Anda di halaman 1dari 12

AKHLAQ BERMASYARAKAT

Disusun Oleh:
Ratnasari 1411020149
Fatchul Laela Apriliani Pratiwi 1411020150
Madiya Luhur Inandiya 1411020151

Keperawatan S1
Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Purwokerto
AKHLAQ BERMASYARAKAT
A. BERTAMU DAN MENERIMA TAMU
1. BERTAMU
Sebelum memasuki rumah seseorang, hendaklah yang bertamu terlebih dahulu
meminta izin dan mengucapkan salam kepada penghuni rumah. Allah SWT berfirman:
QS. An-Nur 24:27)

Manakah yang terlebih dahulu dilakukan, meminta izin atau mengucapkan salam?
Kalau dilihat dari redaksi ayat diatas, maka yang pertama dilakukan dilakukan adalah
meminta izin, baru kemudian mengucapkan salam. Tetapi mayoritas ahli berpendapat
sebaliknya. Mereka berargumentasi dengan menyebutkan bahwa hadits Rosululloh SAW,
riwayat Buhari, Ahmad, Tirmidzi, Ibn Abi Syaibah dan Ibn ‘Abdi Al-Bar yang sekalipun
denagn redaksi yang berbeda-beda tapi semuanya menyatakan bahwa mengucapkan salam
lebih dahulu dari meminta izin (Asalam Qobl Al-Kalam).
Sementara itu ulama lain mengkompromikan dua pendapat diatas dengan menyatakan
bahwa, apabila kamu melihat salah seorang penghuni rumah, maka dia mengucapkan salam
terlebih dahulu. Tapi bila tidak melihat siapa-siapa maka hendaklah dia meminta izin terlebih
dahulu. Pendapat terakhir inilah yang dipilih oleh Al-Mawadi.
Meninta izin bisa dengan kata-kata, dan bisa pula denagn ketukan pintu atau tekan
tombol bel atau cara-cara lain yang dikenal oleh masyarakat setempat. Bahkan alam itu
sendiri bisa juga dianggap sekaligus sebagai permohonan izin.
Menurut Rasulullah SAW, meninta izin maksimal boleh dilakukan tiga kali. Apabila
tidak ada jawaban sebaiknya yang akan bertamu kembali pulang. Jangn sekali-kali masuk
rumah orang lain tampa izin, karena disamping tidak menyenangkan bahkan megganggu
tuam rumah, karena juga dapat berakibat negatif kepada tamu itu sendiri. Rasulullah SAW:
“Jika seseorang diantara kamu telah meminta izin tiga kali, lalu tidak di izinkan,
maka hendaklah dia kembali.”(HR. Bukhari Muslim)
Kenapa meminta iin maksimal tiga kali? Karena ketukan yang pertama sebagai
pemberitahuan kepada tuan rumah akan kedatangan tamu, ketukan kedua memberikan
kesempatan kepada pemberi rumah untuk bersiapa-siapa atau menyiapkan segala sesuatu
yang diperlukan (boleh jadi ada meja dan kursi atau pakain yang perlu dirapikan), ketukan
ketiga diharapkan penghuni rumah sudah berjalan menuju pintu. Setelah ketukan ketiga
teteap tidak ada yang membuka pintu, ada kemugkinan tidak ada orang di rumah, atau
penghuni rumah tidak bersdia meneriam tamu.
Menurut ungkapan Al-Qur’an, tidak memakasa masuk saat tidak ada orang di rumah,
atau ditolak oloh tuan rumah, lebih bersih bagi taum itu sendiri. Atrinya lebih menjaga nama
baiknya dan kehormatan dirinya. Kalau dia mendesak terus untuk bertamu, dia akan dinilai
kurang memiliki akhlaq, apabila dia masuk padahal tidak ada orang di rumah, bisa-bisa dia
dituduh bermaksud utuk mencuri. Kedua-duanya merugikan nama baiknya. Allah berfirman:
“(QS. An-Nur 24:28)

Disamping meminta izin dan mengucapkan salam hal lain yang perlu diperhatikan
oleh setiap orang yang bertamu adalah sebagi berikut:
a. Jangan bertamu sembarang waktu. Bertamulah pada saat yang tepat, saat mana
tuan rumah diperkirakan tidak akan terganggu. Misalnya, janagn bertamu waktu
istirahat atau waktu tidur.
b. Kalau diterima bertamu, jangan teralu lama sehingga merepotkan tuan rumah.
Setelah urusan selesai segerakan pulang.
c. Jangan melakuakn kegiatan yang menyebabkan tuan rumah terganggu, misalnya
memeriksa ruangan dan perabotan rumah, memasuki ruang-ruang pribadi, atau
menggunakan fasilitas-fasilitas yang ada dalam rumah tampa izin penghuni
rumah. Diizinkan masuk rumah tidak berarti diizinkan segala-galanya.
d. Kalau disuguhi miniman atau makanan hormatilah jamuan itu. Bahkan Rosululah
SAW menganjurkan kepada orang yang puasa sunah sebaiknya membukain
puasanya untuk menghormati jaminan. (HR. Baihaqi)
e. Hendaklah pamit waktu mau pulang. Meninggalkan rumah tampa pamit
disamping tidak tarpuji, juga mengundang fitnah.
2. MENERIMA TAMU.
Menerima dan memulyakan tamu tampa membeda-bedakan setatus sosial mereka
adalah salah satu siafat terpuji yang sangat dianjurkan dalam islam. Bahkan Rasulullah SAW
mengaitkan sifat memuliyakan tamu itu dengan keimanan terhadap Allah dan hari akhir.
Beliau bersabda:
“Barang siapa yang beriamn kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata
yang baik atau diam. Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah ia
memuliyakan tetangganya. Dan barang siapa beriaman kepada Allah dan hari akhir maka
hendakalah ia memulyakan tamunya. (HR. Bukhari dan Muslim)
Memulyakan tamu dilakukan antara lain dengan menyambut kedatangannya dengan
muka manis dan tutur kata yang lemah lembut, mempersilahkan duduk ditempat yang baik.
Walau perlu disediakan ruangan khusus untuk menerima tamu yang selalu dijaga kerapain
dan keasriannya.
Kalau tamu datang dari tempat yang jauh dan ingin menginap, tuan rumah wajib
menerima dan menjamunya maksimal tiga hari tiga malam. Lebih dari tiga hari terserah
kepada tuan rumah untuk tetap menjamunya atau tidak. Menurut Rasulullah SAW, menjamu
taum lebih dari tiga hari nilainya sedekah, bukan lagi kewajiban. Rasulullah SAW bersabda:
“Menjamu tamu itu hanya tiga hari. Jaizahnya sehari semalam. Apa yang
dibelanjakan untuk tamu diatas tiga hari adalah sedekah. Dan tidak boleh bagi tamu tetap
menginap(lebih dari tiga hari) karena hal itu akan memberatkan tuan rumah.”(HR.
Tirmidzi )
Menurut Imam Malik, yang dimaksud dengan jaizah sehari semalam adalah
memulyankan dan menjamu tamu pada hari pertama dengan hidangan yang istimewa yang
biasa dimakan tuam rumah sehari-hari. Sedangkan hari kedua dan tiga dijamu dengan
hidangan biasa sehari-hari.
Sedangkan menurut Ibn Al-Atsir, yang dimaksud jaizah sehar semalam adalah
memberi bekal kepada tamu untuk perjalanan sehari-semalam. Dalam konteks perjalanan di
padang pasir, diperlukan bekal minimal untuk sehari senmalam sampai bertemu dengan
tempat persinggahan berikutnya.
Kedua pemahaman diatas dapat dikompromikan dengan kedua-duanya apabila
memang tamunya membutuhkan bekal untuk melanjutkan perjalanan. Tapi bagaimanapun
bentukanya, subtansinya tetap sama yaitu, anjuran untuk memuliyakan tamu sedemikian
rupa.

B. HUBUNGAN BAIK DENGAN TETANGGA


Sesudah anggota keluarga sendiri, orang yang paling dekat dengan kita adalah
tetangga. Merekalah yang diharapkan paling dahulu memberikan bantuan jika kita
membutuhkannya. Jika tiba-tiba kita ditimpah musibah kematian misalnya, tetanggalah yang
paling dahulu datang takziah dan mengulurkan bantuan. Begitu juga apabila kita mengadakan
acara aqiqah atau walimahan, maka tetanggalah yang akan lebih dahulu memberikan bantuan
dibandingkan dengan sanak family dengan rumahnya yang lebih jauh. Kepada tetangga
pulalah kita meitipkan rumah jika kita sekeluarga berpergian jauh keluar kota atau keluar
daerah.
Begitu pentingnya peran tetangga sampai-sampai Rasulullah SAW menganjurkan
kepada siapa saja yang akan membeli rumah atau membeli tanah untuk dibangun rumah,
hendaklah mempertimbangkan siapa yang akan menjadi tetangganya. Beliau bersabda:
‘Tetangga sebelum rumah , kawan sebelum jalan, dan bekal sebelum
perjalanan.”(HR. Khathib )
Dalam kesempatan lain Rasulullah SAW juga mengatakn bahwa tetangga yang baik
adalah salah satu dari tiga hal yang membahgiakan hidup:
“Diantara yang membuat bahagia seorang muslim adalah tetangga yang baik,
rumah yang lapang dan kendaranan yang nyaman.”(HR. Hakim)
Buruk baiknya sikap tetangga kepada kita tentu tergantung juga bagaimana kita
bersikap kepada mereka. Oleh sebab itu sangatdapat dimengerti kenapa Allah SWT
memerintahkan kepada kita untuk berbuat baik dengan tetangga , baik tetangga dekat maupun
tetangga jauh. Allah SWT berfirman:

Dekat dan jauh dalam ayat diatas dapat berarti dekat dari segi tempat, hubungan
kekeluargaan dan agama. Dengan farian agama dan hubungan kekeluragaan, tetangga dapat
dibagi kepada tiga kelasifikasi pertama, tetangga yang punya satu hak, yaitu sebagai tetangga.
Mereka adalah tetangga yang bukan family dan bukan pula yang seagama. Kedua, tetangga
yang punya dua hak, yaitu hak tetangga dan hak seagama. Mereka adalah tetangga yang
seagama. Ketiga, tetangga yang punya tiga hak, yaitu hak tetangga, seagama dan family.
Mereka adalah tetangga yang seagama dan punya hubungan kekeluargaan.
Tetangga yang punya hak yang lebih banyak, lebih berhak mendapatkan kebaikan dari
kita. Kelasifikasi tersebut diperlukan untuk menentukan prioritas apabila karean keterbatasan,
kita hanya mampu berbuat baik kepada sebagain mereka saja.

Pentingnya Hubungan Baik dengan Tetangga


Berkali-kali malaikat jibril memesankan kepada Nabi Muhammad SAW kepada
tetangga, samapai-samapai beliau mengira tetangga akan mendapatkan warisan. Nabi
bersabda:
“Selalu jibril memesankan kepadaku (untuk berbuat baik) dengan tetangga, sampai-
sampai aku menduga bahwa tetangga akan menerima warisan.”(H. Muttafaqun’ Alaih)
Dalam beberapa hadist lainRasulullah SAW menjadikAn sikap baik dengan tetangga
sebagai ukuran dari keimanan seseorang kepada Allah dan hari akhir. Beliau bersabda:
“Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata
yang baik atau diam. Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah ia
memuliyakan tetangganya. Dan barang siapa beriaman kepada Allah dan hari akhir maka
hendakalah ia memulyakan tamunya. (HR. Bukhari dan Muslim)

“Demi Allah,dia tidak beriman!” “Demi Allah, dia tidak beriman!” “Demi Allah,
Dia Tidak Beriman!” Seorang sahabat bertanya: “Siapa dia( yang tidak beriman itu) ya
Rasulullah?” Beliau menjawab:”Orang yang tetangganya tidak aman dari
keburukannya.”(H.Muttafaqun ‘Alaih)

“Tidak masuk sorga orang yang tetangganya tidak aman dari keburukannya.”(HR.
Muslim)
Dari beberapa hadist diatas tampak bagi kita betapa pentingnya sikap baik kepada
tetangga. Sikap hidup bertetangga mempunyai hubungan yang signifikan dengan kualisat
dengan seseoran. Semakin kuat iman seseorang, semakin baik dia dengan tetangganya, begitu
pula sebaliknya.

Bentuk-Bentuk Hubungan Baik dengan


Minimal hubungan baik dengan tetangga diwujidkan dalam bentuk tidak mengganggu
atau menyusahkan mereka. Misalnya, waktu tetangga tidur atau istirahat, kita tidak
menghidupkan radio dan tv dengan volume tinggi. Tidak membunang sampah di halaman
tetangga. Tidak menyakiti hati tetangga dengan kata-kata kasar dan tidak sopan.
Yang lebih baik lagi tidak hanya sekedar menjaga jangan sampai tetangga
mengganggu, tapi secara aktif berbuat baik kepada mereka. Misalnya, dengan mengucapkan
salam dan bertegur sapa dengan ramah, memberiakn pertolongan apabila tetangga
membutuhkannya, apabila kita masak makanan, memberikan sebagian kepada tetangga.
Dalam hal ini Rasulullah SAW pernah berpesan kepada Abu Dzar:
“ Jika engkau memasak gulai, perbanyaklah kuahnya, kemudian perhatikanlah
tetangga-tetanggamu dan berilah mereka sepantasnya.” (HR. Musli)
Dalam hadist yang lebih panjang Rasulullah SAW menguraikan bagaimana cara
berbuat baik dengan tetangga. Beliau bersabda:
“Hak tetangga itu iyalah, apabila ia sakit kamu menjenguknya, apabila ia meninggal,
kamu mengiringi jenazahnya, apabila ia membutuhkan sesuatu kamu meminjaminya, apabila
ia tidak memiliki pakaian kamu memberinya pakaian, apabial dia mendapatkan kebajikan
kamu harus mengucapkan selamat kepadanya, apabila dia mendapat musibah kamu
bertakziah kepadanya, jangan engakau meninggikan rumahmu atas ruamhnya sehingga
angin terhalangan masuk rumahnya dan janganlah kamu menyakitinya dengan bau
periukmu kecuali kamu membelinya sebagain dari masalah itu.”(HR. Thabrani)
Seseorang muslim harus peduli dan memperhatiakn tetangganya. Menguluarkan
tangan untuk mengatasi kesulitan hidup yang dihadapi oleh tetangganya. Jangan samapai
terjadi seseorang dapat tidur nyenyak sementara tetangganya menangis kelaparan,
sebagaimana yang dinyatakan oleh Rasulullah SAW dalam sebuah hadist:
“Tidaklah beriman kepada-ku orang yang dapat tidur dengan perut kenyang
sementara tetangganya kelaparan, padalah dia mengetahui.”(HR. Bazzar)

C. HUBUNGAN BAIK DENGAN MASYARAKAT


Selain dengan tamu dan tetangga, seorang muslim harus dapat berhubungan baik
dengan masyarakat yang lebih luas, baik dilingkungan pendidikan,kerja,sosial,dan
lingkungan lainnya.
KEWAJIBAN SOSIAL SESAMA MUSLIM
Untuk terciptanya hubungan baik sesama muslim dalam masyarakat , setiap orang
harus mengetahui hak dan kewajibannya masing masing sebagai anggota masyarakat .
1.Menjawab Salam
Salam adalah doa, yaitu doa yang kita panjatkan kepada Allah ta’ala kepada saudara
muslim yang kita jumpai. Sanngat indah persaudaraan diantara sesama muslim di mana kita
saling mendoakan pada saat bertemu. Mengucapkan dan menjawab salam hukumnya berbeda
. Mengucapkannya hukumnya sunnah sedangkankan menjawab salam hukumnya adalah
wajib. tidak hanya dapat mengecawakan orang yang mengucapkannya, juga dapat
menimbulkan kesalahpahaman jika tdak dijawab. Salam harus dijawab minimal dengan
salam yang seimbang, tapi akan lebih baik lagi bila dijawab dalam salam yang lengkap. Allah
swt berfirman :
“Apabila kamu dihormati dengan sesuatu penghormatan, balaslah penghormatan itu dengan
yang lebih baik, atau balaslah (dengan yang serupa). Sesungguhnya Allah memperhitungkan
segala sesuatu.” (QS An-Nisa 4 : 86)
2. Mengunjungi Orang Sakit
Menurut rasulullah saw, orang-orang yang beriman itu ibarat satu batang tubuh,
apabila salah satu anggota tubuh sakit, yang lain ikut prihatin.
Salah satu cara menerapkan hadits di atas adalah dengan meluangkan waktu mengunjungi
saudara seagama yang sakit. Kunjungan teman, saudara adalah obat yang mujarab bagi si
sakit. Dia merasa senang karena masih ada sahabat untuk berbagi duka, Pribahasa
mengatakan, ‘teman ketawa banyak, teman menagis sedikit’
Hukum menjenguk orang sakit adalah fardhu kifayah. Artinya, bila ada sebagian
orang yang melakukannya maka gugur kewajiban dari yang lain. Bila tidak ada seorang pun
yang melakukannya, maka wajib bagi orang yang mengetahui keberadaan si sakit untuk
menjenguknya.
Kemudian yang perlu diketahui, orang sakit yang dituntunkan untuk dijenguk adalah
yang terbaring di rumahnya (atau di rumah sakit) dan tidak keluar darinya. Adapun orang
yang menderita sakit yang ringan, yang tidak menghalanginya untuk keluar dari rumah dan
bergaul dengan orang-orang, maka tidak perlu dijenguk. Namun bagi orang yang mengetahui
sakitnya hendaknya menanyakan keadaannya. Demikian penjelasan Syaikh yang mulia
Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin t dalam kitabnya Syarhu Riyadhish Shalihin (3/55).
Keutamaan yang besar dijanjikan bagi seorang muslim yang menjenguk saudaranya yang
sakit seperti ditunjukkan dalam hadits-hadits berikut ini:
Tsauban z mengabarkan dari Nabi n, sabda beliau:
‫إِ َّن ْال ُم ْسلِ َم إِ َذا عَا َد أَخَ اهُ ْال ُم ْسلِ َم لَ ْم يَزَ لْ فِي ُخرْ فَ ِة ْال َجنَّ ِة َحتَّى يَرْ ِج َع‬
“Sesungguhnya seorang muslim bila menjenguk saudaranya sesama muslim maka ia terus
menerus berada di khurfatil jannah hingga ia pulang (kembali).

3. Mengiringkan Jenazah
Apabila seseorang meninggal dunia, masyarakat secara kifayah wajib memandikan,
mengkafani, mengshalatkan dan menguburkannya. Rasulullah saw sangat menganjurkan
kepada masyarakat untuk dapat mengshalatkan dan mengantarkan jenazah ke kuburan.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: "Siapa yang mengantarkan jenazah
hingga menshalatkannya maka baginya pahala satu qhirath, dan siapa yang
mengantarkannya hingga dimakamkan maka baginya pahala dua qhirath”, beliau ditanya:
“Apakah yang dimaksud qhirath ?”, beliau menjawab: “Bagaikan dua gunung yang
besar“ (Riwayat Bukhari dan Muslim)

4. Mengabulkan Undangan

Undang mengundang sudah menjadi tradisi dalam pergaulan bermasyarakat. Yang


mengundang akan kecewa jika undangannya tidak dikabulkan, dan lebih kecewa lagi bila
yang berhalangan hadir tidak memberi kabar apa apa. Oleh sebab itu seorang musim sangat
dianjurkan untuk memenuhi semua undangan yang diterimanya(menghadiri
pengajian,rapat,aqiqahan,dan lain sebagainya) selama tidak ada halanangan dan acara
tersebut tidak bertentangan syariat islam. Khusus untuk undangan pernikahan ( walimahan)
seorang muslim wajib menghadirinya. Menghadiri walimahan diwajibkan karena pada
umumnya walimahan hanya terjadi sekali seumur hidup seseorang.

5. Menyahuti Orang Bersin


Orang yang bersin disunahkan untuk membaca Alhamdulillah , bersyukur kepada
allah karena biasanya bersin berarti badan ringan dari penyakit. Sedangkan bagi yang
mendengar (orang bersin mengucapkan Alhamdulillah ,diwajibkan untuk menjawabnya
dengan yahdikumullah wa yushlih balakum.

D. Pergaulan Muda Mudi


Dalam pergaulan sehari-hari ditengah masyarakat, terutama antar muda mudi, ada
beberapa hal yang harus mendapat perhatian khusus .
Disamping ketentuan umum tentang hubungan bermasyarakat yang lainnya yaitu tentang
mengucapkan dan menjawab salam , berjabat tangan dan khalwah.
1. Mengucapkan dan Menjawab Salam
 Islam mengajarkan kepada sesama muslim bertukar salam bertemu atau
bertamu supaya rasa kasih sayang dapat selalu terpupuk dengan baik.
 Salam yang diucapkan minimal adalah Assalamualaaikum tetapi lebih baik
dan lebih besar pahalanya apabila diucapkan lebih lengkap .
 Mengucapkan salam hukumnya sunnah tetapi mejawab salam hukumnya
adalah wajib minimal dengan salam yang seimbang.
 Bila bertamu yang mengucapkan salam lebih dahulu adalah yang bertamu
(QS. AN-Nur 24:27. Sedangkan untuk yang bertemu yang mengucapkan
salam lebih dahulu adalah yang berada diatas kendaraan kepada yang berjalan
kaki, yang berjalan kaki kepada yang duduk , yang sedikit kepada yang
banyak , dan yang lebih muda kepada yang lebih tua.
 Salam tidak hanya diucapkan waktu saling bertemu tetapi saat akan berpisah
 Jika dalam rombongan ,baik yang mengucapkan maupun yang menjawab
salam adalah salah satu dari anggota rombongannya
 Rasulullah SAW melarang orang islam mengucapkan dan menjawab salam
Ahlul Kitab (Yahudi fan Nasrani) tapi bila Ahlul Kitab itu sedang bedara
dalam majlis dengan orang-orang islam kita boleh mengucapkan salam kepada
majlis itu, sebagaimana yang pernah dilakukan oleh rasulullah saw.
 Pria boleh mengucapkan salam kepada wanita dan begitui pula sebaliknya.
Diriwayatkan bahwa Rasulullah saw mengucapkan salam kepada kaum
wanita, dannjuga Ummu Hani mengucapkan salam kepadanya. Salam yang
diajarkan oleh islam adalah salam uang bernilai tinggi, universal dan tidak
terikat dengan waktu. Bernilai tinggi karena mengandung doa untuk
mendapatkan keselamatan, rahmat dah berkah dari Allah SWT. Universal
karena berlaku untuk seluruh umat islam dimana saja berada tanpa mengenal
perbedaan bangsa,bahasa dan warna kulit.

2. Berjabat Tangan

Rasulullah saw mengajarkan bahwa untuk lebih menyempurnakan salam dan


menguatkan tali ukhuwah islamiah, sebaiknya ucapkan salam diikuti dengan berjabatan
tangan (bersalaman) tentu jika memungkinkanm. Rasulullah saw bersabda:

”tidaklah dua orang muslim bertemu, lalu bersalaman, melainkan Allah akan mengampuni
dosa-dosa keduanya sebelum mereka berpisah.” (HR. Abu Daud, Tirmidzi dan lain-lain )
Berjabat tangan harusnya dilakukan dengan penuh keikhlasan yang tercermin dari
cara bersalaman. Rasulullah saw ,emgajarkan kalau menjabat tangan seseorang harus penuh
dengan perhatian keramahan ndan muka yang manis. Pandanglah muka orang yang disalami,
jangan bersalaman sambil memandang objek yang lain, karena sikap demikian akan
menimbulkan perasaan tidak dihargai. Bisa-bisa orang yang disalami akan tersinggung juga
jangan menarik tangan dengan cepat dan tergesa-gesa yang mengesankan kita berjabat tangan
tidak dengan segala senang hati tapi karena terpaksa keadaan atau dengan perasaan yang
berat.

Anjuran untuk berjabat tangan tidak berlaku antara pria dan wanita kecuali antara
suami istri atau antara seseorang dengan mahramnya. Dalam mengambil bai’ah wanita
muslimat, Rasulullah saw tidak pernah menjabat tangan mereka, sebagaimana yang
diriwayatkan Umaimah binti Ruqaiqah dan Aisyah ra dalam dua riwayat yang terpisah.

3. Khalwah

Satu hal lagi yang sangat penting sekali diperhatikan dalam pergaulan pria dan
wanita, terutama antara muda-mudi adalah masalah pertemuan antara pria dengan wanita,
terutama pertemuan-pertemuan pribadi. Rasulullah saw melarang pria dan wanita
berkhalwah, baik di tempat umum, apalagi di tempat sepi.

Yang dimaksud dengan khalwah adalah berdua-duaan antara pria dengan wanita yang
tidak punya hubungan suami istri dan tidak pula mahram tanpa ada orang ke tiga. Termasuk
khalwah berdua-duaan di tempat umum yang antara mereka dengan pasangan itu saling tidak
kenal mengenal, atau saling kenal tapi tidak punya kepedulian, atau tidak punya kontak
komunikasi sama sekali, sekalipun berada dalam area yang sama, seperti di pantai, pasar,
restoran, apalagi di bioskop dan tempat-tempat hiburan tertutup lainya.

Kenapa Rasulullah saw melarang berkhalwah? apa bahayanya? Apakah tetap dilarang
kalau masing-masing saling mempercayai? Dalam hadist yang melarang berkhalwah itu
Rasulullah saw menyebutkan bahwa syaitan akan menjadi oknum ketiga (ingat apa tugas
syaitan) beliau bersanda:

“ jauhilah berkhalwah dengan wanita. Demi (Allah) yang diriku berada dalam genggama nya,
tidaklah berkhalwah seorang laki-laki dengan seorsang wanita kecuali syaitan akan masuk di
antara keduanya “ (HR. Thabrani)
Syaitan akan selalu mencari peluang dan manfaatkan segala kesempatan untuk
menjerumuskan anak cucu Nabi Adam as. Kalau dua manusia lawan jenis yang secara fitrah
saling saling memiliki ketertarikan seksual itu lupa dengan Allah, tidak akan ada lagi yang
mengingatkanya. Tapi kalau bersama-sama (tidak hanya berdua) bila ada dua lawan jenis
yang lupa dengan Allah , masih ada yang mengingatkanya. Atau dengan ungkapan lain, kalau
tidak akan malu dengan kepada Allah, minimal malu dengan sesama manusia. Rasa malu
itulah yang akan mencegahnya dari perbuatan keji dan munkar. Dalam banyak kasus muda-
mudi (bahkan yang tua sekalipun) mudah sekali jatuh dalam perzinaan apabila sudah
berduaan, tidak hanya di rumah-rumah bahkan juga di tempat-tempat umum seperti tempat
rekreasi. Jadi larangan berkhalwah adalah tindakan pencegahan supaya tidak terjatuh ke
lembah dosa yang lebih dalam lagi.

Dalam hadist lain Rasulullah saw menjelaskan bahwa zina akan masuk lewat
bermacam-macam pintu. Melalui pandangan mata, pendengaran, pembicaraan, rabaan tangan
dan ayunan kaki. Artinya semua organ tubuh itu, kalau tidak dijaga dengan baik, apabila
disalahgunakan akan menjadi pintu yang efektif untuk memasuki kawasan perzinaan

“sudah menjadi suratan nasib manusia itu senantiasa dibayangi oleh zina dan diapun pasti
menyadari hal yang demikian itu:dua mata, zinanya adalah pandangan: dua telinga, zinanya
adalah mata, zinanya adalah pendengaran:liidah zinanya pembicaraan:tangan zinanya adalah
berpegangan: dua kaki zinanya adalah melangkah dan hatipun melai bergejolak dan
berkhayal. Akibatnya naluri seksualnya pun terpengaruh untuk menerima atau menolak” (H.
Muttafaqun’alaih)

Anda mungkin juga menyukai