Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kebijakan ekonomi suatu negara tidak bisa lepas dari campur tangan pemerintah, karena
pemerintah memegang kendali atas segala sesuatu yang menyangkut semua kebijakan yang
bermuara kepada keberlangsungan negara itu sendiri. Kebijakan ekonomi sangat beragam dan
bermacam-macam pula kebijakannya. Oleh sebab itu, pemerintah wajib menganut salah satu
kebijakan ekonomi sebagai dasar dalam pengambilan kebijakan pemerintah. Apapun sistem
ekonomi yang dianut pemerintah, maka itulah sistem ekonomi yang terbaik bagi perekonomian
rakyat, meskipun nantinya dalam perjalanannya memiliki berbagai kelemahan.
Kebijakan ekonomi pasti memiliki fenomena yang berdampak positif dan negatif, salah satu
dampak negatif yang sering terjadi adalah inflasi. Inflasi merupakan fenomena yang timbul
akibat banyaknya jumlah uang yang beredar, kenaikan biaya produksi, besarnya tarikan
permintaan dari konsumen, dan adanya inflasi tularan dari luar negeri. Akibatnya akan
mempengaruhi perekonomian didalam negeri dan semakin bertambahnya pengangguran. Selain
dampak negatif kebijakan ekonomi, juga memiliki dampak positifnya, yaitu memudahkan
pemerintah untuk mengatur perekonomian dan anggaran pembelanjaan negara. Sehingga, dengan
kebijakan yang telh diterapkan maka hasil yang didapatkan digunakan untuk keperluan didalam
negeri dan keperluan rakyat.
Selama ini kita mengenal tiga sistem perekonomian yang berlaku di dunia yaitu sistem
kapitalis, sistem sosialis dan sistem campuran. Salah satu dari tiga sistem tersebut diterapkan di
Indonesia yaitu sistem campuran, dimana sistem campuran adalah sebuah sistem perekonomian
dengan adanya peran pemerintah yang ikut serta menentukan cara-cara mengatasi masalah
ekonomi yang dihadapi masyarakat. Tetapi campur tangan ini tidak sampai menghapuskan sama
sekali kegiatan-kegiatan ekonomi yang dilakukan pihak swasta yang diatur menurut prinsip-
prinsip cara penentuan kegiatan ekonomi yang terdapat dalam perekonomian pasar.
Bentuk-bentuk campur tangan pemerintah antara lain :
1. Membuat peraturan-peraturan, dengan maksud untuk menghindari praktek sehat dalam

1
perekonomian pasar.
2. Secara langsung ikut serta dalam kegiatan-kegiatan ekonomi. Ikut serta pemerintah
dilakukan dengan mendirikan perusahaan-perusahaan yang menyediakan barang atau jasa
jasa dalam kehidupan masyarakat. Contoh: Perusahaan Air Minum
3. Melaksanakan kebijakan fiskal dan moneter. Kebijakan fiskal yang dilakukan pemerintah
merupakan kebijakan didalam bidang perpajakan (penerimaan) dan pengeluarannya,
sedangkan kebijakan moneter adalah langkah-langkah yang dijalankan oleh Bank Sentral
untuk mengawasi jumlah uang yang berada di tangan masyarakat.
Pada dasarnya, kebijakan fiskal bertujuan untuk mencapai tingkat kesempatan kerja yang
tinggi dan mencapai kapasitas produksi nasional yang tinggi. Kebijakan fiskal merujuk pada
kebijakan yang dibuat pemerintah untuk mengarahkan ekonomi suatu negara melalui
pengeluaran dan pendapatan (berupa pajak) pemerintah. Kebijakan fiskal berbeda dengan
kebijakan moneter yang bertujuan menstabilkan perekonomian dengan cara mengontrol tingkat
bunga dan jumlah uang yang beredar. Instrumen utama kebijakan fiskal adalah pengeluaran dan
pajak. Perlunya penerapan kebijakan fiskal dan moneter secara tepat sangat berdampak pada
keberlangsungan perekonomian negara. Maka, diperlukan pemahaman dalam penerapan
kebijakan tersebut.
Pada makalah ini kami akan membahas lebih lanjut mengenai permasalahan dari salah satu
kebijakan yang diterapkan oleh pemerintahan yaitu Kebijakan Fiskal.

1.2 Rumusan Masalah


Pada makalah ini akan membahas mengenai :

1. Apakah pengertian dari kebijakan fiskal?


2. Apa fungsi dari kebijakan fiskal?
3. Apa tujuan dari kebijakan fiskal?
4. Apa saja manfaat dari kebijakan fiskal?
5. Apa saja instrument kebijakan fiskal?
6. Apa saja bentuk-bentuk kebijakan fiskal?
7. Apa saja jenis-jenis kebijakan fiskal?
8. Apa peranan Kebijakan Fiskal?

2
9. Apa pengaruh kebijakan fiskal terhadap perekonomian?
10. Apa pengaruh resiko kebijakan fiskal?

1.3 Tujuan Makalah


Makalah ini selain bertujuan untuk memenuhi tugas Matakuliah Moneter 1 adalah untuk
memahami lebih dalam mengenai Kebijakan Fiskal.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Kebijakan Fiskal


Menurut Nopirin, Ph. D. menyatakan bahwa kebijakan fiskal terdiri dari perubahan
pengeluaran pemerintah atau perpajakan dengan tujuan untuk mempengaruhi besar serta susunan
permintaan agregat. Indikator yang biasa dipakai adalah badget defisit yakni selisih antara
pengeluaran pemerintah (dan juga pembayaran transfer) dengan penerimaan terutama dari pajak.
Menurut Sadono Sukirno, menyatakan jika kebijakan fiskal adalah langkah-langkah pemerintah
untuk membuat perbaha-perubahan dalam sistem pajak atau dalam perbelanjaannya dengan
maksud untuk mengatasi masalah-masalah ekonomi yang dihadapi.
Kebijakan fiskal adalah kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah dalam rangka
mendapatkan dana-dana dan kebijaksanaan yang ditempuh oleh pemerintah untuk
membelanjakan dananya tersebut dalam rangka melaksanakan pembangunan. Atau dengan kata
lain, kebijakan fiskal adalah kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan penerimaan atau
pengeluaran negara. Kebijakan fiskal merupakan kebijakan pemerintah yang dilakukan dengan
cara mempengaruhi sisi penawaran maupun sisi pengeluaran pada Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara (APBN). Segala macam kebijakan yang berkaitan dengan Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara (APBN) digolongkan sebagai kebijakan fiskal, misalnya kebijakan bidang
perpajakan, kebijakan hutang luar negeri, dan kebijakan peningkatan pengeluaran pemerintah.
Kebijakan fiskal yang sering disebut “politik fiskal” atau “fiscal policy” biasa diartikan
sebagai tindakan yang diambil oleh pemerintah dalam bidang anggaran belanja negara dengan
maksud untuk mempengaruhi jalannya perekonomian. Anggaran belanja negara terdiri dari
penerimaan berupa hasil pungutan pajak dan pengeluaran yang dapat berupa “government
expenditure” dan “government transfer”, maka sering pula dikatakan bahwa kebijakan fiskal
meliputi semua tindakan pemerintah yang berupa tindakan memperbesar atau memperkecil
jumlah pungutan pajak, memperbesar atau memperkecil “government expenditure” dan atau
memperbesar atau memperkecil “government transfer” yang bertujuan untuk mempengaruhi
jalannya perekonomian.

4
Di Indonesia, kebijakan fiskal mempunyai dua prioritas. Prioritas pertama adalah mengatasi
APBN, dan masalah – masalah APBN lainnya. Defisit APBN terjadi apabila penerimaan
pemerintah lebih kecil daripada pengeluarannya. Prioritas kedua adalah mengatasi masalah
stabilitas ekonomi makro, yang terkait dengan antara lain laju pertumbuhan ekonomi, tingkat
atau laju pertumbuhan inflasi, jumlah kesempatan kerja/ penggangguran dan saldo neraca
pembayaran. Apabila APBN defisit, pemerintah hanya mempunyai dua pilihan untuk membiayai
saldo negatif tersebut, yaitu didanai oleh Bank Indoneisa lewat printing money yang berarti
jumlah uang yang beredar di masyarakat meningkat, atau melebihi pinjaman, baik dari dalam
negeri, misalnya dengan menerbitkan obligasi, atau dari luar negeri ( cara yang kedua ini berarti
ekonomi tidak lagi tertutup). Karena opsi pertama tersebut sangat berisiko terhadap peningkatan
laju inflasi, maka biasanya opsi kedua yang dipilih.

B. Fungsi Kebijakan Fiskal


Kebijakan fiskal merupakan kebijakan dalam mengelola keungan negara yaitu yang terdapat
pada pos penerimaan dan pos pengeluaran negara dalam APBN yang merujuk pada pasal 3 ayat
(4) UU No. 17/2003 tentang keuangan negara, kebijakan fiskal terkait anggaran (APBN)
mempunyai fungsi, antara lain:
 Fungsi alokasi adalah untuk mengalokasikan faktor-faktor produksi yang tersedia dalam
masyarakat untuk memenuhi kebutuhan mereka.
 Fungsi distribusi adalah fungsi yang mempunyai tujuan agar pembagian pendapatan nasional
dapat merata untuk semua kalangan.
 Fungsi stabilisasi adalah untuk terpeliharanya keseimbangan ekonomi terutama berupa
kesempatan kerja yang tinggi,tingkat harga barang pokok relatif stabil, dan tingkat
pertumbuhan ekonomi yang memadai
 Fungsi otoritas adalah anggaran negara menjadi dasar untuk melaksanakan pendapatan dan
belanja negara pada tahun yang bersangkutan
 Fungsi perencanaan adalah anggaran negara menjadi pedoman bagi manajemen dalam
merencanakan kegiatan pada tahun yang bersangkutan.
 Fungsi pengawasan adalah anggaran negara menjadi pedoman untuk menilai apakah kegiatan
penyelenggaraan pemerintah negara sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.

5
C. Tujuan Kebijakan Fiskal
Tujuan kebijakan fiskal adalah untuk mempengaruhi jalannya perekonomian. Hal ini
dilakukan dengan jalannya memperkecil pengeluaran konsumsi pemerintah (G), jumlah transfer
pemerintah (Tr), dan jumlah pajak (Tx) yang diterima pemerintah sehingga dapat mempengaruhi
tingkat pendapatan nasional (Y) dan tingkat kesempatan kerja (N).
Tujuan kebijakan fiskal adalah untuk mencegah pengangguran dan menstabilkan harga,
implementasinya untuk menggerakkan pos penerimaan dan pengeluaran dalam anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Dengan semakin kompleknya struktur ekonomi
perdagangan dan keungan. Maka semakin rumit pula cara penanggulangan infalsi. Kombinasi
beragam harus digunakan secara tepat seperti kebijakan fiskal, kebijakan moneter, perdagangan
dan penentuan harga.
Adapun kebijakan fiskal sebagai sarana menggalakan pembangunan ekonomi bermaksud
mencapai tujuan sebagai berikut :
1. Untuk Meningkatkan Laju Investasi
Kebijakan fiskal bertujuan meningkatkan dan memacu laju investasi disektor swasta dan
sektor Negara. Selain itu, kebijakan fiskal juga dapat dipergunakan untuk mendorong dan
menghambat bentuk investasi tertuntu. Dalam rangka itu pemerintah harus menerapkan kebijaan
investasi berencana di sektor public, namun pada kenyataannya dibeberapa Negara berkembang
dan tertinggal terjadi suatu problem yaitu dimana langkanya tabungan sukarela, tingkat konsumsi
yang tinggi dan terjadi investasi dijalur yang tidak produktif dari masyarakat dinegara tersbut.
Hal ini disebabkan tidak tersedianya modal asing yang cukup, baik swasta maupun pemerintha.
Oleh karena itu kebijakan fiskal memberikan solusi yaitu berupa dapat meningkatkan rasio
tabungan inkremental yang dapat dipergunakan untuk meningkatkan, memacu, mendorong dan
menghambat laju investasi. Menurut Dr. R. N. Tripathy terdapaat 6 metode yang diterapkan oleh
pemerintah dalam rangka menaikkan rasio tabungan incremental bagi mobilisasi volume
keuangan pembangunan yang diperlukan diantaranya :
a. control fisik langsung
b. peningkatan tarif pajak yang ada
c. penerapan pajak baru
d. surplus dari perusahaan negara
e. pinjaman pemerintah yang tidak bersifat inflationer dan

6
f. keuangan defisit.
2. Untuk Mendorong Investasi Optimal
Kebijakan fiskal bertujuan untuk mendorong investasi optimal, dikarenakan investasi
jenis ini memerlukan dana yang besar dan cepat yang menjadi tangunggan negara secara
serentak berupaya memacu laju pembentukkan modal. Nantinya investasi optimal bermanfaat
dalam pembentukkan pasar yang lebih luas, peningkatan produktivitas dan pengurangan biaya
produksi.
3. Untuk Meningkatkan Kesempatan Kerja
Untuk merealisasikan tujuan ini, kebijakan fiskal berperan dalam hal pengelolan
pengeluaran seperti dengan membentuk anggaran belanja untuk mendirikan perusahaan Negara
dan mendorong perusahaan swasta melalui pemberian subsidi, keringanan dan lain-lainnya
sehingga dari pengupayaan langkah ini tercipta tambahan lapangan pekerjaan. Namun, langkah
ini harus juga diiringi dengan pelaksanaan program pengendalian jumlah penduduk.
4. Untuk Meningkatkan Stabilitas Ekonomi Ditengah Ketidak Stabilan Internasional
Kebijaksanaan fiskal memegang peranan kunci dalam mempertahankan stabilitas
ekonomi menghadapi kekuatan-kekuatan internal dan eksternal. Dalam rangka mengurangi
dampak internasional fluktuasi siklis pada masa boom, harus diterapkan pajak ekspor dan impor.
Pajak ekspor dapat menyedot rejeki yang timbul dari kenaikkan harga pasar. Sedangkan bea
impor yang tinggi pada impor barang konsumsi dan barang mewah juga perlu untuk
menghambat penggunaan daya beli tambahan.
5. Untuk Menanggulangi Inflasi
Kebijakan fiskal bertujuan untuk menanggulangi inflasi salah satunya adalah dengan cara
penetapan pajak langsung progresif yang dilengkapi dengan pajak komoditi, karena pajak seperti
ini cendrung menyedot sebagian besar tambahan pendapatan uang yang tercipta dalam proses
inflasi.

6. Untuk Meningkatkan Dan Mendistribusikan Pendapatan Nasional


Kebijakan fiskal yang bertujuan untuk mendistribusikan pendapatan nasional terdiri dari
upaya meningkatkan pendapatan nyata masyarakat dan mengurangi tingkat pendapatan yang
lebih tinggi, upaya ini dapat tercipta apabila adanya investasi dari pemerintah seperti pelancaran
program pembangunan regional yang berimbang pada berbagai sektor perekonomian.

7
D. Manfaat Kebijakan Fiskal
Manfaat kebijakan fiskal adalah untuk mempengaruhi jalannya perekonomian. Hal ini
dilakukan dengan jalan memperbesar dan memperkecil pengeluaran komsumsi pemerintah (G),
jumlah transfer pemerntah (Tr), dan jumlah pajak (Tx) yang diterima pemerintah sehingga dapat
mempengaruhi tingkat pendapatn nasional (Y) dan tingkat kesempatan kerja (N).
Manfaat utama kebijakan fiskal ialah untuk mencegah pengangguran dan menstabilkan harga.
Implementasinya untuk menggerakkan Pos penerimaan dan pengeluaran dalam Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Dengan semakin kompleksnya struktur ekonomi
perdagangan dan keuangan, maka semakin rumit pula cara penanggulangan inflasi. Kombinasi
beragam harus digunakan secara tepat, seperti kebijakan fiskal, kebijakan moneter, perdagangan
dan penentuan harga.
Manfaat setelah kebijakan fiskal berlangsung :
o pemerintah dapat melakukan penghematan subsidi
o penghematan yang dirasakan oleh para konsumen rumah tangga, berupa pengeluaran untuk
biaya bahan bakar rumah tangga
o membuka ribuan kesempatan kerja, baik bagi para tenaga kerja berketrampilan khusus
maupun terciptanya usaha distributor atau penjualan produk industri ini bersaing

E. Instrument Kebijakan Fiskal


Instrumen kebijakan fiskal adalah penerimaan dan pengeluaran pemerintah yang
berhubungan erat dengan pajak. Dari sisi pajak jelas jika mengubah tarif pajak yang berlaku
akan berpengaruh pada ekonomi. Jika pajak diturunkan maka kemampuan daya beli masyarakat
akan meningkat dan industri akan dapat meningkatkan jumlah output. Dan sebaliknya kenaikan
pajak akan menurunkan daya beli masyarakat serta menurunkan output industri secara umum.
Perubahan dalam tingkat dan komposisi pajak dan pengeluaran pemerintah dapat berdampak
pada variabel-variabel berikut dalam perekonomian:
o Aggregate demand and the level of economic activity ( Permintaan agregat dan tingkat
kegiatan ekonomi )
o The pattern of resource allocation (Pola alokasi sumber daya)
o The distribution of income (Distribusi pendapatan)

8
Kebijakan fiskal mengacu pada efek keseluruhan hasil anggaran pada kegiatan ekonomi. Sikap
tiga kemungkinan kebijakan fiskal yang netral, ekspansif, dan kontraktif:

 Sikap netral menyiratkan kebijakan fiskal anggaran berimbang di mana G = T (Pemerintah


pengeluaran = Pajak pendapatan). Pengeluaran pemerintah sepenuhnya didanai oleh
penerimaan pajak dan hasil keseluruhan anggaran memiliki efek netral pada tingkat kegiatan
ekonomi.
 Sikap ekspansif kebijakan fiskal bersih melibatkan peningkatan pengeluaran pemerintah
(G>T) melalui pengeluaran pemerintah meningkat, penurunan pendapatan pajak, atau
kombinasi dari keduanya. Hal ini akan mengakibatkan defisit anggaran yang lebih besar atau
lebih kecil daripada surplus anggaran pemerintah sebelumnya.
 Kontraktif kebijakan fiskal (G<T) terjadi ketika bersih dikurangi pengeluaran pemerintah baik
melalui pendapatan pajak yang lebih tinggi, mengurangi pengeluaran pemerintah, atau
kombinasi keduanya. Hal ini akan mengakibatkan defisit anggaran yang lebih rendah atau
surplus yang lebih besar dari pada pemerintah sebelumnya, atau surplus sebelumnya
pemerintah memiliki anggaran berimbang. Kontraktif kebijakan fiskal biasanya berhubungan
dengan surplus.

F. Bentuk Kebijakan Fiskal


Kebijakan fiskal umumnya dibagi atas tiga kategori, yaitu:
1. Kebijakan yang Menyangkut Pembelian Pemerintah atas Barang dan Jasa
Pembelian pemerintah atau belanja negara merupakan unsur di dalam pendapatan
nasional yang dilambangkan dengan huruf “G”.Pembelian atas barang dan jasa pemerintah ini
mencakup pemerintah daerah, dan pusat.Belanja pemerintah ini meliputi pembangunan untuk
jalan raya, jalan tol, bangunan sekolah, gedung pemerintahan, peralatan kemiliteran, dan gaji
guru sekolah.
2. Kebijakan yang Menyangkut Perpajakan
Pajak merupakan pendapatan yang paling besar di samping pendapatan yang berasal dari
migas.Baik perusahaan maupun rumah tangga mempunyai kewajiban melakukan pembayaran
pajak atas beberapa bahkan seluruh kegiatan yang dilakukan.Pajak yang dibayarkan digunakan
semata-mata untuk pembangunan negara tersebut.Kebijakan pemerintah atas perpajakan
mengalami pembaharuan dari waktu ke waktu, hal ini disebut tax reform (pembaharuan

9
pajak).Tax reform yang dilakukan pemerintah mengikuti adanya perubahan di dalam
masyarakat, seperti meningkatnya pendapatan, meningkatnya.
3. Kebijakan yang Menyangkut Pembayaran Transfer
Pembayaran transfer meliputi kompensasi pengangguran, tunjangan keamanan sosial, dan
tunjangan pensiun. Jika dilihat pembayaran transfer merupakan bagian belanja pemerintah tetapi
sebenarnya pembayaran tansfer tidak masuk dalam komponen “G” di dalam perhitungan
pendapatan nasional. Alasannya yaitu karena transfer bukan merupakan pembelian sesuatu
barang yang baru diproduksi dan pembayaran tersebut bukan karena jual beli barang dan jasa.
Pembayaran transfer mempengaruhi pendapatan rumah tangga, namun tidak mencerminkan
produksi perekonomian. Karena PDB dimaksudkan untuk mengukur pendapatan dari produksi
barang dan jasa serta pengeluaran atas produksi barang dan jasa, pembayaran transfer tidak
dihitung sebagai bagian dari belanja pemerintah.

Salah satu gagasan utama Keynes pada tahun 1930-an adalah kebijakan fiskal dapat dan
hendaknya digunakan untuk menstabilkan tingkat keluaran dan peluang kerja. Secara spesifik
menurut Keynes, terdapat dua hal yang dapat dilakukan oleh pemerintah dalam kebijakan fiskal
yaitu:
a. Kebijakan fiskal ekspansioner yaitu memotong pajak dan/atau menaikkan pengeluaran untuk
mengeluarkan perekonomian dari penurunan.
b. Kebijakan fiskal kontraksioner yaitu menaikkan pajak dan/atau memangkas pengeluaran
untuk mengeluarkan perekonomian dari inflasi.
Dari sisi pajak jelas jika mengubah tarif pajak yang berlaku akan berpengaruh pada ekonomi.
Jika pajak diturunkan maka kemampuan daya beli masyarakat akan meningkat dan industri akan
dapat meningkatkan jumlah output. Dan sebaliknya kenaikan pajak akan menurunkan daya beli
masyarakat serta menurunkan output industri secara umum.
Kebijakan fiskal mempunyai pengaruh baik jangka panjang maupun jangka pendek. Kebijakan
fiskal mempengaruhi tabungan, investasi, dan pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang ,
sedangkan dalam jangka pendek mempunyai pengaruh terhadap permintaan agregat barang dan
jasa.

10
G. Jenis – Jenis Kebijakan Fiskal
Jika ditinjau dari sisi teori, ada tiga kebijakan anggaran, yaitu :

a. Kebijakan anggaran pembiayaan fungsional (functional finance)


kebijakan yang mengatur pengeluaran pemerintah dengan melihat berbagai akibat tidak
langsung terhadap pendapatan nasional dan bertujuan untuk meningkatkan kesempatan kerja.
b. Kebijakan pengelolaan anggaran (the finance budget approach
Kebijakan untuk mengatur pengeluaran pemerintah, perpajakan, dan pinjaman untuk
mencapai ekonomi yang mantap.
c. Kebijakan stabilisasi anggaran otomatis (the stabilizing budget)
kebijakan yang mengatur pengeluaran pemerintah dengan melihat besarnya biaya dan manfaat
dari berbagai program. Tujuan kebijakan ini adalah agar terjadi penghematan dalam
pengeluaran pemerintah.

Jika dilihat dari perbandingan jumlah penerimaan dengan jumlah pengeluaran, kebijakan fiscal /
anggaran dapat dibedakan menjadi empat, yaitu :

a. Kebijakan Anggaran Seimbang


Kebijakan anggaran seimbang, adalah kebijakan anggaran yang menyusun pengeluaran sama
besar dengan penerimaan
b. Kebijakan Anggaran Defisit
Kebijakan anggaran defisit yaitu kebijakan anggaran dengan cara menyusun pengeluaran
lebih besar daripada penerimaan.
c. Kebijakan Anggaran Surplus
Kebijakan anggaran surplus, yaitu kebijakan anggaran dengan cara menyusun pengeluaran
lebih kecil dari penerimaan.
d. Kebijakan Anggaran Dinamis
Kebijakan anggaran dinamis, yaitu kebijakan anggaran dengan cara terus menambah jumlah
penerimaan dan pengeluaran sehingga semakin lama semakin besar (tidak statis).

11
H. Peranan Kebijakan Fiskal
Kebijakan fiskal berperan memengaruhi keadaan perekonomian agar berjalan dengan
lebih baik. Hal ini dilakukan dengan cara memperbesar ataupun memperkecil pengeluaran
pemerintah (G), penerimaan pajak (Tx), dan jumlah transfer oleh pemerintah (Tr) peranan
kebijakan fiskal antara lain sebagai berikut:
1. Menurunkan tingkat inflasi
Pemerintah dapat mengambil kebijakan fiskal berupa tindakan memperkecil pengeluaran
pemerintah. Hal tersebut, dapat dilakukan jika pemerintah membatalkan atau menunda proyek-
proyek yang telah direncanakan sebelumnya. Maka, jumlah uang yang beredar akan menurun.
Meningkatkan perolehan pajak merupakan cara yang dapat ditempuh oleh pemerintah. Melalui
upaya menumbuhkan kesadaran pajak masyarakat serta pengenaan tarif pajak yang tinggi untuk
beberapa komponen pajak yang dianggap perlu.
2. Meningkatkan produk domestik bruto
Pemerintah dapat mengambil kebijakan fiskal yaitu memperbesar pengeluaran
pemerintah (G). Hal tersebut, dapat dilakukan dengan merencanakan dan melaksanakan proyek-
proyek pembangunan yang didanai oleh APBN. Dengan adanya proyek tersebut, maka akan
terjadi permintaan barang dan jasa. Sehingga, akan mendorong adanya produksi oleh
masyarakat.
Kebijakan fiskal lainnya yang dapat meningkatkan produk domestik bruto adalah
peningkatan transfer pemerintah (Tr). Transfer pemerintah (Tr) dapat berupa bantuan bencana
alam, beasiswa pelajar, bantuan kepada rakyat miskin dan subsidi dapat meningkatkan daya beli
masyarakat yang pada gilirannya meningkatkan permintaan barang maupun jasa, yang akhirnya
mendorong kegiatan produksi oleh pengusaha.
3. Mengurangi tingkat pengangguran
Mengurangi tingkat pengangguran, pemerintah dapat mengambil kebijakan fiskal, yaitu
memperbesar pengeluaran pemerintah (G) dan memperbesar transfer pemerintah (Tr) berupa
subsidi kepada pengusaha, pengurangan pajak terhadap pengusaha dan sebagainya. Pengeluran
pemerintah untuk mendanai proyek-proyek pembangunan membutuhkan jasa tenaga kerja,
dengan demikian pengangguran dapat dikurangi.
4. Meningkatkan pendapatan masyarakat

12
Pengeluaran pemerintah (G), misalnya proyek pembangunan jalan, jembatan, gedung
pemerintah, pembelian barang berupa peralatan kantor, rumah sakit, militer memberikan
pendapatan kepada masyarakat karena semuanya itu melibatkan tenaga kerja serta memberikan
keuntungan kepada pengusaha. Penyedia bahan bangunan mendapatkan kentungan saat
dilaksanakan proyek pembangunan. Pedagang peralatan kantor, peralatan rumah sakit, militer
mendapat keuntungan saat pemerintah melakukan pembelian barang.

I. Pengaruh Kebijakan Fiskal Terhadap Perekonomian


Pengaruh kebijaksanaan fiskal terhadap perekonomian bisa dianalisa dalam dua tahap
yang berurutan, yaitu :
a. Bagaimana suatu kebijaksanaan fiskal diterjemahkan menjadi suatu APBN
b. Bagaimana APBN tersebut mempengaruhi perekonomian.
APBN mempunyai dua kategori, kategori yang pertama yaitu, mencatat pengeluaran dan
penerimaan yang terdiri dari beberapa pos utama diantaranya:

PENERIMAAN PENGELUARAN

· Pajak (berbagai macam) · Pengeluaran pemerintah untuk pembelian


Hibah barang/jasa
· Pinjaman dari Bank Sentral Pengeluaran pemerintah untuk gaji pegawai
· Pinjaman dari masyarakat dalam negeri· Pengeluaran pemerintah untuk transfer
· Pinjaman dari luar negeri payment

Kebijakan anggaran pemerintah dahulu selalu mengharuskan kebijakan anggaran


berimbang. Kebijakan anggaran berimbang terjadi ketika pemerintah menetapkan pengeluaran

13
sama besar dengan pemasukan. Namun pada saat ini kebijakan anggaran dapat menjadi
kebijakan anggaran defisit (defisit budget), anggaran surplus (surplus budget).
Kebijakan anggaran defisit adalah kebijakan pemerintah untuk membuat pengeluaran
lebih besar dari pemasukan negara guna memberi stimulus pada perekonomian. Dalam hal ini,
peningkatan pengeluaran yaitu pembelian pemerintah atas barang dan jasa. Peningkatan
pembelian atau belanja pemeritah berdampak terhadap peningkatan pendapatan nasional.
Contohnya pemerintah mengadakan proyek membangun jalan raya. dalam proyek ini pemerintah
membutuhkan buruh dan pekerja lain untuk menyelesaikannya. dengan kata lain proyek ini
menyerap SDM sebagai tenaga kerja. hal ini membuat pendapatan orang yang bekerja di situ
bertambah. Anggaran defisit memiliki keunggulan maupun kelemahan, salah satu
keunggulannya adalah terdapat penertiban pada angka defisit dan nilai tambahan utang yang
jelas dan lebih transparan serta bisa diawasi masyarakat. Menurut Menkeu Agus DW
Martowardojo penerapan kebijakan anggaran defisit tujuannya untuk menciptakan ekspansi
fiskal dan menguatkan pertumbuhan ekonomi agar tetap terjaga pada level yang tinggi.
Umumnya sangat baik digunakan jika keadaan ekonomi sedang resesif. Anggaran defisit salah
satunya dengan melakukan peminjaman/hutang, dahulu pemerintahan Bung Karno pernah
menerapkannya dengan cara memperbanyak utang dengan meminjam dari Bank Indonesia, yang
terjadi kemudian adalah inflasi besar-besaran (hyper inflation) karena uang yang beredar di
masyarakat sangat banyak. Untuk menutup anggaran yang defisit dipinjamlah uang dari rakyat,
sayangnya rakyat tidak mempunyai cukup uang untuk memberi pinjaman pada pemerintah.
akhirnya, pemerintah terpaksa meminjam uang dari luar negeri. Ini merupakan salah satu kasus
yang menggambarkan kelemahan dari anggaran defisit.
Sedangkan, anggaran surplus adalah kebijakan pemerintah untuk membuat
pemasukannya lebih besar daripada pengeluarannya. Anggaran surplus (Surplus Budget)/
Kebijakan Fiskal Kontraktif adalah kebijakan Pemerintah untuk membuat pemasukannya lebih
besar daripada pengeluarannya. Baiknya politik anggaran surplus dilaksanakan ketika
perekonomian pada kondisi yang ekspansi yang mulai memanas (overheating) untuk
menurunkan tekanan permintaan. Cara kerja anggaran surplus adalah kebalikan dari anggaran
defisit, uang yang didapat pemerintah dari pendapatan pajak lebih banyak dari yang
dibelanjakan, Pemerintah memenfaatkan selisihnya untuk melunasi beberapa hutang pemerintah
yang masih ada. Surplus anggaran akan menaikkan dana pinjaman, mengurangi suku bunga dan

14
meningkatkan investasi. Investasi yang lebih tinggi seterusnya dapat meningkatkan akumulasi
modal dan mempercepat pertumbuhan ekonomi.

J. Pengaruh Resiko Kebijakan Fiskal


Resiko Fiskal didefinisikan sebagai potensi tambahan defisit APBN yang disebabkan oleh
sesuatu di luar kendali Pemerintah. Pengungkapan resiko fiskal sangat perlu untuk empat tujuan
strategis, yaitu :
i. Peningkatan kesadaran seluruh pemangku kepentingan (stakeholders) dalam
pengelolaan kebijakan fiskal
ii. Meningkatkan keterbukaan fiskal
iii. Meningkatkan tanggung jawab fiskal
iv. Menciptakan kesinambungan fiscal

Resiko Fiskal dikelompokkan dalam empat kategori utama yaitu :


1. Resiko Ekonomi Makro
Dalam penyusunan APBN indikator-indikator ekonomi makro yang digunakan sebagai
dasar penyusunan adalah pertumbuhan ekonomi, tingkat inflasi, suku bunga sertifikat Bank
Indonesia, nilai tukar rupiah, harga minyak mentah Indonesia dan lifting minyak. Indikator
tersebut merupakan asumsi dasar yang menjadi acuan penghitungan besaran-besaran pendapatan,
belanja, dan pembiayaan dalam APBN. Secara umum sumber resiko fiskal yang dihadapi oleh
APBN 2012 terutama berasal dari dua resiko utama, yakni inflasi dan harga minyak.
a. Inflasi. Pemerintah memproyeksikan angka inflasi tahun 2012 berkisar antara 3,5-5,5 persen.
Sementara itu menurut IMF dalam World Economic Outlook per April 2012, inflasi diperkirakan
sebesar 5,85 persen. Angka ini lebih tinggi daripada realisasi inflasi tahun 2010 dan lebih rendah
dari proyeksi tahun 2011. Dengan demikian angka proyeksi pemerintah masih sejalan dengan
kecendrungan penurunan angka inflasi. Meskipun angka inflasi telah menunjukkan angka
penurunan, tetapi resiko tekanan inflasi ke depan diperkirakan masih cukup tinggi.
b. Harga Minyak. Pemerintah memerintahkan harga minyak berkisar antara US$ 75 per barel s/d
US$95 per barel, angka tersebut sejalan dengan penurunan harga minyak dipasaran dunia.
2. Resiko Utang Dinamika Ekonomi Makro

15
Pengelolaan resiko utang diperlukan agar target pembiayaan utang dapat diperoleh
dengan biaya yang wajar dan tidak menimbulkan penumpukan beban utang yang tidak terkendali
pada masa yang akan mendatang.pada dasarnya resiko utang terdiri dari empat, diantaranya :
a. Resiko pasar ini terdiri dari resiko nilai tukar, resiko tingkat bunga dan resiko likuiditas yag
timbul sebagai akibat dari ketidakpastian kondisi pasar keuangan yang dinamis. Resiko nilai
tukar terutama berasal dari utang melalui pinjaman luar negeri, sedangkan resiko tingkat bunga
bersumber dari pinjaman luar negeri berbasis LIBOR dan SBN berbasis SBI 3 bulan.
b. Sedangkan resiko pembiayaan kembali disebabkan oleh besarnya pembayaran kewajiban
utang pada tahun/ periode tertentu.
c. Resiko operasional
Resiko operasional adalah resiko yang disebabkan oleh kegagalan pada orang, proses bisnis dan
sistem diunit terkait. Serta yang ditimbulkan oleh aspek legal. Resiko ini antara lain dapat berupa
gagal bayar akibat kelalaian manusia atau kegagalan sistem yang berdampak pada penurunan
sorvereign credit rating.
d. Resiko Reputasi
Resiko Reputasi merupakan resiko penurunan kredibilitas pengelolaan utang dari sudut pandang
investor dan lender yang disebabkan oleh rendahnya tingkat kepastian dan konsistensi penerapan
strategi pengelolaan utang.
3. Kewajiban Kontijensi Pemerintah Pusat
Kewajiban kontijensi merupakan kewajiban potensial yang timbul dari peristiwa masa
lalu dan keberadaannya menjadi pasti dengan terjadinya atau tidak terjadinya suatu peristiwa
atau lebih pada masa datang yang tidak sepenuhnya berada dalam kendali pemerintah.
Kewajiban kontijensi pemerintah pusat yang menjadi resiko fiskal bersumber dari pemberian
dukungan dan/ atau pinjaman pemerintah atas proyek-proyek infrastruktur, kewajiban yang
timbul akibat program pension dan tabungan hari tua pegawai negeri.
4. Desentralisasi Fiskal
Kebijakan desentralisasi fiskal dilakukan dengan tujuan untuk mempercepat terwujudnya
kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan, pemberdayaan dan peran serta
masyarakat, serta peningkatan daya saing daerah dengan memperhatikan prinsip demokrasi,
pemerataan, keadilan, keistimewaan, dan kekhususan suatu daerah dalam sistem Negara
Republik Kesatuan Indonesia. Dalam hal pelaksanaanya, penerapan kebijakan ini selain

16
menghasilkan hal-hal positif sebagaimana yang diharapkan ternyata juga berpotensi
menimbulkan resiko fiskal. Resiko Fiskal dari desentarlisasi fiskal diantaranya, bersumber dari
kebijakan pemekaran daerah, tunggakan pemerintah daerah atas pengembalian penerusan
pinjaman dari luar negeri dan rekening pinjaman daerah serta pengalihan pajak pusat menjadi
pajak daerah.

17
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kebijakan ekonomi memiliki peran yang sangat penting dalam suatu tatanan negara
sebagai penstabilan ekonomi. Pemerintah menjalankan kebijakan fiskal adalah dengan
maksud untuk mempengaruhi jalannya perekonomian, atau dengan kata lain, kebijakan
fiskal pemerintah berusaha mengarahkan jalannya perekonomian menuju keadaan yang
diinginkannya. Sehingga, dengan adanya kebijakan fiskal ini pemerintah berharap dapat
mengendalikan dan mengawasi keadaan ekonomi

B. Saran
Demikianlah makalah yang dapat kami sajikan dan kami sampaikan. Kami yakin dalam
penulisan maupun penyampaiannya masih terdapat kesalahan serta kekurangan. Dan saran
yang membangun dari pembaca sangat kami harapkan untuk perbaikan kami pada tugas
selanjutnya. Dan semoga makalah ini bermanfa’at bagi pembaca semua.

18
DAFTAR PUSTAKA

Boediono, Pengantar Ilmu Ekonomi, BPFE, Yogyakarta, 1987.

Pratama Rahardja dan Mandala Manurung, Teori Ekonomi Makro dan Suatu Pengantar,
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta, 2005.

Sadono Sukirno, Makro Ekonomi Modern, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2000.

Soediyono Reksoprayitno, Pengantar Ekonomi Makro, BPFE, Yogyakarta, 2000.

Suparmono, Pengantar Ekonomika Makro, AMP YKPN, Yogyakarta, 2002.

Sadono Sukirno,2003, Pengantar Ekonomi Mikro, Raja Gafindo Persada, Jakarta

19

Anda mungkin juga menyukai