Anda di halaman 1dari 16

PENGARUH AKUNTANSI KEUANGAN SEKTOR PUBLIK TERHADAP

AKUNTABILITAS, TRANSPARANSI, DAN KONSEP VALUE FOR MONEY


(Studi kasus di RSUD Maddukkeleng Kab. Wajo)

1)
Khaerunnisa Zainuddin
Program Studi Magister Akuntansi
nishakhaerunnisa@gmail.com

2)
Andi Kusumawati, 3)Darmawati
Dosen Program Studi Magister Akuntansi Universitas Hasanuddin

ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui akuntansi keuangan sektor publik,
akuntabilitas, transparansi, value for money dan pengaruh keuangan akuntansi sektor publik
terhadap akuntabilitas, transparansi, dan konsep value for money. Dalam penelitian ini ada tiga
variabel yang digunakan, yaitu: akuntansi keuangan sektor publik, transparansi, dan value for
money. Adapun metode yang digunakan adalah metode deskriptif analisis. Metode analisis data
menggunakan analisis regeresi sederhana dan koefisien determinasi, serta pengujian hipotesis
menggunakan uji t. Hasil dari penelitian ini yaitu berdasarkan hasil uji t mengenai pengaruh
akuntansi keuangan sektor publik terhadap akuntabilitas, trasnparansi, dan konsep value for
money menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara akuntansi keuangan sektor
publik terhadap akuntabilitas value for money,

Kata Kunci: Akuntansi Keuangan Sektor Publik, Transparansi, Akuntabilitas, Konsep Value
forMoney

PENDAHULUAN
Kesehatan bagi masyarakat telah menjadi suatu kebutuhan yang utama. Kebutuhan yang
dimaksud adalah kebutuhan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang layak. Seiring dengan
meningkatnya taraf hidup masyarakat, maka semakin meningkat pula tuntutan masyarakat akan
nilai-nilai kesehatan. Hal ini menjadikan lembaga kesehatan dituntut untuk meningkatkan
kualitas akan pelayanan jasa kesehatan yang lebih baik.
Penilaian kinerja pada organisasi publik sangat penting untuk dilakukan, agar dapat
meningkatkan kualitas pelayanan publik. Penilaian kinerja tersebut digunakan menilai
keberhasilan kinerja sebuah organisasi publik dalam memberikan pelayanan bagi masyarakat.
Selain itu, penilaian kinerja pada organisasi publik digunakan sebagai alat untuk mengevaluasi
kinerja pada periode yang lalu, untuk digunakan sebagai dasar penyusunan strategi organisasi
selanjutnya. Kondisi ini mendorong organisasi publik untuk dapat mengelola jasa pelayanan
publik secara baik dan bertanggung jawab. Oleh karena itu, diperlukan pengelolaan organisasi
yang profesional sehingga mampu menciptakan suatu organisasi publik yang berorientasi pada
value for money (efectifity, efficiency, economy) (Mardiasmo, 2004).
Dalam konteksnya sebagai organisasi yang bergerak dibidang jasa pelayanan publik
Rumah Sakit Umum Daerah dalam pengelolaanya juga harus melakukan transparansi dan
akuntabilitas publik. Akuntabilitas publik adalah pemberian informasi kepada publik dan
konstituen lainnnya yang menjadi pemangku kepentingan (stakeholder) (Mahmudi dalam
Desmiyawati dan Wulan, 2012). Akuntabilitas publik juga terkait dengan kewajiban untuk
menjelaskan dan menjawab pertanyaan mengenai apa yang telah, sedang dan direncanakan akan
dilaksanakan organisasi publik. Peran pemerintah dalam menyusun akuntabilitasnya harus
transparan dan dapat menyediakan informasi tentang pengelolaan program-program
pembangunan. Tingkat keberhasilannya secara luas yang mudah diakses, diketahui, dan
dievaluasi oleh pihak-pihak yang berkepentingan, seperti masyarakat luas, hal tersebut untuk
perbaikan program dan strategi pemerintah kearah yang lebih baik. Manajemen sumber daya
manusia merupakan sarana untuk meningkatkan kualitas manusia, dengan memperbaiki sumber
daya manusia, meningkatkan pula kinerja dan daya hasil organisasi, sehingga dapat mewujudkan
pegawai yang memiliki disiplin dan kinerja yang tinggi sehingga diperlukan pula peran yang
besar dari pimpinan organisasi. Dalam meningkatkan kinerja pegawai diperlukan analisis
terhadap faktor-faktor yang mempengaruhinya dengan memperhatikan kebutuhan dari para
pegawai, diantaranya adalah terbentuknya budaya organisasi yang baik dan terkoordinasi.

PEMBAHASAN
Akuntansi sektor publik merupakan suatu aktivitas yang memiliki tujuan (purpose
activity). Tujuan akuntansi diarahkan untuk mencapai hasil tertentu, dan hasil tersebut harus
memiliki manfaat. Dari perspektif ilmu ekonomi , sektor publik dapat di pahami sebagai suatu
entitas yaitu aktivitasnya berhubungan dengan usaha menghasilkan barang dan pelayanan publik
dalam rangka memenuhi kebutuhan dan hak publik. Dalam beberapa hal , akuntansi sektor
publik berbeda dengan akuntansi pada sektor swasta.
Akuntansi sektor publik memiliki kaitan yang erat dengan penerapan dan perlakuan
akuntansi pada domain publik..domain publik sendiri memiliki wilayah yang lebih luas dan
kompleks dibandingkan dengan sektor swasta.keluasan wilayah publik tidak hanya di sebabkan
luasnya jenis dan bentuk organisasi yang berada di dalamnya, akan tetapi juga karena
kompleksnya lingkungan yang mempengaruhi lembaga-lembaga publik tersebut. Secara
kelembagaan domain publik meliputi lembaga – lembaga pemerintahan (pemerintah pusat dan
daerah serta unit kerja pemerintah), peusahaan milik negara (BUMN dan BUMD), yayasan ,
organisasi politik dan organisasi massa, lembaga swadaya masyarakat (LSM), Universitas dan
organisasi nirlaba lainnya.
Saat ini akuntansi sektor publik di Indonesia memiliki perkembangann yang cukup
berarti , salah satunya di tandai dengan lahirnya peraturan perudang – undangan yang mengatur
tentang penerapan akuntansi sektor publik khusus di pemerintahan. Perkembangan akuntansi
sektor publik meliputi bidang konsentrasi : 1) Akuntansi keuangan (financial accounting), 2)
Akuntansi manajemen (management accounting), dan 3) Pemeriksaan (auditing). Perkembangan
akuntansi keuangan sektor publik khususnya di pemerintahan di tandai dengan adanya standar
akuntansi pemerintahan (SAP).

Teori Agensi
Teori Agensi menjelaskan adanya benturan kepentingan antara prinsipal dan agen,
dimana stakeholder bertindak sebagai prinsipal dan management perusahaan sebagai agen.
Jansen Mackling mengemukakan bahwa teori keagenan membuat suatu model kontraktual antara
dua atau lebih orang (pihak) dimana salah satu pihak disebut agen dan pihak lain disebut
prinsipal. Manajemen perusahaan merupakan agen dan pemegang saham merupakan prinsipal
yang berkepentingan atas kepemilikannya terhadap perusahaan. Teori agensi menyatakan bahwa
dalam asimetri informasi, manajemen dapat memilih keputusan yang memaksimalkan
kepentingannya. Keputusan ini berbeda dengan keputusan yang dibutuhkan untuk
memaksimalkan kepentingan pemegang saham.
Asumsi teori agensi bahwa masing-masing individu termotivasi oleh kepentingannya
sendiri sehingga menimbulkan konflik kepentingan antara prinsipal dan agen. Prinsipal
termotivasi mengadakan kontrak untuk mensejahterakan dirinya sendiri, sedangkan agen
termotivasi untuk memaksimalkan pemenuhan kebutuhan ekonomi dan psikologisnya.
Dalam kerangka teori agensi, terdapat tiga macam hubungan keagenan, yaitu: 1)
hubungan keagenan antara manajer dengan pemilik (Bonus Plan Hypothesis), 2) hubungan
keagenan antara manajer dengan kreditur (Debt/Equity Hypothesis), 3) hubungan keagenan
antara manajer dan pemerintah (Political Cost Hypothesis) (Chariri dan Lestari, 2007). Lebih
lanjut Lestari dan Chariri mengatakan bahwa hal tersebut berarti ada kecenderungan bagi
manajer untuk melaporkan sesuatu dengan cara-cara tertentu dalam rangka memaksimalkan
utilitas mereka dalam hubungannya dengan pemilik, kreditur maupun pemerintah.
Ball (2006, dalam Almilia, 2008) menyatakan bahwa peningkatan transparansi dan
pengungkapan akan memberikan kontribusi untuk menyelaraskan kepentingan manajer dan
pemegang saham. Laporan keuangan merupakan sarana akuntabilitas manajemen kepada
pemilik. Dengan adanya pengungkapan sukarela, diharapkan dapat mengurangi asimetri
informasi dan memonitor kinerja manajemen.

Akuntansi Keuangan
Ruang lingkup akuntansi keuangan pemerintah meliputi semua kegiatan yang mencakup
pengumpulan data , penganalisaan , pencatatan dan pelaporan atas transaksi keuangan
pemerintah sebagai suatu entitas, serta penafsiran terhadap hasil – hasilnya.
Masisi (1978) dalam Glynn (1993) menjelaskan aturan dasar sistem akuntansi keuangan
sebagai berikut :
1. Identifikasi kegiatan operasi yang relevan. Hanya kejadian dan kegiatan ekonomi yang
relevan saja yang akan di catat dalam sistem akuntansi keuangan.
2. Pengklasifikasian kegiatan operasi secara tepat;
Penentuan waktu pengakuan untuk setiap jenis operasi (timing of recognition). Pada
prinsipnya , suatu operasi dapat dicatat / atau diakui pada tahap tertentu dari proses
transaksi.
3. Adanya sistem pengendalian untuk menjamin reliabilitas. Sistem pengendalian ini
memiliki dua komponen yaitu komponen formal dan substansial.
4. Menghitung pengaruh masing – masing operasi. Terdapat beberapa kesamaan
akuntansi keuangan baik pada sektor publik maupun sektor swasta. Sebagai contoh ,
pada kedua sektor tersebut di rekomendasikan untuk menggunakan sistem pembukuan
berpasangan dalam mencatat akun – akun transaksi . kedua sektor sama – sama
membutuhkan standar akuntansi keuangan sebagai pedoman pencatatan agar terdapat
perlakuan yang sama terhadap suatu transaksi. Siklus akuntansi pada kedua sektor
tidak jauh berbeda.
Akuntansi keuangan sektor publik terkait dengan tujuan dihasilkannya laporan eksternal
dan penghitungan biaya pelayanan. Oleh karena itu , akuntansi keuangan sektor publik pada
dasarnya berbicara masalah tujuan laporan keuangan sektor publik , jenis laporan keuangan
sektor publik, sistem akuntansi, standar keuangan akuntansi sektor publik, dan akuntansi biaya
sektor publik. Akuntansi biaya sektor publik sendiri bukan murni bagian dari akuntansi keuangan
sektor publik. Akuntansi biaya sektor publik merupakan hybrid dari akuntansi keuangan dan
akuntansi manajemen sektor publik.

Transparansi
Menurut United Nation Development Program (UNDP), Transparansi adalah:
“Prinsip yang menjamin akses atau kebebasan bagi setiap orang untuk memperoleh
informasi tentang penyelenggaraan pemerintahan, yakni informasi tentang kebijakan, proses
pembuatan dan pelaksanaannya, serta hasil-hasil yang dicapainya, informasi tersebut adalah
informasi mengenai setiap aspek kebijakan pemerintah yang dapat dijangkau publik”
Prinsip ini memiliki dua dimensi, yaitu komunikasi publik oleh pemerintah dan hak
masyarakat terhadap akses informasi. Kedua hal tersebut sangat berhubungan dengan kinerja
pemerintah, komunikasi publik menuntut usaha afirmatif dari pemerintah untuk membuka akses
informasi dan aktivitasnya yang relevan, transparansi harus seimbang dengan kebutuhan rahasia
lembaga maupun informasi yang mempengaruhi hak privasi individu.
Pembuatan laporan keuangan adalah suatu bentuk kebutuhan transparansi yang
merupakan syarat pendukung adanya akuntabilitas yang berupa keterbukaan (opennes)
pemerintah atas aktivitas pengelolaan sumber daya publik. Transparansi informasi terutama
informasi keuangan dan fiskal harus dilakukan dalam bentuk yang relevan dan mudah dipahami.
Pada saat ini, pemerintah sudah mempunyai Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) yang
merupakan prinsip-prinsip akuntansi yang diterapkan dalam menyusun dan menyajikan laporan
keuangan (PP No. 24 Tahun 2005). Ditetapkannya Peraturan Pemerintah (PP) No. 64 Tahun
1999 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 1998 tentang informasi
keuangan tahunan perusahaan dimaksudkan agar dapat tercipta transparansi keuangan
perusahaan yang pada gilirannya akan mendorong peningkatan efisiensi perekonomian nasional
serta peningkatan daya saing dunia usaha.
Akuntabilitas
Akuntabilitas merupakan salah satu isu penting dalam kajian ilmiah dan praktik
administrasi publik. Ini karena publik menaruh perhatian besar terhadap pelaksanaan kebijakan,
program, proyek, dan aktivitas rutin yang dikerjakan oleh organisasi sektor publik. Bentuk
perhatian ini merupakan konsekuensi yang wajar dari pajak dan retribusi yang telah dibayarkan
masyarakat. Di Negara demokrasi seperti Indonesia, organisasi publik dituntut untuk akuntabel
terhadap seluruh tindakan-tindakan yang telah dilakukannya.
Akuntabilitas sendiri merupakan sebuah konsep yang memfokuskan pada kapasitas
organisasi sektor publik untuk memberikan jawaban terhadap pihak-pihak yang berkepentingan
dengan organisasi tersebut. Dalam penegasan yang lebih spesifik, akuntabilitas
merupakankemampuan organisasi sektor publik dalam memberikan penjelasan atas tindakan-
tindakan yang dilakukannya terutama terhadap pihak-pihak yang dalam sistem politik telah
diberikan kewenangan untuk melakukan penilaian danevaluasi terhadap organisasi publik
tersebut (Starling, 2008: 169).
Konsep akuntabilitas sebagai pertanggungjawaban bernuansa pencapaian tujuan secara
efektif, efisien, ekonomis, sejalan dengan konsep pemeriksaan komprehensif, sehingga diperoleh
simpulan menyeluruh mengenai kehematan, efisiensi, efektivitas penyelenggaraan pemerintahan
dan pembangunan setiap instansi departemen/lembaga/pemerintah daerah.
Media akuntabilitas merupakan media pertanggungjawaban yang dirumuskan melalui
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP), dengan bahan pendukung Rencana
Stratejik (RS), Rencana Kinerja Tahunan (RKT), Pengukuran Kinerja Kegiatan (PKK), dan
Pengukuran Pencapaian Sasaran (PPS). Seperti yang telah dikemukakan di atas, bahwa laporan
keuangan sektor publik menjadi instrumen utama untuk menciptakan akuntabilitas publik. Untuk
menghasilkan laporan keuangan sektor publik yang relevan dan handal, maka diperlukan standar
akuntansi keuangan dan sistem akuntansi untuk sektor publik

Value for Money


Menurut Mardiasmo (2005:4), value for money merupakan konsep pengelolaan
organisasi sektor publik yang mendasarkan pada tiga elemen utama, yaitu:
1. Ekonomi, adalah upaya untuk memperoleh input dengan kualitas dan kuantitas tertentu pada
harga terendah (paling murah). Ekonomi merupakan perbandingan input dengan input value
yang dinyatakan dalam satuan moneter. Ekonomi terkait dengan sejauh mana organisasi
sektor publik dapat meminimalisir input resources yang digunakan yaitu dengan menghindari
pengeluaran yang boros dan tidak produktif. Ekonomi merupakan batasan konsep yang
menjadi pedoman untuk menerapkan pengelolaan yang baik.
2. Efisiensi, adalah upaya untuk memperoleh hasil (output) yang optimal dengan input tertentu
(Mardiasmo:2006). Efisiensi merupakan perbandingan output/input yang dikaitkan dengan
standar kinerja atau target yang telah ditetapkan.
3. Efektif, adalah tingkat pencapaian hasil (output) dengan target yang telah ditentukan
(outcome).
Value for money akan dapat terwujud jika didukung adanya komitmen semua individu
dalam organisasi atau yang sering disebut komitmen organisasi (Robbins, 2007). Komitmen
organisasi adalah komitmen yang diciptakan oleh semua komponen-komponen individual dalam
menjalankan operasional organisasi. Komitmen tersebut dapat terwujud apabila individu dalam
organisasi, menjalankan hak dan kewajiban mereka sesuai dengan tugas dan fungsinya masing-
masing dalam organisasi, karena pencapaian tujuan organisasi merupakan hasil kerja semua
anggota organisasi yang bersifat kolektif. Jika komitmen karyawan telah diperoleh akan
didapatkan karyawan yang setia, dan mampu bekerja sebaik mungkin untuk kepentingan
organisasi.

KERANGKA KONSEPTUAL
Fenomena yang terjadi dalam perkembangan sektor publik di Indonesia dewasa ini
adalah menguatnya tuntutan akuntabilitas atas lembaga-lembaga publik, baik di pusat maupun
daerah. Hal ini dikarenakan organisasi sektor publik dirasakan kurang ekonomis, kurang efisien,
kurang efektif dan kurang transparan. Tuntutan inilah yang menyebabkan perlunya
pengembangan akuntansi sektor publik, khususnya bidang pemerintahan.
Akuntabilitas dapat diartikan sebagai bentuk kewajiban mempertanggungjawabkan
keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan misi organisasi dalam mencapai tujuan dan sasaran
yang telah ditetapkan sebelumnya, melalui suatu media pertanggungjawaban yang dilaksanakan
secara periodik (Stanbury, 2003). Governmental Accounting Standards Board (GASB, 1999)
dalam Concepts Statement No. 1 tentang Objectives of Financial Reporting dalam Mardiasmo
(2006:3) menyatakan bahwa akuntabilitas merupakan dasar pelaporan keuangan di pemerintahan
yang didasari oleh adanya hak masyarakat untuk mengetahui dan menerima penjelasan atas
pengumpulan sumber daya dan penggunaannya. Pembuatan laporan keuangan adalah suatu
bentuk kebutuhan transparansi yang merupakan syarat pendukung adanya akuntabilitas yang
berupa keterbukaan (opennes) pemerintah atas aktivitas pengelolaan sumber daya publik.
Transparansi informasi terutama informasi keuangan dan fiskal harus dilakukan dalam bentuk
yang relevan dan mudah dipahami (Schiavo-Campo dan Tomasi, 1999).
Value for money (VFM) merupakan konsep pengelolaan yang mendasarkan pada tiga
elemen utama, yaitu ekonomi, efisiensi dan efektivitas. Ekonomi adalah pemerolehan input
dengan kualitas dan kuantitas tertentu pada harga yang terendah. Ekonomi terkait dengan sejauh
mana organisasi sektor publik dapat meminimalisir input resources yang digunakan dengan
menghindari pengeluaran yang boros. Efisiensi merupakan pencapaian output yang maksimum
dengan input tertentu atau penggunaan input yang terendah untuk mencapai output tertentu.
Efektivitas adalah tingkat pencapaian hasil program dengan target yang ditetapkan. Secara
sederhana, efektivitas merupakan perbandingan outcome dengan output.

Rumah Sakit

Organisasi Sektor
Publik

Akuntansi
Keuangan Transparansi
Sektor
Akuntabilitas

Value for money

Pengaruh Akuntansi Keuangan Sektor Publik


terhadap Perwujudan Transparansi,
Akuntabilitas dan Konsep Value for Money

Gambar 1. Bagan Kerangka Pemikiran

HIPOTESIS PENELITIAN
Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, maka dapat dibuat hipotesis sebagai berikut.
a. H0 = Akuntansi keuangan sektor publik (X) tidak memiliki pengaruh terhadap
transparansi (Y1) secara signifikan
H1 = Akuntansi keuangan sektor publik (X) memiliki pengaruh terhadap transparansi
(Y1) secara signifikan.
b. H0 = Akuntansi keuangan sektor publik (X) tidak memiliki pengaruh terhadap
akuntabilitas (Y2) secara signifikan.
H1 = Akuntansi keuangan sektor publik (X) memiliki pengaruh terhadap akuntabilitas
(Y2) secara signifikan.
c. H0 = Akuntansi keuangan sektor publik (X) tidak memiliki pengaruh terhadap value for
money (Y3) secara signifikan.
H1 = Akuntansi keuangan sektor publik (X) memiliki pengaruh terhadap value for
money (Y3) secara signifikan.

METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis. Menurut
Sugiyono (2009:29), statistik deskriptif adalah statistik yang berfungsi untuk mendeskipsikan
atau memberi gambaran terhadap objek yang diteliti melalui data sampel atau populasi
sebagaimana adanya, tanpa melakukan analisis dan membuat kesimpulan yang berlaku untuk
umum. Data yang diperoleh selama penelitian selanjutnya akan diolah, dianalisa dan diproses
lebih lanjut sehingga dapat memberikan informasi yang dibutuhkan.

Populasi Sampel
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari jajaran manajemen dan para
pegawai atau karyawan di bagian keuangan RSUD Lamaddukkelleng Wajo. Untuk mengukur
seberapa besar pengaruh variabel independent (X) terhadap variabel dependent (Y), maka
dilakukan penyebaran kuesioner kepada 41 orang responden. Jumlah responden tersebut
merupakan populasi dari penelitian ini, yaitu terdiri dari 4 orang dari jajaran manajemen dan 37
orang karyawan di bagian keuangan

PENGOLAHAN DATA
Uji Validitas dan Uji Reliabilitas
Sebelum dilakukan analisis data, perlu dilakukan uji validitas dan uji reliabilitas terhadap
alat pengumpulan data berupa kuesioner yang disebarkan kepada responden.
1. Uji Validitas
Uji validitas dilakukan untuk mengetahui sejauh mana ketepatan dan kecermatan dari alat
penelitian dalam menjalankan fungsinya. Uji validitas dimaksudkan untuk melihat konsistensi
independen variabel (X) dengan apa yang akan diukur dan untuk mengetahui seberapa jauh
alat pengukur dapat memberikan gambaran terhadap objek yang akan diteliti. Dengan
demikian, diharapkan kuesioner yang digunakan dapat berfungsi sebagai alat pengumpulan
data yang akurat dan dapat dipercaya.
2. Uji Reabilitas
Uji reliabilitas adalah suatu analisis yang menunjukkan tingkat kemantapan dan ketepatan
suatu alat ukur dalam arti apakah ukuran yang diperoleh merupakan ukuran yang benar dari
suatu yang diukur. Tujuannya adalah untuk mengetahui sejauh mana pengukuran dapat
memberikan hasil yang konsisten bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap
subjek dengan menggunakan alat ukur yang sama.

HASIL PENELITIAN
Uji Validitas dan Realibilitas
Pengujian validitas dan reliabilitas dari butir-butir pernyataan tersebut dilakukan dengan
menggunakan SPSS versi 22.00. Untuk mengetahui kebenaran kuesioner yang telah disebar,
maka digunakan taraf signifikansi sebesar 5%. Suatu item atau pernyataan dinyatakan valid atau
reliable (Santoso,2000) apabila:
1. rhitung bernilai positif.
2. rhitung > rtabel. Dengan jumlah pernyataan (n) sebanyak 29, artinya df = 27 (df = n – 2) dan α =
5%, maka diperoleh nilai rtabel sebesar 0,2451.
A. Uji Validitas
Pertama, dilakukan pengujian validitas untuk kuesioner variabel akuntansi keuangan
sektor publik (X) yang terdiri dari 10 butir pernyataan. Hasil pengujian menunjukkan bahwa
semua pernyataan untuk kuesioner variabel X sudah valid, sebab memiliki nilai rhitung yang
positif dan rhitung > rtabel.
Kedua, dilakukan pengujian validitas untuk kuesioner variabel transparansi (Y1) yang
terdiri dari 4 butir pernyataan. Hasil pengujian menunjukkan bahwa kesemua
item/pernyataan variabel transparansi sudah valid, sebab memiliki nilai rhitung yang positif dan
rhitung > rtabel.
Pengujian validitas untuk kuesioner variabel akuntabilitas (Y2) yang terdiri dari 5 butir
pernyataan menunjukkan bahwa kesemua item/pernyataan variabel akuntabilitas sudah valid,
sebab memiliki nilai rhitung yang positif dan rhitung > rtabel.
Pengujian validitas untuk kuesioner variabel value for money (Y3) yang terdiri dari 10
butir pernyataan menunjukkan bahwa semua item/pernyataan dari variabel value for money
(Y3) memiliki nilai rhitung yang positif dan rhitung > rtabel. Berdasarkan kriteria yang sudah
ditetapkan di atas, maka hasil tersebut menunjukkan bahwa semua pernyataan untuk
kuesioner variabel value for money (Y3) sudah valid.
B. Uji Reabilitas
Suatu kuesioner dinyatakan reliable apabila hasilnya menunjukkan bahwa nilai alpha
(Cronbranch's alpha) lebih besar dari rtabel (0,2451). Pertama, dilakukan pengujian
reliabilitas untuk kuesioner variabel penerapan akuntansi keuangan sektor publik (X). Dari
hasil pengujian reliabilitas untuk kuesioner penerapan akuntansi keuangan sektor publik (X),
dapat dilihat bahwa kuesioner variabel X memiliki nilai alpha sebesar 0,757. Artinya, alpha
> rtabel. Dengan demikian, berdasarkan kriteria reliabilitas yang telah ditetapkan, dapat
dinyatakan bahwa kuesioner penerapan akuntansi keuangan sektor publik sudah reliable
(handal).
Kedua, dilakukan pengujian reliabilitas untuk kuesioner variabel transparansi (Y1).
Kuesioner transparansi (Y1) menunjukkan nilai alpha = 0,714. Artinya, alpha > rtabel. Dengan
demikian, berdasarkan kriteria reliabilitas yang telah ditetapkan di atas, dapat dinyatakan
bahwa kuesioner variabel transparansi (Y1) sudah reliable.
Selanjutnya dilakukan pengujian reliabilitas untuk kuesioner variabel akuntabilitas (Y2).
Kuesioner akuntabilitas menunjukkan nilai alpha = 0,781. Artinya, alpha > rtabel. Dengan
demikian, berdasarkan kriteria reliabilitas yang telah ditetapkan di atas, dapat dinyatakan
bahwa kuesioner variabel akuntabilitas (Y2) sudah reliable.
Terakhir, dilakukan pengujian reliabilitas untuk kuesioner variabel value for
money (Y3). Kuesioner value for money menunjukkan nilai alpha sebesar 0,757. Artinya,
alpha > rtabel. Dengan demikian, berdasarkan kriteria reliabilitas yang telah ditetapkan di atas,
dapat dinyatakan bahwa kuesioner variabel value for money (Y3) sudah reliable.

Analisis Regresi Linear Sederhana


Analisis regresi linear sederhana digunakan untuk mengetahui bagaimana pengaruh
akuntansi keuangan sektor publik (X) terhadap transparansi (Y1), akuntabilitas (Y2) dan value for
money (Y3). Hasil pengolahan data menggunakan SPSS versi 22.0 dapat dilihat pada tabel
berikut ini.
Coeffi ci entsa

Unstandardized St andardized
Coef f icients Coef f icients
Model B St d. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 10,804 2,259 4,782 ,000
X ,101 ,056 ,329 1,809 ,082
a. Dependent Variable: Y 1

Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan SPSS, maka diperoleh persamaan regresi
linear sederhana sebagai berikut:

Y1 = 10,804 + 0,101 X
Artinya bahwa:
Nilai 10,804 merupakan nilai konstanta (a) yang menunjukkan bahwa jika tidak ada
akuntansi keuangan sektor publik (b = 0,101), maka transparansi mencapai nilai 10,804.
Nilai Y1 merupakan nilai taksir, nilai b sebesar 0,101 memiliki arti bahwa setiap
perubahan satu variabel X (akuntansi keuangan sektor publik) akan diimbangi oleh perubahan
variabel Y1 (transparansi) sebesar 0,101. Karena nilai b positif, maka setiap perubahan
(pertambahan atau pengurangan) variabel akuntansi keuangan sektor publik, akan diimbangi pula
dengan perubahan (pertambahan atau pengurangan) tingkat transparansi.

Coeffi ci entsa

Unstandardized St andardized
Coef f icients Coef f icients
Model B St d. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 1,655 2,365 ,700 ,490
X ,431 ,059 ,817 7,367 ,000
a. Dependent Variable: Y 2

Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan SPSS, maka diperoleh persamaan


regresi linear sederhana sebagai berikut:
Y2 = 1,655 + 0,431 X
Artinya bahwa:
Nilai 1,655 merupakan nilai konstanta (a) yang menunjukkan bahwa jika tidak ada
akuntansi keuangan sektor publik (b = 0,431), maka akuntabilitas mencapai nilai 1,655.
Nilai Y2 merupakan nilai taksir, nilai b sebesar = 0,431 memiliki arti bahwa setiap
perubahan satu variabel X (akuntansi keuangan sektor publik) akan diimbangi oleh perubahan
variabel Y2 (akuntabilitas) sebesar 0,431. Karena nilai b positif, maka setiap perubahan baik
pertambahan atau pengurangan variabel akuntansi keuangan sektor publik, akan diimbangi
dengan pertambahan atau pengurangan tingkat akuntabilitas.

Coeffi ci entsa

Unstandardized St andardized
Coef f icients Coef f icients
Model B St d. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 3,668 6,433 ,570 ,573
X ,613 ,159 ,595 3,850 ,001
a. Dependent Variable: Y 3

Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan SPSS, maka diperoleh persamaan


regresi linear sederhana sebagai berikut:
Y3 = 3,668 + 0,613 X
Artinya bahwa:
Nilai 3,668 merupakan nilai konstanta (a) yang menunjukkan bahwa jika tidak ada
akuntansi keuangan sektor publik (b = 0,613), maka value for money mencapai nilai 3,668.
Nilai Y3 merupakan nilai taksir, nilai b sebesar = 0,613 memiliki arti bahwa setiap
perubahan suatu variabel X (akuntansi keuangan sektor publik) akan diimbangi oleh perubahan
variabel Y3 (value for money) sebesar 0,613. Karena nilai b positif, maka setiap pertambahan
atau pengurangan variabel akuntansi keuangan sektor publik, akan diimbangi dengan
pertambahan atau pengurangan tingkat value for money.

Pengujian Hipotesis (Uji t)


Pengujian hipotesis (uji t) digunakan untuk mengambil keputusan H0 ditolak atau Ha
diterima mengenai pengaruh akuntansi keuangan sektor publik (X) terhadap transparansi (Y1),
akuntabilitas (Y2) dan value for money (Y3) yang membandingkan antara thitung dengan ttabel.
Berdasarkan tabel hasil perhitungan analisis regresi linier sederhana di atas dengan
menggunakan SPSS, maka diperoleh thitung untuk hipotesis (a) = 1,809; hipotesis (b) = 7,367; dan
hipotesis (c) = 3,850. Dengan df = n – 2 = 29 – 2 = 27 dan α = 5%, didapat ttabel sebesar 2,052.
Berdasarkan hasil perhitungan uji t dapat diketahui bahwa dari ketiga hipotesis tersebut, dua
diantaranya memiliki thitung > ttabel, yaitu hipotesis (b) dimana 7,367 > 2,052 dan hipotesis (c)
dimana 3,850 > 2,052. Sedangkan hipotesis (a) memiliki nilai thitung < ttabel, yakni 1,809 < 2,052.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa untuk hipotesis (b) dan (c) H0 ditolak dan H1
diterima. H0 ditolak memiliki arti bahwa akuntansi keuangan sektor publik (X) memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap: akuntabilitas (Y2) dan value for money (Y3). Sebaliknya
untuk hipotesis (a), dimana H0 diterima dan H1 ditolak. H0 diterima memiliki arti bahwa
akuntansi keuangan sektor publik (X) tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
transparansi (Y1).
Analisis Koefisien Determinasi
Perhitungan koefisien determinasi diperlukan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh
variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y). Dalam penelitian ini, variabel bebasnya (X)
adalah akuntansi keuangan sektor publik, sedangkan variabel terikat (Y) terdiri dari: transparansi
(Y1), akuntabilitas (Y2) dan konsep value for money (Y3). Dengan mengetahui nilai koefisien
determinasi, maka dapat dihitung besarnya pengaruh akuntansi keuangan sektor publik terhadap
transparansi, akuntabilitas dan konsep value for money. Dengan bantuan SPSS, maka dapat
diketahui nilai koefisien determinasi (R square) seperti pada tabel di bawah ini:

Model Summary

Adjusted St d. Error of
Model R R Square R Square the Estimate
1 ,329a ,108 ,075 1,51447
a. Predictors: (Constant), X
Koefisien determinasi (a)

Model Summary

Adjusted St d. Error of
Model R R Square R Square the Estimate
1 ,817a ,668 ,655 1,58571
a. Predictors: (Constant), X
Koefisien determinasi (b)
Model Summary

Adjusted St d. Error of
Model R R Square R Square the Estimate
1 ,595a ,354 ,331 4,31218
a. Predictors: (Constant), X

Koefisien determinasi (c)


Dari hasil perhitungan koefisien determinasi di atas, diperoleh nilai koefisien determinasi
(a) sebesar 10,8%. Koefisien determinasi (a) menunjukkan besarnya pengaruh akuntansi
keuangan sektor publik (X) terhadap transparansi (Y1). Artinya, pengaruh akuntansi keuangan
sektor publik terhadap transparansi sebesar 10,8%. Sedangkan sisanya sebesar 89,2% merupakan
faktor lain yang mempengaruhi transparansi.
Nilai koefisien determinasi (b) sebesar 66,8%. Koefisien determinasi (b) menunjukkan
besarnya pengaruh akuntansi keuangan sektor publik (X) terhadap akuntabilitas (Y2). Artinya,
pengaruh akuntansi keuangan sektor publik terhadap akuntabilitas sebesar 66,8%. Ini
menunjukkan bahwa akuntansi keuangan sektor publik mempunyai pengaruh yang cukup
signifikan terhadap akuntabilitas. Sedangkan sisanya sebesar 33,2% merupakan faktor lain yang
mempengaruhi akuntabilitas.
Nilai koefisien determinasi (c) sebesar 35,4%. Koefisien determinasi (c) menunjukkan
besarnya pengaruh akuntansi keuangan sektor publik (X) terhadap value for money (Y3). Artinya,
pengaruh akuntansi keuangan sektor publik terhadap value for money sebesar 35,4%. Sedangkan
sisanya sebesar 64,6% merupakan faktor lain yang mempengaruhi value for money.
Adapun faktor lain yang mempengaruhi transparansi, akuntabilitas dan value for money
dapat dikarenakan penerapan akuntansi manajemen dan sistem pengendalian manajemen serta
audit sektor publik pada organisasi/lembaga-lembaga publik.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil uji t dengan menggunakan SPSS, dengan df = 27 dan α = 5%,
diperoleh nilai thitung untuk hipotesis (a) = 1,809; hipotesis (b) = 7,367; dan hipotesis (c) = 3,850.
Sedangkan nilai ttabel = 2,052. Berdasarkan perbandingan nilai thitung dengan ttabel, dapat diketahui
bahwa dari ketiga hipotesis tersebut, hanya hipotesis (b) dan (c) saja yang memiliki thitung > ttabel,
yaitu 7,367 > 2,052 dan 3,850 > 2,052. Artinya bahwa akuntansi keuangan sektor publik
berpengaruh signifikan terhadap akuntabilitas dan value for money. Sedangkan hipotesis (a)
memiliki thitung < ttabel, yaitu 1,809 < 2,052 yang artinya bahwa akuntansi keuangan sektor publik
tidak berpengaruh signifikan terhadap transparansi. Berdasarkan hasil perhitungan koefisien
determinasi, diperoleh nilai R square X terhadap Y1 sebesar 10,8%. Artinya, pengaruh akuntansi
keuangan sektor publik terhadap transparansi sebesar 10,8%. Nilai R square X terhadap Y2
sebesar 66,8%. Artinya, pengaruh akuntansi keuangan sektor publik terhadap akuntabilitas
sebesar 66,8%. Sedangkan nilai R square X terhadap Y3 sebesar 35,4%. Artinya, pengaruh
akuntansi keuangan sektor publik terhadap value for money sebesar 35,4%. Jadi, dapat dikatakan
bahwa akuntansi keuangan sektor publik memiliki pengaruh yang paling besar terhadap
akuntabilitas publik. Adapun faktor lain yang mempengaruhi transparansi, akuntabilitas dan
value for money dikarenakan penerapan akuntansi manajemen dan sistem pengendalian
manajemen serta audit sektor publik pada organisasi/lembaga-lembaga publik.

DAFTAR PUSTAKA
Desmiyawati dan Witaliza Wulan. 2012. Pengaruh Komitmen Organisasi, Pengendalian Intern,
Dan Akuntabilitas Publik Terhadap Kinerja Organisasi (Studi empiris pada Rumah
Sakit Swasta di Provinsi Riau). Pekbis Jurnal Vol. 4, No.1, 2-8.

Mardiasmo. 2004. Akuntansi Sektor Publik, Edisi III. Yogyakarta: Andi Offset.

Mardiasmo. 2005. Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta: Andi Yogyakarta.

Mardiasmo. 2006. Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta: Andi Yogyakarta.

Starling, G. 2008. Managing the Public Sector 8th edition. Thompson Wadsworth. Boston, M.A.

Sugiyono. 2009. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Anda mungkin juga menyukai