Efek obat sistem saraf otonom (pengaruh obat kolinergik dan antikolinergik
terhadap kelenjar saliva dan mata)
Dosen Pengempu :
1. Ainun wulandari, M.SE. Apt
2. Rika veriyanti, M Farm – Klin,Apt
3. Teodhora, M.Farm, Apt
Disusun Oleh :
Muhammad Haafizh Majidiansyah (18330004)
BAB I
PENDAHULUAN
“Efek obat sistem saraf otonom (pengaruh obat kolinergik dan antikolinergik terhadap
kelenjar saliva dan mata)”
Sistem saraf otonom disusun dengan serabut saraf yang berasal dari otak. Fungsi
sistem saraf simpatik dan parasimpatik sangatlah berlawanan (antagonis). Dua
perangkat neuron didalam komponen otonom pada sistem saraf perifer adalah neuron
sensorik dan neuron motorik. Neuron aferen atau sensorik mengirim impuls ke sistem
saraf pusat, dimana impuls itu diinterprestasikan. Neuron eferen atau motorik yang
akan menerima impuls (informasi) dari otak dan meneruskan impuls ini melalui medulla
spinalis sampai ke sel-sel organ efektor. Jalur eferen dalam sistem saraf otonom menjadi
dua cabang yaitu saraf simpatis dan saraf parasimpatis. Dimana kedua sistem saraf
tersebut bekerja pada organ-organ yang sama tetapi menghasilkan respon yang berbeda
agar tercapainya homeostatis atau keseimbangan. Kerja obat-obat pada sistem saraf
simpatis dan sistem saraf parasimpatis dapat berupa respon yang merangsang ataupun
menekan.
3.2 Prosedur :
1. Siapkan kelinci.
2. Hitung dosis dan volume pemberian obat dengan tepat untuk kelinci.
3. Sedasikan kelinci dengan fenobarbital 100 mg/ 70 kgBB manusia secara IV.
5. Catat waktu saat muncul efek salivasi akibat pilokarpin HCl dan tampung saliva yang
diekskresikan kelinci ke dalam beaker glass selama lima menit. Ukur volume saliva
yang ditampung.
6. Setelah lima menit, suntikkan atropin SO4 0,25 mg/ kgBB kelinci secara IV.
7. Catat waktu saat muncul efek salivasi akibat atropine SO4 dan tampung saliva yang
diekskresikan kelinci ke dalam beaker glass selama lima menit. Ukur volume saliva
yang ditampung.
1. Siapkan kelinci. Gunting bulu mata kelinci agar tidak mengganggu pengamatan.
2. Sebelum pemberian obat; amati, ukur dan catat diameter pupil pada cahaya suram
dan pada penyinaran dengan senter.
7. Setelah terjadi miosis kuat pada kedua mata, teteskan atropine SO4.
BAB IV
4.1 PEMBAHASAN
Dalam percobaan ini digunakan kelinci dengan bobot tubuh 1,5 Kg.
Hitunglah dosis dan volume pemberian obat dengan tepat untuk kelinci tersebut
(dosis obat sesuaikan dengan penuntun praktikum)!
4.2 PERHITUNGAN
o Pilokarpin = 100mg/70kg |u =100mg/5ml
Kelinci bobot 1,5kg
Dosis kelincil 1,5kg = 1,5 kgx 5 mg=7,5 mg
7,5 mg
Volume kelinci 1,5 g= x 5 ml=0,375 ml
100 mg
o Fenobarbital = 100mg/70kg |u= 50mg/5ml
70kgBB manusia konversi ke kelinci 1,5kg= 0,07
Kelinci bobot 1,5kg
Dosis kelinci 1,5kg=0,07 x 100 mg=7 mg
7 mg
Volume kelinci1,5 g= x 5 ml=0,7 ml
50 mg
o Atropin SO4 = 0,25mg/kg |u =50mg /5ml
Kelinci bobot 1,5kg
Dosis kelinci1,5kg =1,5 kgx 0,25 mg=, 0375 mg
0,375 mg
Volume kelinci1,5= x 5 ml=0,0375mg
50 mg
4.3 PEMBAHASAN
Sistem saraf otonom merupakan sistem sarf eferen (motorik) yang mempersarafi
organ-organ dalam seperti otot polos,otot jantung dan berbagai kelenjar. Dalam
percobaan efek obat sistem saraf otonom hewan uji yang digunakan yaitu kelinci.
Kelinci digunakan karena termasuk hewan yang mudah dibiakan, ukurannya yang lebih
besar dari mencit sehingga proses pemberian obat juga lebih mudah. Percobaan dengan
mempengaruhi sistem saraf otonom dilakukan karena kemampuan mempengaruhi yang
sangat cepat hanya dengan beberapa detik hingga menit. Obat yang digunakan dalam
percobaan diantarnya yaitu pilokarpin HCIL, atropin SO4 dan larutan NaCL2 0,9 %.
Mulanya kelinci dengan berat 1,5 kg di uji kolinergik serta antikolinergiknya dengan
cara mempengaruhi sekeresi kelenjar saliva. Kelinci disuntikkan diazepam 5mg/2ml
sejumlah 0,7 ml secara intravena. Penyuntikan diazepam dimasksudkan agar kelici
melamai efek sedasi (terutama untuk pengurangan rasa sakit) sehingga mempermudah
untuk pemberian obatnya selama kurang lebih 5 menit. Setelah kelinci dirasa sudah
tenang disuntikkan obat ilokarpin HCL 20mg/ml sebanyak 0,07 ml yang dikonversikan
terlebih dahulu kedalam dosis manusia secara intramuskular. Pilokarpin HCL
merupakan amin tersier dan stabil dihidrolisis oleh asetilkoleneterase. Pemberian
pilokarpin 0,07 ml secara IM memberikan efek sekresi kelenjar ludah yaitu peningkatan
sekresi kelenjar ludah yang cukup banyak yaitu 3,1 ml dalam kurun waktu 5 menit. Hal
tersebut karena terjadinya rangsangan terhadap saraf parasimpatik oleh asetilkolin.
Dengan sejumlah sekresi yang dikeluarkan sesuai teori yaitu efek pilokarpin yang dapat
mempercepat sekresi kelenjar ludah.
Selanjutnya, kolinergik dan antikolinergik pada mata. Sebelum ditetesi dengan obat
yang dapat mempengaruhi perangsangan saraf simpatik pupil kelinci terlebih dahulu
dikur, hasil yang diperoleh adalah sebagai berikut :
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Sistem saraf otonom merupakan sistem saraf eferen (motorik) yang
mempersarafi organ-organ dalam seperti otot polos,otot jantung dan berbagai
kelenjar.
2. Pilokarpin HCL bekerja sebagai obat kolinergik yang memberikan respon miosis
pada pupil mata.
3. Sedangkan atropin SO4 bekerja sebagai obat antikolinergik yang melawan kerja
kolinergik dengan ditandainya midriasis pada pupil mata.
DAFTAR FUSTAKA