Anda di halaman 1dari 4

Tugas Pertemuan 10 - The Social and Political Dimensions of Visitor Management: Rural

Home-based Accommodations.
1. Apakah definisi dan karakteristik "home-based accommodation" dari berbagai
referensi yang ada di artikel? Kemudian, simpulkan menurut pendapat Anda sendiri.
 Dalam artikel tersebut ada beberapa pandangan mengenai definisi dan
karakteristik akomodasi ‘home-based’ dimana menurut Khoshesar (2014)
mengatakan kalau akomodasi ‘home-based’ merupakan akomodasi yang rumah
informal yang dimiliki oleh warga lokal di tempat tersebut. Dia juga menjelaskan
bahwa karakteristik bisnis dari akomodasi ini lebih menawarkan interaksi
informal dan santai dari pemilik rumah dan tamunya dan mereka jarang
memfokuskan pada tingkat laba atau pendapatan yang dihasilkan. Interasksi antara
pemilik rumah dan tamu pun relative tinggi dan pemilik rumah biasanya
memasukan untur sosial budaya mereka pada pelayanannya. Mereka juga dekat
dengan alam pedesaan sehingga dapat ikut melestarikan budaya, lingkungan, dan
tradisi lokal.

Selain itu terdapat pendapat dari Lynch (2005,2007,2009) pada beberapa


penelitiannya dimana akomodasi ‘home-based’ ini merupakan usaha akomodasi
yang menggabungkan anatar hotel dan rumah pribadi. Maksud dari konsep ini
dimana tamu membayar untuk tinggal secara pribadi rumah sang pemilik tempat
dan biasanya terjadi interaksi antara mereka. Bentuk penginapan ini juga dapat
berupa tinggal di pedesaan pertanian, keluarga angkat, beberapa hotel kecil dan B
& B. Selain itu banyak yang menggunakan kata tamu bagi orang yang menginap
disbanding pengunjung atau wisatawan, karena kata tersebut dianggap lebih
ramah. Dia juga mengatakan bahwa kategori dari akomodasi ini dapat berupa
sebagai rumah komersial tradisional dan homestay budaya.

Menurut Moscardo (2009) dimana akomodasi ‘home-based’ ini bisa jadi menjadi
tujuan utama atau daya tarik dari suatu perjalanan. Hal ini dikarenakan pelayanan
yang menjurus pada tradisi ataupun budaya setempat yang mungkin dapat menjadi
faktor lain dalam pengalaman pengunjung. Kategori ini akomodasi ini memang
menjurus pada interaksi dari tuan rumah dan tamu di tempat yang sama, namun
ada perbedaan dalam ruang publik antara keduanya.

Berdasarkan referensi dari beberapa penelitian diatas maka dapat dikatakan bahwa
"home-based accommodation" atau akomodasi berbasis rumah ini merupakan
akomodasi dimana warga lokal (yang sering disebut tuan rumah) menyewakan
rumahnya untuk ditinggali atau disinggahi oleh wisatawan (yang sering disebut
tamu) bersama dan terjadilah interaksi didalamnya. Akomodasi ini lebih
menekankan pada interaksi santai dari kuduanya dimana tuan rumah dapat
memperkenalkan budaya, tradisi, kebiasaannya lingkungannya kepada tamu dan
tamu juga dapat merasa menjadi keluarga angkat dan tentu merupakan daya tarik
tersendiri. Karena sistem pelayanan tersebut, banyak pembisnis akomodasi ini
yang lebih menekankan interaksi santai dan pengalaman wisatawan dibandingkan
laba yang didapatkan.

2. Menurut Anda, bagaimanakah bentuk home-based accommodation yang lazim di


Indonesia?
 Menurut saya cukup lazim dan cukup berpotensi bentuk akomodasi ini di
Indonesia, karena Indonesia mempunyai karakteristik masyarakat yang berbeda-
beda, kebudayaan dan adat istiadat yang beragam dapat menjadi potensi untuk
menarik wisatawan yang memiliki interest lebih pada budaya da tradisi tempat
tersebut. Dalam pengetahuan saya banyak juga ‘home-based accommodation’ di
beberapa daerah di Indonesia seperti di pusat Kota Yogyakarta dimana banyak
akomodasi seperti hostel, B&B, dan rumah warga. Di dalam konteks pedesaan
atau yang jauh dari perkotaan pun banyak jenis akomodasi ini yang biasa disebut
dengan desa wisata dimana wisatawan dapat berinteraksi langsung dengan warga
desa tersebut.

3. Bagaimanakah karater "guest" pada home-based accommodation menurut artikel


tersebut?
 Dalam artikel tersebut ada beberapa karakter atau ciri pengunjung/wisatawan yang
menginap di akomodasi ini seperti biasanya para pemilik atau tuan rumah lebih
memilih untuk memanggil wisatawa sebagai tamu, hal ini dianggap lebih ramah
dan santai bagi keduannya. Ciri lainnya para tamu yang memilih akomodasi ini
merupakan kelompok yang lebih menjurus kepada kebebasan tertentu, karena
kebanyakan akomodasi ini memberikan kebebasan tersendiri bagi tamunya sesuai
norma yang dipatuhi oleh sang pemilik rumah.

Disamping itu tamu yang datang biasanya dibagi dua yaitu tamu domestik dan
tamu internasional. Tamu domestic sendiri merupakan tamu dari negara atau
berkebudayaan lokal dimana mereka melakukan perjalanan untuk belajar tentang
tempat baru dan budaya, tradisi dan adat istiadat dan sifat geografis. Tamu ini
biasanya lebih sadar akan konsekuensi dari perilaku mereka dan lebih menghargai
situs warisan. Jadi mereka lebih menekankan pada keaslian dan makna
pengalaman, daripada sekadar kesenangan dan hiburan. Untuk tamu internasional
biasanya mereka datang dengan melakukan penelitian, membaca dan mencari tahu
terlebih dahulu sehingga mereka tahu dasar-dasar mengenai kodisi sosial dan
budaya tempat tersebut. Namun walaupun banyak hal-hal yang memang salah
atau pun kurang tepat, para pemilik rumah masih memaklumi hal tersebut.
Dibanding dengan tamu domestic yang sudah tahu dari lama adat dan tradisinya
dan diharapkan untuk lebih menghormati hal dasar tersebut.

4. Apa yang dimaksud dengan Dimensi Sosial dan Politik dalam Pengaturan
Pengunjung?
 Seperti yang dimaksud dari penaturan pengunjung secara umum dimana pengelola
bisnis perlu mengatur bisnis nya untuk memaksimalkan pengalaman wisatawan
tapa memberikan aspek negative bagi lingkungan sosial dan budaya. Dalam
mengatur hal ini terdapat faktor sosial dan politik yang dapat mempengaruhi
kebijakan dari sang pengelola atau tuan rumah. Kondisi sosial politik negara atau
wilayah dapat mempengaruhi hal tersebut karena adanya regulasi dan peraturan
sosial dan budaya itu sendiri. Contohnya adalah negara Iran yang merupakan
negara muslim dimana masyarakatnya perpegang teguh dengan nilai sosial budaya
islam, seperti adanya batasan antara laki-laki dan perempuan di depan public, lalu
perempuan diwajibkan untuk menggunakan hijab, dan larangan usaha minuman
keras, klub, dan tempat perjudian. Hal ini juga mempengaruhi kebijakan tuan
rumah dimana tamu yang datang dipisahkan kamar dan tempat fasilitasnya antara
laki-laki dan perempuan, dan jika ada pasangan tamu yang datang dan berbagi
kamar perlu di cek kembali surat-surat mereka seperti surat pernikahan ataupun
bukti lainnya bahwa mereka adalah pasangan yang sah.

5. Bagaimanakah cara agar terjadi komunikasi dan pemahaman yang baik antara budaya
"host" dan "guest" menurut artikel tersebut?
 Dalam hal ini para pemilik rumah (host) perlu mempertimbangkan mengenai
peraturan dan adat istiadat lingkungannya dengan kepuasan dari tamunya. Cara
agar hal ini bisa terjadi adalah dengan melakukan interpretasi yang jelas dan
menarik dimana tamu tidak merasa terkekang dan bahkan menganggapnya
menjadi suatu hal yang baru dan menarik. Dengan interpretasi dan pemberian
informasi yang tepat dapat mengubah peraturan tersebut menjadi hal yang
menumbuhkan kesadaran, penghargaan, dan perhatian dan memengaruhi perilaku
bertanggung jawab mereka.

6. Jelaskan apa saja langkah hard dan soft approaches yang sudah dilakukan oleh
berbagai hosts dari home-based accommodations?
 A. Hard Approaches
a. Langkah yang dapat dikatakan ‘keras’ yang perlu dilakukan oleh host adalah
dengan mendaftarkan usahanya atau membuat izin usaha dan lisensi hukum.
Hal ini dapat menjadi dasar dari pembuatan peraturan dalam akomodasi tanpa
merusak citra dari usaha tersebut.
b. Menetapakan batas waktu kebisingan. Peraturan ini merupakan cara host
untuk tetap menjaga etika sosial di lingkungannya. Tamu yang tidak mengerti
etika sosial tersebut dapat ditahan dengan adanya peraturan ini.
B. Soft Approaches
a. Komunikasi verbal dengan para tamu. Hal ini dapat menjadi salah satu cara
‘lembut’ dalam memberikan pemahaman bagi para tamu. Dengan konsep
akomodasi yang ramah dan santai ini bisa mempermudah para pemilik rumah
untuk mengkomunikasikan adat/peraturan yang berlaku.
b. Memasang papan informasi dan peraturan seperti kode pengunjung, hal-hal
apa saja yang dapat dan tidak dapat dilakukan. Namun informasi ini harus
ditampilkan dengan menarik dan tidak menggangu atau menyinggung dari
tamu tersebut.
c. mencocokkan tamu yang tepat dengan konteks / menarik kelompok
pengunjung tertentu. Dalam hal ini dengan memilih market tamu yang cocok
dan dirasa tidak akan menimbulkan konflik antara tamu dan lingkungan
akomodasi.
d. Tidak menggabungkan kelompok tamu yang mempunyai paham, kebutuhan,
dan permintaan yang berbeda. Biasanya kelompok-kelompok tertentu
mempunyai kebiasaan yang berbeda dengan kelompok lainnya, ha ini perlu di
pertimbangkan karena jika digabungkan kemungkinan akan muncul konflik
diantara kedua kelompok tersebut.
e. Menggunakan intepretasi, demonstrasi, dan partisipasi. Dalam hal ini host
tidak hanya semata-mata membuat peraturan yang harus dilakukan oleh tamu,
tetapi mereka juga harus melakukan peraturan atau kebiasaan tersebut. Hal ini
dirasa lebih efektif dalam merubah pandangan dan presepsi tamu dibandingkan
peraturan ketat yang seakan-akan mengengkang tamu tersebut. Dengan hal ini
pun tamu merasa di hargai dan akan menghargai peraturan tersebut.

7. Menurut Anda, pendekatan apa yang dapat diterapkan di home-based accommodation


di Indonesia agar terjadi komunikasi dan pemahaman yang baik antara host dan guest
 Menurut saya, kedua pendekatan seperti pada artikel tersebut (hard & soft)
memang perlu dilakukan, karena dengan banyaknya market pasar serta visitor
behaviour yang beragam membuat suatu peraturan hanya akan dilakukan oleh
segmen tertentu. Dengan kombinasi antara hard approach (ex: penegakan hukum)
dan soft approach (ex: interpretasi dan pemberian informasi yang tepat) ini
sekiranya dapat dilakukan oleh beberapa segmen dan mengurangi dampak
negative kepada lingkungan sosial budaya daerah tersebut tanpa mengurangi
kesan baik dan pengalaman menyenangkan dari tamu atau wisatawan tersebut.

Anda mungkin juga menyukai