Makalah
Makalah
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Dalam bidang industri dan organisasi khususnya dalam lingkungan kerja
perusahaan tidak di pungkiri bahwa masih banyaknya tingkat kondisi kerja yang
tidak sesuai dengan harapan yang di miliki karwayan dalamsebuah perusahaan. Dan
itu membuat banyak permasalahan baru yang mucul dalam sebuah perusahaan
yang menyebabkan stress kerja dan produktivitas yang menurun dll dan berimbas
pada tujuan perusahaan. Bukan hanya permasalahan kondisi kerja namun
permasalahan dalam keselamatan kerja dan keserasian antara manusia dan
pekerjaannya juga kemampuan dan batasan itu juga sering di abaikan akhirnya
memperburuk keadaan dalam perusahaan. Tentunya pengetahuan akan kondisi
kerja dan ergonomi sangat di perlukan dalam membentuk kondisi kerja yang baik.
seperti contoh salah satu perusahaan di makassar yang mempekerjakan buruh
dengan kondisi kerja yang tidak sesuai dan masih banyak lagi kecelakaan kerja
lainnya di karenakan pengetahuan masalah ergonomic yang kurang. Di banding
perusahaan perusahaan yang ada di jepang dari segi ergonomic mereka sangat
memperhatikan.
Kita akan membahas ancangan lain terhadap proses interaksi manusia dengan
lingkungan kerjanya, yaitu pengaruh timbal balik dari berbagai kondisi kerja
dengan tenaga kerjanya dan rancangan pekerjaan (meliputi peralatan kerja,
prosedur kerja), rancangan ruang kerja (workspace desaign) yang disesuaikan
dengan keterampilan dan keterbatasan manusia/tenaga kerja.
Ancangan ini dikenal sebagai psikologi kerekayasaan (engineering
psychology). Istilah lain yang berdekatan artinya dengan psikologi kerekayasaan
adalah kerekayasaan faktor-faktor manusia (human engineering), biomekanika
(bimechanics), ergonomika (ergonomics), psikoteknologi, psikologi eksperimen
terapan (Chapanis, 1976).
Kerekayasaan faktor-faktor manusia (human factors engineering) atau
kerekayasaan manusia (human engineering) merupakan istilah yang digunakan di
Amerika Utara. Ditempat lain di dunia digunakan istilah ergonomics. Untuk tujuan
praktis, kerekayasaan manusia dan ergonomi/ergonomika dapat dianggap
sinonim/sama artinya.
BAB II
PEMBAHASAN
3. Kondisi Kerja
b) Warna
Warna erat kaitannya dengan iluminasi yaitu penggunaan warna pada
ruangan dan peralatan kerja.
Banyak orang memberikan makna yang tinggi kepada pengguna warna atau
kombinasi warna yang tepat untuk ruangan-ruangan di rumah, dikantor, dan di
pabrik. Mereka berpendapat bahwa penggunaan warna atau kombinasi warna yang
tepat dapat meningkatkan produksi, menurunkan kecelakaan dan kesalahan, dan
meningkatkan semangat kerja.namun pandangan diatas tidak ditunjang oleh hasil-
hasil penelitian. Hal ini tidaklah berarti bahwa warna tidak mempunyai makna
dalam pekerjaan. Warna dapat digunakan sebagai:
1. Alat sandi atau coding device (Schultz, 1982), atau sebagai pencipta kontras
warna (Suyanto, 1985). Misalnya alat pemadam kebakaran berwarna merah,
peralatan pertolongan pertama berwarna hijau. Untuk bagian-bagian yang
kecil pada mesin tetapi penting dapat digunakan warna-warna kuat, sehingga
kontras warna yang ada memudahkan penglihatan.
2. Upaya untuk menghindari timbulkanya ketegangan mata. Pantulan cahaya
dapat berbeda-beda tergantung dari warna yang digunakan.
3. Alat untuk menciptakan ilusi tentang besar dan suhu ruangan kerja.
c) Bising
Bising biasanya dianggap sebagai bunyi atau suara yang tidak diinginkan, yang
mengganggu, yang menjengkelkan. Namun batasan tersebut kurang memuaskan
karena tidak ada dasar yang jelas untuk menyatakan kapan suatu bunyi tidak
diinginkan.
Burrows dalam Mc Cormick berpendapat bahwa dalam rangka teori informasi,
maka bising ialah that auditory stimulus or stimuli bearing no informational
relationship to the presence or completion of the immediate task. McCormick
selanjutnya menggabungkan aspek bunyi yang tidak diinginkan dengan batasan dari
Burrows dengan mengatakan bahwa tampaknya masuk nalar dengan mengatakan
bahwa bunyi atau suara yang tidak diinginkan ialah bunyi yang tidak memiliki
hubungan informasi dengan tugas atau aktivitas yang dilaksanakan.
Bising dalam lingkungan kerja membuat kita menjadi mudah marah, gelisah dan
tidak bisa tidur, bahkan dapat membuat kita menjadi tuna rungu. McCormick
membedakan antara tuna rungu syarat (nerve deafness) dan tuna rungu konduksi
(conduction deafness). Kehilangan pendengaran pada tuna rungu syaraf pada
umumnya terjadi karena frekuensi yang tinggi hingga besar daripada frekuensi yang
rendah. Pengurangan normal pendengaran pada proses menua biasa merupakan
tuna rungu syaraf. Hal tersebut juga terkait dengan akibat dari seringnya individu
secara intensif berada pada tingkat kebisingan yang tinggi. Tuna rungu syaraf jarang
dapat disembuhkan. Tidak demikian dengan tuna rungu konduksi yang merupakan
tuna rungu sementara.
Berikut ini akibat-akibat lain dari tingkat kebisingan yang tinggi:
a. Timbulnya perubahan fisiologis
Penelitian menunjukkan bahwa pada orang-orang yang mendengarkan bising
pada tingkat 95-110 desibel, terjadi penciutan dari pembuluh darah, perubahan
detak jantung, dilatasi dari pupil-pupil mata. Penyempitan dari pembuluh darah
tetap berlangsung beberapa waktu setelah tidak ada bising lagi dan mengubah
persediaan darah untuk seluruh tubuh. Satu paparan (exposure) yang
bersinambungan terhadap bising yang keras dapat meningkatkan tekanan darah
dan dapat ikut mengakibatkan tekanan darah dan dapat ikut mengakibatkan sakit
jantung. Bising yang keras juga meningkatkan ketegangan otot.
Bising yang konstan atau tetap berbeda pengaruhnya dengan bising yang tidak
tetap. Dengan situasi bising yang konstan atau kebisingan yang tidak tetap namum
teratur, kita dapat menyesuasikan diri. Misalnya orang yang tinggal di dekat rel
kereta api. Tetapi perlu diperhatikan bahwa penyesuaian hanya berlangsung pada
taraf sadar, sedangkan dampak fisiologis tetap berlangsung. Meskipun pekerja tidak
merasa secara sadar akan kebisingan, tetapi pendengarannya menderita (secara
mendadak mengetahui ketajaman pendengarannya berkurang), pembuluh darah
menyempit dan lebih banyak tenaga yang diperlukan untuk melaksanakan
pekerjaan dengan tempo kerja yang sama (sehingga marasa sangat lelah dan lekas
marah).
Ciri-ciri bising lain yang memiliki potensi mengganggu ialah kenalan
(familiarity), nada dan keharusan adanya bising pada pekerjaan. Bunyi yang tidak
dikenal lebih mengganggu dari pada bunyi-bunyi yang telah dikenal. Nada yang
sangat tinggi dan nada yang sangat rendah leibh mengganggu dan menjengkelkan
daripada nada-nada dari rentang tengah. Bunyi menjadi tidak mengganggu jika
merupakan bagian dari pekerjaan yang harus dilakukan.
Berdasarkan penjabaran diatas, dapat disimpulkan bahwa dalam kondisi kerja
berpengaruh secara signifikan pada perilaku manusia (dalam hal ini adalah para
pekerja dalam organisasi atau perusahaan). Kondisi kerja yang kondusif, aman, dan
nyaman dapat membuat perilaku manusia sesuai apa yang prioritaskan organisasi
atau perusahaan. Dan hal ini berkontribusi terhadap kemajuan organisasi atau
perusahaan.
D. Sistem Mesin-Manusia
Adalah system dimana kedua komponen harus bekerja sama untuk
menyelesaikan pekerjaannya. Masing-masing komponen tidak akan ada artinya
pabila tidak ada komponen lain sebagai pelengkapnya. Ada dua system mesin-
manusia yaitu system ikal-terbuka dan system ikal-tertutup
i. Sistem ikal-terbuka
Yaitu suatu masukan memasuki system tertentu, membuat suatu mekanisme
kendali bekerja dan terjadilah suatu kegiatan tertentu). contoh: system alat
pengaman kebakaran, masukan: derajat panas dalam ruangan, jika suhu panas
melampaui batas tertentu, panasnya akan melelehkan sumbat tembaga dalam pipa
air dan membiarkan air keluar, setelah suhu ruangan kembali normal system ini
tidak akan berhenti dengan sendirinya tetapi harus dibantu oleh operator manusia.
ii. system ikal- tertutup
merupakan system yang dapat manusia atur sendiri. Contoh: AC
Sistem mesin-manusia, secara umum digambarkan prosesnya sebagai berikut:
1) tenaga kerja menerima masukan dalam bentuk perintah atau instruksi, informasi
diterima dari indra penglihatan dan pendengaran.
2) Masukan diolah, terjadi proses berfikir, pemecahan masalah dan pengambilan
keputusan
3) Tenaga kerja melaksanakan perintahnya, melaksanakan tugasnya dengan
mengoprasikan alat atau mesin dengan menggunakan alat-alat operasi atau kendali
seperti tombol atau hendel dll.
4) Mesin melakukan apa yang ia lakukan
5) Lewat peraga penglihatan/ peraga pendengarab dapat diketahui bagaimana
mesin berfungsi. Hasil kerja mesin merupakan keluaran sedangkan bagaimana
mesin bekrja merupakan masukan.
Jadi yang perlu diperhatikan adalah apakah keterangan dalam alat peraga
dapat ditangkap dengan tepat dan cermat oleh operator manusia. System mesin-
manusia juga digunakan untuk merancang ruang kerja dengan berdasarkan prinsip
ekonomi atau penghematan gerak serta dari ukuran struktur fisik dari badan
manusia.
F. Penyajian Informasi
Alat indra yang paling banyak digunakan dalam bekerja yaitu indra
pendengaran dan penglihatan. Dalam merancang konstruksi mesin yang
berpengaruh besar terhadap efisiensi kerja, ialah keputusan yang harus diambil
tentang peraga apa yang akan digunakan (peraga penglihatan dan pendengaran)
sebagai saluran komunikasi antara mesin dan manusia.
Penetapan dari saluran komunikasi antara mesin dan manusia tergantung
pada:
a. Jenis informasi yang harus dialihkan.
b. Dengan cara bagaimana informasi akan digunakan.
c. Lokasi dari tenaga kerja.
d. Lingkungan tempat tenaga kerja beroperasi.
e. Sifat dari alat indra itu sendiri (sifat kuping dan mata).
Dalam merancang alat kendali yang tepat perlu diperhatikan beberapa hal seperti:
a. Mencocokkan alat kendali dengan anggota-anggota tubuh (tangan kaki)
jangan sampai ada satu anggota yang bebannya terlalu besar.
b. Mencocokkan alat kendali dengan gerakan. Misalnya pengungkit yang ke atas
dan ke bawah hendaknya memberikan gerakan yang sama.
c. Mencocokkan alat kendali dengan lingkungan kerjanya.
d. Memperhatikan population stereotypes, dugaan-dugaan manusia tentang
arah gerak sesuai dengan jarum jam. Dengan menggerakkan dan memutar
alat kendali ke arah jarum jam, diharapkan terjadi gerakan yang sesuai.
Peraga dan alat kendali yang dirancang dan dikonstruksi dengan tepat pada
mesin yang merupakan bagian dari system Mesin-Manusia, maka dapatlah
diharapkan bahwa tenaga kerjanya dapat menjalankan mesinnya dengan
efisien dan efektif sehingga prestasi kerjanya tinggi.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Ergonomic adalah salah satu ilmu yang peduli akan adanya keserasian
manusia dan pekerjaannya karena ergonomic adalah mengantisipasi
pada pemahaman terhadap kecakapan sumber daya manusia dalam
kaitanya dengan sistem manusia dengan mesin, termasuk rancangan
peralatan kerja dan permesinan untuk meningkatkan produktivitas
dan keamanan para pegawai. Dengan memperhatikan ergonomic maka
akan membuat kondisi kerja yang baik.
Saran
Ergonomic dalam sebuah perusahaan sangat penting dapat
mempengaruhi produktivitas kerja mempermudah manusia dalam
melakukan pekerjaanya jadi kami berpikir bahwa ergonomic ini harus
di aplikasikan kedalam perusahaan supaya perusahaan dapat
mencapai target yang di inginkan.
DAFTAR PUSTAKA:
Industrial Accident Prevention Association IAPA (2006). Lighting at Work. Website: www.iapa.ca.
Work Safe Buletin No 188. (1997), Ergonomics In The Garment Manufacturing Industry
Psikologi industri & organisasi oleh sutarto wijono edisi revisi -Jurnal Bisnis dan
Ekonomi (JBE) September 2012, Hal. 142
152 PENINGKATAN KINERJA SDM MELALUI KONDISI KERJA, KONTEN PEKERJAAN
DAN PENGEMBANGAN KARIR DENGAN MEDIASI MOTIVASI KERJA - Jurnal
Analisis Perbaikan kondisi lingkungan kerja dengan menggunakan Ergonomics -
Psikologi industri dan organisasi oleh ashar sunyoto munandar