Anda di halaman 1dari 11

Jambura Fish Processing Journal Vol.1 No.

2 Tahun 2019

KARAKTERISTIK MUTU HEDONIK KERUPUK UBI JALAR DAN RUMPUT LAUT


(Kappaphycus alvarezii) YANG DIFORTIFIKASI DENGAN IKAN LAYANG
(Decapterus russelli)

Henra1, Nikmawatisusanti Yusuf1, Asri Silvana Naiu1

1Jurusan Teknologi Hasil Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,


Universitas Negeri Gorontalo, Jl.Jenderal Sudirman No.06 Kota Gorontalo
Korespondensi: henraperikanan12@gmail.com

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh fortifikasi daging ikan layang terhadap
karakteristik mutu hedonik kerupuk ubi jalar. Faktor perlakuan penelitian adalah konsentrasi daging ikan
layang yang berbeda yang formula kerupuk terdiri dari 30%, 50% dan 70%. Parameter organoleptik
mutu hedonik meliputi kenampakan, aroma, rasa dan tekstur. Penelitian ini di analisis menggunakan
Kruskal Wallis menunjukkan bahwa fortifikasi daging ikan layang yang berbeda memberikan pengaruh
nyata. Hasil uji Bayes dari mutu hedonik menunjukkan bahwa produk terpilih adalah formula C dengan
komposisi daging ikan 70%, rumput laut 75% dan tepung ubi jalar 100%. Hasil mutu hedonik produk
terpilih memiliki kriteria kenampakan utuh, rapi, bersih, kurang homogen, ketebalan tidak rata, warna
coklat, rasa ikan cukup kuat, aroma ikan cukup kuat dan tekstur kering, agak getas. Fortifikasi daging
ikan layang dapat meningkatkan protein, lemak, air, aroma dan rasa, namun menurunkan nilai
kenampakan, tekstur dan karbohidrat.
Kata kunci : Mutu, fortifikasi, kerupuk, ikan layang (Decapterus ruselli)

35
Jambura Fish Processing Journal Vol.1 No.2 Tahun 2019

I. PENDAHULUAN 2004). Winarno (1990), menerangkan bahwa


Meningkatnya jumlah penduduk
penggunaan tepung karagenan biasanya
Indonesia setiap tahun menyebabkan
dilakukan pada konsentrasi 0,005-3% atau
kebutuhan pangan di Indonesia semakin
tergantung pada produk yang ingin diproduksi.
bertambah. Saat ini, usaha penganekaragaman
Penggunaan rumput laut K. Alvarezii dapat
pangan (ketahanan pangan) sangat diperlukan
menyebabkan tekstur kerupuk menjadi renyah
sebagai usaha untuk mengatasi masalah
serta membuat kerupuk menjadi mengembang,
ketergantungan pada satu produk pangan
karena rumput laut K. Alvarezii mengandung
pokok saja. Misalnya dengan mengolah bahan
karagenan sehingga sangat mendukung
pangan seperti umbi-umbian, buah-buahan,
sebagai bahan pembuat kerupuk. Menurut
sayur mayur, hasil laut, ataupun bahan dasar
Winarno (1996) dalam Yulaningsih (2005),
lainnya menjadi berbagai bentuk makanan
salah satu fungsinya yaitu mampu memperbaiki
ataupun minuman yang mempunyai rasa khas
tekstur dan kerenyahan produk, serta dapat
dan tahan lama untuk disimpan. Salah satu
meningkatkan daya mengikat air.
penggunaan sumber bahan pangan yang
Berdasarkan hasil penelitian Kasim
beraneka ragam serta memiliki nilai gizi yaitu
(2016), bahwa penambahan rumput sebanyak
dengan memanfaatkan ikan dan rumput laut
75 gr pada pembuatan kerupuk ubi jalardapat
serta ubi jalar dalam pembuatan kerupuk.
memberikan tekstur yang baik dibandingkan
Diversifikasi pengolahan ikan dan
penambahan rumput laut 50 gr dan 100 gr.
rumput laut dapat dilakukan dengan cara
Fortifikasi rumput laut pada perlakuan 100 gr
membuat kerupuk ikan yang ditambahkan
menyebabkan tekstur kerupuk berbahan dasar
rumput laut. Salah satu rumput laut yang dapat
ubi jalar menurun, hal tersebut diakibatkan oleh
digunakan dan sering dimanfaatkan dalam
tingginya jumlah karagenan pada bahan yang
produk olahan yaitu rumput laut Kappaphycus
ditandai dengan tingginya jumlah bubur rumput
alvarezii. K alvarezii merupakan salah satu jenis
laut yang difortifikasi pada formulasi 100 gr,
rumput laut penghasil karaginan, utamanya dari
sehingga semakin banyak air yang
jenis kappa karaginan. Rumput laut diketahui
terperangkap dalam adonan bahan kerupuk dan
sebagai sumber serat pangan sebesar 78,94%
menyebabkan tekstur kerupuk sukar untuk
dan vitamin A (beta karoten), B1, B2, B6, B12,
mengembang.
C dan niacin, serta mineral yang penting,
Ubi jalar cukup potensial sebagai
seperti kalsium dan zat besi (Astawan dkk,
bahan baku industri karena kuantitasnya yang

36
Jambura Fish Processing Journal Vol.1 No.2 Tahun 2019

melimpah serta mudah dibudidayakan. Proses layang segar dari tahun 2010-2012 mengalami
pembuatan tepungnya dapat dilakukan oleh peningkatan rata-rata sebesar 3%, namun pada
industri rumah tangga. Oleh karena itu tahun 2013 mengalami penurunan sebesar 16%
pemanfaatan ubi jalar sebagai bahan baku dan meningkat kembali pada tahun 2014
industri perlu dimasyarakatkan dan sebesar 24%, hal tersebut menunjukan bahwa
dikembangkan. Menurut Herudiyanto dkk ikan layang (Decapterus sp.) tersedia dalam
(2008) dalam Ginting (2010), ubi jalar ini sangat jumlah yang cukup banyak sehingga dapat
potensial sebagai bahan baku produk-produk dimanfaatkan sebagai bahan baku produk
pangan berbasis tepung dan mampu bersaing pangan (DPK Provinsi Gorontalo, 2014). Selain
dari segi kualitas produk yang dihasikan. Dalam itu harga jual ikan layang masih relatif murah
penelitian ini digunakan ubi yang memiliki dan penggunaannya masih terbatas umumnya
daging ubi warna putih. Menurut Irfansyah hanya sebagai ikan konsumsi seperti digoreng
(2001), ubi jalar merupakan sumber sehingga perlu upaya diversifikasi hasil olahan
karbohidrat, vitamin, dan mineral yang cukup perikanan lainnya.
tinggi dibandingkan dengan ubi kayu yang II. METODE PENELITIAN
2.1 Waktu dan Tempat Penelitian
merupakan bahan pembuatan tepung tapioka,
Penelitian ini akan dilaksanakan pada
ubi jalar memiliki kandungan vitamin A dan C,
bulan Maret sampai dengan Mei tahun 2019 di
serta energi yang lebih tinggi.
Kota Gorontalo. Pengujian organoleptik
Berdasarkan penelitian yang dilakukan
bertempat di Laboratorium Bioteknologi dan
oleh Kasim (2016), kerupuk ubi jalar yang
Karakteristik Hasil Perikanan Fakultas
difortifikasi dengan bubur rumput laut sebanyak
Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Negeri
50 gr, 75 gr dan 100 gr menghasilkan kadar air
Gorontalo.Pengujian kimiawi sampel dilakukan
yaitu berkisar antara 7,12-7,73 %, kadar abu
di Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan
3,89-3,97 %, kadar lemak 15,92-22,90 %,
Bioteknologi LPPM Jl. Kamper Kampus IPB
protein 3,88-4,25 %, serat kasar 4,91-5,41 %
Darmaga Bogor.
dan karbohidrat 61,54-68,82 %. Kadar protein
2.2 Alat dan Bahan untuk Pembuatan
yang dihasilkan belum memenuhi persyaratan Tepung dan Kerupuk
Alat yang digunakan dalam pembuatan
protein kerupuk berdasarkan (SNI: 01-4307-
tepung dan kerupukyaitu oven, timbangan
1996).
analitik, pisau, wadah, sendok, talenan, kompor,
Berdasarkan data Dinas Perikanan dan
alat pengering.Sedangkan alat yang digunakan
Kelautan Provinsi Gorontalo produksi ikan

37
Jambura Fish Processing Journal Vol.1 No.2 Tahun 2019

dalam proses pembuatan tepung adalah


stopwatch, oven, terrmometer. Bahan yang Ubi jalar segar
akan digunakan dalam pembuatan tepung
adalah ubi jalar. Bahan yang akan digunakan Pengupasan kulit umbi dengan pisau

adalah ikan layang, rumput laut, tepung ubi


Pencucian, kemudian dipotong tipis-tipis
jalar, bawang putih, gula, garam, putih telur dan atau disawut
air.
Rendam irisan umbi dalam larutan garam 0,2%
2.3 Prosedur Penelitian
2.2.3 Prosedur Penelitian Pendahuluan selama 15 menit lalu ditiriskan
1. Proses Pembuatan Tepung Ubi Jalar Pengeringan menggunakan oven pada suhu
(Kasim, 2017). 70 oC selama 9 jam*
Langkah awal yang dilakukan yaitu ubi
jalar dikupas untuk memisahkan umbi dari Pengilingan
kulitnya kemudian dicuci bersih menggunakan air
Pengayakan dengan ayakan tepung
mengalir, lalu daging ubi jalar diiris tipis-tipis berukuran 40 mesh
kemudian direndam dalam larutan garam 0,2% (2
gr garam dilarutkan dalam 1000 ml air)selama 15 Tepung ubi jalar

menit dan ditiriskan. Ubi jalar yang telah diiris Gambar 4. Diagram Alir Pembuatan Tepung Ubi Jalar
Sumber: Kasim (2017)
disusun dalam wadah aluminium dan dimasukkan
ke dalam oven untuk dikeringkan. Pengeringan 2. Proses Pembuatan Bubur Rumput
Laut (Pakaya, 2014)
menggunakan metode oven dengan suhu70oC Pembuatan bubur rumput laut diawali
selama 9 jam.Ubi jalar yang telah dikeringkan, dengan perendamanrumput laut dengan air
dihaluskan dengan menggunakan mesin bersih. Perendaman ini dilakukan karena rumput
penggiling, kemudian diayak dengan laut yang akan digunakan adalah rumput laut
menggunakan ayakansehingga diperoleh tepung kering K. alvarezii. Perendaman dilakukan selama
ubi jalar yang halus dan kering. Adapun diagram tiga hari dan dilakukan pergantian air rendaman
alir pembuatan tepung ubi jalar adalah sebagai setiap 12 jam. Perbandingan air rendaman yang
berikut: digunakan untuk merendam rumput laut yaitu 4 :
1. Alur proses pembuatan bubur rumput laut
dapat dilihat pada Gambar di bawah ini:

38
Jambura Fish Processing Journal Vol.1 No.2 Tahun 2019

bubur rumput laut 75 gr dan tepung ubi jalar 100

Rumput laut (K. alvarezii) gr, selanjutnya bawang putih, garam, gula, putih
telur dihomogenkan kemudian ditambahkan
Umur panen 45 hari
sedikit demi sedikit lumatan daging ikan, bubur
Perendaman selama 3 hari dengan rumput laut dan tepung ubi jalar sesuai jumlahnya
air bersih
masing-masing kemudian dihomogenkan dan
ditambahkan air sebanyak 20 ml. Selanjutnya
Pencucian dengan air bersih
adonan dimasukkan ke dalam plastik

Pelumatan menggunakan (pencetakan) dan dikukus selama 1 jam pada


blender suhu 100oC, setelah dikukus lalu didinginkan
pada suhu ruang selama 1 jam, kemudian dicetak
Bubur rumput laut dengan cara diiris tipis-tipis. Selanjutnya
dikeringkan selama 4 jam (menggunakan alat
Gambar 5. Alur pembuatan bubur rumput laut
pengering mekanik pada suhu 60-65°C). Kerupuk
Sumber: Pakaya (2014
yang dihasilkan pada percobaan pertama memiliki
Tabel 5. Formulasi Penelitian Pendahuluan
Berat Bahan Dalam Berat Tepung (100gr)
kenampakan utuh, rapi, bersih, homogen
Bahan
Formulasi A Formulasi B
ketebalan tidak rata, warna coklat, aroma ikan
Daging Ikan Layang 25 gr 50 gr
Bubur Rumput Laut 75 gr 75 gr tidak ada, rasa ikan tidak ada, tekstur kering,
Tepung Ubi Jalar 100 gr 100 gr
Garam 3 gr 3 gr getas. Berdasarkan hasil percobaan pertama,
Gula 5 gr 5 gr
maka dilakukan percobaan kedua dengan
Bawang Putih 5 gr 5 gr
Putih Telur 15 gr 15 gr menggunakan daging ikan 50 gr. Kerupuk yang
Sumber: Kasim (2017) yang telah dimodifikasi
dihasilkan memiliki kenampakan utuh, rapi,
Penelitian pendahuluan ini dilakukan bersih, kurang homogen, ketebalan kurang rata,
dengan metode try and eror untuk menentukan warna coklat, aroma ikan kurang kuat, rasa ikan
formulasi kerupuk. Proses pembuatan kerupuk sedikit serta memiliki tektsur kering getas.
mengacu pada Kasim (2017) yang telah
dimodifikasi. Percobaan diawali dengan 2.2.4 Prosedur Penelitian Utama
Berdasarkan percobaan penelitian pendahuluan,
menyiapkan semua bahan yang digunakan dan
maka formula kerupukikan pada penelitian utama
menimbang bahan-bahan yang diperlukan sesuai
menggunakan ikan layang dengan konsentrasi
dengan ukuran. Pada percobaan pertama,
0%, 30%, 50% dan 70%. Seperti yang dapat
lumatan daging ikan yang digunakan yaitu 25 gr,

39
Jambura Fish Processing Journal Vol.1 No.2 Tahun 2019

dilihat pada Tabel 5. Semua komposisi bahan bertujuan untuk mengetahui respon terhadap
yang digunakan dalam Tabel 6 berdasarkan berat sifat-sifat produk yang lebih spesifik. Uji mutu
tepung ubi jalar. hedonik yang dilakukan menggunakan 4 kriteria
Tabel 6. Formulasi kerupuk ikan layang sebagai parameter penilaian yaitu kenampakan,
Berat Bahan Dalam Berat Tepung (100 gr)

Bahan
rasa, aroma dan tekstur.
Formulasi Formulasi B Formula C
K Formulasi A
Kerupuk disajikan secara acak dengan
Daging Ikan Layang 0 gr 30 gr 50 gr 70 gr
Bubur Rumput Laut 75 gr 75 gr 75 gr kode tertentu. Kemudian panelis diminta untuk
75 gr
Tepung Ubi Jalar 100 gr 100 gr 100 gr 100 gr
Garam 3 gr 3 gr 3 gr memberikan
3 gr penilaian terhadap kenampakan,
Gula 5 gr 5 gr 5 gr
rasa, 5aroma
gr
dan tekstursesuai dengan kriteria
Bawang Putih 5 gr 5 gr 5 gr 5 gr
Putih Telur 15 gr 15 gr 15 gr yang15telah
gr ditentukan. Scoorsheet mutu hedonik
Sumber: (Trial and Error)
yang digunakan dalam bentuk kertas.
Proses pembuatan kerupuk dilakukan
seperti pada penelitian pendahuluan. Kemudian III. HASIL DAN PEMBAHASAN
empat formula kerupuk yaitu 0 gr (tanpa daging 3.1 Mutu Hedonik Kerupuk yang Difortifikasi
ikan), 30 gr, 50 gr dan 70 gr dilakukan uji dengan Rumput Laut
1. Tekstur
organoleptik mutu hedonik, proksimat dan uji Histogram tekstur kerupuk fortifikasi
tekstur. daging ikan layang dapat dilihat pada
2.2.4.1 Organoleptik Mutu Hedonik Gambar 8.
Pengujian organoleptik yang dilakukan
a a
adalah uji penerimaan yakni uji mutu hedonik 8,68 8,60 b
Nilai Mutu Hedonik

10
7,16 c
kerupuk. Menurut Susiwi (2009), uji mutu hedonik 8 5,40
Tekstur

adalah uji dimana panelis menyatakan kesan 6


4
pribadi tentang baik atau buruk (kesan mutu
2
hedonik). Kesan mutu hedonik lebih spesifik dari 0
A B (30%) C (50%) D (70%)
kesan suka atau tidak suka. Uji mutu hedonik (Kontrol)

40
Jambura Fish Processing Journal Vol.1 No.2 Tahun 2019

Gambar 8. Histogram tekstur kerupuk. Huruf yang sama


pada histogram menunjukkan hasil yang tidak
berbeda nyata dan sebaliknya
c d
Gambar 8 menunjukkan nilai b
8,00 8,60
10 a 7,04

Hedonikr Aroma
organoleptik mutu hedonik tekstur kerupuk 5,32

Nilai Mutu
berada pada kisaran 5,40 – 8.68. Nilai mutu 5

hedonik tertinggi terdapat pada formula kontrol


0
(tanpa fortifikasi daging ikan) yaitu 8.68 dengan A (Kontrol) B (30%) C (50%) D (70%)

kriteria kering, sangat getas. Sedangkan nilai Gambar 9 menunjukkan nilai


organoleptik mutu hedonik terendah terdapat organoleptik mutu hedonik aroma
pada formula D (fortifikasi daging ikan 70%) kerupukberada pada kisaran 5.32 – 8.60. Nilai
yaitu 5,40 dengan kriteria kering, agak getas. mutu hedonik aroma tertinggi terdapat pada
Hasil uji Krukal wallis menunjukkan formula D (fortifikasi daging ikan 70%) yaitu
bahwa penambahan daging ikan layang pada 8.60 dengan kriteria ikan cukup kuat.
kerupuk berbahan ubi jalar dan rumput laut Sedangkan nilai mutu hedonik terendah
memberikan pengaruh nyata pada tekstur terdapat pada formula A (tanpa fortifikasi
produk (Lampiran 5). Hasil uji Duncan diperoleh daging ikan) yaitu 5.32 dengan kriteria aroma
bahwa formula A dan formula B tidak berbeda ikan tidak ada. Kerupukformula B memiliki nilai
nyata namun berbeda nyata dengan formula C mutu hedonik 7.04 dengan kriteria aroma ikan
dan formula D. Sedangkan formula C dan D sedikit, serta formula C memiliki nilai mutu
berbeda nyata.Semakin tinggi fortifikasi daging hedonik 8 dengan kriteria aromaikan kurang
ikan layang, tekstur kerupuk semakin menurun kuat.
hal ini diduga karena kadar protein yang Hasil uji Krukal wallis menunjukkan
terdapat pada kerupuk semakin meningkat dan bahwa penambahan daging ikan layang pada
membuat tekstur menjadi kurang renyah. kerupuk berbahan ubi jalar dan rumput laut
2. Aroma memberikan pengaruh nyata pada aroma
Gambar 9. Histogram aroma kerupuk. Huruf
produk (Lampiran 5). Hasil uji Duncan diperoleh
yang sama pada histogram menunjukkan hasil
bahwa formula A, B, C, dan D berbeda nyata.
yang tidak berbeda nyata dan sebaliknya.
Faktor yang mempengaruhi aroma pada
kerupuk yang dihasilkan yaitu daging ikan
layang. Daging ikan layang mempunyai aroma

41
Jambura Fish Processing Journal Vol.1 No.2 Tahun 2019

yang kuat sehingga semakin tinggi fortifikasi homogen, ketebalan tidak rata, warna coklat.
daging ikan layang menyebabkan aroma Sedangkan nilai mutu hedonik terendah
kerupuk yang dihasilkan cenderung lebih kuat. terdapat pada formula D (fortifikasi daging ikan
Aroma kuat yang dihasilkan oleh kerupuk 70%) yaitu 6.32 utuh, rapi, bersih, kurang
diduga berasal dari senyawa volatile yang ada homogen, ketebalan tidak rata, warna coklat.

pada ikan, senyawa volatile pada ikan Kerupuk formula B memiliki nilai mutu hedonik

diantaranya yaitu trimetil pirazin, tetrametil 8.16 dengan kriteria utuh, rapi, bersih, homogen,
pirazin, benzaaldehida, fenil asetaldehida yang ketebalan tidak rata, warna coklat sertaformula C

menyebabkan aroma kerupuk menjadi lebih memiliki nilai mutu hedonik 7.20 dengan kriteria
kuat seiring dengan meningkatnya fortifikasi utuh, rapi, bersih, kurang homogen ketebalan

daging ikan layang. kurang rata, warna coklat.

3. Kenampakan Hasil uji Krukal wallis menunjukkan


Histogram kenampakan kerupuk fortifikasi bahwa penambahan daging ikan layang pada
daging ikan layang dapat dilihat pada Gambar kerupuk berbahan ubi jalar dan rumput laut
10. memberikan pengaruh nyata pada kenampakan
produk (Lampiran 5). Hasil uji Duncan diperoleh
a a
10 8,20 8,16 b c bahwa formula A dan B tidak berbeda nyata
7,20 6,32
Nilai Mutu Hedonik

8 namun berbeda nyata dengan formula C dan D,


Kenampakan

6
sedangkan formula C dan D berbeda nyata.
4
2 Kenampakan kerupuk fortifikasi daging ikan
0 layang yang berbeda dapat dilihat pada
A B (30%) C (50%) D (70%)
(Kontrol) Gambar 11.
Gambar 10. Histogram kenampakan kerupuk. Huruf
yang sama pada histogram menunjukkan hasil yang tidak
berbeda nyata dan sebaliknya.

A B C D
Gambar 10 menunjukkan nilai
Gambar 11. Kenampakan kerupuk fortifikasi daging ikan
organoleptik mutu hedonik kenampakan layang yang berbeda
kerupukberada pada kisaran 6.32 – 8.20. Nilai Keterangan:
mutu hedonik kenampakan tertinggi terdapat A = Tanpa fortifikasi daging ikan layang
B = Fortifikasi daging ikan layang 30%
pada formula A (tanpa fortikfikasi daging ikan) C = Fortifikasi daging ikan layang 50%
D = Fortifikasi daging ikan layang 70%
yaitu 8.20 dengan kriteria utuh, rapi, bersih,

42
Jambura Fish Processing Journal Vol.1 No.2 Tahun 2019

Gambar 11 menunjukkan kenampakan Gambar 12 menunjukkan nilai


kerupukdengan fortifikasi daging ikan layang organoleptik mutu hedonik rasa kerupukberada
yang berbeda menunjukkan kenampakan yang pada kisaran 5.20 – 8.68. Nilai mutu hedonik
berbeda pula. Kenampakan kerupuk yang rasa tertinggi terdapat pada formula D
berbeda dipengaruhi oleh fortifikasi daging ikan (fortifikasi daging ikan 70%) yaitu 8.68 dengan
layang yang berbeda. Semakin tinggi fortifikasi kriteria rasa ikan cukup kuat. Sedangkan nilai
daging ikan layang nilai kenampakan semakin mutu hedonik terendah terdapat pada formula A
menurun, hal ini diduga karena meningkatnya yaitu 5.20 (tanpa fortikfikasi daging ikan)
kadar protein pada kerupuk yang dihasilkan. dengan kriteria rasa ikan tidak ada. Kerupuk
Kadar protein yang tinggi akan berpengaruh formula B memiliki nilai mutu hedonik 7.32
terhadap hasil kenampakan kerupuk, hal ini dengan kriteria ikan sedikit, serta formula C
diduga karena adanya reaksi maillard yaitu memiliki nilai mutu hedonik 7.84 dengan krtiteria

reaksi antara protein dan gula pereduksi yang rasa ikan kurang kuat.

menyebabkan warna cokelat pada makanan. Hasil uji Krukal wallis menunjukkan

Pada reaksi ini, asam-asam amino terutama bahwa penambahan daging ikan layang pada

lisin berikatan dengan glukosa dan fruktosa kerupuk berbahan ubi jalar dan rumput laut

membentuk produk akhir melanoidin. memberikan pengaruh nyata pada rasa produk
(Lampiran 5). Hasil uji Duncan diperoleh bahwa
4. Rasa formula A, B, C dan D berbeda nyata.Rasa
Histogram rasa kerupuk fortifikasi
daging ikan layang dapat dilihat pada Gambar kerupuk yang berbeda disebabkan karena
12. adanya pengaruh fortifikasidaging ikan layang
yang berbeda. Semakin tinggi jumlah daging
c
b d ikan layang yang ditambahkan nilai mutu
7,84
Nilai Mutu Hedonik Rasa

a 7,32 8,68
10
5,20 hedonik terhadap rasa semakin meningkat
karena rasa dari daging ikan layang semakin
5
kuat. Rasa kerupuk diduga berasal dari salah
satu asam amino protein ikan yaitu asam
0
A B (30%) C (50%) D (70%) glutamte yang dapat memberikan rasa lezat
(Kontrol)
pada produk pangan. Rasa yang terdapat pada
Gambar 12. Histogram rasa kerupuk. Huruf yang sama
pada histogram menunjukkan hasil yang tidak kerupuk juga dapat disebabkan oleh
berbeda nyata dan sebaliknya.

43
Jambura Fish Processing Journal Vol.1 No.2 Tahun 2019

penambahan bumbu-bumbu dalam pembuatan cottonii) Untuk Meningkatkan Kadar


Iodium dan Serat Pangan pada Selai
kerupuk seperti bawang putih dan garam.
Dan Dodol. Jurnal Teknologi Dan
IV. SIMPULAN Industri Pangan. Volume 15 (2): 61-69.
1. Fortifikasi daging ikan layang yang
Badan Standardisasi Nasional. 1999. SNI 01-
berbeda memberikan pengaruh terhadap
2713-1999. Kerupuk Ikan. Jakarta (ID):
nilai mutu hedonik dan kimia kerupuk Badan Standardisasi Nasional
(kadar air, kadar protein, kadar lemak,
Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi
kadar abu, dan kadar karbohidrat. Gorontalo. 2014. Data Statistik
Produksi Perikanan Laut Provinsi
Fortifikasi daging ikan layang dapat
Gorontalo. Gorontalo.
meningkatkan kadar protein, kadar
Ginting, Sadar, (2010).Pemanaatan Ubi Jalar
lemak, kadar abu, kadar air, aroma dan
sebagai Bahan Pembuat Biskuit untuk
rasa. Namun menurunkan nilai Alternatif Makanan Tambahan Anak
Sekolah Dasar di Desa Ujung Bawang
kenampakan dan tekstur kerupuk.
Kecamatan Dolok Silau Kabupaten
2. Hasil anlisis Bayes produk terpilih adalah Simalungun, Skripsi Departemen Gizi
Kesehatan Masyarakat Fakultas
fortifikasi daging ikan layang 70%.
Kesehatan Masyarakat. Universitas
Berdasarkan hasil karakteristik mutu Sumatera Utara, Medan.
hedonik kerupuk terpilih memiliki kriteria
Pakaya ST, 2014. Karakteristik Kerupuk
kenampakan utuh, rapi, bersih, kurang Berbahan Dasar Sagu (Metroxylon sp.)
yang Disubtitusi dan DiFortifikasi
homogen, ketebalan tidak rata, warna
dengan Rumput Laut (Kappaphycus
coklat, rasa ikan cukup kuat, aroma ikan alvarezii): [Skripsi]: Universitas Negeri
Gorontalo
cukup kuat dan tekstur kering, agak
getas. Secara karaktristik kimia kerupuk Winarno, F.G. 1990. Teknologi Pengolahan
Rumput Laut. Pustaka Sinar Harapan.
terpilih terpilih mengandung kadar air
Jakarta.112 hlm.
1.04%, kadar abu 4.17%, kadar lemak
1992. Teknologi Pengolahan Rumput Laut.
17.59%, kadar protein 11.74% dan
Pustaka SinarHarapan. Jakarta
karbohidrat 60.13% dan serat kasar
Yulianingsih, L. 2005. Pengaruh Penambahan
4.46%.
Karagenan Terhadap Karakteristik Fish
Nugget dari ikan Mas [Skripsi]. Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut
DAFTAR PUSTAKA
Pertanian Bogor.Bogor
Astawan M, Koswara S dan Herdiani F. 2004.
Pemanfaatan Rumput Laut (Eucheuma

44
Jambura Fish Processing Journal Vol.1 No.2 Tahun 2019

45

Anda mungkin juga menyukai