Anda di halaman 1dari 15

PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN


UIN RADEN FATAH PALEMBANG

Nama : Yandika Desi Priansya


NIM : 1532210112
Mata Kuliah : Kajian Masalah Pendidikan Matematika
Materi : Strategi Pemecahan Masalah

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kemampuan pemecahan masalah matematis adalah suatu keterampilan pada


diri peserta didik agar mampu menggunakan kegiatan matematik untuk
memecahkan masalah dalam matematika, masalah dalam ilmu lain dan masalah
dalam kehidupan sehari-hari (Soedjadi, 1994:36). Kemampuan pemecahan
masalah amatlah penting dalam matematika, bukan saja bagi mereka yang di
kemudian hari akan mendalami atau mempelajari matematika, melainkan juga
bagi mereka yang akan menerapkannya dalam bidang studi lain dan dalam
kehidupan sehari-hari (Russefffendi, 2006: 341).
Salah satu tujuan mata pelajaran matematika di tingkat Sekolah Menengah
Pertama (SMP) dalam Standar Isi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
adalah agar peserta didik memiliki kemampuan memecahkan masalah yang
meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika,
menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh. Dilihat dari tujuan
tersebut pemecahan masalah merupakan bagian dari kurikulum matematika yang
cukup penting dalam proses pembelajaran matematika.
Matematika adalah pelajaran yang penting, karena matematika berkaitan
erat dengan kehidupan manusia. Niss (Hadi, 2005: 3) menyatakan salah satu
alasan utama diberikannya matematika kepada siswa-siswa di sekolah adalah
untuk memberikan kepada individu pengetahuan yang dapat membantu mereka
mengatasi berbagai hal dalam kehidupan, seperti pendidikan atau pekerjaan,
kehidupan pribadi, kehidupan sosial dan kehidupan sebagai warga negara.
Namun, pentingnya pendidikan matematika tidak sejalan dengan kualitas
pendidikan terjadi di sekolah. Marpaung (2004) menyatakan kualitas pendidikan
matematika Indonesia dalam skala nasional masih kurang memuaskan. Hal ini
terlihat pada rendahnya kualitas kemampuan matematis siswa yang tercermin dari
hasil survey Internasional The Trend Internasional Mathematics and Science
Study (TIMSS) dan Programme for International Student Assesment (PISA) pada
tahun 2011, Indonesia hanya menduduki urutan ke-38 dengan skor 386 dari 42
negara (Driana, 2012). Mencermati hasil tersebut, sudah sepatutnya para pendidik
memiliki kemampuan untuk memilih metode yang tepat dalam pembelajaran
matematika, sehingga siswa dapat berperan lebih aktif selama proses
pembelajaran serta dapat memahami konsep yang sedang dipelajari.
Kemampuan pemahaman ini merupakan hal yang sangat fundamental.
Dengan memahami konsep siswa dapat mencapai pengetahuan prosedural
matematis. Menurut Purwanto (1994: 44), pemahaman adalah tingkat kemampuan
yang mengharapkan siswa mampu memahami arti atau konsep, situasi serta fakta
yang diketahuinya. Kemampuan memahami konsep juga dapat diartikan sebagai
kemampuan menangkap pengertian-pengertian seperti mampu mengungkapkan
suatu materi yang disajikan dalam bentuk lain yang dapat dipahami, mampu
memberikan interpretasi, dan mampu mengklasifikasikannya.
Memahami konsep matematika menjadi syarat untuk dapat menguasai
matematika. Pada setiap pembelajaran, selalu diawali dengan pengenalan konsep
agar siswa memiliki bekal dasar yang baik untuk mencapai kemampuan dasar
yang lain seperti penalaran, komunikasi, koneksi, dan pemecahan masalah. Jika
pemahaman konsepnya baik, siswa tidak sekedar mengetahui atau mengingat
sejumlah konsep yang dipelajari, tetapi mampu mengungkapkan kembali dalam
bentuk lain yang mudah dimengerti. Siswa juga dapat memberikan interpretasi
data dan mampu mengaplikasikan konsep yang sesuai dengan struktur kognitif
yang dimilikinya.
B. Identifikasi Masalah
Bagaimana analisis strategi pemecahan masalah dalam kaitannya dengan
pembelajaran matematika.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk :


a) Sebagai tugas kuliah yaitu Kajian Masalah Matematika
b) Untuk menganalisis strategi pemecahan masalah dalam kaitannya dengan
pembelajaran matematika.
D. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara


lain :
a) Bagi sekolah tempat penelitian, sebagai bahan pertimbangan dalam
pengembangan dan penyempurnaan program pengajaran matematika di
sekolah;
b) Bagi guru mata pelajaran, sebagai informasi tentang suatu pendekatan
pembelajaran dalam upaya meningkatkan kualitas pengajaran;
c) Bagi peneliti, sebagai pengalaman langsung dalam pelaksanaan
pembelajaran dengan strategi pemecahan masalah;
d) Bagi siswa, sebagai motivasi untuk meningkatkan kemampuannya
khususnya dalam pelajaran matematika; Sebagai gambaran pelaksanaan
pembelajaran dengan pendekatan strategi pemecahan masalah; Sebagai
bahan acuan untuk melengkapi penelitian selanjutnya yang berkaitan;
Sebagai sumbangan peneliti untuk proses sosialisasi strategi pemecahan
masalah.
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Strategi Pemecahan Masalah
Strategi Pemecahan Masalah bidang studi Matematika ini ditujukan untuk
para pengajar bidang studi Matematika sebagai alternatif dalam menerapkan
dan mengembangkan proses dan aktivitas pembelajaran di kelas yang lebih
produktif dan bermakna. Strategi pemecahan masalah merupakan suatu proses
memecahkan suatu masalah dan yang menyangkut merubah keadaan yang
aktual menjadi keadaan seperti yang dikehendaki (Oemar dan Winey, 1980: 7).
Strategi pemecahan masalah (Problem Solving) merupakan suatu strategi
pembelajaran yang didasarkan pada banyaknya permasalahan yang
membutuhkan penyelidikan autentik yakni penyelidikan yang membutuhkan
penyelesaian nyata dari permasalahan yang nyata. Sedangkan menurut
Purwanto, Strategi Pemecahan Masalah adalah suatu proses dengan
menggunakan strategi, cara, atau teknik tertentu untuk menghadapi situasi baru,
agar keadaan tersebut dapat dilalui sesuai dengan keinginan yang telah
ditetapkan (Purwanto, 1999: 284). Jadi Problem Solving merupakan suatu
strategi pembelajaran yang mengaktifkan atau melatih siswa untuk dapat
menghadapi masalah dan memecahkannya.
Menurut Dewey belajar memecahkan masalah adalah interaksi antara

stimulus dengan respons, merupakan hubungan antara dua arah belajar dan

lingkungan. Lingkungan memberi masukan kepada siswa berupa bantuan dan

masalah, sedangkan sistem saraf otak berfungsi menafsirkan bantuan itu secara

efektif sehingga masalah yang dihadapi dapat diselidiki, dinilai, dianalisis serta

dicari pemecahannya dengan baik. Pengalaman siswa yang diperoleh dari

lingkungan akan menjadikan kepadanya bahan dan materi guna memperoleh

pengertian serta bisa dijadikan pedoman dan tujuan belajarnya.


Menurut Pepkin strategi pembelajaran Problem Solving adalah suatu strategi

pembelajaran yang melakukan pemusatan pada pengajaran dan keterampilan

pemecahan masalah, yang diikuti dengan penguatan keterampilan memecahkan

masalah atau memilih dan mengembangkan tanggapannya. Tidak hanya

dengan cara menghafal tanpa dipikir, keterampilan memecahkan masalah

memperluas proses berpikir.

Menurut Skeel Problem Solving adalah suatu proses di mana individu


mengidentifikasi suatu situasi bermasalah, memformulasikan ekspansi tentatif
atau hipotesis, memverifikasi hipotesis tentatif tersebut dengan mengumpulkan
dan mengevaluasi data, dan menyatakan kembali hipotesis hingga menjadi
suatu generalisasi. (Purwanto, 1999: 286).
Berdasarkan beberapa konsep tentang Pemecahan Masalah (Problem

Solving) seperti tersebut di atas, yang dimaksud Problem Solving dalam

penelitian ini adalah suatu strategi pembelajaran yang mengaktifkan siswa

yang dapat melatih siswa untuk menghadapi berbagai masalah serta dapat

mencari pemecahan masalah atau solusi dari permasalahan yang ada tersebut.

2. Manfaat Strategi Pemecahan Masalah


Strategi pemecahan masalah merupakan representasi dimensi-dimensi

proses yang alami bukan satu usaha yang dipaksakan. Strategi pemecahan

masalah merupakan pendekatan yang dinamis, siswa menjadi lebih terampil

sebab siswa mempunyai prosedur internal yang lebih tersusun dari awal. Ada

banyak kegiatan yang melibatkan kreativitas dalam pemecahan masalah seperti

riset dokumen, pengamatan terhadap lingkungan sekitar, kegiatan yang

berkaitan dengan ilmu pengetahuan dan penulisan yang kreatif. Dengan strategi

Pemecahan Masalah, siswa dapat memilih dan mengembangkan ide


pemikirannya. Berbeda dengan hafalan yang sedikit menggunakan pemikiran,

strategi pemecahan masalah memperluas proses berpikir.

Pengajaran berdasarkan pemecahan masalah (Problem Solving) tidak

dirancang untuk membantu guru memberikan informasi sebanyak-banyaknya

kepada siswa. Pengajaran berdasarkan pemecahan masalah (Problem Solving)

dikembangkan untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir,

memecahkan masalah dan keterampilan intelektual; belajar berbagai peran

orang dewasa melalui pelibatan mereka dalam pengalaman nyata atau simulasi

dan menjadi pebelajar yang otonom dan mandiri.

Strategi pemecahan masalah selalu mengarahkan kemampuan yang

dimiliki siswa, baik kemauan, perasaan, semangat, serta pemikiran yang paling

utama dalam memecahkan masalah. Strategi ini mendorong siswa untuk

berpikir secara sistematis dengan menghadapkannya kepada masalah-masalah.

Hal ini penting dalam kehidupannya untuk menghadapi masalah. Dengan

Problem Solving siswa belajar untuk mengembangkan pola pikirnya.

Memecahkan masalah adalah strategi belajar yang mengharuskan pelajar

untuk menemukan jawabannya (dicovery) tanpa bantuan khusus. Dengan

memecahkan masalah pelajar menemukan aturan baru yang lebih tinggi

tarafnya sekalipun ia tidak dapat merumuskannya secara verbal. Menurut

penelitian masalah yang dipecahkan sendiri, yang ditemukan sendiri tanpa

bantuan khusus, memberi hasil yang lebih unggul, yang digunakan atau

ditransfer dalam situasi-situasi lain.

Problem Solving dapat dipandang sebagai proses penerapan pengetahuan

dan pemahaman yang ada terhadap sesuatu yang baru supaya memperoleh
ideide baru dan pemahaman baru. Menurut Nasution (1982: 23) “Penekanan

utama Problem Solving sebagai suatu strategi pengajaran adalah untuk

membantu para mahasiswa mengembangkan pemahamannya terhadap prinsip-

prinsip ilmiah dan konsepkonsep yang terkandung dalam masalah”Metode

ekspositori adalah metode pembelajaran yang digunakan dengan memberikan

keterangan terlebih dahulu, definisi, prinsip dan konsep materi pelajaran serta

memberikan contoh-contoh latihan pemecahan masalah dalam bentuk ceramah,

demonstrasi, tanya jawab dan penugasan.

Umumnya dalam konteks pemecahan masalah siswa akan terdorong aktif

terlibat dalam proses pembelajaran, sehingga siswa harus berpikir secara ilmiah

dan mengembangkan pemahaman yang lebih mendalam terhadap

permasalahan dengan berpikir menggunakan ide-ide yang relevan. Jadi

Problem Solving merupakan kemampuan intelektual dengan tingkat

kompleksitas yang tinggi.

Sasaran dari penggunaan strategi Problem Solving adalah: (1) siswa akan

mampu menyatakan urutan langkah-langkah pemecahan masalah dalam

creative Problem Solving, (2) siswa mampu menemukan kemungkinan-

kemungkinan strategi pemecahan masalah, (3) siswa mampu mengevaluasi dan

menyeleksi kemungkinan-kemungkinan tersebut kaitannya dengan kriteria-

kriteria yang ada, (4) siswa mampu memilih suatu pilihan solusi yang optimal,

(5) siswa mampu mengembangkan suatu rencana dalam mengimplementasikan

strategi pemecahan masalah, (6) siswa mampu mengartikulasikan bagaimana

creative Problem Solving dapat digunakan dalam berbagai bidang/ situasi.


Dilihat dari sasaran penggunaan strategi Problem Solving di atas maka

manfaat strategi Problem Solving adalah untuk: (1) mengembangkan

kemampuan berpikir para siswa yang tidak hanya berpikir bertambah apabila

pengetahuan bertambah, namun proses berpikir yang terdiri atas serentetan

keterampilanketerampilan seperti mengumpulkan informasi/data, membaca

data dan lain-lain yang penerapannya membutuhkan latihan dan pembiasaan,

(2) membina pengembangan sikap penasaran/ ingin tahu lebih jauh dan cara

berpikir objektif mandiri kritis analitis, baik secara individu maupun secara

kelompok, (3) ) siswa dapat menghadapi permasalahan yang ada di lingkungan

sekitarnya serta berusaha mengerahkan segala kemampuan untuk dapat

mencari pemecahan masalah.

3. Diskon
Belanja dengan harga yang di diskon sangat mudah dijumpai di Indonesia,
karena diskon merupakan salah satu promosi suatu bisnis. Diskon seakan
menjadi daya tarik utama untuk menarik minat masyarakat untuk
mengkonsumsi suatu barang. Ada beberapa pengertian mengenai diskon dan
potongan harga yang dikemukakan oleh beberapa ahli. Menurut Kotler (2003)
diskon adalah pengurangan langsung dari harga barang pada pembelian selama
suatu periode waktu yang dinyatakan. Sedangkan menurut Tjiptono (2007)
diskon merupakan potongan harga yang diberikan oleh penjual kepada pembeli
sebagai penghargaan atas aktivitas tertentu dari pembeli yang menyenangkan
bagi penjual. Berdasarkan beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa
diskon merupakan pengurangan harga yang diberikan oleh penjual untuk
menarik minat konsumen membeli suatu produk dalam suatu periode waktu
yang telah ditentukan.
Ada empat bentuk diskon menurut Kotler (2003), antara lain:
1) Diskon Kuantitas, merupakan potongan harga yang diberikan guna
mendorong konsumen agar membeli dalam jumlah yang lebih
banyak, sehingga meningkatkan volume penjualan secara
keseluruhan. Selain itu, diskon kuantitas juga dapat memberikan
manfaat berupa penurunan unit cost sebagai akibat pesanan dan
produk dalam jumlah besar.
2) Diskon musiman, merupakan potongan harga yang diberikan hanya
pada masa-masa tertentu saja. Diskon musiman digunakan untuk
mendorong konsumen agar membeli barang-barang yang
sebenarnya baru akan dibutuhkan beberapa waktu mendatang.
Dengan demikian, diskon musiman berpengaruh pada pola
pembelian konsumen, sehingga fungsi persediaan atau
penyimpanan bergeser ke tangan konsumen.
3) Diskon kas (cash discount), merupakan potongan yang diberikan
apabila pembeli membayar tunai barang-barang yang dibelinya
atau membayarnya dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan
perjanjian transaksi.
4) Trade (functional) discount, diberikan oleh produsen kepada
penyalur yang terlibat dalam pendistribusian barang dan
pelaksanaan fungsi-fungsi tertentu, seperti penjualan,
penyimpangan, dan record keeping.

B. Materi Soal dan jawaban siswa (terlampir)

BAB III PEMBAHASAN

A. Tempat, Waktu dan Subyek Penelitian


Tempat, waktu dan subyek dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Tempat : MAN 2 Palembang
Waktu : 17 Oktober 2018
Subyek : Kelas XI MIA 4

B. Hasil Analisis
Di sini guru melakukan kuis, dimana masing-masing siswa menjawab soal
yang sama dengan jalan penyelesaian menurut mereka sendiri. Dari sini di dapatlah
tiga kelompok dengan variasi jawaban yang hampir sama. Kelompok tersebut
diberikan simbol kelompok A, kelompok B, dan kelompok C
1) Kelompok A
a) Memahami masalah
Kelompok A, menuliskan secara runtut apa saja yang
mereka peroleh dari soal. Antara lain jumlah diskon, dan harga
setelah diskon. Untuk hal yang ditanyakan kelompok A
menuliskan harga jaul setelah diskon.
b) Merencanakan penyelesaian masalah
Untuk menyelesaikan masalah ini, kelompok A
menggunakan logika perhitungan. Dimana harga jual setelah
diskon sama dengan harga semula dikurangi dengan harga
diskon. Untuk harga diskon sendiri digunakan rumus harga
diskon dibagi dengan jumlah persentase diskon yang diperoleh.
c) Menyelesaikan masalah
Dengan menggunakan logika perhitungan, kelompok A
langsung saja menentukan harga jual dengan menggunakan
rumus:
Harga jual = harga asal – harga diskon
harga diskon 245000
Harga asal = =
persentase diskon 7%
7% artinya sama dengan tujuh dibagi 100. Dengan
menggunakan perkalian silang, diperoleh hasil yaitu 3.500.000
Harga jual = harga asal – harga diskon
Harga jual = 3.500.000 – 245.000
Harga jual = 3.255.000
Sehingga diperoleh harga jual setelah diskon sebesar Rp
3.255.000,00

2) Kelompok B
a) Memahami masalah
Kelompok B, menuliskan secara runtut apa saja yang
mereka peroleh dari soal. Antara lain jumlah diskon, dan harga
setelah diskon. Untuk hal yang ditanyakan kelompok B
menuliskan harga jual setelah diskon.
b) Merencanakan penyelesaian masalah
Untuk menyelesaikan masalah ini, kelompok B
menggunakan logika perhitungan. Dimana harga jual setelah
diskon sama dengan harga semula dikurangi dengan harga
diskon. Untuk harga diskon sendiri digunakan rumus harga
diskon dibagi dengan jumlah persentase diskon yang diperoleh.
Karena pada harga asal membentuk sistem pecahan sedangkan
harga diskon bilangan bulat, maka kelompok B melakukan
modifikasi nilai setara pada harga diskon dengan mengalikan
7%
pada pecahan
7%
c) Menyelesaikan masalah
Dengan menggunakan logika perhitungan, kelompok B
langsung saja menentukan harga jual dengan menggunakan
rumus:
Harga jual = harga asal – harga diskon
harga diskon
Harga jual = – harga diskon
persentase diskon
245.000
Harga jual = – 245.000
7%
Dengan menyamakan kedua penyebut, maka diperoleh
245.000 245.000∗7 %
Harga jual = −
7% 7%
245.000−17.150
Harga jual =
7%
227.850
Harga jual =
7%
7% artinya sama dengan tujuh dibagi 100. Dengan
menggunakan perkalian silang, diperoleh hasil yaitu 22.785.000
22.785.000
Harga jual =
7
Harga jual = 3.255 .000
Sehingga diperoleh harga jual setelah diskon sebesar Rp
3.255.000,00

3) Kelompok C
a) Memahami masalah
Kelompok C, menuliskan secara runtut apa saja yang
mereka peroleh dari soal. Antara lain jumlah diskon, dan harga
setelah diskon. Untuk hal yang ditanyakan kelompok C
menuliskan harga jual setelah diskon.
b) Merencanakan penyelesaian masalah
Untuk menyelesaikan masalah ini, kelompok C
menggunakan pola perhitungan secara runtut. Dimana kelompok
C menentukan terlebih dahulu harga asal baru kemudian
dikurangkan dengan harga diskon. Untuk harga asal sendiri
menggunakan logika perhitungan dimana
harga asal∗persentase diskon=harga diskon
c) Menyelesaikan masalah
Dengan menggunakan pola perhitungan, kelompok C
terlebih dahulu mencari nilai harga asal melalui logika
perhitungan sebagai berikut
harga asal∗persentase diskon=harga diskon
harga asal∗7 %=245.000
245.000
harga asal=
7%
harga asal=3.500 .000
untuk mencari harga setelah diskon, gunakan rumus harga asal
dikurangkan dengan harga diskon.
harga jual=harga asal−harga diskon
harga jual=3.500 .000−245.000
harga jual=3.255.000
Sehingga diperoleh harga jual setelah diskon sebesar Rp
3.255.000,00

Walaupun dengan jalan pengerjaan yang berbeda, ternyata tidak terdapat


perbedaan jawaban dalam masing-masing kelompok. Artinya, dengan pemecahan
masalah sebenarnya siswa dapat memodifikasi sendiri jalan pengerjaan soal sesuai
dengan apa yang mereka pahami.
Kelebihan dari strategi pemecahan masalah antara lain:
1) Dapat membuat pendidikan di sekolah menjadi lebih relevan dengan
kehidupan, khususnya di dunia kerja
2) Proses pembelajaran melalui pemecahan masalah dapat membiasakan para
siswa menghadapi dan memecahkan masalah secara terampil, terutama
dalam berbagai permasalahan di kehidupan sehari-hari.
3) Merangsang pola berpikir siswa secara kreatif dan menyeluruh. Karena
dalam proses belajarnya siswa banyak menyoroti permasalahan dari
berbagai segi dalam rangka mencari penyelesaiannya.

Kelemahan strategi pemecahan masalah antara lain:


1) Menentukan suatu masalah yang tingkat kesulitannya sesuai dengan tingkat
berpikir siswa, tingkat sekolah dan kelasnya serta pengetahuan dan
pengalaman yang telah dimiliki siswa, sangat memerlukan kemampuan dan
keterampilan guru.
2) Membutuhkan waktu yang lebih lama untuk menyelesaikan suatu materi.
3) Mengubah kebiasaan siswa belajar dengan mendengarkan dan menerima
informasi dan guru menjadi belajar dengan banyak berpikir untuk
memecahkan masalah sendiri atau kelompok yang kadang-kadang
memerlukan berbagai sumber belajar, merupakan kesulitan tersendiri bagi
siswa.

BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan
Strategi pemecahan masalah adalah suatu penyajian materi pelajaran yang
menghadapkan peserta didik pada persoalan yang harus dipecahkan atau
diselesaikan untuk mencapai tujuan pembelajaran dengan bertujuan agar peserta
didik menjadi terampil dalam menyelesaikan permasalahan melalui proses
penemuan
Tahapan pemecahan masalah terdiri dari menemukan masalah,
mengidentifikasi masalah, merancang beberapa alternatif hipotesis, membuat
penilaian dan keputusan mengenai hipotesis yang akan digunakan, evaluasi dan
pengujian solusi.
Alur-alur pemecahan di atas memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan
masing-masing. Dari segi efektifitas, pemecahan kelompok C memiliki tingkat
efektifitas tertinggi. Sedangkan dari sisi intertwinning, kelompok A dan B,
memiliki keterkaitan materi dengan materi kesetaraan nilai pecahan.
kegiatan pembelajaran sangat penting mengemukakan masalah yang di hadapi
dalam kehidupan sehari-hari karena dengan permasalahan tersebut siswa akan
dimotivasi untuk menggunakan pikirannya secara kreatif dan belajar intensif.
Melalui kegiatan pembelajaran permasalahan ini,siswa di hadapkan pada
permasalahan yang harus di pecahkan baik secara individual maupun secara
kelompok. Kegiatan pembelajaran pemecahan masalah secara kelompok siswa di
latih kemampuannya secara komprehensif dan integratif dalam berfikir,bersikap,
bertindak dan bekerja sama.
B. Saran

Kemampuan pemecahan masalah diperlukan untuk melatih siswa agar terbiasa


menghadapi berbagai permasalahan dalam kehidupannya yang semakin kompleks,
bukan hanya pada masalah matematika itu sendiri tetapi juga masalah-masalah dalam
bidang studi lain dan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu,
kemampuan seseorang untuk memecahkan masalah perlu terus dilatih sehingga
seseorang itu mampu menyelesaikan berbagai permasalahan yang dihadapinya.
DAFTAR PUSTAKA

Branca, N.A. 1980. Problem Solving as A Goal, Proccess and Basic Skill. Dalam Krulik
& RE. Reys (ed). Problem Solving in School Mathematic. Virginia: NCTM
Inc.
Depdiknas. 2006. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar. Jakarta: Depdiknas.
Fauzan, Ahmad. 2011. Modul 1 Evaluasi Pembelajaran Matematika: Pemecahan
Masalah Matematika. Evaluasimatematika.net: UNP.
Gagne, R.M. 1992. The Condition of Learning and Theory of Instruction. New York:
Rinehart and Winston.
Isrok’atun. 2006. Pembelajaran Matematika dengan Strategi Kooperatif Tipe STAD
Siswa SMP Negeri di Bandung melalui Pendekatan Pengajuan Masalah.
Bandung: Tesis SPs UPI. Tidak diterbitkan.
NCTM. 1989. Curriculum and Evaluation Standars for School Mathematics. Reston,
VA: NCTM.
Polya, G. 1985. How to Solve it: A New Aspect of Mathematic Method (2nd ed. ).
Princenton, New Jersey: Princenton University Press.
Rothstein & Pamela. 1990. Educational Psychology. New York: Mc. Graw Hill Inc.
Ruseffendi, ET. 1991a. Pengantar Matematika Modern dan Masa Kini untuk Guru dan
PGSD D2 Seri Kedua. Bandung: Tarsito.
Ruseffendi, ET. 1991b. Pengantar Matematika Modern dan Masa Kini untuk Guru dan
PGSD D2 Seri Kelima. Bandung: Tarsito.
Soleh, Muhammad. 1998. Pokok-Pokok Pengajaran Matematika di Sekolah. Jakarta:
Pusat Perbukuan, Depdikbud.
Sujono (1988). Pengajaran Matematika untuk Sekolah Menengah. Jakarta: Proyek
Pengembangan LPTK, Depdikbud
Sumarmo, U, Dedy, E dan Rahmat (1994). Suatu Alternatif Pengajaran untuk
Meningkatkan Pemecahan Masalah Matematika pada Guru dan Siswa SMA.
Laporan Hasil Penelitian FPMIPA IKIP Bandung

Anda mungkin juga menyukai