Efek Covid 19 Terhadap Inflasi Diindonesia
Efek Covid 19 Terhadap Inflasi Diindonesia
UNIVERSITAS TARUMANAGARA
Authors:
Tarumanagara University
Jakarta
2020
i
DAFTAR ISI
ABSTRACT........................................................................................................................ i
DAFTAR ISI...................................................................................................................... ii
BAB 1 PENDAHULUAN.................................................................................................. 1
5.1 KESIMPULAN............................................................................................... 10
5.2 SARAN........................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................... 12
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
Pandemi global yang sedang melanda di dunia sekarang ini telah menggemparkan dunia
semenjak kehadiran pertamanya Desember 2019 di Wuhan, Cina (WHO, 2020). Kejadian ini
dikenal sebagai Virus Corona (COVID-19) dan merupakan jenis virus baru yang dapat
menyebar dengan cepat. Walaupun kasus ini pertama kali ditemukan di Wuhan tetapi,
penyebaran virus ini sudah menyebar ke negara-negara lain dalam kurun waktu beberapa
bulan saja. Hingga saat ini jumlah kasus paling banyak ditemukan di Negara Eropa lalu
Negara Amerika hingga yang paling sedikit adalah Afrika (WHO, 2020). Hingga saat ini,
banyak negara telah menetapkan penguncian diri dari negara lain alias lockdown sebagai
tindakan pencegahan penyebaran lebih lanjut (Dunford, et al., 2020).
Salah satu negara yang terdampak adalah Indonesia dimana kasus COVID-19 pertama di
Indonesia ditemukan di 2 Maret, 2020 dan terus bertambah semenjak itu (WHO, 2020). Di
Indonesia sendiri, telah dilakukan beberapa tindakan penanggulangan seperti pencegahan
tangkal di pintu masuk Indonesia (Bandara, Pelabuhan, PLBDN), dan ketentuan PSBB
(Pembatasan Sosial Berskala Besar). Pemerintah juga terus mengontrol persediaan sumber
daya di Indonesia sehingga sesuai dengan permintaan masyarakat (Bank Indonesia , 2020).
Timbulnya kasus COVID-19 di Indonesia telah mempengaruhi banyak sektor dan salah
satunya adalah perekonomian di Indonesia. Sebagai contoh, penurunan tingkat pendapatan
sejumlah masyarakat, nilai tukar rupiah melemah, penghambatan pertumbuhan ekonomi, dll.
Dengan adanya kasus COVID-19 di Indonesia juga menimbulkan “panic buying” yang
berarti kegiatan belanja yang berlebihan diakibatkan rasa panik dari kejadian yang sedang
terjadi di sekitarnya (CNN Indonesia, 2020). Melalui kejadian tersebut tentunya akan
membuat adanya kelangkaan sumber daya diakibatkan kenaikan permintaan konsumen yang
tidak diimbangi dengan kuantitas produksi ekonomi yang sesuai. Lalu dari kelangkaan
sumber daya tersebut akan memicu kenaikan harga secara umum yang mengakibatkan
adanya kenaikan dalam tingkat inflasi di Indonesia. Maka dari itu, di laporan kali ini, penulis
akan membahas mengenai pengaruh COVID-19 terhadap tingkat inflasi di Indonesia.
1
1.2 Rumusan Masalah
BAB II
Landasan Teori
(WHO, 2020) Virus Corona atau biasa disebut sebagai COVID-19 adalah
sekelompok virus yang menyerang hewan atau manusia dan termasuk virus baru. Virus
ini dapat menyebabkan infeksi saluran pernapasan manusia mulai dari batuk, pilek
hingga yang lebih serius seperti MERS (Middle East Respiratory Syndrome) dan SARS
(Severe Acute Respiratory Syndrome). Virus ini pertama kali ditemukan di Wuhan,
Tiongkok, bulan Desember 2019. Gejala-gejala dari COVID-19 yang umum adalah
demam, rasa lelah, dan batuk kering. Namun dalam beberapa kasus pasien dapat
mengalami rasa nyeri dan sakit, hidung tersumbat, pilek, sakit tenggorokan, diare hingga
tidak ada gejala. Orang-orang lanjut usia, dan dengan kondisi medis sebelumnya seperti,
tekanan darah tinggi, gangguan jantung ataupun diabetes akan lebih rentan terhadap
virus ini. COVID-19 menyebar secara global dan cepat sehingga WHO telah
menetapkan virus ini sebagai pandemi global.
2
terinfeksi COVID-19. Maka dari itu, sangat dianjurkan untuk menjaga jarak dengan
orang lain minimum 1 meter. Seterusnya, banyak negara telah mengeluarkan
pengumuman bagi warga negara mereka untuk tetap di dalam rumah selama beberapa
bulan untuk meminimalisir kesempatan penularan COVID-19. Di Indonesia sendiri telah
dikeluarkan pengumuman pelaksanaan pembatasan sosial berskala besar di berbagai
daerah yang dimulai dari DKI Jakarta (Kemenkes, 2020). Hingga sekarang, vaksin untuk
COVID-19 belum ditemukan tetapi, telah banyak yang sembuh dari virus ini dengan
perawatan khusus (WHO, 2020).
(FAQ, 2020) Virus Corona dapat dicegah dengan menjaga terus menjaga kebersihan
diri sebagai berikut:
1) Mencuci tangan secara sering dengan air mengalir dan sabun ataupun cairan
antiseptik berbahan dasar alkohol.
2) Menjaga jarak minimal 1meter dengan orang yang batuk atau pilek.
Inflasi adalah kenaikan secara umum dalam harga suatu barang atau jasa dalam jangka
waktu tertentu (Yanuar, 2016) . Contohnya harga harian New York Times adalah 15 sen
pada tahun 1970, dan harga New York Times pada tahun 2004 adalah $ 1.00 (Mankiw,
2007). Menurut (Holzmann & Bronfenbrenner, 1983), pengertian inflasi dibagi menjadi 4
tipe yaitu,
1. Inflasi adalah kondisi permintaan berlebih (excess demand) secara umum, yang
berarti terlalu banyak uang mengejar barang yang terlalu sedikit.
2. Inflasi adalah kenaikan stok uang atau pemasukkan uang, baik per total atau kapita.
3. Inflasi adalah kenaikan harga dengan karakteristik tambahan atau kondisi dimana
inflasi tidak dapat diprediksi secara lengkap dan mengarah pada kenaikan harga
lebih lanjut. Seterusnya, inflasi bersifat ireversibel, dan diukur dari harga setelah
dikurangi pajak tak langsung subsidi.
3
4. Inflasi merupakan penurunan dari nilai mata uang eksternal yang diukur dari kurs
mata uang negara lain, harga emas, atau dari indikasi permintaan emas yang
berlebih atau kurs mata uang asing resmi
Berikut adalah tipe inflasi berdasarkan pengertian inflasi yang telah dijabarkan diatas.
1. Cost-Push Inflation
- Inflasi yang terjadi karena hasil dari kenaikan harga input proses produksi (Chen,
2020). Seterusnya inflasi jenis ini terjadi ketika agregat penawaran dari barang atau
jasa menurun yang dikarenakan peningkatan biaya produksi hasilnya (Hall, 2019).
Contohnya adalah kenaikan biaya bahan baku, tenaga kerja, dll.
2. Demand-Pull Inflation
- Inflasi yang terjadi ketika total permintaan barang atau jasa di dalam ekonomi
meningkat lebih cepat daripada kapasitas produksi ekonomi (Chen, 2020). Inflasi ini
terjadi ketika ada peningkatan permintaan di 4 bagian yaitu, rumah tangga, bisnis,
pemerintah, dan pembeli WNA (Hall, 2019). Contohnya, ketika pengeluaran
pemerintah meningkat dan menyebabkan permintaan berlebih lalu harga pun naik.
3. Built-In Inflation
- Inflasi jenis ini berkaitan dengan ekspektasi adaptif yang dimana ketika harga
barang dan jasa naik, tenaga kerja juga mengharapkan dan menuntut upah yang
lebih tinggi untuk mempertahankan biaya hidup mereka. Dengan peningkatan upah
tenaga kerja akan menghasilkan biaya barang atau jasa yang lebih tinggi. Lalu,
kenaikan harga upah ini berlanjut karena 1 faktor mendorong faktor lainnya dan
berlaku sebaliknya.
2.1.2. Indeks Harga Konsumen (IHK) atau Consumer Price Index (CPI)
IHK adalah indeks ukuran yang menguji rata-rata harga tertimbang dari
sejumlah barang dan jasa yang merupakan kebutuhan konsumen utama yang
termasuk transportasi, makanan, dan perawatan medis (Chen, 2020). IHK dihitung
dengan cara mengambil perbedaan harga dari setiap item dari sejumlah barang yang
telah ditentukan dan merata-ratakan mereka berdasarkan bobot relatif dari sejumlah
barang tersebut. Harga yang harus dipertimbangkan adalah harga eceran dari setiap
item yang tersedia untuk dibeli oleh individu masyarakat. IHK melihat perubahan
harga melalui sisi pembeli. Adanya perubahan di IHK akan digunakan untuk menilai
perubahan harga terkait dengan biaya hidup maka, IHK ini adalah indeks yang
paling sering digunakan untuk mengidentifikasi inflasi dan deflasi.
5
2.3. Hubungan antara COVID-19 dengan Inflasi
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Data yang telah diperoleh oleh penulis, selanjutnya akan diolah melalui metode
deskriptif dalam menganalisis pandemi COVID-19 terhadap inflasi di Indonesia dan akan
ditampilkan dalam bentuk grafik. Penelitian ini dilakukan untuk melihat pengaruh dari kedua
variabel yaitu pandemi COVID-19 dan inflasi di Indonesia agar dapat mengetahui hubungan
antara kedua variabel tersebut.
6
BAB IV
Dari histogram diatas, jumlah kasus COVID-19 paling banyak berada di wilayah
Eropa lalu Amerika hingga yang paling sedikit adalah Afrika. Lalu jika dijumlahkan, kasus
terkonfirmasi dari COVID-19 adalah berjumlah 3.595.662 orang sementara, total kasus
kematian berjumlah 245.342 korban jiwa.
7
Dari grafik diatas, dapat dilihat bahwa jumlah kasus COVID-19 tersebut pada
awalnya terus meningkat hingga menjadi fluktuatif yang meningkat secara bertahap. Jumlah
kasus yang terus meningkat diiringi dengan penambahan jumlah pasien yang sembuh dan
juga jumlah korban jiwa yang sudah mulai berkurang tercatat pada tanggal 6 Mei 2020.
Sumber: (Indeks Harga Konsumen dan Inflasi Bulanan Indonesia, 2006-2020, 2020)
Dari grafik serta histogram diatas kita mengetahui bahwa data tingkat inflasi di
Indonesia mula-mula dari bulan November 2019 adalah 0,14% dan berada pada puncak
inflasi pada bulan Januari 2020 di saat awal mula terjadinya pandemic Covid-19 ini sebesar
0,39% dan kemudian menurun hingga 0,08% pada bulan April 2020 ini.
Sumber: (Indeks Harga Konsumen dan Inflasi Bulanan Indonesia, 2006-2020, 2020)
8
Dari grafik diatas, diketahui IHK di Indonesia dari bulan November 2019 dengan
tingkat IHK 138.6 hingga bulan April 2020 dengan IHK 104,8 mengalami penurunan sebesar
33.8.
Dari harga yang naik secara umum inilah, menyebabkan terjadinya peristiwa
demand-pull inflation, yaitu Inflasi yang terjadi ketika total permintaan barang atau jasa di
dalam ekonomi meningkat lebih cepat daripada kapasitas produksi ekonomi (Chen, 2020).
Hal ini menyebabkan permintaan barang naik sementara kapasitas produksi ekonomi belum
memadai hal tersebut. Pada saat PSBB ini, banyak masyarakat yang menjadi pengangguran
dan banyak pabrik yang berhenti beroperasi sehingga kuantitas persediaan barang (supply)
akan menurun.
9
terjadinya kenaikan tingkat inflasi. Hal ini dapat dilihat dari grafik 1 dan grafik 2 yang telah
dipaparkan di landasan teori.
BAB V
5.1 Kesimpulan
COVID-19 adalah virus baru yang menyerang bagian pernapasan manusia, menyebar
dengan cepat hingga dinyatakan sebagai pandemi global oleh WHO. COVID-19 telah
menyebar secara luas di seluruh dunia dan terus meningkat yang diiringi dengan
peningkatan kasus yang sembuh dan penurunan kasus kematian akibat COVID-19. Sebagian
besar negara yang terkena COVID-19 telah melakukan tindakan pencegahan secara nasional
seperti kebijakan lockdown dimana masyarakat dianjurkan untuk diam di rumah untuk
meminimalisir proses penularan virus.
Seterusnya sejak COVID-19 memasuki Indonesia pada tanggal 2 Maret 2020, jumlah
kasus terus meningkat secara bertahap bersamaan dengan peningkatan jumlah kematian dan
jumlah kasus yang sembuh juga. Pemerintah Indonesia telah menerapkan PSBB di berbagai
wilayah Indonesia sehingga mengurangi kemungkinan penularan antar orang. Demi
menjaga kesehatan masyarakat Indonesia, pemerintah juga terus menghimbau masyarakat
untuk benar-benar mematuhi kebijakan PSBB dan terus menjaga kebersihan diri masing-
masing individu.
Dari penelitian diatas, ditemukan bahwa COVID-19 saat ini menyebabkan peningkatan
permintaan dan menurunkan persediaan pasar yang diakibatkan oleh kejadian “panic
buying. Dari kejadian tersebut, tingkat inflasi meningkat secara sementara. Lalu, pemerintah
dengan segera menetapkan beberapa kebijakan seperti kebijakan moneter, fiskal ataupun
kebijakan dimana pemerintah meningkatkan tingkat produksi barang yang dapat menekan
tingkat inflasi sehingga disebut sebagai suppressed inflation. Suppressed inflation adalah
10
inflasi tertekan yang diakibatkan adanya campur tangan pemerintah dalam mempertahankan
tingkat inflasi dalam tahap normal.
5.2 Saran
2. Penulis dapat membagi tugas lebih baik sesuai dengan kemampuan masing-
masing anggota kelompok.
11
DAFTAR PUSTAKA
Bank Indonesia. (2020, 20 Maret). Kebijakan Moneter. Diambil dari Bank Indonesia:
https://www.bi.go.id/id/publikasi/kebijakan-moneter/tinjauan/Pages/Tinjauan-
Kebijakan-Moneter-Maret-2020.aspx
CNN Indonesia. (2020, 22 Maret). Alasan Psikologi di Balik 'Panic Buying'. Diambil dari
CNN Indonesia: https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20200322161747-284-
485813/alasan-psikologi-di-balik-panic-buying
Dunford, D., Dale, B., Stylianou, N., Lowther, E., Ahmed, M., & Arenas, I. d. (2020, 7
April). World. Diambil dari BBC News: https://www.bbc.com/news/world-52103747
Great Britain. Parliament. House of Lords. Science and Technology Committee. (2005).
Pandemic Influenza: Report with Evidence. London: House of the Lords.
Hall, M. (2019, 16 September). Cost-Push Inflation vs. Demand-Pull Inflation: What's the
Difference? Diambil dari Investopedia:
https://www.investopedia.com/articles/05/012005.asp
Indeks Harga Konsumen dan Inflasi Bulanan Indonesia, 2006-2020. (2020, 4 Maret).
Diambil dari Badan Pusat Statistik:
https://www.bps.go.id/statictable/2009/06/15/907/indeks-harga-konsumen-dan-
inflasi-bulanan-indonesia-2006-2020.html
12
Infografis. (2020, 4 April). Diambil dari Badan Pusat Statistik: https://www.bps.go.id/galeri
Peta Sebaran. (2020, 7 Mei). Diambil dari Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19:
https://covid19.go.id/peta-sebaran
Putri, C. A. (2020, 20 Maret). Peritel Blak-Blakan Ada 3 Kali Panic Buying Gegara Corona.
Diambil dari CNBC Indonesia:
https://www.cnbcindonesia.com/news/20200320104453-4-146366/peritel-blak-
blakan-ada-3-kali-panic-buying-gegara-corona
WHO. (2020, 8 April). Q&A on coronaviruses (COVID-19). Diambil dari World Health
Organization: https://www.who.int/news-room/q-a-detail/q-a-coronaviruses
WHO. (2020, 7 Mei). WHO Coronavirus Disease (COVID-19) Dashboard. Diambil dari
World Health Organization: https://covid19.who.int
13
14