Anda di halaman 1dari 23

DAFTAR ISI

Daftar Isi . .............................................................................................1


A. Judul ..........................................................................2
B. Latar Belakang..............................................................................2
C. Rumusan Masalah .......................................................................4
D. Tujuan Penelitian..........................................................................4
E. Manfaat Penelitian........................................................................4
F. Tinjauan Pustaka..........................................................................5
1. Lembar Kerja Siswa (LKS)...................................................5
2. Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL)..........9
3. Himpunan .............................................................................13
4. Indikator Suatu Penelitian Dikatakan Valid, Praktis dan Efektif…15
G. Jenis Penelitian............................................................................. 16
H. Desain Penelitian..........................................................................16
I. Waktu dan Tempat Penelitian......................................................17
J. Populasi dan Sampel Penelitian..................................................... 17
K. Prosedur Penelitian.......................................................................17
L. Teknik Pengumpulan Data...........................................................19
M. Teknik Analisi Data......................................................................19
Daftar Pustaka ......................................................................................21

1
A. Judul
PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS) BERBASIS
CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) KELAS VII PADA
MATERI HIMPUNAN

B. Latar Belakang
Pentingnya pembelajaran matematika disekolah sangat
memerlukan sumber belajar yang memadai yang dapat digunakan untuk
meningkatkan penguasaan materi siswa. Hal ini sangat diperlukan untuk
lebih mengaktifkan siswa dan memudahkan pelaksanaan pengajaran
kepada siswa. Salah satu bahan ajar yang sering digunakan dalam
pembelajaran disekolah adalah Lembar Kerja Siswa (LKS). Menurut A.
Kosasih Djahiri (2001:7) LKS adalah media pengajaran yang membantu
mengefektifkan komunikasi dan interaksi antara guru dan siswa dalam
kegiatan belajar mengajar. Nana Sudjana dan Ahmad Rivai (2001:134)
berpendapat bahwa LKS adalah lembaran yang menyertai kegiatan siswa
yang dipakai untuk menjawab dan mengerjakan soal-soal tugas atau
masalah yang harus dipecahkan. Sedangkan menurut Slamet Suyanto
(2011:1) LKS merupakan perangkat pembelajaran yang penting terutama
sebagai panduan belajar dan menemukan konsep-konsep melalui aktivitas
yang dilakukan oleh siswa.
Pada perkembangannya, penggunaan LKS membuat sistem
pembelajaran yang ada disekolah menjadi kurang efektif. Menurut
Budiono (Permana, 2008:2) LKS bahkan digunakan sebagai satu-satunya
alat dan sumber utama dalam evaluasi pembelajaran dan keberadaan LKS
memberikan dampak buruk, yaitu membuat kegiatan belajar menjadi pasif,
mematikan kreativitas peserta didik, dan membuat peserta didik jadi
malas, karena jika disuruh mengerjakan LKS mereka hanya menunggu
temannya untuk menyelesaikannya dan kemudian mereka hanya menyalin
jawaban. Kochhar (2008:198) mengungkapkan pula bahwa penggunaan
buku latihan atau yang kita kenal dengan LKS juga dikritik dengan

2
berbagai alasan, buku tersebut menyebabkan pembelajaran menjadi kaku,
narasumbernya statis, merampas kebebasan siswa dan menyebabkan guru
tidak aktif. Sedangkan menurut Alan (2012:12) pembelajaran
menggunakan LKS dikhawatirkan akan disalah gunakan oleh guru dan
dimanfaatkannya untuk kepentingan pribadi, misalnya guru menyuruh
siswa untuk mengerjakan LKS kemudian guru tersebut keluar
meninggalkan kelas.
Menurut Budiono (Permana, 2008:3) penggunaan LKS yang
berlebihan dalam sistem pembelajaran biasanya disebabkan oleh
minimnya bahan ajar yang tersedia di sekolah tersebut dan membuat
proses pembelajaran menjadi kurang efektif karena bahan ajar yang
tersedia sangat terbatas sehingga menimbulkan efek bosan dalam
pembelajaran bagi siswa. Sedangkan kita tahu bahwa salah satu fungsi
LKS menurut Priyanto dan Harmoko (1997) ialah untuk mengaktifkan
siswa dalam proses belajar mengajar bukan membuat siswa menjadi malas
belajar. Selain itu, tidak efektifnya penggunaan LKS bisa juga disebabkan
oleh kualitas materi yang ada dalam LKS itu sendiri. LKS yang beredar
saat ini bersifat instan tanpa disertai langkah-langkah yang terstruktur
dalam menemukan konsep dasar, LKS biasanya hanya berisi penjelasan
selintas mengenai materi, contoh soal dan kemudian latihan-latihan soal.
Karena penjelasan yang ada pada LKS kurang dikaitkan dengan kejadian
sehari-sehari yang terjadi pada peserta didik, maka peserta didik
mengalami banyak kendala dalam menyelesaikan latihan-latihan soal yang
ada dalam LKS tersebut.
Berdasarkan observasi awal yang telah dilakukan penulis di SMP
Muhmammdiyah 5 Palembang, LKS yang digunakan di sekolah tersebut
adalah LKS yang diterbitkan oleh penerbit swasta dan LKS tersebut belum
dapat membimbing siswa menemukan konsep pembelajaran khususnya
pada mata pelajaran matematika. Misalnya pada materi himpunan, uraian
yang disajikan seputar materi begitu singkat dan pengkaitan materi dengan
kejadian sehari-hari siswa masih sangat kurang sehingga siswa

3
mengalami banyak kendala dalam menyelesaikan soal-soal latihannya.
Menurut Hamdayama (2014:51) Contextual Teaching and Learning
adalah suatu konsep pembelajaran yang membantu guru mengkaitkan
antara materi yang diajarkan dengan situasi nyata siswa dan mendorong
siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan
masyarakat. Sedangkan Sanjaya (2006:109) berpendapat bahwa
Contextual Teaching and Learning adalah pembelajaran yang menekankan
kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan
materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan
nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam
kehidupan mereka. Berdasarkan beberapa pendapat diatas, penulis tertarik
untuk melakukan penelitian tentang “Pengembangan Lembar Kerja
Siswa (LKS) Berbasis Contextual Teaching and Learning (CTL) Kelas
VII pada Materi Himpunan”.

C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka yang menjadi rumusan
masalah pada penelitian ini adalah “Bagaimana menghasilkan LKS
berbasis Contextual Teaching and Learning (CTL) pada materi himpunan
yang valid, praktis dan efektif?”

D. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan yang telah diuraikan diatas, maka
penelitian ini mempunyai tujuan yaitu untuk menghasilkan LKS berbasis
Contextual Teaching and Learning (CTL) pada materi himpunan yang
valid, praktis dan efektif.

E. Manfaat Penelitian
Selain mempunyai tujuan yang hendak dicapai, suatu penelitian
juga seharusnya memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu

4
pengetahuan khususnya pada bidang yang diteliti. Adapun manfaat yang
diharapkan dapat diambil dari penelitian ini antara lain :
1. Bagi Guru : Penelitian ini diharapkan dapat menjadi pedoman bagi
seorang pendidik dalam mengajar matematika khususnya pada materi
“himpunan” di kelas VII.
2. Bagi Siswa : Penelitian ini diharapkan dapat menjadi pedoman belajar
dan membuat siswa lebih mudah memahami materi mengenai
“himpunan” pada pembelajaran matematika sehingga hasil belajar
mereka menjadi meningkat.
3. Bagi Peneliti : Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan kajian
bagi peneliti untuk diuji lebih lanjut dan dikembangkan atau
diinovasikan agar lebih sempurna.
4. Bagi Sekolah : Penelitian ini diharapkan dapat digunakan oleh pihak
sekolah untuk mengembangkan proses pembelajaran agar menjadi
lebih baik lagi diwaktu yang akan datang.

F. Tinjauan Pustaka
1. Lembar Kerja Siswa (LKS)
a. Definisi LKS
LKS merupakan salah satu alat bantu pembelajaran (Hamdani,
2011:225). Sedangkan menurut Majid (2011:176) LKS adalah
lembaran-lembaran yang berisi tugas yang harus dikerjakan oleh
peserta didik. Selain itu, menurut Rustaman (Dewi, 2007:13) LKS
adalah salah satu alat bantu pengajaran yang dimaksudkan untuk
memperlancar kegiatan belajar mengajar dan mempermudah
memberikan pemahaman konsep-konsep pembelajaran. Berdasarkan
beberapa pendapat diatas maka dapat kita simpulkan bahwa LKS
adalah salah satu alat bantu pengajaran yang didalamnya terdapat
lembaran-lembaran tugas yang harus diselesaikan oleh siswa.

5
b. Jenis – Jenis LKS
Prastowo (2012: 209-211) menjabarkan berbagai bentuk
dari Lembar Kerja Siswa (LKS) antara lain :
1. LKS yang Membantu Peserta Didik Menemukan Suatu Konsep
Bentuk LKS ini dirancang menurut prinsip kontruktivisme
dimana siswa secara aktif dalam pembelajaran untuk
mengkonstruksi berbagai macam konsep yang bekaitan dengan
materi. Melalui LKS siswa ditunjukkan langkah demi langkah apa
yang harus dilakukan dalam pembelajaran meliputi melakukan,
mengamati dan menganalisis terhadap konsep dan materi yang
disajikan.
2. LKS yang Membantu Peserta Didik Menerapkan dan
Mengintegrasikan Suatu Konsep yang Telah Ditemukan
LKS jenis ini mengutamakan agar materi yang telah
dipelajari siswa agar dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
LKS ini sangat tepat digunakan sebagai bahan ajar tentang
pendidikan moral dimana siswa akan lebih memahami pentingnya
materi yang telah dipelajari dan bermanfaat bagi kehidupan yang
dijalani. Penting bagi guru untuk terus melakuan pengawasan
terhadap bagaimana siswa mampu menerapkan materiyang
dipelajari dalam keseharian, biasanya LKS dilengkapi dengan
laporan kegiatan siswa.
3. LKS yang Berfungsi sebagai Penuntun Belajar
LKS jenis ini bertujuan untuk membantu siswa dalam
proses belajar. LKS menunjukkan siswa agar dapat belajar dengan
benar sesuai dengan urutan-urutan materi sehingga peserta didik
dapat mempelajari materi dengan baik. LKS juga berisi
pertanyaan-pertanyaan yang jawabannya terdapat dalam sumber
belajar yang digunakan sehingga peserta didik harus memprlajari
sumber belajar agar menguasai materi. LKS jenis ini juga sangat
cocok untuk keperluan remidial.

6
4. LKS yang Berfungsi sebagai Penguatan
LKS jenis ini berisi materi-materi yang bersifat pendalaman
atau tambahan dari materi utama. Dengan menggunakan LKS ini
siswa atau peserta didik tentu akan lebih memahami dan mengerti
materi yang dipelajari, siswa juga mendapatkan materidan
pengetahuan ekstra disamping materi yang telah dipelajari. LKS ini
sangat cocok diterapkan pada materi pengayaan.
5. LKS yang Berfungsi sebagai Petunjuk Praktikum
LKS jenis ini berisi apa-apa saja atau langkah-langkah
dalam melakukan sebuah praktikum. Semua praktikum dapat
dikumpulkan dalam sebuah LKS, jadi dalam satu bendel LKS
dapat berisi beberapa petunjuk praktikum sekaligus. Guru akan
lebih mudah menyajikan materi praktikum melalui LKS dan siswa
juga lebih mudah menemukan apa yang dipelajari dari praktikum
bahkan mencari korelasi antara praktikum satu dengan lainnya.
c. Kelebihan dan Kekurangan Penggunaan LKS
Menurut Alan (2012:12) kelebihan dan kekurangan dari
penggunaan LKS sebagai bahan ajar disekolah antara lain :
a. Kelebihan
1. Dapat menjadi media pembelajaran yang mandiri bagi
siswa.
2. Meningkatkan aktivitas siswa dalam mengikuti kegiatan
belajar mengajar.
3. Praktis dan harganya terjangkau.
4. Materi lebih ringkas dan mencakup keseluruhan materi.
5. Sebagai pengganti media lain ketika media audio visual
mengalami hambatan dengan listrik, maka kegiatan
pembelajaran dapat diganti dengan LKS.

7
b. Kekurangan
1. Soal-soal yang tertuang pada LKS cenderung monoton, soal
yang sama bisa muncul di berbagai bab yang ada pada
LKS.
2. Adanya kekhawatiran guru hanya mengandalkan media
LKS tersebut serta memanfaatkannya untuk kepentingan
pribadi. Misalnya siswa disuruh mengerjakan LKS
kemudian guru tersebut keluar meninggalkan kelas.
3. LKS yang dikeluarkan penerbit cenderung kurang cocok
dengan konsep yang diajarkan.
4. Media cetak hanya lebih banyak menekankan pada
pembelajaran yang bersifat kognitif, jarang menekankan
pada emosi dan sikap.
5. Menimbulkan pembelajaran yang membosankan bagi
siswa.
d. Langkah – Langkah Pembuatan LKS
1. Menetapkan standar kompetensi, judul dan tujuan
pembelajaran (kompetensi dasar) yang ingin dicapai.
2. Menganalisis dan menjabarkan kompetensi dasar menjadi
indikator dengan langkah-langkah sebagai berikut :
a) Merumuskan kompetensi dasar yang ingin dicapai.
b) Memilih dan menjabarkan materi pembelajaran berdasarkan
kompetensi dasar yang ingin dicapai.
c) Membuat indikator pencapaian kompetensi dasar.
Kriteria indikator yang baik (Tim Peneliti Program
Pascasarjana,2001:2) adalah :
a) Memuat ciri-ciri tujuan yang hendak diukur.
b) Memuat satu kata kerja operasional yang dapat diukur.
c) Berkaitan erat dengan materi yang diajarkan.
d) Dapar dibuat evaluasinya sebanyak 3-5 butir soal.

8
3. Menetapkan prosedur, jenis dan alat penilaian berbasis kelas
sesuai dengan misi kurikulum yang berbasis kompetensi.
4. Menetapkan alaternatif kegiatan (pengalaman belajar) yang
dapat memberikan peluang yang optimal kepada siswa untuk
mengembangkan keterampilan-keterampilan proses dalam diri
siswa.
5. Menetapkan dan mengembangkan bahan / media / sumber yang
sesuai dengan kemampuan dasar yang akan dicapai,
karakteristik siswa, fasilitas (sarana dan prasarana) dan
karakteristik lingkungan siswa.
6. Menyusun LKS yang lengkap, yaitu menuangkan hasil-hasil
yang telah dilakukan menjadi LKS.

2. Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL)


a. Definisi Pendekatan CTL
Pembelajaran dengan pendekatan kontekstual (CTL) adalah
konsep belajar dengan mengaitkan antara materi pembelajaran
dengan situasi nyata siswa dan mendorong siswa untuk
menerapkan pengetahuan yang dimiliki dalam kehidupan sehari-
hari (Depdiknas dalam Pramono, 2015:236). Sedangkan menurut
Sagala (dalam Farhatin, 2012:46) CTL merupakan konsep belajar
yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan
dengan situasi dunia nyata dan memotivasi siswa untuk
mengaitkan pengetahuannya dengan penerapannya dalam
kehidupan siswa sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Selain
itu, Sa’ud (2006:38) CTL merupakan suatu pendekatan
pembelajaran yang menekankan pada keterlibatan siswa secara
penuh untuk menemukan materi yang dipelajari dan
mengaitkannya serta menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran dengan CTL adalah konsep pembelajaran yang

9
membantu guru untuk mengaitkan antara materi pembelajaran
dengan situasi kehidupan nyata yang dialami oleh siswa supaya
siswa dapat lebih mudah memahami materi pembelajaran.
b. Komponen Pendekatan CTL
Pada pendekatan CTL terdapat beberapa komponen utama,
menurut Nurhadi (dalam Harahap, 2015:07) pendekatan CTL
memiliki 7 komponen utama diantaranya: 1) Konstruktivisme; 2)
Inkuiri; 3) Bertanya; 4) Masyarakat Belajar; 5) Pemodelan; 6)
Refleksi; 7) Penialian Nyata. Selain itu, menurut Trianto (dalam
Farhatin 2012:47) terdapat 7 komponen dalam pendekatan CTL,
antara lain: 1) Kontruktivisme ialah ide siswa yang harus
menemukan dan mentransformasikan suatu informasi kompleks ke
situasi lain sehingga informasi itu menjadi milik siswa itu sendiri;
2) Inkuiri merupakan pengetahuan dan keterampilan siswa dengan
usaha untuk menemukan sesuatu oleh diri siswa itu sendiri; 3)
Bertanya merupakan kegiatan untuk mendorong, membimbing dan
menilai kemampuan berpikir siswa; 4) Masyarakat Belajar ialah
proses belajar yang terjadi dengan adanya proses komunikasi dua
arah atau lebih; 5) Pemodelan merupakan subjek yang dijadikan
gambaran dalam pembelajaran; 6) Refleksi merupakan cara
berpikir tentang pengetahuan atau informasi yang baru dipelajari
atau berpikir kebelakang tentang materi yang sudah dipelajari; 7)
Penilaian merupakan proses pengumpulan berbagai data yang bisa
memberikan gambaran tentang perkembangan belajar siswa.
c. Kelebihan dan Kekurangan Pendekatan CTL
a. Kelebihan
Menurut Annisa (dalam Sariningsih 2014:156) ada
beberapa kelebihan dalam pembelajaran Contextual Teaching
and Learning (CTL), yaitu :

10
1. Pembelajaran lebih bermakna, artinya siswa memahami
materi yang diberikan dengan melakukan sendiri kegiatan
pembelajaran.
2. Pembelajaran lebih produktif dan menuntut siswa untuk
menemukan sendiri solusi dari pembelajaran.
3. Pembelajaran mendorong siswa untuk berani menemukan
pendapat tentang materi yang dipelajari.
4. Pembelajaran memberikan rasa ingin tahu siswa tentang
materi yang dipelajari.
5. Pembelajaran menumbuhkan kemampuan siswa dalam
bekerja sama untuk memecahkan masalah yang diberikan.
6. Pembelajaran mengajak siswa untuk membuat kesimpulan
sendiri dari kegiatan pembelajaran.
b. Kekurangan
Menurut Dzaki (dalam Sariningsih, 2014:157) kekurangan
dalam pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL),
yaitu :
1. Siswa yang tidak mengikuti pembelajan, tidak
mendapatkan pengetahuan yang sama dengan teman
lainnya karena siswa tidak mengalami sendiri.
2. Diperlukan waktu yang cukup lama saat proses
pembelajaran kontekstual berlangsung.
3. Jika guru tidak dapat mengendalikan kelas maka situasi
kelas akan menjadi kurang kondusif.
4. Guru lebih intensif membimbing.
5. Perasaan khawatir pada anggota kelompok akan hilangnya
karakteristik siswa karena hanya menyesuaikan dengan
kelompoknya.
6. Banyak siswa yang tidak senang apabila disuruh bekerja
sama dengan yang lainnya karena siswa yang tekun merasa
harus bekerja melebihi siswa yang lain dalm kelompoknya.

11
d. Langkah-Langkah Pembelajaran dengan CTL
Menurut Trianto (2009:111) langkah-langkah pembelajaran
kontekstual adalah sebagai berikut:
1. Mengembangkan pemikiran anak bahwa anak akan belajar
lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan
sendiri dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan
keterampilan barunya.
2. Melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri semua topic.
3. Mengembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya.
4. Menciptakan masyarakat belajar (belajar dalam kelompok-
kelompok).
5. Menghadirkan model sebagai contoh pembelajaran.
6. Melakukan refleksi diakhir pertemuan.
7. Melakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara.
e. Karakteristik Pendekatan Pembelajaran Contextual Teaching and
Learning (CTL)
Pendekatan pembelajaran Contextual Teaching and Learning
(CTL) memiliki karakteristik yang menurut Nur (dalam Syahban:
2012) sebagai berikut: 1) pembelajaran didesain berawal dari
pemecahan masalah yang ada di sekitar siswa dan berbasis pada
pengalaman yang telah dimiliki siswa dengan menggunakan
konteks nyata sebagai titik awal, 2) pembelajaran menghadirkan
aktivitas atau eksploratif, siswa menciptakan dan mengelaborasi
model-model simbolik dan aktivitas matematika mereka yang tidak
formal sebagai jembatan antara real dan abstrak, 3) tidak
menekankan semata-mata pada komputasi, algoritma serta drill, 4)
memberikan penekanan pada pemahaman konsep dan pemecahan
masalah, 5) siswa mengalami proses pembelajaran secara
bermakna dan memahami matematika dengan penalaran, 6) siswa
belajar matematika dengan pemahaman, secara aktif membangun
pengetahuan baru dari pengetahuan awal mereka, 7) belajar dalam

12
suasana demokratis dan interaktif, 8) menghargai jawaban informal
siswa sebelum siswa mencapai bentuk formal matematika, dan 9)
memberikan perhatian seimbang antara pematematikawan secara
horizontal vertikal. Selain itu, Jhonson (dalam Syahban: 2012)
menyatakan ada delapan karakteristik pendekatan kontekstual,
yaitu: 1) membuat hubungan penuh makna, 2) melakukan
pekerjaan penting, 3) belajar mengatur sendiri, 4) kerjasama, 5)
berpikir kritis dan kreatif, 6) memelihara individu, 7) mencapai
standar tinggi, dan 8) penggunaan penilaian sebenarnya.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan
bahwa karakteristik pembelajaran kontekstual yaitu: 1) adanya
kerja sama, sharing dengan teman dan saling menunjang, 2) siswa
aktif dan kritis, belajar dengan bergairah, menyenangkan dan tidak
membosankan, serta guru kreatif, 3) pembelajaran terintegrasi,
menggunakan berbagai sumber, 4) dinding kelas dan lorong-lorong
penuh dengan hasil karya siswa, misalnya: peta, gambar, diagram,
dll, 5) laporan kepada orang tua bukan sekedar rapor akan tetapi
hasil karya siswa, laporan praktikum (Wintarti dalam Mauludin,
2016: 15).

3. Himpunan
a. Definisi Himpunan
Himpunan dalam matematika diartikan sebagai kumpulan
objek yang terdefinisikan dengan jelas. Himpunan memiliki
anggota yang tunggal dimana tidak ada anggota yang sama dalam
satu himpunan. Himpunan dinotasikan dengan huruf kapital,
misalnya A = {0,1,2,3,4}.
b. Macam-Macam Himpunan
1. Himpunan Bilangan Asli
A = {1,2,3,4,5,…}
2. Himpunan Bilangan Cacah

13
C = {0,1,2,3,4,…}
3. Himpunan Bilangan Prima
P = { 2,3,5,7,11,…}
4. Himpunan Bilangan Genap
G = {2,4,6,8,10,…}
5. Himpunan Bilangan Ganjil
G = {1,3,5,7,9,…}
6. Himpunan Bilangan Komposit (Tersusun)
T = {4,6,8,9,10,12,…}
7. Himpunan Tak Hingga
A = {1,3,5,7,…}; (n)A = ∞ (Jumlah anggota himpunan A
adalah tak terhingga).
8. Himpunan Berhingga
B = {1,3,5,7) ; (n)B = 4 (Jumlah anggota himpunan B adalah
sebanyak 4)
9. Himpunan Kosong
Himpunan Kosong adalah himpunan yang tidak mempunyai
anggota
K = {bilangan prima antara 7 dan 9}, maka K = {}
10. Himpunan Bagian
Semua anggota himpunan A adalah anggota himpunan B.
Sehingga dapat dikatakan bahwa A himpunan bagian dari B
atau dapat ditulis A B.
11. Himpunan Semesta
Bila A= {2, 4, 6, 8, 10}, maka beberapa himpunan semesta
pembicaraan yang mungkin untuk A adalah :
S = {Bilangan asli}
S = {Bilangan cacah}
S = {Bilangan kelipatan 2}

14
c. Contoh Soal
1. Diketahui himpunan berikut :
A = {b, u, n, d, a}
B = {i, b, u, n, d,a}
C = {5 bilangan asli pertama}
D = {bilangan cacah kurang dari 6}
Pasangan himpunan yg ekuivalen…
Penyelesaian:
A = {b, u, n, d, a} = n(A) = 5
B = {i, b, u, n, d,a} = n(B) = 6
C = {1, 2, 3, 4, 5} = n(C) = 5
D = {0, 1, 2, 3, 4, 5} = n(D) = 6
Jadi, pasangan himpunan yang ekuivalen adalah A dengan C
dan B dengan D.
2. Q = {kelipatan 3 antara 10 dan 60 yang tidak habis dibagi 4}.
Tentukan n(Q)?
Q = {15, 21, 27, 30, 33, 39, 42, 45, 51, 54, 57}
Jadi, n(Q) = 11
3. Jika S = {bilangan cacah}, P = {bilangan asli ganjil} dan Q =
{bilangan prima lebih dari 12}.Tentukan P  Q !
Penyelesaian :
S = {0, 1, 2, 3, 4,…}
P = {1, 3, 5, 7, 9, 11, 13, 15, 17, 19, 21,…}
Q = {13, 17, 19, 23, 29, …}
Maka, P  Q = {13, 17, 19, 23, 29,…} atau Q (seluruh anggota
Q merupakan Irisan dari P  Q.

4. Indikator Suatu Penelitian Dikatakan Valid, Praktis dan Efektif


Secara rinci untuk melihat suatu bahan ajar itu dikatakan valid,
praktis dan efektif, Suryadi (2005:65) mengatakan bahwa suatu bahan
ajar dikatakan valid jika kontent, konstruk dan bahasa yang dimuat

15
dalam bahan ajar tersebut sudah dikategorikan baik, suatu bahan ajar
dikatakan praktis jika dapat diterapkan oleh guru sesuai dengan yang
direncanakan dan mudah digunakan oleh siswa sedangkan suatu bahan
ajar dapat dikatakan efektif jika dapat memberikan efek yang baik,
yang berupa peningkatan kualitas hasil belajar, sikap dan motivasi
pada siswa.

G. Jenis Penelitian
Jenis penelitian pada penelitian ini adalah Design Research and
Development dengan tipe Development Study.

H. Desain Penelitian
Desain penelitian dari penelitian ini ialah desain yang
dikembangkan oleh Tessmer dalam Zulkardi (2006). Menurutnya, pada
penelitian jenis pengembangan kita difokuskan pada dua tahap yaitu tahap
preliminary dan tahap formative evaluation yang meliputi self evaluation,
expert review, one-to-one, small group, serta field test.

Gambar 1. Alur desain formative evaluation (Tessmer, 1993; Zulkardi 2006)

16
I. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada semester ganjil tahun ajaran
2017/2018 dikelas VII SMP Muhammadiyah 5 Palembang.

J. Populasi dan Sampel Penelitian


Populasi penelitian pada penelitian ini adalah seluruh kelas VII di
SMP Muhammadiyah 5 Palembang yaitu kelas VII a, b, dan c. Sedangkan
sampel penelitian pada penelitian ini adalah kelas VII b yang
beranggotakan 30 orang dan diambil dengan cara cluster random
sampling.

K. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian dari penelitian ini terdiri dari dua tahap, tahap
pertama adalah tahap preliminary dan tahap yang kedua adalah tahap
formative evaluation. Pada tahap formative evaluation dibagi lagi menjadi
beberapa tahapan, diantaranya tahap self evaluation, tahap expert review,
tahap one-to-one, tahap small group, serta tahap field test.
Pada tahap preliminary, tahap ini adalah tahap penentuan tempat
dan subjek penelitian, dalam hal ini peneliti menghubungi kepala sekolah
dan guru mata pelajaran matematika disekolah yang bersangkutan.
Selanjutnya, melakukan persiapan-persiapan, seperti mengatur jadwal
penelitian dan prosedur kerjasama dengan guru kelas yang akan dijadikan
tempat penelitian, atau menentukan siapa saja yang nantinya terlibat dalam
penelitian.
Pada tahap formative evaluation, tahap pertama yang dilakukan
adalah self evaluation yaitu peneliti menganalisis dan mendesain. Pada
tahap menganalisis, peneliti melakukan analisis yang meliputi analisis
siswa, analisis kurikulum, analisis kompetensi inti dan kompetensi dasar
yang sesuai dengan Kurikulum KTSP SMP, analisis indikator kompetensi
dasar, analisis materi, dan analisis kriteria penilaian. Pada tahap

17
mendesain, peneliti mendesain LKS Contextual Teaching and Learning
(CTL) dengan materi himpunan. Kemudian hasil desain LKS yang telah
diperoleh akan divalidasi oleh pakar (expert). Hasil pendesainan ini
disebut sebagai prototipe pertama. Masing-masing prototipe fokus pada
tiga kriteria, yaitu: konten (isi), konstruks dan bahasa. Dari tahap
pendesainan ini didapatkan LKS prototipe 1. Prototipe 1 ini akan diujikan
dalam tahap expert review dan one-to-one.
Pada tahap expert review, LKS prototipe pertama dikonsultasikan
kepada para pakar (expert review) dan dievaluasi berdasarkan kriteria
validasi konten, konstruk, dan bahasa. Hasil evaluasi dari validasi pakar
ditulis di lembar validasi sebagai bahan pertimbangan untuk merevisi LKS
prototipe pertama. LKS prototipe pertama juga diberikan ke tahap one-to-
one. Pada tahap ini, LKS prototipe pertama diuji cobakan kepada tiga atau
empat orang siswa dimana selama proses pengerjaannya akan dilakukan
wawancara untuk melihat kesulitan siswa. Kemudian siswa juga diminta
untuk memberikan tanggapan dan komentarnya tentang LKS tersebut.
Hasil yang didapat pada tahap one-to-one juga dijadikan bahan untuk
merevisi prototipe pertama.
LKS prototipe kedua yang merupakan hasil revisi LKS prototipe
pertama akan dilanjutkan ke tahap small group. Pada tahap small group,
LKS prototipe kedua diujicobakan kepada enam orang siswa yang terbagi
kedalam tiga kelompok yang beranggotakan 2 orang yang diminta untuk
mengerjakan dan memberikan tanggapan pada LKS. Selama proses
pengerjaan LKS pada tahap ini akan dilakukan observasi untuk melihat
gambaran kepraktisan dari penggunaan LKS. Lembar komentar dan saran
siswa digunakan juga sebagai bahan pertimbangan untuk merevisi LKS.
Pada tahap field test, LKS prototipe ketiga yang merupakan hasil
revisi dari LKS prototipe kedua diujicobakan pada subjek penelitian untuk
melihat efek potensial dari LKS yang dikembangkan oleh peneliti terhadap
hasil belajar siswa.

18
L. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah walkthrough, angket, wawancara, observasi dan tes.
a. Walkthrough
Walkthrough bertujuan untuk memperoleh data hasil validasi
mengenai konten, konstruk dan bahasa yang baik dalam
mengembangkan LKS seperti yang telah disarankan oleh para pakar
(expert).
b. Angket
Angket bertujuan untuk memperoleh pendapat dan saran dari
siswa mengenai LKS yang sedang dikembangkan.

c. Wawancara
Wawancara bertujuan untuk memperoleh pendapat dan saran dari
para expert dan juga siswa mengenai LKS yang sedang dikembangkan.
d. Observasi
Observasi bertujuan untuk melihat gambaran kepraktisan dari
penggunaan LKS yang sedang dikembangkan.
e. Tes
Tes bertujuan untuk melihat gambaran keefektifan dari penggunaan
LKS yang sedang dikembangkan.

M. Teknik Analisis Data


a. Walkthrough
Walkthrough dilakukan dengan pakar (expert) pada tahan expert
review. Pakar (expert) akan memberikan saran atau masukan terkait
dengan konten, konstruk dan bahasa pada LKS prototipe pertama yang
kita perlihatkan padanya. Dari hasil Walkthrough kita akan
mendapatkan berbagai saran atau masukan sebagai acuan kita dalam
merevisi LKS prototipe pertama untuk dijadikan LKS prototipe kedua.

19
b. Angket
Pemberian angket dilakukan pada tahap one-to-one dan small
group. Pemberian angket pada tahap one-to-one bertujuan untuk
mendapatkan masukan atau saran dari siswa mengenai LKS prototipe
pertama yang telah diberikan kepada mereka. Masukan atau saran dari
siswa akan di jadikan sebagai acuan dalam merevisi LKS prototipe
pertama agar menjadi LKS prototipe kedua. Sedangkan pemberian
angket pada tahap small group bertujuan untuk mendapatkan masukan
atau saran dari siswa mengenai LKS prototipe kedua yang telah
diberikan kepada mereka. Sama seperti tujuan pemberian angket pada
tahan one-to-one sebelumnya, masukan atau saran yang didapat dari
angket pada tahap small group ini akan dijadikan pula sebagai acuan
untuk merevisi LKS prototipe kedua agar menjadi LKS prototipe
ketiga.
c. Wawancara
Sama halnya seperti pemberian angket, wawancara juga dilakukan
pada tahap one-to-one dan small group dengan tujuan untuk
mendapatkan komentar dan saran dari para siswa. Kemudian komentar
dan saran yang telah didapatkan dari hasil wawancara akan dijadikan
acuan dalam merevisi LKS prototipe pertama maupun kedua.
d. Observasi
Observasi dilakukan pada tahap small group. Saat para siswa
sedang mengerjakan LKS prototipe kedua yang telah dibagikan kepada
mereka, disanalah kita melakukan observasi dengan tujuan untuk
melihat kepraktisan dari penggunaan LKS tersebut.
e. Tes
Tes dilakukan pada tahap field test. Tes dilakukan dengan
membagikan LKS prototipe ketiga yang merupakan hasil revisi dari
LKS prototipe kedua. Tes ini bertujuan untuk melihat efek potensial
dari LKS yang dikembangkan oleh peneliti terhadap hasil belajar
siswa.

20
Daftar Pustaka

Hakim, Ayub. 2014. Pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKS) dengan


Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) Materi Pokok
Himpunan Kelas VII SMP/MTs. Skripsi. Yogyakarta: Fakultas Sains dan
Teknologi Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Pariska, dkk. 2012. Pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKS) Matematika


Berbasis Masalah Materi Aritmatika Sosial Kelas VII. Bandung: Jurnal
Pendidikan Matematika Hal. 75-80 Vol. 1 No. 1(2012).

Novitasari, T. 2013. Pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKS) dengan


Pendekatan Kontekstual pada Materi Aritmatika Sosial untuk SMP Kelas
VII Semester 1. Skripsi Online. Malang: Universitas Negeri Malang.

Yusuf, Muhammad dan Hapizah. 2017. Pengembangan Lembar Kerja Siswa


(LKS) Berbasis Problem Based Learning Materi Aritmatika Sosial Kelas
VII. Jurnal Pendidikan Matematika Vol. 10 No. 2 (2017).

Muhlisin, Ahmad. 2012. Pengembangan Perangkat Pembelajaran IPA Terpadu


Berbasis Contextual Teaching and Learning (CTL) dengan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Division
(STAD) Tema Polusi Udara. Journal of Education Research and
Evaluation Vol. 1 No. 2 (2012).

Damayanti, Dyah Shinta. 2012. Pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKS)


Dengan Pendekatan Inkuiri Terbimbing Untuk Mengoptimalkan
Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik Pada Materi Listrik Dinamis
SMA Negeri 3 Purworejo Kelas X Tahun Pelajaran 2012/2013. Jurnal
Vol. 3 No. 1 (2012).

21
Saputro, Wisnu Eko. 2014. Perkembangan Transportasi Kereta Api Dan
Pengaruhnya Terhadap Industri Perkebunan Di Surakarta Tahun 1864-
1930. Jurnal Skripsi. Yogyakarta : Universitas Negeri Yogyakarta.

Adibah, Fanny. 2013. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika


Dengan Pendekatan Inkuiri Di Kelas VIII MTs Negeri 2 Surabaya. Jurnal
Widyaloka IKIP Widyadarma Surabaya Vol. 1 No. 1 (Juli 2013).

Assalma, Nur Endah dkk. 2013. Pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKS)
Dengan Pendekatan Pembelajaran Berbasis Proyek (PBP) dan
Berwawasan Salingtemas. Semarang: Jurnal Pendidikan Biologi Vol. 2
No. 1 (2013).

Suhaedi, Dedi. 2007. Penggunaan Operasi Aljabar Boolean dalam Desain


Kontrol Gerbang Lintas Kereta Api. Bandung: Jurnal Matematika Vol.7
No.1 (2007).

22
23

Anda mungkin juga menyukai