Home-based Accommodations.
1. Apakah definisi dan karakteristik "home-based accommodation" dari berbagai
referensi yang ada di artikel? Kemudian, simpulkan menurut pendapat Anda sendiri.
Dalam artikel tersebut ada beberapa pandangan mengenai definisi dan
karakteristik akomodasi ‘home-based’ dimana menurut Khoshesar (2014)
mengatakan kalau akomodasi ‘home-based’ merupakan akomodasi yang rumah
informal yang dimiliki oleh warga lokal di tempat tersebut. Dia juga menjelaskan
bahwa karakteristik bisnis dari akomodasi ini lebih menawarkan interaksi
informal dan santai dari pemilik rumah dan tamunya dan mereka jarang
memfokuskan pada tingkat laba atau pendapatan yang dihasilkan. Interasksi antara
pemilik rumah dan tamu pun relative tinggi dan pemilik rumah biasanya
memasukan untur sosial budaya mereka pada pelayanannya. Mereka juga dekat
dengan alam pedesaan sehingga dapat ikut melestarikan budaya, lingkungan, dan
tradisi lokal.
Menurut Moscardo (2009) dimana akomodasi ‘home-based’ ini bisa jadi menjadi
tujuan utama atau daya tarik dari suatu perjalanan. Hal ini dikarenakan pelayanan
yang menjurus pada tradisi ataupun budaya setempat yang mungkin dapat menjadi
faktor lain dalam pengalaman pengunjung. Kategori ini akomodasi ini memang
menjurus pada interaksi dari tuan rumah dan tamu di tempat yang sama, namun
ada perbedaan dalam ruang publik antara keduanya.
Berdasarkan referensi dari beberapa penelitian diatas maka dapat dikatakan bahwa
"home-based accommodation" atau akomodasi berbasis rumah ini merupakan
akomodasi dimana warga lokal (yang sering disebut tuan rumah) menyewakan
rumahnya untuk ditinggali atau disinggahi oleh wisatawan (yang sering disebut
tamu) bersama dan terjadilah interaksi didalamnya. Akomodasi ini lebih
menekankan pada interaksi santai dari kuduanya dimana tuan rumah dapat
memperkenalkan budaya, tradisi, kebiasaannya lingkungannya kepada tamu dan
tamu juga dapat merasa menjadi keluarga angkat dan tentu merupakan daya tarik
tersendiri. Karena sistem pelayanan tersebut, banyak pembisnis akomodasi ini
yang lebih menekankan interaksi santai dan pengalaman wisatawan dibandingkan
laba yang didapatkan.
Disamping itu tamu yang datang biasanya dibagi dua yaitu tamu domestik dan
tamu internasional. Tamu domestic sendiri merupakan tamu dari negara atau
berkebudayaan lokal dimana mereka melakukan perjalanan untuk belajar tentang
tempat baru dan budaya, tradisi dan adat istiadat dan sifat geografis. Tamu ini
biasanya lebih sadar akan konsekuensi dari perilaku mereka dan lebih menghargai
situs warisan. Jadi mereka lebih menekankan pada keaslian dan makna
pengalaman, daripada sekadar kesenangan dan hiburan. Untuk tamu internasional
biasanya mereka datang dengan melakukan penelitian, membaca dan mencari tahu
terlebih dahulu sehingga mereka tahu dasar-dasar mengenai kodisi sosial dan
budaya tempat tersebut. Namun walaupun banyak hal-hal yang memang salah
atau pun kurang tepat, para pemilik rumah masih memaklumi hal tersebut.
Dibanding dengan tamu domestic yang sudah tahu dari lama adat dan tradisinya
dan diharapkan untuk lebih menghormati hal dasar tersebut.
4. Apa yang dimaksud dengan Dimensi Sosial dan Politik dalam Pengaturan
Pengunjung?
Seperti yang dimaksud dari penaturan pengunjung secara umum dimana pengelola
bisnis perlu mengatur bisnis nya untuk memaksimalkan pengalaman wisatawan
tapa memberikan aspek negative bagi lingkungan sosial dan budaya. Dalam
mengatur hal ini terdapat faktor sosial dan politik yang dapat mempengaruhi
kebijakan dari sang pengelola atau tuan rumah. Kondisi sosial politik negara atau
wilayah dapat mempengaruhi hal tersebut karena adanya regulasi dan peraturan
sosial dan budaya itu sendiri. Contohnya adalah negara Iran yang merupakan
negara muslim dimana masyarakatnya perpegang teguh dengan nilai sosial budaya
islam, seperti adanya batasan antara laki-laki dan perempuan di depan public, lalu
perempuan diwajibkan untuk menggunakan hijab, dan larangan usaha minuman
keras, klub, dan tempat perjudian. Hal ini juga mempengaruhi kebijakan tuan
rumah dimana tamu yang datang dipisahkan kamar dan tempat fasilitasnya antara
laki-laki dan perempuan, dan jika ada pasangan tamu yang datang dan berbagi
kamar perlu di cek kembali surat-surat mereka seperti surat pernikahan ataupun
bukti lainnya bahwa mereka adalah pasangan yang sah.
5. Bagaimanakah cara agar terjadi komunikasi dan pemahaman yang baik antara budaya
"host" dan "guest" menurut artikel tersebut?
Dalam hal ini para pemilik rumah (host) perlu mempertimbangkan mengenai
peraturan dan adat istiadat lingkungannya dengan kepuasan dari tamunya. Cara
agar hal ini bisa terjadi adalah dengan melakukan interpretasi yang jelas dan
menarik dimana tamu tidak merasa terkekang dan bahkan menganggapnya
menjadi suatu hal yang baru dan menarik. Dengan interpretasi dan pemberian
informasi yang tepat dapat mengubah peraturan tersebut menjadi hal yang
menumbuhkan kesadaran, penghargaan, dan perhatian dan memengaruhi perilaku
bertanggung jawab mereka.
6. Jelaskan apa saja langkah hard dan soft approaches yang sudah dilakukan oleh
berbagai hosts dari home-based accommodations?
A. Hard Approaches
a. Langkah yang dapat dikatakan ‘keras’ yang perlu dilakukan oleh host adalah
dengan mendaftarkan usahanya atau membuat izin usaha dan lisensi hukum.
Hal ini dapat menjadi dasar dari pembuatan peraturan dalam akomodasi tanpa
merusak citra dari usaha tersebut.
b. Menetapakan batas waktu kebisingan. Peraturan ini merupakan cara host
untuk tetap menjaga etika sosial di lingkungannya. Tamu yang tidak mengerti
etika sosial tersebut dapat ditahan dengan adanya peraturan ini.
B. Soft Approaches
a. Komunikasi verbal dengan para tamu. Hal ini dapat menjadi salah satu cara
‘lembut’ dalam memberikan pemahaman bagi para tamu. Dengan konsep
akomodasi yang ramah dan santai ini bisa mempermudah para pemilik rumah
untuk mengkomunikasikan adat/peraturan yang berlaku.
b. Memasang papan informasi dan peraturan seperti kode pengunjung, hal-hal
apa saja yang dapat dan tidak dapat dilakukan. Namun informasi ini harus
ditampilkan dengan menarik dan tidak menggangu atau menyinggung dari
tamu tersebut.
c. mencocokkan tamu yang tepat dengan konteks / menarik kelompok
pengunjung tertentu. Dalam hal ini dengan memilih market tamu yang cocok
dan dirasa tidak akan menimbulkan konflik antara tamu dan lingkungan
akomodasi.
d. Tidak menggabungkan kelompok tamu yang mempunyai paham, kebutuhan,
dan permintaan yang berbeda. Biasanya kelompok-kelompok tertentu
mempunyai kebiasaan yang berbeda dengan kelompok lainnya, ha ini perlu di
pertimbangkan karena jika digabungkan kemungkinan akan muncul konflik
diantara kedua kelompok tersebut.
e. Menggunakan intepretasi, demonstrasi, dan partisipasi. Dalam hal ini host
tidak hanya semata-mata membuat peraturan yang harus dilakukan oleh tamu,
tetapi mereka juga harus melakukan peraturan atau kebiasaan tersebut. Hal ini
dirasa lebih efektif dalam merubah pandangan dan presepsi tamu dibandingkan
peraturan ketat yang seakan-akan mengengkang tamu tersebut. Dengan hal ini
pun tamu merasa di hargai dan akan menghargai peraturan tersebut.