Anda di halaman 1dari 51

BAB I

LINGKUNGAN HIDUP & KIMIA LINGKUNGAN

A. Pengertian Kimia Lingkungan

Kimia adalah ilmu yang mempelajari mengenai komposisi dan sifat zat atau
materi dari skala atom hingga molekul serta perubahan atau transformasi serta interaksi
mereka untuk membentuk materi yang ditemukan sehari-hari. Kimia juga mempelajari
pemahaman sifat dan interaksi atom individu dengan tujuan untuk menerapkan
pengetahuan tersebut pada tingkat makroskopik. Menurut kimia modern, sifat fisik materi
umumnya ditentukan oleh struktur pada tingkat atom yang pada gilirannya ditentukan
oleh gaya antaratom.
Di dunia yang semakin modern ini, tentu perkembangan teknologi dan industry
pasti semakin pesat. Perkembangan teknologi dan industry ini dapat berdampak positif
dan negatif bagi kehidupan manusia. Dampak positifnya (menguntungkan), yaitu dampak
yang diharapkan dalam rangka meningkatkan kualitas dan kenyamanan hidup. Dampak
negatifnya (merugikan), yaitu dampak yang dapat menurunkan kualitas/kenyamanan
hidup. Dampak ini tidak diharapkan karena menimbulkan masalah yang harus diatasi,
yaitu masalah kerusakan atau pencemaran lingkungan. Manfaat belajar kimia lingkungan
dapat ditinjau dari segi pemahaman dan dari segi aplikasi. Dari segi pemahaman, belajar
kimia lingkungan dapat meningkatkan melek terhadap lingkungan hidup kita, dengan
seluruh gejala kimia yang terjadi baik yang terjadi secara alamiah ataupun yang
disebabakan oleh aktivitas manusia. Bila ditinjau dari segi aplikasi, dengan belajar kimia
lingungan  kita dapat melakukan penanggulangan terhadap pencemaran dan dapat pula
mencegah terjadinya pencemaran.

Lingkungan hidup dapat didekati dari semua disiplin ilmu antara lain ilmu kimia,
sehingga muncul Ilmu Kimia Lingkungan. Hal ini wajar karena karena semua komponen
baik kelompok biotik maupun kelompok abiotik yang menyusun lingkungan hidup terdiri
dari unsur dan senyawa kimia. Dengan demikian ilmu kimia memegang peranan penting
dan turut menentukan dalam penyelesaian serta memecahkan masalah lingkungan hidup.

B.  Lingkungan Hidup

Unsur-unsur lingkungan hidup dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu:

1
1.  Unsur Hayati (Biotik)
Unsur hayati (biotik), yaitu unsur lingkungan hidup yang terdiri dari makhluk
hidup, seperti manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, dan jasad renik.
2.  Unsur Sosial Budaya
Unsur sosial budaya, yaitu lingkungan sosial dan budaya yang dibuat manusia
yang merupakan sistem nilai, gagasan, dan keyakinan dalam perilaku sebagai makhluk
sosial. Kehidupan masyarakat dapat mencapai keteraturan berkat adanya sistem nilai dan
norma yang diakui dan ditaati oleh segenap anggota masyarakat.
3.  Unsur Fisik (Abiotik)
Unsur fisik (abiotik), yaitu unsur lingkungan hidup yang terdiri dari benda-benda
tidak hidup, seperti, tanah, air, udara, iklim, dan lain-lain. Keberadaan lingkungan fisik
sangat besar peranannya bagi kelangsungan hidup segenap kehidupan di bumi.
Bayangkan, apa yang terjadi jika air tak ada lagi di muka bumi atau udara yang dipenuhi
asap? Tentu saja kehidupan di muka bumi tidak akan berlangsung secara wajar. Akan
terjadi bencana kekeringan, banyak hewan dan tumbuhan mati, perubahan musim yang
tidak teratur, munculnya berbagai penyakit, dan lain-lain.

C.  Kerusakan Lingkungan Hidup

Berdasarkan faktor penyebabnya, bentuk kerusakan lingkungan hidup dibedakan


menjadi 2 jenis yaitu:

1.  Bentuk Kerusakan Lingkungan Hidup Akibat Peristiwa Alam

Berbagai bentuk bencana alam yang akhir-akhir ini banyak melanda Indonesia
telah menimbulkan dampak rusaknya lingkungan hidup. Dahsyatnya gelombang tsunami
yang memporak-porandakan bumi serambi Mekkah dan Nias, serta gempa 5 skala
Richter yang meratakan kawasan DIY dan sekitarnya, merupakan contoh fenomena alam
yang dalam sekejap mampu merubah bentuk muka bumi. Peristiwa alam lainnya yang
berdampak pada kerusakan lingkungan hidup antara lain:

a. Letusan Gunung Berapi

2
Letusan gunung berapi terjadi karena aktifitas magma di perut bumi yang
menimbulkan tekanan kuat keluar melalui puncak gunung berapi. Bahaya yang
ditimbulkan oleh letusan gunung berapi antara lain berupa: Hujan abu vulkanik,
menyebabkan gangguan pernapasan; Lahar panas, merusak, dan mematikan apapun yang
dilaluinya; Awan panas, dapat mematikan makhluk hidup yang dilalui; Gas yang
mengandung racun; Material padat (batuan, kerikil, pasir) dapat menimpa perumahan,
dan lain-lain.

      b.  Gempa Bumi

Gempa bumi adalah getaran kulit bumi yang bisa disebabkan karena beberapa hal,
diantaranya kegiatan magma (aktivitas gunung berapi), terjadinya tanah turun, maupun
karena gerakan lempeng di dasar samudera. Manusia dapat mengukur berapa intensitas
gempa, namun manusia sama sekali tidak dapat memprediksi akan kapan terjadinya
gempa. Oleh karena itu, bahaya yang ditimbulkan oleh gempa lebih dahsyat
dibandingkan dengan letusan gunung berapi.

      c.  Angin Topan

Angin topan terjadi akibat aliran udara dari kawasan yang bertekanan tinggi
menuju ke kawasan bertekanan rendah. Perbedaan tekanan udara ini terjadi karena
perbedaan suhu udara yang mencolok. Serangan angin topan bagi negara-negara di
kawasan samudra Pasifik dan Atlantik merupakan hal yang biasa terjadi. Bagi wilayah-
wilayah di kawasan California, Texas, sampai si kawasan Asia seperti Korea dan Taiwan,
bahaya angin topan merupakan bencana musiman. Tetapi bagi Indonesia baru dirasakan
di pertengahan tahun 2007. Hal ini menunjukkan bahwa telah terjadi perubahan iklim 
Indonesia yang lain yang disebabkan oleh adanya gejala pemanasan global. Bahaya angin
topan bisa diprediksi melalui foto satelit yang menggambarkan keadaan atmosfer bumi,
termasuk gambar terbentuknya angin topan, arah, dan kecepatannya. Serangan angin
topan (puting beliung) dapat menimbulkan kerusakan lingkungan hidup.

Beberapa upaya yang dapat dilakukan masyarakat berkaitan dengan pelestrian


lingkungan hidup antara lain:

1. Pelestraian Tanah (Tanah , Datar, Lahan Miring/Perbukitan)

3
Terjadinya bencana tanah longsor dan banjir menunjukkan peristiwa yang
berkaitan dengan masalah tanah. banjir telah menyebabkan pengikisan lapisan tanah oleh
aliran air yang disebut erosi yang berdampak pada hilangnya kesuburan tanah serta
terkikisnya lapisan tanah dari permukaan bumi. Tanah longsor disebabkan karena tak ada
lagi unsur yang menahan lapisan tanah pada tempatnya sehingga menimbulkan
kerusakan. Jika hal tersebut dibiarkan terus berlangsung, maka bukan mustahil jika
lingkungan berubah menjadi pada tandus. Upaya pelestarian tanah dapat dilakukan
dengan cara menggalakan kegiatan menanam pohon atau penghijauan kembali (reboisasi)
terhadap tanah yang semula gundul. Untuk daerah perbukitan atau pegunungan yang
posisi tanahnya miring perlu di bangun tera sering atau sengke dan, sehingga mampu
menghambat laju aliran hujan.

2.  Pelestarian Udara

Udara merupakan unsur vital bagi kehidupan, karena setiap organisme bernafas
memerlukan udara yang mengandung beraneka ragam gas, salah satunya adalah Oksigen.
Udara yang kotor karena debu ataupun asap sisa pembakaran menyebabkan kadar
oksigen berkurang, keadaan ini sangat membahayakan bagi kelangsungan hidup setiap
organisme. Maka perlu diupayakan kiat-kiat untuk menjaga kesegaran udara lingkungan
agar tetap bersih, segar, dan sehat.

3.  Pelestarian Hutan

Eksploitasi hutan yang terus menerus berlangsung sejak dahulu hingga kini tanpa
diimbangi dengan penanaman kembali. Upaya yang dapat dilakukan untuk melestarikan
hutan, meliputi: Reboisasi atau penanaman kembali hutan yang gundul; Melarang
pembabatan hutan secara sewenang-wenang; Menerapkan sistem tebang pilih dalam
menebang pohon; Menerapkan sistem tebang-tanam dalam kegiatan penebangan hutan;
Menerapkan sanksi yang berat bagi mereka yang melanggar ketentuan mengenai
pengelolaan hutan.

4. Pelestarian Laut dan Pantai

Adapun upaya untuk melestarikan laut dan pantai dapat dilakukan dengan cara:
Melakukan reklamasi pantai dengan menanam kembali tanaman bakau diarea sekitar
pantai; Melarang pengambilan batu karang yang ada di sekitar pantai maupun di dasar

4
laut, karena karang merupakan habitat ikan dan tanaman laut; Melarang pemakaian bahan
peledak dan bahan kimia lainnya dalam mencari ikan; Melarang pemakaian pukat
harimau untuk mencari ikan.
5. Pelestarian Flora dan Fauna

Kehidupan di bumi merupakan sistem ketergantungan antara manusia, hewan


tumbuhan, dan alam sekitarnya. Terputusnya salah satu mata rantai dari sistem tersebut
akan mengakibatkan gangguan dalam kehidupan. Oleh karena itu, kelestarian flora dan
fauna merupakan hal yang mutlak diperhatikan demi kelangsungan hidup manusia.
Adapun upaya yang dapat dilakukan untuk menjaga kelestarian flora dan fauna di
antaranya adalah: Mendirikan cagar alam dan suaka margasatwa; Melarang kegiatan
perburuan liar; Menggalakan kegiatan penghijauan.

5
BAB II

PERANAN KIMIA LINGKUNGAN

Ilmu kimia merupakan faktor yang memegang peranan penting dalam


memperlajari lingkungan hidup, karena dalam lingkungan hidup selalu ada bahan-bahan
kimia. Oleh karena itu untuk mempelajari lingkungan hidup dan peristiwa-peristiwa yang
terjadi di dalamnya, perlu adanya dari ilmu kimia yang khusus memperlajari bahan-bahan
kimia yang ada dalam lingkungan hidup. Ilmu tersebut dinamakan ilmu kimia
lingkungan, yang mempelajari sifat-sifat, fungsi, terbentuknya serta proses kimia yang
terjadi dalam lingkungan hidup. Selain di atas ilmu kimia lingkungan sangat diperlukan
dalam mempelajari lingkungan hidup karena dalam lingkungan hidup tercakup
komponen-komponen  yang terdiri dari bahan kimia dan terjadi pula perputaran bahan
kimia.

Anda telah mengetahui bahwa lingkungan hidup terdiri dari beberapa komponen
yang dikelompokan menjadi dua kelompok besar yaitu kelompok makhluk hidup (living
group) yang disebut juga kelompok biotik dan kelompok tak hidup (non living group)
yang disebut pula abiotik. Yang termasuk kelompok biotik adalah manusia, hewan,
tumbuh-tumbuhan, bakteri dan fungsi yang kesemuanya dibangun dari bahan-bahan
kimia dan merupakan gudang proses kimia. Sedangkan yang termasuk abiotik terdiri dari
tiga faktor yaitu faktor energi matahari, faktor fisis, faktor bahan kimia. Dengan demikian
ilmu kimia memegang peranan penting dan turut menentukan dalam penyelesaian serta
memecahkan masalah lingkungan hidup. Peranan ilmu kimia lingkungan antara lain:

 Mempelajari sifat dan fungsi bahan kimia dalam lingkungan hidup.

6
 Mempelajari dan menelaah bahan kimia terhadap suatu komponen lain dan terhadap
lingkungan hidup secara menyeluruh, terutama jika bahan kimia itu tersebar dan
terkontaminasi dengan lingkungan, sehingga keseimbangan terganggu.
 Menentukan jumlah batas penyebaran bahan kimia dalam lingkungan agar tidak
memberikan gangguan terhadap kelestarian lingkungan dan kesejahteraan manusia.
 Merekomendasikan hasil penelitian dan percobaan kepada pengelola lingkungan hidup
atau kepada masyarakat pada umumnya.

Itulah pentingnya peranan ilmu kimia dalam mempelajari semua benda


(komponen biotik maupun kelompok abiotik) dalam lingkungan hidup, sehingga berarti
ilmu kimia lingkungan memegang peranan yang amat penting bagi masa depan
lingkungan hidup kita termasuk kesejahteraan manusia.

7
BAB III

KIMIA AIR

A. Pengertian Air

Air dapat berwujud padatan (es), cairan (air) dan gas (uap air). Air merupakan
satu-satunya zat yang secara alami terdapat di permukaan bumi dalam ketiga wujudnya
tersebut. Air adalah substansi kimia dengan rumus kimia H2O. Satu molekul air tersusun
atas dua atom hidrogen yang terikat secara kovalen pada satu atom oksigen. Air bersifat
tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau pada kondisi standar (Allafa, 2008). Zat
kimia ini merupakan suatu pelarut yang penting, yang memiliki kemampuan untuk
melarutkan banyak zat kimia lainnya, seperti garam-garam, gula, asam, beberapa jenis
gas dan banyak macam molekul organik. Air sering disebut sebagai pelarut universal
karena air melarutkan banyak zat kimia. Air berada dalam kesetimbangan dinamis antara
fase cair dan padat di bawah tekanan dan temperatur standar. Dalam bentuk ion, air dapat
dideskripsikan sebagai sebuah ion hidrogen (H+) yang berasosiasi (berikatan) dengan
sebuah ion hidroksida (OH-) (Allafa, 2008).

B. Standar Kualitas Air

Dengan adanya standar kualitas air, orang dapat mengukur kualitas dari berbagai
macam air. Setiap jenis air dapat diukur konsentrasi kandungan unsur yang tercantum di
dalam standar kualitas, dengan demikian dapat diketahui syarat kualitasnya. Standar
kualitas air bersih dapat diartikan sebagai ketentuan-ketentuan berdasarkan Permenkes RI
No. 416/MENKES/PER/IX/1990 yang biasanya dituangkan dalam bentuk pernyataan
atau angka yang menunjukkan persyaratan–persyaratan yang harus dipenuhi agar air
tersebut tidak menimbulkan gangguan kesehatan, penyakit, gangguan teknis, serta
gangguan dalam segi estetika. Demikian pula halnya dengan air yang digunakan sebagai
8
kebutuhan air bersih sehari-hari, sebaiknya air tersebut tidak berwarna, tidak berasa, tidak
berbau, jernih, dan mempunyai suhu yang sesuai dengan standard yang ditetapkan
sehingga menimbulkan rasa nyaman. Jika salah satu dari syarat tersebut tidak terpenuhi
maka besar kemungkinan air itu tidak sehat karena mengandung beberapa zat kimia,
mineral, ataupun zat organis/biologis yang dapat mengubah warna, rasa, bau, dan
kejernihan air (Azwar, 1990).

Untuk standar kualitas air secara global dapat digunakan Standar Kualitas Air
WHO. Sebagai organisasi kesehatan internasional, WHO juga mengeluarkan peraturan
tentang syarat-syarat kualitas air bersih yaitu meliputi kualitas fisik, kimia dan biologi.
Peraturan yang ditetapkan oleh WHO tersebut digunakan sebagai pedoman bagi negara
anggota. Namun demikian masing-masing negara anggota, dapat pula menetapkan syarat-
syarat kualitas air sesuai dengan kondisi negara tersebut.

C. Syarat Kualitas Air

 Syarat Fisik

Peraturan menteri kesehatan RI Nomor:416/MENKES/PER/IX/1990, menyatakan


bahwa air yang layak dikonsumsi dan digunakan dalam kehidupan sehari-hari adalah air
yang mempunyai kualitas yang baik sebagai sumber air minum maupun air baku (air
bersih), antara lain harus memenuhi persyaratan secara fisik, tidak berbau, tidak berasa,
tidak keruh, serta tidak berwarna. Pada umunya syarat fisik ini diperhatikan untuk
estetika air. Adapun sifat-sifat air secara fisik dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor
diantaranya sebagai berikut:

1) Suhu

Temperatur air akan mempengaruhi penerimaan masyarakat akan air tersebut dan
dapat pula mempengaruhi reaksi kimia dalam pengolahannya terutama apabila
temperature sangat tinggi. Temperatur yang diinginkan adalah ± 3 0C suhu udara
disekitarnya yang dapat memberikan rasa segar, tetapi iklim setempat atau jenis dari
sumber-sumber air akan mempengaruhi temperatur air. Di samping itu, temperatur pada
air mempengaruhi secara langsung toksisitas banyaknya bahan kimia pencemar,
pertumbuhan mikroorganisme, dan virus. Temperature atau suhu air diukur dengan
menggunakan termometer air.

9
2) Bau dan Rasa

Bau dan rasa biasanya terjadi secara bersamaan dan biasanya disebabkan oleh
adanya bahan-bahan organik yang membusuk. Bahan–bahan yang menyebabkan bau dan
rasa ini berasal dari berbagai sumber.

3) Kekeruhan

Air dikatakan keruh apabila air tersebut mengandung begitu banyak partikel
bahan yang tersuspensi sehingga memberikan warna/rupa yang berlumpur dan kotor.
Bahan-bahan yang menyebabkan kekeruhan ini meliputi tanah liat, lumpur, bahan-bahan
organik yang tersebar dari partikel-partikel kecil yang tersuspensi. Kekeruhan pada air
merupakan satu hal yang harus dipertimbangkan dalam penyediaan air bagi umum,
mengingat bahwa kekeruhan tersebut akan mengurangi segi estetika, menyulitkan dalam
usaha penyaringan, dan akan mengurangi efektivitas usaha desinfeksi (Sutrisno, 1991).

Tingkat kekeruhan air dapat diketahui melalui pemeriksaan laboratorium dengan


metode Turbidimeter. Untuk standard air bersih ditetapkan oleh Permenkes RI No.
416/MENKES/PER/IX/1990, yaitu kekeruhan yang dianjurkan maksimum 25 NTU
(Depkes RI, 1995).

b. Syarat Kimia

Air bersih yang baik adalah air yang tidak tercemar secara berlebihan oleh zat-zat
kimia yang berbahaya bagi kesehatan antara lain Air raksa (Hg), Aluminium (Al), Arsen
(As), Barium (Ba), Besi (Fe), Flourida (F), Calsium (Ca), Mangan ( Mn ), Derajat
keasaman (pH), Cadmium (Cd), dan zat-zat kimia lainnya. Penggunaan air yang
mengandung bahan kimia beracun dan zat-zat kimia yang melebihi kadar maksimum
yang diperbolehkan berakibat tidak baik bagi kesehatan manusia. Contohnya pH; pH Air
sebaiknya netral yaitu tidak asam dan tidak basa untuk mencegah terjadinya pelarutan
logam berat dan korosi. pH air yang dianjurkan untuk air minum adalah 6,5–9. Air
merupakan pelarut yang baik sekali maka jika dibantu dengan pH yang tidak netral dapat
melarutkan berbagai elemen kimia yang dilaluinya (Juli Soemirat, 2000).

c. Syarat Bakteriologis

10
Sumber-sumber air di alam pada umumnya mengandung bakteri, baik air
permukaan, maupun air tanah. Jumlah dan jenis bakteri berbeda sesuai dengan tempat
dan kondisi yang mempengaruhinya. Oleh karena itu air yang digunakan untuk keperluan
sehari-hari harus bebas dari bakteri patogen. Bakteri golongan Coli (Coliform bakteri)
tidak merupakan bakteri patogen, tetapi bakteri ini merupakan indikator dari pencemaran
air oleh bakteri patogen (Soemirat, 2000).

BAB IV

KIMIA TANAH

Tanah merupakan tubuh alam yang bebas yang tersusun oleh komponen organik
maupun anorganik. Diseluruh permukaan bumi terdapat beraneka macam tanah mulai
dari yang paling gersang sampai yang paling subur. Mulai dari warna yang paling gelap
hingga yang warna cerah. Keanekaragaman tanah itu memiliki sifat dan kandungan yang
berbeda dalam komponennya. Antara lain sifat kimia yang merupakan komponen inti
dalam tanah. Tanah satu dengan yang lain memiliki perbedaan sifat kimia yang tentunya
mempengaruhi tingkat kesuburan dalam tanah tersebut. Kesuburan itu sendiri pada
akhirnya erat kaitannya dengan pertumbuhan suatu tanaman. Untuk mempermudah
mengkaji dan menganalisis keadaan itu maka diperlukan kemampuan untuk mengenal
beragam komponen kimia dalam masing-masing jenis tanah.

Semenjak pertanian berkembang, konsep tanah yang paling penting adalah konsep
sebagai media alami bagi pertumbuhan tanaman. Sebagai konsep itu, tanah sendiri
memiliki jenis dan sifat yang berbeda. Adapun jenis tanah itu antara lain: Regosol,
11
Andisol, Vertisol, Latosol, dan masih banyak lagi. Disetiap tanah itu terkandung unsur
kimia tertentu dan fase-fase reaksi kimia tertentu. Hal ini berpengaruh untuk kesuburan
tanah, kembali pada konsep bahwa tanah sebagai media alami pertumbuhan
tanaman. Kenyataan pada saat ini, kadang pertanian belum mampu mengkaji hal-hal yang
erat kaitannya dengan kimia tanah. Hal ini disebabkan kurangnya pengetahuan dan
wawasan mengenai kimia dalam pertanian. Padahal ini cukup berperan penting dalam
menopang produksi pertanian. Maka dari itu, pengetahuan mengenai kimia tanah sangat
diperlukan dalam bidang pertanian, khususnya ditujukan kepada para petani yang
memegang peranan langsung di lapangan.

Kimia Tanah merupakan sarana untuk mempelajari mengenai beragam ilmu


mengenai kimia tanah. Sehingga pada nantinya mendapatkan bekal pengetahuan dan
wawasan mengenai kimia tanah dalam bidang pertanian, baik itu pengetahuan dan
wawasan mengenai kimia tanah dalam bidang pertanian, baik itu mengenai unsur, fase
reaksi, atau beragam hal yang erat kaitan dengan kimia tanah yang menopang untuk
usaha pertanian kedepannya.

 pH Larutan Tanah

pH adalah tingkat keasaman atau kebasaan suatu benda yang diukur dengan
menggunakan skala pH antara 0 hingga 14. Sifat asam mempunyai pH antara 0 hingga 7
dan sifat basa mempunyai nilai pH antara 7 hingga 14. pH tanah menunjukan derajat
keasaman tanah atau keseimbangan antara konsentrasi H+ dan OH- dalam larutan tanah.
Apabila konsentrasi H+ dalam larutan tanah lebih banyak dari OH - maka suasana larutan
tanah menjadi asam. Sebaliknya bila konsentrasi OH- lebih banyak dari konsentrasi H+
maka suasana menjadi basa. pH tanah atau tepatnya pH larutan tanah sangat penting
karena larutan tanah mengandung unsur hara seperti nitrogen (N), Kalium (K), Phospor
(P), dan unsur lain yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah tertentu untuk tumbuh,
berkembang, dan bertahan dari penyakit. pH tanah merupakan salah satu sifat kimia
tanah. Banyak petani yang sudah mendengar tentang pH tanah, akan tetapi belum bisa
mengerti pentingnya mengetahui pH tanah dan bagaimana cara mengukurnya. Apalagi
untuk mengukur pH tanah dibutuhkan alat yang mahal, sehingga petani tidak pernah
memiliki kesempatan untuk mengukur langsung pH tanah mereka. Padahal dengan

12
mengetahui pH tanah yang ada di dalam lahan, mereka dapat menjaga kesuburan
tanah. Pentingnya mengetahui pH tanah adalah sebagai berikut:

 Mengetahui mudah tidaknya unsur-unsur hara dalam tanah diserap oleh tanaman.
Unsur hara akan mudah diserap oleh tanaman (akar tanaman) pada pH netral.
 Menunjukan adanya kemungkinan unsur-unsur beracun. Tanah dengan pH masam
banyak ditemukan ion-ion Al yang memfiksasi unsur P, sehingga unsur P sulit diserap
oleh tanaman.
 Mempengaruhi perkembangan organisme. Bakteri akan berkembang biak dalam pH
lebih dari 5,5, apabila pH kurang dari itu maka perkembangannya akan terhambat.
Jamur dapat berkembang biak pada pH dibawah 5,5 dan di atas itu jamur harus
bersaing dengan bakteri.

Tanah tersusun dari bahan padatan, air, dan udara. Bahan padatan tersebut dapat
berupa bahan mineral dan bahan organik. Bahan mineral terdiri dari partikel pasir, debu,
dan lempung. Ketiga pertikel ini menyusun tekstur tanah. Sedangkan bahan organik
berkisar 5% dari bobot total tanah. Meskipun kandungan bahan organik sedikit dalam
tanah tetapi memegang peranan penting dalam menentukan kesuburan tanah. Bahan
organik adalah sekumpulan senyawa-senyawa organik kompleks yang sedang atau telah
mengalami proses dekomposisi. Baik berupa humus atau hasil humifikasi maupun
senyawa-senyawa anorganik hasil mineralisasi dan termasuk juga mikrobia yang terlibat
dan berada di dalamnya. Tanah adalah hasil dari pelapukan batuan selama jutaan tahun.
Tanah disebut subur jika keadaan fisik, biologis, maupun kimia dalam keadaan baik dan
seimbang. Kerusakan tanah secara garis besar dapat digolongkan menjadi tiga kelompok
utama, yaitu kerusakan sifat kimia, fisika dan biologi tanah. Kerusakan kimia tanah dapat
terjadi karena proses pemasaman tanah, akumulasi garamgaram (salinisasi), tercemar
logam berat, dan tercemar senyawa-senyawa organic dan xenobiotik seperti pestisida atau
tumpahan minyak bumi (Djajakirana, 2001). Terjadinya pemasaman tanah dapat
diakibatkan penggunaan pupuk nitrogen buatan secara terus menerus dalam jumlah besar
(Brady, 1990). Kerusakan tanah secara fisik dapat diakibatkan karena kerusakan struktur
tanah yang dapat menimbulkan pemadatan tanah. Kerusakan struktur tanah ini dapat
terjadi akibat pengolahan tanah yang salah atau penggunaan pupuk kimia secara terus
menerus. Kerusakan biologi ditandai oleh penyusutan populasi maupun berkurangnya
biodiversitas organisme tanah, dan terjadi biasanya bukan kerusakan sendiri, melainkan
13
akibat dari kerusakan lain (fisik dan atau kimia). Sebagai contoh penggunaan pupuk
nitrogen (dalam bentuk ammonium sulfat dan sulfur coated 6urea) yang terus menerus
selama 20 tahun dapat menyebabkan pemasaman tanah sehingga populasi cacing tanah
akan turun dengan drastis (Ma et al., 1990). Kehilangan unsur hara dari daerah perakaran
juga merupakan fenomena umum pada sistem pertanian dengan masukan rendah.
Pemiskinan hara terjadi utamanya pada praktek pertanian di lahan yang miskin atau agak
kurang subur tanpa dibarengi dengan pemberian masukan pupuk buatan maupun pupuk
organic yang memadai. Termasuk dalam kelompok ini adalah kehilangan bahan organic
yang lebih cepat dari penambahannya pada lapisan atas. Dengan demikian terjadi
ketidakseimbangan masukan bahan organik dengan kehilangan yang terjadi melalui
dekomposisi yang berdampak pada penurunan kadar bahan organic dalam tanah. Tanah-
tanah yang sudah mengalami kerusakan akan sulit mendukung pertumbuhan tanaman.
Sifat-sifat tanah yang sudah rusak memerlukan perbaikan agar tanaman dapat tumbuh
dan berproduksi kembali secara optimal.

Penyediaan hara bagi tanaman dapat dilakukan dengan penambahan pupuk baik
organik maupun anorganik. Pupuk anorganik dapat menyediakan hara dengan cepat.
Namun apabila hal ini dilakukan terus menerus akan menimbulkan kerusakan tanah. Hal
ini tentu saja tidak menguntungkan bagi pertanian yang berkelanjutan. Meningkatnya
kemasaman tanah akan mengakibatkan ketersediaan hara dalam tanah yang semakin
berkurang dan dapat mengurangi umur produktif tanaman. Menurut Lal (1995),
pengelolaan tanah yang berkelanjutan berarti suatu upaya pemanfaatan tanah melalui
pengendalian masukan dalam suatu proses untuk memperoleh produktivitas tinggi secara
berkelanjutan, meningkatkan kualitas tanah, serta memperbaiki karakteristik lingkungan.
Dengan demikian diharapkan kerusakan tanah dapat ditekan seminimal mungkin sampai
batas yang dapat ditoleransi, sehingga sumberdaya tersebut dapat dipergunakan secara
lestari dan dapat diwariskan kepada generasi yang akan datang. Bahan organik tanah
berpengaruh terhadap sifat-sifat kimia, fisik, maupun biologi tanah. Fungsi bahan organik
di dalam tanah sangat banyak, baik terhadap sifat fisik, kimia maupun biologi tanah,
antara lain sebagai berikut (Stevenson, 1994):

1. Berpengaruh langsung maupun tidak langsung terhadap ketersediaan hara. Bahan


organik secara langsung merupakan sumber hara N, P, S, unsur mikro maupun
unsur hara esensial lainnya. Secara tidak langsung bahan organic membantu
14
menyediakan unsur hara N melalui fiksasi N2 dengan cara menyediakan energi
bagi bakteri penambat N2, membebaskan fosfat yang difiksasi secara kimiawi
maupun biologi dan menyebabkan pengkhelatan unsur mikro sehingga tidak
mudah hilang dari zona perakaran.
2. Membentuk agregat tanah yang lebih baik dan memantapkan agregat yang telah
terbentuk sehingga aerasi, permeabilitas dan infiltrasi menjadi lebih baik.
Akibatnya adalah daya tahan tanah terhadap erosi akan meningkat.
3. Meningkatkan retensi air yang dibutuhkan bagi pertumbuhan tanaman.
4. Meningkatkan retensi unsur hara melalui peningkatan muatan di dalam tanah.
5. Mengimmobilisasi senyawa antropogenik maupun logam berat yang masuk
kedalam tanah.
6. Meningkatkan kapasitas sangga tanah
7.  Meningkatkan suhu tanah.
8. Mensuplai energi bagi organisme tanah
9. Meningkatkan organisme saprofit dan menekan organisme parasit bagi tanaman.

Selain memiliki dampak positif, penggunaan bahan organik dapat pula


memberikan dampak yang merugikan. Salah satu dampak negatif yang dapat muncul
akibat dari penggunaan bahan organik yang berasal dari sampah kota adalah
meningkatnya logam berat yang dapat diasimilasi dan diserap tanaman, meningkatkan
salinitas, kontaminasi dengan senyawa organik seperti poli khlorat bifenil, fenol,
hidrocarburate polisiklik aromatic, dan asam-asam organic (propionic dan butirik) (de
Haan, 1981 dalam Aguilar et al., 1997). Faktor yang mempengaruhi pembentukan tanah
juga harus diperhatikan karena mempengaruhi jumlah bahan organik. Miller et al. (1985)
berpendapat bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah bahan organik dalam tanah
adalah sifat dan jumlah bahan organik yang dikembalikan, kelembaban tanah, temperatur
tanah, tingkat aerasi tanah, topografi dan sifat penyediaan hara.

Bahan organik secara umum dibedakan atas bahan organik yang relative sukar
didekomposisi karena disusun oleh senyawa siklik yang sukar diputus atau dirombak
menjadi senyawa yang lebih sederhana, termasuk di dalamnya adalah bahan organik yang
mengandung senyawa lignin, minyak, lemak, dan resin yang umumnya ditemui pada
jaringan tumbuh-tumbuhan; dan bahan organik yang mudah didekomposisikan karena
disusun oleh senyawa sederhana yang terdiri dari C, O, dan H, termasuk di dalamnya
15
adalah senyawa dari selulosa, pati, gula dan senyawa protein. Dari berbagai aspek
tersebut, jika kandungan bahan organik tanah cukup, maka kerusakan tanah dapat
diminimalkan, bahkan dapat dihindari. Jumlah bahan organik di dalam tanah dapat
berkurang hingga 35% untuk tanah yang ditanami secara terus menerus dibandingkan
dengan tanah yang belum ditanami atau belum dijamah (Brady, 1990). Young (1989)
menyatakan bahwa untuk mempertahankan kandungan bahan organik tanah agar tidak
menurun, diperlukan minimal 8 – 9 ton per ha bahan organik tiap tahunnya.

 Tekstur Dan Kesuburan Tanah

Tanah yang banyak ditumbuhi tumbuh-tumbuhan lebih subur daripada tanah


gundul atau ada tumbuh-tumbuhannya, karena di dalamnya terkandung lapisan bunga
tanah yang tidak terkena erosi. Ciri-ciri tanah subur antara lain: tekstur dan struktur
tanahnya baik, yaitu butir-butir tanahnya tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil;
banyak mengandung garam yang berguna untuk makanan tumbuh-tumbuhan; dan banyak
mengandung air untuk melarutkan garam-garaman. Adapun faktor-faktor yang
mempengaruhi tekstur tanah antara lain komposisi mineral dan batuan/ bahan induk,
sifat, dan cepatnya proses pembentukan tanah lokal, serta umur relatif tanah.

Tanah memerlukan unsur-unsur untuk berubah dan berkembang. Bahan makanan


yang diperlukan tanah adalah: K, P, N, C, H, O, Na, Ca, S, Mg, Fe, Zn, B, Cu, dan Mn.
Apabila salah satu unsur tersebut tidak ada, maka tanaman yang ada tidak sempurna atau
tidak dapat tumbuh. Untuk mengisi kekurangan bahan makanan tanaman di dalam
tanah,dapat digunakan pupuk. Berdasarkan asal senyawanya ada dua macam pupuk
meliputi: pupuk alam (pupuk organik), yaitu pupuk yang dihasilkan dari sisa-sisa
tanaman , hewan, dan manusia seperti pupuk hijau, pupuk kandang, dan pupuk kompos.
Pupuk ini dapat menyepar air hujan, memperbaiki daya mengikat air, mengurangi erosi,
dan untuk perkembangan akar atau biji; pupuk buatan (pupuk anorganik), yaitu pupuk
yang dibuat dalam pabrik, yang terbagi dua jenis, yaitu pupuk tunggal, misalnya pupuk
fosfat (P), pupuk kalium (K), pupuk nitrogen (N) yang dikenal pupuk urea, ammonium
sulfat, dan ammonium klorida, serta pupuk majemuk, yaitu pupuk NP, NK, PK, NPK,
dan lain-lain. Keuntungan pupuk pabrik adalah praktis, ringan, mudah larut, dan cepat
bereaksi. Agar berhasil baik dalam pemupukan perlu diperhatikan :potensi tanah, jenis
pupuk, dosis pemupukan waktu, dan cara pemberian pupuk.

16
BAB V

KIMIA UDARA

Tanpa udara kita tidak akan ada. Udara tidak tampak, sehingga sering kita anggap
tidak ada. Di bumi kita ada sekitar 5,8 milyar ton udara. Makin jauh dari bumi, kerapatan
udara semakin kecil. Partikel-partikel di udara menempel dimana saja di lingkungan kita,
yang paling berbahaya adalah yang terhirup oleh paru-paru kita. Tiap menit kita
menghirup udara sekitar 15-17 kali. Ukuran udara bermacam-macam mulai dari 0,1-10
mikron. Udara bersih merupakan campuran dari berbagai gas yaitu : Nitrogen, Oksigen,
Karbondioksida, Hellion, Neon, Xenon, Kripton, Metana, Karbonmonoksida, Amoniak,
Nitrat oksida dan Hidrogen sulfida.

A. KOMPONEN UDARA
Manusia tidak akan bisa hidup di ruangan yang tidak memliki udara. Manusia
juga tidak akan bisa hidup di dalam ruangan walaupun ruangan tersebut berisi udara jika
komposisi penyusun udaranya tidak tepat atau ada bahan berbahaya yang terlarut di
dalam udara. Saat ini kehidupan manusia ditopang oleh komposisi udara yang terdiri dari:

Nama Gas Persentase (%)


Nitrogen (N2) 78,00
Oksigen (O2) 21,00

17
Argon (Ar) 0,93
Karbon dioksida (CO2) 0,03
Gas lain : 0,04
1. Neon (Ne)
2. Uap Air (H2O)
3. Karbon monoksida (CO)
4. Helium (He)
5. Hidrogen (H2)
6. Kripton (Kr)
7. Xenon (Xe)
Jumlah 100,00

Beberapa manfaat macam-macam kandungan gas penyusun udara, yaitu:

1) Oksigen (O2)

Adalah unsur kimia dalam sistem tabel periodik yang mempunyai lambang O dan
nomor atom 8. Merupakan unsur yang mudah bereaksi dengan hampir semua unsur
lainnya. Oksigen merupakan unsur paling melimpah ketiga di alam semesta berdasarkan
massa. Gas oksigen mengisi 20,9% volume atmosfer bumi. Oksigen mengembun pada
suhu 90,20 K (-182,95º C, -297,31º F) dan membeku pada suhu 54,36 K (-218,79º C,
-361,82º F), oksigen merupakan zat yang sangat reaktif dan harus dipisahkan dari bahan-
bahan yang mudah terbakar. Oksigen atau O2 adalah udara yang diperlukan makhluk
hidup untuk bernapas. Selain itu, Oksigen (O 2) juga digunakan dalam produksi baja dan
untuk pengelasan.Gas oksigen (O2), merupakan gas yang diperlukan untuk pembakaran
makanan dalam tubuh makhluk hidup. Pembakaran tersebut menghasilkan energi dimana
energi ini dibutuhkan untuk melakukan segala aktivitas manusia.

2) Nitrogen (N2)

Adalah unsur kimia dalam sistem periodik unsur yang memiliki lambang N dan
nomor atom 7. Biasanya ditemukan sebagai gas tanpa warna, tanpa bau, tanpa rasa dan
merupakan gas diatomik bukan logam yang stabil, sangat sulit bereaksi dengan unsur
atau senyawa lainnya. Nitrogen mengisi 78,08% atmosfer di bumi dan membentuk
banyak senyawa penting seperti asam amino, amoniak, asam nitrat dan sianida. Nitrogen
18
mengembun pada suhu 77 K (-196º C) pada tekanan atmosfer dan membeku pada suhu
14 15
63 K (-210º C). Ada dua isotop nitrogen yang stabil yaitu N dan N. Yang paling
banyak adalah 14N (99,634%) yang dihasilkan dari bintang-bintang dan yang setelahnya
adalah 15N. Nitrogen (N2) dipakai untuk membuat amonia yang pada gilirannya menjadi
bahan baku pembuatan pewarna, pupuk, bahan peledak, obat–obatan, dan plastik. Gas
Nitrogen (N2) sangat penting untuk tumbuh-tumbuhan. Hal ini disebabkan gas nitrogen
merupakan bahan utama penyubur tanah. Jadi gas nitrogen sangat dibutuhkan untuk
kelangsungan hidup manusia.

3) Karbondioksida (CO2)

Adalah senyawa kimia yang terdiri dari zat atom oksigen yang terikat secara
kovalen dengan sebuah atom karbon, berdasarkan volume rata-rata konsentrasi
karbondioksida di atmosfer bumi 387 ppm. Jumlah ini dapat bervariasi tergantung dari
lokasi dan waktu. Karbondioksida dihasilkan oleh semua hewan, tumbuh-tumbuhan,
fungi dan mikroorganisme pada proses respirasi dan digunakan oleh tumbuhan pada
proses fotosintesis. Karbondioksida tidak mempunyai bentuk cair pada tatanan di bawah
5,1 atm namun langsung terjadi padat pada temperatur dibawah -78º C. Dalam bentuk
padat, karbondioksida umumnya disebut sebagai es kering. CO 2 adalah oksida asam,
larutan CO2 mengubah warna lakmus biru menjadi merah muda. Pada keadaan standar,
rapatan karbondioksida sekitar 1,98 kg/m2. Kira-kira 1,5 kali lebih berat dari udara.
Molekul karbondioksida (O=C=O) mengandung dua ikatan rangkap yang berbentuk
linear. Senyawa ini tidak begitu reaktif dan tidak mudah terbakar, namun bisa membantu
pembakaran garam seperti magnesium.

Selain Oksigen (O2) yang berperan dalam proses pernapasan manusia,


karbondioksida (CO2) juga berperan dalam proses pernapasan manusia. Selain itu,
karbondioksida menyebabkan buah dalam minuman yang menguap atau bersuara
mendesis ketika kemasannya dibuka. Karbondioksida (CO2) merupakan gas hasil
pernapasan. Gas ini sangat diperlukan tumbuhan untuk proses fotosintesis. Dalam udara,
karbondioksida berfungsi sebagai penyimpan panas yang dipancarkan oleh bumi. Jika di
atas permukaan bumi tidak ada karbon dioksida, bumi akan menjadi sangat dingin.
Namun jika terlalu banyak karbon dioksida maka permukaan bumi akan menjadi sangat
panas.

19
4) Argon (Ar)

Argon adalah unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki simbol Ar dan
nomor atom 18. Gas mulia ke-3, di periode 8, argon membentuk 1% dari atmosfer bumi.

5) Karbon monoksida (CO)

Gas ini sangat berbahaya, tidak berwarna dan tidak berbau, berat jenis sedikit
lebih ringan dari udara (menguap secara perlahan ke udara), CO tidak stabil dan
membentuk CO2 untuk mencapai kestabilan fasa gasnya. CO berbahaya karena bereaksi
dengan hemoglobin darah membentuk Carboxy hemoglobin (CO-Hb). Akibatnya fungsi
Hb membawa oksigen ke sel-sel tubuh terhalangi.

6) Gas lain dalam udara

Kripton (Kr), neon (Ne), atau xenon (Xe) merupakan gas-gas yang sulit bereaksi
dengan unsur-unsur lain. Neon dan argon banyak digunakan untuk mengisi bohlam
(lampu pijar).
Gas Helium (He) dan hidrogen (H 2) merupakan gas yang sangat ringan. Oleh karena itu,
dalam atmosfer letaknya di lapisan bagian atas. Gas-gas tersebut sering digunakan
sebagai pengisi balon. Di matahari, terjadi reaksi fusi (penggabungan) gas-gas hidrogen
menjadi helium. Dari reaksi tersebut dihasilkan energi yang sangat besar. Energi inilah
yang merupakan sumber energi bagi kehidupan di bumi.
Ozon (O) merupakan salah satu bentuk molekul oksigen. Gas ozon terletak di bagian
adalah cahaya matahari yang mempunyai energi sangat tinggi. Sinar ini sangat berbahaya
jika yang sampai di bumi terlalu banyak.

20
B. Atmosfer
Atmosfer terdiri atascampuran gas-gas yang melindungi permukaan bumi.lapisan
atmosfer mengandung 78,1% Nitrogen, 21,0% Oksigen, 0,9% Argon dan 0,03%
Karbondioksida. Umumnya, lapisan udara mengandung 1-3% uap air. Sebagai tambahan
lapisan udara juga berisi sejumlah besar berbagai jenis gas yang rata-rata di bawah
0,002%. Gas-gas tersebur antara lain neon, helium, metana, kripton, nitrogen dioksida,
amoniak, dan karbon monoksida.
Atmosfer dibagi dalam beberapa lapisan berdasarkan perbedaan suhu. Lapisan
pertama adalah lapisan troposfer yang ketinggiannya dimulai dari permukaan laut
sampai dengan kira-kira 11 kilometer dari bawah permukaan bumi. Temperatur pada
lapisan troposfe berada pada kisaran pada permukaan laut dan mengalami penurunan
sampai dengan pada lapisan paling atas yang berbatasan dengan lapisan stratosfer.
Lapisan selanjutnya adalah lapisan stratosfer yang ketinggiannya kira-kira 11 km dari
permukaan bawah laut. Suhu rata-rata lapisan stratosfer meningkat dari peningkatan
suhu pada lapisan ini disebabkan karena keberadaan lapisan ozon yang mengabsorpsi
pancaran sinar ultraviolet.
Pada atmosfer reaksi yang sering terjadi adalah reaksi fotokimia hasil reaksi dari
pelepasan molekul-molekul foton, hv (Energi E dari sebuah cahaya tampak atau sinar
ultraviolet diberi nama persamaan, dimana h adalah tetapan Planck dan v adalah
kecepatan cahaya, yang mana berbanding terbalik dengan panjang gelombang. Pancaran
ultraviolet mempunyai frekuensi lebih tinggi daripada cahaya tampak oleh karena itu,
pancaran sinar ultraviolet biasanya lebih aktif dan lebih mudah untuk memutuskan
ikatan-ikatan kimia dalam molekul-molekul yang diikatnya). Salah satu reaksi fotokimia
yang paling penting adalah akibat keberadaan ozon di stratosfer, dimana diikat dengan
radiasi ultraviolet berenergi tinggi dengan panjang gelombang berkisar antara 135-176
nm 240-260 nm di dalam lapisan stratosfer.
Atom-atom oksigen yang dihasilkan oleh pemisahan fotokimia dari bereaksi
dengan molekul oksigen untuk menghasilkan ozon. Dimana M adalah suatu atom atau
unsur senyawa lain, seperti sebuah molekul , yang mana menyerap energi dari kelebihan
reaksi. Ozon yang terbentuk sangat efektif dalam menyerap radiasi ultraviolet dalam
panjang gelombang 220-330 nm ,yang mana menyebabkan kenaikan suhu pada lapisan
stratosfer. Ozon berfungsi untuk menyaring dan menyerap radiasi sinar ultraviolet yang
bergrlombang pendek yang berasal dari sinar matahari agar tidak sampai ke bumi. Jika

21
radiasi ini mencapaiu permukaan bumi maka akan menyebabkan kanker dan kerusakan
lain terhadap organisme yang hidup.
Atmosfer merupakan lapisan pelindung yang dimsans keberadaanya sangat
penting bagiu kehidupan di bumi dan berfungsi pula untuk melindungi dari lingkungan
dunia luar. Lapisan atmosfer merupakan sumber karbondioksida untuk fotosintesis
tumbuhan dan oksigen untuk pernapasan. Lapisan ini juga menyediakan gas nitrogen
yang mana proses fiksasi nitrogen oleh bakteri dan proses pembuatan amoniak bisa
terjadi yang menghasilkan komponen-komponen penting bagi makluk hidup. Sebagai
suatu bagian yang mendasar dari siklus hidrologi atmosfer membawa air laut ke daratan
dan kemudian berfungsi sebagai kondensor. Di lain pihak atmosfer juga digunakan
sebagai tempat pembuangan bagi polutan-polutan yang tercemar mulai dari sulfur
dioksida sampai ke freon. Dalam perannya yang sangat penting sebagai suatu perisai
pelindung atmosfir mengabsorpsi banyak dari sinar kosmik dari alam luar dan
melindungi organisme. Lapisan atmosfer juga berfungsi untuk mengabsorpsi radiasi
elektromagnetik dari matahari. Dengan menyerap radiasi elektromagnetik dengan
panjang gelombang di bawah 300 nm, atmosfer menyerap radiasi ultraviolet yang
berbahaya yang dapat menimbulkan kerusakan bagi organisme hidup atmosfer juga
berfungsi sebagai stabilisator bagi temperatur di bumi oleh karena itu lapisan ini menjaga
agar tidak terjadi perbedaan suhu yang ekstrim di bumi.

22
BAB VI

PENCEMARAN AIR DAN PENANGGULANGANNYA

A. Pengertian Pencemaran Air

Istilah pencemaran air atau polusi air dapat dipersepsikan berbeda oleh satu orang
dengan orang lainnya mengingat banyak pustaka acuan yang merumuskan definisi istilah
tersebut, baik dalam kamus atau buku teks ilmiah. Pengertian pencemaran air juga
didefinisikan dalam Peraturan Pemerintah, sebagai turunan dari pengertian pencemaran
lingkungan hidup yang didefinisikan dalam undang-undang. Dalam praktek
operasionalnya, pencemaran lingkungan hidup tidak pernah ditunjukkan secara utuh,
melainkan sebagai pencemaraan dari komponen-komponen lingkungan hidup, seperti
pencemaran air, pencemaran air laut, pencemaran air tanah dan pencemaran udara.
Dengan demikian, definisi pencemaran air mengacu pada definisi lingkungan hidup yang
ditetapkan dalam UU tentang lingkungan hidup yaitu UU No. 23/1997.

Dalam kehidupan sehari–hari kita membutuhkan air yang bersih untuk minum,
memasak, mandi, mencuci dan kepentingan lainnya. Air yang kita gunakan harus
berstandar 3B yaitu tidak berwarna, tidak berbau dan tidak beracun. Tetapi banyak kita
lihat air yang berwarna keruh dan berbau sering kali bercampur dengan benda–benda
sampah seperti plastik, sampah organik, kaleng dan sebagainnya. Pemandangan seperti
ini sering kita jumpai pada aliran sungai, selokan maupun kolam-kolam. Air yang
demikian disebut air kotor atau air yang tercemar. Air yang tercemar mengandung zat-zat
yang berbahaya yang dapat menyebabkan dampak buruk dan merugikan kita bila
dikonsumsi. Namun bagi kita, khususnya masyarakat pedesaan, sungai adalah sumber air
sehari–hari untuk kelangsungan hidup. Mereka kurang begitu peduli kandungan yang
terdapat pada air tersebut.
1.  Pengertian Pencemaran Air
Salah satu dampak negatif dari kemjuan ilmu dan teknologi yang tidak digunakan
dengan benar adalah terjadinya pencemaran. Pencemaran  adalah peristiwa masuknya zat,
unsur, zat atau komponen lain yang merugikan ke dalam lingkungan akibat aktivitas

23
manusia atau proses alami. Segala sesuatu yang menyebabkan pencemaran disebut
polutan.
Suatu benda dapat dikatakan polutan bila kadarnya melebihi batas normal, berada
pada tempat dan waktu yang tidak tepat. Polutan dapat berupa suara, panas, radiasi, debu,
bahan kimia, zat- zat yang dihasilkan makhluk hidup dan sebagainya. Adanya polutan
dalam jumlah yang berlebihan dapat menyebabkan lingkungan tidak dapat mengadakan
pembersihan sendiri ( regenerasi). Oleh karena itu, pencemarani terhadap lingkungan
perlu dideteksi secara dini dan ditangani segera.
2. Macam-macam Sumber Pencemaran Air
Sumber pencemaran air antara lain sampah masyarakat, limbah industri, limbah
pertanian dan limah rumah tangga. Ada beberapa tipe polutan yang dapat merusak
perairan yaitu; bahan- bahan yang mengandung bibit penyakit, bahan- bahan yang banyak
membutuhakan oksigen untuk penguraiannya, bahan- bhan kimia organic dari industri
atau limbah pupuk pertanian, bahan- bahan yang tidak sediment, bahan- bahan yang
mengandung radioaktif dan panas. Pembuangan sampah dapat mengakibatkan kadar O2
terlarut dalam air semakin berkurang karena sebagian besar dipergunakan oleh bakteri
pembusuk. Pembuangan sampah organic maupun anorganik yang dibuang kesungai
terus- menerus, selain menemari air, terutama di musim hujan akan mengakibatkan
banjir. Air adalah unsur alam yang penting bagi mahluk hidup dengan sifat mengalir dan
meresap. Apabila jalur aliran- alirannya tersumbat akan mengakibatkan banjir.
Pencemaran air terjadi karena kurangnya rasa disiplian masyarakat, misalnya dalam
kebersihan lingkungan dan membuang sampah sembarangan.
3.  Penyebab Pencemaran Air
Pencemaran air dapat disebabkan oleh berbagai hal dan memiliki karakteristik
yang berbeda-beda, meliputi: meningkatnya kandungan nutrien dapat mengarah pada
eutrofikasi; sampah organik seperti air comberan (sewage) menyebabkan peningkatan
kebutuhan oksigen pada air yang menerimanya yang mengarah pada berkurangnya
oksigen yang dapat berdampak parah terhadap seluruh ekosistem; industri membuang
berbagai macam polutan ke dalam air limbahnya seperti logam berat, toksin organik,
minyak, nutrien dan padatan. Air limbah tersebut memiliki efek termal, terutama yang
dikeluarkan oleh pembangkit listrik, yang dapat juga mengurangi oksigen dalam air.
Seperti limbah pabrik yg mengalir ke sungai seperti di sungai citarum; pencemaran air
oleh sampah.

24
4.  Penanggulangan Terjadinya Pencemaran Air
Untuk mencegah agar tidak terjadi pencemaran air, dalam aktivitas kita dalam
memenuhi kebutuhan hidup hendaknya tidak menambah terjadinya bahan pencemar
antara lain tidak membuang sampah rumah tangga, sampah rumah sakit, sampah/limbah
industri secara sembarangan, tidak membuang ke dalam air sungai, danau ataupun ke
dalam selokan. Tidak menggunakan pupuk dan pestisida secara berlebihan, karena sisa
pupuk dan pestisida akan mencemari air di lingkungan tanah pertanian. Tidak
menggunakan deterjen fosfat, karena senyawa fosfat merupakan makanan bagi tanaman
air seperti enceng gondok yang dapat menyebabkan terjadinya pencemaran air.
Pencemaran air yang telah terjadi secara alami misalnya adanya jumlah logam-
logam berat yang masuk dan menumpuk dalam tubuh manusia, logam berat ini dapat
meracuni organ tubuh melalui pencernaan karena tubuh memakan tumbuh-tumbuhan
yang mengandung logam berat meskipun diperlukan dalam jumlah kecil. Penumpukan
logam-logam berat ini terjadi dalam tumbuh-tumbuhan  karena terkontaminasi oleh
limbah industri. Untuk menanggulangi agar tidak terjadi penumpukan logam-logam
berat, maka limbah industri hendaknya dilakukan pengolahan sebelum dibuang ke
lingkungan. Limbah industri sebelum dibuang ke tempat pembuangan, dialirkan ke
sungai atau selokan hendaknya dikumpulkan di suatu tempat yang disediakan, kemudian
diolah, agar bila terpaksa harus dibuang ke sungai tidak menyebabkan terjadinya
pencemaran air. Bahkan kalau dapat setelah diolah tidak dibuang ke sungai melainkan
dapat digunakan lagi untuk keperluan industri sendiri. Sampah padat dari rumah tangga
berupa plastik atau serat sintetis yang tidak dapat diuraikan oleh mikroorganisme
dipisahkan, kemudian diolah menjadi bahan lain yang berguna, misalnya dapat diolah
menjadi keset. Sampah organik yang dapat diuraikan oleh mikroorganisme dikubur
dalam lubang tanah, kemudian kalau sudah membusuk dapat digunakan sebagai pupuk.

Pencemaran air adalah suatu perubahan keadaan di suatu tempat penampungan air
seperti danau, sungai, lautan dan air tanah akibat aktivitas manusia. Danau, sungai, lautan
dan air tanah adalah bagian penting dalam siklus kehidupan manusia dan merupakan
salah satu bagian dari siklus hidrologi. Selain mengalirkan air juga mengalirkan sedimen
dan polutan. Berbagai macam fungsinya sangat membantu kehidupan manusia.
Pemanfaatan terbesar danau, sungai, lautan dan air tanah adalah untuk irigasi pertanian,
bahan baku air minum, sebagai saluran pembuangan air hujan dan air limbah, bahkan

25
sebenarnya berpotensi sebagai objek wisata. Walaupun fenomena alam seperti gunung
berapi, badai, gempa bumi juga mengakibatkan perubahan yang besar terhadap kualitas
air, hal ini tidak dianggap sebagai pencemaran. Pencemaran air merupakan masalah
global utama yang membutuhkan evaluasi dan revisi kebijakan sumber daya air pada
semua tingkat (dari tingkat internasional hingga sumber air pribadi dan sumur). Telah
dikatakan bahwa pousi air adalah penyebab terkemuka di dunia untuk kematian dan
penyakit, dan tercatat atas kematian lebih dari 14.000 orang setiap harinya. Diperkirakan
700 juta orang India tidak memiliki akses ke toilet, dan 1.000 anak-anak India meninggal
karena penyakit diare setiap hari. Sekitar 90% dari kota-kota Cina menderita polusi air
hingga tingkatan tertentu, dan hampir 500 juta orang tidak memiliki akses terhadap air
minum yang aman. Ditambah lagi selain polusi air merupakan masalah akut di negara
berkembang, negara-negara industri/maju masih berjuang dengan masalah polusi juga.
Dalam laporan nasional yang paling baru pada kualitas air di Amerika Serikat, 45 persen
dari mil sungai dinilai, 47 persen dari danau hektar dinilai, dan 32 persen dari teluk
dinilai dan muara mil persegi diklasifikasikan sebagai tercemar.
Air biasanya disebut tercemar ketika terganggu oleh kontaminan antropogenik
dan ketika tidak bisa mendukung kehidupan manusia, seperti air minum, dan/atau
mengalami pergeseran ditandai dalam kemampuannya untuk mendukung komunitas
penyusun biotik, seperti ikan. Fenomena alam seperti gunung berapi, algae blooms,
badai, dan gempa bumi juga menyebabkan perubahan besar dalam kualitas air dan status
ekologi air.

Pencemaran air dapat disebabkan oleh berbagai hal dan memiliki karakteristik yang
berbeda-beda.

 Meningkatnya kandungan nutrien dapat mengarah pada eutrofikasi.

26
 Sampah organik seperti air comberan (sewage) menyebabkan peningkatan
kebutuhan oksigen pada air yang menerimanya yang mengarah pada
berkurangnya oksigen yang dapat berdampak parah terhadap seluruh ekosistem.
 Industri membuang berbagai macam polutan ke dalam air limbahnya seperti
logam berat, toksin organik, minyak, nutrien dan padatan. Air limbah tersebut
memiliki efek termal, terutama yang dikeluarkan oleh pembangkit listrik, yang
dapat juga mengurangi oksigen dalam air.
 Seperti limbah pabrik yg mengalir ke sungai seperti di sungai citarum
 pencemaran air oleh sampah
 Penggunaan bahan peledak untuk menangkap ikan

Pencemaran air berdampak luas, misalnya dapat meracuni sumber air minum,
meracuni makanan hewan, ketidakseimbangan ekosistem sungai dan danau, pengrusakan
hutan akibat hujan asam, dan sebagainya. Di badan air, sungai dan danau, nitrogen dan
fosfat (dari kegiatan pertanian) telah menyebabkan pertumbuhan tanaman air yang di luar
kendali (eutrofikasi berlebihan). Ledakan pertumbuhan ini menyebabkan oksigen, yang
seharusnya digunakan bersama oleh seluruh hewan/tumbuhan air, menjadi berkurang.
Ketika tanaman air tersebut mati, dekomposisi mereka menyedot lebih banyak oksigen.
Sebagai akibatnya, ikan akan mati, dan aktivitas bakteri menurun.

1. Dampak terhadap kehidupan biota air

Banyaknya zat pencemaran pada air limbah akan menyebabkan menurunnya


kadar oksigen terlarut dalam air tersebut. Sehingga mengakibatkan kehidupan dalam air
membutuhkan oksigen terganggu serta mengurangi perkembangannya. Akibat matinya
bakteri-bakteri, maka proses penjernihan air secara alamiah yang seharusnya terjadi pada
air limbah juga terhambat. Dengan air limbah yang sulit terurai. Panas dari industri juga
akan membawa dampak bagi kematian organisme, apabila air limbah tidak didinginkan
terlebih dahulu.

2. Dampak terhadap kualitas air tanah

Pencemaran air tanah oleh tinja yang biasa diukur dengan faecal coliform telah
terjadi dalam skala yang luas, hal ini dibuktikan oleh suatu survey sumur dangkal di
Jakarta. Banyak penelitian yang mengindikasikan terjadinya pencemaran tersebut.

27
3. Dampak terhadap kesehatan

Peran air sebagai pembawa penyakit menular bermacam-macam antara lain:

 Air sebagai media untuk hidup mikroba pathogen,


 Air sebagai sarang insekta penyebar penyakit,
 Jumlah air yang tersedia tidak cukup, sehingga manusia bersangkutan tak dapat
membersihkan diri,
 Air sebagai media untuk hidup vector penyakit.

4. Dampak terhadap estetika lingkungan

Dengan semakin banyaknya zat organik yang dibuang ke lingkungan perairan,


maka perairan tersebut akan semakin tercemar yang biasanya ditandai dengan bau yang
menyengat disamping tumpukan yang dapat mengurangi estetika lingkungan. Masalah
limbah minyak atau lemak juga dapat mengurangi estetika lingkungan.

28
BAB VII

PENCEMARAN TANAH DAN PENANGGULANGANNYA

1. Pencemaran tanah, dampaknya dan cara penanggulangannya

Menurut Peraturan Pemerintah RI No. 150 tahun 2000 tentang Pengendalian


kerusakan tanah untuk produksi biomassa: “Tanah adalah salah atu komponen lahan
berupa lapisan teratas kerak bumi yang terdiri dari bahan mineral dan bahan organik serta
mempunyai sifat fisik, kimia, biologi, dan mempunyai kemampuan menunjang kehidupan
manusia dan makhluk hidup Pencemaran tanah adalah keadaan di mana bahan kimia
buatan manusia masuk dan merubah lingkungan tanah alami. Pencemaran ini biasanya
terjadi karena: kebocoran limbah cair atau bahan kimia industri atau fasilitas komersial,
penggunaan pestisida, masuknya air permukaan tanah tercemar ke dalam lapisan sub-
permukaan, zat kimia, atau limbah. air limbah dari tempat penimbunan sampah serta
limbah industri yang langsung dibuang ke tanah secara tidak memenuhi syarat. Jika suatu
zat berbahaya telah mencemari permukaan tanah, maka ia dapat menguap, tersapu air
hujan dan atau masuk ke dalam tanah. Pencemaran yang masuk ke dalam tanah kemudian
terendap sebagai zat kimia beracun di tanah. Zat beracun di tanah tersebut dapat
berdampak langsung kepada manusia ketika bersentuhan atau dapat mencemari air tanah
dan udara di atasnya..

2. Penyebab Pencemaran Tanah

Tanah adalah bagian penting dalam menunjang kehidupan makhluk hidup di


muka bumi. Kita ketahui rantai makanan bermula dari tumbuhan. Manusia, hewan hidup
dari tumbuhan. sebagian besar makanan kita berasal dari permukaan tanah, walaupun
memang ada tumbuhan dan hewan yang hidup di laut. Sudah sepatutnya kita menjaga
kelestarian tanah sehingga bisa mendukung kehidupan di muka bumi ini. Sebagaimana
pencemaran air dan udara, pencemaran tanah pun merupakan akibat kegiatan manusia.
Pencemaran tanah bisa disebabkan limbah domestik, limbah industri, dan limbah
pertanian.

 Limbah domestik

29
Limbah domestik yang bisa menyebabkan pencemaran tanah bisa berasal dari
daerah: pemukiman penduduk; perdagangan/pasar/tempat usaha hotel dan lain-lain;
kelembagaan misalnya kantor-kantor pemerintahan dan swasta; dan wisata, bisa berupa
limbah padat dan cair.

1. Limbah padat berbentuk sampah anorganik. Jenis sampah ini tidak bisa diuraikan oleh
mikroorganisme (non-biodegradable), misalnya kantong plastik, bekas kaleng
minuman, bekas botol plastik air mineral, dsb.
2. Limbah cair berbentuk; tinja, deterjen, oli, cat, jika meresap kedalam tanah akan
merusak kandungan air tanah dan bisa membunuh mikro-organisme di dalam tanah.

 Limbah industri

Limbah industri yang bisa menyebabkan pencemaran tanah berasal dari daerah:
pabrik, manufaktur, industri kecil, industri perumahan, bisa berupa limbah padat dan cair.

1. Limbah industri yang padat atau limbah padat yang adalah hasil buangan industri
berupa padatan, lumpur, bubur yang berasal dari proses pengolahan. Misalnya sisa
pengolahan pabrik gula, pulp, kertas, rayon, pengawetan buah, ikan daging dan lain-
lain.

2. Limbah cair yang adalah hasil pengolahan dalam suatu proses produksi, misalnya sisa-
sisa pengolahan industri pelapisan logam dan industri kimia lainnya. Tembaga, timbal,
perak, khrom, arsen dan boron adalah zat hasil dari proses industri pelapisan logam

 Limbah pertanian

Limbah pertanian yang bisa menyebabkan pencemaran tanah merupakan sisa-sisa


pupuk sintetik untuk menyuburkan tanah/tanaman, misalnya pupuk urea, pestisida
pemberantashama tanaman, misalnya DDT.

3. Dampak Pencemaran Tanah

Timbunan sampah yang berasal dari limbah domestik dapat mengganggu/


mencemari karena: lindi (air sampah), bau dan estetika. Timbunan sampah juga menutupi
permukaan tanah sehingga tanah tidak bisa dimanfaatkan. Timbunan sampah bisa

30
menghasilkan gas nitrogen dan asam sulfida, adanya zat mercury, chrom dan arsen pada
timbunan sampah bisa timbulkan pencemaran tanah / gangguan terhadap bio tanah,
tumbuhan, merusak struktur permukaan dan tekstur tanah. Limbah lainnya adalah oksida
logam, baik yang terlarut maupun tidak menjadi racun di permukaan tanah. Yang
menyebabkan lapisan tanah tidak dapat ditembus oleh akar tanaman dan tidak tembus air
adalah Sampah anorganik tidak ter-biodegradasi, sehingga peresapan air dan mineral
yang dapat menyuburkan tanah hilang dan jumlah mikroorganisme di dalam tanahpun
akan berkurang, oleh sebab itu tanaman sulit tumbuh dan bahkan mati sebab tidak
mendapatkan makanan untuk berkembang. Tinja, deterjen, oli bekas, cat, adalah limbah
cair rumah tangga; peresapannya kedalam tanah akan merusak kandungan air tanah dan
zat kimia yang terkandung di dalamnya dapat membunuh mikro-organisme di dalam
tanah, inilah salah satunya yang disebutkan sebagai pencemaran tanah. Padatan, lumpur,
bubur yang berasal dari proses pengolahan adalah limbah padat hasil buangan industri.
Adanya reaksi kimia yang menghasilkan gas tertentu menyebabkan penimbunan limbah
padat ini busuk yang selain menyebabkan pencemaran tanah juga menimbulkan bau di
sekitarnya karena . Tertimbunnya limbah ini dalam jangka waktu lama menyebabkan
permukaan tanah menjadi rusak dan air yang meresap ke dalam tanah terkontaminasi
bakteri tertentu dan berakibat turunnya kualitas air tanah pada musim kemarau oleh
karena telah terjadinya pencemaran tanah. Timbunan yang mengering akan dapat
mengundang bahaya kebakaran. Sisa hasil industri pelapisan logam yang mengandung
zat-zat seperti tembaga, timbal, perak, khrom, arsen dan boron adalah limbah cair yang
sangat beracun terhadap mikroorganisme. Peresapannya ke dalam tanah akan
mengakibatkan kematian bagi mikroorganisme yang memiliki fungsi sangat penting
terhadap kesuburan tanah dan dalam hal ini pun menyebabkan pencemaran tanah. Pupuk
yang digunakan secara terus menerus dalam pertanian akan merusak struktur tanah, yang
menyebabkan kesuburan tanah berkurang dan tidak dapat ditanami jenis tanaman tertentu
karena hara tanah semakin berkurang. Dalam kondisi ini tanpa disadari justru pupuk juga
mengakibatkan pencemaran tanah. Pestisida yang digunakan bukan saja mematikan hama
tanaman tetapi juga mikroorga-nisme yang berguna di dalam tanah. Padahal kesuburan
tanah tergantung pada jumlah organisme di dalamnya. Selain pencemaran tanah
penggunaan pestisida yang terus menerus akan mengakibatkan hama tanaman kebal
terhadap pestisida tersebut.

31
4. Cara Menanggulangi Pencemaran Tanah

Penanganan khusus terhadap limbah domestik yang berjumlah sangat banyak


diperlukan agar tidak mencemari tanah. Pertama sampah tersebut kita pisahkan ke dalam
sampah organik yang dapat diuraikan oleh mikroorganisme (biodegradable) dan sampah
yang tidak dapat diuraikan oleh mikroorganisme (nonbiodegradable). Akan sangat baik
jika setiap rumah tangga bisa memisahkan sampah atau limbah atas dua bagian yakni
organik dan anorganik dalam dua wadah berbeda sebelum diangkut ketempat
pembuangan akhir. Sampah organik yang terbiodegradasi bisa diolah, misalnya dijadikan
bahan urukan, kemudian kita tutup dengan tanah sehingga terdapat permukaan tanah
yang dapat kita pakai lagi; dibuat kompos; khusus kotoran hewan dapat dibuat biogas dll
sehingga dalam hal ini bukan pencemaran tanah yang terjadi tetapi proses pembusukan
organik yang alami. Sampah anorganik yang tidak dapat diurai oleh mikroorganisme.
Cara penanganan yang terbaik dengan daur ulang. Kurangilah penggunaan pupuk sintetik
dan berbagai bahan kimia untuk pemberantasanhama seperti pestisida. Limbah industri
harus diolah dalam pengolahan limbah, sebelum dibuang kesungai atau kelaut.
Kurangilah penggunaan bahan-bahan yang tidak bisa diuraikan oleh mikroorganisme
(nonbiodegradable). Salah satu contohnya adalah dengan mengganti plastik sebagai
bahan kemasan/pembungkus dengan bahan yang ramah lingkungan seperti dengan daun
pisang atau daun jati.

5. Cara Pencegahan dan Penanggulangan Bahan Pencemar Tanah

Pencegahan dan penanggulangan merupakan dua tindakan yang tidak dapat


dipisah-pisahkan dalam arti biasanya kedua tindakan ini dilakukan untuk saling
menunjang, apabila tindakan pencegahan sudah tidak dapat dilakukan, maka dilakukan
langkah tindakan. Namun demikian pada dasarnya kita semua sependapat bahwa
tindakan pencegahan lebih baik dan lebih diutamakan dilakukan sebelum pencemaran
terjadi, apabila pencemaran sudah terjadi baik secara alami maupun akibat aktivisas
manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, baru kita lakukan tindakan
penanggulangan.
Tindakan pencegahan dan tindakan penanggulangan terhadap terjadinya
pencemaran dapat dilakukan dengan berbagai cara sesuai dengan macam bahan pencemar

32
yang perlu ditanggulangi. Langkah-langkah pencegahan dan penanggulangan terhadap
terjadinya pencemaran antara lain dapat dilakukan sebagai berikut:
 Langkah pencegahan
Pada umumnya pencegahan ini pada prinsipnya adalah berusaha untuk tidak
menyebabkan terjadinya pencemaran, misalnya mencegah/mengurangi terjadinya bahan
pencemar, antara lain:
1) Sampah organik yang dapat membusuk/diuraikan oleh mikroorganisme antara lain
dapat dilakukan dengan mengukur sampah-sampah dalam tanah secara tertutup dan
terbuka, kemudian dapat diolah sebagai kompos/pupuk. Untuk mengurangi
terciumnya bau busuk dari gas-gas yang timbul pada proses pembusukan, maka
penguburan sampah dilakukan secara berlapis-lapis dengan tanah.
2) Sampah senyawa organik atau senyawa anorganik yang tidak dapat dimusnahkan oleh
mikroorganisme dapat dilakukan dengan cara membakar sampah-sampah yang dapat
terbakar seperti plastik dan serat baik secara individual maupun dikumpulkan pada
suatu tempat yang jauh dari pemukiman, sehingga tidak mencemari udara daerah
pemukiman. Sampah yang tidak dapat dibakar dapat digiling/dipotong-potong menjadi
partikel-partikel kecil, kemudian dikubur.
3) Pengolahan terhadap limbah industri yang mengandung logam berat yang akan
mencemari tanah, sebelum dibuang ke sungai atau ke tempat pembuangan agar
dilakukan proses pemurnian.
4) Sampah zat radioaktif sebelum dibuang, disimpan dahulu pada sumursumur atau
tangki dalam jangka waktu yang cukup lama sampai tidak berbahaya, baru dibuang ke
tempat yang jauh dari pemukiman, misal pulau karang, yang tidak berpenghuni atau
ke dasar lautan yang sangat dalam.
5) Penggunaan pupuk, pestisida tidak digunakan secara sembarangan namun sesuai
dengan aturan dan tidak sampai berlebihan.
6) Usahakan membuang dan memakai detergen berupa senyawa organik yang dapat
dimusnahkan/diuraikan oleh mikroorganisme.
 Langkah penanggulangan
Apabila pencemaran telah terjadi, maka perlu dilakukan penanggulangan terhadap
pencemara tersebut. Tindakan penanggulangan pada prinsipnya mengurangi bahan
pencemar tanah atau mengolah bahan pencemar atau mendaur ulang menjadi bahan yang
bermanfaat. Tanah dapat berfungsi sebagaimana mestinya, tanah subur adalah tanah yang

33
dapat ditanami dan terdapat mikroorganisme yang bermanfaat serta tidak punahnya
hewan tanah.
Langkah tindakan penanggulangan yang dapat dilakukan antara lain dengan cara:

A. Remidiasi

Remediasi adalah kegiatan untuk membersihkan permukaan tanah yang tercemar.


Hal yang perlu diketahui sebelum dilakukan remidiasi adalah sebagai berikut:

 Jenis pencemar (organic atau anorganik), terdegradasi/tidak, berbahaya/tidak,


 Berapa banyak zat pencemar yang telah mencemari tanah tersebut,
 Perbandingan karbon (C), nitrogen (N), dan Fosfat (P),
 Jenis tanah,
 Kondisi tanah (basah, kering),
 Telah berapa lama zat pencemar terendapkan di lokasi tersebut,
 Kondisi pencemaran (sangat penting untuk dibersihkan segera/bisa ditunda).

Ada dua jenis remediasi tanah, yaitu in-situ (atau on-site) dan ex-situ (atau off-
site). Pembersihan on-site adalah pembersihan di lokasi. Pembersihan ini lebih murah dan
lebih mudah, terdiri dari pembersihan, venting (injeksi), dan bioremediasi. Pembersihan
off-site meliputi penggalian tanah yang tercemar dan kemudian dibawa ke daerah yang
aman. Setelah itu di daerah aman, tanah tersebut dibersihkan dari zat pencemar. Caranya
yaitu, tanah tersebut disimpan di bak/tanki yang kedap, kemudian zat pembersih
dipompakan ke bak/tangki tersebut. Selanjutnya zat pencemar dipompakan keluar dari
bak yang kemudian diolah dengan instalasi pengolah air limbah. Pembersihan off-site ini
jauh lebih mahal dan rumit.

B. Bioremediasi

Bioremediasi adalah proses pembersihan pencemaran tanah dengan menggunakan


mikroorganisme (jamur, bakteri). Bioremediasi bertujuan untuk memecah atau
mendegradasi zat pencemar menjadi bahan yang kurang beracun atau tidak beracun
(karbondioksida dan air).

34
Jenis jenis biomerasi

• Biostimulasi

Nutrien dan oksigen, dalam bentuk cair atau gas, ditambahkan ke dalam air atau
tanah yang tercemar untuk memperkuat pertumbuhan dan aktivitas bakteri remediasi
yang telah ada di dalam air atau tanah tersebut.

• Bioaugmentasi

Mikroorganisme yang dapat membantu membersihkan kontaminan tertentu


ditambahkan ke dalam air atau tanah yang tercemar. Cara ini yang paling sering
digunakan dalam menghilangkan kontaminasi di suatu tempat. Namun ada beberapa
hambatan yang ditemui ketika cara ini digunakan. Sangat sulit untuk mengontrol kondisi
situs yang tercemar agar mikroorganisme dapat berkembang dengan optimal. Para
ilmuwan belum sepenuhnya mengerti seluruh mekanisme yang terkait dalam
bioremediasi, dan mikroorganisme yang dilepaskan ke lingkungan yang asing
kemungkinan sulit untuk beradaptasi.

35
BAB VIII

PENCEMARAN UDARA DAN PENANGGULANGANNYA

A. Pengertian Pencemaran Udara


Pencemaran lingkungan atau polusi adalah masuknya atau dimasukkannya
makhluk hidup, zat energy dan atau komponen lain ke dalam lingkungan, atau
berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia atau proses alam sehingga kualitas
lingkungan turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan menjadi
kurang atau tidak dapat brfungsi lagi sesuai peruntukannya (Undang-undang pengelolaan
lingkungan hidup No.4 Tahun 1982).
Polutan adalah zat atau bahan yang menyebabkan terjadinya polusi. Suatu zat
disebut polutan, bila keberadaanya disuatu lingkungan dapat menyebabkan kerugian
terhadap makhluk hidup. Contoh: karbondioksida dengan kadar 0,032% dapat
memberikan dampak merusak. Pencemaran udara adalah masuknya, atau tercampurnya
unsur-unsur berbahaya ke dalam atmosfir yang dapat mengakibatkan terjadinya
kerusakan lingkungan, gangguan pada kesehatan manusia secara umum menurunkan
kualitas lingkungan. Pencemaran udara dapat terjadi dimana-mana, misalnya di dalam
rumah, sekolah, kantor atau yang sering disebut pencemaran dalam ruangan (indoor
pollution). Selain itu gejala ini secara akumulatif juga terjadi di luar ruangan (outdoor
pollution). Mulai dari tingkat lingkungan rumah, perkotaan hingga ketingkat regional,
bahkan saat ini sudah menjadi gejala global. Beberapa unsur pencemaran (pollutan)
kembali ke bumi melalui deposisi asam atau salju yang mengakibatkan sifat korosif pada
bangunan, tanaman, hutan di samping itu juga membuat sungai dan danau menjadi suatu
lingkungan yang berbahaya bagi ikan-ikan karena nilai pH yang rendah.
B. Sumber Pencemaran Udara
1.  Kegiatan manusia
a.  Transportasi
Pertumbuhan penduduk dan urbanisasi mengakibatkan pengembangan wilayah
perkotaan ke daerah pinggiran kota. Akibatnya aktivitas penduduk dengan alat
transportasi pun meningkat. Kegiatan transportasi menjadi penyebab pencemaran udara
karena senyawa kimia yang dihasilkan dari kendaraan bermotor. Senyawa kimia tersebut
antara lain karbondioksida, nitrogen dioksida, dan beberapa partikel mikro.
36
b. Industri
Jenis industri yang menjadi sumber pencemaran melalui udara diantaranya
industri besi dan baja, industri semen, industri kendaraan bermotor, industri pupuk,
industri alumunium, industri pembangkit tenaga air, industri kertas, industri kilang
minyak, industri pertambangan. Industrialisasi di Indonesia sedang berkembang, tetapi
perkembangan tersebut seringkali mengabaikan pengendalian pencemaran. Oleh karena
itu pemilik usaha industri harus melengkapi industrinya dengan fasilitas untuk
pengendalian limbah.
c. Pembangkit listrik
d. Pembakaran (perapian, kompor, furnace,[insinerator]dengan berbagai jenis bahan
bakar
e.  Gas buang pabrik yang menghasilkan gas berbahaya seperti (CFC)
2.  Sumber alami
a.  Gunung berapi
b.  Rawa-rawa
c.  Kebakaran hutan
d. Nitrifikasi dan denitrifikasi biologi
3. Sumber-sumber lain
a.  Uap pelarut organik
b.  Kebocoran tangki klor
c.  Timbulan gas metana dari lahan uruk/tempat pembuangan akhir sampah

C. Dampak Pencemaran Udara


1.  Dampak kesehatan
Substansi pencemar yang terdapat di udara dapat masuk ke dalam tubuh
melalui sistem pernapasan. Jauhnya penetrasi zat pencemar ke dalam tubuh bergantung
kepada jenis pencemar. Partikulat berukuran besar dapat tertahan di saluran pernapasan
bagian atas, sedangkan partikulat berukuran kecil dan gas dapat mencapai paru-paru. Dari
paru-paru, zat pencemar diserap oleh sistem peredaran darah dan menyebar ke seluruh
tubuh. Dampak kesehatan yang paling umum dijumpai adalah ISNA (infeksi saluran
napas atas), termasuk di antaranya, asma, bronkitis, dan gangguan pernapasan lainnya.
Beberapa zat pencemar dikategorikan sebagai toksik dan karsinogenik.

37
2.  Dampak terhadap tanaman
Tanaman yang tumbuh di daerah dengan tingkat pencemaran udara tinggi dapat
terganggu pertumbuhannya dan rawan penyakit, antara lain klorosis, nekrosis, dan bintik
hitam. Partikulat yang terdeposisi di permukaan tanaman dapat menghambat
proses fotosintesis.
3.   Hujan asam
pH biasa air hujan adalah 5,6 karena adanya CO 2 di atmosfer. Pencemar udara
seperti SO2 dan NO2 bereaksi dengan air hujan membentuk asam dan menurunkan pH air
hujan. Dampak dari hujan asam ini antara lain:
a. Mempengaruhi kualitas air permukaan.
b. Merusak tanaman.
c. Melarutkan logam-logam berat yang terdapat dalam tanah sehingga mempengaruhi
kualitas air tanah dan air permukaan.
d. Bersifat korosif sehingga merusak material dan bangunan.
4. Efek rumah kaca
Efek rumah kaca disebabkan oleh keberadaan CO2, CFC, metana, ozon, dan N2O
di lapisan troposfer yang menyerap radiasi panas matahari yang dipantulkan oleh
permukaan bumi. Akibatnya panas terperangkap dalam lapisan troposfer dan
menimbulkan fenomena pemanasan global. Dampak dari pemanasan global adalah:
a.  Pencairan es di kutub.
b.  Perubahan iklim regional dan global.
c.  Perubahan siklus hidup flora dan fauna.
5.  Kerusakan lapisan ozon
Lapisan ozon yang berada di stratosfer (ketinggian 20-35 km) merupakan
pelindung alami bumi yang berfungsi memfilter  radiasi ultraviolet B dari matahari.
Pembentukan dan penguraian molekul-molekul ozon (O3) terjadi secara alami di
stratosfer. Emisi CFC yang mencapai stratosfer dan bersifat sangat stabil menyebabkan
laju penguraian molekul-molekul ozon lebih cepat dari pembentukannya, sehingga
terbentuk lubang-lubang pada lapisan ozon.
D.   Cara Mencegah Pencemaran Udara

38
Terjadinya pencemaran udara, tentu harus segera ditanggulangi dengan
melakukan pencegahan sedini mungkin agar tidak terjadi hal-hal yang merugikan
manusia. Dalam melakukan pencegahan secara tepat tergantung pada sifat dan sumber
polutan udara. Menurut dr. Mangku Sitepoe (1997), ada lima dasar dalam mencegah atau
memperbaiki pencemaran udara meliputi:
1. Absorbsi. Melakukan solven yang baik untuk memisahkan polutan gas dengan
konsentrasi yang cukup tinggi. Biasanya absorbennya air, tetapi kadang-kadang dapat
juga tidak menggunakan air (dry absorben).
2. Adsorbsi. Dalam proses adsorbsi dipergunakan bahan padat yang dapat menyerap
polutan. Berbagai tipe adsorben antara lain karbon aktif dan silikat.
3.  Kondensasi. Dengan kondensasi dimaksudkan agar polutan gas diarahkan mencapai
titik kondensasi, terutama dikerjakan pada polutan gas yang bertitik kondensasi tinggi
dan penguapan yang rendah (Hidrokarbon dan gas organik lain).
4.  Pembakaran. Mempergunakan proses oksidasi untuk menghancurkan gas Hidrokarbon
yang terdapat di dalam polutan. Hasil pembakaran berupa karbon dioksida dan air.
Sementara itu, pencegahan pencemaran udara berbentuk partikel dapat dilakukan
melalui enam konsep.
1. Membersihkan (Scrubbing). Mempergunakan cairan untuk memisahkan polutan. Alat
scrubbing ada berbagai jenis, yaitu berbentuk plat, masif, fibrous, dan spray.
2. Menggunakan filter, dimaksudkan untuk menangkap polutan partikel pada permukaan
filter. Filter yang dipergunakan berukuran sekecil mungkin. Filter bersifat
semipermeable yang dapat dibersihkan, kadang-kadang dikombinasikan dengan
pembersihan gas dan filter polutan partikel.
3.  Mempergunakan presipitasi elektrostatik. Cara ini berbeda dengan cara mekanis
lainnya, sebab langsung ke butir-butir partikel. Polutan dialirkan di antara pelat yang
diberi aliran listrik sehingga presipitator yang akan mempresipitasikan polutan partikel
dan ditampung di dalam kolektor. Pada bagian lain akan keluar udara yang telah
dibersihkan.
4.  Mempergunakan kolektor mekanis. Dengan menggunakan tenaga gravitasi dan tenaga
kinetis atau kombinasi keduanya untuk mengendapkan partikel.
5.  Program langit biru, yaitu program untuk mengurangi pencemaran udara. Dalam hal
ini, ada tiga tindakan yang dilakukan terhadap pencemaran udara akibat transportasi
yaitu: pertama, mengganti bahan bakar kendaraan. Bahan bakar disel dan premium

39
pembakarannya kurang sempurna sehingga terjadi polutan yang berbahaya. Dalam
program langit biru, hal ini dikaitkan dengan penggantian bahan bakar ke arah bahan
bakar gas yang memberikan hasil pembakaran lebih baik. Kedua, mengubah mesin
kendaraan. Mesin dengan bahan bakar disel diganti dengan mesin bahan bakar gas.
Ketiga, memasang alat-alat pembersihan polutan pada kendaraan bermotor.
6.  Menggalakan penanaman pohon. Mempertahankan paru-paru kota dengan
memperluas pertamanan dan penanaman berbagai jenis pohon sebagai penangkal
pencemaran. Sebab tumbuhan akan menyerap hasil pencemaran udara (CO2) dan
melepaskan oksigen sehingga mengisap polutan dan mengurangi polutan dengan
kehadiran oksigen.
7.  Bentuk pencegahan yang lain adalah membiasakan diri untuk mengkonsumsi makanan
mengandung serat tinggi. Serat makanan dapat menetralkan zat pencemar udara dan
mengurangi penyerapan logam berat melalui sistem pencernaan kita, yang paling
penting pemerintah hendaknya komitmen terhadap mengganti bensin bertimbal
dengan bensin tanpa timbal.

E. Zat Pencemar Udara


Udara di daerah perkotaan yang mempunyai banyak kegiatan industri dan
teknologi serta lalu lintas yang padat, udaranya relatif sudah tidak bersih lagi. Udara di
daerah industri kotor terkena bermacam-macam pencemar. Dari beberapa macam
komponen pencemar udara, maka yang paling banyak berpengaruh dalam pencemaran
udara adalah komponen-komponen berikut ini:
1. Karbon monoksida (CO)
2. Nitrogen oksida (NOx)
3. Belerang oksida (SOx)
4. Hidrokarbon
5. Partikulat
a. Emisi Karbon Monoksida (CO)
Karbon monoksida atau CO adalah suatu gas yang tidak berwarna, tidak
berbau dan juga tidak berasa. Gas CO dapat berbentuk cairan pada suhu dibawa
-129oC. Gas CO sebagian besar berasal dari pembakaran bahan fosil dengan udara,
berupa gas buangan. Kota besar yang padat lalu lintasnya akan banyak menghasilkan gas
CO sehingga kadar CO dalam udara relatif tinggi dibandingkan dengan daerah pedesaan.

40
Selain itu dari gas CO dapat pula terbentuk dari proses industri. Secara alamiah gas CO
juga dapat terbentuk, walaupun jumlahnya relatif sedikit, seperti gas hasil kegiatan
gunung berapi, proses biologi dan lain-lain.

Penyebaran gas CO di udara tergantung pada keadaan lingkungan. Untuk


daerah perkotaan yang banyak kegiatan industrinya dan lalu lintasnya padat, udaranya
sudah banyak tercemar oleh gas CO. Sedangkan daerah pinggiran kota
atau desa, cemaran CO di udara relatif sedikit. Ternyata tanah yang masih terbuka
dimana belum ada bangunan di atasnya, dapat membantu penyerapan gas CO. Hal ini
disebabkan mikroorganisme yang ada di dalam tanah mampu menyerap gas CO yang
terdapat di udara. Angin dapat mengurangi konsentrasi gas CO pada suatu tempat karena
perpindahan ke tempat lain.
Asap kendaraan merupakan sumber utama bagi karbon monoksida di berbagai
perkotaan. Data mengungkapkan bahwa 60% pencemaran udara di Jakarta disebabkan
karena benda bergerak atau transportasi umum yang berbahan bakar solar terutama
berasal dari Metromini. Formasi CO merupakan fungsi dari rasio kebutuhan udara dan
bahan bakar dalam proses pembakaran di dalam ruang bakar mesin diesel. Percampuran
yang baik antara udara dan bahan bakar terutama yang terjadi pada mesin-mesin yang
menggunakan Turbocharge merupakan salah satu strategi untuk meminimalkan emisi
CO. Karbon monoksida yang meningkat di berbagai perkotaan dapat mengakibatkan
turunnya berat janin dan meningkatkan jumlah kematian bayi serta kerusakan otak.
Karena itu strategi penurunan kadar karbon monoksida akan tergantung pada
pengendalian emisi seperti pengggunaan bahan katalis yang mengubah bahan karbon
monoksida menjadi karbon dioksida dan penggunaan bahan bakar terbarukan yang
rendah polusi bagi kendaraan bermotor
b. Nitrogen Oksida (NOx)
Nitrogen oksida sering disebut dengan NOx karena oksida nitrogen mempunyai 2
bentuk yang sifatnya berbeda, yakni gas NO2 dan gas NOx. Sifat gas NO 2 adalah
berwarna dan berbau, sedangakn gas NO tidak berwarna dan tidak berbau. Warna gas
NO2 adalah merah kecoklatan dan berbau tajam menyengat hidung. Kadar NOx di udara
daerah perkotaan yang berpenduduk padat akan lebih tinggi dari daerah pedesaan yang

41
berpenduduk sedikit. Hal ini disebabkan karena berbagai macam kegiatan yang
menunjang kehidupan manusia akan menambah kadar NOx d iudara, seperti transportasi,
generator pembangkit listrik, pembuangan sampah dan lain-lain. Pencemaran gas NOx di
udara terutama berasal dari gas buangan hasil pembakaran yang keluar dari generator
pembangkit listrik stasioner atau mesin-mesin yang menggunakan bahan bakar gas alami.
Nitrogen oksida yang ada di udara yang dihirup oleh manusia dapat menyebabkan
kerusakan paru-paru. Setelah bereaksi dengan atmosfir zat ini membentuk partikel-
partikel nitrat yang amat halus yang dapat menembus bagian terdalam paru-paru. Selain
itu zat oksida ini jika bereaksi dengan asap bensin yang tidak terbakar dengan sempurna
dan zat hidrokarbon lain akan membentuk ozon rendah atau smog kabut berawan coklat
kemerahan yang menyelimuti sebagian besar kota di dunia.
3. Belerang Oksida (SOx)
Gas belerang oksida atau sering ditulis dengan SOx terdiri atas gas SO2
dan gas SO3 yang keduanya mempunyai sifat berbeda. Gas SO2 berbau tajam dan tidak
mudah terbakar, sedangkan gas SO3 bersifat sangat reaktif. Gas SO3 mudah
bereaksi dengan uap air yang ada diudara untuk membentuk asam sulfat atau H2SO4.
Asam sulfat ini sangat reaktif, mudah bereaksi dengan benda-benda lain yang
mengakibatkan kerusakan, seperti proses perkaratan (korosi) dan proses kimiawi lainnya.
Konsentrasi gas SO2 diudara akan mulai terdeteksi oleh indera manusia (tercium baunya)
manakala konsentrasinya berkisar antara 0,3-1 ppm. Pemakaian batu bara sebagai bahan
bakar pada beberapa kegiatan industri seperti yang terjadi di negara Eropa Barat dan
Amerika, menyebabkan kadar gas SOx diudara meningkat. Reaksi antara gas SOx
dengan uap air yang terdapat diudara akan membentuk asam sulfat maupun asam sulfit.
Apabila asam sulfat dan asam sulfit turun ke bumi bersama-sama dengan jatuhnya hujan,
terjadilah apa yang dikenal denagn Acid Rain atau hujan asam . Hujan asam sangat
merugikan karena dapat merusak tanaman maupun kesuburan tanah. Pada beberapa
negara industri, hujan asam sudah banyak menjadi persoalan yang sangat serius karena
sifatnya yang merusak. Hutan yang gundul akibat jatuhnya hujan asam akan
mengakibatkan lingkungan semakin parah.
Selain tergantung dari pemecahan batu bara yang dipakai sebagai bahan bakar,
penyebaran gas SOx ke lingkungan juga tergantung dari keadaan meteorologi dan
geografi setempat. Kelembaban udara juga mempengaruhi kecepatan perubahan SOx
menjadi asam sulfat maupun asam sulfit yang akan berkumpul bersama awan yang

42
akhirnya akan jatuh sebagai hujan asam. Hujan asam inilah yang menyebabkan kerusakan
hutan di Eropa (terutama di Jerman) karena banyak industri peleburan besi dan baja yang
melibatkan pemakaian batu bara maupun minyak bumi di negeri itu.

4. Partikulat
Partikel adalah pencemar udara yang berada bersama-sama dengan bahan
atau bentuk pencemar lainnya. Partikel dapat diartikan secara murni atau sempit sebagai
bahan pencemar udara yang berbentuk padatan. Namun dalam pengertian
yang lebih luas, dalam kaitan dengan masalah pencemaraan lingkungan, pencemar
partikel dapat meliputi berbagai macam bentuk, mulai dari bentuk yang sederhana sampai
dengan bentuk yang rumit atau kompleks yang kesemuanya merupakan bentuk
pencemaran udara. Sumber pencemaran partikel dapat berasal dari peristiwa alami dan
juga dapat berasal dari ulah manusia dalam rangka mendapatkan kualitas hidup yang
lebih baik. Pencemaran partikel yang berasal dari alam contohnya adalah:
1. Debu tanah/pasir halus yang terbang terbawa oleh angin kencang.
2. Abu dan bahan-bahan vulkanik yang terlempar ke udara akibat letusan gunung
berapi.
3. Semburan uap air panas di sekitar daerah sumber panas bumi di daerah pegunungan.
Partikel yang berasal dari alam sering kali dianggap wajar. Walaupun terjadi
gangguan terhadap lingkungan yang mengurangi tingkat kenyamanan hidup maka hal
tersebut dianggap sebagai musibah bencana alam. Pencemaran partikel yang berasal dari
alam yang pernah tercatat sebagai suatu kejadian yang hebat adalah pencemaran partikel
akibat letusan gunung Krakatau pada tahun 1885. Abu dan bahan-bahan vulkanik yang
terlempar akibat letusan gunung Krakatau, tidak hanya jatuh di sekitar selat Sunda (Jawa
Barat dan Lampung) saja, namun sempat melayang diatmosfer mengelilingi dunia dalam
waktu yang cukup lama sebelum akhirnya jatuh di daratan Eropa. Waktu hidup partikel
berkisar antara beberapa detik sampai beberapa bulan. Sedangkan kecepatan
pengendapannya tergantung pada ukuran partikel, massa jenis partikel serta arah dan
kecepatan angin yang bertiup. Partikel yang sudah “mati” karena jatuh mengendap di
bumi, dapat “hidup” kembali apabila tertiup oleh angin kencang dan melayang-layang
lagi di udara. Sumber pencemaran partikel akibat ulah manusia sebagian besar berasal
dari pembakaran batu bara, proses industri, kebakaran hutan dan gas buangan alat
transportasi.

43
BAB IX

SIKLUS BIOGEOKIMIA

A. Defenisi Siklus Biogeokimia


Siklus Biogeokimia adalah pertukaran atau perubahan yang terus menerus, antara
komponen biosfer yang hidup dengan tak hidup. Materi berupa unsur-unsur penyusun
bahan organik tersebut didaur-ulang. Unsur-unsur tersebut masuk ke dalam komponen
biotik melalui udara, tanah, dan air. Daur ulang materi tersebut melibatkan makhluk
hidup dan batuan (geofisik) sehingga disebut Daur Biogeokimia. Fungsi Daur
Biogeokimia adalah sebagai siklus materi yang mengembalikan semua unsur-unsur kimia
yang sudah terpakai oleh semua yang ada di bumi baik komponen biotik maupun
komponen abiotik, sehingga kelangsungan hidup di bumi dapat terjaga.

1.1. Siklus Karbon

Siklus karbon adalah siklus biogeokimia dimana karbon dipertukarkan diantara


biosfer, geosfer, hidrosfer dan atmosfer bumi. Dalam siklus ini terdapat empat reservoir
karbon utama yang dihubungkan oleh jalur pertukaran. Reservoir-reservoir tersebut
adalah atmosfer, biosfer teresterial (termasuk freshwater system dan material non-hayati
organik seperti karbon tanah (soil carbon), lautan (termasuk karbon anorganik terlarut
dan biota laut hayati dan non-hayati) dan sedimen (termasuk bahan bakar fosil).

1.1.1. Karbon Di Atmosfer

44
Gambar 1.Siklus karbon di atmosfer

Bagian terbesar dari karbon yang berada di atmosfer bumi adalah gas karbon
dioksida (CO2). Meskipun jumlah gas ini merupakan bagian yang sangat kecil dari
seluruh gas yang ada di atmosfer, namun memiliki peran yang penting dalam menyokong
kehidupan. Gas-gas lain yang mengandung karbon di atmosfer adalah metan
dan kloroflorokarbon atau CFC (CFC ini merupakan gas artifisial atau buatan). Gas-gas
tersebut adalah gas rumah kaca yang konsentrasinya di atmosfer telah bertambah dalam
dekade terakhir ini dan berperan dalam pemanasan global. Karbon diambil dari atmosfer
dengan berbagai cara:

a. Ketika matahari bersinar, tumbuhan melakukan fotosintesa untuk mengubah karbon


dioksida menjadi karbohidrat dan melepaskan oksigen ke atmosfer. Proses ini akan
lebih banyak menyerap karbon pada hutan dengan tumbuhan yang baru saja tumbuh
atau hutan yang sedang mengalami pertumbuhan yang cepat.
b. Pada permukaan laut ke arah kutub, air laut menjadi lebih dingin dan CO 2 akan lebih
mudah larut. Selanjutnya CO2 yang larut tersebut akan terbawa oleh sirkulasi
termohalin yang membawa massa air di permukaan yang lebih berat ke kedalaman
laut atau interior laut.
c. Di laut bagian atas (upper ocean), pada daerah dengan produktivitas yang tinggi,
organisme membentuk jaringan yang mengandung karbon, beberapa organisme juga
membentuk cangkang karbonat dan bagian-bagian tubuh lainnya yang keras. Proses
ini akan menyebabkan aliran karbon ke bawah.

45
d. Pelapukan batuan silikat. Tidak seperti dua proses sebelumnya, proses ini tidak
memindahkan karbon ke dalam reservoir yang siap untuk kembali ke atmosfer.
Karbon dapat kembali ke atmosfer dengan berbagai cara pula, yaitu:
a) Melalui pernafasan (respirasi) oleh tumbuhan dan binatang. Hal ini merupakan reaksi
eksotermik dan termasuk juga di dalamnya penguraian glukosa (atau molekul organik
lainnya) menjadi karbon dioksida dan air.
b) Melalui pembusukan binatang dan tumbuhan. Fungi atau jamur dan bakteri mengurai
senyawa karbon pada binatang dan tumbuhan yang mati dan mengubah karbon
menjadi karbon dioksida atau menjadi metana jika tersedia oksigen.
c) Melalui pembakaran material organik yang mengoksidasi karbon yang terkandung
menghasilkan karbon dioksida (juga yang lainnya seperti asap). Pembakaran bahan
bakar fosil seperti batu bara, produk dari industri perminyakan (petroleum) dan gas
alam akan melepaskan karbon yang sudah tersimpan selama jutaan tahun di dalam
geosfer. Hal inilah yang merupakan penyebab utama naiknya jumlah karbon dioksida
di atmosfer.
d) Produksi semen. Salah satu komponennya, yaitu kapur atau gamping atau kalsium
oksida, dihasilkan dengan cara memanaskan batu kapur atau batu gamping yang akan
menghasilkan juga karbon dioksida dalam jumlah yang banyak.
e) Di permukaan laut dimana air menjadi lebih hangat, karbon dioksida terlarut dilepas
kembali ke atmosfer.
f) Erupsi vulkanik atau ledakan gunung berapi akan melepaskan gas ke atmosfer. Gas-
gas tersebut termasuk uap air, karbon dioksida dan belerang. Jumlah karbon dioksida
yang dilepas ke atmosfer secara kasar hampir sama dengan jumlah karbon dioksida
yang hilang dari atmosfer akibat pelapukan silikat. Kedua proses kimia yang saling
berkebalikan ini akan memberikan hasil penjumlahan yang sama dengan nol dan tidak
berpengaruh terhadap jumlah karbon dioksida di atmosfer dalam skala waktu yang
kurang dari 100.000 tahun.
1.1.2. Karbon Di Biosfer.
Sekitar 1900 gigaton karbon ada di dalam biosfer. Karbon adalah bagian yang
penting dalam kehidupan di Bumi. Karbon memiliki peran yang penting dalam struktur,
biokimia dan nutrisi pada semua sel makhluk hidup. Dan kehidupan memiliki peranan
yang penting dalam siklus karbon: Autotroph adalah organisme yang menghasilkan
senyawa organiknya sendiri dengan menggunakan karbon dioksida yang berasal dari

46
udara dan air di sekitar tempat mereka hidup. Untuk menghasilkan senyawa organik
tersebut mereka membutuhkan sumber energi dari luar. Hampir sebagian
besar autotroph menggunakan radiasi matahari untuk memenuhi kebutuhan energi
tersebut dan proses produksi ini disebut sebagai fotosintesis. Sebagian kecil
autotroph memanfaatkan sumber energi kimia dan disebut kemosintesis. Autotroph yang
terpenting dalam siklus karbon adalah pohon-pohonan di hutan dan daratan dan
fitoplankton di laut. Fotosintesis memiliki reaksi:

6CO2 + 6H2O → C6H12O6 + 6O2


1.2. Siklus Nitrogen

Gas Nitrogen banyak terdapat di atmosfer, yaitu 80%. Siklus nitrogen adalah
transfer nitrogen dari atmosfer ke dalam tanah. Selain air hujan yang membawa sejumlah
nitrogen, penambahan nitrogen ke dalam tanah terjadi melalui proses fiksasi nitrogen.
Fiksasi nitrogen secara biologis dapat dilakukan oleh bakteri Rhizobium yang
bersimbiosis dengan polong-polongan, bakteri Azotobacter dan Clostridium. Selain itu
ganggang biru dalam air juga memiliki kemampuan memfiksasi nitrogen. Nitrogen bebas
juga mampu bereaksi dengan hidrogen dan oksigen dengan bantuan kilat/petir.
Tumbuhan memperoleh nitrogen dari dalam tanah berupa ammonia (NH3), ion Nitrit
(NO2-) dan ion nitrat (NO3-). Nitrat yang dihasilkan oleh fiksasi biologis digunakan oleh
produsen (tumbuhan) diubah menjadi molekul protein. Selanjutnya jika tumbuhan atau
hewan mati, bakteri pengurai merombaknya menjadi gas amoniak (NH 3) dan garam
ammonium yang larut dalam air (NH4+). Proses ini disebut amonifikasi. Bakteri
Nitrosomonas dan Nitrococcus mengubah amoniak dan senyawa amonium menjadi nitrat
yang akan diserap oleh akar tumbuhan. Pada saat oksigen berkurang, nitrat (NO 3-) akan
diubah menjadi nitrogen (N2) oleh bakteri, sehingga terjadi pelepasan gas oksigen (O 2).
Proses ini dinamakan denitrifikasi yang pada umunya dilakukan oleh bakteri
Pseudomonas, Paracoccus denitrificans, Escherichia coli. Denitrifikasi merupakan suatu
proses yang penting di alam, yaitu mekanisme dimana hasil fiksasi nitrogen dikembalikan
ke atmosfer. Proses ini juga penting dalam pengolahan air lanjutan untuk menghilangkan
hara nitrogen.

47
Gambar 2. Siklus Nitrogen di alam

1.3. Siklus Oksigen


Oksigen merupakan unsur yang vital bagi kehidupan di bumi ini. Siklus ini
berkaitan erat dengan siklus unsur lainnya, terutama dengan siklus karbon. Unsur ini
secara cepat bersenyawa membentuk oksida-oksida, seperti dengan karbon dalam
respirasi aerobik atau dengan karbon dan hidrogen dalam perubahan bahan bakar fosil
seperti dengan metana.

CH4 + 2O2 → CO2 + 2H2O

Suatu aspek yang sangat penting dari siklus di stratosfer, yaitu proses
pembentukan ozon. Ozon membentuk lapisan tipis di stratosfer yang berfungsi sebagai
filter dari radiasi ultraviolet, dengan demikian dapat menjaga kehidupan di bumi dari
kerusakan/kehancuran yang disebabkan oleh radiasi ini. Siklus oksigen disempurnakan
atau diakhiri ketika unsur oksigen masuk kembali ke atmosfer dalam bentuk gas. Hanya
satu cara yang signifikan dimana hal tersebut terjadi yaitu melalui fotosintesis yang
dilakukan tumbuhan.

48
Gambar 3. Siklus oksigen

1.4. Siklus Belerang


Sumber sulfur dalam ekosistem antara lain yaitu sulfur yang berada di atmosfer
secara alami berasal dari letusan gunung berapi yang berupa hidrogen sulfida. Sulfur
sebagian besar tersimpan dalam batuan bumi. Sulfur dapat terlepas dari batuan bumi
karena erosi oleh angin dan air. Sulfur juga terdapat dalam bentuk sulfat anorganik.
Sulfur direduksi oleh bakteri menjadi sulfida dan kadang-kadang terdapat dalam bentuk
sulfur dioksida atau hidrogen sulfida. Hidrogen sulfida ini sering kali mematikan mahluk
hidup di perairan dan pada umunya dihasilkan dari penguraian bahan organik yang mati.
Tumbuhan menyerap sulfur daam bentuk sulfat (SO4).

Gambar 4. Siklus belerang.

Perpindahan sulfat terjadi melalui proses rantai makanan, lalu semua mahluk
hidup mati dan akan diuraikan komponen organiknya oleh bakteri. Beberapa jenis bakteri
49
yang terlibat dalam daur sulfur antara lain desulfomaculum dan desulfibrio yang akan
mereduksi sulfat menjadi sulfida dalam bentuk hidrogen sulfida (H 2S). Kemudian H2S
digunakan bakteri fotoautotrof anaerob seperti Chromatium yang melepaskan sulfur dan
oksigen. Sulfur dioksidasi menjadi sulfat oleh bakteri Kmolitotrof seperti Thiobacillus.
Siklus belerang relatif kompleks dimana melibatkan berbagai macam gas, mineral-
mineral yang sukar larut dan beberapa spesi lainnya dalam larutan. Siklus ini berkaitan
dengan siklus oksigen dimana belerang bergabung dengan oksigen membentuk gas
belerang oksigen (SO2) sebagai bahan pencemar air. Diantara spesi-spesi yang secara
signifikan terlihat dalam siklus belerang adalah gas hidrogen sulfida (H 2S), mineral-
mineral seperti Pbs, asam sulfat (H2SO4), belerang oksida (SO2) sebagai komponen utama
dari hujan asam dan belerang yang terikat dalam protein. Yang merupakan bagian dari
siklus belerang yang sangat penting adalah adanya gas SO 2 sebagai bahan pencemar dan
H2SO4 dalam atmosfer. Gas SO2 dikeluarkan dari pembakaran bahan bakar fosil yang
mengandung belerang. Efek utama dari belerang dioksida dalam atmosfer adalah
kecenderungan untuk teroksidasi menghasilkan asam sulfat. Asam ini dapat
menyebabkan terjadinya hujan asam.

1.5. Siklus Fosfor


Dalam geosfer, fosfor terdapat dalam jumlah besar dalam mineral-mineral yang
sedikit larut, seperti hidroksiapilit dan garam kalsium. Di alam, fosfor terdapat dalam dua
bentuk, yaitu senyawa fosfat organik (pada tumbuhan dan hewan) dan senyawa fosfat
anorganik (pada air dan tanah). Fosfat anorganik yang terlarut di air tanah atau air laut
akan terkikis dan mengendap di sedimen laut. Oleh karena itu, fosfat banyak terdapat di
batu karang dan fosil. Fosfat dari batu dan fosil terkikis dan membentuk fosfat anorganik
terlarut di air tanah dan laut. Fosfat anorganik ini kemudian akan diserap oleh akar
tumbuhan lagi. Anthrosphere adalah reservoir fosfor yang penting dalam lingkungan.
Sejumlah besar dari mineral-mineral fosfat digunakan sebagai bahan pupuk, industri
kimia, dan “food additivies”. Fosfor merupakan salah satu komponen dari senyawa-
senyawa sangat toksik, terutama insektisida organofosfat.

50
Gambar 5. Siklus Fosfor di alam

51

Anda mungkin juga menyukai