yang dilakukan dengan cara-cara yang tidak jujur, seperti cerita
sejarah Ken Arok yang menjadi raja. Namun, bagaimana seorang Nabi
Muhammad Saw, dapat menjadi pemimpin dengan nilai-nilai luhur
ketuhanan dan terdapat keteladanan yang menjadi panutan umat manusia
dizamanya sampai akhir zaman, sebagaimana Allah berfirman dalam surah
Al-Ahzab (QS. 33:21).
Pemimpin memiliki beberapa gambaran untuk beberapa definidi
yang dianggap cukup ideal dalam kepemimpinan adalah sebagai berikut:

1. Kepemimpinan adalah pembentukan awal serta pemeliharaan struktur


dalam harapan dan interaksi.

2. Kepemimpinan adalah pengaruh antar pribadi yang dijalankan dalam


suatu situasi tertentu, serta diarahkan melalui proses komunikasi ke
arah pencapaian satu atau beberapa tujuan tertentu.

3. Kepemimpinan adalah peningkatan pengaruh sedikit demi sedikit,


pada dan berada diatas kepatuhan mekanis terhadap pengarahan-
pengarahan rutin organisasi.

4
4. Kepemimpinan adalah proses memengaruhi aktivitas-aktivitas sebuah
kelompok yang diorganisasi kearah pencapaian tujuan.

5. Kepemimpinan adalah perilaku dari seorang individu yang memimpin


aktivitas-aktivitas suatu kelompok ke suatu tujuan yang ingin dicapai
bersama.

6. Kepemimpinan adalah sebuah proses memberikan arti(pengarahan


yang berarti terhadap suatu kolektif, dan yang mengakibatkan
kesedihan untuk melakukan usaha yang diinginkan untuk mencapai
sasaran.
Sehingga para pemimpin adalah mereka yang secara konsisten
memberikan kontribusi yang efektif terhadap orde sosial, serta yang
diharapkan dan dipersepsikan melakukannya.
Sebagaimana yang diungkapkan oleh Wayne K. Hoy dan Cecil G.
Miskel (2008:417) “leadership is a social influence process that is
comprised of both rational and emotional elements”
Kepemimpinan merupakan proses yang mempengaruhi sosial
kemasyarakatan yang meliputi dua aspek, yaitu aspek rasional dan elemen
emosional. Sehingga dngan kedua aspekini dapatlah dipahami bahwa
kepemimpinan memerlukan tugas seorang pemimpin dan hubungan antara
pemimpin dengan bawahannya. Aspek rasional memerlukan perilaku logis
dalam bertindak dan berbuat, sedangkan aspek elemen emosional
memerlukan kedekatan hubungan sehingga dengan keputusan dan
pelaksanaan perilaku dan tindakannya mendapatkan support dari
bawahannya sehingga tujuan organisasi tercapai dengan baik sesuai
dengan harapan-harapan semua elemen.
Oleh karena itu, untuk dapat menggerakkan beberapa orang
pelaksana,seorang pemimpin harus memiliki kelebihan dibandingkan
orang yang dipimpinnya misalnya kelebihan dalam menggunakan
pikirannya,rohaniah,dan badaniah.Supaya seorang pemimpin bisa
menggunakan kelebihannya,seorang pemimpin difasilitasi dengan tugas
dan wewenang.Tugas berarti kewajiban untuk melaksanakan dan

5
wewenang adalah hak untuk bertindak.Wewenang seorang pemimpin
adalah untuk menggerakkan orang agar dapat menjalankan tugas yang
diperintahkan.

2.2 Studi Kepemimpinan

Konsep kepemimpinan memiliki dua orientasi yang berorientasi pada


tugas dan berorientasi pada pembinaan pada bawahan atau hubungan dengan
bawahan mendapatkan dukungan dari beberapa studi kepemimpinan
berdasarkan studi awal yang dilakukan oleh Survey Research Centreof
University Michigan yaitu :

2.2.1 Studi kepemimpinan Michigan

Dalam studi ini berorientasi kepada aspek yang dapat di


identifikasikan, yaitu : (1). Orientasi pegawai, para pemimpin yng
berorientasi pada egawai menekankan aspek dari hubungan mereka. Para
pemimpin merasa bahwa setiap pegawai adalah penting dan menaruh
perhatian terhadap setiap orang dan menerima individualitas dan
kebutuhan pribadi mereka. (2). Orientasi produksi, para pemimpin
menekankan pada hasil dan aspek-aspek teknis pekerjaan para pegawai
dipandang sebagai alat untuk mencapai tujuan organisasi (Paul Hersey dan
Kenneth Blanchard, 1982:103).

Kedua aspek ini sangat berkaitan karena dengan membangun


hubungan baik dan motivasi kerja dalam proses-proses pekerjaannya.
Sehingga produk yang dihasilkan dapat memuaskan pelanggan dan sesuai
dengan spesifikasi standar dalm pembuatan produknya. Hal lain yang
penting adalah kepuasan karyawan tidak secara langsung berhubungan
dengan produktivitas penyelia yang dekat dengan khalayak dan terpusat
bagi karyawan menjadi standar untuk membuka pada kepemimpinan
terhadap hubungan natar manusia (Fred Luthans,2006:641)

2.2.2 Studi dinamika kelompok/Studi kepemimpinan lowa

6
Dalam studi ini berorientasi kepada aspek yang dapat diikhtisarkan:

(1). Pencapaian tujuan khusus kelompok, hal ini dapat dicontohkan :


menajer mengawali tindakan, mengusahakan agar anggota tetap
memusatkan peratian pada tujuan, menejelaskan isu dan menyusun
rencana prosedur.

(2). Pemeliharaan atau penguatan kelompok itu sendiri, dpat dicontohkan :


manajer berusaha membina hubugan antar pribadi yang menyenangkan,
menengahi prtikaian dan meningkatkan saling ketergantungan diantara
anggota (Paul Hersey dan Kenneth Blanchard, 1982:104).

Studi ini membentuk klub dan stiap klub memilii tiga gaya
kepemimpinan yang berbeda:

(1). Otoriter, pemimpin ini sangat suka memerintah dan tidak mengizinkan
partisipasi, tetapi pencoba bersikap rama atau inpersonal dari pada bersipat
kejam dan secara terang-terangan.

(2). Demokratis, pemimpin ini mendukung diskusi kelompo dan


pengambilan keputusan, pemimpin ini mencoba objektif dalam member
pujian atau kritik dan memiliki semangat untuk menjadi satu dengan
kelompok.

(3). Laissez fair,pemimipin Laissez fair, member kebebasan penuh pada


kelompok dan pemimpin ini tidak memiliki sikap karena pemimpin seperti
ini acuh tak acuh tidak peduli dengan tugas dan hubungan dengan
bawahan-bawahnnya (Fred Luthans,2006:639).

2.2.3 Studi kepemimpinan universitas ohio

Studi ini pertama kali menekankan pentingnya tugas dan dimensi


hubungan manusia. Yaitu : Struktur konsiderasi (pertimbangan) dan
struktur inisiasi yang serupa dengan fungsi komandan militer dalam suatu
misi dan memerhatikan kesejahteraan tentaranya. Pendekatakan dua
dimensi ini mengurangi jurang antara gerakan manajemen iliah yang

7
menekan orientasi tugas dan hubungan antar manusia yang popular pada
saat ini. Studi ini dimulai dengan premis tidak ada definisi kepuasan
terhadap kepemimpinan. Bahkan mereka juga menyatakan bahwa
kepemimpinan adalah sinonim dari kepemimpinan yang baik, tampa
melihat definisi atau efektifitas dan ketidak efektifannya (Fred
Luthans,2006:640).

Studi ini lebih modern dibandingan dengan Michgan dan dinamika


kelompok. Studi kepemimpinan Universtas Ohio memberikan konsep
kepemimpinan dalam dua dimensi :

(1). Struktur inisiasi, yang mengacu kepada prilaku pemimpin dalam


menggambarkan hubungan antara dirinya sendiri dengan anggota
kelompok kerja dan dalam upaya membentuk pola organiasi, saluran
komunikasi dan metode.

(2). Struktur konsiderasi, yang mengacu pada prilakunyang menunjukan


kepada persahabatan, kepercayaan, timbal balik dan rasa hormat antara
pemimpin dan anggota staf nya (Paul Hersey dan Kenneth Blanchard,
1982:105).

Contoh-contoh aplikatif dalam dua dimensi

Tabel 4.1

konsiderasi Struktur inisiasi


●Pemimpin menyediakan waktu untuk ● Pemimpinin menugaskan tugas
menyimak anggota kelompok tertentu kepada anggota kelompok
●Pemimin mau mengadakan perubahan ● pemimpin meminta anggota
kelompok untuk mematuhi tata tertin an
standar-standar peraturan
●Pemimpin bersikap bersahabat dan ●Pemimpin memeberitahu kelompok
dapat didekati tentang hal-hal yang diharapkan dari
mereka

8
Bahkan dalam studi kepemimpinan Universitas Ohio dapat dibentuk kedalam
empat kuadrat yang menunjukan variasi kombinasi struktur inisiasi (prilaku tugas)
dan konsiderasi(perilaku hubungan). Sehingga dapatlah dipahami tinggi
rendahnya struktur inisaisi dan konsiderasi.

Konsep kepemimpinan yang dikemukakan oleh Robert R. Blake dan Jane


S. Mouton (Paul Hersey dan Kenneth Blanchard, 1982) memeperjelas studi
kepemimpinan Michigan, studi kepemimpinan dinamika kelompok, dan studi
kepemimpinan Universitas Ohio, yang terkenal dengan Managerial Grid (Gradi
Manajemen) yang membentuk empat kuadrat namun mempertegas konsep konsep
sebelumnya. Menampilkan lima gaya kepemimpinan yang dapat di uraikan
sebagai berikut:

a. Tandus, upaya minimum untuk menyelesaikan pekerjaan yang diperlukan


untuk menyelesaikan pekerjaan yang diperlukan sudah cukup untuk
memepertahankan keanggitaan dalam organisasi.
b. Perkumpulan, perhatian mendalam terhadap kebutuhan orang-orang untuk
memuasan hubungan mengarah pada suasana organisasi yang bershabat
dan tempo kerja yang menyenangkan.
c. Tugas, efisiensi operasi dihasilkan dari pengaturan kondisi kerja
sedemikan rupa sehingga unsure-unsur manusi hanya tercakup dalam
kadar minuman.
d. Jalan tengah, prestasi organisasi yang cukup dimungkinkan melalui
penyeimbangan keharusan penyelesaian pekerjaan pada saat yang sama
memepetahankan moral orang-orang pada level memuaskan.
e. Tim, penyelesaian kerja dari orang-orang yang merasa terikat
(kommitted), saling ketergantungan melalui pancang yang sama terhadap
tujuan organisasi mengarah pada ubungan yang berdasarkan saling
percaya dan hormat.

2.3 Pendekatan Teori Kepemimpinan Pendidikan

Dalam pendekatan kepemimpinan ini terdapat beberapa pendekatan/teori


kepemimpinan, yaitu:

9
2.3.1 Traits Approach (Pendekatan Sifat Kepemimpinan)
Pendekatan ini berdasarkan pada sifat seseorang yang dilakukan dengan
cara: (1) membandingkan sifat yang timbul sebagai pemimpin dan bukan
sebagai pemimpin, (2) membandingkan sifat pemimpin yang efektif dengan
pemimpin yang bukan efektif. Keberhasilan seorang pemimpin ditentukan
oleh sifat-sifat atau watak, kualitas pribadi yang dimiliki oleh seorang
pemimpin, kualitas pribadi tersebut biasanya memiliki sifat cerdas, bijak,
semangat, tanggung jawab, dan dapat dipercaya.
Ada banyak pengembangan dari teori trait ini, diantaranya adalah
kecakapan kepemimpinan, kecakapan kepemimpinan ini mencakup
beberapa kecakapan, seperti pendapatnya Katz: kecakapan teknis,
kecakapan konseptual, kecakapan manusia yang dibutuhkan dalam
manajemen yang efektif, begitu juga Yuki yang berpendapat bahwa
kecakapan ini mencakup kreativitas, mengorganisasi, persuasive,
diplomasi, kebijaksanaan pengetahuan terhadap tugas, dan kemampuan
berbicara dengan baik.
Dalam hal ini berkaitan erat dengan studi kompetensi pemimpin Fred
Luthans (2006: 644) yang mencakup hal-hal berikut ini.
a. Dorongan atau motivasi sesungguhnya untuk mencapai tujuan.
b. Motivasi kepemimpinan yang digunakan sebagai kekuatan sosial
untuk memengaruhi orang lain agar meraih keberhasilan.
c. Integritas, termasuk kejujuran dan kemauan untuk melakukan
sesuatu.
d. Kepercayaan diri yang membuat orang lain merasa percaya diri.
e. Inteligensi, biasanya berfokus pada kemampuan pada kemampuan
untuk memproses informasi, menganalisis alternative, dan mencari
kesempatan.
f. Pengetahuan mengenai bisnis sehingga ide yang muncul akan
membuat perusahaan mampu bertahan dan berkembang pesat.
g. Kecerdasan emosi berdasarkan kepribadian untuk memantau diri
sendiri.

10
Dengan begitu bahwa kepemimpinan mencakup kepada karakteristik
fisik (tinggi, berat), bangunan faktor-faktor kepribadian, keinginan-
keinginan, nilai-nilai, energy dan tingkat aktivitas, tugas dan kompetensi
hubungan, kecerdasan, dan mempunyai karisma kepemimpinan.

2.3.2 Behavior Approach (Pendekatan Perilaku Kepemimpinan)


Pada tahun 1938 Lewin, Lippit, dan White, penelitian tersebut tentang
kepemimpinan dan kelompok hidup yang diproduksi/dihasilkan dari
pegawainya dengan menggunakan tiga gaya, yaitu: (1) autocratic, (2)
democratic, dan (3) laissez faire.
Pemipin autocratic merupakan pemimpin yang langsung berada pada
tangan individu pemimpin dalam membuat keputusan dan kekuasaan.
Pemimpin laissez faire merupkan pemimpin yang menyerahkan
sepenuhnya dalam membuat keputusan kekuasaan kepada kelompok.
Sedangkan pemimpin democratic merupakan gaya kepemimpinan yang
ideal daripada gaya kepemimpinan autocratic or laissez faire.
Bahkan dalam gaya kepemimpinan ada gaya kepemimpinan pseudo
demokrasi adalah demokrasi semu, artinya bahwa seorang pemimpin
mempunyai sifat pseudo demokrasi hanya menampakka sikapnya saja yang
demokratis, di balik kata-katanya yang penuh tanggung jawab ada siasat
yang sebenarnya merupakan tindakan absolut. Pemimpin pseudo demokrasi
penuh dengan manipulasi sehingga pendapatnya sendiri yang harus
disetujui (Hendyat Soetoepo, 2012: 2016).

Dua kerangka kepemimpinan di atas baik pendekatan trait (sifat) atau


behavior (perilaku) sebagaimana Jago (1982) telah mengambangkan
kerangka perspektif kepemimpinan yang terdiri atas dua dimensi, yaitu: (1)
fokus, artinya kepemimpinan sebagai seperangkat sifat-sifat dan sebagai
seperangkat perilaku yang esensinya kepemimpinan yang efektif atau tidak
efektif tergantung sifat-sifat yang dimiliki pemimpin sejak lahir, dan (2)
pendekatan, dimana pendekatan memiliki dua hal, yaitu: (a) universal dan
(b) kontingensi.

11
2.3.3 Contingency Theory (Teori Kepemimpinan Kontingensi)
Kontingensi kalau diartikan secara bahasa berarti teori kemungkinan
atau sering disebut juga dengan teori situasi, dalam teori ini terdapat empat
komponen konsep yang harus diperhatikan sesuai dengan pendapatnya
Wayne K. Hoy dan Cecil G. Miskel (2008: 432-433), yaitu: sifat-sifat
pemimpin, karakteristik situasi, perilaku pemimpin dan efektivitas
pemimpin.
Konsep di atas dapat digambarkan sebagaiman yang dikemukakan Hoy
dan Cecil tersebut dengan gambarnya sebagai berikut.

Traits and
Skills of
Leaders

Leader Effectivenes
Behavior s
Characteristic
of the
Situation

Gambar di atas dapat dijelaskan dengan lebih rinci sebagai berikut:


sifat-sifat dan ketrampilan-keterampilan pemimpin dan karakteristik
situasional menghasilkan produk perilaku kepemimpinan dan efektivitas
kepemimpinan, sedangkan faktor-faktor situasional secara langsung
berdampak kepada efektivitas kepemimpinan.
Fiedler mengembangkan apa yang disebutnya model kontingensi dari
kepemimpinan efektif, model ini menghubungkan antara gaya
kepemimpinan dengan situasi yang menguntungkan, situasi yang
menguntungkan dideskripsikan oleh Fiedler sebagai tiga dimensi empiris.
Fred Luthans (2006: 647) menyatakan:
a. Hubungan pemimpin anggota.
b. Tingkat struktur tugas.

12
c. Kekuasaan posisi pemimpin dicapai melalui otoritas formal
Situasi akan member dukungan pada pemimpin jika ketiga dimensi ini
tinggi. Dengan kata lain, jika pemimpinnya diterima dan dihormati
pengikutnya (dimensi tinggi pertama) jika tugas sangat terstruktur dan
semuanya dijelaskan secara gambling (dimensi kedua tertinggi) dan jika
otoritas dan wewenang secara formal dihubungkan dengan posisi pemimpin
(dimensi ketiga tertinggi) maka situasinya akan menyenangkan, dan
sebaliknya.

Kepemimpinan situsional didasarkan atas hubungan antara (1) kadar


bimbingan dan arahan yang diberikan pimpinan, (2) kadar dukungan
sosioemosional yang disediakan pemimpin, (3) level kesiapan yang
diperlihatkan dalam pelaksanaan tugas, fungsi, atau tujuan tertentu.

2.3.4 Path-Goal Theory (Teori Kepemimpinan Path-Goal)


Teori ini dikembangkan untuk menjelaskan cara bahwa para pemimpin
mendorong dan mendukung bawahan-bawahan mereka dalam mencapai
tujuan-tujuan. Pendekatan/teori ini tergantung pada situasi termasuk
kemampuan bawahan dan motivasi bawahan meskipun sulit ketika
menghadapi pekerjaan mereka dan faktor-faktor kontekstual yang lain.
House dan Mitchell (Richard Gortonet al, 2007: 10) menyatakan bahwa
kepemimpinan memiliki empat gaya, yaitu:
a. Supportive leadership (dukungan kepemimpinan, dalam konsep ini
bahwa pemimpin memerhatikan kebutuhan bawahan yang
ditampilkan dengan memperdulikan kesejahteraan mereka dan
menciptakan lingkungan kerja yang bersahabat.
b. Directive leadership (kepemimpinan direktif/langsung) atau juga
pemimpin yang lengsung member perintah kepada bawahannya.
c. Participate leadership (kepemimpinan partisipasi), bahwa
pemimpin mengkonsultasikan dengan bawahan dan ide-ide mereka
untuk dijadikan sebagai perhitungan ketika membuat keputusan dan
mengambil tindakan-tindakan penting/utama.

13
d. Achievement-oriented leadership (orientasi tujuan kepemimpinan)
atau juga disebut dengan berorientasi prestasi. Bahwa pemimpin
mensetting tantangan-tantangan tujuan organisasi baik di dalam
pekerjaan maupun di dalam perbaikan diri.
Berdasarkan pendekatan/teori di atas terdapat dua komponen utama,
yaitu: subordinate characteristic dan task characteristic yang memengaruhi
perilaku leader atau memberikan dampak terhadap jenis perilaku leader
terhadap bawahan dan tugas.

2.3.5 Transformational Theory (Teori Kepemimpinan


Transformasional)
Kepemimpinan transformasi adalah sebuah ekspansi dari
kepemimpinan transaksional yang bergerak keluar dengan berpindah secara
sederhana dan dengan persetujuan. Kepemimpinan transformasi adalah
proaktif dalam meningkatkan level kesadaran karyawan untuk melakukan
keinginan inspirasi secara kolektif, dan membantu karyawan dalam
mencapai hasil yang tidak biasa dengan performance outcome yang tinggi.
Teori ini menempatkan pada empat transformasi kepemimpinan:
a. Idealized Influence. Konsep ini pemimpin membangun kepercayaan
dan penghormatan kepada karyawan, menyediakan dasar
penerimaan dan dasar perubahan dengan cara-cara individu
organisasi dalam bekerja.
b. Inspirational Motivation. Konsep ini pemimpin memahami akan
perubahan harapan dari anggota kelompok agar percaya bahwa
masalah-masalah organisasi dapat dipecahkan.
c. Intellectual Stimulation. Konsep ini pemimpin menstimulasi
bawahan/karyawan untuk barinovasi dan berkreatif dengan konsep
mempertanyakan asumsi-asumsi lama, tradisi, dan kepercayaan,
kerangka masalah-masalah lama, dan pendekatan situasi lama di
dalam cara-cara baru.
d. Individualized Consideration. Konsep ini berarti bahwa pemimpin
memerhatikan secara khusus bahwa tiap-tiap individu ingin
meningkat dan berkembang.

14
Kepemimpinan transformasional ini dikomposisikan ke dalam tiga
elemen pokok berikut ini: (1) suatu kolaborasi, mengambil bagian dalam
pendekatan membuat keputusan, (2) suatu penekanan pada profesionalisme
guru dan pemberdayaan profesionalisme guru, dan (3) suatu pemahaman
perubahan, termasuk bagaimana mendorong perubahan ke arah yang
lainnya.

Bass dan Avolio (Fred Luthans, 2006: 653-654) menyatakan bahwa


pemimpin transformasional yang efektif memiliki karakter sebagai berikut:

a. Mereka mengidentifikasi dirinya sebagai alat perubahan.


b. Mereka berani.
c. Mereka mempercayai orang lain.
d. Mereka motor penggerak niali.
e. Mereka pembelajar sepanjang masa.
f. Mereka memiliki kemampuan untuk menghadapi kompleksitas,
ambiguitas, dan ketidakpastian.
g. Mereka visioner.

2.4 Ruang Lingkup Kepemimpinan Pendidikan


Menurut Stepen J.Knezevich dilihat dari karekteristik
kepemimpinan, kepemimpinan terbagi menjadi tiga, yaitu:

1.) Kepemimpinan simbolik (Karena ciri karakteristik individu seorang


pemimpin yaitu ramah, jujur, bersemangat, kreatif, tabah, bijaksana,
cerdas, humoris, lemah lembut dan seterusnya. Dan ditinjau dari bentuk
tubuh seprang pemimpin),

2.) Kepemimpinan formal (Karena dilihat dari posisi, gelar, jabatan,


puncak hierarki, dan kuasa),

3.) Kepemimpinan fungsional (Karena peranan, fungsi dan kemanfaatan


pemimpin bagi kelompok).

15
Kepala sekolah mempunyai tiga misi utama sebagai pemimpin
pendidikan yaitu:

1. Penembangan kemampuan professional dalam kepemimpinan


pendidikan,
2. Pengembangan kemampuan personal dalam kepemimpinan
pendidikan,
a. Pengembangan kemampuan sosial dalam kepemimpinan
pendidikan.

Menurud FredLuthans pemimpin pendidikan diharapkan memiliki


5 keterampilan kepemimpinan sebagai berikut:

1. Fleksibelitas budaya,para pemimpin pendidikan harus memiliki


keterampilan baik untuk mengenali,mengamati dan mengelola nilai
perbedaaan dalam organisasi

2. Keterampilan komunikasi,pemimpin pendidikan harus mampu


berkomunikasi dalam bentuk lisan maupun tulisan.

3. Keterampilan Human Resourse Development(HRD),pemimpin


pendidikan harus memiliki keterampilan pengembangan sumber daya
manusia.

4. Kreativitas,pemimpin pendidikan harus memiliki keterampilan tidak


hanya kreatif,tetapi juga bisa mendorong kreativitas anggota organisasi.

5. Manajemen pribadi dari pembelajaran,artinya pemimpin pendidikan


perlu mempelajari pengetahuan dan keterampilan baru dan menjadi
pembelajar yang mandiri sehingga selalu mengalami peningkatan secara
kognitif,afektif, dan psikomotor.

Menurut Husaini Usman kepala sekolah harus melakukan hal-hal


berikut,yaitu:

1.) Menjabarkan misi ke dalam target mutu,

16
2.) Merumuskan tujuan dan target mutu yang akan dicapai,

3.) Menganalisis tantangan,peluang,kekuatan,kelemahan sekolah,

4.) Membuat rencana kerja strategis,

5.) Bertanggung jawab dalam membuat keputusan anggaran sekolah,

6.) Melibatkan guru,komite,dalam pengambilan keputusan penting


sekolah, dan sekolah swasta harus melibatkan yayasan sebagai
penyelenggara sekolah,

7.) Berkomunikasi untuk menciptakan dukungan intensif dari orangtua


peserta didik dan masyarakat,

8.) Menjaga dan meningkatkan motivasi kerja pendidik dan tan tenaga
kependidikan ,

9.) Menciptakan lingkungan pembelajaran bagi peserta didik,

10.) Bertanggung jawab atas perencanaan partisipatif,

11.) Melaksanakan dan merumuskan program supervise,serta


memanfaatkan hasil supervise untuk meningkatkan kinerja sekolah,

12.) Meningkatkan mutu pendidikan,

13.) Memberi teladan dan menjaga nama baik lembaga, profesi,dan


kedudukan sesuai dengan kepercayaan yang diberikan kepadanya,

14.) Memfasilitasi pengembangan,penyebarluasan dan pelaksanaan visi


pembelajaran yang dikomunikasikan dengan baik dan didukung oleh
komunitas sekolah,

15.) Membantu,membina,dan mempertahankan lingkunan sekolah dan


program pembelajaran kondusif bagi proses belajar peserta didik dan
pertumbuhan professional para guru dan tenaga kependidikan,

16.) Menjamin manajemen organisasi dan pengoperasian sumber daya


sekolah,

17
17.) Menjalin kerja sama dengan orang tua peserta didik dan
masyarakat,komite sekolah,

18.) Memberi keteladanan yang bertanggung jawab.

Berdasarkan konsep di atas terdapat 4 dimensi utama dalam


kepemimpinan pendidikan,yaitu:

1. Inquiry, yaitu pemimpin pendidikan memiliki kemampuan dalam


mengamati,meneliti,atau penelitian ilmiah dalam konteks organisasi
sekolah dan pembelajaran,seorang pemimpin pendidikan perlu
memiliki kemampuan dalam melakukan penelitian pendidikan dan
pembelajaran.
2. Communication and Human Relation,yaitu pemimpin pendidikan
memiliki kemampuan berkomunikasi dengan baik dan kemampuan
membangun hubungan dengan manusia baik secara internal maupun
eksternal,legitimate atau illegitimate,dan formal ataupun nonformal
3. Analysis and Planning, yaitu kemampuan pemimpin pendidikan dalam
menganalisis masalah berdasarkan data-data yang ada baik secara
empiric dan normative
4. Decision Making,yaitu kemampuan pemimpin pendidikan dalam
membuat keputusan yang tepat baik dari data-data maupun laporan
hasil penilaian

Selain keempat fakror diatas, terdapat 6 faktor yang menentukan


efektivitas kepemimpinan,yaitu:

1. Philosophy, yaitu pemimpin pendidikan memiliki keyakinan yang kuat


dalam memimpin organisasi pendidikan.
2. Human Relation,yaitu pemimpin pendidikan memiliki kemampuan
untuk membangun hubungan baik secara impersonal(ramah) dengan
komponen pendukung pendidikan baik dari internal maupun eksternal
organisasi.
3. Resourses, yaitu pemimpin pendidikan memiliki kemampuan untuk
menggali potensi yang ada baik yang dimilii oleh guru,siswa,orangtua

18
siswa,ataupun stakeholder yang lain sebagai kekuatan organisasi
pendidikan.

4. Planning, yaitu pemimpin pendidikan memiliki kemampuan untuk


merencanakan program kegiatan agar tindakan pelaksanaan kegiatan
berjalan secara teratur dan terkontrol dengan baik.

5. Policy, yaitu pemimpin pendidikan memiliki kemampuan dalam


melakukan langkah-langkah sesuai dengan kebijakan yang sudah
disepakati bersama.

6. Change, yaitu pemimpin pendidikan memiliki kemampuan untuk


menghadapi perubahan.

Seorang pemimpin membawa sebuah organisasi yang diibaratkan


sebuah pohon yang berbuah, dimana dalam pohon tersebut ada akar,
batang, ranting, daun, dan buah. Mereka bekerja dengan penuh tanggung
jawab dan satu kesatuan yang integral supaya menghasilkan buah yang
maksimal,hanya saja semua orang melupakan akar dari sebuah pohon yang
berbuah sebagai pondasi dalam menghasilkan buah tersebut,akarpun tidak
bisa bekerja tanpa batang,karena batang pohon menyalurkan zat-zat yang
membuat tumbuhnya dedaunan dan dari hijau daun tersebut menghasilkan
buah. Artinya bahwa seorang pemimpin harus membawa organisasinya
dengan baik agar bekerja secara atu kesatuan yang utuh supaya
menghasilkan produk yang diinginkan.

Sungguh ironis ketika seorang pemimpin yang harus dipuja-puja dan


dihormati rakyatnya,pemimpin menjadi seperti berhala.Sebaiknya
pemimpin harus melihat,mendengar,berkata,dan bergerak untuk setiap
jeritan rakyatnya,terutama pemimpin pendidikan karena merupakan
penggerak dalam mencerdaskan kehidupan bangsa.

19
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas maka dapat disimpulkan beberapa
poin utama mengenai kepemimpinan kepala sekolah sebagai seorang
supervisor, yaitu:
1. Seorang pemimpin harus memiliki kelebihan dibandingkan orang yang
dipimpinnya misalnya kelebihan dalam menggunakan pikirannya,
rohaniah, dan badaniah. Supaya seorang pemimpin bisa menggunakan
kelebihannya, seorang pemimpin difasilitasi dengan tugas dan
wewenang.
2. Ada tiga studi pendidikan pada kepemimpinan pendidikan, yakni studi
kepemimpinan Micigan, studi kepemimpinan Lowa dan studi
kepemimpinan Universitas Ohio. Yang mana setiap studi memiliki
ciri,gaya ataupun struktur yang beda antara satu sama lain.
3. Ada lima pendekatan dalam teori kepemimpinan pendidikan,yakni
Traits Approach (Pendekatan Sifat Kepemimpinan), Behavior
Approach (Pendekatan Perilaku Kepemimpinan), Contingency Theory
(Teori Kepemimpinan Kontingensi), Path-Goal Theory (Teori
Kepemimpinan Path-Goal) dan Transformational Theory (Teori
Kepemimpinan Transformasional).
4. Kepala Sekolah mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam
menentukan arah jalannya kebijakan yang ada di sekolah dalam rangka
pencapaian mutu pendidikan yang maksimal. Pemimpin harus melihat,
mendengar, berkata, dan bergerak untuk setiap jeritan rakyatnya,
terutama pemimpin pendidikan karena merupakan penggerak dalam
mencerdaskan kehidupan bangsa.

20
3.2 Saran
Adapun beberapa saran yang dapat disampaikan adalah:
1. Sebagai seorang top manager (kepala sekolah) tidak seharunya
mencari kesalahan atau kekurangan yang ada di sekolah dalam
menjalankan fungsi pengawasan.
2. Guru sebaiknya selalu mencari inisiatif lain untuk menutupi
kekurangan yang ada untuk mencapai tujaun pendidikan.
3. Kepala sekolah diharapkan mampu memberi pengaruh yang baik
dalam menetapkan fungsi planning, organizing, actuating maupun
controlling demi pencapaian mutu pendidikan yang maksimal.

21

Anda mungkin juga menyukai