Anda di halaman 1dari 5

Pencemaran Limbah Industri di Citarum Makin Parah

Sampah di Sungai Citarum, Jawa Barat

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -– Lagi, persoalan limbah industri tekstil pada Sungai Citarum mendapat
kecaman dari sejumlah pihak. Limbah industri yang langsung dibuang ke aliran sungai tanpa proses
instalasi pengolahan limbah mengancam puluhan hektar sawah, penyakit kulit, hingga penurunan
kuantitas listrik pada waduk sepanjang Sungai Citarum.

Pencemaran itu terjadi di kawasan dekat hulu Citarum, di Kampung Balekambang, Majalaya, Kabupaten
Bandung. Sejumlah warga mengaku pasrah terhadap pencemaran Pabrik tekstil di sekitar kawasan
tersebut.

Sejumlah petani di Balekambang, Majalaya, Kabupaten Bandung, mengaku mengalami kondisi terparah
dari pencemaran limbah tujuh pabrik di sekitar kawasan Balekambang. “Banyak pipa-pipa saluran
limbah yang bocor ke areal sawah, tak jarang banyak padi yang rusak,” ujar Ojang (60 tahun), warga
Balekambang, kemarin. Air Sumur, kata dia, juga kotor mengakibatkan penyakit gatal dan diare.

Menurut Ojang, keluhan ini telah seringkali disampaikan kepada pihak pabrik, namun tanpa ada itikad
yang baik, kondisi ini terus terjadi hingga puluhan tahun. “mereka banyak sewa preman pabrik, kami
tidak bisa berbuat apa-apa,” tambahnya.

Penurunan kualitas air Sungai Citarum akibat limbah sampah dan sedimentasi juga mengakibatkan
peningkatan biaya perawatan Pembangkit Listrik Tenaga Air Saguling. Total biaya perawatan perangkat
waduk, mencapai Rp 1 miliar per tahun. “Sebab rata-rata, limbah yang tersaring berupa pasir dan
material lain mencapai 4,2 juta meter kubik,” ungkap General Manager PLTA Saguling Eri Prabowo. Eri
mengungkapkan, kondisi air citarum yang sangat tercemar, berdampak pada korosi bagian turbin waduk
di Saguling.

Ketua Komunitas Elingan Citarum, Deni Riswandana mengungkapkan, di kawasan Majalaya, sedikitnya
terdata 139 indutri tekstil dan tenun yang membuang limbahnya langsung ke aliran Citarum. Deni
menambahkan, secara luas, sekitar 1.500 industri yang berada di sekitar Daerah aliran Sungai Citarum ,
menyumbang 2.800 ton limbah untuk tiap harinya. “Semuanya merupakan limbah cair kimia bahan
bahaya beracun (B3),” tegasnya.
philipusvickyatmajayaep2015/pencemaran-sungai-citarum-akibat-limbah-
industri_565bc661c5afbd331a45b653

Citarum adalah sungai terpanjang dan terbesar di Tatar Pasundan Provinsi Jawa Barat ,indonesia. Sungai
citarum mengalir dari hulunya di Gunung wayang selatan kota Bandung mengalir ke utara dan bermuara
di laut jawa.Citarum mengaliri 12 wilayah administrasi kabupaten/kota.Citarum menyuplai air untuk
kebutuhan penghidupan 28 Juta masyarakat,Sungai yang merupakan sumber air minum untuk
masyarakat di Jakarta, Bekasi, Karawang, Purwakarta, dan Bandung. Dengan panjang sekitar 269 km
mengaliri areal irigasi untuk pertanian seluas 420.000 hektar.Citarum merupakan sumber dari denyut
nadi perekonomian Indonesia sebesar 20% GDP (Gross Domestic Product) dengan hamparan industri
yang berada di sepanjang sungai Citarum..Jutaan orang tergantung langsung hidupnya dari sungai ini ,
sekitar 500 pabrik berdiri di sekitar alirannya, tiga waduk PLTA dibangun di alirannya.Kondisi Sungai
Citarum saat ini sangat memprihatinkan. Menurut keterangan dari Kepala Balai Besar Wilayah Sungai
Citarum, Sungai Citarum kini tergolong sebagai sungai terkotor di dunia.

Berdasarkan data tahun 2010 mengenai kualitas air Citarum, dari 10 titik pantau mutu air yang masuk
kategori bahaya atau tercemar berat adalah di empat titik pantau Majalaya, Sapan, Cijeruk, dan
Dayeuhkolot. Salah satu parameter signifikan melewati batas ambang adalah kandungan bahan kimia
beracun dari limbah cair industri tekstil (yang memiliki proses pencelupan, pemutihan, dan finishing).
Selain limbah industri tekstil Sungai Citarum juga menjadi tempat pembuangan limbah bagi industri
peleburan besi, industri kertas, dan peternakan sapi. Sebanyak 400 ton limbah disalurkan ke Sungai
Citarum per hari.

Oleh karena itu,melalui esai ini saya berpendapat bahwa sungai Citarum merupakan sumber kehidupan
dari banyak serta salah satu dari pusat pendapatan negara. Bagaimana mungkin Sungai yang telah
memberikan kehidupan bagi orang banyak dan juga pendaparan bagi negara merupakan sungai terkotor
di dunia? Hal ini jelas sangat mencoreng nama baik Indonesia. Hal ini disebabkan karena limbah - limbah
yang mengalir di Citarum. Limbah tersebut sangatlah berbahaya,itu terbukti dengan banyaknya ikan
yang mati di sungai Citarum.Ikan - ikan tersebut mati karena mereka telah hidup di sungai yang telah
tercemar oleh limbah yang berasal dari industri.

Limbah industri sangatlah berbahaya karena banyak kandungan zat -zat yang sangat berbahaya bagi
makhluk hidup. Karena adanya kandungan zat berbahaya ini juga menyebabkan air di Sungai Citarum
bukan lagi air bersih dan bahkan air yang dilarang untuk di konsumsi oleh makhluk hidup.Air bersih
merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia,namun jika sumber air bersih saja tercemar itu akan
menimbulkan masalah besar bagi manusia. Jika manusia mengkonsumsi air yang tercemar itu tidak akan
menjadi solusi untuk memenuhi kebutuhan manusia akan air bersih melainkan akan menimbulkan
masalah baru seperti penyakit - penyakit yang disebabkan oleh air yang tercemar.

Maka dari itu pemerintah harus bertindak tegas kepada industri - industri agar tidak membuang limbah
mereka sembarangan di Sungai Citarum. Pemerintah harusnya memiliki peraturan dan juga sanksi yang
tegas bagi pelanggarnya.Sebaiknya pemerintah secepatnya melakukan pembenehan pada Sungai
Citarum agar sungai ini dapat berfungsi seperti dulu yaitu sebagai sumber kehidupan banyak orang dan
sumber pendapatan bagi negara. Sehingga gelar sebagai sungai terkotor akan lepas,dan masyarakar
sekitar dapat hidup sejahtera.

https://nasional.tempo.co/read/866846/gawat-limbah-pabrik-di-sungai-citarum-semakin-tak-terkendali

TEMPO.CO, Bandung - Direktur Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Jawa Barat Dadan
Ramdhan mengatakan, hampir 80 persen pabrik di wilayah Jawa Barat melanggar aturan soal
pembuangan limbah cair. Ratusan pabrik yang berdiri di kawasan aliran Sungai Citarum hampir sebagian
besar melakukan pelanggaran dengan membuang limbahnya ke aliran sungai. Hal itu membuat Sungai
Citarum semakin tercemar limbah berbahaya.

"Aturan dan Undang-undang yang mengatur masalah limbah berbahaya sudah ada. Tapi, pelaksanaanya
yang lemah. Hampir 80 persen pabrik di Jawa Barat melanggar aturan," ujar Dadan kepada Tempo,
Sabtu, 15 April 2017.

Baca juga:

Bersih-bersih Citarum, Deddy Mizwar Periksa Limbah Pabrik

Dadan menuturkan, setiap pabrik seharusnya memiliki Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL). IPAL
tersebut digunakan untuk mengurangi kadar limbah berbahaya sebelum dibuang. Namun, banyak pabrik
yang membandel. Sejumlah pabrik tidak memanfaatkan IPAL dengan maksimal. Malah, ia katakan, ada
sejumlah pabrik yang tidak memilki IPAL sesuai standar.
"Selain IPAL yang bermasalah. Peraturan soal baku mutu air limbah juga jadi masalah. Meskipun kadar
limbahnya sudah berkurang dengan IPAL, limbah tetaplah limbah. Pabrik tetap membuang limbah ke
sungai," kata dia.

Baca pula:

Bersihkan Sungai Citarum, Aher Masih Cari Rp 30 Miliar

Akibat pengawasan terhadap pembuangan limbah pabrik yang lemah, ia katakan, kondisi Sungai Citarum
makin lama makin memprihatinkan. Di beberapa titik sungai yang mengalir di 12 kota/kabupaten itu
aliran sungai kadang berwarna tidak normal dan mengeluarkan bau. Bahkan, di beberapa lokasi
sejumlah sawah yang mengandalkan aliran air dari sungai Citarum mengalami gagal panen.

"Karena pengawasan yang lemah, kita harus mengedukasi masyarakat sekitar pabrik agar mengerti
apabila ada kegiatan pabrik yang melanggar langsung laporkan," ujar dia.

Organisasi nirlaba Blacksmith Institute yang berbasis di New York dan Green Cross asal Swiss pada tahun
2013 melansir daftar tempat paling tercemar di bumi tahun ini. Ada 10 lokasi yang dipandang sangat
tercemar akibat limbah industri, pengolahan limbah yang buruk, hingga bencana nuklir.

Silakan baca:

Bakal Ada 12.500 Orang Bersihkan Sungai Citarum

Sungai Citarum di Jawa Barat dan kawasan di sekitarnya masuk dalam daftar karena pencemaran limbah
industri dan bahan kimia. Laporan Blacksmith menyebutkan lebih dari 500 ribu orang terkena dampak
langsung pencemaran di Sungai Citarum. Sementara lebih dari 5 juta orang terkena dampak tak
langsung akibat polutan kimia yang dibuang di sungai dan terbawa aliran air.
Namun, kondisi yang dipaparkan hasil penelitian itu tidak beranjak lebih baik. Di Kabupaten Purwakarta,
Tempo menjumpai kawasan industri di Kecamatan Babakan Cikao. Di sana, terdapat dua pabrik tekstil
besar yang membelakangi Sungai Citarum. Pantauan Tempo, kondisi Sungai Citarum yang dibelakangi
dua pabrik tersebut kondisinya cukup memprihatinkan.

Selain aliran sungai yang diduga telah terpapar limbah, kondisi pemukiman penduduk yang berada di
kawasan pabrik pun terpapar polusi asap. Bau menyengat sangat terasa saat Tempo mengunjungi salah
satu pemukiman yang berada di belakang pabrik.

Baca:

Bersihkan Sampah Citarum, Jawa Barat Pakai Dana Tak Terduga

Aktivis Wahana Pemerhati Lingkungan Indonesia (Wapli) Purwakarta Tedi Hartawan menyebutkan, dua
pabrik yang berdiri di Kecamatan Babakan Cikao kerap melakukan pembungan limbah berbahaya ke
aliran sungai. Dua pabrik tersebut yakni PT IBR dan PT SPV.

"PT IBR sudah dinyatakan bersalah oleh Pengadilan. Tapi, mereka mengajukan banding, hingga sekarang
kasusnya tidak tahu bagaiamana," ujar Tedi kepada Tempo.

Tedi menyebutkan, kedua pabrik itu menggunakan bahan baku batu bara untuk melakukan
pembakaran. Selain itu, pabrik kerap membuang limbah berbahaya. "Biasanya kalau malam dan hujan
mereka membuang limbah ke sungai," kata Tedi.

Salah seorang warga yang tinggal di Kampung Sawah, Desa Cilangkap, Kecamatan Babakan Cikao,
Purwakarta, mengatakan kondisi Sungai Citarum yang berada di dekat rumah mereka sudah sangat
kritis. Ia mengatakan, warga sudah tak ada yang berani untuk menggunakan air dari sungai.

"Jangankan manusia, ikan aja hanya satu jenis yang hidup di sana. Padahal dulu banyak ikan yang hidup
di sana," ujar warga yang enggan disebutkan namanya itu kepada Tempo.

IQBAL LAZUARDI S

Anda mungkin juga menyukai