Disusun Oleh:
Ketua:
dr. Sri Wahyuni Gayatri
Anggota:
dr. Hj. Shulhana Mokhtar, M.Med, Ed
Muhammad Ishaq R
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2017
1
DAFTAR ISI
2
3.3.1 Populasi................................................................................................ 21
3.3.2 Sampul ................................................................................................. 22
3.4 Kriteria Seleksi ........................................................................................... 22
3.4.1 Kriteria Inklusi ..................................................................................... 22
3.4.2 Kriteria Eksklusi .................................................................................. 22
3.5 Instrument Penelitian .................................................................................. 22
3.6 Teknik Pengambilan Data........................................................................... 23
3.7 Etika Penelitian ........................................................................................... 23
3.8 Definisi Operasional ................................................................................... 24
3.9 Pengolahan Data dan Analisis Data ............................................................ 25
3.9.1 Pengolahaan Data ................................................................................. 26
3.9.2 Analisis Data ......................................................................................... 26
BAB IV. METODOLOGI PENELITIAN .................................................... 28
4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian .......................................................... 28
4.2. Visi dan Misi.............................................................................................. 29
4.3 Sarana dan Prasarana .................................................................................. 29
BAB V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................... 31
5.1 Hasil Penelitian ........................................................................................... 31
5.1.1 Karakteristik Sampel Berdasarkan Variabel yang Diteliti ....................... 31
5.1.2 Analisis Hubungan Antara Variabel yang Diteliti (Bivariat) .................. 35
5.1.2.1 Hubungan Antara Jenis Olahraga Terhadap Tingkat Stres
Pada Atlet.............................................................................................. 35
5.1.2.2 Hubungan Antara Frekuensi Olahraga Terhadap Tingkat Stres
Atlet ...................................................................................................... 37
5.1.2.3 Hubungan Antara Durasi Olahraga Terhadap Tingkat Stres
Pada Atlet.............................................................................................. 40
5.2 Pembahasan ................................................................................................ 42
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 45
6.1 Kesimpulan ................................................................................................. 45
6.2 Saran ........................................................................................................... 45
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 46
3
DAFTAR TABEL
1. Daftar sarana dan prasarana yang ada di PPLP Sulawesi Selatan ................ 30
2. Karakteristik Jenis Olahraga ......................................................................... 31
3. Karakteristik Frekuensi Olahraga ................................................................. 32
4. Karakteristik Durasi Olahraga ...................................................................... 33
5. Karakteristik Tingkat Stres ........................................................................... 34
6. Analisis hubungan antara jenis olahraga terhadap tingkat stres ................... 36
7. Data Analisis Spearman Hubungan Frekuensi Olahraga terhadap
tingkat stres ................................................................................................... 38
8. Analisis hubungan antara durasi olahraga terhadap tingkat stres ................. 40
4
BAB I
PENDAHULUAN
Stres merupakan respon tubuh yang bersifat tidak spesifik terhadap setiap
Stres dapat terjadi pada setiap orang, termasuk orang yang bekerja, pelajar
atau mahasiswa. Data WHO pada tahun 2007 menunjukkan sebanyak 450 juta
tingkat stres yang tinggi (Kim & Mckenzie 2014). Penelitian yang dilakukan di
dengan tingkat rendah 26,22%, tingkat sedang 59,03%, tingkat berat 14,75% pada
mahasiswa (Resmida & Hasibuan 2015). Data dari Dinas Kesejahteraan Sosial
Provinsi Jawa Tengah tahun 2006 di Jawa Tengah tercatat 704.000 orang
(Probowo 2014). Hasil analisa data mengenai tingkat stres pada mahasiswa di
5
stres berat (Resmida & Hasibuan 2015). Hasil analisa data mengenai tingkat stres
bahwa sebanyak 46 orang (51,7%) mengalami stres ringan dan sebanyak 43 orang
Setiap manusia dari segala jenis usia, mengalami stres dan mencoba untuk
melakukan suatu kegiatan yang bertujuan untuk mengurangi stress tersebut (Azizi
2011). Stres tidak dapat dihindari karena senantiasa muncul di dalam kehidupan
manusia. Metode untuk mengatasi stres yang dialami seseorang sangat beraneka
ragam seperti relaksasi, terapi musik, istirahat yang cukup, memelihara hubungan
yang sehat, rekreasi dan berolahraga (Komarudin 2008). Sekitar 14 persen orang
adalah cara yang efektif untuk mengurangi kecemasan dan berbagai indeks stres
dilakukan pada 120 mahasiswa dari universitas Zabul yang berada di Iran di
dapatkan bahwa mahasiswa atlet memiliki tingkat stress yang lebih rendah
tubuh akan menghasilkan zat kimia yang disebut endorphin dalam otak yang
bertindak sebagai obat alami penghilang rasa sakit, dan juga meningkatkan
kemampuan untuk tidur, yang pada gilirannya mengurangi stres (Gurley 2007).
6
Berdasarkan masalah di atas, peneliti ingin mengetahui bagaimana Hubungan
Intensitas Olahraga terhadap Tingkat Stres pada atlet di Pusat Pendidikan dan
Selatan.
Selatan
7
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.3 Bagi mahasiswa sebagai bahan informasi untuk bahan kajian dan
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Stres
yang dapat kembali normal oleh proses adaptif yang melibatkan respon afektif,
kembali homeostasis. Reaksi stres selalu diikuti oleh proses pemulihan, yang
dapat dikompromikan ketika stres yang parah, berkepanjangan, atau tidak biasa
generalisata tubuh terhadap setiap factor yang mengatasi, atau mengancam untuk
(Sherwood 2011).
terhadap setiap tuntutan, apabila seseorang dihadapkan pada situasi yang dapat
menimbulkan stres maka terjadi respons, ada reaksi kimiawi dalam tubuh. Respon
dibagi dalam tiga tahapan, yaitu reaksi alarm, reaksi melawan, dan reaksi letih.
Tahap pertama timbul adanya bahaya dan persiapan untuk menghadapi stresor.
maka akan sampai tahap ketiga yaitu kelelahan, dan pada tahap ini, segala
kekuatan fisik dikuras dan akibatnya bisa menimbulkan rasa sakit (Efendy 2013).
9
2.1.2 Sumber Stres
penyebabnya adalah fisik, psikologis, dan sosial. Stresor fisik berasal dari luar diri
individu, seperti suara, polusi, radiasi, suhu udara, makanan, zat kimia, trauma,
dan latihan fisik yang terpaksa. Pada stresor psikologis tekanan dari dalam diri
individu. Biasanya yang bersifat negatif seperti frustasi, kecemasan (anxiety), rasa
bersalah, khawatir berlebihan, marah, benci, sedih, cemburu, rasa kasihan pada
diri sendiri, serta rasa rendah diri, sedangkan stresor sosial yaitu tekanan dari luar
yang bersifat traumatic yang tak dapat dihindari, seperti kehilangan orang yang
Otak adalah organ utama stres dan adaptasi terhadap stres sosial dan fisik
respons fisiologis dan perilaku terhadap stres yang mungkin merusak atau
saraf otonom, tetapi juga interaksi nonlinear mereka dengan sistem metabolik dan
beradaptasi dengan stressor melalui mediator seperti kortisol dan sistem otonom,
metabolik dan kekebalan tubuh yang bekerja sama secara nonlinear untuk
10
Ketika ada sesuatu yang menggairahkan atau mengancam, hypothalamus
penting untuk respon tubuh terhadap situasi yang menekan. Tanpa hormon
tersebut, tubuh tidak dapat berhadapan dengan stres. Stres telah didefinisikan
(Sherwood 2011).
tersebut menyiapkan tubuh untuk berjuang atau berlari, tetapi memiliki pengaruh
lebih cepat, suatu keuntungan dalam berusaha tetapi merugikan tubuh, dimana
dan lemak. Suatu anggapan yang logis adalah bahwa peningkatan simpanan
11
glukosa, asam amino, dan asam lemak tersedia untuk digunakan bila diperlukan,
Reaksi normal pada seseorang yang sehat pada keadaan darurat yang
siap akan kecemasan dan antisipasi yang akan dihadapi untuk kembali pada
keadaan yang normal setelah suatu krisis yang dihadapinya. Walaupun kondisi ini
akan dilanjutkan dengan keadaan stres yang siap akan terjadinya suatu kerusakan
pada tubuh. Selanjutnya apabila suatu krisis terjadi dengan suatu kasus sangat
pernapasan, retensi garam dan H2O, serta mobilisasi bahan bakar metabolik dan
memicu respon yang sama. Apabila tidak diperlukan energi tambahan, tidak ada
kerusakan jaringan, dan tidak ada pengeluaran darah, penguraian cadangan energi
tubuh dan retensi cairan merupakan tindakan yang sia-sia, mungkin merugikan
12
2.1.4 Gejala Stres
1. Gejala fisikal, gejala stres yang berkaitan dengan kondisi dan fungsi fisik
2. Gejala emosional, gejala stres yang berkaitan dengan keadaan psikis dan
mental seseorang.
3. Gejala intelektual, gejala stres yang berkaitan dengan pola pikir seseorang.
orang lain, baik di dalam maupun di luar rumah (Simatupang et al. 2014)
Stres tersebut dapat dilihat dari dua sudut, yang pertama dari sudut biologis
berupa gejala fisik yang menyangkut organ tubuh manusia dengan proses stres itu
sendiri. Stres yang terjadi dipengaruhi oleh stressor kemudian diterima oleh
reseptor yang mengirim pesan ke otak. Organ tubuh dan otak saling bekerja sama
sistem fungsi kerja tubuh berupa sakit kepala, tidur tidak teratur, nafsu makan
menurun, mudah lelah atau kehilangan daya energi, otot pada leher dan bahu
menjadi tegang, sakit perut, telapak tangan berkeringat dan jantung berdebar.
Kemudian sudut yang kedua berupa gejala psikis yang menyangkut keadaan
mental, emosi dan pola pikir seseorang yang ditunjukkan dengan susah
berkosentrasi, daya ingat menurun atau mudah lupa, produktivitas atau prestasi
kerja menurun, sering merasa jenuh, gelisa, cemas, frustasi, mudah marah dan
13
membentuk suatu keterkaitan bahwa baik fisik maupun psikis saling
mempengaruhi satu sama lain saat proses stres terjadi (Kartika 2015).
Ada tiga tingkatan stres. Stres ringan adalah stres yang tidak merusak
aspek fisiologis dari seseorang. Stres ringan umumnya dirasakan oleh setiap orang
misalnya semangat bekerja besar, yakin atau percaya, gangguan tidur. Stres ringan
biasanya hanya dalam beberapa menit atau beberapa jam. Situasi ini tidak akan
menimbulkan penyakit kecuali jika dihadapi terus menerus. Stres sedang terjadi
lebih lama, dari beberapa jam hingga beberapa hari. Stres sedang dapat memicu
terjadinya penyakit. Stresor yang dapat menimbulkan stres sedang adalah tidak
mampu atau tidak tanggap, gangguan daya ingat, cemas dan takut.
Stres berat adalah stres kronis yang terjadi beberapa minggu sampai
beberapa tahun. Stres berat juga dapat memicu terjadinya penyakit. Stresor yang
menimbulkan stres berat adalah kelelahan fisik yang mendalam, tidak memiliki
tenaga, mudah bingung dan panik. Alat ukur tingkat stres adalah kuesioner
dengan sistem skoring yang akan diisi oleh responden dalam suatu penelitian.
Kuesioner yang dipakai untuk mengetahui tingkat stres pada mahasiswa adalah
terdiri dari 10 pertanyaan dan dapat mengevaluasi beberapa bulan yang lalu dalam
kehidupan subjek penelitian. Pertanyaan dalam perceived stress scale ini akan
14
pikiran mengganggu terhadap diri sendiri dengan membulatkan jawaban atas
pertanyaan. Tidak pernah diberi skor 0, hampir tidak pernah diberi skor 1,
kadang-kadang diberi skor 2, cukup sering diberi skor 3, sangat sering diberi skor
4. Semua penilaian disesuaikan dengan total skor tingkatan stres ringan, stres
sedang, stres berat. Pertanyaan terdiri dari merasa sedih dan terganggu karena hal
yang terjadi tanpa diduga, tidak dapat mengontrol hal-hal penting, gelisah dan
tertekan, yakin pada kemampuan diri, merasa yang terjadi sesuai kehendak, tidak
Setiap individu akan mendapat efek stres yang berbeda-beda. Hal ini
maka tingkat stres yang dirasakan akan semakin berat. Sebaliknya, jika
kekuatan fisik dan mental individu tersebut mungkin tidak akan mampu
mengadaptasinya.
15
3. Jumlah Stresor yang Harus Dihadapi Dalam Waktu yang Sama
harus dihadapi, stresor yang kecil dapat menjadi pemicu yang mengakibatkan
reaksi berlebihan.
6. Tingkat perkembangan
stressor yang berbeda sehingga risiko terjadinya stres pada tingkat perkembangan
membebaskan diri dari masalah yang nyata maupun tidak nyata, dan koping
merupakan semua usaha kognitif dan perilaku untuk mengatasi, mengurangi, dan
16
2.1.7.1 Emotion-focused coping adalah suatu usaha untuk mengontrol respon
emosional terhadap situasi yang sanagat menekan. Fungsi koping ini cenderung
dilakukan apabila individu tidak mampu atau merasa tidak mampu mengubah
kondisi stres, yang dilakukan individu adalah dengan mengatur emosinya. Antara
lain dengan cara melakukan aktivitas yang disukai seperti olaharaga atau
menonton film untuk mengalihkan perhatian dari masalah. Cara lain yang biasa
cenderung menggunakan strategi ini apabila dirinya yakin dapat mengubah situasi
(Safaria. 2009).
dan aktif melakukan latihan untuk meraih prestasi pada cabang olahraga
Olahraga adalah serangkaian gerak raga yang teratur dan terencana yang
2011). Olahraga adalah perilaku gerak yang tidak hanya berorientasi pada tujuan
fisik semata, namun juga aspek psikis. Olahraga sebagai perilaku gerak manusia
adalah media untuk mengekspresikan body and mind secara harmonis, untuk itu
17
olahraga sebagai aktifitas yang memunculkan tingkah laku. Faktor psikis berupa
antara lain adalah intensitas latihan, durasi (waktu) latihan, frekuensi latihan, jenis
secara terus menerus agar intensitas latihan benar-benar mencapai intensitas yang
diprogramkan. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat
intensitas latihan adalah dengan menggunakan Skala BORG (The BORG Scale).
Skala BORG merupakan suatu skala ordinal dengan nilai-nilai dari 0 sampai
dengan 10. Skala BORG digunakan untuk mengukur sesak napas selama
Hal ini juga dapat memberikan informasi penting kepada dokter. Skala BORG ini
individu dalam melaksanakan tugas yang sama. Indikasi nilai pada skala yang
perasaan sakit yang dirasakan pada otot maka semakin besar nilai BORG yang
18
digunakan. Skala ini dapat dilakukan pada pengukuran-pengukuran fisiologis
seperti intensitas latihan meningkat (laju deyut jantung), juga ada korelasi yang
tinggi untuk pengukuran lainnya seperti respirasi yang meningkat, produksi CO2,
akumulasi laktat dan suhu tubuh, keringat sampai dengan kelelahan otot. Skala ini
penilaian yang digunakan oleh seorang tersebut dilakukan secara menaksir secara
wajar baik dari denyut jantung selama kerja fisik. Prinsip dasar penggunaan atau
pengisian data Skala BORG adalah pada saat melakukan pekerjaan, peneliti akan
menanyakan presepsi tingkat keluhan yang dirasakan operator pada otot yang
bekerja atau otot yang diteliti. Presepsi tingkat keluhan dapat mencerminkan
seberapa besar beban kerja yang dirasakan, karena semakin besar beban kerja
dilakukan secara terfokus pada otot yang diteliti, karena pada saat pekerjaan
berlangsung banyak otot yang bekerja ataupun perasaan sakit yang bukan berasal
dari otot yang akan diteliti.Penilaian tingkat keluhan dilakukan secara jujur, tanpa
berfikir untuk menjadi yang terbaik antara individu lain atau menyamakan
nilainya dengan individu lain. Perhatikan presepsi tingkat keluhan yang dirasa
kemudian diubah menjadi satuan nilai. Nilai 0 merupakan nilai terendah yang
dapat diberikan, nilai ini memiliki arti tidak dirasakan sakit sama sekali. Nilai ini
menunjukkan bahwa otot operator tidak merasakan sakit sama sekali. Biasanya
nilai ini merupakan nilai awal sebelum melakukan pekerjaan ataupun baru
melakukan pekerjaan. Nilai 1 memiliki arti rasa sakit yang sangat lemah sekali.
Nilai ini diperuntukkan bagi operator yang baru melakukan kerja dalam beberapa
19
menit. Nilai 3 memiliki arti sakit yang dirasakan adalah sedang. Dalam hal ini
operator menilai bahwa rasa sakit padaototnya kadang terasa kadang tidak.
Biasanya perasaan ini timbul pada waktu 5-7 menit setelah memulai pekerjaan.
Nilai 4, operator sudah merasakan rasa sakit pada ototnya. Hal ini dapat terjadi
apabila operator sudah melakukan pekerjaan yang cukup lama. Nilai 7 merupakan
nilai kritis, karena rasa sakit yang dirasakan sudah mulai mengganggu kinerja otot
mengatasi stress dengan lebih baik, menurut penelitian olahraga memiliki peran
terhadap pelepasan zat kimia saraf yang terlibat dalam respon stres tubuh. Bukti
awal menunjukkan bahwa orang yang aktif secara fisik memiliki tingkat stres
yang lebih rendah dari kecemasan dan depresi daripada orang yang tidak
otak yang berguna sebagai obat penghilang rasa sakit alami tubuh dan mood
menjadi lebih tenang, dan dapat menurunkan gejala yang berhubungan dengan
20
depresi ringan dan kecemasan. Olahraga juga dapat meningkatkan kualitas tidur,
yang sering terganggu oleh stres, depresi dan kecemasan. Semua manfaat olahraga
ini dapat meringankan tingkat stres (Laxmeshwar & Amarnatha 2015a). Olahraga
dalam jangka waktu yang lama dapat berperan sebagai anxyolitic bagi manusia
21
2.5 Kerangka Teori
Tingkat stress
Gejala stress
Koping stress
22
2.6 Kerangka Konsep
Stressor lain:
Psikologis
sosial
Intensitas Stress
olahraga - Ringan
- Ringan - Sedang
- Sedang - Berat
- Berat
Variabel Variabel dependen
independen
: diteliti
: tidak diteliti
23
2.7 Hipotesis Penelitian
(Ho): Tidak ada Hubungan Intensitas Olahraga Terhadap Tingkat Stress Atlet di
(Ha): Ada Hubungan Intensitas Olahraga Terhadap Tingkat Stress Atlet di Pusat
24
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
olahraga terhadap tingkat stress pada atlet di Pusat Pendidikan dan Latihan
pemilihan daerah tersebut karena subjek penelitian adalah Atlet Pusat Pendidikan
kegiatan penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai agustus
2017.
3.3.1 Populasi
(Notoatmodjo, 2010). Populasi dalam penelitian ini adalah atlet laki-laki dan
25
perempuan remaja Pusat Pendidikan dan Latihan Olahraga Pelajar (PPLP)
Makassar.
3.3.2 Sampel
Sampel penelitian dengan metode total sampling adalah atlet laki-laki dan
perempuan remaja yang terdaftar sebagai atlet di PPLP Makassar pada periode
e. Tidak merokok.
b. Tidak mengikuti penelitian dari awal sampai akhir atau tidak hadir pada
Perceived stress scale (PSS-10) yang diisi oleh responden dengan jumlah soal 10
26
nomor untuk mengetahui tingkat stresnya. Terdapat total 40 poin dalam semua
soal yang diberikan. Untuk menentukan poinnya diberikan kode yang berbeda.
sering (S)=3, sangat sering (SS)=4. Dalam Kuesioner tersebut juga terdapat
pertanyaan mengenai intensitas olahraga yang terdiri dari 3 bagian, yaitu jenis
persetujuan dan membagikan quisioner pada atlet laki-laki dan perempuan remaja
yang telah terdaftar sebagai atlit di PPLP Makassar. Pengambilan data dilakukan
Kode etik penelitian adalah suatu pedoman etika yang berlaku untuk setiap
kegiatan penelitian yang melibatkan antara pihak peneliti, pihak yang diteliti dan
terhadap responden serta sesuatu yang dihasilkan oleh peneliti bagi masyarakat.
1. Self determination
2. Privacy
27
3. Anonymity dan confidentiality
responden kepadanya.
4. Fair treatment
5. Informed consent
disebabkan oleh perubahan, yang dipengaruhi oleh stresor yang ia hadapi. Alat ukur
yang digunakan adalah kuesioner Perceived stress scale (PSS-10) yang terdiri dari
10 buah pertanyaan. Skala yang digunakan adalah skala ordinal (Resmida &
Hasibuan 2015)
Kriteria Objektif :
28
3.8.2 Intensitas Olahraga
dari jenis olahraga, frekuensi olahraga, dan durasi olahraga. Skala yang digunakan
A. Jenis olahraga
Kriteria obyektif :
a. Olahraga ringan
1. Menembak 3. Bowling
2. golf 4. Panahan
b. Olahraga sedang
c. Olahraga berat
1. Renang 4. Gulat
3. Tinju 6. Taekwondo
B. Frekuensi Olahraga
29
Frekuensi olahraga dalam hal ini seberapa sering atlit melakukan
Kriteria Obyektif :
c. Berat : >5kali/minggu.
C. Durasi Olahraga
Durasi olahraga dalam hal ini adalah lama waktu yang digunakan
Kriteria Obyektif :
Ada empat tahapan dalam pengolahan data yang dilakukan oleh peneliti
yaitu:
30
c. Peneliti memeriksa hasil isian yang diperoleh sesuai dengan tujuan yang
terdapat pada kuesioner. Dan pada penelitian ini semua kuesioner diisi
dengan lengkap oleh responden sehingga tidak ada kuesioner yang didroup
out.
data pada penelitian ini dilakukan dengan cara menberikan symbol tertentu
komputer.
terisi sesuai dengan tujuan penelitian serta sudah melewati tahap editing
31
Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan alat bantu computer
Corelation kemudian disusun dalam bentuk tabel maupun dalam bentuk grafik
32
BAB IV
Selatan. Sebelah utara berhadapan dengan Jl. Poros Asrama Haji, Sebelah selatan
GOR Sudiang.
RI melalui program PPLP. Atlet PPLP Sulawesi Selatan ditangani oleh 8 pelatih
PPLP Sulawesi Selatan tahun 2017 ialah Drs. Subandri Kadir, MM. Kepala
asrama PPLP saat ini adalah Muhammad Hamzah. Dengan adanya PPLP ini
33
sangat membantu pembinaan prestasi atlet pelajar Sulawesi Selatan pada
VISI
MISI
secara akademis maupun persaingan ditingkat yang lebih tinggi dan untuk
Sarana dan prasarana merupakan salah satu faktor yang sangat penting
dalam pencapaian prestasi atlet. Pusat Pendidikan dan Latihan Olahraga Pelajar
Sulawesi Selatan mempunyai fasilitas tempat latihan di Jl. Dg. Ramang Kompleks
pemusatan latihan dan pembinaan atlet PPLP, fasilitas yang digunakan untuk
Sarana tersebut digunakan sebagai sarana latihan teknik dan fisik atlet
PPLP. Dana yang digunakan untuk pembiayaan PPLP Sulawesi Selatan didapat
dari APBN melalui APBD Dispora Provinsi Sulawesi Selatan. Dana tersebut
digunakan untuk biaya atlet, atlet, latihan dan perawatan sarana dan prasarana
34
Berdasarkan data yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa sarana dan
prasarana yang dimiliki oleh PPLP Sulawesi Selatan cukup memadai. Hal ini
Tabel 4.1. Daftar sarana dan prasarana yang ada di PPLP Sulawesi Selatan
No Sarana Jumlah
1 Asrama atlet 3
2 Ruang makan 1
7 Lapangan atletik 1
9 Lapangan takraw 1
35
BAB V
(univariat)
Sedang 40 64,5
Berat 22 35,5
Total 62 100
Tabel 5.1 menunjukkan bahwa dari 62 atlet yang diambil menjadi sampel,
36
70.00% 64.50%
60.00%
50.00%
40.00% 35.50%
30.00%
20.00%
10.00%
0.00%
Sedang 25 40,3
Berat 37 59,7
Total 62 100
Pada tabel 5.2 menunjukkan bahwa dari 62 atlet yang diambil menjadi
37
sedang yaitu sekitar 3-5 kali/minggu dan sebanyak 37 atlet (50,7%) berolahraga
70.00%
59.70%
60.00%
50.00%
40.30%
40.00%
30.00%
20.00%
10.00%
0.00%
Sedang berat
Ringan 4 6,5
Sedang 40 64,5
Berat 18 29
Total 62 100
Pada tabel 5.3 menunjukkan bahwa dari 62 atlet yang diambil menjadi
sampel didapatkan sebanyak 4 atlet (6,5%) berolahraga dengan durasi yang ringan
38
yaitu kurang dari 60 menit/hari dan sebanyak 40 atlet (64,5%) berolahraga dengan
durasi yang sedang yaitu 60-120 menit/hari serta 18 atlet (29%) berolahraga
70.00% 64.50%
60.00%
50.00%
40.00%
29%
30.00%
20.00%
10.00% 6.50%
0.00%
Karakteristik tingkat Stres pada responden dapat dilihat pada tabel 5.4
Ringan 16 25,8
Sedang 46 74,2
Total 62 100
Pada tabel 5.3 menunjukkan bahwa dari 62 atlet yang diambil menjadi
sampel didapatkan sebanyak 16 atlet (25,8%) memiliki tingkat stres yang ringan
39
Chart Title
80.00% 74.20%
70.00%
60.00%
50.00%
40.00%
30.00% 25.80%
20.00%
10.00%
0.00%
Ringan Sedang
40
5.1.2 Analisis Hubungan Antara Variabel yang Diteliti (Bivariat)
Tabel 5.5 Analisis hubungan antara jenis olahraga terhadap tingkat stres
Tingkat Stres Total P
Stres Stres
ringan sedang
Jenis Olahraga Jumlah (n) 13 27 40 0,108
Olahraga sedang Presentasi 21 43,5 64,5
(%)
Olahraga Jumlah (n) 3 19 22
berat Presentasi 4,8 30,6 35,5
(%)
Total Jumlah (n) 16 46 62
Presentasi 25,8 74,2 100
(%)
Sumber : Data Primer 2017, Uji Spearman p=0,108 (α =>0,05)
Pada tabel 5.5 menunjukkan bahwa dari 62 atlet yang diambil menjadi
atlet (21%) diantaranya mengalami stres ringan dan 27 atlet (43,5%) memiliki
tingkat stres sedang. Sedangkan sebanyak 22 atlet (35%) dengan jenis olahraga
berat, 3 atlet (4,8) diantaranya memiliki tingkat stres yang ringan dan 19 atlet
Berdasarkan hasil uji analisis pada tabel 5.5 menunjukkan bahwa hubungan
antara jenis olahraga dan tingkat stres atlet di Pusat Pendidikan dan Latihan
Olahraga Pelajar Makassar, Sulawesi Selatan diperoleh nilai p=0,108 (lebih besar
41
Chart Title
50%
45%
40%
35%
30%
25%
20%
15%
10%
5%
0%
Olahraga Sedang Olahraga Berat
42
5.1.2.2 Hubungan Antara Frekuensi Olahraga Terhadap Tingkat Stres Atlet
tingkat stres
Pada tabel 5.6 menunjukkan bahwa dari 62 atlet yang diambil menjadi
yaitu 3-5 kali/minggu, 16 atlet (25,8%) diantaranya mengalami stres ringan dan 9
atlet (14,5%) memiliki tingkat stres sedang. Sedangkan sebanyak 37 atlet (59,7%)
dengan frekuensi olahraga berat, tidak ada satupun yang memiliki tingkat stres
yang ringan dan 37 atlet (59,7%) memiliki tingkat stres yang sedang.
Berdasarkan hasil uji analisis pada tabel 5.5 menunjukkan bahwa hubungan
antara frekuensi olahraga dan tingkat stres atlet di Pusat Pendidikan dan Latihan
Olahraga Pelajar Makassar, Sulawesi Selatan diperoleh nilai p=<0,001 (lebih kecil
43
70.00%
60.00%
50.00%
40.00%
30.00%
20.00%
10.00%
0.00%
Sedang Berat
44
5.1.2.3 Hubungan Antara Jenis Olahraga Terhadap Tingkat Stres Pada Atlet
Tabel 5.7 Analisis hubungan antara jenis olahraga terhadap tingkat stres
Tingkat Stres Total P
Stres Stres
ringan sedang
Jenis Ringan Jumlah (n) 1 3 4 0,009
Olahraga Presentasi 1,6 4,8 6,5
(%)
Sedang Jumlah (n) 15 25 40
Presentasi 24,3 40,3 64,5
(%)
Berat Jumlah (n) 0 18 18
Presentasi 0 29 29
(%)
Total Jumlah (n) 16 46 62
Presentasi 25,8 74,2 100
(%)
Sumber : Data Primer 2017, Uji Spearman p=0,009 (α =>0,05)
Pada tabel 5.5 menunjukkan bahwa dari 62 atlet yang diambil menjadi
sampel didapatkan sebanyak 4 atlet (6,5%) dengan durasi olahraga ringan, 1 atlet
(1,6%) diantaranya mengalami stres ringan dan 3 atlet (4,8%) memiliki tingkat
stres sedang. Sebanyak 22 atlet (35%) dengan durasi olahraga sedang, 15 atlet
(24,3%) diantaranya memiliki tingkat stres yang ringan dan 25 atlet (40,3%)
memiliki tingkat stres yang sedang. Sedangkan 18 atlet (29%) dengan durasi
olahraga berat, tidak ada satupun yang memiliki tingkat stres ringan, dan 18 atlet
(29%) atau semua atlet dengan durasi olahraga berat memiliki tingkat stres yang
sedang.
45
Berdasarkan hasil uji analisis pada tabel 5.7 menunjukkan bahwa hubungan
antara jenis olahraga dan tingkat stres atlet di Pusat Pendidikan dan Latihan
Olahraga Pelajar Makassar, Sulawesi Selatan diperoleh nilai p=0,009 (lebih kecil
46
5.2 PEMBAHASAN
didapatkan pengaruh yang bermakna dari frekuensi dan durasi latihan terhadap
tingkat stres atlet. Pada frekuensi olahraga tidak ditemukan satupun atlet dengan
frekuensi olahraga ringan atau olahraga yang dilakukan <3 kali/minggu. Dimana
rata-rata frekuensi yang dilakukan para atlet adalah frekuensi olahraga sedang dan
berat. Pada frekuensi olahraga sedang yaitu frekuensi olahraga yang dilakukan 3-5
kali/minggu didapatkan jumlah atlet yang memiliki tingkat stres ringan (16 orang)
lebih banyak dibandingkan dengan atlet yang memiliki tingkat stres sedang (9
orang). Hal ini berbanding terbalik dengan frekuensi olahraga berat. Tidak ada
satupun atlet dengan frekuensi olahraga berat yang memiliki tingkat stres ringan.
Namun, baik pada frekuensi olahraga sedang ataupun berat tidak ditemukan
satupun atlet yang memiliki tingkat stres yang berat. Sehingga dapat disimpulkan
pada penelitian ini bahwa frekuensi olahraga berhubungan dengan tingkat stres
dan frekuensi olahraga yang paling baik adalah frekuensi olahraga sedang atau
Pada variabel durasi olahraga dengan tingkat stres atlet juga didapatkan
berhubungan dengan rendahnya tingkat stres yang dialami oleh atlet. Pada durasi
olahraga ringan, didapatkan 25% atlet yang memiliki tingkat stres ringan dan
meningkat menjadi 37,5% pada durasi olahraga sedang. Pada durasi olahraga
ringan dan sedang terlihat bahwa tingkat stres sedang mendominasi kedua durasi
47
sebelumnya yang mengatakan bahwa pada saat perlombaan, kecemasan yang
timbul saat pertandingan merupakan emosional negatif atlet ketika harga dirinya
dirasa terancam. Hal ini terjadi apabila atlet menganggap pertandingan sebagai
tantangan berat untuk berhasil. Kecemasan ini biasa dipicu pula oleh karena atlet
halnya pada frekuensi olahraga, tidak satupun atlet dengan durasi olahraga ringan,
sedang dan berat yang memiliki tingkat stres berat dan pada durasi olahraga berat
tidak ditemukan atlet yang memiliki tingkat stres ringan. Berdasarkan penjelasan
diatas didapatkan bahwa durasi olahraga yang paling baik dalam penelitian ini
adalah durasi olahraga sedang atau dalam sehari melakukan olahraga selama 1-2
jam.
& Hasibuan 2015). Olahraga teratur dapat meningkatkan rasa percaya diri,
membuat tubuh menjadi lebih tenang, dan dapat menurunkan gejala yang
meningkatkan kualitas tidur, yang sering terganggu oleh stres, depresi dan
48
lebih fresh, dan membuat tidur lebih tenang serta menumbuhkan rasa senang yang
pada akhirnya akan mengurangi stres (Resmida & Hasibuan 2015). Hal ini
meningkatkan pengeluaran zat yang disebut endorphine pada otak. Zat Endorphin
adalah senyawa kimia yang dihasilkan sendiri oleh tubuh kita tepatnya pada
menghilangkan rasa sakit, dan dapat mengurangi stres, serta sebagai imunitas
tubuh. Orang yang berolahraga secara teratur akan memiliki ambang batas yang
lebih tinggi untuk stres fisik dan kadar kortisol yang lebih rendah sebagai reaksi
terhadap stressor daripada orang yang tidak aktif dalam berolahraga (Wippert
2014).
dilakukan sehingga akan menjadi fokus pada olahraga tersebut sehingga dapat
terhadap situasi yang sangat menekan. Fungsi coping ini cenderung dilakukan
apabila individu tidak mampu atau merasa tidak mampu mengubah kondisi stres,
daripada mahasiswa atlet. Hal ini dikarenakan tingkat stres yang disebabkan oleh
49
Pada variabel jenis olahraga dengan tingkat stres tidak didapatkan nilai
yang bermakna atau p=0,108. Jenis olahraga yang dipakai pada penelitian ini
adalah jenis olahraga sedang yaitu (senam, voli pasir, sepak bola, dan atletik) dan
jenis olahraga berat yaitu (tinju,pencak silat, taekwondo, dan karate). Hal ini
tingkat stres yang dialami oleh atlet. Yang menyebabkan terjadinya penurunan
tingkat stres pada individu saat berolahraga adalah tergantung seberapa sering dan
lama orang tersebut berolahraga, bukan dari jenis olahraganya. Karena dalam
yang beraturan dalam hal ini adalah berolahraga, dapat menurunkan tingkat stres
seseorang. Semua jenis olahraga adalah suatu aktivitas fisik, namun yang
membedakannya antara jenis olahraga yang satu dan lainnya adalah pada pola –
pola gerakan yang dihasilkan dalam sekali berolahraga. Namun, seperti yang telah
dijelaskan diatas bahwa penurunan tingkat stres terjadi akibat seberapa sering dan
lama seseorang berolahraga bukan pada polanya (Kim & Mckenzie 2014). Hasil
tidak bermakna pada jenis olahraga mungkin dapat juga disebabkan karena tidak
meratanya pembagian sampel pada jenis-jenis olahraga yang ada. Hal ini
dikarenakan semua atlet yang ada di Pusat Pendidikan dan Latihan Pelajar
Makassar tidak memiliki atlet dengan jenis olahraga ringan, dan rata-rata
50
BAB VI
6.1 Kesimpulan
terhadap tingkat stres atlet PPLP Makassar, Sulawesi Selatan, maka dapat
stres atlet dengan nilai korelasi p=0,009. Durasi olahraga yang paling baik
6.2 Saran
51
DAFTAR PUSTAKA
Carmeli, E., 2014. Physical Activity Reduces Stress. Anxiety and Depression
perlombaan pada atlet atletik kejuaraan nasional yunior dan remaja jawa
Gurley, S., 2007. Physical Activity Reduces Stress | Anxiety and Depression
illnesses/other-related-conditions/stress/physical-activity-reduces-st.
Kartika, C.D., 2015. Hubungan antara Kecerdasan Emosi dengan Dtres Akademik
52
Mahasiswa Fakultas Psikologi Universita Muhammadiyah Surakarta.
Kim, J. & Mckenzie, L.A., 2014. The Impacts of Physical Exercise on Stress
(November), pp.2570–2580.
http://file.upi.edu/direktori/fpok/jur._pend.kepelatihan/1972040319999031-
komarudin/artikel_komarudin?outbond.pdf.
Larasaty, R., 2012. Hubungan Tingkat Stres dengan Kejadian Sleep Paralysis
Laxmeshwar, B. & Amarnatha, K.K., 2015a. Exercise and Stress: Get Moving to
management/in-depth/exercise-and-stress/art-20044469.
Laxmeshwar, B. & Amarnatha, K.K., 2015b. Exercise and Stress: Get Moving to
555.
http://www.nature.com.myaccess.library.utoronto.ca/neuro/journal/v18/n10/f
the brain.pdf\nhttp://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/26404710.
53
Nguyen-Michel, S.T. et al., 2006. Associations between physical activity and
pp.179–188.
Putri, N.G., 2012. Metode Ukur Beban Kerja Fisik dan Skala BORG. Fakultas
Rahayu., S., 2011. hubungan olahraga rekreasi dan penurunan tingkat stres
Sadath, A. et al., 2017. Do stress and support matter for caring? The role of
Simatupang, S., Sulistijono & Karokaro, M., 2014. Hubungan Sense Of Humor
54
Stults-Kolehmainen, M.A. & Sinha, R., 2014. The effects of stress on physical
Sundari, J., 2012. Hubungan antara Tingkat Stres dengan Intensitas Olahraga pada
Wippert, P., 2014. Stress , Pain & Sport. Peerj preprints, (May), pp.0–14.
55
LAMPIRAN
Dokumentasi penelitian
56