Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH KEPRIBADIAN

Disajikan Dalam Rangka Memenuhi Tugas Mata Kuliah Etika Profesi


Yang dibina oleh Dr.Ir.I Km Agusjaya Mataram,M.Kes

Nama Kelompok :

Ida Ayu Ika Anggelia P07131018023

Putu Melinda Mulianingsih P07131018025

Ni Kadek Martina Dewi P07131018038

I Kade Andi Wirawan P07131018041

Oktavianus Pati Leko P07131018041

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia


Politeknik Kesehatan Denpasar
Jurusan Gizi
2020

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Ida Sang Hyang Widhi Wasa, yang atas rahmat –
nya maka penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah Etika Profesi yang
berjudul”Kepribadian”
Dalam penulian makalah ini penulis merasa ,masih banyak kekurangn – kekurangan baik
pada teknis penulisan maupun materi , mengikatkan kempauan yang dimiliki penulis.Untuk itu
kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempuranaan makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini penulisan menyampaikan ucapan terima kasih,kepada
pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan penyusunan makalah ini.Khusus nya kepada :
1. Ibu Ni Made Dewantari, SKM, M.For, selaku ketua jurusan gizi Politeknik Kesehatan
Denpasar karena telah menerima kami sebagai mahasiswa jurusan gizi.
2. Ibu Ni Made Dewantari, SKM, M.For, karena telah membimbing kami selama proses
pembelajaran.
3. Bapak I Gusti Lanang Gede Karang, A.Md. IPI, selaku pemimpin Perpustakaan Jurusan
Gizi Denpasar yang telah membantu meminjamkan buku referensi.
4. Teman-teman yang telah berkontribus idengan memberikan sumbangan baik materi
maupun pikiran pada penulisan ini.
Akhirnya penulis berharap semoga tuhan memberikan imbalan yang setimpal kepada
mereka yang telah memberikan bantuan.

Denpasar, 5 Agustus 2020

ii
DAFTAR ISI

COVER............................................................................................................. i

KATA PENGANTAR...................................................................................... ii

DAFTAR ISI.................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang......................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah.................................................................................... 2

1.3 Tujuan ..................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................. 3
Bahasa Indonesia
2.1 Definisi Kepribadian................................................................................. 3
2.2 Teori psikologi tentang kepribadian,psikoanalisis,psikologi individual. . 5
2.3 Dinamika kepribadian ............................................................................. 8
2.4 Perkembangan kepribadian....................................................................... 8
Bahasa Inggris
2.1 Definition of personality.......................................................................... 12
2.2 psychological theory of personalty, psychoanalysis, individual psychology 14
2.4 personality dynamics ............................................................................... 16
2.4 personality development .......................................................................... 16
BAB III PENUTUP.......................................................................................... 10
3.1 Kesimpulan............................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 11

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kepribadian menurut Allport (Barrick & Ryan, 2003) didefinisikan sebagai suatu
organisasi yang dinamik dalam diri individu yang merupakan sistem psikopysikal dan hal
tersebut menentukan penyesuaian diri individu secara unik terhadap lingkungan. Definisi ini
menekankan pada atribut eksternal seperti peran individu dalam lingkungan sosial,
penampilan individu, dan reaksi individu terhadap orang lain. Feist & Feist (1998)
mendefinisikan kepribadian sebagai sebuah pola yang relatif menetap, trait, disposisi atau
karakteristik didalam individu yang memberikan beberapa ukuran yang konsisten tentang
perilaku. Menurut Larsen dan Buss (2002) kepribadian merupakan sekumpulan trait
psikologis dan mekanisme didalam individu yang diorganisasikan, relatif bertahan yang
mempengaruhi interaksi dan adaptasi individu didalam lingkungan (meliputi lingkungan
intrafisik, fisik dan lingkungan sosial). Dari berbagai definisi diatas dapat disimpulkan bahwa
kepribadian menurut peneliti adalah sebuah karakteristik didalam diri individu yang relatif
menetap, bertahan, yang mempengaruhi penyesuaian diri individu terhadap lingkungan.
Secara khusus faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya kepribadian ada dua yaitu
faktor genetik dan faktor lingkungan (Pervin dan John, 2001). Faktor genetik mempunyai
peranan penting didalam menentukan kepribadian khususnya yang terkait dengan aspek yang
unik dari individu (Caspi, 2000;Rowe, 1999, dalam Pervin dan John, 2001). Pendekatan ini
berargumen bahwa keturunan memainkan suatu bagian yang penting dalam menentukan
kepribadian seseorang (Robbins, 1998). Faktor lingkungan mempunyai pengaruh yang
membuat seseorang sama dengan orang lain karena berbagai pengalaman yang dialaminya.
Faktor lingkungan terdiri dari faktor budaya, kelas social, keluarga, teman sebaya, situasi.
Diantara faktor lingkungan yang mempunyai pengaruh signifikan terhadap kepribadian
adalah pengalaman individu sebagai hasil dari budaya tertentu. Masing-masing budaya
mempunyai aturan dan pola sangsi sendiri dari perilaku yang dipelajari, ritual dan
kepercayaan. Hal ini berarti masing-masing anggota dari suatu budaya akan mempunyai
karakteristik kepribadian tertentu yang umum (Pervin dan John, 2001). Faktor lain yaitu
faktor kelas sosial membantu menentukan status individu, peran yang mereka mainkan, tugas
yang diembannya dan hak istimewa yang dimiliki. Faktor ini mempengaruhi bagaimana

1
individu melihat dirinya dan bagaimana mereka mempersepsi anggota dari kelas sosial lain
(Pervin dan John, 2001). Salah satu faktor lingkungan yang paling penting adalah pengaruh
keluarga (Collins et al., 2000; Halvelson dan Wampler, 1997; Maccoby, 2000 dalam Pervin
dan John, 2001). Orang tua yang hangat dan penyayang atau yang kasar dan menolak, akan
mempengaruhi perkembangan kepribadian pada anak. Menurut Pervin dan John (2001),
lingkungan teman mempunyai pengaruh dalam perkembangan kepribadian. Pengalaman pada
masa kecil dan remaja dalam suatu kelompok mempunyai pengaruh terhadap perkembangan
kepribadian. Situasi, mempengaruhi dampak keturunan dan lingkungan terhadap kepribadian.
Kepribadian seseorang, walaupun pada umumnya mantap dan konsisten, berubah dalam
situasi yang berbeda. Tuntutan yang berbeda dari situasi yang berlainan memunculkan aspek-
aspek yang berlainan dari kepribadian seseorang (Robbins, 1998).
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian kepribadian?
2. Bagaimana teori psikologi tentang kepribadian, psikoanalisis, psikologi individual
3. Bagaimana dinamika kepribadian?
4. Bagaimana perkembangan kepribadian?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian kepribadian
2. Untuk mengetahui teori psikologi tentang kepribadian, psikoanalisis, psikologi individual
3. Untuk mengetahui dinamika kepribadian
4. Untuk mengetahui perkembangan kepribadian

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Kepribadian

Kepribadian secara umum adalah suatu tingkah laku sosial yang terdiri dari ekspresi,
perasaan, ciri khas, kekuatan, dorongan, keinginan, opini dan sikap yang melekat pada
seseoarang bila berhubungan dengan orang lain atau dihadapkan pada situasi tertentu.
Kepribadian adalah istilah dari suatu konsep yang luas sehingga pengertian kepribadian tidak
bisa dipukul rata kepada semua orang. Dapat dikatakan bahwa kepribadian adalah ciri khas
perilaku dari seseorang. Kepribadian adalah keseluruhan cara seorang individu bereaksi dan
berinteraksi dengan individu lain

 Definisi kepribadian menurut para ahli

Ada beberapa pendekatan yang dikemukakan oleh para ahli untuk memahami kepribadian.
Salah satu pendekatan yang digunakan adalah teori trait. Teori trait merupakan sebuah model
untuk mengidentifikasi trait-trait dasar yang diperlukan untuk menggambarkan suatu
kepribadian. Trait didefinisikan sebagai suatu dimensi yang menetap dari karakteristik
kepribadian, hal tersebut yang membedakan individu dengan individu yang lain (Fieldman,
1993). Selama beberapa tahun debat diantara para tokoh-tokoh teori trait mengenai jumlah serta
sifat dimensi trait yang dibutuhkan dalam menggambarkan kepribadian. Sampai pada tahun
1980-an setelah ditemukan metode yang lebih canggih dan berkualitas, khususnya analisa faktor,
mulailah ada suatu konsensus tentang jumlah trait. Saat ini para peneliti khususnya generasi
muda menyetujui teori trait yang mengelompokkan trait menjadi lima besar, dengan dimensi
bipolar (John, 1990; Costa & McCrae, 1992 dalam Pervin & John, 2001), yang disebut Big Five.
Secara modern bentuk dari taksonomi big five, diukur dengan dua pendekatan utama. Cara
pertama dengan berdasar pada self rating pada trait kata sifat tunggal, seperti talkactive, warm,
moody, dsb. Pendekatan lain dengan self rating pada item-item kalimat, seperti hidupku seperti
langkah yang cepat (Larsen & Buss, 2002). Lewis R. Goldberg telah melakukan penelitian secara
sistematik dengan menggunakan trait kata sifat tunggal. Taksonomi Goldberg telah diuji dengan
menggunakan analisa faktor, yang hasilnya sama dengan struktur yang ditemukan oleh Norman
tahun 1963. Menurut Goldberg (1990 dalam Larsen & Buss, 2002), big five terdiri dari: a.

3
Surgency atau extraversion b. Agreeableness c. Conscientiousness d. Emotional Stability e.
Intellec atau Imagination Sementara itu, pengukuran big five yang menggunakan trait kata
tunggal sebagai sebuah item, dikembangkan oleh Paul T. Costa dan Robert R. McCrae. Alat
yang digunakan untuk mengukur ini dinamakan NEO-PI-R yaitu The Neuroticism-
ExtraversionOpenness (NEO) Personality Inventory (PI) Revised (R) (Costa & McCrae, 1989
dalam Larsen & Buss, 2002). Faktor-faktor didalam big five menurut Costa & McCrae
( 1985;1990;1992 dalam Pervin & John, 2001) meliputi :

1. Neuroticism

Trait ini menilai kestabilan dan ketidakstabilan emosi. Mengidentifikasi kecenderungan


individu apakah mudah mengalami stres, mempunyai ide-ide yang tidak realistis,
mempunyai coping response yang maladaptif ( Costa & McCrae 1985;1990;1992 dalam
Pervin & John, 2001). Dimensi ini menampung kemampuan seseorang untuk menahan stres.
Orang dengan kemantapan emosional positif cenderung berciri tenang, bergairah dan aman.
Sementara mereka yang skornya negatif tinggi cenderung tertekan, gelisah dan tidak aman
(Robbins, 2001).

2. Extraversion
Menilai kuantitas dan intensitas interaksi interpersonal, level aktivitasnya , kebutuhan
untuk didukung, kemampuan untuk berbahagia ( Costa & McCrae 1985;1990;1992 dalam
Pervin & John, 2001). Dimensi ini menunjukkan tingkat kesenangan seseorang akan
hubungan. Kaum ekstravert (ekstraversinya tinggi) cenderung ramah dan terbuka serta
menghabiskan banyak waktu untuk mempertahankan dan menikmati sejumlah besar
hubungan. Sementara kaum introvert cenderung tidak sepenuhnya terbuka dan memiliki
hubungan yang lebih sedikit dan tidak seperti kebanyakan orang lain, mereka lebih senang
dengan kesendirian (Robbins, 2001).

3. Openness

Menilai usahanya secara proaktif dan penghargaannya terhadap pengalaman demi


kepentingannya sendiri. Menilai bagaimana ia menggali sesuatu yang baru dan tidak biasa
( Costa & McCrae 1985;1990;1992 dalam Pervin & John, 2001). Dimensi ini
mengamanatkan tentang minat seseorang. Orang terpesona oleh hal baru dan inovasi, ia akan

4
cenderung menjadi imajinatif, benarbenar sensitif dan intelek. Sementara orang yang disisi
lain kategori keterbukaannya ia nampak lebih konvensional dan menemukan kesenangan
dalam keakraban (Robbins, 2001).

4. Agreeableness

Menilai kualitas orientasi individu dengan kontinum nulai dari lemah lembut sampai
antagonis didalam berpikir, perasaan dan perilaku ( Costa & McCrae 1985;1990;1992 dalam
Pervin & John, 2001). Dimensi ini merujuk kepada kecenderungan seseorang untuk tunduk
kepada orang lain. Orang yang sangat mampu bersepakat jauh lebih menghargai harmoni
daripada ucapan atau cara mereka. Mereka tergolong orang yang kooperatif dan percaya
pada orang lain. Orang yang menilai rendah kemampuan untuk bersepakat memusatkan
perhatian lebih pada kebutuhan mereka sendiri ketimbang kebutuhan orang lain (Robbins,
2001).

5. Conscientiousness

Menilai kemampuan individu didalam organisasi, baik mengenai ketekunan dan motivasi
dalam mencapai tujuan sebagai perilaku langsungnya. Sebagai lawannya menilai apakah
individu tersebut tergantung, malas dan tidak rapi (Costa & McCrae 1985;1990;1992 dalam
Pervin & John, 2001). Dimensi ini merujuk pada jumlah tujuan yang menjadi pusat perhatian
seseorang. Orang yang mempunyai skor tinggi cenderung mendengarkan kata hati dan
mengejar sedikit tujuan dalam satu cara yang terarah dan cenderung bertanggungjawab, kuat
bertahan, tergantung, dan berorientasi pada prestasi. Sementara yang skornya rendah ia akan
cenderung menjadi lebih kacau pikirannya, mengejar banyak tujuan, dan lebih hedonistik
(Robbins, 2001).

2.2 Teori Psikologi Tentang Kepribadian, Psikoanalisis, Psikologi Individual


A. Teori Psikologi Kepribadian
1. Teori Humanistik
Teori pertama yang dibahas mengenai ini adalah teori humanistik. Teori psikologi
kepribadian yang dikemukakan oleh Abraham Maslow yang berpendapat bahwa manusia
memiliki kebebasan untuk menentukan tindakan atau memilih sendiri nasib yang akan
dijalaninya. Teori ini sebenarnya berdasarkan pada filsafat eksistensialisme yang

5
menolak pendapat bahwa manusia merupakan hasil bentukan sejak lahir atau disebut juga
dengan hasil bentukan alam semesta. Para ahli psikologi berasumsi bahwa individu
memiliki kebebasan dalam memilih tindakan atau menentukan sendiri nasibnya sebagai
perwujudan dari keberadaannya.

2. Teori Behavioristik
Sedangkan menurut teori behavioristik yang dikemukakan oleh beberapa orang
ilmuan, berpendapat bahwa ini adalah tindak laku manusia yang berdasarkan fungsi
stimulus.Kepribadian ini pada akhirnya diperoleh dari belajar pada lingkungan. Ilmuan
yang mengemukakannya adalah J. B. Watson, B. F. Skinner, E. L, Thorndike dan Ivan
Pavlov. Para ahli yang mengemukakan teori yang satu ini telah melakukan berbagai
penelitian dan menemukan bahwa segala tingkah laku manusia didapatkan dari proses
belajar yang berasal dari lingkungannya. Bukan yang didapat secara instan atau yang
dibawa secara lahir.

3. Teori Psikodinamika
Selanjutnya adalah menurut teori psikodinamika yang dikemukakan oleh Sigmun
Freud. Teorinya memiliki pendapat bahwa dalam diri setiap individu terdapat energi
psikis yang dinamis. Energi inilah yang kemudian menentukan kepribadian manusia
karena bersikap kekal atau tak bisa dihilangkan bahkan dihambat sekalipun.

4. Teori Belajar Sosial


Teori psikologi kepribadian ini juga dikemukakan oleh beberapa ilmuan sekaligus
yakni Dollard, Miller, Rotter dan Bandura. Teori belajar sosial memiliki pendapat bahwa
kepribadian manusia adalah hasil dari interaksi dengan lingkungan secara terus menerus.
Di mana, setiap individu dan lingkungan saling memberikan pengaruh. Individu dapat
membentuk perilakunya secara langsung dan tidak langsung. Untuk pembentukan pribadi
secara langsung, ini dilakukan dengan mendapatkan penghargaan dan hukuman dari
lingkungan. Sedangkan yang tidak langsung adalah dengan melakukan pengamatan
terhadap lingkungan.

6
B. Teori Psikologi Psikoanalisis
Psikoanalisis adalah cabang ilmu yang dikembangkan oleh Sigmund Freud dan
para pengikutnya, sebagai studi fungsi dan perilaku psikologis manusia. Sigmund Freud
sendiri dilahirkan di Moravia pada tanggal 6 Mei 1856 dan meninggal di London pada
tanggal 23 September 1939. Pada mulanya istilah psikoanalisis hanya dipergunakan
dalam hubungan dengan Freud saja, sehingga "psikoanalisis" dan "psikoanalisis" Freud
sama artinya. Bila beberapa pengikut Freud dikemudian hari menyimpang dari ajarannya
dan menempuh jalan sendiri-sendiri, mereka juga meninggalkan istilah psikoanalisis dan
memilih suatu nama baru untuk menunjukan ajaran mereka. Contoh yang terkenal
adalah Carl Gustav Jung dan Alfred Adler, yang menciptakan nama "psikologi analitis"
(bahasa Inggris: analitycal psychology) dan "psikologi individual" (bahasa
Inggris: individual psychology) bagi ajaran masing-masing.

Psikoanalisis memiliki tiga penerapan:

1) suatu metode penelitian dari pikiran.

2) suatu ilmu pengetahuan sistematis mengenai perilaku manusia

3) suatu ilmu pengetahuan sistematis mengenai perilaku manusia

Dalam cakupan yang luas dari psikoanalisis ada setidaknya 20 orientasi teoretis yang mendasari
teori tentang pemahaman aktivitas mental manusia dan perkembangan manusia. Berbagai
pendekatan dalam perlakuan yang disebut "psikoanalitis" berbeda-beda sebagaimana berbagai
teori yang juga beragam. Psikoanalisis Freudian, baik teori maupun terapi berdasarkan ide-ide
Freud telah menjadi basis bagi terapi-terapi modern dan menjadi salah satu aliran terbesar dalam
psikologi..[4] Sebagai tambahan, istilah psikoanalisis juga merujuk pada metode penelitian
terhadap perkembangan anak.

C. Teori Psikologi Individual

Alfred adler adalah seorang psikolog dan fisikawan yang mengembangkan teori
psikologi individual. Adler menyatakan ada satu daya motivasi yang memengaruhi semua
bentuk perilaku dan pengalaman manusia. Daya motivasi tersebut disebut "dorongan ke
arah kesempurnaan". Daya tersebut mendorong manusia memenuhi semua potensi dan

7
keinginan yang ada di dalam dirinya, sehingga seorang manusia dapat semakin dekat
dengan apa yang diidealkan. Gagasan adler ini sebenarnya dipengaruhi oleh nietzsche.

2.3. Dinamika kepribadian

Setiap manusia pasti mengalami suatu perkembangan dan pertumbuhan, baik secara fisik

maupun nonfisik. Adakalanya orang akan melewati face-face tertentu dimana face-face tersebut

memiliki perbedaan yang sangat signifikan, misalnya perbedaan dalam berperilaku dan berfikir.

Dinamika kepribadian ini dijelaskan dalam teori psikodinamika. Unsure-unsur yang paling urgen

dalam teori ini adalah terkait motivasi, emosi dan aspek-aspek yang bersifat internal lainnya.

Teori ini mengatakan bahwa perkembangan kepribadian terjadi karena adanya konflik-konflik

dari aspek-aspek psikologis tersebut. Kunci utama memahami kepribadian manusia menurut

teori psikodinamika adalah dengan mengetahui berbagai sumber perilaku manusia, baik secara

disadari maupun tidak disadari.

Teori psikodinamika ditemukan oleh Sigmund Freud (1856-1939). Kemudian dia memberikan

nama aliran yang telah dia kembangkan menjadi “Psikoanalisis”. Lahirnya aliran ini dalam dunia

psikologi oleh para ahli psikologi sering dicaci, ditolak, tapi pada akhirnya diagumgkan.

2.4 Perkembangan Kepribadian


Pengembangan pribadi meliputi segala kegiatan yang meningkatkan kesadaran dan
identitas diri, mengembangkan bakat dan potensi, membangun sumber daya manusia dan
memfasilitasi kinerja, meningkatkan kualitas hidup dan memberikan kontribusi dalam
mewujudkan impian dan cita-cita. Tidak ada batasan terhadap pengembangan diri, konsepnya
melibatkan baik kegiatan formal maupun nonformal untuk mengembangkan orang lain dalam
peran sebagai guru, pembimbing, konsultan, manajer, coach atau mentor. Ketika pengembangan
diri melibatkan institusi, berarti merujuk kepada metode, program, sarana, tekhnik, dan sistem
assessment yang mendukung pembangunan manusia pada tingkat individu dalam
sebuah organisasi.

8
Pengembangan diri juga bisa termasuk pengembangan orang lain. Hal ini terkait dengan
peran sebagai guru atau mentor, ataupun melalui kompetensi perseorangan (semisal keahlian
seorang manager dalam mengembangkan potensi karyawan) atau melalui jasa professional
(semisal menyediakan training, assessment dan pelatihan).

Disamping meningkatkan diri sendiri dan orang lain, pengembangan diri ditandai sebagai
bidang praktik sekaligus bidang penelitian. Sebagai bidang praktik, itu mencakup metode
pengembangan diri, program pembelajaran, sistem assessment, sarana dan tekhnik. Sementara
sebagai bidang penelitian, tema-tema pengembangan diri secara drastis bermunculan di dalam
jurnal-jurnal ilmiah, dalam review-review pendidikan tingkat tinggi, jurnal management dan
buku-buku bisnis.

Berbagai bentuk pengembangan―baik ekonomi, politik, biologi, organisasi atau


perseorangan―membutuhkan kerangka kerja untuk mengetahui apakah sebuah perubahaan
benar-benar terjadi. Dalam kasus pengembangan diri, seorang individu kerap kali bertindak
selaku juri apakah terjadi peningkatan atau kemunduran, tapi validasi peningkatan membutuhkan
assessment menggunakan kriteria standar. Kerangka kerja pengembangan diri bisa termasuk
sasaran atau patokan yang menentukan titik akhir, strategi atau rencana untuk mencapai sasaran,
pengukuran dan assessment kemajuan, tahapan-tahapan yang menunjukkan lompatan/kemajuan
selama proses pengembangan, dan sistem feedback yang menyediakan informasi atas perubahan.

9
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kepribadian secara umum adalah suatu tingkah laku sosial yang terdiri dari ekspresi,
perasaan, ciri khas, kekuatan, dorongan, keinginan, opini dan sikap yang melekat pada
seseoarang bila berhubungan dengan orang lain atau dihadapkan pada situasi tertentu.
Ada beberapa pendekatan yang dikemukakan oleh para ahli untuk memahami
kepribadian. Salah satu pendekatan yang digunakan adalah teori trait, Trait didefinisikan
sebagai suatu dimensi yang menetap dari karakteristik kepribadian. Trait yang
merupakan sebuah model untuk mengidentifikasi trait-trait dasar yang diperlukan untuk
menggambarkan suatu kepribadian.

10
DAFTAR PUSTAKA

https://www.gurupendidikan.co.id/pengertian-unsur-dan-jenis-kepribadian-serta-cirinya/

https://epsikologi.com/psikologi-kepribadian/

https://d1wqtxts1xzle7.cloudfront.net/56478865/05_-

_Analisis_Faktor_Alat_Ukur_Kepribadian_Big_Five_Adaptasi_dari_IPIP_pada_Mahasiswa_Su

ku_Jawa.pdf?1525321131=&response-content-disposition=inline%3B+filename

%3DAnalisis_Faktor_Alat_Ukur_Kepribadian_Bi.pdf&Expires=1596632391&Signature=SlvNS

ZGskYToHiUyVkITefMwHZxye4iDXq7T6cpWu~rUx6Mtsp9Zur~USw3amg9PlyONRwFkko

LGnLZEUA0EOoSmibJhAqMXhn2xKI7gQq2sx1GljvuUeRrvlDHPDz1OLhcujJI0XAS1iN3-

mn4xBf9L7bolcS23JQUVfU0Dj3jCFLdolVb~NLVr6JLW9nJZPqMGePHzGJ--

LcQvCUx3JTcm0N11I2fm89qq0jDY3UFlibzeEE02uFZ80Q9DChPGgm5EZSGvs411oVO0crd

3t14lTXWaOPYICzLp-58Is2V~ErHqFyIKlgHnpn1MFdvftIbP09yefIrhT7iDisRObg__&Key-

Pair-Id=APKAJLOHF5GGSLRBV4ZA

https://dosenpsikologi.com/teori-psikologi-kepribadian

https://id.wikipedia.org/wiki/Psikoanalisis

https://www.universitaspsikologi.com/2018/05/teori-psikologi-individual.html

11
https://www.kompasiana.com/farichatun/5528539f6ea834a15c8b459f/dinamika-kepribadian

https://id.wikipedia.org/wiki/Pengembangan_diri

https://epsikologi.com/psikologi-kepribadian/

CHAPTER II
DISCUSSION
2.1 Definition of Personality
Personality in general is a social behavior consisting of expressions, feelings, characteristics,
strengths, drives, desires, opinions and attitudes that are inherent in someone when dealing
with other people or being faced with certain situations. Personality is a term from a broad
concept so that the notion of personality cannot be applied equally to everyone. It can be said
that personality is a characteristic of a person's behavior. Personality is the whole way an
individual reacts and interacts with other individuals
 Definition of personality according to experts
There are several approaches put forward by experts to understand personality. One of
the approaches used is the trait theory. The trait theory is a model for identifying the
basic traits needed to describe a personality. Trait is defined as a permanent dimension of
personality characteristics, it is what differentiates an individual from other individuals
(Fieldman, 1993). Over the years there has been debate among trait theory figures about
the number and nature of trait dimensions needed to describe personality. It was not until
the 1980s that after the discovery of more sophisticated and quality methods, particularly
factor analysis, there began to be a consensus on the number of traits. Currently,
researchers, especially the younger generation, agree with the trait theory that classifies
traits into big five, with bipolar dimensions (John, 1990; Costa & McCrae, 1992 in Pervin
& John, 2001), which is called the Big Five. In the modern form of the big five
taxonomy, it is measured by two main approaches. The first method is based on self-
rating on trait single adjectives, such as talkactive, warm, moody, etc. Another approach

12
with self rating on sentence items, such as my life is like a fast pace (Larsen & Buss,
2002). Lewis R. Goldberg has conducted research in a systematic manner using the single
adjective trait. Goldberg's taxonomy has been tested using factor analysis, whose results
are the same as the structure found by Norman in 1963. According to Goldberg (1990 in
Larsen & Buss, 2002), the big five consists of: a. Surgency or extraversion b.
Agreeableness c. Conscientiousness d. Emotional Stability e. Intellec or Imagination
Meanwhile, the big five measurement that uses a single word trait as an item, was
developed by Paul T. Costa and Robert R. McCrae. The tool used to measure this is
called NEO-PI-R, namely The Neuroticism-Extraversion Openness (NEO) Personality
Inventory (PI) Revised (R) (Costa & McCrae, 1989 in Larsen & Buss, 2002). The factors
in the big five according to Costa & McCrae (1985; 1990; 1992 in Pervin & John, 2001)
include:
1. Neuroticism
This trauma assesses emotional stability and instability. Identifying the tendency of
individuals to experience stress easily, have unrealistic ideas, have a maladaptive coping
response (Costa & McCrae 1985; 1990; 1992 in Pervin & John, 2001). This dimension
accommodates a person's ability to withstand stress. People with positive emotional
stability tend to be calm, passionate and safe. Meanwhile, those with high negative scores
tend to be depressed, restless and insecure (Robbins, 2001).
2. Extraversion
Assess the quantity and intensity of interpersonal interactions, level of activity, need for
support, ability to be happy (Costa & McCrae 1985; 1990; 1992 in Pervin & John, 2001).
This dimension shows the level of pleasure a person will have in relationships. Extraverts
(high extraversion) tend to be friendly and open and spend a lot of time maintaining and
enjoying a large number of relationships. While introverts tend to be less open and have
fewer relationships and unlike most other people, they prefer being alone (Robbins,
2001).
3. Openness
Proactively assessing his efforts and appreciation of the experience for his own sake.
Assess how he explores something new and unusual (Costa & McCrae 1985; 1990; 1992
in Pervin & John, 2001). This dimension mandates a person's interest. People are

13
fascinated by new things and innovation, they will tend to be imaginative, truly sensitive
and intellectual. While people on the other hand are more conventional in their openness
category and find pleasure in intimacy (Robbins, 2001).
4. Agreeableness
Assess the quality of individual orientation with a continuum ranging from gentle to
antagonistic in thinking, feeling and behavior (Costa & McCrae 1985; 1990; 1992 in
Pervin & John, 2001). This dimension refers to a person's tendency to submit to others.
People who are very capable of agreeing are far more appreciative of harmony than their
speech or manner. They are classified as cooperative people and believe in others. People
who underestimate the ability to agree to focus more on their own needs rather than the
needs of others (Robbins, 2001).
5. Conscientiousness
Assessing individual abilities within the organization, both regarding persistence and
motivation in achieving goals as their direct behavior. In contrast to assess whether the
individual is dependent, lazy and untidy (Costa & McCrae 1985; 1990; 1992 in Pervin &
John, 2001). This dimension refers to the number of goals that are the center of one's
attention. High scoring people tend to listen to their conscience and pursue few goals in a
purposeful way and tend to be responsible, resilient, dependent, and achievement-
oriented. Meanwhile, those with low scores tend to be more distracted, pursue multiple
goals, and are more hedonistic (Robbins, 2001).
2.2 Psychological Theory of Personality, Psychoanalysis, Individual Psychology
A. Psychological Theory of Personality
1. Humanistic Theory
The first theory discussed regarding this is the humanistic theory. The psychological
theory of personality put forward by Abraham Maslow which argues that humans
have the freedom to determine their actions or choose their own destiny. This theory
is actually based on a philosophy of existentialism reject the opinion that humans are
the result of formation from birth or also called the results of the formation of the
universe. Psychologists assume that individuals have the freedom to choose actions or
determine their own destiny as the manifestation of their existence.
2. Behavioristic Theory

14
Meanwhile, according to the behavioristic theory put forward by some scientists, it is
argued that this is human behavior based on the function of a stimulus. This
personality is ultimately obtained from learning in the environment. Scientists who
put it forward are J. B. Watson, B. F. Skinner, E. L, Thorndike and Ivan Pavlov. The
experts who put forward this one theory have done various studies and found that all
human behavior is obtained from the learning process that comes from the
environment. Not what is obtained instantly or that is brought about by birth.
3. Psychodynamic Theory
Next is according to the psychodynamic theory put forward by Sigmun Freud. The
theory has the opinion that in every individual there is dynamic psychic energy. This
energy then determines the human personality because it is permanent or cannot be
eliminated, even though it is inhibited.
4. Social Learning Theory
This theory of personality psychology was also put forward by several scientists at
once, namely Dollard, Miller, Rotter and Bandura. Social learning theory has the
opinion that human personality is the result of continuous interaction with the
environment. Where, each individual and the environment influence each other.
Individuals can shape their behavior directly and indirectly. For direct personal
formation, this is done by getting respect and punishment from the environment.
Meanwhile, what is indirect is by observing the environment.
B. Psychological Theory of Psychoanalysis
Psychoanalysis is a branch of science developed by Sigmund Freud and his followers, as
a study of human psychological function and behavior. Sigmund Freud himself was born
in Moravia on May 6, 1856 and died in London on September 23, 1939. At first the term
psychoanalysis was only used in connection with Freud, so that Freud's "psychoanalysis"
and "psychoanalysis" were synonymous. When some of Freud's followers later deviated
from his teachings and went their own way, they also abandoned the term psychoanalysis
and chose a new name to denote their teachings. Famous examples are Carl Gustav Jung
and Alfred Adler, who coined the names "analytical psychology" (English: analitycal
psychology) and "individual psychology" (English: individual psychology) for their
respective teachings.

15
Psychoanalysis has three applications:
1. a research method of the mind.
2. a systematic science of human behavior
3. a systematic science of human behavior

Within the broad scope of psychoanalysis there are at least 20 theoretical orientations
that underlie theories concerning the understanding of human mental activity and
human development. The various approaches to treatment that are called
"psychoanalytic" vary as well as the various theories. Freudian psychoanalysis, both
theory and therapy based on Freud's ideas, has become the basis for modern therapies
and is one of the largest schools of psychology. [4] In addition, the term
psychoanalysis also refers to research methods on child development.

C. Theory of Individual Psychology


Alfred Adler is a psychologist and physicist who developed individual psychological
theories. Adler states that there is one motivational force that influences all forms of
human behavior and experience. This motivational force is called the "drive to
perfection." This power encourages humans to fulfill all the potentials and desires that
exist within themselves, so that a human being can get closer to what is idealized. Adler's
idea was actually influenced by nietzsche.
2.3 Personality dynamics
Every human being must experience a development and growth, both physically and non-
physically. Sometimes people will pass certain faces where those faces have very significant
differences, for example differences in behavior and thinking.
These personality dynamics are explained in psychodynamic theory. The most urgent
elements in this theory are related to motivation, emotions and other internal aspects. This
theory says that personality development occurs because of conflicts from these
psychological aspects. The main key to understanding human personality according to
psychodynamic theory is knowing the various sources of human behavior, both consciously
and unconsciously.

16
Psychodynamic theory was discovered by Sigmund Freud (1856-1939). Then he gave the
name of the school which he had developed into "Psychoanalysis". The birth of this flow in
the world of psychology by psychologists is often reviled, rejected, but ultimately admirable.
2.4 Personality Development
Personal development includes all activities that increase self-awareness and identity,
develop talents and potentials, build human resources and facilitate performance, improve the
quality of life and contribute to realizing dreams and ideals. There are no limits to self-
development, the concept involves both formal and non-formal activities to develop others in
roles as teachers, mentors, consultants, managers, coaches or mentors. When self-
development involves institutions, it means referring to methods, programs, tools,
techniques, and assessment systems that support human development at the individual level
in an organization.
Self-development can also include the development of others. This is related to the role of a
teacher or mentor, or through individual competencies (such as a manager's expertise in
developing employee potential) or through professional services (such as providing training,
assessment and training).
Besides improving oneself and others, self-development is characterized as both a field of
practice and a field of research. As a field of practice, it includes self-development methods,
learning programs, assessment systems, facilities and techniques. Meanwhile, as a research
field, themes of self-development have drastically appeared in scientific journals, in higher
education reviews, management journals and business books.
Various forms of development - be it economic, political, biological, organizational or
individual - require a framework for knowing whether a change is really taking place. In the
case of self-development, an individual often acts as a judge whether there is an increase or a
decline, but validation of improvement requires an assessment using standard criteria. The
self-development framework may include goals or benchmarks that define the end point,
strategies or plans for achieving goals, measurement and assessment of progress, stages that
indicate leaps / progress during the development process, and a feedback system that
provides information on changes.

17

Anda mungkin juga menyukai