Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PRAKTIK LAPANG TERPADU PSP 2019

SISTEM INFORMASI PERIKANAN TANGKAP

IDENTIFIKASI SISTEM INFORMASI PERIKANAN TANGKAP DI


LEMBAGA PENERBANGAN DAN ANTARIKSA NASIONAL
(LAPAN) STASIUN BUMI PENGINDERAAN JAUH
PAREPARE SULAWESI SELATAN

UMMUL MUHSINAT
L051 17 1011

PROGRAM STUDI PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN


DEPARTEMEN PERIKANAN
FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita haturkan atas ke hadirat Allah SWT, karena dengan karunia-
Nya penulis dapat menyelesaiakan laporan mengenai “Sistem Informasi Perikanan
Tangkap”. Meskipun banyak hambatan yang penulis alami dalam proses
pengerjaannya, tapi penulis berhasil menyelesaikan laporan ini tepat pada waktunya.
Tidak lupa penulis sampaikan terimakasih kepada dosen bidang studi dan
asisten pembimbing mata kuliah eksplorasi perikanan tangkap. Penulis juga
mengucapkan terimakasih kepada teman-teman mahasiswa yang juga sudah memberi
kontribusi baik langsung maupun tidak langsung dalam pembuatan laporan ini.
Tentunya ada hal-hal yang ingin di berikan kepada teman-teman dari hasil laporan ini.
Karena itu penulis berharap semoga laporan ini dapat menjadi sesuatu yang berguna
bagi kita bersama.
Penulis menyadari bahwa dalam menyusun laporan ini masih jauh dari
kesempurnaan, untuk itu saya sebagai penulis sangat mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun guna sempurnanya laporan ini. Penulis berharap semoga
laporan ini bisa bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada
umumnya.

Makassar, 25 November 2019

Ummul Muhsinat

i
DAFTAR ISI

Nomor Halaman

KATA PENGANTAR.................................................................................................................i

DAFTAR ISI................................................................................................................................i

DAFTAR TABEL.......................................................................................................................ii

DAFTAR GAMBAR..................................................................................................................iii

DAFTAR LAMPIRAN...............................................................................................................iii

I. PENDAHULUAN...............................................................................................................1

A. Latar Belakang...........................................................................................................1
B. Tujuan dan Kegunaan...............................................................................................2

II. METODE PRAKTIK..........................................................................................................3

A. Waktu dan Tempat....................................................................................................3


B. Alat dan Bahan...........................................................................................................3
C. Metode Praktik...........................................................................................................4

III. HASIL DAN PEMBAHASAN...........................................................................................5

A. Gambaran Umum Lokasi Praktik Lapang...............................................................5


B. Materi Umum Presentasi LAPAN............................................................................7
C. Sistem Informasi ZPPI yang dikembangkan di Lapan Parepare.........................8
D. Mekanisme Pengolahan Data ZPPI........................................................................9
E. Pemanfaatan Peta hasil..........................................................................................10

IV. RANGKUMAN.................................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................12

LAMPIRAN…………………………………………………………………………………….1
3

ii
DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Alat dan kegunaan…………………………………………………………………….3

iii
DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Peta lokasi praktik lapang……………………………………………………………..3

2. Antena viasat……………………………………………………………………………6

3. Antena orbital……………………………………………………………………….......7

4. Antena zodiac………………………………………………………………………..….7

5. Ruang stasiun bumi………………………………………………………………….…7

6. Ruang pengolahan data…………………………………………………………….….8

iv
DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Foto bersama mahasiswa praktik lapang SIPT…………………………………….…13

2. Wawancara diruang pengolahan data………………………………………………….13

v
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kota Parepare memiliki luas perairan 2.778 Ha dengan panjang pesisir teluk
Parepare 34 km, mulai dari wilayah pesisir Kota Parepare yang berbatasan dengan
Kabupaten Barru sampai dengan wilayah pesisir Ujung Lero Kecamatan Suppa.
Pada perusahaan pengolahan perikanan, diperlukan pemanfaatan sistem
informasi yang dapat mengelola data transaksi harian yang jumlahnya cukup besar.
Berdasarkan pengertiannya, sistem sebagai aktivitas dengan aturan yang sistematis
dan terstruktur untuk mencapai tujuan tertentu. Sementara informasi merupakan
sejumlah data yang telah diolah untuk tujuan tertentu. Sistem informasi mengelola data
mentah untuk menjadi informasi yang membantu mengambil keputusan dengan tepat
dan cepat, menghasilkan strategi baru bagi perusahaan, untuk perencanaan,
pengendalian, dan perbaikan berkelanjutan. Kondisi saat ini beberapa perusahaan
pengolahan ikan menggunakan formulir manual untuk mencatat transaksi pengolahan
ikan (Putra dkk, 2019).
Perkembangan teknologi informasi manajemen melalui penginderaan jauh
berbasis website, telah memberi manfaat dan memudahkan dalam memetakan kondisi
perairan khususnya di Indonesia. Perkembangan tersebut secara aktual dapat
dimanfaatkan dalam berbagai bidang kehidupan, khususnya dalam bidang perikanan
tangkap. Selain itu pula, informasi penginderaan jauh dapat diperoleh dengan mudah
dan murah. Selanjutnya dikatakan bahwa informasi penginderaan jauh dapat dianalisis
dan dimanfaatkan khususnya bidang perikanan antara lain untuk mengidentifikasi
kondisi lingkungan perairan yang dibutuhkan oleh ikan pelagis tertentu untuk hidup dan
berkembang biak. Distribusi ikan pelagis seperti madidihang dapat diprediksi melalui
analisis suhu optimum yang diketahui dan perubahan-perubahan suhu permukaan laut
(SPL) dari waktu ke waktu secara simultan (harian maupun bulanan).
Demikian pula suhu dan perubahan-perubahannya sering dijadikan sebagai
indicator bagi kondisi perairan maupun perubahan-perubahan lingkungan yang dapat
mempengaruhi distribusi ikan secara langsung, yang selanjutnya dapat diprediksi
sebagai lokasi fishing ground (tempat penangkapan ikan pelagis/lumbung ikan)
(Rochmady, 2015).
B. Tujuan dan Kegunaan

1. Tujuan praktik lapang


Tujuan dari praktik lapang mata kuliah Sistem Informasi Perikanan Tangkap
adalah:
a. Mahasiswa dapat mengetahui sistem informasi ZPPI yang dikembangkan di LAPAN
Parepare.
b. Mahasiswa dapat mengetahui proses perekaman, penerimaan serta pengolahan
data citra satelit sampai menghasilkan peta ZPPI di LAPAN Parepare.
2. Kegunaan Praktik Lapang

Kegunaan dari praktik lapang mata kuliah Pengideraan Jauh Perikanan


Tangkap adalah diharapkan setelah praktik lapang, Mahasiswa dapat
menginterpretasikan hasil citra satelit guna pengembangan dan pemanfaatanya di
bidang kelautan perikanan khususnya bidang perikanan tangkap.

2
II. METODE PRAKTIK

A. Waktu dan Tempat

Praktik lapang mata kuliah Penginderaan Jauh Perikanan Tangkap


dilaksanakan pada hari senin tanggal 4 November 2019 yang bertempat di LAPAN
(Lembaga Penerbangan Dan Antariksa Nasional) Kota Pare-Pare, Provinsi Sulawesi
Selatan.

Gambar 1. Peta lokasi LAPAN Pare-pare

B. Alat dan Bahan

Adapun alat-alat yang digunakan pada praktik lapang Penginderaan Jauh


Perikanan Tangkap adalah sebagai berikut.
Tabel 1. Alat dan kegunaan
No
Alat Kegunaan
.
1. Kuisioner Sebagai panduan dalam wawancara
2. Alat tulis Mencatat hal-hal penting dalam wawancara
3. Kamera Dokumentasi kegiatan
4. GPS (Global Positioning System) Mengetahui titik koordinat lokasi praktik
lapang

C. Metode Praktik

3
Dalam praktik lapang ini pengambilan data dilapangan dilakukan dengan
beberapa metode, antara lain sebagai berikut.

1. Observasi

Observasi adalah pengambilan data secara langsung yang melibatkan


mahasiswa mata kuliah Penginderaan Jauh Perikanan Tangkap berkunjung langsung
ke LAPAN Balai Penginderaan Jauh Pare-pare dengan prosedur sebagai berikut.
a. Mengikuti kuliah tentang profil Balai Penginderaan Jauh Kota Pare-pare.
b. Mengajukan pertanyaan mengenai Balai Penginderaan Jauh Kota Pare-pare.
c. Melihat langsung fasilitas-fasilitas yang ada di Balai Penginderaan Jauh Kota Pare-
pare.
d. Mengunjungi ruang Stasiun Bumi dan Pengolahan Data yang ada di Balai
Penginderaan Jauh Kota Pare-pare.

2. Wawancara

Wawancara bertujuan untuk mengetahui informasi-informasi yang dibutuhkan.


Mahasiswa praktik lapang Penginderaan Jauh Perikanan Tangkap melakukan
wawancara dengan sejumlah staf pegawai yang ada di ruang Stasiun Bumi dan ruang
Pengolahan Data.

3. Studi literatur

Studi literatur dengan membandingkan atau melengkapi segala kekurangan


yang ada pada kunjungan praktik lapang dengan literatur yang digunakan. Dalam hal
ini literatur yang dimaksud berkaitan dengan penginderaan jauh perikanan tangkap.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

4
A. Gambaran Umum Lokasi Praktik Lapang

Kota Parepare memiliki luas perairan 2.778 Ha dengan panjang pesisir teluk
Parepare 34 km, mulai dari wilayah pesisir Kota Parepare yang berbatasan dengan
Kabupaten Barru sampai dengan wilayah pesisir Ujung Lero Kecamatan Suppa.
Berdasarkan letak geografis kota Pare-pare yang strategis, memungkinkan liputan citra
satelit mencakup 95% wilayah Indonesia. Ini menjadi alasan dibangun Stasiun Bumi
Satelit Penginderaan Jauh (SBSPJ) LAPAN, yang diresmikan oleh Presiden Soeharto
pada tanggal 29 September 1993. Letak stasiun ini berada di tepi kota Parepare,
sekitar 155 km sebelah utara Kota Makassar (Provinsi Sulawesi selatan) ( Anonim,
2012).
Praktik lapang mengenai sistem informasi perikanan tangkap ini dilaksanakan
di Balai Penginderaan Jauh LAPAN Parepare. LAPAN Parepare terletak di jl. Jend.
Ahmad Yani, km 6, Kota Parepare, Sulawesi Selatan, Indonesia, dengan kondisi tata
letak diatas kondisi tanah berbukit. . Letak stasiun ini berada di tepi Kota Parepare.
Lokasi LAPAN yang berada di wilayah tanah berbukit ini cukup menunjang karena
lebih mudah dalam penerimaan data dari satelit karena berada di dataran yang cukup
tinggi.
Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) Pare-pare, terletak di
Jl. Jenderal Ahmad Yani Km. 6 Kota Pare-pare, Provinsi Sulawesi Selatan. Berikut
fasilitas dan infrastruktur Balai Penginderaan Jauh (LAPAN) yaitu :
1. Antena
Antena adalah alat yang sangat penting yang dapat merekam dan menangkap
sinyal yang dikirim oleh satelit. Di LAPAN Pare-pare terdapat 6 antena, namun yang
berfungsi hanya 3 antena yaitu:
a. Antena Viasat
Antena Viasat berfungsi menangkap sinyal satelit yang beresolusi rendah
seperti Spot 6/7. Antena ini berdiri tahun 2013.

Gambar 1. Antena viasat

b. Antena Orbital

5
Antena ini berdiri tahun 2015 dan masih berfungsi hingga sekarang. Antena
Orbital berfungsi menangkap sinyal satelit yang beresolusi menengah,seperti Landsat
7/8.

Gambar 2. Antena orbital


c. Antena Zodiac
Antena Zodiac merekam sinyal beresolusi tinggi, seperti NPP, Modis, NOAA,
METOP, dan Fengyun. Antena ini termasuk antenna baru yang didirikan LAPAN Pare-
pare pada tahun 2018 akhir Desember.

Gambar 3 Antena zodiac

2. Ruang Stasiun Bumi

Informasi rekaman satelit yang melewati Parepare semua akan tercatat pada
monitor yang terdapat diruang stasiun bumi. Detail perekaman terlihat secara rinci
pada monitor tersebut.

Gambar 4 Ruang stasiun bumi

3. Ruang Pengolahan Data

6
Ruang pengolahan data merupakan ruang pengolahan data yang diterima
satelit dan kemudian diolah menjadi peta. Data yang diolah menjadi peta dengan
menggunakan beberapa aplikasi seperti aplikasi ENVI, IR Mapper, dan ArcGis.

Gambar 5. Ruang pengolahan data

B. Materi Umum Presentasi LAPAN

1. Tentang LAPAN dan SBPJP

LAPAN parepare dibangun pada tahun 1993 dan diresmikan oleh presiden
soeharto pada tanggal 29 september 1993. Alasan LAPAN dibangun di Parepare, yaitu
daerah liputan optimal (95% wilayah Indonesia), tersedia fasilitas pendukung (listrik
dan telekomunikasi internasional), dan tersedianya lokasi yang memenuhi persyaratan
teknis. LAPAN Pare-pare merupakan balai penginderaan jauh yang terbesar di
Indonesia yang letaknya berada di jl. Jend. Ahmad Yani, km 6, Kota Parepare,
Sulawesi Selatan, Indonesia, dengan kondisi tata letak diatas kondisi tanah berbukit.
Letak stasiun ini berada di tepi Kota Parepare. Lokasi LAPAN yang berada di wilayah
tanah berbukit ini cukup menunjang karena lebih mudah dalam penerimaan data dari
satelit karena berada di dataran yang cukup tinggi. LAPAN Pare-pare terdiri atas 4
kedeputian, yang meliputi Sains Antariksa dan Atmosfer, Teknologi Penerbangan dan
Antariksa, Kajian Kebijakan Penerbangan dan Antariksa,
Sejak awal dibangun, SBPJP telah mengalami perubahan nama sebanyak 5
kali, yaitu pada tahun 1993 bernama SBSPJ, tahun 1995 berganti nama menjadi NEC,
kemudian pada tahun 2001 berganti lagi menjadi IISDA, tahun 2011 berganti nama
menjadi BPJP, dan terakhir kali dinamakan SBPJP (Stasiun Balai Penginderaan Jauh
Parepare) pada tahun 2015 dan nama ini digunakan sampai sekarang. Fasilitas yang
dimiliki LAPAN SBPJP terdiri atas 3 buah antenna yang masih beroperasi, diantaranya
Viasat (2013), Orbital (2015), dan Zodiac (2018), dari ketiga antenna tersebut
didapatkan informasi data yang memilki resolusi rendah ( Spot 6/7), resolusi sedang
(Landsat 7/8), dan resolusi tinggi (NPP, Modis, NOAA, METOP, dan Fengyun).

2. Konsep dasar penginderaan jauh

7
Penginderaan jauh memiliki 3 elemen yang mendukung dalam kerjanya, yaitu
Platform, sensor, dan objek dengan menggunaka energy cahaya matahari sebagai
tenaga utamanya. Cahaya matahari memiliki gelombang elektromagnetik yang jika
mengenai objek pada bumi akan memantulkan cahayanya ke satelit sehingga dapat
dideteksi oleh satelit tersebut. Penginderaan jauh mampu menyajikan data kondisi
permukaan bumi secara cepat dan aktual
a. Sesuai untuk mengidentifikasi fenomena-fenomena yang terjadi dalam waktu
singkat dan cepat.
b. Menghemat pekerjaan survey lapangan yang memerlukan waktu, tenaga dan biaya
yang besar.
c. Ada beberapa fenomena permukaan bumi yang lebih mudah dilihat melalui citra
penginderaan jauh dibandingan dengan pengamatan langsung dilapangan.
Satelit adalah benda yang mengorbit benda lain dengan periode revolusi
tertentu. ada dua jenis satelit yakni satelit alam dam dan buatan. Jenis satelit
berdasarkan lintasan terhadap Bumi, yaitu satelit berorbit Geostasioner yang posisinya
relatif tetap terhadap bumi dengan ketinggian : 36.000 – 37.000 km dan lebar
coverage : 1/3 bumi; dan satelit berorbit Polar/sun-synhronous yang berorbit dari utara
ke selatan dengan ketinggian : 500 – 900 km serta lebar coverage : 10-2000 km.

C. Sistem Informasi ZPPI yang dikembangkan di Lapan Parepare

Teknologi penginderaan jauh dapat digunakan untuk mendukung usaha


peningkatan pemanfaatan sumber daya ikan sebagaimana telah dilakukan di beberapa
negara maju seperti Jepang, Australia dan beberapa negara Eropa. Pemanfaatan
teknologi penginderaan jauh untuk kelautan dan perikanan harus diawali dan didukung
dengan berbagai penelitian untuk memahami dinamika lingkungan laut dan sumber
daya hayati yang terkandung di dalamnya (Winarso,2015)
Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) sudah sejak tahun
1986 melakukan penelitian pemanfaatan data satelit penginderaan jauh guna mengkaji
dan memantau beberapa jenis parameter fisik perairan laut, seperti suhu permukaan
laut (SPL), kekeruhan air, dan sebaran/konsentrasi klorofil-a. Pada tahun 1990
dilaksanakan aplikasi data inderaja untuk penentuan daerah potensi tambak, tahun
2000-2001 dilaksanakan pemetaan terumbu karang di seluruh wilayah Indonesia, dan
sejak tahun 2002 dilaksanakan aplikasi informasi spasial ZPPI berdasarkan data
satelit inderaja untuk mendukung usaha peningkatan hasil tangkapan ikan oleh para
nelayan.Sampai sekarang, produksi informasi ZPPI masih terus dilakukan dan
disebarkan ke seluruh Indonesia melalui Dinas-dinas Kelautan dan Perikanan di
berbagai daerah.

8
Data penginderaan jauh tidak hanya digunakan untuk inventarisasi sumberdaya
alam, tetapi juga bisa digunakan untuk Pertahanan Negara dan Operasi Keamanan
Laut. Data ZPPI yang biasa digunakan oleh nelayan untuk menangkap ikan, telah
digunakan juga oleh Bakorkamla dan Dispamal TNI-AL. Informasi ZPPI digunakan
sebagain informasi daerah penangkapan dengan intensitas yang tinggi sehingga
gangguan keamanan seperti illegal fishing mungkin terjadi. Informasi ZPPI dikirimkan
ke Bakorkamla dan Dispamal TNI-AL guna keperluan tersebut. Dari laporan
Bakorkamla menyatakan bahwa daerah lokasi ZPPI rawan terjadi pencurian ikan oleh
kapal asing (Winarso,2015).
Berdasarkan wawancara dengan narasumber di LAPAN diketahui bahwa LAPAN
menerima data dari satelite antariksa kemudian di rekam oleh antena parabola seperti
antenna viasat dan orbital. Lapan Pare-pare akan membantu para nelayan perikanan
tangkap untuk memberikan informasi baik itu daerah penangkapan yang cocok untuk
mengoperasikan alat tangkap yang digunakan maupun data lainnya yang berhubungan
dengan perikanan seperti zona potensial perikanan tangkap (ZPPI). sehingga lebih
mudah melakukan pencarian kelimpahan serta migrasi pada ikan dan lokasi fishing
ground yang tepat.
LAPAN memperoleh data dari citra modis dengan memanfaatkan parameter
oseanografi seperti klorofil dan suhu permukaan laut.setelah perekaman kemudian
data diolah kemudian hasil olahan data satelite berupa titik – titik koordinat yang akan
dikirimkan kepada forum nelayan ataupun ke instansi pemerintah.

D. Mekanisme Pengolahan Data ZPPI

Berikut mekanisme distribusi informasi dari sistem penerima dan pengolahan


data Satelit LAPAN sampai ke nelayan.

Informasi di olah
Satelit Antenna oleh SBPJP

Penyuluhan kepada Nelayan


masyarakat Suhu permukaan
laut
Karakter ikan

fax Pusat informasi ZPPI Kondisi


Klorofil
oseanografi

Gambar 7. Mekanisme pengolahan data ZPPI

9
Moderate Resolution Imaging Spectroradiometer (Modis) » salah satu sensor
yang dimiliki EOS (Earth Observing System) dan dibawa oleh dua wahana yaitu Terra
(18 Desember 1999) dan Aqua (4 Mei 2002).
Kelebihan sensor Modis :
• Kalibrasi radiometrik, spasial dan spektral dilakukan waktu mengorbit,
• Peningkatan akurasi/presisi radiometrik,
• Peningkatan akurasi posisi geografis dan
• Terdiri dari 36 band,  dapat digunakan untuk mengukur parameter dari
permukaan laut, daratan hingga ke atmosfer seperti mengukur suhu permukaan
air laut, konsentrasi klorofil-a, tingkat kehijauan, kandungan uap air dan lain-
lain.
Data Modis dapat diperoleh secara gratis (dari http://ladsweb.nascom.nasa.gov,
atau di IISDA LAPAN Parepare).
E. Pemanfaatan Peta Hasil

Pemanfaatan peta hasil tentunya sangat bermanfaat bagi nelayan karena


Prediksi Daerah Penangkapan Ikan (Fishing ground) merupakan iptek yang sangat
bermanfaat bagi nelayan dan pengusaha yang bergerak pada bidang penangkapan
ikan di laut. Dan informasi fishing ground merupakan kebutuhan vital yang dibutuhkan
pada usaha penangkapan ikan.
Hasil pengolahan data tersebut dikirim ke pusat informasi zona potensi
penangkapan ikan (kab. Barru). Kemudian data ZPPI dikirim melalaui faximile untuk
selanjutnya disebar ke forum nelayan/TPI/KUD dan kapal penangkap ikan. Selain itu
data yang didapat dikirim ke pusat pengolahan dan pengelolaan data yang merupakan
pengolahan data lanjut (pansharpening cloudfree mosaic) dan disimpan dengan sistem
catalog. Data tersebut dikirim ke Bank Data Penginderaan Jauh Nasional (LAPAN
Jakarta). LAPAN Jakarta juga berperan untuk penyimpanan dan distribusi data.
Adapun data lainnya yang diolah selain ZPPI akan dikirim ke instansi pemerintah
ataupun masyarakat yang membutuhkan seperti pada Kementerian/Lembaga, TNI,
POLRI, Pemerintah Daerah dan Sistem Pemantauan Bumi Nasional (SPBN) untuk
pemanfaatan dan diseminasi informasi penginderaan jauh (darat, ,laut,kebencanaan).

10
IV. RANGKUMAN

Kedeputian LAPAN SBPJ Parepare, meliputi Sains Antariksa dan Atmosfer,


Teknologi Penerbangan dan Antariksa, Kajian Kebijakan Penerbangan dan Antariksa,
serta Penginderaan Jauh. LAPAN SBPJ sendiri telah mengalami perubahan nama
selama beberpa kali sejak didirikan, yaitu pada tahun 1993 bernama SBSPJ, tahun
1995 berganti nama menjadi NEC, pada tahun 2001 berganti lagi menjadi IISDA, tahun
2011 berganti lagi menjadi BPJP, dan terakhir kali dinamakan SBPJP pada tahun 2015
dan nama ini digunakan sampai sekarang.
Fasilitas yang dimiliki LAPAN SBPJP terdiri atas 3 buah antenna yang masih
beroperasi, diantaranya Viasat (2013), Orbital (2015), dan Zodiac (2018), dari ketiga
antenna tersebut didapatkan informasi data yang memilki resolusi rendah ( Spot 6/7),
resolusi sedang (Landsat 7/8), dan resolusi tinggi (NPP, Modis, NOAA, METOP, dan
Fengyun). Adapun prinsip kerja pada penginderaan jauh, yaitu pemantulan cahaya
yang berasal dari matahari yang kemudian diterima oleh satelit sehingga dapat
mendeteksi kenampakan benda yang ada dibumi. Satelit yang ada diluar angkasa
mengorbit secara polar dan goestasioner.
Penginderaan jauh dalam bidang kelautan dan perikanan dimanfaatkan untuk
mendapatkan informasi mengenai perikanan tangkap (SPL, Klorofil permukaan,
informasi ZPPI), ekosistem pesisir dan laut (mangrove, terumbu karang), serta
penentuan lokasi budidaya & wisata bahari,

11
DAFTAR PUSTAKA

Pemerintah Kota Parepare. 2012. Geografis. http://pareparekota.go.id/kominfo/profil-


kota/geografis. Diakses pada tanggal 21 November 2019. Makassar

Stasiun Bumi Penginderaan Jauh Parepare. 2002. Pengembangan Metode Zona


Potensi Penangkapan Ikan. http://rsgs.lapan.go.id/html/index.php?id= artikel
&kode=26. Diakses pada tanggal 23 November 2019. Makassar.

Winarso. 2015. Aplikasi Penginderaan Jauh Untuk Mendukung Program


Kemaritiman.LAPAN. Jakarta.

12
LAMPIRAN

Lampiran 1. Foto bersama mahasiswa praktik lapang SIPT

Lampiran 2. Wawancara di ruang pengolahan data

13

Anda mungkin juga menyukai