Anda di halaman 1dari 7

UNTUK SUKSES KITA PERLU MENTOR

Hari Minggu 19 April 2015 kemarin, ada pertanyaan menarik dari


Yoghi, putra teman saya yang menyopiri kendaraan kami dalam
perjalanan rombongan takziah ke Bondowoso. Saat itu kami terlibat
diskusi hangat tentang impian dan sebagainya. Pertanyaan dia adalah
:”Mengapa banyak orang yang sering ikut seminar, membaca
banyak buku motivasi . . . . dan tetap saja tidak bisa mengubah
kehidupannya ?”. Rupanya itu pengalaman dia sendiri.
Sub topik bahasan diskusi kami sepanjang perjalanan Lumajang
Bondowoso adalah tentang perlunya mentor jika seseorang ingin
merubah kehidupannya. Mentor yang kita butuhkan adalah seseorang
yang sudah menjalani kehidupan seperti yang kita inginkan. Topik
utama kita adalah cara menjadi orang kaya. Kalau kita ingin
menjadi orang kaya, kita tentu harus mencari mentor orang yang
sudah kaya. Yang dimaksud kaya adalah kaya dibidang keuangan,
bukan hidup mewah. Kalau hidup mewah tentu dinilai dari berapa
banyak barang bagus yang dimiliki seperti rumah, mobil, motor dan
sebagainya. Orang yang kaya secara keuangan atau kaya yang
sesungguhnya adalah mereka yang memiliki penghasilan pasif lebih
besar dari biaya hidupnya. Sebaliknya, orang miskin adalah
seseorang yang harus bekerja keras untuk membayar gaya hidupnya
yang mahal, dan selalu ingin lebih dan lebih. Sebagian besar mereka
yang penghasilannya besar dan hidupnya mewah adalah orang
miskin. Hanya sekitar 5% di dunia ini yang benar-benar orang kaya
secara keuangan.
Untuk selanjutnya, jika kita mengatakan kaya atau miskin, itu berarti
secara keuangan. Hidup mewah sebelum kaya sebenarnya cuma fata
morgana yang menyesatkan. Ibarat berlari diatas treadmill, sepertinya
berlari kencang tetapi sebenarnya tidak kemana-mana. Kita akan

Untuk Sukses Perlu Mentor – dr. Sigit Setyawadi SpOG


terus berusaha keras mengejarnya sehingga banyak yang terpeleset
berlaku curang seperti menipu, mencuri, merampok dan korupsi.
Kita semua dianjurkan bekerja keras untuk mengisi kehidupan kita.
Bedanya adalah, orang biasa bekerja keras untuk mendapatkan uang
guna mempertahankan gaya hidupnya yang sekarang. Orang kaya
bekerja keras untuk membangun aset yang akan menghasilkan uang
(lagi) untuk kita. Biaya kehidupan kita yang sekarang, berasal dari
aset yang sudah kita bangun sebelumnya. Penghasilan jenis itu kita
kenal sebagai penghasilan pasif, atau residual income. Tanpa
memiliki residual income atau passive income, sebenarnya kita
adalah orang miskin. Sesederhana itu.
Kembali ke pertanyaan Yoghi diatas, jawabannya adalah karena
orang itu memang tidak ingin berubah !. Dia hanya ingin berubah
sesuai seleranya. Dari seminar dan buku, ia hanya mengambil dan
menerapkan hal-hal yang cocok dengan dia saja. Materi yang
dianggap tidak cocok, tidak diambil atau diterapkan. Padahal apapun
yang cocok dengan kita, atau yang kita sukai, berarti sebelumnya
memang sudah ada di dalam data atau pikiran bawah sadar kita. Hal-
hal itulah yang telah ikut berperan menuntun dan membawa kita
sampai berada di tempat kita sekarang ini (pikiran → tindakan →
kebiasaan → karakter → nasib). Jika kita hanya melakukan hal hal
yang kita sukai, maka kita hanya akan berputar putar saja. Kalau ingin
berubah, kita harus mau melakukan hal-hal yang berlawanan dengan
apa yang ada di pikiran kita, alias yang kita anggap tidak cocok.
Yoghi mengangguk angguk sambil sesekali tersenyum. Rupanya
itulah yang terjadi pada dia.
Mario Teguh pernah mengatakan kepada seorang ibu yang bertanya
secara live di TV. Si ibu itu dosen, tetapi membuka sebuah warung
bakso. Dia menjadi bahan gunjingan di lingkungannya. Banyak
teman dan keluarga menasihati agar menutup warungnya dengan

Untuk Sukses Perlu Mentor – dr. Sigit Setyawadi SpOG


berbagai alasan. Kebanyakan karena dianggap tidak pantas. Ibu tadi
bertanya lewat telpon ke Mario Teguh tentang apa yang harus dia
lakukan. Mario Teguh menjawab dengan tegas :”Bu, jangan pernah
mendengarkan saran dan pendapat dari orang biasa. Karena saran
dan pendapat mereka itulah yang telah membuat mereka menjadi
orang biasa. Dengarkan hanya saran dan pendapat orang baik,
supaya ibu menjadi orang yang lebih baik”.
Siapa orang biasa yang paling sering memberi saran kepada kita ? Dia
adalah diri kita sendiri. Saran dan pendapat itu berasal dari pikiran
bawah sadar kita. Pikiran bawah sadar berisi semua informasi yang
kita yakini benar yang kita peroleh sejak kita lahir sampai sekarang.
Informasi dasarnya kita peroleh dari orang tua, guru, pembantu,
famili, dan tetangga saat usia 0 – 7 tahun, dimana semua masuk tanpa
penyaring. Saat itu kita seperti spons yang menyerap semua informasi
yang ada. Pada usia 8 – 13 tahun mulai ada penyaringnya.
Penyaringnya adalah informasi yang diperoleh sebelum usia 7 tahun.
Informasi yang cocok dengan itu disimpan, yang tidak cocok
dibuang. Usia 13 – 18 tahun penyaringnya menguat. Setelah usia 18
tahun, penyaring sudah terbentuk sempurna. Info apapun yang tidak
cocok dengan data itu, akan dihilangkan alias ditolak.
Jadi sebagian besar data yang ada di pikiran bawah sadar kita saat ini
adalah data yang diperoleh saat usia kurang dari 7 tahun. Informasi
itu diolah dan ditafsirkan oleh anak usia 7 tahun. Terus diperkuat
dengan “bukti baru yang cocok” sepanjang hidup kita. Itu dianggap
benar dan menjadi panduan seumur hidup kita. Nampak aneh tetapi
itulah faktanya.
Misalnya saat usia 3 tahun diajak pembantu main ke rumah tetangga.
Kedua pembantu ngobrol mengeluhkan nasib mereka yang tidak
kunjung membaik. Uang yang sulit dicari . . . harus bekerja keras
untuk mendapat uang . . . dan majikan kaya yang jahat pada mereka

Untuk Sukses Perlu Mentor – dr. Sigit Setyawadi SpOG


. . . dan sebagainya. Mulailah terbentuk data dasar bahwa uang itu
sulit dicari, uang menimbulkan kesedihan dan kemarahan, harus kerja
keras untuk uang dan orang kaya itu jahat. Meskipun dia belum
mengerti tentang arti semua itu, gambaran negatif tentang uang dan
kaya sudah mulai tersimpan.
Setelah lebih besar sedikit, si anak melihat orang tuanya bertengkar
dan menyebut-nyebut uang. Ketika meminta uang untuk beli mainan
dibentak. Data bahwa uang = sedih = kerja keras = pertengkaran
semakin kuat tertanam. Hubungan antara uang dan sesuatu yang
negatif terbentuk semakin kuat. Setelah usia 18 tahun, nasibnya
sudah tertulis, yaitu sulit mencari uang dan sulit menjadi kaya.
Bawah sadar si anak akan menuntun agar kesulitan mendapatkan
uang. Seandainya dia mendapat uang, akan cepat dihabiskan. Selalu
muncul dorongan untuk menghabiskan uangnya. Berapapun uang
yang diperoleh akan segera dihabiskan supaya dia tidak bisa kaya.
Dia didorong untuk kredit motor, kredit mobil, ngecat rumah,
membangun garasi, renovasi dapur dan sebagainya. Dia mungkin bisa
hidup mewah, tetapi tidak bisa kaya.
Semua informasi yang tersimpan dalam bentuk data itulah yang
disebut sebagai life map atau peta kehidupan. Ibarat robot, itulah
program kita atau acuan kita dalam menjalani kehidupan ini. Sekeras
apapun Anda bekerja, jika life map nya adalah life map orang miskin,
Andapun pasti menjadi miskin. Kecuali life map itu Anda ijinkan
untuk dirubah dulu. Yang bisa mengubahnya adalah orang lain atas
seijin Anda. Caranya ya dengan berkumpul dan mendengarkan
mereka.
Setelah dewasa atau tua, Anda mungkin frustrasi dengan pekerjaan
dan kehidupan Anda sekarang dan ingin sekali berubah. Anda mulai
berbisnis membuka toko, sukses sebentar terus turun lagi. Ganti buka
bengkel, sukses terus turun lagi. Membangun bisnis sandal, sukses

Untuk Sukses Perlu Mentor – dr. Sigit Setyawadi SpOG


sebentar, muncul pesaing dan turun lagi. Beternak bebek, sukses
sebentar, kemudian turun lagi. Begitu terus seperti naik roller
coaster, naik turun sampai tua. Tanpa merubah peta kehidupan yang
sekarang, mustahil perubahan nasib akan bisa terjadi. Kita hanya akan
berputar-putar naik turun saja.
Ada yang berusaha mengubah nasib dengan mengikuti seminar dan
membaca buku buku. Mula mula dia memilih seminar dan buku yang
cocok dan disukai. Dari seminar dan buku, dia memilah-milah mana
yang cocok dan disukai. Yang cocok dilakukan dan yang tidak cocok
dilupakan. Sebenarnya dia punya mentor yang bisa membimbingnya.
Lagi lagi terjadi hal yang sama. Dia memilih-milih pendapat mentor.
Yang cocok dan disukai dilakukan, yang tidak cocok tidak dilakukan.
Dia heran ketika mendapati tidak adanya perubahan yang berarti
dalam hidupnya. Dia tidak tahu bahwa sebenarnya dia masih
mengikuti peta kehidupannya yang lama. Tidak ada perubahan sama
sekali karena dia selalu memilih anjuran mentor yang cocok dengan
life mapnya. Diminta melakukan A, dia merasa :“Aah saya tidak
punya uang”, di suruh melakukan B dia berpikir :”Duuh, bagaimana
kata orang lain nanti ?”. Bawah sadarnya tahu persis kalau orang ini
melakukan A atau B, dia akan berubah. Karena itu dicegah untuk
melakukannya.
Kalau kita ingin merubah nasib, maka kita perlu mengubah cara
berpikir kita. Dengan kata lain mengubah life map kita dengan
bantuan orang lain yang Anda patuhi, atau disebut mentor. Orang
yang dulu memprogram Anda adalah orang yang Anda patuhi (orang
tua, kakek, pembantu, guru ngaji), maka yang bisa merubahnya
adalah orang yang harus Anda patuhi pula. Tanpa kepatuhan tingkat
dewa kepada mentor, mustahil kita bisa berubah, karena bawah sadar
itu kuat sekali. Sami’na wa Atho’na.

Untuk Sukses Perlu Mentor – dr. Sigit Setyawadi SpOG


Mentor saya yang pertama adalah pak Sujatnika atau pak Ojat. Ketika
beliau menyarankan saya mendengarkan kaset tertentu, saya
langsung berangkat ke Surabaya dan membelinya. Baru sampai
rumah di Malang, beliau SMS supaya saya membaca buku tertentu
(buku Question are the Answer) yang hanya bisa dibeli di Surabaya.
Esoknya sayapun berangkat lagi ke Surabaya. Suatu hari beliau
nelpon dan menyarankan saya ikut seminar kecil di Gedung Gazibu
di Bandung. Tanpa menanyakan apa ini penting atau tidak, saya dan
isteri berangkat kesana. Ternyata itu sangat penting dan memiliki
peran besar dalam proses perubahan saya. Itulah mentor, kalau tidak
penting untuk orang yang dimentori, pasti tidak akan menyuruh kita
untuk melakukannya. Pelatih tennis atau bola tidak akan iseng saja
menyuruh pemain yang dilatih untuk melakukan sesuatu. Pasti ada
tujuan dari setiap perintahnya. Apalagi mentor di bidang kehidupan.
Tidak perlu lagi kita bertanya ini penting atau tidak. Lakukan saja !!
Bagi saya saat itu, tentu lebih enak praktek di rumah dan mendapat
uang dibandingkan wira wiri ke Surabaya dan ke Bandung.
Untungnya saya sudah siap berubah setelah membaca buku Zig Ziglar
dan Robert T Kiyosaki tentang bagaimana bersikap menghadapi
perubahan.
Zig Ziglar :“Jika ingin sukses, lakukan hal hal yang tidak Anda sukai
(yang ditunjuk mentorAnda) dan belajarlah menyukainya”.
Robert T Kiyosaki :”Jika ingin sukses, Anda harus siap menerima
anggapan yang salah dari orang lain tentang diri Anda”.
Itulah 2 penghambat utama untuk bisa sukses di bidang keuangan.
Yaitu keengganan keluar dari zona nyaman dan ketakutan
dibicarakan orang.
Dengan mengubah life map, maka tindakan kita juga akan berubah.
Tindakan baru yang diulang-ulang akan menjadi kebiasaan baru.
Dengan kebiasaan yang berubah, karakter kita juga berubah, dan pada
Untuk Sukses Perlu Mentor – dr. Sigit Setyawadi SpOG
akhirnya nasib kita akan berubah. Biasanya itu membutuhkan waktu
2 – 5 tahun.

Surabaya 23 April 2015 (Revisi Mei 2019)


Sigit Setyawadi

Untuk Sukses Perlu Mentor – dr. Sigit Setyawadi SpOG

Anda mungkin juga menyukai