Anda di halaman 1dari 7

A.

Pengertian Pancasila

               Kata Pancasila berasal dari kata Sansekerta (Agama Budha) yaitu untuk mencapai

Nirwana diperlukan 5 dasar atau ajaran, yaitu:

1. Jangan mencabut nyawa makhluk hidup/ membunuh.


2. Jangan mengambil barang orang lain/ dilarang mencuri.

3. Jangan berhubungan kelamin/dilarang berzina.

4. Jangan berkata palsu/ berdusta.

5. Jangan minum yang menghilangkan pikiran/ minuman   keras.

Diadaptasi oleh orang Jawa menjadi 5M= Madat/Mabok, Maling/Mencuri, Madon/Perempuan,


Maen/Judi, Mateni/Membunuh.

1.      Pengertian Pancasila secara Etimologis

Perkataan Pancasila mula-mula terdapat dalam perpustakaan Budha yaitu dalam


kitab Tripitaka dimana dalam ajaran Budha tersebut terdapat suatu ajaran moral untuk
mencapai Nirwana/ surga melalui Pancasila yang isinya 5J seperti di atas.

2.      Pengertian secara Historis

Pada tanggal 1 Juni 1945 Ir. Soekarno berpidato tanpa teks mengenai rumusan
Pancasila sebagai dasar negara. Pada tanggal 17 agustus 1945 Indonesia
memproklamirkan kemerdekaan, kemudian keesokan harinya 18 Agustus 1945 disahkan
UUD 1945 termasuk pembukaannya dimana didalamnya terdapat rumusan 5 prinsip
sebagai dasar negara yang diberi nama Pancasila. Sejak saat itulah Pancasila menjadi
bahasa Indonesia yang umum. Jadi walaupun pada alinea ke-4 pembukaan UUD 1945
tidak termuat istilah Pancasila namun yang dimaksud dasar negara RI adalah disebut
istilah Pancasila hal ini didasarkan interpretasi (penjabaran) historis terutama dalam
rangka pembentukan rumusan dasar negara.
B. Nilai yang Terkandung Dalam Sila ke-5

Nilai yang terkandung dalam sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
didasari dan dijiwai oleh sila Ketuhanan yang Maha Esa, Kemanusian yang Adil dan
Beradab, Persatuan Indonesia, serta Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat
Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan. Dalam sila kelima tersebut
terkandung nilai-nilai yang merupakan tujuan Negara sebagai tujuan dalam hidup
bersama. Maka didalam sila kelima tersebut terkandung nilai keadilan yang harus
terwujud dalam kehidupan bersama (kehidupan sosial). Keadilan tersebut didasari dan
dijiwai oleh hakikat keadilan kemanusiaan yaitu keadilan dalam hubungan manusia
dengan dirinya sendiri, manusia dengan manusia lain, manusia dengan masyarakat,
bangsa dan negaranya serta hubungan manusia dengan Tuhannya.

C. Lambang Padi dan Kapas Pada Sila ke-Lima  

Sila ke lima yang berbunyi Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Dan
digambarkan dengan lambang padi dan kapas, keduanya merupakan kebutuhan pokok
rakyat Indonesia. Padi digambarkan sebagai pangan yang menjadi makanan pokok,
sedangkan kapas merupakan bahan dasar dari sandang yang di pakai. Menggambarkan
bahwa antara masyarakat yang satu dengan yang lainnya tidak ada perbedaan dan
kesenjangan sosial.

C.     Nilai Dasar Sila Ke-5


            Dengan sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, manusia Indonesia  menyadari
hak dan kewajiban yang sama untuk menciptakan keadilan sosial dalam kehidupan masyarakat
Indonesia. Dalam rangka ini dikembangkan perbuatannya yang luhur yang mencerminkan sikap
dan suasana kekeluargaan dan gotong royong. Untuk itu dikembangkan sikap adil terhadap
sesama, menjaga kesinambungan antara hak dan kewajiban serta menghormati hak-hak orang
lain.

Nilai yang terkandung dalam sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia didasari
dan dijiwai oleh sila Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan
Indonesia, serta Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan
atau perwakilan. Dalam sila ke-5 tersebut terkandung nilai-nilai yang merupakan tujuan Negara
sebagai tujuan dalam hidup Bersama. Maka di dalam sila ke-5 tersebut terkandung nilai keadilan
yang harus terwujud dalam kehidupan bersama (kehidupan sosial).

Keadilan tersebut didasari dan dijiwai oleh hakekat keadilan manusia yaitu keadilan
dalam hubungan manusia dengan dirinya sendiri, manusia dengan manusia lain, manusia dengan
masyarakat, bangsa dan negaranya serta hubungan manusia dengan Tuhannya.

Konsekuensinya nilai-nilai keadilan yang harus terwujud dalam kehidupan bersama adalah
meliputi:

1.      Keadilan Distributif

Aristoteles berpendapat bahwa keadilan akan terlaksana bilamana hal-hal yang


sama diperlukan secara sama dan hal-hal yang tidak sama diperlukan tidak sama.
Keadilan distributif sendiri yaitu suatu hubungan keadilan antara negara terhadap
warganya, dalam arti pihak negaralah yang wajib memenuhi keadilan dalam bentuk
keadilan membagi, dalam bentuk kesejahteraan, bantuan, subsidi serta kesempatan dalam
hidup bersama yang didasarkan atas hak dan kewajiban.

2.      Keadilan Legal (Keadilan Bertaat)


Suatu hubungan keadilan antara warga negara terhadap negara dan dalam masalah
ini pihak wargalah yang wajib memenuhi keadilan dalam bentuk mentaati peraturan
perundang-undangan yang berlaku dalam negara. Plato berpendapat bahwa keadilan dan
hukum merupakan subtansi rohani umum dari masyarakat yang membuat dan menjadi
kesatuannya.

Dalam masyarakat yang adil setiap orang menjalankan pekerjaan menurut sifat
dasarnya paling cocok baginya. Pendapat Plato itu disebut keadilan moral, sedangkan
untuk yang lainnya disebut keadilan legal.

3.      Keadilan Komulatif

Suatu hubungan keadilan antara warga satu dengan yang lainnya secara timbal
balik.Keadilan ini bertujuan untuk memelihara ketertiban masyarakat dan kesejahteraan
umum.Bagi Aristoteles pengertian keadilan ini merupakan asan pertalian dan ketertiban
dalam masyarakat. Semua tindakan yang bercorak ujung ekstrem menjadikan
ketidakadilan dan akan merusak atau bahkan menghancurkan pertalian dalam
masyarakat.

Nilai-nilai keadilan tersebut haruslah merupakan suatu dasar yang harus


diwujudkan dalam hidup bersama kenegaraan untuk mewujudkan tujuan negara yaitu
mewujudkan kesejahteraan  seluruh warganya serta melindungi seluruh warganya dan
wilayahnya, mencerdaskan seluruh warganya. Demikian pula nilai-nilai keadilan tersebut
sebagai dasar dalam pergaulan antara negara sesama bangsa di dunia dan prinsip ingin
menciptakan  ketertiban hidup bersama dalam suatu pergaulan antar bangsa di dunia
dengan berdasarkan suatu prinsip kemerdekaan bagi setiap bangsa, perdamaian abadi
serta keadilan dalam hidup bersama (keadilan bersama).

D. Aplikasi Sila Ke-5 dalam Kehidupan

Keadilan Sosial ialah sifat masyarakat adil dan makmur berbahagia untuk semua
orang, tidak ada penghinaan, tidak ada penghisapan, bahagia material dan bahagia
spritual, lahir dan batin. Istilah adil yaitu menunjukkan bahwa orang harus memberi
kepada orang lain apa yang menjadi haknya dan tahu mana haknya sendiri serta tahu apa
kewajibannya kepada orang lain dan dirinya. Sosial berarti tidak mementingkan diri
sendiri saja, tetapi mengutamakan kepentingan umum, tidak individualistik dan egoistik,
tetapi berbuat untuk kepentingan bersama. Sebenarnya istilah gotong royong yang berarti
bekerja sama dan membagi hasil karya bersama tepat sekali untuk menerangkan apa arti
Keadilan Sosial. Manusia terdiri atas jasmani dan rohani dan demikian pula terdiri atas
sifatnya sebagai individu dan makhluk sosial. Pada hakekatnya manusia menginginkan
agar unsur-unsur tersebut dapat mendapat perlakuan yang baik, agar ia dapat berfungsi
sebagai makhluk manusia. Adalah tidak mungkin jika orang hanya mementingkan diri
pribadi tanpa memperhatikan kepentingan masyarakat sama sekali. Sebaliknya karena
orang hidup di dalam masyarakat juga tidak dapat melupakan kepentingan sendiri.Bangsa
Indonesia dalam menunaikan tugas hidupnya terkenal lebih bersifat sosial dan berlaku
adil terhadap sesama.

Berdasarkan pengamalan nilai Pancasila khususnya sila ke-5 maka seharusnya


aplikasi sila ke-5 dalam masyarakat adalah sebagai berikut:

1. Mengembangkan perbuatan yang luhur, yang mencerminkan sikap dan suasana


kekeluargaan dan kegotongroyongan.
2. Mengembangkan sikap adil terhadap sesama.

3. Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.

4. Menghormati hak orang lain.

5. Suka memberi pertolongan kepada orang lain agar dapat berdiri sendiri.

6. Tidak menggunakan hak milik untuk usaha-usaha yang bersifat pemerasan terhadap
orang lain.

7. Tidak menggunakan hak milik untuk hal-hal bersifat pemborosan dan gaya hidup mewah.

8. Tidak menggunakan hak milik untuk bertentangan dengan atau merugikan kepentingan
umum.

9. Suka bekerja keras.


10. Suka menghargai hasil karya orang lain yang bermanfaat bagi kemajuan dan
kesejahteraan bersama.

11. Suka melakukan kegiatan dalam rangka mewujudkan kemajuan yang merata dan
berkeadilan sosial.

E. Kasus-Kasus yang Sesuai dan Melanggar Sila Kelima


a. Kasus-kasus yang sesuai dengan sila kelima
1. Pembagian raskin secara serentak kepada warga miskin bertujuan untuk menurunkan
harga beras dilapangan. Kepala Badan Ketahanan Pangan Jateng Whitono
menyatakan, saat ini harga beras di lapangan sudah mengalami penurunan. Bulog
mempercepat realisasiraskin, dengan harapan percepatan pembagian beras raskin
secara serentak bisa menurunkan harga. Panen raya dibeberapa daerah juga berperan
dalam menurunkan harga.
2. Contoh kasus atau perilaku yang sesuai dengan sila kelima dalam lingkungan
keluarga;
a. Bersikap hemat dan mau bekerja keras sesuai dengan kemampuan
b. Pandai membagi waktu untuk belajar, bermain dan membantu orang tua.
c. Rajin melatih diri dengan keterampilan
d. Tidak bersikap boros
e. Mengatur pengeluaran biaya hidup dalam keluarga

Anda mungkin juga menyukai