Anda di halaman 1dari 29

MK : Keperawatan Jiwa

SEMESTER :V
TINGKAT : III B
NAMA DOSEN : 1. Maria Terok,S.Pd,S.SiT,M.Kes
2. Esrom Kanine,M.Kep,Ns.Sp,Kep

PERSPEKTIF,TREN DAN ISSU,KONSEP DASAR KEPERAWATAN JIWA,ASUHAN


KEPERAWATAN PASIEN DENGAN GANGGUAN JIWA
PSIKOTIK(HALUSINASI),PENATALAKSANAAN TERAPI MODALITAS DAN TAK

DI SUSUN OLEH
KELOMPOK 7

TITHANIA SUPARDI
SUSIANTI SALAMATE
VIVIN REPPIE
VION BAWIAS
YUYUN SARENDAREN
YULIANTI KAHEMBAU

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MANADO

PRODI D-III KEPERAWATAN

2020
BAB I
PEMBAHASAN

A. Perspektif keperawatan jiwa ( dibuat oleh Vivin Reppie)


Perspektif keperawatan jiwa adalah pandangan dasar tentang hakikat manusia dan esensi
keperawatan yang menjadi kerangka dasar dalam praktik keperawatan jiwa. Setiap individu
memiliki harkat dan martabat, sehingga masing-masing individu perlu di hargai.
Tujuan individu meliputi : tumbuh, sehat, otonomi dan aktualisasi diri. Masing-masing
individu berpotensi untuk berubah, karena kita tahu bahwa manusia adalah makhluk holistik
yang kebutuhannya berbeda. Semua prilaku individu itu bermakna meliputi : Pikiran, perasaan,
persepsi dan tindakan.
Beberapa keyakinan mendasar yang digunakan dalam keperawatan jiwa antara lain sebagai
berikut(Depkes RI, 1998).
a. Individu memiliki harkat dan martabat, sehingga setiap individu perlu di hargai
b. Tujuan individu meliputi tumbuh, sehat, otonomi dan aktualisasi diri.
c. Setiap individu mempunyai potensi untuk berubah.
d. Manusia adalah makhluk holistik yang berinteraksi dan bereaksi dengan lingkungan sebagai
manusia yang utuh
e. Setiap orang memiliki kebutuhan dasar yang sama
f. Semua prilaku individu adalah bermakna
g. Prilaku individu meliputi persepsi, pikiran, perasaan, tindakan.
h. Individu memiliki kapasitas koping yang bervariasi, yang dipengaruhi oleh kondisi genetic,
lingkungan, kondisi stress, dan sumber yang tersedia.
i. Sakit dapat menumbuhkan dan mengembangkan psikologis bagi individu.
j. Setiap perorang mempunyai hak mendapatkan pelayanan kesehatan yang sama
k. Kesehatan mental adalah komponen krisis dan penting dari pelayanan kesehatan yang
komprehensif.
l. Individu mempunyai hak untuk berpartisipasi dalam pembuatan keputusan untuk kesehatan
fisik dan mentalnya.
m. Tujuan keperawwatan adalah meningkatkan kesejahteraan, memaksimalkan fungsi
(meminimalkan kecacatan/ketidakmampuan), dan meningkatkan aktualisasi diri.
n. Hubungan interpersonal dapat menghasilkan perubahan dan pertumbuhan pada individu.
B. Trend  dan Issue Keperawatan Jiwa( dibuat oleh Susianti Salamate)
1. DefinisiTrend
Trend adalah hal yang sangat mendasar dalam berbagai pendekatan analisa, tren juga
dapat di definisikan salah satu gambaran ataupun informasi yang terjadi pada saat ini yang
biasanya sedang popular di kalangan masyarakat.Trend adalah sesuatu yang sedang di bicarakan
oleh banyak orang saat ini dan kejadiannya berdasarkan fakta

2. Definisi Issu
Issu adalah suatu peristiwa atau kejadian yang dapat diperkirakan terjadi atau tidak terjadi
pada masa mendatang, yang menyangkut ekonomi, moneter, sosial, politik, hukum,
pembangunan nasional, bencana alam, hari kiamat, kematian, ataupun tentang krisis.
Issu adalah sesuatu yang sedang di bicarakan oleh banyak namun belum jelas faktannya atau
buktinya
3. Definisi Trend dan Issu Keperawatan
Trend dan Issu Keperawatan adalah sesuatu yang sedang dibicarakan banyak orang
tentang praktek/mengenai keperawatan baik itu berdasarkan fakta ataupun tidak, trend dan issu
keperawatan tentunya menyangkut tentang aspek legal dan etis keperawatan.

4. Trend Current Issue Dan Kecenderungan Dalam Keperawatan Jiwa


Trend atau current issue dalam keperawatan jiwa adalah masalah-masalah yang sedang
hangat dibicarakan dan dianggap penting. Masalah-masalah tersebut dapat dianggap ancaman
atau tantangan yang akan berdampak besar pada keperawatan jiwa baik dalam tatanan regional
maupun global. Ada beberapa tren penting yang menjadi perhatian dalam keperawatan jiwa di
antaranya adalah sebagai berikut:
a. Kesehatan jiwa dimulai masa konsepsi
Perkembangan terkini menyimpulkan bahwa berbicara masalah kesehatan jiwa harus dimulai
dari masa konsepsi malahan harus dimulai dari masa pranikah.banyak penelitian yang
menunjukkan adanya keterkaitan masa dalam kandungan dengan kesehatan fisik dan mental
seseorang di masa yang akan datang. Penelitian-penelitian berikut membuktikan bahwa
kesehatan mental seseorang dimulai pada masa konsepsi.
Van de carr (1979) menemukan bahwa seorang pemusik yang hebat terlahir dari seorang ayah
yang menggeluti musik, pola-polanya sudah dipelajari sejak dalam kandungan pada saat bayi
belum lahir yang sudah terbiasa terpapar oleh suara-suara komposisi lagu yang teratur.Marc
Lehrer, seorang ahli dari university of California menemukan bahwa dari 3000 bayi yang diteliti
serta diberikan stimulasi dini berupa suara, musik, cahaya, getaran dan sentuhan, ternyata setelah
dewasa memiliki perkembangan fisik, mental dan emosi yang lebih baik. Kemudian Craig
Ramey, meneliti bahwa stimulasi dini, bonding and attachment pada bayi baru lahir dapat
meningkatkan inteligensi bayi antara 15-30%.

b. Trend peningkatan masalah kesehatan jiwa


Masalah jiwa akan meningkat di era globalisasi, Penderita tidak lagi didominasi
masyarakat kelas bawah. Kalangan pejabat dan masyarakat lapisan menengah ke atas, juga
tersentuh gangguan psikotik dan depresif. Klien gangguan jiwa dari kalangan menengah ke atas,
sebagian besar disebabkan tidak mampu mengelola stress dan ada juga kasus mereka yang
mengalami post power syndrome akibat dipecat atau mutasi jabatan

c. Kecenderungan dalam penyebab gangguan jiwa


Terjadinya perang, konflik, lilitan krisis ekonomi berkepanjangan merupakan salah satu pemicu
yang memunculkan stress, depresi, dan berbagai gangguan kesehatan jiwa pada manusia.
Menurut data World Health Organization (WHO), masalah gangguan kesehatan jiwa di seluruh
dunia memang sudah menjadi masalah yang sangat serius. WHO (2001) menyataan, paling tidak,
ada satu dari empat orang di dunia mengalami masalah mental.
Tiga golongan penyebab gangguan jiwa ini. Pertama, gangguan fisik, biologis atau organic.
Penyebabnya antara lain berasal dari :
 Faktor keturunan, kelainan pada otak, penyakit infeksi (tifus, hepatitis, malaria dan lain-
lain), kecanduan obat dan alkohol dan lain-lain.
 Gangguan mental, emosional atau kejiwaan. Penyebabnya, karena salah dalam pola
pengasuhan (pattern of parenting) hubungan yang patologis di antara anggota keluarga
disebabkan frustasi, konflik, dan tekanan krisis.
 Gangguan sosial aau lingkungan. Penyebabnya dapat berupa stressor psikososial
(perkawinan, problem orangtua, hubungan antarpersonal dalam pekerjaan atau sekolah, di
lingkungan hidup, dalam masalah keuangan, hukum, perkembangan diri, faktor keluarga,
penyakit fisik, dan lain-lain)

d. Kecenderungan situasi di era global


Era globalisasi adalah suatu era dimana tidak ada lagi pembatas antara negara-negara
khususnya di bidang informasi, ekonomi, dan politik. Perkembangan IPTEK yang begitu cepat
dan perdagangan bebas yang merupakan ciri era ini, berdampak pada semua sector termasuk
sektor kesehatan.

e. Globalisasi dan perubahan orientasi sehat


Pengaruh globalisasi terhadap perkembangan yankes termasuk keperawatan adalah
tersedianya alternatif pelayanan dan persaingan penyelenggaraan pelayanan. (persaingan
kualitas). Tenaga kesehatan (perawat “jiwa” ) hrs mempunyai standar global dalam
memberikan pelayanan kesehatan, jika tdk ingin ketinggalan.
Fenomena masalah kesehatan jiwa, indicator keswa di masa mendatang bukan lagi
masalahklinis spt prevalensi gangguan jiwa, melainkan berorientasi pd konteks kehidupan
sosial. Fokus kesehatan jiwa bukan hanya menangani orang sakit, melainkan pada peningkatan
kualitas hidup. Jadi konsep kesehatan jiwa buka lagi sehat atau sakit, tetapi kondisi optimal
yang ideal dalam perilaku dan kemampuan fungsi social Paradigma sehat Depkes, lebih
menekankan upaya proaktif untuk pencegahan daripada menunggu di RS, orientasi upaya
kesehatan jiwa lebih pada pencegahan (preventif) dan promotif. Penangan kesehatan jiwa
bergeser dari hospital base menjadi community base.
Empat Ciri Pembentuk Struktur Masyarakat Yang Sehat :
 Suatu masyarakat yang di dalamnya tak ada seorang manusia pun yg diperalat oleh orang
lain. Oleh karena itu seharusnya tidak ada yang diperalat/ memperalat diri sendiri, diman
manusia itu mjd pusat dari semua aktivitas ekonomi maupun politik diturunkan pada tujuan
perkembangan diri manusia.
 Mendorong aktivitas produktif setiap warganya dalam pekerjaannya, merangsang
perkembangan akal budi dan lebih jauh lagi, mampu membuat manusia untuk
mengungkapkan kebutuhan batinnya berupa seni dan perilaku normatif kolektif.
 Masyarakat terhindar dari sifat2 rakus, eksploitatif, pemilikan berlebihan, narsisme, tidak
mendapatkan kesempatan meraup keuntungan material tanpa batas.
 Kondisi masyarakat yang memungkinkan orang bertindak dalam dimensi2 yang dpt
dipimpin dan diobservasi. Partisipasi aktif dan bertanggung jawab dalam kehidupan
masyarakat. Untuk mewujudkan struktur masyarakat sehat, kuncinya : Setiap org harus
meningkatkan kualitas hidup yang dpt menjamin terciptanya kondisi sehat yang
sesungguhnya. Mandiri dan tidak bergantung pada orang lain merupakan orientasi
paradigma kesehatan jiwa

f.Kecenderungan penyakit jiwa Meningkatknya Post Traumatic Syndrome Disorder


 Trauma yang katastropik, yaitu trauma di luar rentang pengalaman trauma yang umum di
alami manusia dlm kejadian sehari-hari. Mengakibatkan keadaan stress berkepanjangan dan
berusaha untuk tidak mengalami stress yang demikian. Mereka mjd manusia yang invalid
dlam kondisi kejiwaan dengan akibat akhir menjadi tidak produktif. Trauma bukan semata2
gejala kejiwaan yang bersifat individual, trauma muncul sebagai akibat saling keterkaitan
antara ingatan sosial dan ingatan pribadi tentang peristiwa yang mengguncang eksistensi
kejiwaan Meningkatnya Masalah psikososial
 Lingkup keswa sangat luas dan kompleks, juga saling berhubungan dengan segala aspek
kehidupan manusia. Mengacu pd UU No. 23 1992 tentang Kes. Dan Ilmu Psikiatri, masalah
kesehatan jiwa secara garis besar digolongkan mjd :
 Masalah perkembangan manusia yg harmonis dan peningkatan kualitas hidup, yaitu masalah
kejiwaan yang berkaitan dengan makna dan nilai2 kehidupan manusia
 Masalah psikososial yaitu masalah psikis atau kejiwaan yang timbul akibat terjadinya
perubahan sosial, meliputi :
– Psikotik gelandangan
– Pemasungan penderita gangguan jiwa
– Masalah anak jalanan
– Masalah anak remaja (tawuran, kenakalan)
– Penyalaggunaan Narkotik dan psikotropik
– Masalah seksual (penyimpangan seksual, pelecehan seksual dll)
– Tindak kekerasan sosial (kemiskinan, penelantaran tdk diberi nafkah, korban
kekerasan pada anak, dll)
– Trend Bunuh Diri pada Anak dan Remaja
• Bunuh diri : suatu tindakan mencabut nyawa sendiri dgn sengaja cara. Bunuh diri
merupakan masalah psikologis dunia yang sangat mengancam, angka kejadian terus
meningkat. Metode yg paling disukai = menggunakan pistol, menggantung diri dan
minum racun.
• Latar belakangnya beragam : asmara, pekerjaan, cek-cok rmh tangga, ekonomi
(perasaan malu terlilit utang.Masalah Napza dan HIV/ AIDS
• Gangguan penggunaan zat adiktif ini sangat berkaitan dan merupakan dampak dari
pembangunan serta teknologi dari suatu negara yang semakin maju. Hal terpenting
yang mendukung merebaknya NAPZA di negara kita adalah perangkat hukum yang
lemah bahkan terkadang oknum aparat hukum seringkali menjadi backing, ditambah
dengan keragu-raguan penentuan hukuman bagi pengedar dan pemakai, sehingga
dampaknya SDM Indonesia kalah dengan Malaysia yang lebih bertindak tegas
terhadap pengedar dan pemakai NAPZA. Kondisi ini akan semakin menigkat untuk
masa yang akan datang khususnya dalam era globalisasi Paterrn of Parenting dalam
Kep. Jiwa
• Dengan banyaknya kasus bunuh diri dan depresi pd anak, maka pola asuh keluarga
kembali menjadi sorotan Pola asuh yang baik adalah pola asuh dimana orang tua
menerapkan kehangatan yang tinggi disertai dengan kontrol yang tinggi. Kehangatan
adalah Bagaimana orang tua menjadi teman curhat, teman bermain, teman yang
menyenangkan bagi anak terutama saat rekreasi, belajar dan berkomunikasi.
Berbagai upaya agar anak dekat dan berani bicara pada ortunya saat punya masalah.
Ortu menjadi teman dalam ekspresi feeling anak sehingga anak menjadi sehat
jiwanya. Bagaimana anak dilatih mandiri dan mengenal disiplin di rumahnya.
Masalah Ekonomi dan Kemiskinan.
• Pengangguran telah menybabkan rakyat indonesia semakin terpuruk. Daya beli
lemah, pendidikan rendah, lingkungan buruk, kurang gizi, mudah teragitasi,
kekebalan menurun dan infrastruktur yg masih rendah menyebabkan banyak rakyat
mengalami gangguan jiwa. Masalah ekonomi paling dominan menjadi pencetus
gangguan jiwa di Indonesia. Hal ini bisa dibuktikan bahwa saat terjadi kenaikan
BBM selalu dsertai dengan peningkatan dua kali lipat angka gangguan jiwa. Hal ini
diperparah dengan biaya sekolah yang mahal, biaya pengobatan tak terjangkau dan
penggusuran yang kerap terjadi.

g. Trend dalam pelayanan keperawatan mental psikiatri


• Sehubungan dengan trend masalah kesehatan utama dan pelayanan kesehatan jiwa
secara global, harus fokus pelayanan keperawatan jiwa sudah saatnya berbasis pada
komunitas (community based care) yang memberi penekanan pada preventif dan
promotif.
• Sehubungan dengan peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat cepat,
perlu peningkatan dalam bidang ilmu pengetahuan dengan cara mengembangkan institusi
pendidikan yang telah ada dan mengadakan program spesialisasi keperawatan jiwa.
• Dalam rangka menjaga mutu pelayanan yang diberikan dan untuk melindungi
konsumen, sudah saatnya ada “licence” bagi perawat yang bekerja di pelayanan.
• Sehubungan dengan adanya perbedaan latar belakang budaya kita dengan narasumber,
yang dalam hal ini kita masih mengacu pada Negara-negara Barat terutama Amerika,
maka perlu untuk menyaring konsep-konsep keperawatan mental psikiatri yang
didapatkan dari luar.

h. Trend Pelayanan Keperawatan Mental Psikiatri di Era Globalisasi


Sejalan dengan program deinstitusionalisasi yg didukung ditemukannya obat psikotropika
yg terbukti dpt mengontrol perilaku klien gangguan jiwa, peran perawat tidak terbatas di
RS, tetapi dituntut lebih sensitif terhadap lingkungan sosialnya, serta berfokus pada
pelayanan preventif dan prmotif. Perubahan hospital based care menjadi community
based care. Perawat mental psikiatri harus mengintegrasikan diri dalam community
mental health, dengan 3 kunci utama :
• Pengalaman dan pendidikan perawat, peran dan fungsi perawat serta hubungan perawat
dengan profesi lain di komunitas.
• Reformasi dalam yankes menuntut perawat meredefinisi perannya.
• Intervensi keperawatan yang menekankan pada aspek pencegahan dan promosi
kesehatan, sudah saatnya mengembangkan community based car. Pengembangan
pendidikan keperawatan sangat penting, terutama keperawatan mental psikiatri baik dlm
jumlah maupun kualitas.

i. Issue Seputar Yankep Mental Psikiatri


• Pelayanan kep. Mental Psikiatri, kurang dapat dipertanggung jawabkan karena masih
kurangnya hasil hasil riset keperawatan Jiwa Klinik.
• Perawat Psikiatri, kurang siap menghadapi pasar bebas karena pendidikan yang rendah
dan belum adanya licence untuk praktek yang diakui secara internasional.
• Pembedaan peran perawat jiwa berdasarkan pendidikan dan pengalaman sering kali tdk
jelas “Position description.” job responsibility dan sistem reward di dlm pelayanan.
• Menjadi perawat psikiatri bukanlah pilihan bagi peserta didik (mahasiswa
keperawatan). 
C. KONSEP DASAR KEPERAWATAN JIWA ( dibuat oleh Yuyun Sarendaren)

1. Definisi Kesehatan dan Keperawan Jiwa

Kesehatan Jiwa adalah Perasaan Sehat dan Bahagia serta mampu mengatasi tantangan hidup,
dapat menerima orang lain sebagaimana adanya serta mempunyai sikap positif terhadap diri
sendiri dan orang lain.
1) WHO
Kesehatan Jiwa bukan hanya suatu keadaan tdk ganguan jiwa, melainkan mengandung
berbagai karakteristik yg adalah perawatan langsung, komunikasi dan management, bersifat
positif yg menggambarkan keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yg mencerminkan
kedewasaan kepribadian yg bersangkutan.

2) UU Kesehatan Jiwa No.13 Tahun 1966


Kondisi yg memungkinkan perkembangan fisik, intelektual emosional secara optimal dari
seseorang dan perkebangan ini selaras dgn orang lain. Keperawatan jiwa adalah pelayanan
keperawatan profesional didasarkan pada ilmu perilaku, ilmu keperawatan jiwa pada manusia
sepanjang siklus kehidupan dengan respons psiko-sosial yang maladaptif yang disebabkan oleh
gangguan bio-psiko-sosial, dengan menggunakan diri sendiri dan terapi keperawatan jiwa
( komunikasi terapeutik dan terapi modalitas keperawatan kesehatan jiwa ) melalui pendekatan
proses keperawatan untuk meningkatkan, mencegah, mempertahankan dan memulihkan masalah
kesehatan jiwa klien (individu, keluarga, kelompok komunitas).

3) American Nurse Association


Keperawatan jiwa adalah area khusus dalam praktek keperawatan yang menggunakan ilmu
tingkah laku manusia sebagai dasar dan menggunakan diri sendiri secara teraupetik dalam
meningkatkan, mempertahankan, memulihkan kesehatan mental klien dan kesehatan mental
masyarakat dimana klien berada (
Keperawatan jiwa adalah proses interpersonal yang berusaha untuk meningkatkan dan
mempertahankan perilaku sehingga klien dapat berfungsi utuh sebagai manusia.

4)  Yohada
Kes. Jiwa adalah keadaan yg dinamis yg mengandung pengertian positif, yg dapat dilihat dari
adanya kenormalan tingkalaku, keutuhan kepribadian, pengenalan yg benar dari realitas dan
bukan hanya merupakan nkeadaan tanpa adanya penyakit, gangguan jiwa dan kelainan jiwa.

2. Prinsip Keperawatan Jiwa

1) Manusia
Fungsi seseorang sebagai makhluk holistik yaitu bertindak, berinteraksi dan bereaksi dengan
lingkungan secara keseluruhan. Setiap individu mempunyai kebutuhan dasar yang sama dan
penting. Setiap individu mempunyai harga diri dan martabat. Tujuan individu adalah untuk
tumbuh, sehat, mandiri dan tercapai aktualisasi diri. Setiap individu mempunyai kemampuan
untuk berubah dan keinginan untuk mengejar tujuan personal. Setiap individu mempunyai
kapasitas koping yang bervariasi. Setiap individu mempunyai hak untuk berpartisipasi dalam
pengambilan keputuasan. Semua perilaku individu bermakna dimana perilaku tersebut meliputi
persepsi, pikiran, perasaan dan tindakan.
2)  Lingkungan
Manusia sebagai makhluk holistik dipengaruhi oleh lingkungan dari dalam dirinya dan
lingkungan luar, baik keluarga, kelompok, komunitas. Dalam berhubungan dengan lingkungan,
manusia harus mengembangkan strategi koping yang efektif agar dapat beradaptasi. Hubungan
interpersonal yang dikembangkan dapat menghasilkan perubahan diri individu.
3) Kesehatan
Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang menunjukkan salah satu segi
kualitas hidup manusia, oleh karena itu, setiap individu mempunyai hak untuk memperoleh
kesehatan yang sama melalui perawatan yang adekuat.
4) Keperawatan
Dalam keperawatan jiwa, perawat memandang manusia secara holistik dan menggunakan diri
sendiri secara terapeutik

3. Ciri-ciri Sehat Jiwa

1)      Bersikap positif terhadap diri sendiri


2)      Mampu tumbuh, kembang dan aktualisasi diri
3)      Mampu mengatasi stress dan masalah pada dirinya
4)      Bertanggung jawab atas keputusan dan tindakan yang di ambil
5)      Persepsi realistic
6)      Menghargai perasaan dan sikap orang lain
7)      Menyusuaikan diri dengan lingkungan

4. Konsep Dasar Kesehatan dan keperawatan Jiwa


Kesehatan Jiwa adalah Perasaan Sehat dan Bahagia serta mampu mengatasi tantangan hidup,
dapat menerima orang lain sebagaimana adanya serta mempunyai sikap positif terhadap diri
sendiri dan orang lain.
Kesehatan jiwa meliputi :
1)      Bagaimana perasaan anda terhadap diri sendiri
2)      Bagaimana perasaan anda terhadap orang lain
3)      Bagaimana kemampuan anda mengatasi persoalan hidup anda Sehari - hari.

5. Tanda dan Gejala Gangguan Jiwa


Kapan seseorangg dikatakan mengalamai gangguan jiwa Normal dan Abnormal. Gejala
gangguan jiwa merupakan interaksi dari berbagai penyebab sebagai proses penyesuaian terhadap
stressor. Gejala gangguan jiwa dpt berupa gangguan pada :
1)      Kesadaran
2)      Ingatan
3)      Orientasi
4)      Efek dan emosi
5)      Psikomotor
6)      Intelegensi
7)      Kepribadian
8)      Penampilan
9)      Proses pikir, persepsi
10)   Pola hidup

6. Penyebab Terjadinya Gangguan Jiwa

Walaupun gejala utama terdapat pada unsur kejiwaan tapi penyebab utamanya mugkin di badan
(Somatogenik), di lingkungan sosial (Sosiogenik) atau psike (Psikogenik) Penyebabnya tidak
tunggal tapi beberapa penyebab yg terjadi bersamaan dan saling mempengaruhi.
Secara umum diketahui bahwa gangguan jiwa disebabkan oleh adanya gangguan pada otak tapi
tidak diketahui secara pasti apa yang mencetuskannya. Stress diduga sebagai pencetus dari
gangguan jiwa tapi stress dapat juga merupakan hasil dari berkembangnya mental illness pd diri
seseorang. Reaksi tiap orang terhadap stress berbeda-beda.
Beberapa kemungkinan penyebab gangguan jiwa :
1)      Somatogenik

1. Neuroanatomi
2. Neurofiologi
3. Neurokimia

2)      Faktor Psikologik

1. Interaksi ibu dan anak


2. Peranan ayah
3. Persaingan antar saudara kandung
4. Hubungan dalam keluarga, pekerjaan dan masyarakat
5. Kehilangan
6. Kosep diri
7. Pola adaptasi
8. Tingkat perkembangan emosi

3)      Faktor Sosial Budaya

1. Kestabilan keluarga
2. Pola asuh anak
3. Tingak ekonomi
4. Perumahan
5. Pengaruh rasial dan keagamaan, nilai-nilai
7.Fungsi Perawat Kesehatan Jiwa dalam Upaya Penanganan Masalah Kesehatan  Jiwa

Fungsi perawat kesehatan jiwa adalah memberikan asuhan keperawatan secara langsung dan
asuhan keperawatan secara tiak langsung. Fungsi ini dapat dicapai dengan aktifitas perawat
kesehatan jiwa yaitu :

 Memberikan lingkungan terapeutik yaitu lingkungan yang ditata sedemikian rupa


sehingga dapat memberikan perasaan aman, nyaman baik fisik, mental dan social
sehingga dapat membentu penyembuhan pasien.
 Bekerja untuk mengatasi masalah klien “here and now” yaitu dalam membantu mengatasi
segera dan tiak itunda sehingga tidak terjai penumpukan masalah.
 Sebagai model peran yaitu paerawat dalam memberikan bantuan kepada pasien
menggunakan dir sendiri sebagai alat melalui contoh perilaku yang ditampilkan oleh
perawat.
 Memperhatikan aspek fisik dari masalah kesehatan klien merupakan hal yang penting.
dalam hal ini perawat perlu memasukkan pengkajian biologis secara menyeluruh dalam
mengevaluasi pasien kelainan jiwa untuk meneteksi adanya penyakit fisik sedini mungkin
sehingga dapat diatasi dengan cara yang tepat.
 Member pendidikan kesehatan yang ditujukan kepada pasien, keluarga dan komunitas
yang mencakup pendidikan kesehatan jiwa, gangguan jiwa, cirri-ciri sehat jiwa, penyebab
gangguan jiwa, cirri-ciri gangguan jiwa, fungsi dan ugas keluarga, dan upaya perawatan
pasien gangguan jiwa.
 Sebagai perantara social yaitu perawat dapat menjadi perantara dari pihak pasien,
keluarga dan masyarakat alam memfasilitasi pemecahan masalah pasien.
 Kolaborasi dengan tim lain. Perawat dalam membantu pasien mengadakan kolaborasi
dengan petugas lain yaitu dokter jiwa, perawat kesehatan masyarakat (perawat
komunitas), pekerja social, psikolog, dan lain-lain.
 Memimpin dan membantu tenaga perawatan dalam pelaksanaan pemberian asuhan
keperawatan jiwa didasarkan pada management keperawatan kesehatan jiwa. Sebagai
pemimpin diharapkan dapat mengelola asuhan keperawatan jiwa an membantu perawat
yang menjadi bawahannya.
 Menggunakan sumber di masyarakat sehubungan dengan kesehatan mental. Hal ini
penting untuk diketahui perawat bahwa sumber-sumber di masyarakat perlu iidentifikasi
untuk digunakan sebagai factor penukung dalam mengatasi masalah kesehatan jiwa yang
ada di masyarakat.

8.Prinsip-Prinsip Keperawatan Kesehatan Jiwa

1. Roles and functions of psychiatric nurse : competent care (Peran dan fungsi
keperawatan jiwa : yang kompeten).
2. Therapeutic Nurse patient relationship (hubungan yang terapeutik antara perawat
dengan klien).
3. Conceptual models of psychiatric nursing (konsep model keperawatan jiwa).
4. Stress adaptation model of psychiatric nursing (model stress dan adaptasi dalam
keperawatan jiwa).
5. Biological context of psychiatric nursing care (keadaan-keadaan biologis dalam
keperawatan jiwa).
6. Psychological context of psychiatric nursing care (keadaan-keadaan psikologis
dalam keperawatan jiwa).
7. Sociocultural context of psychiatric nursing care (keadaan-keadaan sosial budaya
dalam keperawatan jiwa).
8. Environmental context of psychiatric nursing care (keadaan-keadaan lingkungan
dalam keperawatan jiwa).
9. Legal ethical context of psychiatric nursing care (keadaan-keadaan legal etika
dalam keperawatan jiwa).
10. Implementing the nursing process : standards of care (penatalaksanaan proses
keperawatan : dengan standar- standar perawatan).
11. Actualizing the Psychiatric Nursing Role : Professional Performance Standards
(aktualisasi peran keperawatan jiwa: melalui penampilan standar-standar
professional).

9. Hak-hak Pasien Jiwa


1. Hak untuk dihormati sebagai manusia
2. Hak memperoleh privacy
3. Hak untuk mempunyai kesempatan yg sama dan warga negara lainnya dlm
pelayanan kesehatan pendapatan, pendidikan pekerjaan perumahan, transportasi
dan hokum
4. Hak untuk mendapatkan informasi, pendidikan dan training ttg G.jiwa,
pengobatan perawatan dan pelayanan yg tersedia
5. Hak untuk bekerja atau berinteraksi dgn tenaga kesehatan, khususnya dlm
pengambilan keputusan sehubungan dgn tretment, perawatan dan rehabilitasi
6. Hak untuk complain
7. Hak untuk mendapatkan advocacy
8. Hak untuk menghubungi teman dan saudara
9. Hak mendapatkan pelayanan yg mempertimbangkan budaya, agama dan jenis
kelamin
10. Hak untuk hidup, bekerja dan berpartisipasi dlm masyarakat tanpa diskriminasi

10. Pelayanan Keperawatan Komprehensif

1)      Pencegahan Primer
Target pelayanannya yaitu anggota masayarakat yang belum mengalami gangguan sesuai dengan
kelompok umur yaitu anak-anak, remaja, dewasa dan usia lanjut.
Aktivitas
1. Program pendidikan kesehatan, program sosialisasi, manajmen stres dan persiapan
menjadi orang tua.
2. Program dukungan sosial
3. Program pencegahan penggunaan obat.

2)      Pencegahan Sekunder
Target pelayanannya yaitu anggota masyarakat yang beresiko atau memperlihatkan tanda-tanda
masalah psikososial atau gangguan jiwa.
Aktivitas:

1. Menentukan kasus sedini mungkin


2. Melakukan skrining dan langkah-langkah lanjut
3. Follow up

3)      Pencegahan Tersier
Target pelayanannya yaitu masayarakat yang sudah mengalami gangguan jiwa pada tahap
pemulihan.
Aktivias:

1. Program dukungan sosial dan menggerakkan sumber-sumber di masyarakat


2. Program rehabilitasi dengan memberdayakan pasien dan keluarga hingga mandiri
3. Program pencegahan stigma.

11. Peran Perawat Kesehatan Jiwa

1. Pengkajian yg mempertimbangkan budaya


2. Merancang dan mengimplementasikan rencana tindakan
3. Berperan serta dlm pengelolaan kasus
4. Meningkatkan dan memelihara kesehatan mental, mengatasi pengaruh penyakit
mental - penyuluhan dan konseling
5. Mengelola dan mengkoordinasikan sistem pelayanan yang mengintegrasikan
kebutuhan pasien, keluarga staf dan pembuat kebijakan
6. Memberikan pedoman pelayanan kesehatan.
D. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Sensori Persepsi
Halusinasi( dibuat oleh Vion Bawias)

Pada saat Anda merawat pasien gangguan jiwa, sering Anda mendapatkan pasien sedang
menyendiri disudut ruangan sambil bercakap-cakap atau tertawa sendiri tanpa ada orang
disekitar pasien. Atau tiba-tiba Anda melihat pasien marah dengan mengeluarkan kata-kata
kotor, memaki, melukai diri sendiri atau membanting barang-barang yang ada disekilingnya
tanpa ada orang lain disekitar pasien atau tanpa ada sebab yang jelas.
Melihat kondisi diatas, tentu Anda bertanya apa yang sedang dialami pasien tersebut?, halusinasi
apa yang sedang dialami?, kapan muncul halusinasi tersebut dan pada kondisi apa halusinasi
muncul? Saya harus melakukan asuhan keperawatan pada pasien tersebut, karena jika tidak saya
lakukan maka pasien dapat melukai dirinya sendiri ataupun orang lain. Tapi bagaimana saya
harus melakukannya? Saya belum memiliki pengetahuan untuk melakukan asuhan keperawatan
pada pasien halusinasi.

1. KONSEP GANGGUAN SENSORI PERSEPSI HALUSINASI


a. Pengertian Stuart & Laraia (2009)
Mendefinisikan halusinasi sebagai suatu tanggapan dari panca indera tanpa adanya
rangsangan (stimulus) eksternal Halusinasi merupakan gangguan persepsi dimana pasien
mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi.Ada lima jenis halusinasi yaitu
pendengaran, penglihatan, penghidu, pengecapan dan perabaan.Halusinasi pendengaran
merupakan jenis halusinasi yang paling banyak ditemukan terjadi pada 70% pasien,kemudian
halusinasi penglihatan20%, dan sisanya 10% adalah halusinasi penghidu, pengecapan dan
perabaan. Pasien halusinasi merasakan adanya stimulus yang sebetulnya tidak ada. Perilaku yang
teramati pada pasien yang sedang mengalami halusinasi pendengaran adalah pasien merasa
mendengarkan suara padahal tidak ada stimulus suara. Sedangkan pada halusinasi penglihatan
pasein mengatakan melihat bayangan orang atau sesuatu yang menakutkan padahal tidak ada
bayangan tersebut. Pada halusinasi penghidu pasien mengatakan membaui bau-bauan tertentu
padahal orang lain tidak merasakan sensasi serupa. Sedangkanpada halusinasi pengecapan,
pasien mengatakan makan atau minum sesuatu yang menjijikkan. Pada halusinasi perabaan
pasien mengatakan serasa ada binatang atau sesuatu yang merayap ditubuhnya atau di
permukaan kulit.

2. Proses Terjadinya Halusinasi


Untuk meningkatkan pemahaman Anda tentang halusinasi Marilah kita belajar mengenai
proses terjadinya halusinasi. Proses terjadinya halusinasi dijelaskan dengan menggunakan
konsep stress adaptasi Stuart yang meliputi stressor dari faktor predisposisi dan presipitasi,
a. Faktor Predisposisi Faktor predisposisi halusinasi terdiri dari :
1) Faktor Biologis : Adanya riwayat anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa
(herediter), riwayat penyakit atau trauma kepala, dan riwayat penggunaan narkotika,
psikotropika dan zat adiktif lain (NAPZA).
2) Faktor Psikologis Memiliki riwayat kegagalan yang berulang. Menjadi korban, pelaku
maupun saksi dari perilaku kekerasan serta kurangnya kasih sayang dari orang-orang disekitar
atau overprotektif.
3) Sosiobudaya dan lingkungan Sebahagian besar pasien halusinasi berasal dari keluarga dengan
sosial ekonomi rendah, selain itu pasien memiliki riwayat penolakan dari lingkungan pada usia
perkembangan anak, pasien halusinasi seringkali memiliki tingkat pendidikan yang rendah serta
pernahmmengalami kegagalan dalam hubungan sosial (perceraian, hidup sendiri), serta tidak
bekerja.
b. Faktor Presipitasi Stressor presipitasi pasien gangguan persepsi sensori halusinasi ditemukan
adanya riwayat penyakit infeksi, penyakit kronis atau kelainan struktur otak, adanya riwayat
kekerasan dalam keluarga, atau adanya kegagalan-kegagalan dalam hidup, kemiskinan, adanya
aturan atau tuntutan dikeluarga atau masyarakat yang sering tidak sesuai dengan pasien serta
konflik antar masyarakat.
3. Rentang Respon Neurobiologis
Stuart and Laraia menjelaskan rentang respon neurobiologis pada pasien dengan
gangguan senssori persepsi halusinasi sebagai berikut: Respon Adaptif Respon Maladaptif
Pikiran logis Proses pikir kadang terganggu Gangguan proses pikir Waham Persepsi akurat Ilusi
Halusinasi Emosi konsisiten Emosi berlebihan/kurang Kerusakan proses emosi Perilaku sesuai
Perilaku tidak terorganisir Perilaku tidak sesuai Hub sosial harmonis Isolasi sosial .
4. Tahapan Halusinasi
Halusinasi yang dialami pasien memiliki tahapan sebagai berikut
a. Tahap I : Halusinasi bersifat menenangkan, tingkat ansietas pasien sedang. Pada tahap ini
halusinasi secara umum menyenangkan.
Karakteristik : Karakteristik tahap ini ditandai dengan adanya perasaan bersalah dalam diri
pasien dan timbul perasaan takut. Pada tahap ini pasien mencoba menenangkan pikiran untuk
mengurangi ansietas. Individu mengetahui bahwa pikiran dan sensori yang dialaminya dapat
dikendalikan dan bisa diatasi (non psikotik).
Perilaku yang Teramati:
• Menyeringai / tertawa yang tidak sesuai
• Menggerakkan bibirnya tanpa menimbulkan suara
• Respon verbal yang lambat
• Diam dan dipenuhi oleh sesuatu yang mengasyikan.
b. Tahap II : Halusinasi bersifat menyalahkan, pasien mengalami ansietas tingkat berat dan
halusinasi bersifat menjijikkan untuk pasien.
Karakteristik : pengalaman sensori yang dialmi pasien bersifat menjijikkan dan menakutkan,
pasien yang mengalami halusinasi mulai merasa kehilangan kendali, pasien berusaha untuk
menjauhkan dirinya dari sumber yang dipersepsikan, pasien merasa malu karena pengalaman
sensorinya dan menarik diri dari orang lain (non psikotik).
Perilaku yang teramati :
• Peningkatan kerja susunan sarapotonom yang menunjukkan timbulnya ansietas seperti
peningkatan nadi, TD dan pernafasan.
• Kemampuan kosentrasi menyempit.
• Dipenuhi dengan pengalaman sensori, mungkin kehilangan kemampuan untuk membedakan
antara halusinasi dan realita.
c. Tahap III : Pada tahap ini halusinasi mulai mengendalikan perilaku pasien, pasien berada pada
tingkat ansietas berat. Pengalaman sensori menjadi menguasai pasien.
Karakteristik : Pasien yang berhalusinasi pada tahap ini menyerah untuk melawan pengalaman
halusinasi dan membiarkan halusinasi menguasai dirinya. Isi halusinasi dapat berupa
permohonan, individu mungkin mengalami kesepian jika pengalaman tersebut berakhir
( Psikotik )
Perilaku yang teramati:
• Lebih cenderung mengikuti petunjuk yang diberikan oleh halusinasinya dari pada menolak.
• Kesulitan berhubungan dengan orang lain.
• Rentang perhatian hanya beberapa menit atau detik, gejala fisik dari ansietas berat seperti :
berkeringat, tremor, ketidakmampuan mengikuti petunjuk.
d. Tahap IV : Halusinasi pada saat ini, sudah sangat menaklukkan dan tingkat ansietas berada
pada tingkat panik. Secara umum halusinasi menjadi lebih rumit dan saling terkait dengan delusi.
Karakteristik : Pengalaman sensori menakutkan jika individu tidak mengikuti perintah
halusinasinya. Halusinasi bisa berlangsung dalam beberapa jam atau hari apabila tidak
diintervensi (psikotik).
Perilaku yang teramati :
• Perilaku menyerang - teror seperti panik.
• Sangat potensial melakukan bunuh diri atau membunuh orang lain.
• Amuk, agitasi dan menarik diri.
• Tidak mampu berespon terhadap petunjuk yang komplek .
• Tidak mampu berespon terhadap lebih dari satu orang.
5.Jenis Halusinasi
Anda telah mengetahui dan mempelajari mengenai pengertian, proses terjadinya halusinasi,
rentang respon neurobioogis dan tahap-tahap halusinasi. penulis berharap Anda telah
memahaminya. Materi yang akan kita pelajari selanjutnya adalah jenis halusinasi. Penjelasan
dibawah ini adalah mengenai jenis halusinasi.
Jenis Halusinasi
Jenis halusinasi Data Obyektif Data Subyektif
Halusinasi Pendengaran
• Bicara atau tertawa sendiri
• Marah-marah tanpa sebab
• Menyedengkan telinga ke arah tertentu
• Menutup telinga
• Mendengar suara-suara atau kegaduhan.
• Mendengar suara yang mengajak bercakap-cakap
• Mendengar suara menyuruh melakukan sesuatu yang berbahaya.
Halusinasi Penglihatan
• Menunjuk-nunjuk ke arah Tertentu
• Ketakutan pada sesuatu yang tidak jelas.
• Melihat bayangan, sinar, bentuk geometris, bentuk kartoon, melihat hantu atau monster.
Halusinasi Penghidung
• Mengisap-isap seperti sedang membaui bau-bauan tertentu.
• Menutup hidung.
• Membaui bau-bauan seperti bau darah, urin, feses, kadang-kadang bau itu menyenangkan.
Halusinasi Pengecapan
• Sering meludah
• Muntah
• Merasakan rasa seperti darah, urin atau feses
Halusinasi Perabaan
• Menggaruk-garuk permukaan kulit
• Mengatakan ada serangga di permukaan kulit
• Merasa seperti tersengat listrik

6.Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala halusinasi dinilai dari hasil observasi terhadap pasien serta ungkapan
pasien. Adapun tanda dan gejala pasien halusinasi adalah sebagai berikut:
a. Data Subyektif: Pasien mengatakan :
1) Mendengar suara-suara atau kegaduhan.
2) Mendengar suara yang mengajak bercakap-cakap.
3) Mendengar suara menyuruh melakukan sesuatu yang berbahaya.
4) Melihat bayangan, sinar, bentuk geometris, bentuk kartun, melihat hantu atau monster
5) Mencium bau-bauan seperti bau darah, urin, feses, kadang-kadang bau itu menyenangkan.
6) Merasakan rasa seperti darah, urin atau feses
7) Merasa takut atau senang dengan halusinasinya
b. Data Obyektif
1) Bicara atau tertawa sendiri
2) Marah-marah tanpa sebab
3) Mengarahkan telinga ke arah tertentu
4) Menutup telinga
5) Menunjuk-nunjuk ke arah tertentu
6) Ketakutan pada sesuatu yang tidak jelas.
7) Mencium sesuatu seperti sedang membaui bau-bauan tertentu.
8) Menutup hidung.
9) Sering meludah
10) Muntah
11) Menggaruk-garuk permukaan kulit

E. Penatalaksanaan Terapi Modalitas( dibuat oleh Yulianti Kahembau)


Terapi modalitas merupakan terapi utama dalam keperawatan jiwa. Sebagai seorang
terapis, perawat harus mampu mengubah perilaku maladaftif pasien menjadi perilaku yang
adaptif serta meningkatkan potensi yang dimiliki pasien. Ada bermacam-macam terapi
modalitas dalam keperawatan jiwa seperti terapi individu, terapi keluarga, terapi bermain,
terapi lingkungan dan terapi aktifitas kelompok. Terapi modalitas dapat dilakukan secara
individu maupun kelompok atau dengan memodifikasi lingkungan dengan cara mengubah
seluruh lingkungan menjadi lingkungan yang terapeutik untuk klien, sehingga memberikan
kesempatan klien untuk belajar dan mengubah perilaku dengan memfokuskan pada nilai
terapeutik dalam aktivitas dan interaksi.

 TERAPI MODALITAS
Ada beberapa jenis terapi modalitas dalam keperawatan jiwa seperti:
1. Terapi Individu
Adalah suatu hubungan yang terstruktur yang terjalin antara perawat dan klien untuk
mengubah perilaku klien. Diaman hubungan yang terjalin merupakan hubungan yang
disengaja dengan tujuan terapi, dilakukan dengan tahapan sistematis (terstruktur)
sehingga melalui hubungan ini diharapkan terjadi perubahan tingkah laku klien sesuai
dengan tujuan yang ditetapkan di awal hubungan. Hubungan dalam terapi individual
meliputi:
a. Tahapan Orientasi
Tahap orientasi dilakukan ketika perawat pertama kali berinteraksi dengan klien.
dilaksanakan pada tahap ini, tindakan yang pertama kali harus dilakukan adalah
membina hubungan saling percaya dengan klien. Hubungan saling percaya antara
perawat dan klien sangat penting terjalin, karena dengan terjalinnya hubungan saling
percaya, klien dapat diajak untuk mengekspresikan seluruh permasalahannya dan ikut
bekerja sama dalam menyelesaikan masalah yang dia lami, sepanjang berhubungan
dengan perawat. Bila hubungan saling percaya telah terbina dengan baik, tahapan
berikutnya adalah klien bersama perawat mendiskusikan apa yang menjadi penyebab
timbulnya masalah yang terjadi pada klien, jenis konflik yang terjadi, juga dampak
dari masalah tersebut terhadap klien Tahapan orientasi diakhiri dengan adanya
kesepakatan antara perawat dan klien tentang tujuan yang hendak dicapai dalam
hubungan perawat-klien dan bagaimana kegiatan yang akan dilaksanakan untuk
mencapai tujuan tersebut.
b. Tahapan Kerja
Pada tahaap ini perawat memiliki peran yang sangat penting sebagai seorang
terapis dalam memberikan berbagi intervensi keperawatan. Keberhasilan pada tahap ini
ditandai dengan kemampuan perawat dalam mengali dan mengeksplorasiklien untuk
mengungkapkan permasalahan yang dialami. Pada tahap ini juga sangat penting seorang
terapis Pada tahap ini, klien dibantu untuk dapat mengembangkan pemahaman tentang
dirinya, dan apa yang terjadi dengan dirinya. Selain itu klien didorong untuk berani
mengubah perilaku dari perilaku maladaptive menjadi perilaku adaptif.
c. Tahapan Terminasi
Tahap terminasi terjadi bila klen dan perawat menyepakati bahwa masalah yang
mengawali terjalinnya hubungan terapeutik telah terselesaikan dan klien telah mempu
mengubah perilaku dari maladaptif menjadi adaptif. Pertimbangan lain untuk melakukan
terminasi adalah apabila klien telah merasa lebih baik, terjadi peningkatan fungsi diri, social
dan pekerjaan, serta yang terpenting adalah tujuan terapi telah tercapai.
2. Terapi Lingkungan
Terapi lingkungan adalah suatu terapi yang dilakukan dengan cara mengubah atau
menata lingkungan agar tercipta perubahan perilaku pada klien dari perilaku maladaptive
menjadi perilaku adaptif. Proses terapi dilakukan dengan mengubah seluruh lingkungan
menjadi lingkungan yang terapeutik untuk klien. Dengan lingkungan yang terapeutik akan
memberikan kesempatan klien untuk belajar dan mengubah perilaku dengan memfokuskan
pada nilai terapeutik dalam aktivitas dan interaksi.
sekali bagi seorang perawat untuk memberikan kesempatan, dukungan, pengertian agar
klien dapat berkembang menjadi pribadi yang bertanggung jawab. Dengan terapi lingkungan
klein belajar ketrampilan baru seperti mentaati aturan yang berlaku,selain itu klien belajar
untuk mewujudkan haarapan dari lingkungan sekitar yang telah disepakti bersamaserta
belajar untuk menghadapi dan meyelesaikan tekanan dari teman (peer group), serta belajar
berinteraksi dengan orang lain. Tujuan akhir dari terapi lingkungan adalah r meningkatnya
kemampuan klien dalam berkomunikasi dan mengambil keputusan yang pada akhirnya
harga diri klien meningkat. Selain itu dengan terapi lingkungan diajarkan cara beradaptasi
dengan lingkungan baru di luar rumah sakit sepessrti lingkungan rumah, tempat kerja dan
masyarakat.
3. Terapi Biologis
Penerapan terapi biologis atau terapi somatic didasarkan pada model medical di mana
gangguan jiwa dipAndang sebagai penyakit. PAndangan model ini berbeda dengan model
konsep terapi yang lain yang, Karena model terapi ini memAndang bahwa gangguan jiwa
murni dissebabkan karena adanya gangguan pada jiwa semata, tanpa mempertimbangkan
adanya kelaianan patofisiologis. Proses terapi dilakukan dengan melakukan pengkajian
spesifik dan pengelompokkasn gejala dalam sindroma spesifik. Perilaku abnormal dipercaya
akibat adanya perubahan biokimiawi tertentu. Beberapa jenis terapi somatic gangguan jiwa
seperti: pemberian obat (medikasi psikofarmaka), intervensi nutrisi,electro convulsive
therapy (ECT), foto terapi, dan bedah otak. Beberapa terapi yang sampai sekarang tetap
diterapkan dalam pelayanan kesehatan jiwa meliputi medikasi psikoaktif dan ECT.
4. Terapi Kognitif
Terapi ini adalah memodifikasi keyakinan dan sikap yang mempengaruhi perasaan dan
perilaku klien. Proses terapi dilakukan dengan membantu menemukan stressos yang menjadi
penyebab gangguan jiwa, selanjutnya mengidentifikasi dan mengubah pola fikir dan
keyakinan yang tidak akurat menjadi akurat.
Pemberian terapi kognitif bertujuan untuk :
a. Mengembangkan pola berfikir yang rasional. Mengubah pola berfikir tak rasional yang sering
mengakibatkan gangguan perilaku menjadi pola berfikir rasional berdasarkan fakta dan
informasi yang actual.
b. Membiasakan diri selalu menggunakan cara berfikir realita dalam menanggapi setiap
stimulus sehingga terhindar dari distorsi pikiran.
c. Membentuk perilaku baru dengan pesan internal. Perilaku dimodifikasi dengan terlebih
dahulu mengubah pola berfikir.

5. Terapi Keluarga
Terapi keluarga adalah terapi yang diberikan kepada seluruh anggota keluarga dimana
setiap anggota keluarga memiliki peran dan fungsi sebagai terapis. Terapi ini bertujuan agar
keluarga mampu melaksanakan fungsinya dalam merawat klien dengan gangguan jiwa.
Untuk itu sasaran utama terapi jenis ini adalah keluarga yang mengalami disfungsi; yaitu
keluarga yang tidak mampu melaksanakan fungsi-fungsi yang dituntut oleh anggotanya.
Dalam terapi keluarga semua masalah keluarga yang dirasakan diidentifikasi selanjutnya
setiap anggota keluarga mengidentifikasi penyebab masalah tersebut dan kontribusi setiap
anggota keluarga terhadap munculnya masalah.untuk kemudian mencari solusi untuk
mempertahankan keutuhan keluarga dan meningkatkan atau mengembalikan fungsi keluarga
seperti yang seharusnya.
Proses terapi keluarga terdiri dari tiga tahapan yaitu fase 1 (perjanjian), fase 2 (kerja), fase 3
(terminasi). Di fase pertama perawat dan klien mengembangkan hubungan saling percaya,
isu-isu keluarga diidentifikasi, dan tujuan terapi ditetapkan bersama. Kegiatan di fase kedua
atau fase kerja adalah keluarga dengan dibantu oleh perawat sebagai terapis berusaha
mengubah pola interaksi antar anggota keluarga, meningkatkan kompetensi masing-masing
anggota keluarga, dan mengeksplorasi batasan-batasan dalam keluarga serta peraturan-
peraturan yang selama ini ada.
Terapi keluarga diakhiri di fase terminasi di mana keluarga mampu memecahkan masalah
yang dialami dengan mengatasi berbagai isu yang timbul. Keluarga juga diharapkan dapat
mempertahankan perawatan yang berkesinambungan.
6. Terapi Perilaku
Anggapan dasar dari terapi perilaku adalah bahwa perilaku timbul akibat proses
pembelajaran. Teknik dasar yang digunakan dalam terapi jenis ini adalah:
a. Role model
b. Kondisioning operan
c. Desensitisasi sistematis
d. Pengendalian diri
e. Terapi aversi atau releks kondisi
Strategi teknik role model adalah mengubah perilaku dengan memberi contoh perilaku
adaptif untuk ditiru klien. Dengan teknik ini klien akan mencontoh dan mampelajari serta
meniru perilaku tersebut.
Perilaku yanga sangat cocok diterapkan pada klien fobia adalah teknik desensitisasi
sistematis yaitu teknik mengatasi kecemasan terhadap sesuatu stimulus atau kondisi dengan
cara bertahap. Dalam keadaan relaks, secara bertahap klien diperkenalkan/dipaparkan
terhadap stimulus atau situasi yang menimbulkan kecemasan.Intensitas pemaparan stimulus
makin meningkat seiring dengan toleransi klien terhadap stimulus tersebut. Hasil akhir dari
terapi ini adalah klien berhasil mengatasi ketakutan atau kecemasannya akan stimulus
tersebut.
Untuk mengatasi perilaku maladaptive, klien dapat dilatih dengan menggunakan teknik
pengendalian diri. Bentuk latihannya adalah berlatih mengubah kata-kata negatif menjadi
kata-kata positif. Apabila ini berhasil maka, klien memiliki kemampuan untuk
mengendalikan perilaku sehingga terjadinya penurunan tingkat distress klien.
Mengubah perilaku dapat juga dilakukan dengan memberi penguatan negatif. Caranya
adalah dengan memberi pengalaman ketidaknyamanan untuk mengubah perilaku yang
maladaptive. Bentuk ketidaknyamanan, dapat berupa menghilangkan stimulus positif
sebagai “punishment” terhadap perilaku maladaptive tersebut. Dengan teknik ini klien
belajar untuk tidak mengulangi perilaku demi menghindari konsekuensi negatif yang akan
diterima akibat perilaku negatif tersebut.
7. Terapi Bermain
Terapi bermain diterapkan karena ada anggapan dasar bahwa anak-anak akan dapat
berkomunikasi dengan baik melalui permainan dari pada dengan ekspresi verbal. Dengan
bermain perawat dapat mengkaji tingkat perkembangan, status emosional anak, hipotesa
diagnostiknya, serta melakukan intervensi untuk mengatasi masalah anak. Prinsip terapi
bermain meliputi membina hubungan yang hangat dengan anak, merefleksikan perasaan anak
yang terpancar melalui permainan, mempercayai bahwa anak dapat menyelesaikan
masalahnya, dan kemudian menginterpretasikan perilaku anak tersebut.Terapi bermain
diindikasikan untuk anak yang mengalami depresi, ansietas, atau sebagai korban
penganiayaan (abuse). Terapi bermain juga dianjurkan untuk klien dewasa yang mengalami
stress pasca trauma, gangguan identitas disosiatif dan klien yang mengalami penganiayaan.

F. Terapi Aktifitas Kelompok (TAK)( dibuat oleh Tithania Supardi)


Terapi aktivitas kelompok merupakan suatu psikoterapi yang diberikan kepada
sekelompok pasien dilakukan dengan cara berdiskusi antar sesama pasien dan dipimpin atau
diarahkan oleh seorang therapist atau petugas kesehatan jiwa yang telah terlatih.
A. Manfaat TAK
Secara umum terapi aktivitas kelompok mempunyai manfaat:
1) Meningkatkan kemampuan menilai dan menguji kenyataan (reality testing) melalui
komunikasi dan umpan balik dengan atau dari orang lain.
2) Meningkatkan kemampuan sosialisasi pasien
3) Meningkatkan kesadaran tentang pentingnya hubungan antara reaksi emosional diri sendiri
dengan perilaku defensive (bertahan terhadap stress) dan adaptasi.
4) Membangkitkan motivasi bagi kemajuan fungsi-fungsi psikologis seperti kognitif dan afektif.
Secara khusus tujuan terapi aktifitas kelompok adalah :
1) Meningkatkan identitas diripasien .
2) Menyalurkan emosipasien secara konstruktif.
3) Meningkatkan keterampilan hubungan sosial yang akan membantu pasien didalam kehidupan
sehari-hari.
4) Bersifat rehabilitatif: meningkatkan kemampuan ekspresi diri, keterampilan sosial,
kepercayaan diri, kemampuan empati, dan meningkatkan kemampuan tentang masalah-
masalah kehidupan dan pemecahannya.
B. Jenis Terapi Aktifitas Kelompok
1) TAK: Stimulasi Persepsi
a). Definisi
Terapi aktivitas kelompok (TAK): Stimulasi persepsi adalah terapi yang menggunakan
akivitas sebagai stimulus yang terkait dengan pengalaman dan atau kehidupan untuk
didiskusikan dalam kelompok. Hasil diskusi kelompok dapat berupa kesepakatan persepsi
atau alternatif penyelesaian masalah. Fokus terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi
adalah membantu pasien yang mengalami kemunduran orientasi.Terapi ini sangat efektif
untuk pasein yang mengalami gangguan persepsi; halusinasi, menarik diri , gangguan
orientasi realitas, kurang inisiatif atau ide. Pasien yang mengikuti kegiatan terapi ini
merupakan pasien yang kooperatif, sehat fisik, dan dapat berkomunikasi verbal
b) Tujuan TAK stimulasi persepsi
Tujuan umum : pasien memiliki kemampuan dalam menyelesaikan masalah yang diakibatkan
oleh paparan stimulus yang diterimanya
Tujuan khususnya:
1. Pasien dapat mempersepsikan stimulus yang dipaparkan kepadanya dengan tepat.
2. Klien dapat menyelesaikan masalah yang timbul dari stimulus yang dialami.
c) Aktivitas dalam TAK terbagi dalam empat bagian :
(1) Mempersepsikan stimulus nyata sehari-hari
(2) Stimulus nyata dan respons yang dialami dalam kehidupan
(3) Stimulus yang tidak nyata dan respons yang dialami dalam kehidupan

2) Terapi Aktifitas Kelompok Sosialisasi


Tujuan umum dari terapi aktifitas kelompok sosialisasi adalah meningkatkan kemampuan
sosialisasi pada pasien dengan isolasi sosial. Sedangkan tujuan khususnya adalah
 Meningkatkan kemampuan komunikasi verbal pasien
 Pasien dapat meningkatkan kemampuan komunikasi non verbal
 Pasien dapat berlatih mematuhi peraturan
 Pasien dapat meningkatkan interaksi dengan klien lain
 Pasien dapat meningkatkan partisipasi dalam kelompok
 Pasien dapat mengungkapkan pengalamannya yang menyenangkan
 Pasien dapat menyatakan perasaan tentang terapi aktifitas kelompok sosialisasi

Kriteria pasien yang dapat mengikuti terapi aktifitas kelompok sosialisasi adalah
 Pasien menarik diri yang cukup kooperatif
 Klien yang sulit mengungkapkan perasaannya melalui komunikasi verbal
 Klien dengan gangguan menarik diri yang telah dapat berinteraksi dengan orang lain
 Klien dengan kondisi fisik yang dalam keadaan sehat (tidak sedang mengidap penyakit
fisik tertentu seperti diare, thypoid dan lain-lain)
 Klien halusinasi yang sudah dapat mengontrol halusinasinya
 Klien dengan riwayat marah/amuk yang sudah tenang

C. Tahapan terapi aktifitas kelompok (TAK)


aktifitas kelompok terdiri dari 4 fase yaitu:
1). Fase Prakelompok: Fase ini dimulai dengan membuat tujuan terapi, menentukan leader,
jumlah anggota, kriteria anggota, tempat dan waktu kegiatan serta media yang digunakan.
Jumlah anggota pada terapi kelompok biasanya 7-8 orang. Sedangkan jumlah minimum 4 dan
maksimum 10.
Kriteria anggota yang da mengikuti terapi aktifitas kelompok adalah: sudah terdiagnosa baik
medis maupun keperawatan, tidak terlalu gelisah, tidak agresif, serta tidak terdiagnosa dengan
waham.
2). Fase Awal Kelompok
Fase ini ditandai dengan timbulnya ansietas karena masuknya anggota kelompok, dan peran
baru. fase ini terbagi atas tiga fase, yaitu orientasi, konflik, dan kohesif.
a) Tahap orientasi
Pada fase ini anggota mulai mencoba mengembangkan sistem sosial masing-masing, leader
menunjukkan rencana terapi dan menyepakati kontrak dengan anggota.
b) Tahap konflik
Merupakan masa sulit dalam proses kelompok. Pemimpin perlu memfasilitasi ungkapan
perasaan, baik positif maupun negatif dan membantu kelompok mengenali penyebab
konflik. Serta mencegah perilaku perilaku yang tidak produktif
c) Tahap kohesif
Anggota kelompok merasa bebas membuka diri tentang informasi dan lebih intim satu sama
lain
3). Fase Kerja Kelompok
Pada fase ini, kelompok sudah menjadi tim. Kelompok menjadi stabil dan realistis. Pada akhir
fase ini, anggota kelompok menyadari produktivitas dan kemampuan yang bertambah disertai
percaya diri dan kemandirian
4). Fase Terminasi
Fase ini ditandai oleh perasaan puas dan pengalaman kelompok akan digunakan secara
individual pada kehidupan sehari-hari. Terminasi dapat bersifat sementara (temporal) atau
akhir.

DAFTAR PUSTAKA

Https://www.scribd.com/document/259877585/Makalah-Trend-Dan-Issu-Keperawatan-Jiwa
https://id.scribd.com/document/409653272/makalah-konsep-Dasar-keperawatan-jiwa
bppsdmk.kemkes.go.id>kep…PDF-keperawatan-jiwa-badan-PPSDM-Kesehatan
https://www.academia.edu/35538521/terapi-modalitas-dalam-keperawatan -jiwa
https://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2017/08/keperawatan-jiwa-
komprehensif.pdf

Anda mungkin juga menyukai