DISUSUN OLEH
NAMA : MARFUZAH
TAHUN 2020
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Bakang
Komunikasi adalah proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk
memberi tahu atau untuk mengubah sikap, pendapat, atau perilaku.Komunikasi intensif perlu
dilakukan pada masa perkembangan anak rentang usia 0-6 tahun. Pada masa itu anak yang
mendapatkan pendidikan dan pengasuhan yang tepat akan menjadi modal penting bagi
perkembangan anak di kemudian hari.
Komunikasi orang tua sangat berpengaruh dalam pengendalian perilaku temper tantum pada
anak. saran yang dapat diberikan kepada orang tua adalah sebaiknya orang tua meningkatkan
intensitas komunikasi dengan anak untuk mengurangi sikap tempertantrum pada anak.
Masa perkembangan anak rentang usia 0-6 tahun. Pada masa itu anak yang mendapatkan
pendidikan dan pengasuhan yang tepat akan menjadi modal penting bagi perkembangan anak di
kemudian hari. Anak mulai berkenalan danbelajar menghadapi rasa kecewa saat apa yang
dikehendaki tidak dapat terpenuhi. Rasa kecewa, marah, sedih dan sebagainya merupakan suatu
rasa yang wajar dan natural. Namun seringkali,tanpa disadari orang tua menyumbat emosi yang
dirasakan oleh anak. Misalnya saat anak menangis karena kecewa,orangtua dengan berbagai
cara berusaha menghibur, mengalihkan perhatian,memarahi demi menghentikan tangisan anak.
Hal ini sebenarnya membuat emosi anak tak tersalurkan dengan lepas. Jika hal ini berlangsung
terus menerus, akibatnya timbullah yang disebut dengan tumpukan emosi. Tumpukan emosi
inilah yang nantinya dapat meledak tak terkendali dan muncul sebagai temper tantrum.
B. Rumusan Masalah
Usia 6 - 12 tahun
Usia 1 - 2 tahun
C. Tujuan
Sebagai upaya peningkatan ilmu pengetahuan tentang Komunikasi dan implikasi orang tua
BAB II
PEMBAHASAN
2. Media untuk menyatakan penerimaan atau penolakan atas pendapat yang di sampaikan.
Komunikasi yang efektif apabila komunikan (anak) dapat menginterprestasikan pesan yang di
terimanya sebagaimana yang di maksud oleh komunikator (orang tua). Kenyataannya, seringkali
gagal untuk saling memahami. Adapun sumber utama kesalahpahaman dalam komunikasii
adalah cara komunikan menangkap makna suatu pesan berbeda dari yang di maksud oleh
Komunikator.
Akuisisi bahasa memungkinkan anak usia prasekolah untuk mengekspresikan pikiran dan
kreativitas. Periode usia prasekolah merupakan masa penyempurnaan keterampilan bahasa.
Anak berusia 3 tahun menggunakan kalimat pendek yang hanya berisi informasi penting.
Kosakata pada anak usia 3 tahun terdiri dari sekitar 900 kata.
Anak usia prasekolah dapat memperoleh sebanyak 10 hingga 20 kata baru per hari dan
pada usia 5 tahun biasanya memiliki kosakata 2.100 kata, Pada akhir periode usia prasekolah,
anak menggunakan kalimat yang terstruktur seperti orang dewasa.
Anak usia 3 hingga 6 tahun mulai mengembangkan kemampuan untuk menghubungkan suara,
suku kata, dan kata-kata saat berbicara. Awalnya, anak terlihat gagap. Anak mungkin
mengatakan konsonan berulang atau “um.” Gagap biasanya timbul antara usia 2 dan 4 tahun,
dan sekitar 75% anak-anak akan pulih darinya tanpa terapi Orang tua.
harus memperlambat bicara mereka dan harus memberi anak waktu Untuk berbicara tanpa
terburu buru Atau menyela. Beberapa Suara tetapi beberapa anak tidak menguasai suara “sh,” “l,”
“th,” dan “r” sampai usia 6 atau lebih.
Komunikasi pada anak usia prasekolah bersifat konkret, karena mereka belum mampu berpikir
abstrak. Meskipun konkret alam, komunikasi anak usia prasekolah bisa sangat rumit dan terlibat;
dia mungkin berbicara tentang mimpi dan fantasi. Selain memperoleh kosa kata dan mempelajari
penggunaan tata bahasa yang benar, keterampilan bahasa reseptif anak usia prasekolah juga
menjadi halus. Anak usia prasekolah sangat selaras dengan suasana hati orang tua dan mudah
menangkap emosi negatif dalam percakapan. Jika anak usia prasekolah mendengar orang tua
membahas hal-hal yang menakutkan bagi anak, imajinasi anak prasekolah dapat memicu
perkembangan ketakutan dan mengarah pada salah tafsir atas apa yang telah didengar anak itu.
Kekhawatiran umum bagi orang tua adalah perkembangan bicara dan bahasa pada anak usia
prasekolah mereka. Variasi dalam perkembangan dari satu anak ke anak lain dapat ada karena
lingkungan, genetika, kesehatan, dan kebutuhan khusus. Pada anak usia prasekolah,
kemampuan berbahasa merupakan suatu hal yang sangat penting karena dengan bahasa yang
digunakan, seorang anak prasekolah dapat berkomunikasi dengan temantemannya atau
orangorang dewasa di sekitarnya. Bahasa juga membantu anak prasekolah untuk meminta dan
meraih apa yang diinginkan, mampu menjaga diri, Serta melatih kontrol diri
• Anak usia prasekolah mengalami tingkat pertumbuhan yang lebih lambat dan memiliki
penampilan yang lebih ramping dan kurus dibandingkan dengan anak usia balita.
• Tugas psikososial utama pada periode usia prasekolah adalah mengembangkan rasa inisiatif.
• Perkembangan kognitif berubah dari pendekatan egosentris kedalam pemahaman yang lebih
empatik tentang apa terjadi di luar diri anak.
• Keterampilan kognitif dan bahasa yang berkembang pada periode usia prasekolah membantu
mempersiapkan anak untuk sukses di sekolah.
• Disfluensi atau keragu-raguan dalam berbicara merupakan hal yang normal pada periode usia
prasekolah dan yang dengan kondisi tersebut, anak usia prasekolah akan mendapatkan
keterampilan bahasa dan kosa kata.
• Kosakata seorang anak usia prasekolah meningkat menjadi sekitar 2.100 kata, dan anak
berbicara dalam kalimat penuh.
• Anak prasekolah membutuhkan diet seimbang dengan kandungan lemak antara 20% dan
30% dari kalori yang dikonsumsi.
• Aktivitas fisik yang memadai dan pemberian diet padat nutrisi (bukan makanan tinggi lemak
dan gula) adalah dasar untuk pencegahan obesitas pada anak prasekolah.
• Perawatan gigi yang memadai adalah penting untuk kesehatan gigi sulung.
• Anak-anak prasekolah membutuhkan sekitar 11-13 jam tidur per hari dan mendapat manfaat
dari rutinitas tidur terstruktur. Paling sering tanpa tidur siang di siang hari
• Karena imajinasi aktif anak prasekolah, mimpi buruk pada malam hari dapat terjadi selama
periode ini.
C. Perkembangan emosi anak dipengaruhi oleh perubahan pola interaksi dan pola komunikasi
dalam keluarga.
Komunikasi antara orang tua dengan anak merupakan suatu hal yang sangat penting, dimana
komunikasi sebagai alat atau sebagai media penjembatan dalam hubungan antar sesama
anggota keluarga. Buruknya kualitas komunikasi dalam keluarga akan berdampak buruk bagi
keutuhan dan keharmonisan dalam keluarga itu sendiri. Komunikasi interpersonal dalam keluarga
yang terjalin antara orang tua dan anak merupakan salah satu faktor penting dalam menentukan
perkembangan individu. Komunikasi yang diharapkan adalah komunikasi yang efektif.
BAB III
TINJAUAN HASIL
A. Implikasi Hasil perepsi ibu pada penyuluhan pemenuhan gizi seimbang sebagai pendukung
tumbuh kembang balita mengandung implikasi sebagai berikut:
1. Hasil penelitian persepsi ibu pada penyultihan pemenuhan gizi seimbang sebagai pendukung
tumbuh kembang balita dari aspek kognitif berada pada kriteria rendah. Mengandung implikasi
bahwa ibu peserta penyuluhan gizi harus lebih meningkatkan kembali pengetahuan tentang
pemenuhan gizi seimbang sebagai pendukung tumbuh kembang balita.
2. Hasil persepsi ibu pada penyuluhan pementihan gizi seimbang dalam sebagai pendukung
tumbuh kembang balita dari aspek afektif berada pada kriteria cukup. Mengandung implikasi
bahwa ibu peserta penyuluhan gizi telah cukup mampu menunjukkan kecermatan dalam sikap
ibu dalam pemenuhan gizi seimbang pendukung tumbuh kembang balita. Oleh karena itu ibu
peserta penyuluhan gizi harus lebih meningkatkan ketelitian dalam mendukung tumbuh
kembang balita.