Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH SKRIPSI

SIMULASI SAMBARAN PETIR DI SALURAN DISTRIBUSI 20 KV


PENYULANG KENTUNGAN 1 YOGYAKARTA DENGAN EMTP-ATP

Oleh:

DAMAIRIAWAN DESTA WIRIATMA


07 / 250781 / TK / 32384

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2011
HALAMAN PENGESAHAN

MAKALAH SKRIPSI
SIMULASI SAMBARAN PETIR DI SALURAN DISTRIBUSI 20 KV
PENYULANG KENTUNGAN 1 YOGYAKARTA DENGAN EMTP-ATP

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh


Gelar Sarjana Teknik Program S-1
Pada Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik
Universitas Gadjah Mada

Oleh:

DAMAIRIAWAN DESTA WIRIATMA


07 / 250781 / TK / 32384

Yogyakarta, 4 Januari 2011


Telah diperiksa dan disetujui oleh:

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Dr. Ir. T. Haryono, M.Sc., C.Eng., MIET Sarjiya, S.T., M.T., Ph.D
NIP. 1948 0617 1980 03 1 001 NIP 1973 0706 1999 03 1 005
SIMULASI SAMBARAN PETIR DI SALURAN DISTRIBUSI 20 KV
PENYULANG KENTUNGAN 1 YOGYAKARTA DENGAN EMTP-ATP

Damairiawan Desta Wiriatma1, T.Haryono2, Sarjiya2


1
Mahasiswa Jurusan Teknik Elektro Dan Teknologi Informasi, FT UGM
2
Dosen Jurusan Teknik Elektro Dan Teknologi Informasi, FT UGM

Abstrak

Petir merupakan salah satu fenomena alam yang sering terjadi. Di Indonesia, fenomena alam ini
lebih sering terjadi karena berada di khatulistiwa dan kelembaban yang tinggi. Sambaran petir
juga merupakan sumber gangguan yang sering terjadi di dalam sistem tenaga listrik. Sambaran
petir tidak dapat dihindari, tetapi dapat diminimalisir dampaknya menggunakan peralatan isolasi
dan peralatan proteksi. Dalam penelitian ini, penulis mensimulasikan sambaran petir yang
menyambar langsung di saluran distribusi Kentungan 1 Yogyakarta menggunakan perangkat
lunak EMTP-ATP. Akan dilihat distribusi tegangan di berbagai titik pengamatan. Penulis juga
akan mensimulasikan dampak pemasangan arester dan letak pemasangan arester terhadap
penurunan tegangan akibat sambaran petir. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan,
besar tegangan surja akibat sambaran petir berbanding lurus dengan panjang saluran. Di titik
terjauh dari titik sambaran, yaitu 14 km dari titik sambaran, nilai tegangan surja yang dirasakan
naik sebesar 26%. Pemasangan arester efektif untuk mengurangi nilai tegangan akibat sambaran
petir. Titik terdekat dari pemasangan arester adalah titik yang paling besar nilai
pengurangannya. Pada sambaran di titik 0 km dan pemasangan arester di antara 2 km dan 4 km,
pengurangan terbesar terjadi di titik pengamatan 2 km, yaitu sebesar 36%.
Kata Kunci : Sambaran petir, Tegangan surja, Distribusi tegangan, Arester, Gelombang berjalan

1. Pendahuluan 1.1 Dasar teori


Saat ini kebutuhan energi listrik semakin Petir adalah salah satu fenomena alam yang
meningkat seiring dengan perkembangan teknologi sering terjadi. Petir sendiri merupakan pelepasan
dan bertambahnya kebutuhan masyarakat. Oleh muatan listrik statik yang ada di udara yang
karena itu dibutuhkan energi listrik yang memiliki dibangkitkan dalam bagian awan petir. Pelepasan
kualitas dan keandalan yang tinggi. Salah satu muatan ini dapat terjadi dalam dua kemungkinan,
penyebab rendahnya tingkat keandalan adalah adanya yaitu Lightning Flash dan Lightning Strike. Lightning
gangguan pada proses transmisi dan distribusi. Petir Flash adalah pelepasan muatan di antara awan-awan
adalah gangguan yang sering terjadi. Di Indonesia maupun antara pusat-pusat muatan dalam awan itu.
sendiri, fenomena sambaran petir memiliki potensi Lightning Strike adalah pelepasan muatan antara
terjadi yang lebih besar dikarenakan letak Indonesia awan bermuatan dengan tanah.[1]
di garis khatulistiwa dan kelembapan yang tinggi. Sambaran petir dibagi menjadi dua, sambaran
Sistem penyaluran tenaga listrik menggunakan langsung dan sambaran tidak langsung. Sambaran
saluran distribusi tegangan menengah kadang langsung adalah sambaran dengan kilat yang
melewati daerah yang memiliki resiko sambaran petir menyambar secara langsung pada kawat. Sedangkan
cukup tinggi. sambaran tidak langsung atau sambaran induksi
Tegangan induksi yang dihasilkan oleh sambaran adalah sambaran yang terjadi di suatu titik yang
petir merupakan salah satu penyebab terjadinya gagal letaknya jauh tetapi objek terkena dampak sambaran
isolasi pada sistem tenaga listrik dan dapat tersebut sehingga objek dapat mengalami kerusakan.
membahayakan peralatan-peralatan listrik lainnya Jika satu ujung penghantar dihubungkan ke suatu
jika magnitude tegangannya melebihi BIL (Basic sumber listrik, maka seluruh penghantar tidak akan
Insulation Level) peralatan isolasi dan komponen langsung bertegangan. Gelombang tegangan ini
sistem tenaga listrik yang terpasang. Gagal isolasi merambat bersamaan dengan gelombang arus, dan
dan rusaknya peralatan-peralatan listrik dapat akan mencapai ujung penghantar dalam waktu
menyebabkan terganggunya proses distribusi tenaga tertentu. Gelombang berjalan ini dapat muncul dalam
listrik terhadap konsumen dan terjadi pemadaman. suatu sistem transmisi maupun distribusi karena
Pemadaman seperti ini tentu akan mengganggu adanya tegangan lebih pada sistem akibat sambaran
segala kegiatan masyarakat. petir maupun switching.
sebagai konduktor bagi petir dan mengalirkannya ke
bumi. Arester dibagi menjadi dua jenis:
1. Jenis tabung
2. Jenis katup
Salah satu dari jenis arester katup yaitu arester
MOV (Metal Oxida Varistor). Dalam memilih
arrester yang akan digunakan, ada beberapa faktor
Gbr. 1 – Spesifikas gelombang berjalan
harus diperhatikan, yaitu:
Spesifikasi dari suatu gelombang berjalan adalah a. Kebutuhan perlindungan : berhubungan
sebagai berikut[2]: dengan kekuatan isolasi alat yang harus
a. Tegangan puncak (Crest) dari suatu dilindungi dan karakteristik impuls arrester
gelombang (kV) adalah amplitudo b. MVA short circuit yang dinyatakan dengan
maksimum gelombang berjalan tersebut. persamaan 𝑆 = 𝑘𝑉 × 𝑘𝐴
b. Muka gelombang (Wave Front) adalah titik c. Initial Voltage lightning arrester yakni 80%
dari nol nominal sampai crest dari BIL atau sama dengan 100 kV
c. Ekor (tail) gelombang, yaitu bagian yang d. Tegangan sistem : ialah tegangan maksimum
dimulai dari puncak (crest) sampai akhir yang mungkin timbul pada jepitan arrester
gelombang e. Arus hubung singkat sistem : hanya
d. Panjang (length) gelombang, yaitu waktu diperlukan pada arrester jenis ekspulsi
dari permulaan sampai titik 50% pada ekor f. Jenis lightning arrester
gelombang. Tegangan sistem distribusi dapat dikelompokan
Metode Lattice Diagram adalah metode grafik menjadi 2 bagian besar, yaitu distribusi primer (20
yang dikembangkan oleh Bewley yang digunakan kV) dan distribusi sekunder (380/220 V)[4]. Jaringan
untuk menghitung tegangan dan waktu pada suatu distribusi 20 kV sering disebut Sistem Distribusi
titik yang sudah ditentukan pada sebuah saluran Tegangan Menengah dan jaringan distribusi 380/220
transmisi. V sering disebut jaringan distribusi sekunder atau
disebut Jaringan Tegangan Rendah 380/220 V.
2. Metodologi Penelitian
Dalam penelitian ini, data-data didapat dari
berbagai jurnal dan penelitian yang telah dilakukan
sebelumnya. Parameter saluran, seperti parameter
kabel LCC yang digunakan didapat dari penelitian
yang telah dilakukan sebelumnya dan menggunakan
perangkat lunak yang sama. Simulasi sambaran petir
dilakukan menggunakan perangkat lunak ATPDraw
versi 3.5. ATPDrawTM merupakan versi grafis
pengolah awal ATP dari Electromagnetic Transient
Program (EMTP). Saluran distribusi 20 kV
penyulang Kentungan-1 Jogjakarta dimodelkan
menjadi sebuah saluran 3 fase sepanjang 14 KM dan
memiliki karakteristik sama sepanjang saluran.
Gbr. 2 – Lattice Diagram Saluran juga dianggap ideal tanpa rugi-rugi dan tanpa
Besar tegangan lebih pada titik yang diinginkan konduktansi.
yang berbeda pada jarak dan waktu yang diminta
adalah penjumlahan hasil perhitungan tegangan
pantul yang terjadi sebelumnya[3].
Alat pelindung petir berguna untuk melindungi
peralatan sistem tenaga listrik dari tegangan lebih
petir dengan cara membatasi tegangan lebih dan
mengalirkannya ke bumi. Ada dua macam penangkap
petir yang dikenal, sela batang dan lightning arrester.
Sela batang merupakan alat pelindung petir yang Gbr. 3 – Rangkaian simulasi
paling sederhana dan paling kokoh, tetapi jarang Sambaran petir menggunakan tipe Heidler dengan
digunakan pada rangkaian penting karena alat ini amplitude 200 kV, waktu muka 1,2 x 10-6 S dan lama
tidak dapat memutus arus susulan. Lightning arrester sambaran selama 5 x 10-5 S. Sambaran petir adalah
adalah alat yang melindungi peralatan sistem tenaga sambaran langsung dan menyambar fase T. Beban
dari sambaran petir dengan cara membentuk jalur sistem menggunakan RLC dengan nilai R = 265
yang mudah dilalui oleh petir dan mengalirkannya ke Ohm, L = 127,8 mH dan C = 2,44 µF.
bumi. Dalam keadaan normal, arester bekerja sebagai Simulasi dilakukan dalam dua skenario. Skenario
isolator, pada saat ada petir, arester akan bekerja pertama adalah saluran tanpa arester dan letak
sambaran petir bervariasi. Petir disimulasikan km, 12 km, dan 14 km. Nilai tegangan juga akan
menyambar fase T di titik 0 km, 2 km, 4 km, 6 km, 8 diamati di setiap titik tersebut. Hasil simulasi dapat
km, 10 km, 12 km, dan 14 km. Setelah itu nilai dilihat dalam tabel dibawah ini.
tegangan di tiap titik diamati dan dilihat
Tabel. 1 – Tegangan maksimum untuk sambaran di
hubungannya dengan letak sambaran petir. Skenario
titik 0 km, 2 km, 4 km, 6 km
kedua adalah saluran dengan arester. Pada skenario
ini, sambaran petir disimulasikan tetap di titik 0 km Sambaran di titik 0 km Sambaran di titik 2 km
Titik V Max di Fase V Max di Fase
dan menyambar fase T. Penempatan arester R S T R S T
divariasikan, yaitu di titik antara 2 km dan 4 km, 0 km 20184,81 -4134,75 199746,94 20056,79 -4152,22 -9955,55
2 km 69179,95 87715,49 184432,15 203464,11 161113,83 199746,94
antara 4 km dan 6 km, antara 6 km dan 8 km, antara 4 km 93778,69 152608,44 187819,42 194357,38 162976,69 184654,42
8 km dan 10 km, antara 10 km dan 12 km, dan 6 km 109512,67 180405,16 202092,58 216830,34 182623,97 185233,72
terakhir di antara 12 km dan 14 km. Nilai tegangan di 8 km 142782,55 189473,22 250859,90 221335,18 196769,23 192554,72
10 km 158485,86 199174,59 269282,56 265703,29 201699,16 238635,75
setiap titik akan diamati dan dibandingkan dengan 12 km 173854,44 208882,58 246453,71 296568,24 213183,31 272978,05
nilai tegangan tanpa menggunakan arester. 14 km 182311,54 213955,86 251078,66 327435,88 232615,32 293286,69
Sambaran di titik 4 km Sambaran di titik 6 km
Titik V Max di Fase V Max di Fase
R S T R S T
0 km 20032,71 -4162,38 -9999,89 20019,46 -4159,39 -9999,89
2 km 169589,04 131826,82 172236,74 161517,72 129032,89 140992,32
4 km 183945,90 147329,48 199746,94 164993,93 189976,31 180262,20
6 km 235129,57 180575,68 180323,14 171748,92 173886,25 199746,94
8 km 255780,25 234712,81 196798,50 199967,52 168675,44 180326,98
10 km 254245,47 215269,74 208495,66 264896,31 180879,46 218697,87
12 km 305080,27 221416,23 263226,50 302839,34 239398,88 254729,14
14 km 342929,55 237539,20 289718,83 304102,08 244005,15 304849,59
Sambaran di titik 8 km Sambaran di titik 10 km
Gbr. 4 – Rangkaian simulasi dengan arester Titik V Max di Fase V Max di Fase
R S T R S T
Diagram alir dari penelitian ini adalah sebagai 0 km 20.010,17 -4158,47 -9999,89 20.010,79 -4158,26 -9999,89
2 km 152.652,26 129.520,73 116.012,43 153.630,30 102.825,22 138.813,13
berikut: 4 km 161.549,21 149.152,28 163.063,55 157.736,17 88.228,95 155.041,33
Mulai 6 km 153.920,73 173.148,24 180.266,05 158.831,17 128.138,48 178.665,89
8 km 175.080,09 168.032,15 199.746,94 200.198,75 171.128,00 180.269,90
10 km 274.592,16 187.739,55 205.854,34 211.971,40 178.295,52 199.746,94
12 km 277.359,98 201.011,95 279.841,81 232.823,47 236.627,06 275.976,78
Studi Pustaka
14 km 294.752,95 222.512,46 327.051,56 278.183,95 303.977,34 344.919,25
Sambaran di titik 12 km Sambaran di titik 14 km
Titik V Max di Fase V Max di Fase
Mencari data jaringan distribusi 20 R S T R S T
kV Penyulang Kentungan 1 0 km 20.012,86 -4158,20 -9999,89 20.008,00 -4158,93 -9999,89
2 km 131.008,39 146.685,72 61.664,50 146.023,33 107.123,71 97.221,19
4 km 169.485,63 158.930,76 135.404,02 153.626,01 119.238,74 97.193,87
Merancang simulasi dalam 6 km 161.654,62 138.326,35 179.252,41 153.214,09 117.811,86 144.828,45
software ATPDraw 8 km 167.616,76 107.592,12 201.496,46 156.197,30 101.700,37 158.880,57
10 km 161.632,29 151.981,05 202.056,20 147.664,15 155.098,38 168.614,45
12 km 165.634,77 185.569,75 199.746,94 157.750,57 158.502,35 180.277,96
Memasukkan 14 km 291.390,41 249.283,92 366.568,90 167.052,02 166.102,66 199.746,94
parameter komponen

Ya
Dari tabel diatas dapat dilihat, nilai tegangan surja
berbanding lurus dengan panjang saluran. Saat
Menjalankan simulasi
ATPDraw sambaran di titik 0 km, tegangan di ujung saluran
(titik 14 km) naik sebesar 26%, saat sambaran di titik
12 km, tegangan di ujung saluran naik sebesar 84%.
Terdapat pesan
eror?

Tidak

Plot nilai tegangan


dan gelombang

Analisis

Plot grafik
perbandingan
tegangan

Selesai

Gbr. 5 – Diagram alir penelitian Gbr. 6 – Perbandingan tegangan di fase T untuk


setiap titik sambaran
3. Hasil Simulasi dan Pembahasan
3.1 Sambaran petir dengan variasi titik sambaran
Skenario pertama dimana petir menyambar di 8
titik, yaitu titik 0 km, 2 km, 4 km, 6 km, 8 km, 10
3.2 Ujung saluran terbuka 3.4 Sambaran petir dengan titik sambaran tetap
Pada skenario ini, ujung saluran menjadi terbuka. dan variasi penempatan arester
Sambaran petir terjadi di titik 0 km dengan amplitudo Pada skenario ini, sambaran petir disimulasikan
tegangan sebesar 200 kV. tetap di 0 km dengan amplitudo 200 kV. Penempatan
arester divariasikan yaitu antara titik 2 km dan 4 km,
Tabel. 2 – Tegangan maksimum di tiap fase untuk
antara 4 km dan 6 km, antara 6 km dan 8 km, antara
sambaran di titik 0 km dan ujung saluran terbuka
8 km dan 10 km, antara 10 km dan 12 km, dan
Sambaran di titik 0 km terakhir di antara 12 km dan 14 km.

Titik
V Max di Fase Tabel. 5 – Tegangan maksimum di tiap fase untuk
R S T sambaran di titik 0 km dengan pemasangan arester
0 km 20184,81 -4134,74 199746,94 Arester di titik 2 - 4 km Arester di titik 4 - 6 km
2 km 69184,85 87738,75 184432,15 Titik V Max di Fase V Max di Fase
R S T R S T
4 km 93785,91 152653,78 187829,77 0 km 20189,74 -4135,67 199746,94 20184,81 -4135,05 199746,94
6 km 109589,95 180458,80 202102,67 2 km 113513,58 66617,20 117818,65 108007,09 49879,71 184432,15
4 km 118349,46 117120,69 187601,83 109057,73 82181,55 118130,59
8 km 142814,25 189527,33 250871,55 6 km 126584,81 152108,80 180205,64 136483,14 132594,62 191518,18
10 km 158520,72 199228,87 269294,84 8 km 139130,61 178303,16 213125,77 155145,63 182095,59 210114,21
10 km 148920,85 219265,61 212299,91 167942,96 185161,57 224558,73
12 km 173891,18 208936,85 246464,83 12 km 149260,05 204376,28 218633,47 173206,99 223927,54 215459,63
14 km 143525,33 235052,46 227897,52 163038,98 235302,79 238317,29
14 km 182351,29 214008,99 251109,61
Arester di titik 6 - 8 km Arester di titik 8 - 10 km
3.3 Ujung saluran tertutup R Titik V Max di Fase V Max di Fase
Pada skenario ini, ujung saluran tertutup resistor R S T R S T
dan terhubung ke tanah. Petir menyambar di titik 0 0 km 20184,81 -4137,00 199746,94 20184,81 -4139,79 199746,94
2 km 86217,67 54993,25 184432,15 76336,27 51293,02 184432,15
km dengan amplitudo 200 kV. Simulasi dilakukan 4 km 116007,58 78125,32 170974,62 107516,57 86058,60 171451,19
dua kali, yang pertama resistor 1000 Ω dan yang 6 km 113004,63 96875,52 118065,27 121334,25 106662,47 167165,52
kedua resistor 10 Ω. Tegangan yang tercatat di setiap 8 km 141425,20 131795,49 197218,76 115213,75 113768,31 118494,16
10 km 155269,75 162399,03 215728,46 163793,87 157034,61 201285,41
titik pengamatan adalah sebagai berikut.
12 km 179332,37 188827,87 211468,55 168316,75 160869,59 211686,32
Tabel. 3 – Ujung saluran tertutup R 1000 Ohm 14 km 191542,59 198267,12 241931,31 159746,33 168165,36 244304,94
Arester di titik 10 - 12 km Arester di titik 12 - 14 km
Titik V Max di Fase V Max di Fase
Sambaran di titik 0 km
R S T R S T
V Max di Fase 0 km 20184,81 -4140,29 199746,94 20184,81 -4139,04 199746,94
Titk
R S T 2 km 73250,77 82086,59 184432,15 64137,01 48177,08 184432,15
4 km 97029,18 123376,25 171451,20 66977,03 97464,23 171451,20
0 km 20184,75 -4138,48 199746,94 6 km 101969,77 158085,60 174760,48 92034,50 118624,08 182054,52
2 km 79906,55 75800,96 184429,32 8 km 104975,62 170876,10 154594,49 106912,32 133530,54 182574,00
10 km 113769,01 114739,40 118812,25 126756,89 130824,90 160979,85
4 km 104417,02 107940,25 201850,97 12 km 159074,50 126804,23 197200,87 115775,73 111494,49 118653,55
6 km 111563,61 127675,41 222629,57 14 km 173575,01 132581,30 224837,82 173009,71 113580,77 207809,08

8 km 126675,90 137916,12 271899,10 Dari perbandingan Tabel. 5 dan Tabel. 1 dapat


10 km 139352,34 162700,70 291757,68 dilihat penurunan tegangan setelah dipasang arester
dalam rangkaian. Saat arester dipasang di antara titik
12 km 143202,82 187237,52 266622,83
2 km dan 4 km, penurunan tegangan paling besar
14 km 134844,34 203152,93 272482,04
terjadi di titik 2 km, yaitu turun 36,1% dibanding
Tabel. 4 – Ujung saluran tertutup R 10 Ohm tanpa arester. Pada saat arester dipasang di antara
titik 10 km dan 12 km, penurunan tegangan paling
Sambaran di titik 0 km besar terjadi di titik 10 km, yaitu turun 55,9%.
V Max di Fase Tegangan di fase T dengan variasi penempatan arester
Titik
300000
R S T
0 km 20180,51 -4139,20 199746,94 250000
Tegangan Maksimal (V)

2 km 115609,07 83856,36 188115,39 200000

4 km 134234,53 81591,75 256939,99 150000

6 km 128267,14 78789,54 282636,25 100000

8 km 132821,50 84419,10 329810,11 50000

10 km 121274,01 94457,80 351442,49


0
12 km 99123,99 118771,39 317314,45 0 km 2 km 4 km 6 km 8 km 10 km 12 km 14 km

14 km 16495,53 151310,06 327287,79 Arester di antara 2 km dan 4 km Arester di antara 4 km dan 6 km


Arester di antara 6 km dan 8 km Arester di antara 8 km dan 10 km
Nilai resistor juga mempengaruhi besar Arester di antara 10 km dan 12 km Arester di antara 12 km dan 14 km

tegangannya, bila nilainya semakin kecil, maka


semakin besar juga tegangan surja yang dihasilkan. Gbr. 7 – Tegangan di fase T dengan sambaran tetap
dan variasi penempatan arester
3.5 Pemasangan trafo pada rangkaian 2. Pada sambaran 200 kV di titik 0 km, tegangan
Pada skenario ini akan ditambahkan trafo surja di ujung saluran yang terbuka akan naik
distribusi pada rangkaian. Trafo yang ditambahkan sebesar 27% menjadi 251,1 kV.
ada 7, dan terletak setiap 2 km dari titik awal saluran, 3. Penempatan arester sangat efektif untuk
yaitu di titik 2 km, 4 km, 6 km, 8 km, 10 km, 12 km, melindungi peralatan listrik yang dipasang di
dan 14 km. Trafo yang digunakan adalah trafo step tempat tepat sesudah arester, karena akan
down untuk menurunkan tegangan dari 20 kV mengalami pemotongan tegangan lebih besar
menjadi 380 V. Di sisi sekunder trafo diletakkan dibanding di tempat yang jauh dari arester.
pengukur tegangan untuk mengukur tegangan. 4. Pada sambaran di titik 0 km, penempatan
Sambaran petir terjadi di titik 0 km dengan amplitudo arester di antara titik 2 km dan 4 km akan
tegangan sebesar 200 kV dan menyambar fase T, mengurangi tegangan surja di titik 2 km.
sedangkan arester dipasang di antara titik 2 km dan 4 sebesar 35,1%, dan pada penempatan arester
km. di antara titik 10 km dan 12 km, penurunan
terbesar terjadi di titik 10 km, berkurang
Tabel. 6 – Tegangan maksimal di sekunder trafo
sebesar 55,9%.
untuk sambaran di titik 0 km tanpa arester
5. Referensi
Sambaran di titik 0 km [1] Betz, Hans Dieter., Schumann, Ulrich,.
Laroche, Pierre, 2009. Lightning: Principles,
V Max di Fase
V di titik Instruments and Applications, Review of
R S T Modern Lightning Research: Springer
SEK 2 km 1314,42 1666,60 3504,22 [2] Yulianti, Lani, 1997. Analisa Pengaruh
SEK 4 km 1781,80 2899,56 3568,57 Pemasangan Lightning Arrester Pada Sistem
Kelistrikan 500 kV Dengan Kasus Sutet 500 kV
SEK 6 km 2080,74 3427,70 3839,76
Paiton - Grati - Surabaya Barat. Skripsi S1,
SEK 8 km 2712,87 3600,00 4766,35 Fakultas Teknik Universitas Kristen Petra
SEK 10 km 3011,24 3784,32 5116,38 [3] Gonen, Turan, 1988. Electric Power
SEK 12 km 3303,24 3968,77 4682,63 Transmission System Engineering: Analysis and
Design. John Wiley & Sons. 1988
SEK 14 km 3463,92 4065,17 4770,50
[4] Ardiansyah, Ahmad, 2010. Analisis Keandalan
Tabel. 7 – Tegangan maksimal di sekunder trafo Sistem Jaringan Distribusi Udara 20kv
untuk sambaran di titik 0 km dengan arester (Aplikasi di Gardu Induk Gelugur TD 2 Kota
Medan Sumatera Utara). Skripsi S1,
Arester di titik 2 - 4 km Universitas Sumatera Utara
V Max di Fase
V di titik
R S T
SEK 2 km 2.156,76 1.265,73 2.238,56
SEK 4 km 2.248,64 2.225,30 3.564,44
SEK 6 km 2.405,12 2.890,07 3.423,91
SEK 8 km 2.643,49 3.387,77 4.049,40
SEK 10 km 2.829,50 4.166,05 4.033,70
SEK 12 km 2.835,95 3.883,16 4.154,04
SEK 14 km 2.726,99 4.466,00 4.330,06
Dapat dilihat, tegangan di fase T setelah dipasang
arester lebih rendah dibandingkan tanpa arester.
Penurunan paling signifikan terjadi di titik SEK 2
km, tegangan turun sebesar 57%.
4. Kesimpulan
Berdasarkan hasil simulasi dan pembahasan di
bab sebelumnya, dapat disimpulkan beberapa hal
seperti berikut
1. Tegangan surja akibat petir nilainya
berbanding lurus dengan panjang saluran,
pada sambaran 200 kV di titik 0 km, tegangan
di titik 14 km naik sebesar 26% menjadi
251,07 kV, dan pada sambaran di titik 12 km,
tegangan di titik 14 km naik sebesar 84%
menjadi 366,56 kV.

Anda mungkin juga menyukai