Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG
Dalam bidang industri dan organisasi khususnya dalam lingkungan kerja
perusahaan tidak di pungkiri bahwa masih banyaknya tingkat kondisi kerja yang
tidak sesuai dengan harapan yang di miliki karwayan dalamsebuah perusahaan. Dan
itu membuat banyak permasalahan baru yang mucul dalam sebuah perusahaan
yang menyebabkan stress kerja dan produktivitas yang menurun dll dan berimbas
pada tujuan perusahaan. Bukan hanya permasalahan kondisi kerja namun
permasalahan dalam keselamatan kerja dan keserasian antara manusia dan
pekerjaannya juga kemampuan dan batasan itu juga sering di abaikan akhirnya
memperburuk keadaan dalam perusahaan. Tentunya pengetahuan akan kondisi
kerja dan ergonomi sangat di perlukan dalam membentuk kondisi kerja yang baik.
seperti contoh salah satu perusahaan di makassar yang mempekerjakan buruh
dengan kondisi kerja yang tidak sesuai dan masih banyak lagi kecelakaan kerja
lainnya di karenakan pengetahuan masalah ergonomic yang kurang. Di banding
perusahaan perusahaan yang ada di jepang dari segi ergonomic mereka sangat
memperhatikan.

Kita akan membahas ancangan lain terhadap proses interaksi manusia dengan
lingkungan kerjanya, yaitu pengaruh timbal balik dari berbagai kondisi kerja
dengan tenaga kerjanya dan rancangan pekerjaan (meliputi peralatan kerja,
prosedur kerja), rancangan ruang kerja (workspace desaign) yang disesuaikan
dengan keterampilan dan keterbatasan manusia/tenaga kerja.
Ancangan ini dikenal sebagai psikologi kerekayasaan (engineering
psychology). Istilah lain yang berdekatan artinya dengan psikologi kerekayasaan
adalah kerekayasaan faktor-faktor manusia (human engineering), biomekanika
(bimechanics), ergonomika (ergonomics), psikoteknologi, psikologi eksperimen
terapan (Chapanis, 1976).
Kerekayasaan faktor-faktor manusia (human factors engineering) atau
kerekayasaan manusia (human engineering) merupakan istilah yang digunakan di
Amerika Utara. Ditempat lain di dunia digunakan istilah ergonomics. Untuk tujuan
praktis, kerekayasaan manusia dan ergonomi/ergonomika dapat dianggap
sinonim/sama artinya.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Kondisi Kerja dan Psikologi Kerekayasaan


Kondisi karyawan akan lebih mudah untuk menyelesaikan pekerjaan mereka
apabila kondisi kerja mendukung (seperti bersih,lingkungan menarik), tetapi
jika kondisi kerja tidak mendukung (seperti panas,lingkungan rebut,tidak
nyaman) pegawai akan sukar untuk melaksanakan tugasnya. Disamping itu,
salah satu faktor pendukung utama personalia dalam melaksanakan kegiatan
secara optimal, sehat, aman dan nyaman yaitu melalui perbaikan kondisi
kerja. Sepeti yang diungkapkan sedarmayanti (2000:22) bahwa:
“manusia akan mampu melaksanakan tugasnya dengan baik, sehingga dicapai
suatu hasil yang optimal, apabila ditunjang suatu kondisi kerja yang sesuai.
Kondisi kerja dikatakan naik atau sesuai apabila manusia dapat
melaksanakan kegiatannya secara optimal, sehat, aman dan nyaman. kondisi
kerja, biografi pribadi dan karakteristik pekerjaan merupakan faktor utama
yang meningkatkan motivasi kerja antara pemegang jabatan Menurut studi
Schepers et al. (2005), sementara Toode et al. (2011) mengemukakan
karakteristik pribadi, kondisi kerja, karakteristik tempat kerja dan keadaan
psikologis internal sebagai faktor utama untuk memotivasi pegawai terhadap
pekerjaan. Menurut (Djumadi, 2006) kondisi kerja (working condition)
adalah kondisi tempat kerja, dimana karyawan melakukan tugas
pekerjaannya.
Istilah Ergonomi berasal dari bahasa Latin yaitu Ergos (kerja) dan Nomos
(hukum alam) dan dapat didefenisikan sebagai studi tentang aspek-aspek
manusia dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau secara anatomi, fisiologi,
psikologi, engineering, manajemen dan perancangan atau desain. Ergonomi
secara khusus mempelajari keterbatasan dan kemampuan manusia dalam
berinteraksi dengan teknologi dan produk-produk buatannya. Ilmu ini
berangkat dari kenyataan bahwa manusia memiliki batas-batas kemampuan
baik jangka pendek maupun jangka panjang, pada saat berhadapan dengan
lingkungan sistem kerja yang berupa perangkat keras atau hardware (mesin,
peralatan kerja) dan perangkat lunak atau software (metode kerja, sistem).
Ergonomi dikenal juga dengan istilah Psikologi Kerekayasaan, kerekayasaan
faktor manusia, kerekayasaan manusia, biomekanika, psikoteknologi,
psikologi eksperimen terapan.
Ergonomi adalah satu ilmu yang peduli akan adanya keserasian manusia dan
pekerjaannya. Ilmu ini menempatkan manusia sebagai unsur pertama,
terutama kemampuan, kebolehan, dan batasannya. Ergonomi bertujuan
membuat pekerjaan, peralatan, informasi, dan lingkungan yang serasi satu
sama lainnya. Metodenya dengan menganalisis hubungan fisik antara
manusia dengan fasilitas kerja. Manfaat dan tujuan ilmu ini adalah untuk
mengurangi ketidaknyamanan pada saat bekerja. Dengan demikian Egonomi
berguna sebagai media pencegahan terhadap kelelahan kerja sedini mungkin
sebelum berakibat kronis dan fatal.
Peran ergonomi dalam kehidupan sehari-hari dapat dikelompokkan menjadi 3,
yaitu:
1.      Perancangan produk.
2.      Meningkatkan keselamatan dan higiene kerja.
3.      Meningkatkan produktivitas kerja.
Sasaran dari Ergonomi yaitu meningkatkan para pengguna agar dapat mencapai
prestasi kerja yang tinggi dalam kondisi yang nyaman, aman dan tenteram. Mengapa
Perlu Ergonomi ? Manusia adalah mahluk pekerja. Dengan bekerja mereka akan
menghasilkan suatu hasil kerja. Dalam melaksanakan tugas-tugasnya itu manusia
bisa saja memakai peralatan kerja dan berada dalam lingkungan kerja tertentu.
Peralatan kerja harus sesuai dengan manusia pemakai, lingkungan kerjanya harus
mendukung fungsi tubuh yang sedang bekerja. Hal itulah yang dituju dalam
pelaksanaan ergonomic di tempat kerja.
Ada beberapa bidang yang menjadi garapan ergonomi, yaitu:
1.      Kondisi lingkungan
Yaitu aspek lingkungan kerja sangat menentukan prestasi kerja manusia.
Lingkungan yang tidak kondusif untuk bekerja akan memberikan beban tambahan
bagi tubuh; pada hal tubuh sedang melaksanakan beban utama yaitu tugas yang
sedang dilaksanakan. Demikian juga lingkungan dingin, kelembaban relatif,
penipisan kadar oksigen, adanya zat pencemar dalam udara semuanya akan
mempengaruhi penampilan kerja manusia. Itulah yang menjadi fokus kajian
ergonomi. Penerangan tempat kerja, adanya kebisingan, lingkungan kimia, biologi
dan lingkungan sosial di tempat kerja berpengaruh terhadap prestasi dan
produktivitas kerja dan karyawan pun akan merasa kurang nyaman sehingga dapat
menimbulkan stress kerja dan membuat lebih banyak kesalahan.
2.      Kondisi waktu
Yaitu lama jam kerja per hari atau per minggu penting untuk dikaji untuk
mencegah adanya kelelahan berlebihan. Berapa jam per minggu seorang tenaga
kerja harus bekerja. Jika dibebankan dengan waktu yang lama maka efeknya adalah
pekerjaan terbengkalai dan emosi terkuras.
3.      Kondisi sosial
Termasuk di dalamnya bagaimana pekerja diorganisir dalam melaksanakan
tugas-tugasnya, interaksi sosial sesama pekerja, khususnya menghadapi teknologi
baru. Di samping itu pekerjaan yang dilaksanakan bila tidak sesuai dengan
kemampuan dan kapasitasnya akan menimbulkan stress psikologis dan problema
kesehatan. Karenanya kondisi sosial ini banyak seharusnya dimanfaatkan oleh
pimpinan tempat kerja untuk membina dan membangkitkan motivasi kerja, seperti
sistem penghargaan bagi yang berhasil dan hukuman bagi yang salah dan lalai
bekerja.
4.      Sikap kerja
Sikap kerja yang bertentangan dengan sikap alami tubuh akan menimbulkan
kelelahan dan cedera otot-otot. Dalam sikap yang tidak alamiah tersebut akan
banyak terjadi gerakan otot yang tidak seharusnya terjadi sehingga gerakan itu akan
boros energi. Hal itu akan menimbulkan strain dan cedera otot-otot.
5.      Interaksi manusia-mesin atau peralatan kerja
Tujuannya untuk menentukan keserasian antara manusia dengan mesin atau
peralatan kerjanya. Bagaimana manusia dapat mengontrol mesin-mesin melalui
display dan control. Ketidakserasian antara kedua faktor tersebut akan
menimbulkan dampak buruk terhadap kesehatan tubuh.
Setelah kita membahas tentang seleksi dan penempatan serta diadakan pelatihan
dan pengembangan. Pada bab ini kita akan membahas tentang proses interaksi
manusia dengan lingkungan kerjanya atau pengaruh timbale balik dari berbagai
kondisi kerja dengan tenaga kerjanya dan rancangan pekerjaan (meliputi peralatan
kerja, prosedur kerja), rancangan ruang kerja yang disesuaikan dengan
keterampilan dan keterbatasan manusia atau tenaga kerja. Ancangan di atas dikenal
dengan psikologi kerekayasaan.
Menurut Chapanis, psikologi kerekayasaan terutama memperhatikan
penemuan dan penerapan informasi tentang perilaku manusia dalam kaitannya
dengan mesin-mesin, peralatan, pekerjaan dan lingkungan kerja.
Tujuan kita mempelajari psikologi kerekayasaan ini adalah supaya kita
mengetahui bagaimana rancangan dari peralatan, tugas-tugas, tempat kerja,
lingkungan kerja, dikondisikan sedemikian rupa sehingga menunjang kemampuan
dan keterbatasan tenaga kerja.
Psikologi kerekayasaan memandang tenaga kerja sebagai suatu konstanta
psikologis dan biologis yang mempunyai kecakapan dan keterbatasan-keterbatasan
karena pembawaan.
Tugas psikologi kekerasaan psikologi ialah mengubah:
a. Mesin-mesin dan alat-alat yang digunakan manusia dalam bekerja, atau
b. Lingkungannya tempat ia bekerja, untuk membuat pekerjaannya lebih sesuai
bagi manusia

B. Pendahulu Psikologi Kerekayasaan


a)  Manajemen ilmiah, Frederick w. Taylor yang menekankan efisiensi dalam
melaksanakan tugas pekerjaannya yang membuat berbagai macam peralatan yang
disesuaikan dengan bentuk dan fungsi anggota badan. Contohnya: dibuat sekop-
sekop untuk tenaga bangunan
b)  Analisis waktu dan gerak, Golbert. Menganalisa gerak tangan dan lengan dari
tukang pasang batu tenbok untuk mengurangi “gerak yang tidak perlu”
c)   Kondisi kerja (eksperimen tentang lingkungan kerja fisik), untuk mengetahui efek
pencahayaan terhadap produktifitas

3. Kondisi Kerja

3.1  kondisi kerja fisik


Lingkungan kerja fisik mencakup setiap hal dari fasilitas parkir diluar gedung
sampai lokasi dan rancangan gedung sampai jumlah cahaya dan suara yang
menimpa meja kerja atau ruang kerja seorang tenaga kerja.
Contohnya: lapangan parkir yang sempit dapat menimbulkan kejengkelan
tenaga kerja dan tamu perusahaan dan terbawa pada pekerjaannya sehingga dapat
merugikan perusahaan. Lalu lokasi kerja yang jauh menyebabkan ketidakdisiplinan
kerja dan turunya produktifitas.

3.2  Kondisi Lama Waktu Kerja


a)      Jam Kerja
Jumlah jam kerja dalam satu minggu, di Indonesia, pada umumnya 40 jam. Ada
organisasi-organisasi kerja yang membagi 40 jam kerja ke dalam 6 hari kerja, ada
yang membaginya kedalam 5 hari kerja (setiap hari kerja bekerja selama 8 jam).
Berikut ini beberapa hasil penelitian yang membahas oleh Schultz (1982):
Suatu kajian dri 5.000 lebih pekerja tata usaha dari sepuluh perusahaan yang
berbeda-beda menunjukan bahwa dari 37,5 jam kerja perminggu, tidak lebih dari 20
jam yang digunakan untuk benar-benar bekerja. Hasil penelitian ini menunjukan
bahwa hamper setengah dari minggu kerja merupakan waktu yang hilang bagi
perusahaan.
Akibat tambahan dari perpanjangan jam kerja nominal ialah naiknya secara
mencolok angka kecelakaan, sakit dan absensi.

b)      Kerja Paro Waktu Tetap


yang termasuk kedalam kelompok ini adalah para tenaga kerja yang
menyukai gaya hidup lentur dan yang masuk dalam kelompok ini adalah mereka
yang telah menjalani usia pension (karena dapat meningkatkan pendapatan dan
dapat memnuhi kebutuhan akan aktivitas). Pekerjaan ini juga diminati oleh ibu-ibu
rumah tangga yang ingin bekerja tetapi berjalan seimbang dengan pekerjaan rumah
tangga. Selain itu orang cacat jasmani (yang mengahadapi masalah waktu pergi dan
pulang pada pekerjaan) dan orang-orang yang tidak bersedia bekerja full-time.

c)      4 Hari Perminggu Kerja


Dari hasil penelitian pada perusahaan, 4 hari seminggu kerja lebih dapat
meningkatkan produktivitas dan efiensi pekerja dan mengurangi jumlah absensi
tenaga kerja. Jadi dalam 4 hari kerja tetap dengan 40 jam tetapi ada juga yang 36
jam.
Pertengahan tahun 1970-an banyak pabrik, kantor dan badan pemerintah di
Amerika Serikat mengubah jumlah hari kerja perminggu menjadi 4 hari kerja
perminggu. Ada yang mempertahankan 40 jam perminggu (10 jam kerja sehari) ada
yang menetapkan 36 jam jerja perminggu (9 jam kerja sehari).
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa, secara keseluruhan, penerapan 4
hari kerja perminggu pada kebanyakan kasus (perusahaan) merupakan suatu
keberhasilan, namun bukan tanpa kritik. Ada tanda-tanda yang menunjukan adanya
sedikit penurunan dari penerapan 4 hari kerja perminggu, di gantikan dengan
pengaturan waktu kerja yang lain, yaitu jam-jam kerja lentur.

d)      Jam Kerja Lentur


Amerika dan Jerman, waktu kerja yang ditetapkan adalah 4 hari perminggu,
karyawan dapat melappor kerja antara jam 7:30-09.00 dan pulang antara pukul
16.00-17.30. dengan kata lain tenaga kerja bekerja minimal 6,5 jam/ hari dan
maksimal 9,5 jam/hari. Penetapan berapa lama setiap pekerja akan bekerja
tergantung perorangan dalam setiap bagian atau seksi. Penerapan jan kerja lentur
ternyata berhasil dan memberi beberapa keuntungan terutama maslah kemacetan
dan karyawan akan merasa senang dan tenag memulai kerja Penerapan system ini
sangat sulit ditetapkan pada system kerja shift (karena ada keterkaitan dengan
tenaga kerja lainnya)
Hasil penelitian pada perusahaan-perusahaan yang menggunakan jadwal jam
kerja lentur menunjukan keuntungan berikut:
1. Produktivitas naik pada hamper separo dari perusahaan.
2. Angka absensi berkurang pada lebih dari 75% dri perusahaan-
perusahaan.
3. Keterlambatan dating berkurang pada 84% dari perusahaan-
perusahaan.
4. Angka keluar-masuk tenaga kerja berkurang pada lebih dari 50% dari
perusahaan-perusahaan.
5. Semangat kerja tenaga kerja meningkat pada hamper semua
perusahaan.

Keuntungan bagi tenaga kerja sangat banyak, contohnya:


1. Bebas dari aturan waktu.
2. Adanya waktu untuk belanja.
3. Mampu menepati janji.
4. Tidak mungkin datang terlambat.
5. Dapat memanfaatkan cuaca yang bagus.
6. Dapat menyesuaikan jam-jam kerja apabila tidak enak badan.
7. Mengurangi konflik antara kerja dan keluarga.
8. Lebih mudah pergi ked an pulang dari pekerjaan.
9. Dapat menumpuk cuti.
10. Mempunyai waktu untuk hobi atau kegemaran.
11. Mempunyai waktu untuk kehidupan sosial.
12. Memiliki rasa tanggung jawab.
13. Meningkatkan jumlah atau mutu kerja.
14. Dapat mrnyesuaikan jam-jam kerja dengan waktu sedang sibuk atau tidak
sibuk kerja.

Pendekatan yang lentur terhadap penjadwalan kerja tampaknya merupakan


pengaturan yang adil dan masuk akal serta memberikan banyak keuntungan baik
pemilik/pimpinan maupun bagi para karyawannya.
C. Pengaruh Kondisi Kerja dalam Perilaku Manusia
Kondisi kerja secara fisik, Rancangan kantor memberikan pengaruh pada
produktivitas. Masalah yang biasa dihadapi selain masalah perparkiran, lokasi,
ruang kantor, tampaknya perlu juga diperhatikan faktor-faktor lingkungan spesifik
seperti penerangan atau iluminasi, warna, kebisingan dan musik.

a)      Iluminasi (penerangan)


Beberapa faktor yangperlu diperhatikan dalam iluminasi adalah kadar
cahaya, distribusi cahaya dan sinar yang menyilaukan. Kadar cahaya tergantung
kebutuhan pekerjaan yang sedang dilakukan
Pengaturan yang ideal adalah jika cahaya dapat didistribusikan secara merata
pada keseluruhan lapangan visual. Memberikan cahaya penerangan pada suatu
daerah kerja yang lebih tinggi kadar cahayanya daripada daerah yang
mengelilinginya akan menimbulkan kelelahan mata setelah jangka waktu tertentu.
Pada daerah yan terang pupil mata mengecil. Kalau melihat sekeliling yang lebih
gelap (hal yang wajar dilakukan) pupil mata membesar. Kegiatan pupil mata ini
yang menyebabkan timbulnya kelelahan mata.
Sinar yang menyilaukan merupakan faktor yang mengurangi efisiensi visual dan
meningkatkan ketegangan mata. Sinar dirasakan sebagai silau karena intensitas
cahaya melebihi dari intensitas cahaya yang biasa diterima oleh mata. Sinar yang
menyilaukan dapat ditimbulkan langsung oleh sumber cahayanya atau oleh bidang-
bidang yang memiliki pemantulan sinar yang tinggi.
Silau juga dapat meningkatkan kesalahan dalam kerja rinci selama waktu 20
menit. Selain ketegangan mata, silau juga dapat mengaburkan pandangan. Silau
ditempat kerja dapat diatasi dengan berbagai cara. Sumber cahaya yang sangat
terang dapat “ditutupi” dengan pelindung, atau diletakkan di luar bidang pandang
pekerja. Cara lain ialah dengan memberikan semacam kelep topi (visor) atau
pelindung mata (eyeshader)

b)      Warna
Warna erat kaitannya dengan iluminasi yaitu penggunaan warna pada
ruangan dan peralatan kerja.
Banyak orang memberikan makna yang tinggi kepada pengguna warna atau
kombinasi warna yang tepat untuk ruangan-ruangan di rumah, dikantor, dan di
pabrik. Mereka berpendapat bahwa penggunaan warna atau kombinasi warna yang
tepat dapat meningkatkan produksi, menurunkan kecelakaan dan kesalahan, dan
meningkatkan semangat kerja.namun pandangan diatas tidak ditunjang oleh hasil-
hasil penelitian. Hal ini tidaklah berarti bahwa warna tidak mempunyai makna
dalam pekerjaan. Warna dapat digunakan sebagai:
1. Alat sandi atau coding device (Schultz, 1982), atau sebagai pencipta kontras
warna (Suyanto, 1985). Misalnya alat pemadam kebakaran berwarna merah,
peralatan pertolongan pertama berwarna hijau. Untuk bagian-bagian yang
kecil pada mesin tetapi penting dapat digunakan warna-warna kuat, sehingga
kontras warna yang ada memudahkan penglihatan.
2. Upaya untuk menghindari timbulkanya ketegangan mata. Pantulan cahaya
dapat berbeda-beda tergantung dari warna yang digunakan.
3. Alat untuk menciptakan ilusi tentang besar dan suhu ruangan kerja.

Warna Efek jarak Efek suhu Efek psikis


Biru Jauh Sejuk Menenangkan
Hijau Jauh Sangat sejuk Sangat
menenangkan
Merah Dekat Panas Sangat mengganggu

Orange Sangat dekat Sangat panas Merangsang

c)      Bising
Bising biasanya dianggap sebagai bunyi atau suara yang tidak diinginkan, yang
mengganggu, yang menjengkelkan. Namun batasan tersebut kurang memuaskan
karena tidak ada dasar yang jelas untuk menyatakan kapan suatu bunyi tidak
diinginkan.
Burrows dalam Mc Cormick berpendapat bahwa dalam rangka teori informasi,
maka bising ialah that auditory stimulus or stimuli bearing no informational
relationship to the presence or completion of the immediate task. McCormick
selanjutnya menggabungkan aspek bunyi yang tidak diinginkan dengan batasan dari
Burrows dengan mengatakan bahwa tampaknya masuk nalar dengan mengatakan
bahwa bunyi atau suara yang tidak diinginkan ialah bunyi yang tidak memiliki
hubungan informasi dengan tugas atau aktivitas yang dilaksanakan.
Bising dalam lingkungan kerja membuat kita menjadi mudah marah, gelisah dan
tidak bisa tidur, bahkan dapat membuat kita menjadi tuna rungu. McCormick
membedakan antara tuna rungu syarat (nerve deafness) dan tuna rungu konduksi
(conduction deafness). Kehilangan pendengaran pada tuna rungu syaraf pada
umumnya terjadi karena frekuensi yang tinggi hingga besar daripada frekuensi yang
rendah. Pengurangan normal pendengaran pada proses menua biasa merupakan
tuna rungu syaraf. Hal tersebut juga terkait dengan akibat dari seringnya individu
secara intensif berada pada tingkat kebisingan yang tinggi. Tuna rungu syaraf jarang
dapat disembuhkan. Tidak demikian dengan tuna rungu konduksi yang merupakan
tuna rungu sementara.
Berikut ini akibat-akibat lain dari tingkat kebisingan yang tinggi:
a.       Timbulnya perubahan fisiologis
Penelitian menunjukkan bahwa pada orang-orang yang mendengarkan bising
pada tingkat 95-110 desibel, terjadi penciutan dari pembuluh darah, perubahan
detak jantung, dilatasi dari pupil-pupil mata. Penyempitan dari pembuluh darah
tetap berlangsung beberapa waktu setelah tidak ada bising lagi dan mengubah
persediaan darah untuk seluruh tubuh. Satu paparan (exposure) yang
bersinambungan terhadap bising yang keras dapat meningkatkan tekanan darah
dan dapat ikut mengakibatkan tekanan darah dan dapat ikut mengakibatkan sakit
jantung. Bising yang keras juga meningkatkan ketegangan otot.

b.      Adanya dampak psikologi


Bising dapat mengganggu kesejahteraan emosional. Mereka bekerja dalam
lingkungan yang ekstrem bising lebih agresif, penuh curiga dan cepat jengkel
dibandingkan dengan mereka yang bekerja dalam lingkungan yang sepi.

Bising yang konstan atau tetap berbeda pengaruhnya dengan bising yang tidak
tetap. Dengan situasi bising yang konstan atau kebisingan yang tidak tetap namum
teratur, kita dapat menyesuasikan diri. Misalnya orang yang tinggal di dekat rel
kereta api. Tetapi perlu diperhatikan bahwa penyesuaian hanya berlangsung pada
taraf sadar, sedangkan dampak fisiologis tetap berlangsung. Meskipun pekerja tidak
merasa secara sadar akan kebisingan, tetapi pendengarannya menderita (secara
mendadak mengetahui ketajaman pendengarannya berkurang), pembuluh darah
menyempit dan lebih banyak tenaga yang diperlukan untuk melaksanakan
pekerjaan dengan tempo kerja yang sama (sehingga marasa sangat lelah dan lekas
marah).
Ciri-ciri bising lain yang memiliki potensi mengganggu ialah kenalan
(familiarity), nada dan keharusan adanya bising pada pekerjaan. Bunyi yang tidak
dikenal lebih mengganggu dari pada bunyi-bunyi yang telah dikenal. Nada yang
sangat tinggi dan nada yang sangat rendah leibh mengganggu dan menjengkelkan
daripada nada-nada dari rentang tengah. Bunyi menjadi tidak mengganggu jika
merupakan bagian dari pekerjaan yang harus dilakukan.
Berdasarkan penjabaran diatas, dapat disimpulkan bahwa dalam kondisi kerja
berpengaruh secara signifikan pada perilaku manusia (dalam hal ini adalah para
pekerja dalam organisasi atau perusahaan). Kondisi kerja yang kondusif, aman, dan
nyaman dapat membuat perilaku manusia sesuai apa yang prioritaskan organisasi
atau perusahaan. Dan hal ini berkontribusi terhadap kemajuan organisasi atau
perusahaan.

d)      Musik dalam bekerja


Memperdengarkan musik pada saat bekerja memiliki pengaruh yang positif
dan negative.. hal tersebut tergantung dengan jenis pekerjaannya. Akan
berpengaruh positif bila diterapkan pada pekerjaan yang sederhana, rutin dan
monoton, sedangkan akan berdampak negative bila diterpkan pada pekerjaan yang
lebih membutuhkan konsentrasi yang tinggi.
Jenis musik klasik memberikan dampak yang kurang baik, pada umumnya
jenis musik ringan yang dimainkan dengan instrument saja (instrumentalia) yang
digunakan sebagai musik pengiring kerja.
Suyatno (1985), berpendapat bahwa musik pengiring kerja harus disesuaikan
dengan pertimbangan sebagai berikut:
a. Musik dalam bekerja harus menciptakan efek yang menguntungkan
pikiran
b. Musik tidak akan bernilai bila ada suara yang lebih keras
c. Musik meriah diperdengarkan secara singkat pada saat memulai
pekerjaan akan meningkatkan gairah dan diakhir pekerjaan
d. Tempo waktu jangan terlalu lambat tetapi juga jangan terlalu cepat.

D. Sistem Mesin-Manusia
Adalah system dimana kedua komponen harus bekerja sama untuk
menyelesaikan pekerjaannya. Masing-masing komponen tidak akan ada artinya
pabila tidak ada komponen lain sebagai pelengkapnya. Ada dua system mesin-
manusia yaitu system ikal-terbuka dan system ikal-tertutup
                     i.      Sistem ikal-terbuka
Yaitu suatu masukan memasuki system tertentu, membuat suatu mekanisme
kendali bekerja dan terjadilah suatu kegiatan tertentu). contoh: system alat
pengaman kebakaran, masukan: derajat panas dalam ruangan, jika suhu panas
melampaui batas tertentu, panasnya akan melelehkan sumbat tembaga dalam pipa
air dan membiarkan air keluar, setelah suhu ruangan kembali normal system ini
tidak akan berhenti dengan sendirinya tetapi harus dibantu oleh operator manusia.
                   ii.      system ikal- tertutup
merupakan system yang dapat manusia atur sendiri. Contoh: AC
Sistem mesin-manusia, secara umum digambarkan prosesnya sebagai berikut:
1)      tenaga kerja menerima masukan dalam bentuk perintah atau instruksi, informasi
diterima dari indra penglihatan dan pendengaran.
2)      Masukan diolah, terjadi proses berfikir, pemecahan masalah dan pengambilan
keputusan
3)      Tenaga kerja melaksanakan perintahnya, melaksanakan tugasnya dengan
mengoprasikan alat atau mesin dengan menggunakan alat-alat operasi atau kendali
seperti tombol atau hendel dll.
4)      Mesin melakukan apa yang ia lakukan
5)      Lewat peraga penglihatan/ peraga pendengarab dapat diketahui bagaimana
mesin berfungsi. Hasil kerja mesin merupakan keluaran sedangkan bagaimana
mesin bekrja merupakan masukan.

Jadi yang perlu diperhatikan adalah apakah keterangan dalam alat peraga
dapat ditangkap dengan tepat dan cermat oleh operator manusia. System mesin-
manusia juga digunakan untuk merancang ruang kerja dengan berdasarkan prinsip
ekonomi atau penghematan gerak serta dari ukuran struktur fisik dari badan
manusia.

Schult memberikan 3 prinsip umum dalam rancangan ruang kerja, yaitu:


1. Semua bahan, peralatan, dan persediaan harus terletak berurutan sesuai
dengan urutan penggunaannya
2. Alat-alat harus diletakkan sedemikian rupa sehingga mereka siap diambil
untuk digunakan
3. Semua suku cadang dan alat-alat harus berada dalam jarak raih yang udah
dan menyenangkan.

E. Manfaat Psikologi Kerekayasaan


Manfaat psikologi kerekayasaan dalam membuat kondisi kerja yang kondusif,
aman, dan nyaman merupakan salah satu manfaat yang terlihat

F. Penyajian Informasi
Alat indra yang paling banyak digunakan dalam bekerja yaitu indra
pendengaran dan penglihatan. Dalam merancang konstruksi mesin yang
berpengaruh besar terhadap efisiensi kerja, ialah keputusan yang harus diambil
tentang peraga apa yang akan digunakan (peraga penglihatan dan pendengaran)
sebagai saluran komunikasi antara mesin dan manusia.
Penetapan dari saluran komunikasi antara mesin dan manusia tergantung
pada:
a. Jenis informasi yang harus dialihkan.
b. Dengan cara bagaimana informasi akan digunakan.
c. Lokasi dari tenaga kerja.
d. Lingkungan tempat tenaga kerja beroperasi.
e. Sifat dari alat indra itu sendiri (sifat kuping dan mata).

Chapanis (1976) mengemukkan bahwa pada umumnya alat-alat komunikasi


visual (seperti TV, teletype, radar, cakara angka atau dials, dan sebagainya) sesuai
untuk digunakan jika:
1. Pesan yang harus disampaikan adalah pesan majemuk atau abstrak, atau
mengandung istilah-istilah teknikal atau ilmiah.
2. Pesan yang harus disampaikan adalah panjang.
3. Pesan kelak perlu diacu (perlu digunakan lagi di kemudian hari).
4. Pesan berkaitan dengan orientasi ruang atau dengan lokasi dari titik-titik
diruang (memperlihatkan seseorang bagaimana ia dapat pergi ke B dari A
lebih mudah dengan menggunakan peta daripada hanya berbicara saja).
5. Kondisi suatu system (temperature, tekanan, besarnya arus) harus
dibandingkan dengan sesuatu garis dasar atau kondisi operasi normal.
6. Tidak adanya keadaan yang mendesak dalam menyampaikan pesan.
7. Saluran-saluran audio/pendengaran yang ada telah terlalu besar bebannya.
8. Lingkungan audio tidak sesuai untuk menyampaikan komunikasi secara
aiditif (misalnya pesan visual lebih sesuai untuk menyampaikan informasi di
tempat-tempat yang ramai).
9. Pekerjaan operator memungkinkan dia untuk tetap berada di satu tempat
(untuk menerima pesan visual, penerima harus memusatkan matanya pada
unit penerima ata harus cukup dekat dengannya sehingga ia dapat melihat
pesannya pada saat pesan dating).
10. Keluaran mesin atau system terdiri dari berbagai macam informasi
(misalnya temperature mesin, tekanan silinder, RPM, kecepatan, penggunaan
bensin) yang harus diperagakan secara simultan dipantau, dan ditanggapi
dari waktu ke waktu.
Chapanis membuat daftar tentang alat-alat komunikasi auditif (bunyi telepon,
system penyiaran, bel, tanda-tanda peringatan, sirene, gong, dan sebagainya) yang
tepat untuk digunakan, yaitu jika:
1. Pesan sederhana dan tidak majemuk.
2. Pesan yang arus disampaikan pendek.
3. Kecepatan penyampaian penting (misalnya kalau mau member tanda “awas”
kepada seseorang, maka pesan auditif merupakan cara yang terbaik).
4. Pesan tidak perlu diacu kembali di kemudian hari.
5. Saluran-saluran komunikasi visual sedang terlalu besar bebannya.
Sistem komunikasi oral atau auditory dapat dikelompokkan kedalam 2
kelompok besar yaitu:
1. Sistem tanda nada seperti gong, bel, lonceng, terompet, peluit, sirene, dan
sebagainya.
2. Sistem komunikasi berbicara (speech communication system).

Pada umumnya system tanda nada digunakan jika:


1. Pesannya sangat sederhana.
2. Penerima/pendengar terlatih dalam memahami arti tanda-tanda sandi.
3. Pesan memerlukan tindakan segera.
4. Tanda-tanda bicara terlalu membebani pendengar.
Kondisi tidak sesuai untuk menerima tanda berbicara. Tanda nada dapat didengar
dalam suara yang bising.

G. Fungsi –fungsi kendali


Sama pentingnya dengan penggunaan peraga yang tepat pada rancangan dan
konstruksi mesin ialah penggunaan alat-alat operasi atau alat-alat kendali pada
rancangan dan konstruksi mesin.
Dalam kebanyakan sistem mesin manusia, operator menerima informasi melalui
beberapa alat indranya, mengolah informasi ini dengan berbagai macam cara, untuk
kemudian mengambil suatu tindakan. Tindakan ini biasanya dilakukan melalui
suatu kendali, misalnya suatu tombol, kenop, engkol atau oengungkit. Hasil
penelitian dan pengalaman menunjukan bahwa dengan cara apa alat-alat kendali
dirancang dapat mempunyai dampak yang penting terhadap kecepatan dan
kecermatan tindakan tenaga kerja dalam mengoperasikan mesin. Dengan kata lain
jika alat kendali kurang tepat dapat saja tenaga kerja kurang cepat atau kurang
cermat menggunakan alat kendali tersebut sehingga memberikan akibat yang
merugikan.

Dalam merancang alat kendali yang tepat perlu diperhatikan beberapa hal seperti:
a. Mencocokkan alat kendali dengan anggota-anggota tubuh (tangan kaki)
jangan sampai ada satu anggota yang bebannya terlalu besar.
b. Mencocokkan alat kendali dengan gerakan. Misalnya pengungkit yang ke atas
dan ke bawah hendaknya memberikan gerakan yang sama.
c. Mencocokkan alat kendali dengan lingkungan kerjanya.
d. Memperhatikan population stereotypes, dugaan-dugaan manusia tentang
arah gerak sesuai dengan jarum jam. Dengan menggerakkan dan memutar
alat kendali ke arah jarum jam, diharapkan terjadi gerakan yang sesuai.

Peraga dan alat kendali yang dirancang dan dikonstruksi dengan tepat pada
mesin yang merupakan bagian dari system Mesin-Manusia, maka dapatlah
diharapkan bahwa tenaga kerjanya dapat menjalankan mesinnya dengan
efisien dan efektif sehingga prestasi kerjanya tinggi.

BAB III
PENUTUP
 Kesimpulan
Ergonomic adalah salah satu ilmu yang peduli akan adanya keserasian
manusia dan pekerjaannya karena ergonomic adalah mengantisipasi
pada pemahaman terhadap kecakapan sumber daya manusia dalam
kaitanya dengan sistem manusia dengan mesin, termasuk rancangan
peralatan kerja dan permesinan untuk meningkatkan produktivitas
dan keamanan para pegawai. Dengan memperhatikan ergonomic maka
akan membuat kondisi kerja yang baik.

 Saran
Ergonomic dalam sebuah perusahaan sangat penting dapat
mempengaruhi produktivitas kerja mempermudah manusia dalam
melakukan pekerjaanya jadi kami berpikir bahwa ergonomic ini harus
di aplikasikan kedalam perusahaan supaya perusahaan dapat
mencapai target yang di inginkan.

DAFTAR PUSTAKA:

Industrial Accident Prevention Association IAPA (2006). Lighting at Work. Website: www.iapa.ca.
Work Safe Buletin No 188. (1997), Ergonomics In The Garment Manufacturing Industry 
Psikologi industri & organisasi oleh sutarto wijono edisi revisi -Jurnal Bisnis dan
Ekonomi (JBE) September 2012, Hal. 142
 
 152 PENINGKATAN KINERJA SDM MELALUI KONDISI KERJA, KONTEN PEKERJAAN
DAN PENGEMBANGAN KARIR DENGAN MEDIASI MOTIVASI KERJA - Jurnal
 Analisis Perbaikan kondisi lingkungan kerja dengan menggunakan Ergonomics -
Psikologi industri dan organisasi oleh ashar sunyoto munandar

Anda mungkin juga menyukai