Anda di halaman 1dari 17

How COVID-19 Affect Inflation Rate in Indonesia

Course Paper: Macroeconomics (2nd semester)

UNIVERSITAS TARUMANAGARA

Authors:

Phebe Callista (125190021), phebeecallistaa@gmail.com

Erika Oktavia (125190027), erikaoktavia127@gmail.com

Verren Lee (125190028), verrenlee0806@gmail.com

Faculty of Economics and Business

Tarumanagara University

Jakarta

2020

Jl. Let. Jend. S. Parman No. 1, Jakarta, 11440

Semester Genap 2019/2020


ABSTRACT

This study aims to determine the effect of COVID-19 as a global pandemic on


Inflation Rate in Indonesia. As for the methods that is used, the writer adopted descriptive
methods. This study obtained data from Badan Pusat Statistik (BPS) and World Health
Organization (WHO) as its source of material. Through this study, the writer determines that
COVID-19 should have been able to elevate the inflation rate in Indonesia, yet as there is
government intervention involved has generated a suppressed inflation. A suppressed
inflation is when the government restrain the inflation rate so that the rate will still be on a
normal state.

Keyword: COVID-19, Inflation Rate, The Effects of COVID-19 on Inflation Rate,


Suppressed Inflation.

i
DAFTAR ISI

ABSTRACT........................................................................................................................ i

DAFTAR ISI...................................................................................................................... ii

BAB 1 PENDAHULUAN.................................................................................................. 1

1.1 LATAR BELAKANG..................................................................................... 1

1.2 RUMUSAN MASALAH................................................................................ 2

1.3 TUJUAN PENELITIAN..................................................................................2

BAB 2 LANDASAN TEORI.............................................................................................. 2

2.1 PENGERTIAN COVID-19............................................................................. 2

2.2 PENGERTIAN INFLASI................................................................................ 3

2.3 HUBUNGAN ANTARA COVID-19 DENGAN INFLASI........................... 6

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN............................................................................. 6

BAB 4 ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN............................................................ 7

4.1 PERKEMBANGAN COVID19 DI DUNIA.................................................... 7

4.2 PERKEMBANGAN COVID19 DAN INFLASI DI INDONESIA................. 7

4.3 ANALISIS PENGARUH COVID-19 TERHADAP INFLASI........................ 8

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN............................................................................ 10

5.1 KESIMPULAN............................................................................................... 10

5.2 SARAN........................................................................................................... 10

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................... 12

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pandemi global yang sedang melanda di dunia sekarang ini telah menggemparkan dunia
semenjak kehadiran pertamanya Desember 2019 di Wuhan, Cina (WHO, 2020). Kejadian ini
dikenal sebagai Virus Corona (COVID-19) dan merupakan jenis virus baru yang dapat
menyebar dengan cepat. Walaupun kasus ini pertama kali ditemukan di Wuhan tetapi,
penyebaran virus ini sudah menyebar ke negara-negara lain dalam kurun waktu beberapa
bulan saja. Hingga saat ini jumlah kasus paling banyak ditemukan di Negara Eropa lalu
Negara Amerika hingga yang paling sedikit adalah Afrika (WHO, 2020). Hingga saat ini,
banyak negara telah menetapkan penguncian diri dari negara lain alias lockdown sebagai
tindakan pencegahan penyebaran lebih lanjut (Dunford, et al., 2020).

Salah satu negara yang terdampak adalah Indonesia dimana kasus COVID-19 pertama di
Indonesia ditemukan di 2 Maret, 2020 dan terus bertambah semenjak itu (WHO, 2020). Di
Indonesia sendiri, telah dilakukan beberapa tindakan penanggulangan seperti pencegahan
tangkal di pintu masuk Indonesia (Bandara, Pelabuhan, PLBDN), dan ketentuan PSBB
(Pembatasan Sosial Berskala Besar). Pemerintah juga terus mengontrol persediaan sumber
daya di Indonesia sehingga sesuai dengan permintaan masyarakat (Bank Indonesia , 2020).

Timbulnya kasus COVID-19 di Indonesia telah mempengaruhi banyak sektor dan salah
satunya adalah perekonomian di Indonesia. Sebagai contoh, penurunan tingkat pendapatan
sejumlah masyarakat, nilai tukar rupiah melemah, penghambatan pertumbuhan ekonomi, dll.
Dengan adanya kasus COVID-19 di Indonesia juga menimbulkan “panic buying” yang
berarti kegiatan belanja yang berlebihan diakibatkan rasa panik dari kejadian yang sedang
terjadi di sekitarnya (CNN Indonesia, 2020). Melalui kejadian tersebut tentunya akan
membuat adanya kelangkaan sumber daya diakibatkan kenaikan permintaan konsumen yang
tidak diimbangi dengan kuantitas produksi ekonomi yang sesuai. Lalu dari kelangkaan
sumber daya tersebut akan memicu kenaikan harga secara umum yang mengakibatkan
adanya kenaikan dalam tingkat inflasi di Indonesia. Maka dari itu, di laporan kali ini, penulis
akan membahas mengenai pengaruh COVID-19 terhadap tingkat inflasi di Indonesia.

1
1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana perkembangan COVID-19 di dunia?

2. Bagaimana perkembangan COVID-19 di Indonesia?

3. Bagaimana tingkat inflasi di Indonesia selama masa pandemi global?

4. Bagaimana COVID-19 mempengaruhi tingkat inflasi di Indonesia?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Mengetahui perkembangan COVID-19 di dunia dan Indonesia.

2. Mengetahui tingkat inflasi di Indonesia semenjak munculnya kasus COVID-19 di


Indonesia.

3. Mengetahui pengaruh COVID-19 terhadap tingkat inflasi di Indonesia.

BAB II

Landasan Teori

2.1. Pengertian COVID -19

(WHO, 2020) Virus Corona atau biasa disebut sebagai COVID-19 adalah
sekelompok virus yang menyerang hewan atau manusia dan termasuk virus baru. Virus
ini dapat menyebabkan infeksi saluran pernapasan manusia mulai dari batuk, pilek
hingga yang lebih serius seperti MERS (Middle East Respiratory Syndrome) dan SARS
(Severe Acute Respiratory Syndrome). Virus ini pertama kali ditemukan di Wuhan,
Tiongkok, bulan Desember 2019. Gejala-gejala dari COVID-19 yang umum adalah
demam, rasa lelah, dan batuk kering. Namun dalam beberapa kasus pasien dapat
mengalami rasa nyeri dan sakit, hidung tersumbat, pilek, sakit tenggorokan, diare hingga
tidak ada gejala. Orang-orang lanjut usia, dan dengan kondisi medis sebelumnya seperti,
tekanan darah tinggi, gangguan jantung ataupun diabetes akan lebih rentan terhadap
virus ini. COVID-19 menyebar secara global dan cepat sehingga WHO telah
menetapkan virus ini sebagai pandemi global.

(Kemenkes , 2020) COVID-19 dapat menyebar melalui kontak dengan orang


terinfeksi melalui percikan-percikan dari hidung atau mulut yang keluar dari orang yang

2
terinfeksi COVID-19. Maka dari itu, sangat dianjurkan untuk menjaga jarak dengan
orang lain minimum 1 meter. Seterusnya, banyak negara telah mengeluarkan
pengumuman bagi warga negara mereka untuk tetap di dalam rumah selama beberapa
bulan untuk meminimalisir kesempatan penularan COVID-19. Di Indonesia sendiri telah
dikeluarkan pengumuman pelaksanaan pembatasan sosial berskala besar di berbagai
daerah yang dimulai dari DKI Jakarta (Kemenkes, 2020). Hingga sekarang, vaksin untuk
COVID-19 belum ditemukan tetapi, telah banyak yang sembuh dari virus ini dengan
perawatan khusus (WHO, 2020).

(FAQ, 2020) Virus Corona dapat dicegah dengan menjaga terus menjaga kebersihan
diri sebagai berikut:

1) Mencuci tangan secara sering dengan air mengalir dan sabun ataupun cairan
antiseptik berbahan dasar alkohol.

2) Menjaga jarak minimal 1meter dengan orang yang batuk atau pilek.

3) Menghindari menyentuh mata, hidung, dan mulut sebelum membersihkan tangan.

4) Menggunakan masker jikalau merasa tidak sehat.

2.2. Pengertian Inflasi

Inflasi adalah kenaikan secara umum dalam harga suatu barang atau jasa dalam jangka
waktu tertentu (Yanuar, 2016) . Contohnya harga harian New York Times adalah 15 sen
pada tahun 1970, dan harga New York Times pada tahun 2004 adalah $ 1.00 (Mankiw,
2007). Menurut (Holzmann & Bronfenbrenner, 1983), pengertian inflasi dibagi menjadi 4
tipe yaitu,

1. Inflasi adalah kondisi permintaan berlebih (excess demand) secara umum, yang
berarti terlalu banyak uang mengejar barang yang terlalu sedikit.

2. Inflasi adalah kenaikan stok uang atau pemasukkan uang, baik per total atau kapita.

3. Inflasi adalah kenaikan harga dengan karakteristik tambahan atau kondisi dimana
inflasi tidak dapat diprediksi secara lengkap dan mengarah pada kenaikan harga
lebih lanjut. Seterusnya, inflasi bersifat ireversibel, dan diukur dari harga setelah
dikurangi pajak tak langsung subsidi.

3
4. Inflasi merupakan penurunan dari nilai mata uang eksternal yang diukur dari kurs
mata uang negara lain, harga emas, atau dari indikasi permintaan emas yang
berlebih atau kurs mata uang asing resmi

Berikut adalah tipe inflasi berdasarkan pengertian inflasi yang telah dijabarkan diatas.

Tabel 1: Tipe Inflasi (Holzmann & Bronfenbrenner, 1983)

Tipe Klasifikasi Deskripsi


1. Open Inflation (Inflasi Ketika pasar ekonomi terus berjalan sebagai proses
Terbuka) dimana harga ditetapkan dan jika ada permintaan
berlebih maka akan mengarah pada kenaikan harga dan
upah uang.
Supressed Inflation Ketika pemerintah mengontrol mencegah kenaikan
(Inflasi Tertekan) harga dan kenaikan upah uang sehingga excess demand
ditekan dan bukan dikurangi (Hansen, 1983).
2. Creeping Inflation Tingkat kenaikan harga tidak lewat dari 2-3%.
(Inflasi Merayap)
Moderate Inflation Tingkat kenaikan harga yang lewat daripada 3%.
(Inflasi Moderat)
Galloping Inflation Akselerasi lebih lanjut dari kenaikan harga.
(Inflasi Berderap)
Hyperinflation Tingkat inflasi yang meningkat tinggi hingga lebih
(Hiperinflasi) dari 50% per bulan.
3 Anticipated Inflation Tidak memberikan efek nyata dan tidak mempengaruhi
(Inflasi yang ouput ataupun pekerjaan.
diantisipasi)
Unanticipated Memberikan efek nyata dan mempengaruhi ouput
Inflation (Inflasi tidak ataupun pekerjaan
diantisipasi
Inflasi seringkali dilihat dalam bentuk persentase yang mengindikasikan penurunan
daya beli mata uang suatu negara (Chen, 2020). Dari hilangnya daya beli ini tentunya akan
berdampak pada biaya hidup umum yang pada akhirnya mengarah pada penghambatan
pertumbuhan ekonomi.

2.1.1. Penyebab Inflasi


4
Dari penyebabnya, inflasi dapat dibagi menjadi 3 kategori sebagai

1. Cost-Push Inflation
- Inflasi yang terjadi karena hasil dari kenaikan harga input proses produksi (Chen,
2020). Seterusnya inflasi jenis ini terjadi ketika agregat penawaran dari barang atau
jasa menurun yang dikarenakan peningkatan biaya produksi hasilnya (Hall, 2019).
Contohnya adalah kenaikan biaya bahan baku, tenaga kerja, dll.

2. Demand-Pull Inflation

- Inflasi yang terjadi ketika total permintaan barang atau jasa di dalam ekonomi
meningkat lebih cepat daripada kapasitas produksi ekonomi (Chen, 2020). Inflasi ini
terjadi ketika ada peningkatan permintaan di 4 bagian yaitu, rumah tangga, bisnis,
pemerintah, dan pembeli WNA (Hall, 2019). Contohnya, ketika pengeluaran
pemerintah meningkat dan menyebabkan permintaan berlebih lalu harga pun naik.

3. Built-In Inflation

- Inflasi jenis ini berkaitan dengan ekspektasi adaptif yang dimana ketika harga
barang dan jasa naik, tenaga kerja juga mengharapkan dan menuntut upah yang
lebih tinggi untuk mempertahankan biaya hidup mereka. Dengan peningkatan upah
tenaga kerja akan menghasilkan biaya barang atau jasa yang lebih tinggi. Lalu,
kenaikan harga upah ini berlanjut karena 1 faktor mendorong faktor lainnya dan
berlaku sebaliknya.

2.1.2. Indeks Harga Konsumen (IHK) atau Consumer Price Index (CPI)

IHK adalah indeks ukuran yang menguji rata-rata harga tertimbang dari
sejumlah barang dan jasa yang merupakan kebutuhan konsumen utama yang
termasuk transportasi, makanan, dan perawatan medis (Chen, 2020). IHK dihitung
dengan cara mengambil perbedaan harga dari setiap item dari sejumlah barang yang
telah ditentukan dan merata-ratakan mereka berdasarkan bobot relatif dari sejumlah
barang tersebut. Harga yang harus dipertimbangkan adalah harga eceran dari setiap
item yang tersedia untuk dibeli oleh individu masyarakat. IHK melihat perubahan
harga melalui sisi pembeli. Adanya perubahan di IHK akan digunakan untuk menilai
perubahan harga terkait dengan biaya hidup maka, IHK ini adalah indeks yang
paling sering digunakan untuk mengidentifikasi inflasi dan deflasi.

5
2.3. Hubungan antara COVID-19 dengan Inflasi

Dengan masuknya COVID-19 ke Indonesia telah membuat masyarakat menjadi panik,


ketakutan sehingga melakukan “panic buying” yang berarti melakukan kegiatan belanja
secara irasional atau berlebihan dalam waktu yang singkat (Great Britain. Parliament. House
of Lords. Science and Technology Committee, 2005). Panic Buying dilakukan ketika tiap
individu berpikir bahwa semakin sering keluar rumah akan juga meningkatkan resiko
terkena virus. Dilansir dari CNBC Indonesia (Putri, 2020), bahwa terjadinya peningkatan
permintaan konsumen sehingga membuat para pedagang kewalahan untuk mencari sumber
daya untuk menyeimbangkan supply dan demand. Kemudian, ditemukan juga adanya
penurunan nilai mata uang Rupiah yang dapat memicu kenaikan dalam tingkat inflasi.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Judul penelitian yang dilakukan adalah “Pengaruh COVID-19 terhadap Inflasi di


Indonesia”. Penulis mengambil informasi data yang dikeluarkan oleh (WHO, 2020) yang
berisi data total kasus COVID-19 di seluruh dunia, seperti jumlah kasus COVID-19 yang
terkonfirmasi, negara yang sudah terinfeksi oleh COVID-19, dan jumlah kematian akibat
COVID-19. Setelah itu, sumber data mengenai inflasi didapatkan dari (BPS, 2020) yang
berisi tentang tingkat inflasi yang terjadi di Indonesia, Indeks Harga Konsumen (IHK).

Data yang telah diperoleh oleh penulis, selanjutnya akan diolah melalui metode
deskriptif dalam menganalisis pandemi COVID-19 terhadap inflasi di Indonesia dan akan
ditampilkan dalam bentuk grafik. Penelitian ini dilakukan untuk melihat pengaruh dari kedua
variabel yaitu pandemi COVID-19 dan inflasi di Indonesia agar dapat mengetahui hubungan
antara kedua variabel tersebut.

6
BAB IV

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

4.1 Perkembangan COVID-19 di Dunia (per 6 Mei 2020)

Sumber: (WHO, 2020)

Grafik 1: Jumlah kasus terkonfirmasi dan kematian di dunia.

Dari histogram diatas, jumlah kasus COVID-19 paling banyak berada di wilayah
Eropa lalu Amerika hingga yang paling sedikit adalah Afrika. Lalu jika dijumlahkan, kasus
terkonfirmasi dari COVID-19 adalah berjumlah 3.595.662 orang sementara, total kasus
kematian berjumlah 245.342 korban jiwa.

4.2 Perkembangan COVID-19 di Indonesia (per 6 Mei 2020)

Sumber: (Peta Sebaran, 2020)

Grafik 2: Perkembangan kasus COVID-19 per hari di Indonesia.

7
Dari grafik diatas, dapat dilihat bahwa jumlah kasus COVID-19 tersebut pada
awalnya terus meningkat hingga menjadi fluktuatif yang meningkat secara bertahap. Jumlah
kasus yang terus meningkat diiringi dengan penambahan jumlah pasien yang sembuh dan
juga jumlah korban jiwa yang sudah mulai berkurang tercatat pada tanggal 6 Mei 2020.

4.3 Tingkat Inflasi di Indonesia (periode Nov 2019 – April 2020)

Sumber: (Indeks Harga Konsumen dan Inflasi Bulanan Indonesia, 2006-2020, 2020)

Grafik 3: Tingkat Inflasi di Indonesia

Dari grafik serta histogram diatas kita mengetahui bahwa data tingkat inflasi di
Indonesia mula-mula dari bulan November 2019 adalah 0,14% dan berada pada puncak
inflasi pada bulan Januari 2020 di saat awal mula terjadinya pandemic Covid-19 ini sebesar
0,39% dan kemudian menurun hingga 0,08% pada bulan April 2020 ini.

Sumber: (Indeks Harga Konsumen dan Inflasi Bulanan Indonesia, 2006-2020, 2020)

Grafik 4: IHK di Indonesia

8
Dari grafik diatas, diketahui IHK di Indonesia dari bulan November 2019 dengan
tingkat IHK 138.6 hingga bulan April 2020 dengan IHK 104,8 mengalami penurunan sebesar
33.8.

4.4 Analisis Pengaruh COVID-19 terhadap Tingkat Inflasi di Indonesia

Pengaruh COVID-19 di Indonesia saat ini menyebabkan peningkatan demand serta


menurunkan supply pasar. Salah satu kegiatan yang menyebabkan terjadinya inflasi tinggi
adalah kegiatan panic buying yang mengakibatkan harga makanan dan minuman meroket
karena permintaan semakin tinggi sehingga menyebabkan kelangkaan di Indonesia.
Kelangkaan ini dapat menimbulkan terjadinya inflasi, jika inflasi menjadi tidak terkendali,
hal ini akan menurunkan nilai mata uang Indonesia atau bahkan dapat terjadi krisis
keuangan seperti tahun 1997 – 1998.

Dari harga yang naik secara umum inilah, menyebabkan terjadinya peristiwa
demand-pull inflation, yaitu Inflasi yang terjadi ketika total permintaan barang atau jasa di
dalam ekonomi meningkat lebih cepat daripada kapasitas produksi ekonomi (Chen, 2020).
Hal ini menyebabkan permintaan barang naik sementara kapasitas produksi ekonomi belum
memadai hal tersebut. Pada saat PSBB ini, banyak masyarakat yang menjadi pengangguran
dan banyak pabrik yang berhenti beroperasi sehingga kuantitas persediaan barang (supply)
akan menurun.

Walaupun kenaikan inflasi terjadi di awal terjadinya Virus COVID-19, namun


inflasi di Indonesia saat ini sudah dapat dikatakan terkendali. Tingkat IHK yang awalnya
tinggi juga menjadi menurun sebesar 33.88. Hal ini dikarenakan adanya campur tangan
pemerintah yang mengeluarkan beberapa kebijakan demi menjaga tingkat inflasi di
Indonesia (Idris, 2018). Kebijakan moneter dimana terdapat peningkatan nilai suku bunga
bank, mengurangi jumlah uang yang beredar, menjual surat-surat berharga. Lalu, kebijakan
fiskal dimana pemerintah mengurangi pengeluarannya, dan menaikkan tarif pajak untuk
rumah tangga dan perusahaan sehingga menurunkan demand masyarakat luas. Seterusnya,
pemerintah juga menaikkan tingkat produksi barang guna menjamin ketersediaan produk
yang diperlukan oleh masyarakat, dan menetapkan harga maksimum dari beberapa jenis
barang. Pemerintah juga menindak tegas para pedagang yang dengan sengaja menaikkan
harga berkali-kali lipat dari biasanya. Dari kebijakan-kebijakan pemerintah tersebut dapat
dinyatakan sebagai Suppressed Inflation yaitu ketika pemerintah mengontrol dan mencegah

9
terjadinya kenaikan tingkat inflasi. Hal ini dapat dilihat dari grafik 1 dan grafik 2 yang telah
dipaparkan di landasan teori.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

5.1.1 Perkembangan COVID-19 di Dunia

COVID-19 adalah virus baru yang menyerang bagian pernapasan manusia, menyebar
dengan cepat hingga dinyatakan sebagai pandemi global oleh WHO. COVID-19 telah
menyebar secara luas di seluruh dunia dan terus meningkat yang diiringi dengan
peningkatan kasus yang sembuh dan penurunan kasus kematian akibat COVID-19. Sebagian
besar negara yang terkena COVID-19 telah melakukan tindakan pencegahan secara nasional
seperti kebijakan lockdown dimana masyarakat dianjurkan untuk diam di rumah untuk
meminimalisir proses penularan virus.

5.1.2 Perkembangan COVID-19 di Indonesia

Seterusnya sejak COVID-19 memasuki Indonesia pada tanggal 2 Maret 2020, jumlah
kasus terus meningkat secara bertahap bersamaan dengan peningkatan jumlah kematian dan
jumlah kasus yang sembuh juga. Pemerintah Indonesia telah menerapkan PSBB di berbagai
wilayah Indonesia sehingga mengurangi kemungkinan penularan antar orang. Demi
menjaga kesehatan masyarakat Indonesia, pemerintah juga terus menghimbau masyarakat
untuk benar-benar mematuhi kebijakan PSBB dan terus menjaga kebersihan diri masing-
masing individu.

5.1.3 Pengaruh COVID-19 terhadap Inflasi di Indonesia

Dari penelitian diatas, ditemukan bahwa COVID-19 saat ini menyebabkan peningkatan
permintaan dan menurunkan persediaan pasar yang diakibatkan oleh kejadian “panic
buying. Dari kejadian tersebut, tingkat inflasi meningkat secara sementara. Lalu, pemerintah
dengan segera menetapkan beberapa kebijakan seperti kebijakan moneter, fiskal ataupun
kebijakan dimana pemerintah meningkatkan tingkat produksi barang yang dapat menekan
tingkat inflasi sehingga disebut sebagai suppressed inflation. Suppressed inflation adalah

10
inflasi tertekan yang diakibatkan adanya campur tangan pemerintah dalam mempertahankan
tingkat inflasi dalam tahap normal.

5.2 Saran

5.2.1 Saran bagi pemerintah

Pemerintah dapat memperketat kebijakan harga yang ditetapkan pedagang sehingga


pedagang tidak dengan semena-mena menetapkan harga tinggi dikarenakan kelangkaan
produk. Kemudian, pemerintah juga dapat memperketat kebijakan PSBB dan
menghimbau masyarakat agar tidak mudik demi meminimalisir penyebaran COVID-19.
Penulis berharap pemerintah dapat terus melakukan pencegahan COVID-19 yang
disertai dengan upaya membangun kembali perekonomian di Indonesia.

5.2.2 Saran bagi penulis

Dalam membuat laporan ini, penulis menemukan beberapa saran untuk


meningkatkan kemampuan penulis di penelitian selanjutnya sebagai berikut.

1. Penulis dapat mencari sumber-sumber terpercaya yang lebih banyak untuk


menambah pengetahuan akan topik laporan ini.

2. Penulis dapat membagi tugas lebih baik sesuai dengan kemampuan masing-
masing anggota kelompok.

11
DAFTAR PUSTAKA

Bank Indonesia. (2020, 20 Maret). Kebijakan Moneter. Diambil dari Bank Indonesia:
https://www.bi.go.id/id/publikasi/kebijakan-moneter/tinjauan/Pages/Tinjauan-
Kebijakan-Moneter-Maret-2020.aspx

Chen, J. (2020, 26 Maret). Inflation. Diambil dari Investopedia:


https://www.investopedia.com/terms/i/inflation.asp

CNN Indonesia. (2020, 22 Maret). Alasan Psikologi di Balik 'Panic Buying'. Diambil dari
CNN Indonesia: https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20200322161747-284-
485813/alasan-psikologi-di-balik-panic-buying

Dunford, D., Dale, B., Stylianou, N., Lowther, E., Ahmed, M., & Arenas, I. d. (2020, 7
April). World. Diambil dari BBC News: https://www.bbc.com/news/world-52103747

FAQ. (2020). Diambil dari JAKARTA TANGGAP COVID-19:


https://corona.jakarta.go.id/id/faq

Great Britain. Parliament. House of Lords. Science and Technology Committee. (2005).
Pandemic Influenza: Report with Evidence. London: House of the Lords.

Hall, M. (2019, 16 September). Cost-Push Inflation vs. Demand-Pull Inflation: What's the
Difference? Diambil dari Investopedia:
https://www.investopedia.com/articles/05/012005.asp

Hansen. (1983). Inflation: Definition and Measurement. In H. Frisch, Theories of Inflation


(hal. 11). New York: The Press Syndicate of the University of Cambridge.

Holzmann, F., & Bronfenbrenner, M. (1983). Inflation: Definition and Measurement. In H.


Frisch, Theories of Inflation (hal. 9-11). New York: Press Syndicate of the University
of Cambridge.

Idris, A. (2018). Ekonomi Publik. Yogyakarta: deepublish.

Indeks Harga Konsumen dan Inflasi Bulanan Indonesia, 2006-2020. (2020, 4 Maret).
Diambil dari Badan Pusat Statistik:
https://www.bps.go.id/statictable/2009/06/15/907/indeks-harga-konsumen-dan-
inflasi-bulanan-indonesia-2006-2020.html
12
Infografis. (2020, 4 April). Diambil dari Badan Pusat Statistik: https://www.bps.go.id/galeri

Kemenkes. (2020, 7 April). Diambil dari Kementrian Kesehatan Indonesia:


https://www.kemkes.go.id/index.php?txtKeyword=PSBB&act=search-
action&pgnumber=0&charindex=&strucid=&fullcontent=&C-
ALL=1&C1=1&C2=1&C3=1&C4=1&C5=1

Kemenkes. (2020, Maret). Diambil dari Kementerian Kesehatan Indonesia:


https://www.kemkes.go.id/index.php

Mankiw, N. G. (2007). MAKROEKONOMI. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Peta Sebaran. (2020, 7 Mei). Diambil dari Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19:
https://covid19.go.id/peta-sebaran

Putri, C. A. (2020, 20 Maret). Peritel Blak-Blakan Ada 3 Kali Panic Buying Gegara Corona.
Diambil dari CNBC Indonesia:
https://www.cnbcindonesia.com/news/20200320104453-4-146366/peritel-blak-
blakan-ada-3-kali-panic-buying-gegara-corona

WHO. (2020, 8 April). Q&A on coronaviruses (COVID-19). Diambil dari World Health
Organization: https://www.who.int/news-room/q-a-detail/q-a-coronaviruses

WHO. (2020, 7 Mei). WHO Coronavirus Disease (COVID-19) Dashboard. Diambil dari
World Health Organization: https://covid19.who.int

Yanuar. (2016). Ekonomi M akro:Suatu Analisis Konteks Indonesia.


https://doi.org/10.17605/OSF.IO/CTMGP

13
14

Anda mungkin juga menyukai