Anda di halaman 1dari 12

BAB V

Hasil Dan Pembahasan

5.1 Analisis Sebab Akibat (Diagram Fishbone)

Dari ke-8 pengerjaan jenis perawatan yang saama yaitu perawatan


BD-Check dengan elemen kerja dan job description yang serupa terjadi
perbedaan adanya kategori beban kerja. Terdapat pengerjaan perawatan BD-
Check dengan tiga kondisi keadaan yaitu beban kerja normal, beban kerja
kurang (Underload) dan beban kerja berlebih (Overload). Dimana kondisi
itu terjadi karena jumlah manpower yang melakukan perawatan,
kemampuan manpower dalam melakukan perawatan, kondisi manpower dan
lingkungan kerja, serta ketersediaan material dan tools yang memadai.

Gambar 5.1 Diagram Fishbone Underload

63
64

Nilai beban kerja underload disebabkan beberapa faktor diantaranya yaitu:

1. Faktor measurement, jumlah penerbangan pesawat selalu mengalami


perubahan baik penambahan ataupun pengurangan. Oleh karena itu load
perawatan juga akan mengalami perubahan seiring dengan perubahan
jumlah penerbangan. Ketika terjadi pengurangan penerbangan maka load
perawatan akan berkurang pula.
2. Faktor methodes, perbedaan jumlah item pada job description juga
mempengaruhi besar kecilnya load pada proses perawatan. Pada item
inspection Engineer EA jumlahnya lebih sedikit dibanding dengan yang lain
sehingga dapat menyebabkan beban kerja pun rendah.
3. Faktor lingkungan kerja, manpower bekerja di apron bandara sehingga
sangat dipengaruhi dengan kondisi cuaca yang tidak menentu. Terkadang
kondisi cuaca seperti hujan dapat menunda ataupun memperlama waktu
jalannya proses perawatan. Kondisi cuaca yang ekstrem dan juga kondisi
lingkungan (cahaya dan suhu) juga sangat berpengaruh terhadap manpower
dalam kegiatan perawatan, baik dalam segi waktu perawatan dan kualitas
perawatan.

Gambar 5.2 Diagram Fishbone Underload


65

Nilai beban kerja overload disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya yaitu:

1. Faktor dari manpower itu sendiri. Keterbatasan jumlah manpower


khususnya pada posisi Mekanik dan Engineer AP sangat mempengaruhi
beban kerja yang diterima. Perbandingan antara jumlah manpower dan
beban kerja yang tidak sesuai sehingga membutuhkan waktu yang lebih
lama dalam melakukan proses perawatan.
2. Faktor berikutnya adalah tools. Jumlah tools yang tersedia untuk pengerjaan
perawatan BD-Check dalam satu hari dengan banyaknya jumlah pesawat
yang akan dilakukan perawatan tidaklah sesuai. Sehingga terjadi
penggunaan tools yang bergantian. Hal tersebut dapat membuat waktu
perawatan menjadi lebih lama karena antara pekerjaan satu dengan yang
lainnya akan saling menunggu tools yang akan digunakan.
3. Faktor material yang juga mempengaruhi adalah proses pengambilan
material yang membutuhkan waktu. Adanya proses pengambilan material
ketika proses perawatan berlangsung akan mengakibatkan manpower harus
mengambil material pengganti tersebut. Oleh sebab itu terkadang dalam
kegiatan penggantian material membutuhkan waktu yang lebih lama dalam
proses pengambilannya.
4. Faktor measurement juga menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi.
Jumlah penerbangan pesawat selalu mengalami perubahan baik
penambahan ataupun pengurangan. Oleh karena itu load perawatan juga
akan mengalami perubahan seiring dengan perubahan jumlah penerbangan.
Ketika terjadi penambahan penerbangan maka load perawatan pun akan
menjadi bertambah pula
5. Faktor methodes yang juga mempengaruhi lamanya waktu perawatan yaitu
adanya add job dan finding saat proses perawatan BD-Check berlangsung.
Hal itu menyebabkan bertambahnya waktu perawatan dikarenakan adanya
proses pekerjaan perawatan tambahan.
66

6. Faktor lingkungan kerja, manpower bekerja di apron bandara sehingga


sangat dipengaruhi dengan kondisi cuaca yang tidak menentu. Terkadang
kondisi cuaca seperti hujan dapat menunda jalannya proses perawatan.
Kondisi cuaca yang ekstrem dan juga kondisi lingkungan (cahaya dan suhu)
juga sangat berpengaruh terhadap manpower dalam kegiatan perawatan,
baik dalam segi waktu perawatan dan kualitas perawatan.

5.2 Analisis Failure Mode and Effect Analysis (FMEA)

Berdasarkan hasil analisis beban kerja dengan menggunakan metode


fishbone diagram seperti diatas terdapat 6 faktor yang mempengaruhi adanya
beban kerja yang underload dan juga overload. Dari faktor-faktor tersebut
kemudian dilakukan analisis lagi dengan menggunakan metode FMEA (Failure
Mode and Effect Analysis) untuk dapat menegetahui faktor penyebab dengan
potensi terbesar yang dapat menimbulkan adanya beban kerja underload dan
overload.
67

Tabel 5.1 FMEA Beban Kerja Underload

Proses Kontrol RPN


No Mode Kegiatan Potensi Efek Kegagalan S Penyebab Potensi Kegagalan O D
Saat Ini (SxOxD)

Dilakukan pengontrolan
Adanya jadwal rute penerbangan flight schedule dan
Perubahan jumlah Load pesawat yang
1 4 yang tidak memilliki waktu tetap 5 maintenance schedule oleh 4 100
load pesawat dikerjakan bisa berkurang
setiap hari unit MCC (Maintenance
Control Center) setiap hari

Item inspection Item inspection untuk Engineer Mereview job description


2 Load beban kerja berbeda 2 3 5 24
yang berbeda EA lebih sedikit terhadap pihak engineering

Untuk perawatan yang


Penundaan waktu proses Area kerja maintenance yang
3 Cuaca 2 9 harus dikerjakan segera dan 4 72
perawatan berada di apron
berat dikerjakan di hangar
68

Tabel 5.2 FMEA Beban Kerja Overload


Proses Kontrol RPN
No Mode Kegiatan Potensi Efek Kegagalan S Penyebab Potensi Kegagalan O D
Saat Ini (SxOxD)
Beban kerja proses
-Kurangnya manpower Mekanik
Terbatasnya perawatan menjadi Mendata dan melakukan
1 6 -Kurangnya manpower Engineer 8 5 240
jumlah manpower bertambah, waktu penambahan manpower
AP
perawatan bertambah
Dibutuhkan kontrol dari
Adanya kondisi abnormal pada
Adanya finding Menyebabkan proses supervisor dan MCC agar
2 5 pesawat tersebut sehingga harus 8 5 200
ketika inspeksi perawatan lebih lama program perbaikan dapat
dilakukan pengerjaan tersebut
dikerjakan
Dilakukan pengontrolan
Adanya jadwal rute penerbangan flight schedule dan
Perubahan jumlah Load pesawat yang
3 4 yang tidak memilliki waktu tetap 5 maintenance schedule oleh 5 100
load pesawat dikerjakan bisa bertambah
setiap hari, unit MCC (Maintenance
Control Center) setiap hari
Menimbulkan adanya
Mendata tools yang
Ketersediaan tools waktu menunggu tools Tools yang tersedia di apron
dibutuhkan dan
4 yang tidak pada saat inspeksi 4 terbatas, terkadang harus diambil 8 5 160
Mengontrol keluar
memadai Waktu inspeksi menjadi dari hangar jika tidak tersedia
masuknya tools
bertambah
Ketersedian Menimbulkan adanya Material yang tersedia di apron Mendata material yang
material yang waktu menunggu material terbatas, diambil dari hangar jika dibutuhkan dan
5 4 8 5 160
dibutuhkan saat pada saat dilakukannya tidak tersedia ataupun order ke Mengontrol keluar
perawatan inspeksi manufacture masuknya material
Adanya kondisi abnormal pada
Menyebabkan proses Dilakukan pengontrolan
6 Pengerjaan add job 2 pesawat tersebut sehingga harus 5 4 40
perawatan lebih lama adanya pengerjaan add job
dilakukan pengerjaan tersebut
Untuk perawatan yang
Penundaan waktu proses Area kerja maintenance yang harus dikerjakan segera
7 Cuaca 2 9 4 72
perawatan berada di apron dan berat dikerjakan di
hangar
69

5.2.1 Penentuan Nilai Efek Kegagalan (Severity, S)

Melalui hasil diskusi dengan Supervisor dan Engineer yang terlibat ketika
dilakukannya perawatan BD-Check tersebut, maka dapat ditentukan tingkat
keparahan (S) dari masing-masing faktor penyebab adanya beban kerja yang
underload dan overload.

Besarnya nilai tingkat keparahan yang terjadi (S) berdasarkan tabel 5.1 beban
underload yang terjadi pada manpower Engineer EA yaitu:

a. Perubahan jumlah load yang mengakibatkan beban kerja yang diterima oleh
manpower tidak tetap dan bisa menyebabkan load yang ada berkurang. Efek
kegagalan tersebut memiliki tingkat keparahan 4. Hal tersebut dapat
mengganggu jalannya operasional pesawat.
b. Item inspection yang berbeda mengakibatkan beban kerja yang diterima
berbeda pula, dan dapat menyebabkan beban kerja rendah. Efek kegagalan
terebut memiliki tingkat keparahan 2. Hal tersebut karena kemungkinan
kecil sangat berpengaruh terhadap operasional pesawat.
c. Faktor cuaca yang tidak menentu dapat menyebabkan ditundanya item
inspeksi pada perawatan berikutnya. Efek kegagalan tersebut memiliki
tingkat keparahan 2. Hal tersebut karena kemungkinan kecil sangat
berpengaruh terhadap operasional pesawat.

Besarnya nilai tingkat keparahan yang terjadi (S) berdasarkan tabel 5.2 beban
overload yang terjadi pada manpower Engineer AP dan Mekanik yaitu:

a. Terbatasnya jumlah manpower dalam melakukan perawatan mengakibatkan


beban kerja dan waktu pengerjaan perawatan menjadi bertambah. Efek
kegagalan tersebut memiliki tingkat keparahan 6. Hal tersebut dapat
menimbulkan permasalahan pada sistem operasionnal pesawat
b. Adanya finding ketika proses perawatan berlangsung, mengakibatkan waktu
pengerjaan perawatan menjadi bertambah. Efek kegagalan tersebut memiliki
tingkat keparahan 5. Hal tersebut dapat menimbulkan permasalahan pada
sistem operasionnal pesawat
70

c. Perubahan jumlah load yang mengakibatkan beban kerja yang diterima oleh
manpower tidak tetap dan bisa menyebabkan load yang ada bertambah. Efek
kegagalan tersebut memiliki tingkat keparahan 4. Hal tersebut dapat
mengganggu jalannya operasional pesawat
d. Ketersediaan tools yang kurang memadai mengakibatkan adanya waktu
menunggu tools. Efek kegagalan tersebut memiliki tingkat keparahan 4. Hal
tersebut dapat mengganggu jalanya operasional pesawat
e. Ketersediaan materials yang kurang memadai mengakibatkan adanya waktu
menunggu materials. Efek kegagalan tersebut memiliki tingkat keparahan 4.
Hal tersebut dapat mengganggu jalanya operasional pesawat
f. Adanya add job yang keluar pada saat perawatan akan mengakibatkan
bertambah pula beban kerja dan waktu pengerjaan perawatan. Efek
kegagalan tersebut memiliki tingkat keparahan 2. Hal tersebut karena sangat
kecil kemungkinan berpengaruh terhadap operasional pesawat
g. Faktor cuaca yang tidak menentu dapat menyebabkan ditundanya item
inspeksi pada perawatan. Efek kegagalan tersebut memiliki tingkat
keparahan 2. Hal tersebut karena kemungkinan kecil sangat berpengaruh
terhadap operasional pesawat.

5.2.2 Penentuan Nilai Efek Kegagalan (Occurance, O)

Melalui hasil diskusi dengan Supervisor dan Engineer yang terlibat ketika
dilakukannya perawatan BD-Check tersebut, maka dapat ditentukan tingkat
keseringan terjadi (O) dari masing-masing faktor penyebab adanya beban kerja
yang underload dan overload.

Besarnya nilai tingkat keseringan yang terjadi (O) berdasarkan tabel 5.1 beban
underload yang terjadi pada manpower Engineer EA yaitu:

a. Adanya perubahan jumlah load dengan penyebab potensi kegagalan adanya


jadwal rute penerbangan yang tidak memiliki waktu tetap pada setiap
71

harinya, memiliki tingkat keseringan terjadi 5. Karena perubahan jumlah


load setiap harinya sering terjadi.
b. Adanya perbedaan banyaknya item inspection dengan penyebab kegagalan
item inspection lebih sedikit, memiliki tingkat keseringan terjadi 3. Karena
perubahan sedikit terjadi.
c. Faktor cuaca dengan penyebab potensi kegagalan dan terganggunya area
kerja perawatan yang dilakukan diapron. Kegagalan ini memiliki tingkat
keseringan terjadi 9 karena hampir semua kegiatan perawatan dilakukan di
apron

Besarnya nilai tingkat keseringan yang terjadi (O) berdasarkan tabel 5.2 beban
overload yang terjadi pada manpower Engineer AP dan Mekanik yaitu:

a. Terbatasnya jumlah manpower dalam melakukan perawatan dengan


penyebab karena kurangnya training serta pengalaman yang dimiliki oleh
manpower. Kegagalan ini memiliki tingkat keseringan terjadi 8.
b. Adanya finding ketika proses perawatan berlangsung, dimana disebabkan
karena adanya sesuatu yang tidak sesuai dengan standar seharusnya.
Kegagalan ini memiliki tingkat keseringan terjadi 8
c. Adanya perubahan jumlah load dengan penyebab potensi kegagalan adanya
jadwal rute penerbangan yang tidak memiliki waktu tetap pada setiap
harinya, memiliki tingkat keseringan terjadi 5. Karena perubahan jumlah
load setiap harinya sering terjadi.
d. Ketersediaan tools yang kurang memadai mengakibatkan harus ditundanya
atau tidak dikerjakanya item perawatan, memiliki tingkat keseringan 8.
Karena kondisi tersebut sering sekali terjadi
e. Ketersediaan material yang kurang memadai mengakibatkan harus
ditundanya atau tidak dikerjakanya item perawatan, memiliki tingkat
keseringan 8. Karena kondisi tersebut sering sekali terjadi
72

f. Adanya add job yang keluar pada saat perawatan akan mengakibatkan
bertambah pula load dan waktu pengerjaan perawatan, memiliki tingkat
keseringan 5. Karena turunnya add job setiap harinya sering terjadi.
g. Faktor cuaca dengan penyebab potensi kegagalan dan terganggunya area
kerja perawatan yang dilakukan diapron. Kegagalan ini memiliki tingkat
keseringan terjadi 9 karena hampir semua kegiatan perawatan dilakukan di
apron

5.2.3 Penentuan Nilai Efek Kegagalan (Detection, D)

Melalui hasil diskusi dengan supervisor dan engineer yang terlibat ketika
dilakukannya perawatan BD-Check tersebut, maka dapat ditentukan tingkat
deteksi (D) dari masing-masing faktor penyebab adanya beban kerja yang
underload dan overload.

Besarnya nilai tingkat deteksi (D) berdasarkan tabel 5.1 beban underload yang
terjadi pada manpower Engineer EA yaitu:

a. Adanya perubuhan jumlah load, proses kontrol yang telah dilakukan adalah
dilakukannya pengontrolan flight schedule dan maintenance schedule setiap
hari. Langkah deteksi ini diberi nilai 4 karena selalu dilakukan pengontrolan
tersebut
b. Adanya perbedaan item inspection, proses kontrol yang telah dilakukan
adala melakukan review job description pada pihak engineering. Langkah
deteksi ini diberi nilai 5 karena cukup dilakukan review terkait job
description
c. Faktor cuaca, proses kontrol yang telah dilakukan adalah untuk pelaksanaan
perawatan yang berat dan mendesak dapat dilakukan didalam hangar.
Langlah deteksi ini diberi nilai 4 karena setiap pekerjaan yang cukup berat
akan dikerjakan dihangar
73

Besarnya nilai tingkat deteksi yang dilakukan (D) berdasarkan tabel 5.2 beban
overload yang terjadi pada manpower Engineer AP dan Mekanik yaitu:

a. Terbatasnya jumlah manpower dalam melakukan perawatan, proses kontrol


yang dilakukan mendata dan melakukan penambahan manpower. Langkah
deteksi ini diberi nilai 5 karena cukup sering dilakukan
b. Adanya finding ketika proses perawatan berlangsung, proses kontrol yang
dilakukan yaitu peranan kontrol langsung dari pihak MCC dan Supevisor
agar proses perbaikan dapat segera dilakukan. Langkah deteksi ini diberi
nilai 5 karena cukup sering dilakukan
c. Adanya perubuhan jumlah load, proses kontrol yang telah dilakukan adalah
dilakukannya pengontrolan flight schedule dan maintenance schedule setiap
hari. Langkah deteksi ini diberi nilai 4 karena selalu dilakukan pengontrolan
d. Ketersediaan tools yang kurang memadai, proses kontrol yang telah
dilakukan adalah dengan mendata dan mengontrol keluar masuknya tools
ketika proses perawatan berlangsung. Langkah deteksi ini diberi nilai 5
cukup sering dilakukan pengontrolan tersebut
e. Ketersedian materials yang kurang memadai, proses kontrol yang telah
dilakukan adalah dengan mendata dan mengontrol material yang
dibbutuhkan saat proses perawatan. Langkah deteksi ini diberi nilai 5 cukup
sering diakukan pengontrolan tersebut
f. Adanya pengerjaan add job pada proses perawatan berlangsung, proses
kontrol yang dilakukan adalah pengontrolan add job setiap harinya.
Langkah deteksi ini diberi nilai 4 karena selalu dilakukan setiap harinya
g. Faktor cuaca, proses kontrol yang telah dilakukan adalah untuk pelaksanaan
perawatan yang berat dan mendesak dapat dilakukan didalam hangar.
Langlah deteksi ini diberi nilai 4 karena setiap pekerjaan yang cukup berat
akan dikerjakan dihangar
74

5.3 Usulan Perbaikan

Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan metode Fishbone dan


FMEA seperti diatas diketahui adanya beban kerja underload dan overload
disebabkan oleh beberapa faktor dominan yaitu manpower, tool dan material
serta adanya finding atau kerusakan yang terjadi diluar jadwal perawatan.
Berdasarkan nilai RNP didapat bahwa faktor manpower merupakan penyebab
terbesar dengan nilai 240. Oleh sebab itu penulis mengusulkan rencana perbaikan
dengan langkah melakukan penambahan manpower pada unit TLB dengan pola
shift kerja 6 hari kerja 2 hari libur dan waktu shift kerja 8 jam dalam sehari.

Tabel 5.3 Daftar Kebutuhan Manpower Unit TLB


Manpower Manpower Penambahan
No Posisi
Saat Ini Ideal Manpower
1 Engineer AP 4 orang 7 orang 3 orang
2 Engineer EA 3 orang 4 orang 1 orang
3 Mekanik 7 orang 10 orang 3 orang

Tabel 5.4 Pola Shift Kerja 8 Jam Unit TLB

Unit Day 1 Day 2 Day 3 Day 4 Day 5 Day 6 Day 7 Day 8

TLB-1 Pagi Pagi Siang Siang Malam Malam Off Off

TLB-2 Siang Siang Malam Malam Off Off Pagi Pagi

TLB-3 Malam Malam Off Off Pagi Pagi Siang Siang

TLB-4 Off Off Pagi Pagi Siang Siang Malam Malam

Tabel 5.5 Waktu Shift Kerja 8 Jam Unit TLB

Shift Jam Kerja

Pagi 07.00-15.00

Siang 15.00-23.00

Malam 23.00-07.00

Anda mungkin juga menyukai