Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

1.   1     Latar Belakang


Manusia memperoleh sebagaian besar dari kemampuannya melalui belajar. Belajar
adalah suatu peristiwa yang terjadi didalam kondisi-kondisi tertentu yang dapat diamati,
diubah dan dikontrol (Robert M. Gagne, 1977). Kemampuan manusia yang dikembangkan
melalui belajar yaitu pertama; ketrampilan intelektual, informasi verbal, strategi kognitif,
ketrampilan motorik, dan sikap.
Pendidik dituntut untuk menyediakan kondisi belajar untuk peserta didik untuk mencapai
kemampuan-kemampuan tertentu yang harus dipelajari oleh subyek didik. Dalam hal ini
peranan desain pesan dalam kegiatan belajar mengajar sangat penting, karena desain pesan
pembelajaran menunjuk pada proses memanipulasi, atau merencanakan suatu pola atau signal
dan lambang yang dapat digunakan untuk menyediakan kondisi untuk belajar.
Dalam kehidupan manusia tidak bisa terlepas dari belajar, karena dengan belajar manusia
menjadi mengerti dan paham tentang hal – hal yang sebelumnya belum mereka ketahui.
Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu
sendiri dalam interaksi dalam lingkungan.
Belajar memegang peranan penting di dalam perkembangan, kebiasaan, sikap,
keyakinan, tujuan, kepribadian dan persepsi manusia. Oleh karena itu seseorang harus
menguasai prinsip – prinsip dasar belajar agar mampu memahami bahwa aktivitas belajar itu
memegang peranan penting dalam psikologis dan kehidupan yang lebih baik di masa yang
akan datang.Perubahan perilaku yang merupakan hasil dari proses belajar dapat berwujud
perilaku yang tampak (overt behavior) dan perilaku yang tidak tampak (inner
behavior).Perilaku yang tampak misalnya menulis, memukul, menendang sedangkan perilaku
yang tidak tampak misalnya berfikir, bernalar dan berkhayal.Untuk itu, agar aktivitas belajar
dapat mencapai hasil belajar yang optimal, maka stimulus atau proses belajar untuk peserta
didik harus dirancang secara matang, menarik, dan spesifik sehingga peserta didik mudah
memahami dan merespon positif materi yang diberikan. Meskipun pengajar sudah merancang
sedemikian rupa kadang masih sulit untuk peserta didik dalam mengerti dan paham pada
materi yang diberikan. Oleh karena itu pengajar harus mampu menggunakan berbagai cara
agar peserta didik mampu memahami apa yang sudah diberikan oleh pengajar.

1.2      Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka kami merumuskan beberapa
permasalahan yang menjadi pembahasan pada makalah ini, yaitu sebagai berikut :
A.       Pengertian belajar dan pembelajaran
B.       Apa saja teori-teori belajar dan pembelajaran yang dapat mendukung pembelajaran?

1.3  Tujuan Penulisan


Adapun tujuan dari penulisan makalah tentang teori belajar dan pembelajaran ini adalah
sebagai berikut :
A.       Menambah wawasan dan pengetahuan kita tentang proses belajar dan pembelajaran
B.       Menambah wawasan dan pengetahuan kita tentang teori-teori belajar dan pembelajaran yang
dapat mendukung pembelajaran
BAB II
PEMBAHASAN

2.1   Pengertian Belajar dan Pembelajaran


Belajar adalah kegiatan individu memperoleh pengetahuan, perilaku dan keterampilan
dengan cara mengolah bahan belajar. (Dimyati dan Mudjiono, 2006:6),
Berbeda dengan Sanjaya (2010:112), beliau berpendapat bahwa “Belajar adalah proses
mental yang terjadi dalam diri seseorang, sehingga menyebabkan munculnya perubahan
tingkah laku.” Menurut Djamarah, Syaiful dan Zain (2006:11), “belajar adalah proses
perubahan perilaku berkat pengalaman dan latihan.”
Berdasarkan definisi diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa belajar adalah proses
perubahan tingkah laku seseorang setelah berinteraksi dengan lingkungannya, dalam hal ini
adalah lingkungan kelas pada saat proses pembelajaran, yang akan menambah pengetahuan,
keterampilan, maupun sikap.
Pembelajaran adalah membelajarkan siswa menggunakan asas pendidikan maupun teori
belajar merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan. (Syaiful, 2003:61)
Menurut Hamalik (2007:77) pembelajaran adalah suatu system artinya suatu keseluruhan
yang terdiri dari komponen-komponenyang berinteraksi antara satu dengan lainnya dan
dengan keseluruhan itu sendiri untuk mencapai tujuan pengajaran yang telah ditetapkan
sebelumnya. Adapun komponen-komponen tersebut meliputi tujuan pendidikan dan
pengajaran, peserta didik dan siswa, tenaga kependidikan khususnya guru, perencanaan
pengajaran, strategi pengajaran, media pengajaran, dan evaluasi pengajaran.
Pembelajaran menurut Dimyati dan Mudjiono (2006:17) adalah kegiatan guru secara
terprogram dalam desain instruk-sional, untuk membuat siswa belajar secara aktif, yang
menekankan pada penyediaan sumber belajar.
Sedangkan Coney (dalam Sagala, 2005:61) mengatakan bahwa pembelajaran sebagai
suatu proses dimana lingkungan seseorang secara sengaja dikelola untuk memungkinkan ia
turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan
respon terhadap situasi tertentu.
Dari teori-teori tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah suatu proses yang
dilakukan oleh guru yang telah diprogram dalam rangka membelajarkan siswa untuk
mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan sesuai dengan petunjuk kurikulum yang
berlaku.
2.2  Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran

A. Teori Behaviouristik
Teori behaviouristik mengatakan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku. Seseorang
dianggap telah belajar sesuatu jika ia telah mampu menunjukkan perubahan tingkah laku.
Pandangan behaviouristik mengakui pentingnya masukan atau input yang berupa stimulus
dan keluaran atau output yang berupa respon. Sedangkan apa yang terjadi di antara stimulus
dan respon di anggap tidak penting diperhatikan sebab tidak bisa diamati dan diukur. Yang
bisa diamati dan diukur hanyalah stimulus dan respons.
Penguatan (reinforcement) adaah faktor penting dalam belajar. Penguatan adalah apa saja
yang dapat memperkuat timbulnya respon. Bila penguatan ditambahkan (positive
reinforcement) maka respon akan semakin kuat. Demikian juga jika penguatan dikurangi
(negative reinforcement) maka respon juga akan menguat. Tokoh-tokoh penting teori
behaviouristik antara lain Thorndike, Watson, Skiner, Hull dan Guthrie.
Aplikasi teori ini dalam pembelajaran, bahwa kegiatan belajar ditekankan sebagai aktifitas
“mimetic” yang menuntut siswa untuk mengungkapkan kembali pengetahuan yang sudah
dipelajari. Penyajian materi pelajaran mengikuti urutan dari bagian-bagian keseluruhan.
Pembelajaran dan evaluasi menekankan pada hasil, dan evaluasi menuntut suatu jawaban
benar. Jawaban yang benar menunjukkan bahwa siswa telah menyelesaikan tugas belajarnya.
B. Teori Kognitif
Pengertian belajar menurut teori kognitif adalah perubahan persepsi dan pemahaman, yang
tidak selalu berbentuk tingkah laku yang dapat diamati dan dapat diukur. Asumsi teori ini
adalah bahwa setiap orang telah memiliki pengetahuan dan pengalaman yang telah tertata
dalam bentuk struktur kognitif yang dimilikinya. Proses belajar akan berjalan dengan baik
jika materi pelajaran atau informasi baru beradaptasi dengan struktur kognitif yang telah
dimiliki seseorang.
Dalam kegiatan pembelajaran, keterlibatan siswa secara aktif amat dipentingkan. Untuk
menarik minat dan meningkatkan retensi belajar perlu mengkaitkan pengetahuan baru dengan
steruktur kognitif yag telah dimilii siswa. Materi pelajaran disusun dengan menggunakan pola
atau logika tertentu, dari sederhan ke kompleks. Perbedaan individual pada diri siswa perlu
diperhatikan, karena faktor ini sangat mepengaruhi keberhasilan siswa.
C. Teori Konstruktivistik
Usaha mengembangkan manusia dan masyarakat yang memiliki kepekaan, mandiri,
bertanggungjawab, dapat mendidik dirinya sendiri sepanjang hayat, serta mampu
berkolaborasi dalam memecahkan masalah, diperlukan layanan pendidikan yang mampu
melihat kaitan antara ciri-ciri manusia tersebut, dengan praktek-praktek pendidikan dan
pembelajaran untuk mewujudkannya. Pandangan konstruktivistik yang mengemukakan
bahwa belajar merupakan usaha pemberian makna oleh siswa kepada pengalamannya melalui
asimilasi dan akomodasi yang menuju pada pembentukan struktur kognitifnya,
memungkinkan mengarah kepada tujuan tersebut. Oleh karena itu, pembelajaran diusahakan
agar dapat memberikan kondisi terjadinya proses pembentukan tersebut secara optimal pada
diri siswa.
Proses belajar sebagai suatu usaha pemberian makna oleh siswa kepada pengalamannya
melalui proses asimilasi dan akomodasi, akan membentuk suatu kunstruksi pengetahuan yang
menuju pada kemutakhiran struktur kognitifnya. Guru-guru konstrutivistik yang mengakui
dan menghargai dorongan dari manusia atau siswa untuk mengkonstruksikan pengetahuannya
sendiri, kegiatan pembelajaran yang dilakukannya akan diarahkan agar terjadi aktifitas
konstruksi pengetahuan oleh siswa secara optimal.
D. Teori Humanistik
Menurut teori humanistik tujuan belajar adalah untuk memanusiakan manusia. Proses
belajar dianggap berhasil jika siswa telah memahami lingkungannya dan dirinya sendiri.
Dengan kata lain, siswa telah mampu mencapai aktualisasi diri secara optimal. Teori
humanistik cenderung bersifat eklektik, maksudnya teori ini dapat memanfaatkan teori apa
saja asal tujuannya tercapai.
Aplikasi teori humanistik dalam kegiatan pembelajaran cenderung mendorong siswa untuk
berfikir induktif. Teori ini juga amat mementingan faktor pengalaman dan keterlibatan siswa
secara aktif dalam belajar. 
E. Teori Sibernetik
Teori sibernetik menekankan bahwa belajar adalah pemrosesan informasi. Teori ini lebih
mementingkan system informasi dari pesan atau materi yang dipelajari. Bagaimana proses
belajar akan berlangsung sangat ditentukan oleh system informasi dari pesan tersebut. oleh
sebab itu, teori sibernetik berasumsi bahwa tidak ada satu jenispun cara belajar yang ideal
untuk segala situasi. Sebab cara belajar sangat ditentukan oleh system informasi.
Proses pengolahan informasi dalam ingatan dimulai dari proses penyandian informasi
(encoding), diikuti dengan penyimpanan informasi (storage), dan diakhiri dengan
mengungkapkan kembali informasi-informasi yang telah disimpan dalam ingatan (retrieval).
Ingatan terdiri dari struktur informasi yang terorganisasi dan proses penulusuran bergerak
secara hirakhis, dari informasi yang paling umum dan inklusif ke informasi yang paling
umum dan rinci, sampai informasi yang diinginkan diperoleh.
Konsepsi landa dengan model pendekatannya yang disebut algoritmik dan heuristik
mengatakan bahwa belajar algoritmik menuntut siswa untuk berpikir sistematis, tahap demi
tahap, linear , menuju pada target tujuan tertentu, sedangkan belajar heuristic menuntut siswa
untuk berpikir devergan, menyebar ke beberapa target tujuan sekaligus.
Aplikasi teori pengolahan informasi dalam pembelajaran antara lain dirumuskan dalam
teori Gagne dan Briggs yang mempreskripsikan adanya 1) kapabilitas belajar, 2) peristiwa
pembelajaran dan 3) pengorganisasian atau urutan pembelajaran. 
F. Teori Revolusi-Sosiokultural
Pandangan yang dianggap lebih mampu mengakomodasi tuntunan sosiocultural-revolution
adalah teori belajar yang dikembangkan oleh Vygotsky. dikemukakan bahwa peningkatan
fungsi-fungsi mental seseorang terutama berasal dari kehidupan social atau kelompoknya,
dan bukan sekedar dari individu itu sendiri. teori Vygotsky sebenarnya lebih tepat disebut
pendekatan ko-konstruktivisme.
Konsep-konsep penting dalam teorinya yaitu genetic low of development, zona of
proxsimal development, dan mediasi, mampu membuktikan bahwa jalan pikiran seseorang
harus dimengerti dari latar social budaya dan sejarahnya. perolehan pengetahuan dan
perkembangan kognitif seseorang seturut dengan teori sociogenesis. dimensi kesadaran social
bersifat primer sedangkan dimensi individual bersifat sekunder.
Berdasarkan teori Vygotsky maka dalam kegiatan pembelajaran hendaknya anak
memperoleh kesempatan yang luas untuk mengembangkan zona perkembangan proxsimalnya
atau potensinya melalui belajar dan berkembang. guru perlu menyediakan berbagai jenis dan
tingkatan bantuan yang dapat memfasilitasi anak agar mereka dapat memecahkan masalah
yang dihadapinya. bantuan dapat dalam bentuk contoh, pedoman, bimbingan orang lain atau
teman yang lebih kompeten. bentuk-bentuk pembelajarn kooperatif –kolaboratif serta belajar
kontekstual sangat tepat digunakan. sedngkan anak yang telah mampu belajar sendiri perlu
ditingkatkan tuntutannya, segingga tidak perlu menunggu anak yang berada di bawahnya
dengan demikian diperlukan pemahaman yang tepat tentang karaktristik siswa dan budayanya
sebagai pijakan dalam pembelajaran.
BAB III
PENUTUP

3.1     Kesimpulan
Dari uraian di atas maka para pendidik dan para perancang pendidikan serta
pengembangan program-program pembelajaran perlu menyadari akan pentingnya
pemahaman terhadap hakikat belajar dan pembelajaran. Berbagai teori belajar dan
pembelajaran seperti teori behaviouristik, kognitif, konstruktivitas, humanistik, sibernetik,
revolusi sosiokultural. Penting untuk dimengerti dan diterapkan sesuai dengan kondisi dan
konteks pembelajaran yang dihadapi. Selain itu juga perlu dipahami implementasi pengajaran
supaya tercipta pengajaran yang efektif.
Belajar dan pembelajaran mempunyai teori-teori yang penting untuk dipahami untuk
praktik-praktik pendidikan dan pembelajaran. Teori-teori itu adalah teori behaviouristik,
kognitif, konstruktivitas, humanistik, sibernetik, revolusi sosiokultural. Teori-teori itu penting
untuk dimengerti dan diterapkan sesuai dengan kondisi dan konteks pembelajaran yang
dihadapi. Selain memahami teori-teori pembelajaran, perlu diketahui pula implementasi
pengajaran supaya tercipta pengajaran yang efektif. Bentuk-bentuk implementasi pengajaran
antara lain Pengajaran berbasis motivasi (Motivation based teaching), Pengajaran berbasis
perbedaan individual, Pengajaran Berbasis Aktivitas, Pengajaran Berbasis Lingkungan,
program based learning, cooperation teaching, dan quantum teaching.

3.2        Saran
Diharapkan kepada para pembaca khususnya peserta didik baik pelajar maupun
mahasiswa, para pendidik, para perancang pendidikan, serta pengembang program-program
pendidikan agar mengetahui teori pembelajaran dan dapat memahami bentuk-bentuk
pembelajaran dan dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA
Budiningsih, Asri. 1997. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta.Jakarta

Prof. Dr. Hamalik, Oemar 2001. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta

Gintings, Abdorrakhman. 2008. Esensi Praktis Belajar&Pembelajaran. Humaniora.


Bandung

Dra. N.K. Roestiyah.2008. Strategi Belajar Megajar. Rineka Cipta. Jakarta

Anonymous. 2013. Materi Belajar dan Pembelajaran. (Online), diakses pada tanggal 22
Oktober 2014.
http://rumahradhen.wordpress.com/materi-kuliahku/materi-lain/pembelajaran/materi-belajar-
dan-pembelajaran/

http://blog.muntadhar.com/2013/07/teori-belajar-dan-pembelajaran-serta.html

Anda mungkin juga menyukai