Anda di halaman 1dari 3

DESKRIPSI HASIL OBSERVASI DAN WAWANCARA

1. Identitas Observasi

Nama : Ngasipah
Jenis kelamin : Perempuan
Tanggal lahir : 28 Oktober 1930
Agama : Islam
Tanggal masuk : 21 Desember 2015
Asal : Semarang

a. Perkembangan fisik
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara, peneliti melihat kondisi fisik
pada kulit Mbah Ngasipah yang sudah mulai mengkerut atau kendur. Hal ini
membuktikan terjadinya perubahan pada sel-sel kulit yang mulai menurun sehingga
kulit tidak kencang lagi. Selain itu, perubahan fisik terlihat pada rambut dan gigi yang
berubah menjadi putih dan berlubang (ompong). Perubahan yang terjadi ini membuat
peneliti dapat mendeskripsikan bahwa rentan usia seseorang dapat memengaruhi
kondisi fisik seseorang. Tetapi pada realitanya keadaan Mbah Ngasipah masih terlihat
sehat. Beliau masih bisa berdiri dan berjalan dengan cukup lancar. Hal ini dapat
tergolong normal dan sehat mengingat kondisinya yang telah lansia. Dari hasil
wawancara di dapatkan bahwa Mbah Ngasipah sering melakukan aktifitas sehari-hari
seperti mencuci, menyapu, senam, membuat manik-manik, dan mengepel.
Perkembangan sensori Mbah Ngasipah yang mencakup penglihatan, pendengaran,
penciuman, perasa masih tergolong baik. Terbukti pada saat wawancara Mbah
Ngasipah mampu merespon dengan baik apa yang dibicarakan oleh peneliti.
b. Perkembangan kognitif
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara, peneliti berhasil mendapatkan
data bahwa telah terjadi penurunan pada perkembangan kognitif Mbah Ngasipah. Hal
ini terbukti dari hasil wawancara peneliti yang menanyakan usia Mbah Ngasipah saat
itu, ternyata mbah Ngasipah menjawab bahwa usianya adalah 80 tahun. Namun
kenyataannya dari data yang dapat diperoleh dari panti menyatakan bahwa usia Mbah
Ngasipah saat ini adalah 88 tahun.
Peneliti juga bertanya mengenai pendidikan terakhir Mbah Ngasipah, ternyata
Mbah Ngasipah dulunya tidak pernah sekolah. Tetapi dia dapat berbicara lancar
menggunakan Bahasa Indonesia. Selain itu Mbah Ngasipah juga mampu
menceritakan kejadian-kejadian masa lalunya pada masa penjajahan dahulu. Dari data
observasi dan wawancara tersebut, peneliti dapat mendeskripsikan bahwa daya ingat
Mbah Ngasipah masih cukup bagus dalam mengingat kejadian-kejadian masa lalu
yang pernah dilalui.
c. Perkembangan psikologis dan sosial
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara, peneliti melihat terjadinya
penurunan pada perkembangan psikologis dan sosial. Hal ini terbukti bahwa dalam
melakukan aktifitas sehari-hari telah mengalami kemunduran dibandingkan dengan
lansia yang lainnya. Dimana Mbah Ngasipah sudah jarang bahkan hampir tidak
berjalan-jalan dilingkungan sekitar dan untuk bersosialisasi Mbah Ngasipah
cenderung tertutup dan tidak pernah keluar panti.
Namun, peneliti dapat mendeskripsikan bahwa relasi Mbah Ngasipah cukup
besar. Hal ini terbukti dengan banyaknya teman-teman di panti yang membuat Mbah
Ngasipah merasa senang dan bahagia pada tingkat psikologis. Dari tingkat emosi,
peneliti menemukan data bahwa kondisi emosional Mbah Ngasipah cukup labil.
Dimana Mbah Ngasipah tipikel orang yang mudah tersinggung dan cenderung
bersikap layaknya anak-anak yang tak jarang berkelahi dengan lansia lainnya. Di
panti Mbah Ngasipah tergolong orang yang religius, masih melaksanakan
kewajibannya menunaikan ibadah sholat.

2. Refleksi Diri

Setelah peneliti melakukan observasi dan wawancara. Peneliti mendapatkan


banyak pembelajaran selama proses wawancara tersebut. Dari awal pertemuan dengan
para penghuni panti, perkenalan dengan para lansia, hingga bertemu dan berbagi
cerita pengalaman dengan lansia. Peneliti belajar apa artinya hidup yang
sesungguhnya, jangan pernah menyerah dengan keadaan dan jangan merasa sendiri
karena masih banyak orang-orang yang peduli.
Walaupun telah menginjak masa lansia tetapi banyak kegiatan positif yang
dilakukan oleh Mbah Ngasipah seperti selalu mengikuti kegiatan yang ada di panti
dan membuat karya-karya sederhana dari manik-manik.
Selain itu dengan bertemu Mbah Ngasipah membuat peneliti lebih belajar mengenai
arti kesabaran dan peduli dalam menghadapi pasien yang sesungguhnya. Karena pada
dasarnya setiap pasien itu memiliki karakter dan kepribadian yang berbeda-beda. Oleh
karena itu, peneliti harus mampu menyesuaikan latar belakang pasien sehingga
mampu memberikan asuhan keperawatan secara maksimal.

3. Rencana Pengembangan Diri

Untuk menjadi seorang perawat profesional diharuskan :


a) Mampu berkomunikasi secara terapeutik terhadap klien/pasien
b) Mampu memimpin dan manajemen dengan baik.
c) Mampu menerapkan kode etik keperawatan dalam setiap tindakan.
d) Mampu mengedepankan kepentingan orang lain dibandingkan kepentingan pribadi.
e) Mampu bekerjasama dengan tenaga kesehatan lainnya.
f) Mampu memberikan asuhan keperawatan sesuai prosedur dan tidak menyalahi aturan
serta memberikan asuhan sesuai dengan kebutuhan klien/pasien.

4. Kesimpulan

Dari hasil observasi dan wawancara terhadap Mbah Ngasipah yang merupakan
lansia dengan usia 88 tahun ini tidak mencapai kebahagiaan di usia akhir. Hal ini
ditunjukkan dengan kebenaran bahwa Mbah Ngasipah tidak memiliki seorang anak
dan suami dalam jangka waktu yang cukup lama. Keberadaan Mbah Ngasipah di
panti tersebut tidak diketahui siapapun karena memang pada kenyataannya Mbah
Ngasipah tidak memiliki keluarga dan hidup sebatang kara dari sejak kecil.

Anda mungkin juga menyukai