66
66
S KRIPS I
WILLIAM LOUIS
G0005209
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERS ITAS S EBELAS MARET
S URAKARTA
2010
PERNYATAAN
Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah
diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi dan
sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah
ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam
naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.
WILLIAM LOUIS
NIM . G0005209
ii
PENGESAHAN SKRIPSI
Pembimbing Utama
Pembimbing Pendamping
Penguji Utama
Anggota Penguji
Surakarta, ...........................................
iii
ABS TRAK
Tujuan Penelitian: Karbon Tetraklorida adalah agen perusak hati yang terutama
disebabkan oleh metabolitnya yaitu CCl3COO-. Temu putih yang kaya akan
antioksidan alami (kurkumin) mengurangi dan memperbaiki kerusakan yang
terjadi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya perbedaan gambaran
struktur histologis sel hati tikus putih tanpa/setelah diberi CCl4 dengan atau tanpa
perasan rimpang temu putih.
Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan Penelitian Eksperimental
Laboratorik. Desain penelitian ini menggunakan Post Test Only Control Group
Design. Subyek yang digunakan dalam penelitian ini adalah 30 ekor tikus putih
strain Wistar yang dibagi dalam 3 kelompok, masing 10 ekor tikus putih. Semua
tikus putih diberi diberi diet standar selama 12 hari dan minyak kelapa 0,5 ml/
200g BB pada hari ke-8. Kelompok kontrol positif dan kelompok perlakuan diberi
CCl4 3,85 mg/ g BB pada hari ke-8. Akan tetapi untuk kelompok p erlakuan juga
diberi perasan rimpang temu putih peroral sebanyak 1,97 mg/ kg BB selama 12
hari. Pada hari ke-12, semua tikus putih dikorbankan, kemudian diambil organ
heparnya untuk selanjutnya dibuat preparat kemudian diamati jumlah sel hati yang
normal, piknotoik, karioreksis, dan kariolisis. Data yang diperoleh akan
dibandingkan menggunakan uji Oneway ANOVA kemudian uji LSD untuk
mengetahui letak perbedaannya.
Hasil Penelitian: Hasil uji statistik Oneway ANOVA didapatkan hasil perbedaan
bermakna (p<0,05) antara ketiga kelompok. Hasil uji LSD memperlihatkan
perbedaan yang bermakna (p<0,05) diantara masing-masing kelompok.
S impulan Penelitian: Simpulan yang didapat adalah bahwa pemberian perasan
rimpang temu putih secara peroral sebanyak 1,97 mg/ kg BB dapat mengurangi
kerusakan sel hati tikus putih yang diinduksi Karbon Tetraklorida (CCl4) secara
peroral sebesar 3,85 mg/ g BB.
iv
ABS TRACT
v
PRAKATA
William Louis
vi
DAFTAR IS I
Halaman
PRAKATA .................................................................................................. vi
DAFTAR IS I ............................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ....................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................. ix
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1
A. Latar Belakang M asalah ........................................................... 1
B. Perumusan M asalah .................................................................. 3
C. Tujuan Penelitian ...................................................................... 3
D. M anfaat Penelitian .................................................................... 3
BAB II LANDAS AN TEORI ..................................................................... 5
A. Tinjauan Pustaka ....................................................................... 5
B. Kerangka Pemikiran .................................................................. 17
C. Hipotesis .................................................................................... 18
BAB III METODE PENELITIAN.............................................................. 19
A. Jenis Penelitian .......................................................................... 19
B. Lokasi Penelitian ....................................................................... 19
C. Subjek Penelitian ....................................................................... 19
D. Teknik Sampling ....................................................................... 19
E. Rancangan Penelitian ................................................................ 20
F. Identifikasi Variabel Penelitian ................................................. 21
G. Definisi Operasional Variabel Penelitian .................................. 21
H. Alat dan Bahan Penelitian ......................................................... 24
I. Cara Kerja .................................................................................. 25
J. Teknik Analisis Data Statistik ................................................... 27
BAB IV HAS IL PENELITIAN ................................................................... 28
A. Data Hasil Penelitian ................................................................. 28
B. Analisis Data .............................................................................. 29
BAB V PEMBAHAS AN .............................................................................. 31
BAB VI S IMPULAN DAN S ARAN ............................................................ 35
A. Simpulan ..................................................................................... 35
B. Saran ........................................................................................... 35
DAFTAR PUS TAKA ..................................................................................... 36
LAMPIRAN
vii
DAFTAR TABEL
viii
DAFTAR GAMBAR
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Tabel 1
Lampiran 2. Tabel 2
Lampiran 3. Tabel 3
Lampiran 4. Tabel 4 - Tabel 5
Lampiran 5. Gambar 3 – Gambar 4
Lampiran 6. Foto Preparat
x
BAB I
PENDAHULUAN
pengalaman dan penelitian para ahli, temu putih ternyata sangat bermanfaat
tumor (Prakoso, 2007). Seperti keluarga jahe-jahean lainnya, temu putih juga
stimultan, obat cacing, karminatif, diuretik, anti diare, anti piretik dan kanker
dengan cara direbus atau diseduh bahkan dalam bentuk campuran serbuk
1
kurkumin. Komponen epicurcuminol dan zedoarone berkhasiat sebagai anti
Karbon Tetraklorida (CCl4) adalah salah satu model paling baik jejas
radikal bebas oleh karena keracunan yang terjadi pada hati (Robbins dan
1970 mengenai aksi CCl4 sebagai perusak organ hepar, yang memiliki
pengaruh perubahan ireversibel pada protein dan lemak hepar. Perubahan ini
Gilman, 2001).
penelitian untuk mengkaji lebih dalam mengenai khasiat ini belumlah banyak
dilakukan. M aka dari itu, penelitian ini bertujuan untuk menguji kebenaran
mengamati struktur histologis sel hati tikus putih yang diberi paparan
2
hepatotoksikan CCl4. Dan diharapkan dengan adanya penelitian ini, temu
putih sebagai salah satu dari tanaman obat alami Indonesia dapat
B. Perumusan Masalah
(Berg.) Roscoe) secara peroral dapat mengurangi kerusakan sel hati tikus putih
C. Tujuan Penelitian
kerusakan sel hati tikus putih yang diinduksi Karbon Tetraklorida (CCl4).
D. Manfaat Penelitian
3
diambil manfaatnya untuk melindungi hepar
4
BAB II
LANDAS AN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Temu Putih
a. Deskripsi
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Subdivisio : Angiospermae
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Zingiberales
Famili : Zingiberaceae
Genus : Curcuma
(Dio, 2008).
temu kuning. M enurut Hong Kim Lee, tumbuhan ini berasal dari
5
China, Vietnam, dan Jepang. Curcuma zedoaria Rosc. tumbuh liar di
tipis atau kuning. Buah berbentuk kotak bulat, diameter 2-4 mm,
atau kuning muda, dan memiliki rasa yang sangat pahit (Dio, 2008).
rimpang temu putih 30% pada kelinci yang telah diberikan Karbon
6
Tetraklorida dapat mempercepat turunnya enzim SGOT, SGPT, dan
b. Kandungan Kimia
7
pyrocurcuzerenone, curcumemone, epicurcumenol, curcumol,
2008).
8
diabetes. Kurkumin juga dapat dikembangkan sebagai obat-obatan
Gambar 1: bentuk keton dari kurkumin (Wikimedia Foundation Inc. 2008 1).
9
2. Karbon Tetraklorida (CCl 4)
radikal bebas yang terjadi pada hati (Robbins dan Kumar, 2007). Karbon
obat anestesi, obat cacing, dan untuk sampo. Namun sekarang semua
berbahaya bila dihirup, ditelan, ataupun diserap lewat kulit (M eyers et al.,
1993).
10
Pemberian lokal Karbon Tetraklorida pada kulit menyebabkan kulit
teriritasi. Pada ingesti oral akan menyebabkan rasa hangat di perut dan
Gilman, 2001).
Efek toksik Karbon Tetraklorida yang paling serius adalah pada sel
hepar dan tubulus renalis. Kerusakan sel hepar yang terjadi ditandai
Gilman, 2001).
Radikal ini akan menginisiasi peroksidasi lipid (Hodgson dan Levi, 2000).
11
3. S truktur Histologis S el Hati
a. Lobulus Hati
tiga zona:
function”.
b. Parenkim Hati
membran sel yang jelas. Intinya bulat atau lonjong dengan permukaan
teratur dan besarnya bervariasi untuk setiap sel. Setiap inti mempunyai
12
granula kromatin yang tampak jelas dan tersebar dengan satu atau
c. Triad Portal
Triad portal mengandung cabang dari vena porta, arteri hepatica, dan
d. S inusoid Hati
teratur dan hanya terdiri dari satu lapisan sel-sel endotel yang tidak
dan disokong oleh selubung serabut retikuler halus yang penting untuk
zat toksik sangat tinggi (Leeson et al., 1990). Kehilangan jaringan hati
13
pembelahan sel hati dan hal ini akan terus berlangsung sampai
1995).
Dampak racun CCl4 bukan disebabkan oleh molekul CCl4 itu sendiri,
14
lemak dan senyawa-senyawa lainnya (Robbins dan Kumar, 2007). Radikal
bebas ini akan segera bereaksi dengan oksigen membentuk metabolit yang
-
lebih reaktif yaitu Triklorometil Peroksida (CCl3O2 ). Radikal bebas ini
Jejas sel hati sebagai akibat CCl4 terjadi sangat cepat dan hebat.
dihasilkan oleh peroksidasi lemak di dalam SER tetapi dapat bekerja pada
tempat-tempat yang jauh. Hal ini disusul oleh influks masif kalsium dan
15
potensial dari sitokrom P-450. Hal ini akan menyebabkan molekul CCl4
terjadinya peroksidasi lipid. Akibatnya tidak banyak asam lemak tak jenuh
yang diubah menjadi peroksida lipid dan fungsi membran plasma tetap
terjadinya apoptosis pada sel kanker tanpa efek sitotoksik pada sel sehat
16
B. Kerangka Pemikiran
CCl4
Temu Putih
Sitokrom P-450
-
Kurkumin CCl3
O2
-
Kurkuminoid CCl3O2
Kerentanan
Peroksidasi Lipid M embran Sel
Berkurang
Degenerasi Sel
Fungsi M embran
Tetap Terjaga
Nekrosis
Kerusakan Sel Hati
Dapat Dikurangi
Nb: : M engandung
: Bereaksi dengan
: M enghambat
: Reaksi komplek
17
C. Hipotesis
(Curcuma zedoaria Rosc.) secara peroral dapat mengurangi kerusakan sel hati
18
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
B. Lokasi Penelitian
C. S ubjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah tikus putih jantan (Rattus novergicus) strain
Wistar sehat dan mempunyai aktivitas normal, berumur 2-3 bulan dengan
tiap kelompok. Dan didapatkan 30 ekor tikus putih yang dibagi menjadi 3
D. Teknik sampling
19
E. Rancangan Penelitian
X0 N0
X X1 N1 Bandingkan
X2 N2
Keterangan :
dan pada hari ke-8 diberi minyak kelapa 0,5 ml/200g BB tikus putih.
turut dan pada hari ke-8 diberi dosis tunggal CCl4 3,85 mg/g BB
tikus putih peroral dan minyak kelapa 0,5 ml/200g BB tikus putih.
X2 : Kelompok perlakuan, diberi diet standar temu putih dosis 1,97 mg/kg
dosis tunggal CCl4 3,85 mg/g BB tikus putih peroral dan minyak
20
F. Identifikasi Variabel Penelitian
1. Variabel Bebas
Variabel bebas dari penelitian ini adalah perasan rimpang temu putih.
2. Variabel Terikat
Variabel terikat dari penelitian ini adalah derajad kerusakan histologis hati
tikus putih.
3. Variabel Luar
tikus putih, berat badan tikus putih, suhu udara, minyak kelapa.
psikologis tikus putih, keadaan awal hati tikus putih, patogenesis suatu
zat yang dapat merusak hepar selain radikal bebas (efek toksik dan
Perasan rimpang temu putih diberikan secara per oral dengan sonde
21
sebesar 1,97 mg/kgBB. Skala pengukuran variabel bebas ini adalah skala
nominal.
Pada setiap preparat dipilih satu daerah di sekitar vena centralis yang
dipilih secara random. Dengan perbesaran 1000 kali dihitung 100 sel
hepatosit dengan cara hitung leukosit yaitu dimulai dari sudut kiri atas,
terus ke kanan, kemudian turun ke bawah dan dari kanan ke kiri, lalu turun
lagi ke bewah dan dimulai lagi dari kiri ke kanan (Gandasoebrata, 2001).
Inti piknotik ditandai dengan adanya inti sel yang tampak mengecil dan
hiperkromasi. Inti karioreksis ditandai dengan adanya inti sel yang robek
inti sel yang tidak lagi mengambil zat warna, tampak pucat dan tidak
3. Variabel luar
M akanan yang diberikan berupa pellet dan minuman dari air PAM
2) Variasi Genetik
Jenis hewan coba yang digunakan adalah tikus putih dengan galur
Wistar.
22
3) Umur, Jenis Kelamin, dan Berat Badan
Umur tikus putih pada penelitian ini adalah ± 2-3 bulan, berjenis
4) Suhu Udara
5) M inyak Kelapa
oleh CCl4
6) Efek Toksik
disebabkan oleh efek toksik CCl4 sudah hilang dan kerusakan yang
23
2) Keadaan Awal Hati Tikus Putih
Keadaan awal hati tikus putih tidak diperiksa pada penelitian ini
sama.
b. Timbangan
c. Sonde lambung
d. Alat bedah hewan percobaan (scalpel, piset, gunting, jarum, meja lilin)
f. M ikroskop cahaya
g. Gelas ukur
a. Temu putih
b. Karbon tetraklorida
24
d. M akanan hewan percobaan (pellet dan air PAM )
e. Aquadest
I. Cara Kerja
air perasan murni dari rimpang temu putih tersebut. Proses pembuatan perasan
Rimpang temu putih dipilih secara homogen yang memiliki bentuk dan ukuran
terbentuk.
kelompok terdiri dari 10 ekor tikus putih dengan cara random. Kemudian
UNS selama 7 hari. Pada hari ke-8 dilakukan penimbangan untuk menentukan
hari berturut-turut dan pada hari ke-8 diberi minyak kelapa 0,5 ml/ 200g BB
tikus putih. Kelompok kontrol positif diberi diet standar selama 12 hari
berturut-turut dan pada hari ke-8 diberi CCl4 dosis tunggal 3,85 mg/ g BB
tikus putih peroral. Kelompok perlakuan diberi diet standar dan perasan
25
rimpang temu putih peroral sebanyak 1,97 mg/ kg BB tikus putih selama 12
hari, dimana pada hari ke-8 setelah diberikan perasan rimpang temu putih
diberikan dosis tunggal CCl4 sebesar 3,85 mg/ g BB tikus putih peroral. Dalam
penelitian ini, minyak kelapa digunakan sebagai pelarut CCl4 karena CCl4
tidak dapat larut dalam air. M inyak kelapa dipilih sebagai pelarut karena
minyak kelapa tidak mempunyai efek toksik terhadap hepar dan tidak
Karbon Tetraklorida (CCl4) diberikan dalam dosis 3,85 mg/g BB tikus putih
v CCl4 = m/ρ
-3 3
= 3,85 . 10 g/ 1,59 g/cm
= 2,421 . 10-3 ml
Jadi CCl4 yang diberikan pada tikus putih adalah sebesar 2,421 . 10-3 ml/g BB
tikus putih.
Potensi hepatoprotektif perasan rimpang temu putih pada tikus putih yang
terangsang oleh CCl4 terbesar pada dosis 1,97 mg/kg BB (CCRC Farmasi
UGM , 2008). Penghitungan dosis perasan rimpang temu putih adalah sebagai
berikut:
26
Jadi dosis perasan rimpang temu putih yang diberikan pada tikus putih adalah
hepar / hati kanan diambil untuk selanjutnya dibuat preparat histologi dengan
metode blok paraffin dan pengecatan HE. Irisan dilakukan pada bagian tengah
dari hati kanan dengan ketebalan irisan 5 μm. Pengambilan hati bagian kanan
hanya untuk penyeragaman sampel. Dari setiap hati mencit diambil tiga
preparat histologi.
sekitar vena centralis yang dipilih secara random. Dengan perbesaran 1000
kali dihitung jumlah inti yang piknotoik, karioreksis, dan kariolisis dari tiap
J. Analisis S tatistik
antara kelompok kontrol negatif dan kontrol positif, kontrol negatif dan
perlakuan, serta kontrol positif dan perlakuan akan dianalisis dengan uji LSD
27
BAB IV
HAS IL PENELITIAN
Data hasil penelitian berupa jumlah sel hepar diberikan skor. Yaitu skor 0
untuk sel normal, skor 1 untuk sel piknotik, sel 2 untuk sel yang mengalami
Keterangan:
berikut ini.
28
90
80
70
60
Normal
50
Piknotik
40
Karioreksis
30
Kariolisis
20
10
0
K P1 P2
Gambar 2: grafik perbandingan jumlah sel hepar antara kelompok kontrol, perlakuan 1, dan
perlakuan 2
Keterangan:
K: kelompok kontrol
P 1: kelompok perlakuan 1
P 2: kelompok perlakuan 2
B. Analisis Data
Dari hasil perhitungan uji Annova didapatkan nilai Sig. untuk uji Annova
adalah 0,000 dimana nilai ini lebih kecil dari nilai alpha (0,05), maka dapat
Dari hasil uji Post HOC test (LSD) didapatkan bahwa nilai Sig. antar
kelompok kontrol – perlakuan 1 = 0.000, lebih kecil dari alpha (0,05), nilai
Sig. antar kelompok kontrol – perlakuan 2 = 0.000, lebih kecil dari alpha
29
(0,05), dan nilai Sig. antar kelompok perlakuan 1 – perlakuan 2 = 0.000, lebih
2.
30
BAB V
PEMBAHAS AN
dengan uji statistik One Way ANOVA yang dilanjutkan dengan uji LSD, terlihat
(Berg.) Roscoe) terhadap kerusakan sel hati tikus putih yang diinduksi Karbon
Tetraklorida (CCl4). Data hasil penelitian akan dibahas seperti di bawah ini.
sel hati yang cukup berarti diantara ketiga kelompok. Setelah dilanjutkan dengan
uji statistik LSD, didapatkan hasil yang bermakna antara kelompok K dengan P1,
kelompok K dan P2 dan antara kelompok P1 dan P2 (p<0,05). Hal ini dapat
dijelaskan karena dalam penelitian ini kelompok P1 diberikan CCl4 sebagai faktor
perusak hepar yang menyebabkan kerusakan hepar hebat tanpa adanya faktor
pertahanan. Faktor pertahanan dalam hal ini adalah pemberian perasan rimpang
temu putih (Curcuma zedoaria (Berg.) Roscoe) yang mengandung curcumin yang
adanya pebedaan antara kelompok kontrol yang merupakan gambaran sel hati
normal dengan kelompok P1 yang merupakan gambaran sel hati tikus putih yang
31
mengalami kerusakan. Hal ini juga berarti bahwa CCl4 merupakan zat agresif
yang dapat menginduksi terjadinya kerusakan hati. Hal ini sesuai dengan teori
bahwa CCl4 merupakan faktor perusak yang dapat memicu terjadinya kerusakan
hepar. Kerusakan hati dapat berupa struktur hati yang berubah, susunan sel yang
tidak teratur lagi dan nekrosis sel yang ditandai dengan degenerasi sel berupa
yaitu inti terpecah menjadi beberapa fragmen, dan kariolisis yang berarti inti tidak
lagi mengambil banyak zat warna sehingga inti tampak pucat dan tidak nyata
(Saleh, 1979). M ekanisme CCl4 merusak organ secara ringkas adalah CCl4
-
diaktivasi oleh sitokrom P-450 membentuk radikal bebas CCl3 (Triklorometil)
dan nukleotida. Akibatnya, fungsi biologis molekul tersebut akan terganggu oleh
karena radikal bebas ini akan bereaksi dengan asam lemak tak jenuh
menunjukkan hasil yang normal yaitu terdapat rata-rata 83 sel hati normal, 13 sel
hati piknotik, 4 sel hati yang mengalami karioreksis, dan 1 sel hati yang
32
mengalami kariolisis. Hal ini dapat disebabkan karena berbagai faktor yang tidak
dapat dikendalikan seperti keadaan awal mencit, yaitu kondisi hati mencit yang
yang dapat diakibatkan karena stress selama penelitian, dimana stress menekan
nekrosis hati akibat hepatotoksin. Selain itu pada kelompok kontrol perubahan inti
menjadi inti piknotik bisa juga diakibatkan karena penuaan dan kematian sel yang
secara fisiologis dialami oleh semua sel-sel normal. Setiap sel dalam tubuh akan
selalu mengalami penuaan yang diakhiri kematian sel dan digantikan oleh sel-sel
sel hati piknotik, 12 sel hati yang mengalami karioreksis, dan 9 sel hati yang
hati normal, 23 sel hati piknotik, 8 sel hati yang mengalami karioreksis, dan 5 sel
hati yang mengalami kariolisis. Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh dari radikal
bebas CCl4 dapat dikurangi dengan pemberian perasan rimpang temu putih
kurkumin. Kurkumin yang terdapat pada rimpang temu putih (Curcuma zedoaria
Antioksidan berperan mengikat berbagai jenis oksidan dan secara biologis bersifat
33
kerusakan yang diakibatkannya (Widjaja, 1997). Selain itu, derivat kurkumin yaitu
Hal ini akan menyebabkan molekul CCl4 tidak terkonversi menjadi radikal bebas
rimpang temu putih (Curcuma zedoaria (Berg.) Roscoe) dapat mengurangi tingkat
kerusakan dari sel hati secara signifikan seperti yang telihat pada uji statistik
diantara kelompok P1 dan P2 tetapi tidak bisa melindungi sel hati secara total
mengurangi tingkat kerusakan sel hati tikus putih yang diakibatkan oleh zat
radikal bebas dari CCl4 tetapi belum sebanding dengan efek kerusakan hati yang
Hasil penelitian ini dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain adanya
human error, kondisi tikus putih (fisik, imunitas, psikologis), daya regenerasi sel
hati tikus putih, patogenitas suatu zat, dan faktor idiopatik. Semua faktor tersebut
34
BAB VI
A. S impulan
Roscoe) secara peroral dapat mengurangi kerusakan sel hati tikus putih yang
B. S aran
35
DAFTAR PUS TAKA
Afaf, El-Ansary K., Sarnia A., Ahmed, Aly SA. 2006. Biochemical studies
on the hepatoprotective effect of Curcuma longa on some glycolytic
enzymes in mice. Journal of Applied Sciences. 6:2991-3003.
Agus ZAN. 2002. Stress oksidatif dan penyakit degeneratif : suatu tinjauan
biokimia. Jurnal Kedokteran Yarsi. 10:69-73.
Heng C.Y., M andalene. 2000. Method for Using Soluble Curcumin to Inhibit
Phosphorylase Kinase in Inflamatory Diseases. http://www.
wipo.int/pctdb/en/wo.jsp?wo=2000070949. (30 November 2000).
Hodgson E. dan Levi PE. 2000. A Text Book of Modern Toxicology. 2’nd
edition. USA: M c. Graw-Hill Companies Inc. pp:146.
Juncqueria L.C. dan Carneiro J. 1995. Histologi Dasar. Alih Bahasa: Adji
Dharma. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. pp:342-354.
Leeson CR., Thomas S., Paparo AA. 1990. Buku Ajar Histologi (Text Book
of Histology). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. pp:383-395.
36
Lu F.C. 1995. Toksikologi Dasar : Asas, Organ, Sasaran dan Penilaian
Resiko. Penerjemah : Edi Nugroho. Jakarta : Penerbit Universitas
Indonesia. pp: 206-223.
Liza. 2008. Kalahkan Kanker dengan Temu Putih & Mahkota Dewa.
http://www.lizaherbal.com/main/index.php?option=com_content&task
=view&id=97&Itemid=36.
Robbins SL. dan Kumar V. 2007. Buku Ajar Patologi Anatomi I. Edisi IV.
Alih Bahasa: Staff Pengajar Lab. Patologi Anatomi Fakultas
Kedokteran Universitas Airlangga. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC. pp:8-10.
37
Widjaja S. 1997. Antioksidan : Pertahanan Tubuh Terhadap Efek Oksidan
dan Radikal Bebas, M ajalah Ilmiah Fakultas Kedokteran USAKTI
16(1). pp: 59-72.
38