Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Gawat Darurat dan Kritis 1
Dosen Pembimbing : Ns. Dody Setyawan, M.Kep
Disusun oleh :
Kelompok 10/A18.1
Fitri Ayu Saputri 22020118120022
Nadia Rizky Priyastuti 22020118130055
Wiwin Pujiati 22020118130094
Sagita Syiami 22020118130103
Rera Fifi Rosanti 22020118130124
Dhea Rizqa Maulidya 22020118130135
Novita 22020117120021
OVERVIEW STROKE
MenurutWorld Health Organization (WHO) stroke adalah manifestasi klinik
dari gangguan fungsi serebral, baik fokal maupun global, yang berlangsung dengan
cepat dan lebih dari 24 jam atau berakhir dengan kematian tanpa ditemukannya
penyakit selain daripada gangguan vaskular.
A. Jenis Stroke
Stroke Iskemik
Menurut Mardjono & Sidharta P (2008) stroke Iskemik (non hemoragic) adalah
penurunan aliran darah kebagian otak yang disebakan karena vasokontriksi akibat
penyumbatan pada pembuluh darah arteri sehingga suplai darah ke otak mengalami
penurunan. Stroke iskemik merupakansuatu penyakit yang diawali dengan terjadinya
serangkain perubahan dalam otak yang terserang, apabila tidak ditangani akan segera
berakhir dengan kematian di bagian otak. Stroke ini sering diakibatkan oleh trombosis
akibat plak aterosklerosis arteri otak atau suatu emboli dari pembuluh darah di luar otak
yang tersangkut di arteri otak. Jenis stroke ini merupakan jenis stroke yang paling sering
menyerang seseorang sekitar 80% dari semua stroke (Junaidi, 2011). Berdasarkan
manifestasi klinis menurut ESO excecutive committe dan ESO writting committee (2008)
yaitu:
1. TIA (transient ischemic attack) atau serangan stroke sementara: gejala defisit
neurologis hanya berlangsung kurang dari 24 jam. TIA menyebabkan penurunan
jangka pendek dalam aliran darah ke suatu bagian dari otak. TIA biasanya
berlangsung selama 10-30 menit.
2. RIND (Reversible Ischemic Neurologic Deficit): gejala defisit neurologi yang akan
menghilang dalam waktu lebih lama dari 24 jam, tetapi gejala akan menghilang tidak
lebih dari 7 hari.
3. Stroke evaluasi (Progressing Stroke): kelainan atau defisit neurologi yang
berlangsung secara bertahap dari yang ringan sampai yang berat sehingga makin lama
makin berat.
4. Stroke komplit (Completed Stroke): kelainan neurologis yang sudah menetap dan
tidak berkembang lagi
Stroke Hemoragik
Stroke hemoragik merupakan stroke yang disebabkan oleh karena adanya perdarahan
suatu arteri serebralis yang menyebabkan kerusakan otak dan gangguan fungsi saraf.
Darah yang keluar dari pembuluh darah dapat masuk kedalam jaringan otak sehingga
terjadi hematoma (Junaidi, 2011). Berdasarkan perjalanan klinisnya stroke hemoragik di
kelompokan sebagai berikut:
1. PIS (Perdarahan intraserebral)
Perdarahan intraserebral disebabkan karena adanya pembuluh darah intraserebral
yang pecah sehingga darah keluar dari pembuluh darah dan masuk ke dalam jaringan
otak. Keadaan tersebut menyebabkan peningkatan tekanan intrakranial atau
intraserebral sehingga terjadi penekanan pada pembuluh darah otak sehingga
menyebabkan penurunan aliran darah otak dan berujung pada kematian sel sehingga
mengakibatkan defisit neurologi (Smeltzer & Bare, 2005). Perdarahan intraserebral
(PIS) adalah perdarahan yang primer berasal dari pembuluh darah dalam parenkim otak
dan bukan disebabkan oleh trauma. Perdarahan ini banyak disebabkan oleh hipertensi
dan penyakit darah seperti hemofilia.
2. PSA (Pendarahan subarakhnoid)
Pendarahan subarakhnoid merupakan masuknya darah ke ruang subrakhnoid baik dari
tempat lain (pendarahan subarakhnoid sekunder) atau sumber perdarahan berasal dari
rongga subrakhnoid itu sendiri (pendarahan subarakhnoid) (Junaidi, 2011). Perdarahan
subarakhnoidal (PSA) merupakan perdarahan yang terjadi masuknya darah ke dalam
ruangan subarakhnoid.
C. Gejala Stroke
Bagi kebanyakan orang, tidak ada tanda-tanda medis yang terjadi sebelum serangan
stroke terjadi. Karena stroke bisa menyebabkan dampak yang sangat serius, apabila terjadi
tanda-tanda peringatan berikut, maka konsultasi dengan dokter harus segera dilakukan
untuk meminimalkan gejala sisa stroke (defisit yang dihasilkan dari penyakit atau insiden
sebelumnya):
a. Ketidakmampuan untuk berbicara dengan jelas atau mengalami kesulitan untuk
berbicara
b. Sensasi mati rasa secara tiba-tiba dan bersifat sementara, kelemahan atau kelumpuhan
salah satu lengan, satu kaki atau setengah dari wajah (biasanya terjadi di sisi yang
sama)
c. Penglihatan yang kabur secara tiba-tiba atau penurunan kualitas penglihatan pada satu
mata
d. Sakit kepala yang parah secara tiba-tiba
e. Gangguan keseimbangan tubuh dan koordinasi tangan dan kak,i atau terjatuh secara
tiba-tiba tanpa alasan yang jelas
f. Rasa pusing atau pingsan tanpa alasan yang jelas
g. Inkontinensia (buang air kecil secara spontan).
D. Komplikasi Stroke
Menurut Junaidi (2011) komplikasi yang sering terjadi pada pasien stroke yaitu:
a. Dekubitus merupakan tidur yang terlalu lama karena kelumpuh dapat mengakibatkan
luka/lecet pada bagian yang menjadi tumpuan saat berbaring, seperti pinggul, sendi
kaki, pantat dan tumit. Luka dekubitus jika dibiarkan akan menyebabkan infeksi.
b. Bekuan darah merupakan bekuan darah yang mudah terjadi pada kaki yang lumpuh
dan penumpukan cairan.
c. Kekuatan otot melemah merupakan terbaring lama akan menimbulkan kekauan pada
otot atau sendi. Penekanan saraf peroneus dapat menyebabkan drop foot. Selain itu
dapat terjadi
b. kompresi saraf ulnar dan kompresi saraf femoral.
a. Osteopenia dan osteoporosis, hal ini dapat dilihat dari berkurangnya densitas mineral
pada tulang. Keadaan ini dapat disebabkan oleh imobilisasi dan kurangnya paparan
terhadap sinar matahari.
b. Depresi dan efek psikologis dikarenakan kepribadian penderita atau karena umur
sudah tua. 25% menderita depresi mayor pada fase akut dan 31% menderita depresi
pada 3 bulan paska stroke s dan keadaan ini lebih sering pada hemiparesis kiri.
c. Inkontinensia dan konstipasi pada umumnya penyebab adalah imobilitas, kekurangan
cairan dan intake makanan serta pemberian obat.
d. Spastisitas dan kontraktur pada umumnya sesuai pola hemiplegi dan nyeri bahu pada
bagian di sisi yang lemah. Kontraktur dan nyeri bahu (shoulder hand syndrome)
terjadi pada 27% pasien stroke
E. PATOFISIOLOGI (PATHWAY)
PH asam HCO3
Aritmia
Edema paru ditandai dengan suara ronchi Hambatan
pertukaran gas
Takikardi
Kompresi medula oblongata Reflek batuk menurun Kelemahan pada N. 5,9,10,11 Disfagia
C. RENCANA KEPERAWATAN
Nama : Tn. J
Usia : 57 tahun
No. CM :
DM :CVA Hemoragic
No. Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Ttd
1. Penurunan curah jantung b.d Setelah dilakukan tindakan keperawatan Perawatan Jantung
penurunan kontraktilitas disertai 3 x 24 jam penurunan curah jantung a. Monitor EKG, adakah perubahan
aritmia pasien dapat berkurang dengan kriteria segmen ST, sebagaimana
hasil sebagai berikut : mestinya (2N-4040.6).
Keefektifan Pompa Jantung b. Lakukan penilaian komprehensif
a. Tekanan darah sistol yang awalnya pada sirkulasi perifer misalnya
cukup meningkat (3) menjadi cek nadi perifer, edema, pengisian
menurun dalam rentang normal (5) ulang kapiler, warna dan suhu
(II E 0400015). ekstrimitas secara rutin sesuai
b. Tekanan darah diastol yang kebijakan agen (2N-4040.7).
awalnya sedikit meningkat (4) c. Monitor tanda-tanda vital secara
menjadi menurun dalam rentang rutin (2N-4040.8).
normal (5) (II E 0400195). d. Monitor disritmia jantung,
c. Fraksi ejeksi yang awalnya deviasi termasuk gangguan ritme dan
sedang dari kisaran normal (3) konduksi jantung (2N-4040.9).
menjadi tidak ada deviasi dari e. Dokumentasikan disritmia
kisaran normal (5) (II E 0400045). jantung (2N-4040.10).
d. Denyut nadi perifer yang awalnya f. Catat tanda gejala penurunan
deviasi sedang dari kisaran normal curah jantung (2N-4040.11).
(3) menjadi tidak ada deviasi dari g. Monitor status pernafasan terkait
kisaran normal (5) (II E 0400065). adanya gejala gagal jantung
e. Ukuran jantung yang awalnya (2N-4040.12).
deviasi sedang dari kisaran normal h. Evaluasi perubahan tekanan darah
(3) menjadi tidak ada deviasi dari (2N-4040.17).
kisaran normal (5) (II E 0400075). i. Evaluasi respon pasien terhadap
f. Disritmia yang awalnya deviasi ektopi atau disritmi(2N-4040.18).
sedang dari kisaran normal (3)
menjadi tidak ada deviasi dari Pengaturan Hemodinamik
kisaran normal (5) (II E 0400105).
a. Lakukan auskultasi pada jantung
(2N-4150.15).
b. Monitor dan catat tekanan darah,
denyut jantung, irama, dan denyut
nadi (2N-4150.16).
c. Monitor curah jantung, indeks
kardiak dan indeks kerja stroke
ventrikuler, yang sesuai
(2N-4150.19).
d. Monitor denyut nadi perifer,
pengisian kapiler, suhu dan warna
ekstremitas (2N-4150.23).
e. Monitor apa ada edema perifer,
distensi vena jugularis, bunyi
jantung S3 dan S4, dyspnea,
penambahan berat badan dan
distensi organ, terutama di paru-
paru atau jantung (2N-4150.26).
2. Ketidakefektifan bersihan jalan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen Jalan Nafas
napas b.d akumulasi secret 3 x 24 jam diharapkan jalan napas a. Auskultasi suara nafas, catat area
(kemungkinan darah) pada jalan pasien dapat efektif adekuat dengan yang ventilasinya menurun atau
napas (orofaring) kriteria hasil sebagai berikut : tidak ada dan adanya suara
Status Pernafasan : Kepatenan Jalan tambahan (2K-3140.11).
Nafas b. Kelola nebulizer ultrasonik,
a. Frekuensi pernafasan yang awalnya sebagaimana mestinya
deviasi sedang dari kisaran normal (2K-3140.16).
(3) menjadi tidak ada deviasi dari c. Monitor status pernafasan dan
kisaran normal (5) (II E 0410045). oksigenasi, sebagaimana mesti-
b. Kemampuan untuk mengeluarkan nya (2K-3140.21).
sekret yang awalnya deviasi sedang
dari kisaran normal (3) menjadi Monitor Pernafasan
tidak ada deviasi dari kisaran
a. Monitor suara nafas tambahan
normal (5) (II E 0410125).
seperti ngorok atau mengi
c. Suara nafas tambahan awalnya
deviasi sedang dari kisaran normal (2K-3350.3).
(3) menjadi tidak ada deviasi dari b. Auskultasi suara nafas, catat area
kisaran normal (5) (II E 0410075). dimana terjadi penurunan atau
d. Akumulasi sputum awalnya deviasi tidak adanya ventilasi dan
sedang dari kisaran normal (3) keberadaan suara nafas tambahan
menjadi tidak ada deviasi dari (2K-3350.11).
kisaran normal (5)(II E 0410205). c. Auskultasi suara nafas setelah
tindakan, untuk dicatat
(2K-3350.13).
d. Monitor sekresi pernafasan pasien
(2K-3350.20).
e. Posisikan pasien miring ke
samping, sesuai indikasi untuk
mencegah aspirasi, lakukan
teknik log roll, jika pasien di
duga mengalami cedera leher
(2K-3350.27).
f. Berikan bantuan terapi nafas jika
diperlukan misalnya, nebulizer
(2K-3350.29).
3. Ketidakefektifan pola napas b.d Setelah dilakukan tindakan keperawatan Monitor Pernafasan
gangguan pusat pernapasan 3 x 24 jam diharapkan pola napas
(medula oblongata) terkait pasien dapat efektif dengan kriteria a. Monitor kecepatan, irama,
intracranial hemoragic hasil sebagai berikut : kedalaman dan kesulitan bernafas
(2K-3350.1).
Status Pernafasan b. Catat pergerakan dada, catat
a. Frekuensi pernafasan yang awalnya ketidaksimetrisan, penggunaan
deviasi sedang dari kisaran normal otot-otot bantu nafas, dan retraksi
(3) menjadi tidak ada deviasi dari pada otot supraclaviculas dan
kisaran normal (5) (II E 0415011). interkosta (2K-3350.2).
b. Suara auskultasi nafas yang c. Monitor pola nafas misalnya
awalnya deviasi sedang dari bradipneu, takipneu, hiper-
kisaran normal (3) menjadi tidak ventilasi, pernafasan kusmaul,
ada deviasi dari kisaran normal (5) pernafasan 1:1, apneustik,
(II E 0415044). respirasi biot, dan pola ataxic
c. Kepatenan jalan nafas yang (2K-3350.4).
awalnya deviasi sedang dari d. Monitor saturasi oksigen pada
kisaran normal (3) menjadi tidak pasien yang tersedasi seperti
ada deviasi dari kisaran normal (5) SaO2, SvO2, SpO2 sesuai dengan
(II E 0415325). protokol yang ada (2K-3350.5).
d. Saturasi oksigen yang awalnya
deviasi sedang dari kisaran normal
(3) menjadi tidak ada deviasi dari
kisaran normal (5) (II E 0415089).
4. Hambatan pertukaran gas b.d Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen Asam Basa : Asidosis
kegagalan proses difusi pada 3 x 24 jam diharapkan hambatan Respiratorik
alveoli pertukaran gas b.d kegagalan proses a. Pertahankan kepatenan jalan
difusi pada alveoli yang dialami pasien napas (2G-1913.1).
membaik dengan kriteria hasil sebagai b. Pertahankan bersihan jalan napas
berikut : (2G-1913.2).
Status Pernapasan: Pertukaran Gas c. Monitor pola napas (2G-1913.3).
a. Tekanan parsial karbondioksida di d. Tingkatkan ventilasi dan
darah arteri (PaCO2) yang awalnya kepatenan jalan napas pada
sedikit tinggi (3) menjadi normal kondisi asidosis respiratorik dan
(5) (II E 0402095). peningkatan level PaCO2, dengan
b. Derajat keasaman (pH) darah arteri tepat (2G-1913.10).
yang awalnya sedikit asam kisaran e. Monitor terhadap hipoventilasi
7.32 (3) menjadi netral kisaran dan rawat penyebabnya (misalnya
7.35-7.45 (5) (II E 0402105). ventilasi mekanik jangka pendek
c. Tingkat kesadaran yang awalnya yang tidak sesuai, reduksi kronik
menurun (3) meningkat menjadi pada ventilasi alveolar, COPD,
kesadaran normal (5) ingestif opioid akut, penyakit-
(II E 0402165). penyakit obstruktif jalan napas
dan pembatasan jalan napas)
(2G-1913.17).
f. Monitor faktor-faktor penentu
sirkulasi oksigen ke jaringan
(misalnya PaO2, SaO2, Hb, COP)
untuk mempertimbangkan
oksigenasi arteri yang adekuat
(2G-1913.20).
g. Monitor kerja pernapasan
(misalnya RR, HR, penggunaan
otot-otot pernapasan, diaforesis)
(2G-1913.23).
h. Monitor status neurologi
(misalnya tingkat kesadaran dan
konfusi) (2G-1913.29).
i. Instruksikan pasien dan/atau
keluarga pada tindakan-tindakan
sesuai prosedur untuk merawat
asidosis respiratorik(2G-1913.30)
5. Risiko ketidakefektifan perfusi Setelah dilakukan tindakan keperawatan Monitor Tekanan Intrakranial
jaringan otak b.d perdarahan 3 x 24 jam diharapkan risiko (TIK)
intraserebral disertai peningkatan ketidakefektifan perfusi jaringan otak a. Bantu menyisipkan perangkat
TIK pada pasien berkurang dengan kriteria pemantauan TIK (2I-2590.1).
hasil sebagai berikut : b. Rekam pembacaan TIK
Perfusi Jaringan : Serebral (2I-2590.7).
a. Tekanan intrakranial yang awalnya c. Monitor tekanan aliran darah otak
mengalami peningkatan (3) terkait (2I-2590.9).
perdarahan intraserebral menurun d. Monitor status neurologis
menjadi normal kembali (5) (2I-2590.10).
(II E 0406025). e. Monitor intake dan output
b. Tekanan darah sistolik yang (2I-2590.14).
awalnya cukup meningkat (3) f. Monitor efek rangsangan
menjadi menurun dalam rentang lingkungan pada TIK
normal (5) (II E 0406135). (2I-2590.27).
c. Tekanan darah diastolik sistolik g. Jaga tekanan arteri sistemik
yang awalnya cukup meningkat dalam jangkauan tertentu (2I-
(4) menjadi menurun dalam 2590.31).
rentang normal (5) (II E 0406145). h. Beritahu dokter untuk
d. Penurunan kesadaran yang awalnya peningkatan TIK yang tidak
dialami pasien (3) membaik dan bereaksi sesuai peraturan
mengalami peningkatan kesadaran perawatan (2I-2590.33).
menuju normal (5) (II E 0406195).
Kolaborasi :
a. Pemberian manitol dosis 0,25-
0,50 gr/kg BB selama 20 menit,
diulang setiap 4-6 jam untuk
menurunkan tekanan intrakranial.
b. Pemberian amlodipin sesuai dosis
sebagai antihipertensi.
6. Gangguan menelan b.d gangguan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Pemberian Makan dengan Tabung
saraf V, IX, X, XI akibat 3 x 24 jam diharapkan gangguan Enteral
perdarahan batang otak menelan b.d gangguan saraf menelan a. Konsultasikan dengan tenaga
akibat perdarahan batang otak yang kesehatan lain dalam memilih
dialami pasien membaik dengan kriteria jenis dan persentase makanan
hasil sebagai berikut : (1D-1056.9).
Status Neurologi : Sensori Kranial / b. Tinggikan kepala tempat tidur 30-
Fungsi Motorik 45 derajat selama pemberian
a. Kemampuan menelan pada pasien makan (1D-1056.10).
yang awalnya cukup terganggu (3) c. Hentikan pemberian makan 30-60
akibat gangguan pada saraf V, IX, menit sebelum meletakkan kepala
X, dan XI menjadi tidak terganggu pasien dengan posisi kepala di
atau pulih ke keadaan normal bawah (1D-1056.13).
semula (5) (II J 0913085). d. Irigasi selang setiap 4-6 jam saat
memberikan makan dan setelah
setiap pemberian makan
intermiten (1D-1056.15).
e. Gunakan teknik yang bersih dalm
memberikan makan lewat selang
(1D-1056.16).
f. Monitor pasien jika merasa
kenyang, mual, dan muntah
(1D-1056.19).
g. Periksa sisa makanan setiap 4-6
jam untuk 24 jam pertama,
kemudian setiap 8 jam selama
pemberian berkelanjutan
(1D-1056.20).
h. Periksa sisa makanan setiap
sebelum makan intermiten
(1D-1056.21).
i. Cuci kulit di sekitar perangkat
dengan sabun dan keringkan
segera (1D-1056.26).
j. Isi ulang makanan setiap 4 jam
(1D-1056.29).
k. Monitor apa ada bunyi usus tiap
4-8 jam (1D-1056.30).
l. Monitor intake dan output
(1D-1056.35).
7. Risiko infeksi b.d pemasangan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Kontrol Infeksi
alat-alat medis invasif 3 x 24 jam diharapkan risiko infeksi b.d a. Batasi jumlah pengunjung
pemasangan alat-alat medis invasif pada (4V-6540.7).
pasien berkurang dengan kriteria hasil b. Anjurkan pengunjung untuk
sebagai berikut : memcuci tangan pada saat
Status Imunitas memasuki dan meninggalkan
a. Suhu tubuh yang awalnya ruangan pasien (4V-6540.10).
meningkat dalm kisaran 38oC (4) c. Cuci tangan sebelum dan sesudah
menjadi dalam rentang normal kegiatan perawatan pasien
(36,5 – 37,5oC) (4V-6540.12).
b. Terbebas dari tanda dan gejala d. Lakukan tindakan pencegahan
infeksi berupa leukosit dalam yang bersifat universal
rentang normal (3580-8150/uL) (4V-6540.13).
e. Tingkatkan intake nutrisi pasien
Kontrol Risiko: Proses Infeksi (4V-6540.28).
a. Mengidentifikasi faktor - faktor f. Edukasi keluarga mengenai tanda
infeksi dan gejala infeksi dan kapan
b. Memonitor faktor lingkungan yang harus melaporkannya kepada
berhubungan dengan risiko infeksi perawat (4V-6540.33).
c. Tidak ada tanda infeksi pada akses g. Monitor waktu penggunaan alat-
invasif (ET dan NGT) alat invasif
h. Monitor tanda-tanda demam,
takikardi, hipovolemia
Kolaborasi :
a. Pemberian antibiotik sesuai dosis
dan indikasi
b. Pemberian antipiretik sesuai dosis
dan indikasi
DAFTAR PUSTAKA
A’la, M. Z., Dewi, D.P & Siswoyo. 2019. Analisis Masalah Keperawatan pada Pasien Post
Kraniotomi di RSD Dr. Soebandi Jember (Studi Retrospektif Januari 2016 – Desember
2017). Jurnal Keperawatan Respati Yogyakarta. 6(3) : 677-683
Affandi, I.G & Panggabean, R. 2016. Pengelolaan Tekanan Tinggi Intrakranial pada Stroke.
CKD-238. 43(3) : 180-184 (Tinjauan Pustaka Fakultas Kedokteran Universitas
Padjajaran/RSUP Hasan Sadikin Bandung)
Arifin. 2019. Prinsip Dasar Ventilasi Mekanik di www.papdi.or.id/pdfs/758/dr%20Arifin%20
-%20ventilasi%20mekanik%20(PIN%20surabaya%20okt%202019).pdf (diakses 22
April 2020)
Cahyati, Y., Sugiarti, S & Mahfudhoh, D. 2019. Pengaruh Waktu Tunggu Pasien Rawat Jalan
Foto Thorax dalam Peningkatan Mutu Pelayanan Instalasi Radiologi. Jurnal Health
Care Media. 3(6) : 19-23
Carpio, A.L.M & Mora, J.I. 2020. Positive End-Expiratory Pressure (PEEP) di
www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK441904/ (diakses 22 April 2020)
Hariyono, T. J. I. P. T. O. "Hipertensi dan Stroke." (2006).
Harun S & Sally N. EdemParuAkut. 2009. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata
M, SetiatiS,editor. BukuAjarIlmuPenyakitDalam 5th ed. Jakarta:
PusatPenerbitanDepartemenIlmuPenyakitDalamFakultasKedokteranUniversitas
Indonesia. p. 1651-3.
Junaidi, Iskandar. "Stroke waspadai ancamannya." (2011).
Khadijah, S. S & Wulan, D. R. 2019. Hubungan Status Elektrolit dan Penggunaan Ventilator
Mekanik dengan Kejadian Delirium pada Pasien Pascaoperasi Kraniotomi di Intensive
Care Unit. Proceeding of Sari Mulia University Nursing National Seminars. 1(1) : 137-
150
Mahdian M, Fazel MR, Fakharian E, Akbari H & Mahdian S. 2014. Cerebral state index
versus Glasgow coma scale as a predictor for in-hospital mortality in brain-injured
patients. Chinese J Trauma. 17:220-4
Manokharan, P. 2017. Analisis Gas Darah dan Aplikasinya di Klinik di
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/ff76a052cc9d611d598a2b4380a
fb62c.pdf (diakses 22 April 2020)
Organisation, Eumpean Stmlte. "Executive Committe; ESO Writing
Committee." Guidelinesfor management of ischaemic stmite and transient ischaemic
attack (2008): 457-507.
Prasetyo, A.S. 2015. Keadaan Kardiomegali pada Pasien Gagal Jantung Kongetif. Jurnal
Keperawatan dan Kesehatan Masyarakat Cendekia Utama. 2(3) : 19-22
Qurbany, Zuryati Toiyiba, and Adityo Wibowo. "Stroke Hemoragik ec Hipertensi Grade
II." Jurnal Medula 5.2 (2016): 114-118.
Ruang Seruni Irna Medik Instalasi Promosi Kesehatan Rumah Sakit dan Hubungan
Masyarakat (PKRS & HUMAS) RSUD Dr. Soetomo Surabaya. 2018. Penatalaksanaan
pada Pasien dengan NGT di rsudrsoetomo.jatimprov.go.id/wp-content/uploads/2019/
08/PFE_3_v210618_Leaflet_PENATALAKSANAAN-PADA-PASIEN-NGT-2106_
OK_opt.pdf+&cd=10&hl=id&ct=clnk&gl=id (diakses 22 April 2020)
Sidharta, Priguna, and Mahar Mardjono. "Neurologi Klinis Dasar." Cetakan ke-12. Jakarta:
Dian Rakyat (2008).
Sloane, E. 2004. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Widyastuti, P., editor. Jakarta (ID) :
Buku Kedokteran EGC
Smeltzer, Suzanne C., and Brenda G. Bare. "Brunner & Suddarth, Tratado de enfermagem
médico-cirúrgica." Brunner & Suddarth, Tratado de enfermagem médico-cirúrgica.
2005. 1133-1133.
Susanto, T. 2012. Ventilasi Mekanik di www.slideshare.net/tandangsusanto/ventilasi-
mekanik-14481627 (diakses 20 April 2020)
World Health Organization. Cerebrovascular disorders: a clinical and research
classification. World Health Organization, 1978.
Yonata, A. & Pratama, A.S. 2016. Hipertensi sebagai Faktor Pencetus Terjadinya Stroke.
Medical Journal of Lampung University. 5(3) : 17-21