Anda di halaman 1dari 17

PERTANGGUNGJAWABAN DEWAN PENGURUS SYARIAH

SEBAGAI OTORITAS PENGAWAS KEPATUHAN SYARIAH BAGI


BANK SYARIAH

Haniah Ilhami∗

Abstract Abstrak
Sharia Compliance is important in the man­ Kepatuhan Syariah adalah elemen penting
agement and operational of sharia banks, dalam pengelolaan dan operasional bank
therefore a sharia supervisory board (Dewan syariah, dengan demikian sebuah dewan
Pengawas Syariah, DPS) is imperative to yang bertugas mengawasi penerapan prinsip
be established in every sharia-based banks. syariah (Dewan Pengawas Syariah, DPS)
The problem is, Indonesian sharia banking harus dibentuk di setiap bank berbasis
laws do not clearly regulate the supervisory syariah. Fokus penelitian ini adalah hukum
function of this DPS, hence this study. perbankan syariah di Indonesia yang belum
secara jelas mengatur fungsi pengawasan
DPS.

Kata Kunci: kepatuhan syariah, DPS, pertanggungjawaban.

A. Pendahuluan lembaga itu sendiri, termasuk dalam hal ini


Kepatuhan syariah adalah syarat mu­ lembaga Bank Syariah.
tlak yang harus dipenuhi oleh lembaga Dari sudut pandang masyarakat,
keuangan yang menjalankan kegiatan usaha khususnya pengguna jasa bank syariah,
berdasarkan prinsip syariah. Secara tegas kepatuh­an syariah merupakan inti dari
dinyatakan bahwa kepatuhan syariah adalah integritas dan kredibilitas bank syariah.
raison détre bagi intitusi tersebut. Kepatuh­ Eksistensi bank Syariah ditujukan untuk
an syariah adalah pemenuhan seluruh prin- memenuhi kebutuh­an masyarakat Islam akan
sip syariah dalam semua kegiatan yang di- pelaksanaan ajar­an Islam secara menyeluruh
lakukan sebagai wujud dari karakteristik (kaffah) termasuk dalam kegiatan penyaluran

*
Dosen Hukum Islam Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada (e-mail: hany_ladiva@yahoo.com).
1
Point 1 Islamic Financial Services Board - Exposure Draft Guiding Principles on Shariáh Governance Sys­
tem, Islamic Financial Services Board.
2
Point 47 Islamic Financial Services Board - Guiding Principles on Corporate Governance for Institutions
Offering Only Islamic Financial Services (Excluding Islamic Insurance (Takaful) Institutions and Islamic
Mutual Funds, Islamic Financial Services Board.
478 MIMBAR HUKUM Volume 21, Nomor 3, Oktober 2009, Halaman 409 - 628

dana melalui bank syariah. Kepercayaan dan menjadi landasan hukum operasional Bank
keyakinan masyarakat pada bank syariah Syariah. Pemahaman terhadap ketentuan
didasarkan dan dipertahankan melalui fiqh memberikan kemampuan bagi mereka
pelaksanaan prinsip hukum Islam yang untuk mengimplementasikan prinsip-prin-
diadaptasi dalam aturan operasional institusi sip Islam dalam ketentuan operasional Bank
tersebut. Tanpa adanya kepatuhan terhadap syariah, sedangkan pemahaman mengenai
prinsip syariah, masyarakat akan kehilangan hukum positif nasional khususnya hukum
keistimewaan yang mereka cari sehingga perbankan memberikan kemampuan untuk
akan berpengaruh pada keputusan mereka mengimplementasikan prinsip syariah ke
untuk memilih ataupun terus melanjutkan dalam aturan legal formal yang mempunyai
pemanfaatan jasa yang diberikan oleh bank kekuatan hukum dan mengikat para pelaku
syariah. Ketidakpatuhan terhadap prinsip usaha dalam bidang perbankan syariah, khu-
syariah akan berdampak negatif citra bank susnya bank Syariah itu sendiri.
syariah dan berpotensi untuk ditinggalkan Lembaga yang memiliki otoritas
oleh nasabah potensial ataupun nasabah pengawasan kepatuhan syariah dalam sistem
yang telah menggunakan jasa bank syariah hukum perbankan syariah Indonesia adalah
sebelumnya. Dewan Pengawas Syariah (selanjutnya
Arti penting kepatuhan berimplikasi disebut DPS) Pada umumnya, semua bentuk
pada keharusan pengawasan terhadap perseroan yang menjalankan kegiatan usaha
pelaksanaan kepatuhan tesebut. Pengawasan berdasarkan prinsip syariah wajib memiliki
terhadap kepatuhan syariah merupakan DPS. Eksistensi DPS dalam perseroan
tindakan untuk memastikan bahwa prinsip adalah untuk melengkapi tugas pengawasan
syariah yang merupakan pedoman dasar yang diberikan pada otoritas pengawas
bagi operasional bank syariah telah perseroan yaitu komisaris. Sesuai dengan
diterapkan dengan tepat dan menyeluruh. karakteristik perusahaan yang menjalankan
Melalui tindakan pengawasan, diharapkan prinsip syariah, pengawasan oleh komisaris
semua pelaksanaan kegiatan perbankan oleh tidak menyentuh pada kepatuhan syariah
bank syariah tetap mendasarkan diri pada sehingga perlu ada lembaga yang memiliki
ketentuan syariah. kompetensi khusus di bidang fiqh, yaitu
Pengawasan terhadap kepatuhan sya- DPS. Berdasarkan hal tersebut, maka
riah dilakukan oleh lembaga pengawas yang kedudukan DPS adalah sebagai lembaga
beranggotakan orang-orang dengan kompe- pengawas khusus pada pemenuhan prinsip-
tensi tertentu. Para pengawas tersebut harus prinsip syariah dalam pengelolaan kegiatan
mampu memahami ketentuan fiqh Islam se- perseroan.
bagai sumber hukum Islam sekaligus mema- Salah satu bentuk perseroan yang
hami hukum positif nasional yang keduanya dimaksud adalah Bank Syariah. Bank Syariah

3
Lihat Penjelasan Umum Undang-undang Nomor 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah.
4
Pasal 32 ayat (3) Undang-undang Nomor 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah.
5
Pasal 109 ayat (1) Undang-undang Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.
Ilhami, Pertanggungjawaban Dewan Pengurus Syariah (DPS) 479

wajib membentuk DPS dan pelanggaran sumber hukum tersebut. Untuk dapat
terhadap ketentuan ini diancam dengan mengimplementasikan prinsip-prinsip dasar
sanksi administratif, mulai dari bentuk sehingga dapat diterapkan secara lebih
denda uang hingga pada pencabutan izin pragmatis, dilakukan perumusan aturan
usaha bank. Arti penting kepatuhan syariah teknis, termasuk di dalamnya aturan yang
bagi kelangsungan operasional Bank Syariah dibuat oleh lembaga berwenang dalam suatu
menuntut pengawasan yang menyeluruh dan sistem hukum negara tertentu ke dalam
ketegasan dalam mengambil tindakan bagi bentuk peraturan hukum yang bersifat
ketidak patuhan syariah. Disaat yang sama, amaliah. Dari aturan inilah kemudian
DPS sebagai lembaga pengawas juga harus prinsip syariah, khususnya dalam sistem
diikat dengan tanggung jawab yang tegas hukum perbankan berasal.
dalam melaksanakan tugas pengawasannya. Istilah Prinsip Syariah dapat ditemukan
Tanggung jawab tersebut merupakan dalam beberapa peraturan perundang-
jaminan bagi lembaga pengawas untuk undangan Indonesia, khususnya mengenai
sungguh-sungguh menjalankan tugasnya, perbankan dan pasar modal. Definisi
sekaligus menjaga apabila terjadi kelalaian berdasarkan ketentuan tersebut adalah
oleh pengawas yang mengakibatkan tidak sebagai berikut:
dipenuhinya prinsip syariah oleh Bank
Syariah. 1. Definisi dalam Peraturan Per­­un­­
dang-Undangan Mengenai Perbank­
B. Prinsip Syariah dalam Sistem Hukum an dan Perbankan Syariah
Perbankan Syariah dan Kepatuhan Pada mulanya, Prinsip Syariah
Syariah didefinisikan sebagai aturan perjanjian
Perbankan syariah adalah suatu sistem berdasarkan hukum Islam yang berlaku
perbankan yang dikembangkan berdasarkan terhadap kegiatan penyimpanan dana,
prinsip syariah, yaitu segala ketentuan yang pembiayaan kegiatan usaha, dan atau
mengacu dan berdasarkan pada hukum kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai
Islam. Dalam hukum Islam, sumber dengan syariah, yang mengikat bank dan
hukum yang utama adalah Al-Qur’an dan pihak lain10 Berdasarkan definisi ini, maka
Sunnah. Prinsip-prinsip syariah merupakan prinsip syariah hanya difokuskan sebagai
segala ketentuan yang berlandaskan pada

6
Lihat Pasal 76 ayat (1) Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/3/PBI/2009 tentang Bank Umum Syariah, Pasal
58 ayat (1) Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/23/PBI/2009 tentang Bank Pembiayaan Rakyat Syariah.
Bentuk sanksi administrastif dijelaskan dalam pasal 58 ayat (1) Undang-undang Nomor 21 tahun 2008 tentang
Perbankan Syariah.
7
Burhanuddin Susanto, 2008, Hukum Perbankan Syariah di Indonesia, UII Press, Yogyakarta, hlm.13.
8
Muhammad Daud Ali, 1996, Hukum Islam Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Islam di Indonesia, PT
RajaGrafindo Persada, Jakarta, hlm.69.
9
Burhanuddin Susanto, loc. cit.
10
Pasal 1 angka 13 Undang-undang Nomor 7 tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan
Undang-undang Nomor 10 tahun 1998.
480 MIMBAR HUKUM Volume 21, Nomor 3, Oktober 2009, Halaman 409 - 628

aturan perjanjian yang berdasarkan hukum Majelis Ulama Indonesia. Sama seperti defi-
Islam. Definisi ini tidak memberikan nisi pada Undang-undang Nomor 21 tahun
kejelasan mengenai bentuk prinsip syariah, 2008 tentang Perbankan Syariah, ketentuan
terutama mengenai sumber prinsip syariah ini menjelaskan bentuk dan sumber Prinsip
itu sendiri. Syariah yaitu fatwa yang dikeluarkan oleh
Penyempurnaan definisi kemudian MUI.
di­lakukan melalui peraturan perundang- Dari 2 (dua) ketentuan tersebut di
undangan yang khusus mengatur perbankan atas, maka dapat disimpulkan bahwa Prinsip
syariah. Peraturan ini menjelaskan prinsip Syariah dalam hukum positif Indonesia
syariah sebagai prinsip hukum Islam dalam didefinisikan sebagai ketentuan hukum Islam
kegiatan perbankan berdasarkan fatwa yang yang bersumber dari fatwa MUI. Secara
dikeluarkan oleh lembaga yang memiliki fungsional, fatwa memiliki 2 (dua) fungsi,
kewenangan dalam penetapan fatwa di bidang yaitu fungsi tabyin dan tawjih. Fungsi tabyin
syariah.11 Definisi ini lebih memperjelas berarti bahwa fatwa merupakan penjelasan
bentuk dan sumber Prinsip Syariah, yaitu hukum yang merupakan regulasi praktis
berbentuk fatwa yang bersumber dari bagi lembaga keuangan (dalam hal ini adalah
lembaga berwenang. Penentuan lembaga bank syariah), sedangkan fungsi tawjih
berwenang juga ditegaskan yaitu Majelis berarti bahwa fatwa merupakan petunjuk
Ulama Indonesia (selanjutnya disebut bagi masyarakat mengenai norma ekonomi
MUI)12. syariah.14 Terkait dengan fatwa MUI, kedua
fungsi tersebut diimplementasikan dalam
2. Definisi Dalam Peraturan Perundang- perumusannya.
Undangan Mengenai Pasar Modal Hal yang perlu dicermati dari pen­
Berbeda dengan pengaturan per­ definisian tersebut di atas adalah bahwa
undang-undangan di bidang perbankan, isti- mengikatnya fatwa MUI sebagai prinsip
lah prinsip syariah dalam bidang pasar modal syariah dalam operasional kegiatan usa­
belum diatur dalam peraturan dalam bentuk ha syariah harus melalui formalisasi ter­
Undang-undang, melainkan baru sebatas tentu. Formalisasi dilakukan dengan meng­
Surat Keputusan Ketua Badan Pengawas implementasikan fatwa-fatwa MUI dalam
Pasar Modal dan Lembaga Keuangan 13 Ber- bentuk peraturan perundang-undang­an ter-
dasarkan ketentuan tersebut, prinsip syariah tentu. Dalam bidang perbankan, formalisasi
didefinisikan sebagai prinsip-prinsip hukum fatwa MUI dilakukan dengan menuang-
Islam dalam kegiatan di bidang Pasar Modal kan fatwa tersebut dalam bentuk Peraturan
berdasarkan fatwa Dewan Syariah Nasional Bank Indonesia yang disusun oleh Komite

11
Pasal 1 angka 12 Undang-undang Nomor 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah.
12
Pasal 26 ayat (2) Undang-undang Nomor 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah.
13
Yaitu Surat Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Nomor KEP-181/
BL/2009 tentang Penerbitan Efek Syariah.
14
Aries Mufti dan Muhammad Syakir Sula, 2007, Amanah bagi Bangsa Konsep Sistem Ekonomi Syariah, Ma-
syarakat Ekonomi Syariah, Jakarta, hlm. 221.
Ilhami, Pertanggungjawaban Dewan Pengurus Syariah (DPS) 481

Perbankan Syariah.15 Sedangkan dalam ini juga dimiliki oleh bank syariah dengan
bidang pasar modal, tidak ada ketentuan karakteristik tertentu, yaitu bahwa fungsi in-
yang mengharuskan fatwa MUI diformal- termediasi yang melekat pada bank syariah
kan dalam bentuk tertentu. Berdasarkan adalah fungsi intermediasi yang terikat pada
ketentuan tersebut, maka prinsip syariah di prinsip syariah.
bidang perbankan syariah adalah semua ben- Karakteristik yang dimiliki oleh bank
tuk fatwa MUI yang dituangkan dalam ben- syariah memberi kewajiban pada institusi
tuk Peraturan Bank Indonesia sehingga lebih tersebut untuk mematuhi 2 (dua) aturan
memiliki kekuatan mengikat bagai pelaku hukum, yaitu aturan hukum positif nasional
kegiatan di bidang perbankan. khususnya di bidang perbankan serta prinsip
Kedudukan prinsip syariah dalam syariah sebagaimana yang telah dijelaskan
sistem hukum perbankan syariah nasional sebelumnya. Keterikatan tehadap prinsip
adalah sebagai dasar operasional kegiatan syariah merupakan bentuk kepatuhan syariah
perbankan syariah, khususnya dalam men- oleh lembaga bank syariah.
jalankan fungsi intermediasi. Fungsi inter- Kepatuhan syariah oleh Bank Syariah
mediasi adalah fungsi yang melekat pada in- adalah pemenuhan seluruh prinsip syariah
stitusi perbankan karena melakukan kegiatan dalam semua kegiatan yang dilakukannya.
dalam bentuk menerima uang dari investor, Kepatuhan syariah adalah salah satu bagian
menyatukannya, dan menginvestasikan dana dari sistem tata kelola perbankan syariah yang
yang disatukan tersebut kepada institusi lain. baik (dikenal dengan istilah good corporate
Istilah intermediasi diberikan karena bank governance)17 Pengelolaan bank syariah tidak
dalam kegiatan finansialnya menempatkan bisa terlepas dari pemenuhan prinsip-prinsip
diri dalam posisi antara investor dan peng- syariah, terutama dalam pelaksanaan fungsi
guna akhir investasi.16 Bank sebagai lem- intermediasi. Operasional pengumpulan dan
baga intermediasi keuangan menjadi fasili- penyaluran dana masyarakat tidak boleh
lator bagi mobilisasi modal yang dititipkan tanpa menerapkan prinsip-prinsip syariah.
padanya dalam berbagai bentuk, sehingga Ketidak patuhan terhadap prinsip syariah
dari hasil pergerakan tersebut masing-ma- dapat berdampak negatif pada kondisi
sing pihak, pemilik modal maupun yang bank itu sendiri karena berpotensi untuk
memanfaatkannya diuntungkan dengan ke- menciptakan kegagalan bank atau insolvency
beradaan bank dibanding bila mereka harus yang dapat berakibat pada terganggunya
menginvestasikan modalnya secara lang- sistem keuangan negara.18 Selain itu,
sung tanpa fasilitator. Fungsi intermediasi kepatuhan syariah juga merupakan salah

15
Pasal 26 ayat (3) dan (4) Undang-undang Nomor 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah.
16
R. Jonathan Macey and P. Geoffrey Miller, 1992, Banking Law and Regulation, Litle Brown Company, Bos-
ton, Toronto, London, hlm. 37-38.
17
Point 35 Islamic Financial Services Board-Guidance on Key Elements in the Supervisory Review Process of
Institutions offering Islamic Financial Services (excluding Islamic Insurance (Takaful) Institutions and Islamic
Mutual Funds).
18
Point 32, ibid.
482 MIMBAR HUKUM Volume 21, Nomor 3, Oktober 2009, Halaman 409 - 628

satu unsur dalam penilaian mengenai tingkat berdampak negatif citra bank syariah dan
kesehatan bank syariah yang memberikan berpotensi untuk ditinggalkan oleh nasabah
kewajiban pada bank syariah untuk menjaga potensial ataupun nasabah yang telah meng-
sekaligus meningkatkannya.19 Pemeliharaan gunakan jasa bank syariah sebelumnya.
tingkat kesehatan bank akan berbanding Dalam regulasi perbankan syariah
lurus dengan pemeliharaan kepercayaan nasional, kepatuhan syariah merupakan
masyarakat, sehingga bila bank lalai syarat mutlak bagi bank syariah dalam
dalam menjaga tingkat kesehatanannya, menjalankan usahanya. Undang-undang
termasuk bila bank lalai menerapkan prinsip Nomor 21 tahun 2008 tentang Perbankan
syariah, maka masyarakat akan kehilangan Syariah mewajibkan kegiatan usaha serta
kepercayaan terhadap bank tersebut. produk dan jasa yang dilakukan serta
Dari sudut pandang masyarakat, khu- dikeluarkan oleh Bank Syariah untuk
susnya pengguna jasa bank syariah, kepatuh­ tunduk pada prinsip syariah.22 Kewajiban
an syariah merupakan inti dari integritas dan untuk menerapkan prinsip syariah haruslah
kredibilitas bank syariah.20 Eksistensi inti- dilakukan secara menyeluruh (kaffah) dan
tusi keuangan syariah khususnya bank Sya- konsisten (isstiqomah)23 Ketidakpatuhan
riah ditujukan untuk memenuhi kebutuh­an ter­hadap prinsip syariah diancam dengan
masyarakat Islam akan pelaksanaan ajar­an sanksi administratif yang dikenakan pada
Islam secara menyeluruh (kaffah) termasuk para pihak yang tidak melaksanakan atau
dalam kegiatan penyaluran dana melalui menghalang-halangi pelaksanaan prinsip
bank syariah. Kepercayaan dan keyakinan syariah, baik secara perorangan maupun
masyarakat pada bank syariah didasarkan kolektif.24
dan dipertahankan melalui pelaksanaan
prinsip hukum Islam yang diadaptasi dalam C. Pengawasan Kepatuhan Syariah
aturan operasional institusi tersebut.21 Tanpa dan Otoritas Pengawas Kepatuhan
adanya kepatuhan terhadap prinsip syariah, Syariah
masyarakat akan kehilangan keistimewaan Arti penting kepatuhan syariah bagi
yang mereka cari sehingga akan berpenga- pelaksanaan fungsi intermediasi berimplikasi
ruh pada keputusan mereka untuk memilih pada keharusan pengawasan terhadap
ataupun terus melanjutkan pemanfaatan pelaksanaan kepatuhan tesebut. Pengawasan
jasa yang diberikan oleh bank syariah. Keti- terhadap kepatuhan syariah merupakan
dakpatuhan terhadap prinsip syariah akan tindakan untuk memastikan bahwa prinsip

19
Pasal 51 ayat (1) Undang-undang Nomor 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah dan Pasal 2 ayat (1) PBI
Nomor 9/1/PBI/2007 tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum Berdasarkan Prinsip Syariah.
20
Point 47 Islamic Financial Services Board -Guiding Principles on Corporate Governance for Institutions
Offering Only Islamic Financial Services (Excluding Islamic Insurance (Takaful) Institutions and Islamic
Mutual Funds, Islamic Financial Services Board.
21
Lihat Penjelasan Umum Undang-undang Nomor 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah.
22
Pasal 26 ayat (1) Undang-undang Nomor 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah.
23
Penjelasan Pasal 3 Undang- undang Nomor 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah.
24
Pasal 56 Undang-undang Nomor 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah.
Ilhami, Pertanggungjawaban Dewan Pengurus Syariah (DPS) 483

syariah yang merupakan pedoman dasar bagi Namun, setelah ditawarkan, penga-
operasional bank syariah telah diterapkan wasan kepatuhan syariah tidak berarti di-
dengan tepat dan menyeluruh. Melalui hentikan begitu saja. Pengawasan tetap
tindakan pengawasan, diharapkan semua harus dilakukan untuk memastikan bahwa
pelaksanaan fungsi intermediasi perbankan suatu produk tertentu yang selama perenca-
oleh bank syariah tetap mendasarkan diri naan sebelum ditawarkan telah memenuhi
pada prinsip syariah. prinsip syariah, pada saat penggunaan fak-
Untuk dapat memastikan dipenuhinya tual di masyarakat juga tetap memenuhi
prinsip syariah, pengawasan kepatuhan sya- prinsip tersebut. Memenuhi prinsip syariah
riah harus mencakup pengawasan terhadap 2 dalam tahapan ini tidak hanya berarti telah
(dua) hal, yaitu terhadap produk yang dike- menghindarkan diri dari hal-hal yang terla-
luarkan bank dan operasional perbankan.25 rang, tapi juga harus dapat dipastikan bahwa
Pengawasan terhadap produk dilakukan produk memberikan kemanfaatan dan keadil­
terhadap 2 (dua) tahap kegiatan, yaitu tahap an baik bagi pengguna maupun bagi bank
sebelum penawaran produk (ex-ante) dan syariah. Dalam tahapan ini, otoritas penga­
tahap setelah produk ditawarkan dan diguna­ was harus selalu melakukan pemantauan
kan oleh masyarakat (ex-post). Penga­wasan dan bila sewaktu-waktu ditemukan adanya
dalam tahap sebelum penawaran produk pelanggaran, harus mampu mengevaluasi
merupakan pengawasan pada saat bank sya- produk tersebut.26
riah mempersiapkan suatu bentuk produk Dalam sistem perbankan syariah
baru untuk ditawarkan pada masyarakat dan In­donesia, bentuk pengawasan tersebut
terhadap produk tersebut harus dapat dipas- ditegaskan dalam peraturan perundang-
tikan bahwa prinsip pengelolaannya serta se- undangan.27 Pengawasan terhadap tahap
gala bentuk bagi hasil maupun persyaratan ex-ante terlihat pada kewajiban pengawasan
dalam akad antara bank dengan pengguna proses pengembangan produk baru yang
produk tidak bertentangan dengan asas-asas dikeluarkan oleh Bank Umum Syariah
syariah yang telah ditentukan oleh hukum. maupun Bank Pembiayaan Rakyat Syariah.28
Setelah kemudian produk tersebut dipasti- Bentuk pengawasan pada tahap ini juga
kan tidak bertentangan, maka produk dapat ditegaskan melalui aturan khusus mengenai
ditawarkan pada masyarakat. produk Bank Syariah yang mewajibkan

25
Point 48 Islamic Financial Services Board -Guiding Principles on Corporate Governance for Institutions
Offering Only Islamic Financial Services (Excluding Islamic Insurance (Takaful) Institutions and Islamic
Mutual Funds, Islamic Financial Services Board.
26
Point 62 Islamic Financial Services Board0- Exposure Draft Guiding Principles on Shariáh Governance
System, Islamic Financial Services Board.
27
Lihat pasal 35 ayat (2) Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/3/PBI/2009 tentang Bank Umum Syariah dan
pasal 29 ayat (2) Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/23/PBI/2009 tentang Bank Pembiayaan Rakyat Sya-
riah.
28
Definisi Bank Syariah dalam Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah menetapkan
bahwa yang dimaksud dengan Bank Syariah adalah Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Sya-
riah. Penulisan ini menggunakan terminologi tersebut sehingga Bank Syariah dalam tulisan ini merujuk pada
ketentuan tersebut.
484 MIMBAR HUKUM Volume 21, Nomor 3, Oktober 2009, Halaman 409 - 628

Bank syariah untuk melaporkan semua bertugas untuk melihat secara langsung
bentuk rencana pengeluaran produk baru pelaksanaan kegiatan yang dilakukan oleh
guna dilakukannya review dan pemerikasaan bank syariah agar selalu sesuai dengan
menyeluruh yang salah satunya melihat prinsip syariah, yaitu tidak menyimpang dari
adanya kepatuhan syariah dalam produk fatwa MUI yang telah dikeluarkan.
tersebut.29 Pengawasan terhadap tahap ex-post Keberadaan DPS dalam sistem hukum
terlihat dalam ketentuan untuk menghentikan perbankan syariah merupakan implementasi
produk yang tidak memenuhi ketentuan dari keterlibatan para ulama dalam pe­
perundangan, salah satunya bila tidak laksanaan sistem ekonomi umat. Para
memenuhi prinsip syariah dan terhadapnya ulama yang berkompeten terhadap hukum-
harus dilakukan penyempurnaan.30 Khusus hukum syariah memiliki fungsi dan peran
mengenai pengawasan terhadap operasional yang amat besar untuk menggerakkan dan
Bank Syariah dijelaskan melalui kewajiban memotivasi masyarakat dalam melakukan
melakukan review berkala atas pemenuhan kegiatan muamalah yang sesuai dengan
prinsip syariah terhadap mekanisme prinsip-prinsip syariah.33 Peran ini kemudian
penghimpunan, penyaluran dana, serta pe­ diimplementasikan melalui pembentukan
layanan jasa oleh bank Syariah.31 DPS yang beranggotakan ahli-ahli agama
yang juga memiliki kemampuan keilmuan di
D. Posisi DPS Sebagai Otoritas Penga­ bidang ekonomi, khususnya dalam lingkup
was Syariah sistem perbankan nasional.
Pengawasan terhadap kepatuhan Tugas utama DPS adalah memberi­
prinsip syariah oleh bank syariah dilakukan kan nasihat dan saran pada Direksi, serta
oleh lembaga pengawasan tersendiri, yaitu mengawasi kegiatan bank terhadap kepatuhan
Dewan Pengawas Syariah (DPS). DPS syariah.34 Terkait dengan luas lingkup
adalah suatu badan yang diberi wewenang pengawasan kepatuhan syariah, fungsi
untuk melakukan pengawasan dan melihat pengawasan yang dilakukan oleh DPS harus
secara dekat aktivitas lembaga keuangan mencakup 2 (dua) hal, yaitu pengawasan
syariah agar lembaga tersebut senantiasa terhadap produk yang dikeluarkan dan
mengikuti aturan dan prinsip-prinsip pengawasan terhadap operasional bank
syariah.32 Sebagai otoritas pengawas, DPS syariah. Kedua lingkup pengawasan ini

29
Peraturan yang dimaksud adalah Peraturan Bank Indonesia Nomor 10/17/PBI/2008 tentang Produk Bank Sya-
riah dan UnitUsaha Syariah.
30
Lihat Pasal 7 dan 8 Peraturan Bank Indonesia Nomor 10/17/PBI/2008 tentang Produk Bank Syariah dan Uni-
tUsaha Syariah.
31
Pasal 35 ayat (2) Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/3/PBI/2009 tentang Bank Umum Syariah dan pasal 29
ayat (2) Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/23/PBI/2009 tentang Bank Pembiayaan Rakyat Syariah.
31
Pasal 35 ayat (2) Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/3/PBI/2009 tentang Bank Umum Syariah dan pasal 29
ayat (2) Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/23/PBI/2009 tentang Bank Pembiayaan Rakyat Syariah.
32
Heri Sunandar, “Peran dan Fungsi Dewan Pengawas Syariah (Shari’a Supervisory Board) dalam Perbankan
Syariah di Indonesia”, Hukum Islam. Vol. IV Nomor 2 Desember 2005.
33
Muhammad Syafii Antonio, 2001, Bank Syariah dari Teori ke Praktik, Gema Insani, Jakarta, hlm. 233-234.
34
Pasal 32 ayat (3) Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah.
Ilhami, Pertanggungjawaban Dewan Pengurus Syariah (DPS) 485

diformalkan dalam ketentuan perundang- a. Melakukan review secara berkala


undangan sebagai berikut: 35 atas pemenuhan prinsip syariah
1. Pengawasan terhadap produk bank terhadap mekanisme penghim-
syariah punan dana dan penyaluran dana
Pengawasan terhadap produk dilakukan serta pelayanan jasa bank
dalam 2 (dua) tahap, yaitu: b. Meminta data dan informasi ter­
a. Tahap sebelum penawaran (ex-ante) kait dengan aspek syariah dari
Dalam tahap ini, DPS melakukan satuan kerja Bank dalam rangka
pengawasan dengan cara: pelaksanaan tugasnya.
1) Menilai dan memastikan Dari ketentuan tersebut, maka luas
pe­doman produk yang dike- pengawasan oleh DPS telah diatur secara
luarkan bank (hanya untuk tegas dan memiliki kekuatan hukum yang
Bank Umum Syariah) tetap. Pelanggaran terhadap ketentuan ini
2) Meminta fatwa kepada De- diancam dengan sanksi administratif.36
wan Syariah Nasional untuk Hal yang penting untuk dicermati me­
produk baru Bank yang be- ngenai pengawasan terhadap produk bank
lum ada fatwanya syariah khususnya dalam tahap setelah
b. Tahap pada saat dan setelah produk produk ditawarkan (ex-post) adalah bah-
ditawarkan (ex-post) wa walaupun DPS berwenang melaku-
Dalam tahap ini, DPS melakukan kan pe­ngawasan dalam tahap ini, namun
pengawasan dengan cara: penin­dakan atas hasil yang ditemukan dari
1) Mengawasi proses pengem- pengawasan tersebut bukan merupakan ke-
bangan produk baru Bank wenangan DPS, melainkan kewenangan
2) Melakukan review secara Bank Indonesia sebagai bank sentral. Bila
berkala atas pemenuhan suatu produk ternyata tidak memenuhi prin-
prinsip syariah terhadap me- sip syariah, maka Bank Indonesialah yang
kanisme penghimpunan dana berwenang untuk menghentikan kegiatan
dan penyaluran dana serta produk dimaksud.37
pelayanan jasa bank DPS sebagai lembaga pengawas khusus
2. Pengawasan terhadap operasional bank mengenai kepatuhan syariah harus memiliki
DPS melakukan pengawasan operasio­ anggota yang memiliki keahlian setidaknya
nal bank dengan cara: di dua bidang sekaligus, yaitu bidang fiqh

35
Disimpulkan dari Pasal 35 ayat (2) Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/3/PBI/2009 tentang Bank Umum
Syariah dan pasal 29 ayat (2) Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/23/PBI/2009 tentang Bank Pembiayaan
Rakyat Syariah.
36
Pasal 76 Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/3/PBI/2009 tentang Bank Umum Syariah. Bentuk sanksi meru-
juk pada ketentuan dalam pasal 58 ayat (1) Undang-undang Nomor 21 tahun 2008 tentang Perbankan Sya-
riah.
37
Pasal 8 ayat (1) Peraturan Bank Indonesi Nomor 10/17/PBI/2008 tentang Produk Bank Syariah dan Unit
Usaha Syariah.
486 MIMBAR HUKUM Volume 21, Nomor 3, Oktober 2009, Halaman 409 - 628

mu’amalah serta bidang perbankan secara dilihat secara jelas posisi DPS itu sendiri
umum. Peraturan perundang-undangan dalam institusi bank syariah. Posisi DPS
mengakomodasi ketentuan tersebut dalam dalam struktur bank syariah diatur dalam
bentuk aturan mengenai persyaratan anggota beberapa peraturan perundang-undangan
DPS. Dalam ketentuan ini anggota DPS wajib yang mengatur hal berbeda secara terpisah.
memenuhi persyaratan mengenai integritas Dari penelusuran terhadap beberapa per­
yang baik, memiliki kompetensi minimal aturan perundang-undangan tersebut, posisi
bidang pengetahuan dan pengalaman, serta DPS dijelaskan sebagai berikut:
memiliki reputasi keuangan yang baik. 38
Pemilihan dan pengangkatan anggota 1. Posisi DPS Menurut Peraturan Me­
DPS juga memiliki prosedur tertentu. Proses nge­nai Perseroan Terbatas
ini dilakukan oleh 3 (tiga) unsur, yaitu Rapat Dalam ketentuan mengenai Perseroan
Umum Pemegang Saham (RUPS) dari Terbatas40, DPS tidak termasuk sebagai organ
bank syariah terkait, Bank Indonesia, serta Perseroan. Organ perseroan merupakan
MUI.39 Pemilihan anggota DPS diawali unsur utama yang melaksanakan kegiatan
dengan pemberian rekomendasi oleh MUI perseroan terdiri dari 3 unsur, yaitu Rapat
terhadap nama yang diusulkan menjadi Umum Pemegang Saham (RUPS), Direksi,
calon anggota DPS oleh bank bersangkutan. dan Dewan Komisaris.41 Tugas pengawasan
Setelah mendapatkan rekomendasi, usulan dilakukan oleh Dewan Komisaris, begitu
calon beserta rekomendasi MUI diserahkan juga dengan pemberian nasihat pada
pada Bank Indonesia untuk mendapatkan direksi. Walaupun DPS bukan merupakan
persetujuan Bank Indonesia. Setelah organ perseroan, peraturan ini menegaskan
mendapat persetujuan dari Bank Indonesia, bahwa setiap perseroan yang melakukan
calon anggota DPS tersebut diangkat oleh kegiatan usaha berdasarkan prinsp syariah
RUPS. Dari prosedur ini, terlihat kekhususan wajib memiliki DPS.42 Tugas DPS menurut
prosedur pengangkatan yang menempatkan ketentuan ini adalah hampir sama dengan
MUI sebagai salah satu unsur penentu tugas Dewan Komisaris, yaitu melakukan
anggota melalui kewajiban rekomendasai pengawasan terhadap pengurusan perseroan
oleh MUI. dan memberikan nasihat pada direksi. Yang
Untuk melihat bentuk pertanggung membedakan adalah bahwa tugas DPS
jawaban DPS sebagai otoritas pengawas hanya terhadap pelaksanaan prinsip syariah
kepatuhan syariah dalam bank syariah, perlu dan bukan pengurusan secara umum.

38
Lebih jelas lihat Pasal 34 ayat (2) Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/3/PBI/2009 tentang Bank Umum Sya-
riah dan Pasal 28 ayat (2) Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/23/PBI/2009 tentang Bank Pembiayaan Rakyat
Syariah.
39
Lihat Pasal 37 Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/3/PBI/2009 tentang Bank Umum Syariah dan Pasal 31
Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/23/PBI/2009 tentang Bank Pembiayaan Rakyat Syariah.
40
Peraturan dimaksud adalah Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.
41
Pasal 1 angka 2, 4,5,6 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.
42
Pasal 109 ayat (1) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.
Ilhami, Pertanggungjawaban Dewan Pengurus Syariah (DPS) 487

Kedudukan pengaturan mengenai pihak pemberi jasa lain seperti akuntan


DPS ditempatkan dalam bagian pengaturan publik, penilai, maupun konsultan hukum.
mengenai Dewan Komisaris. Tugas DPS Dari ketentuan ini, terlihat
dijelaskan tepat setelah penjelasan mengenai perbedaan dengan ketentuan perseroan
tugas pengawasan yang dilakukan oleh DPS. terbatas yang menempatkan DPS dalam
Bahkan dalam penjelasan umum, secara posisi yang sama dengan salah satu organ
implisit terlihat penempatan DPS yang setara perseroan yaitu Dewan Komisaris. Dalam
dengan kedudukan Dewan Komisaris43 Dari undang-undang Perbankan Syariah, Dewan
hal tersebut terlihat bahwa posisi DPS dalam Komisaris termasuk dalam kategori unsur
perseroan terbatas adalah setara dengan internal bank sedangkan DPS merupakan
posisi Dewan Komisaris. pihak luar yang memberikan jasanya pada
Dari peraturan mengenai Perseroan bank. Keistimewaan yang dimiliki DPS
Terbatas, disimpulkan bahwa posisi DPS sebagai pihak pemberi jasa adalah bahwa
bukan sebagai organ perseroan, namun keberadaan DPS secara eksplisit ditegaskan
wajib dimiliki oleh setiap perseroan yang untuk wajib ada di dalam struktur bank
menjalankan usaha berdasarkan prinsip syariah. Kewajiban yang sama tidak dilakukan
syariah. Sebagai unsur wajib, posisi DPS terhadap pihak pemberi jasa lainnya yaitu
ditempatkan setara dengan posisi Dewan antara lain akuntan publik, penilai, maupun
Komisaris. konsultan hukum. Berdasarkan hal tersebut,
maka dapat dilihat bahwa walaupun posisi
2. Posisi DPS Menurut Peraturan Me­ DPS hanya merupakan pihak pemberi jasa
ngenai Perbankan Syariah dan tidak masuk dalam kategori unsur
Dalam ketentuan dasar mengenai internal bank seperti Dewan Komisaris,
per­bankan syariah44, posisi DPS dalam keberadaan DPS memiliki dasar hukum
struktur Bank Syariah adalah termasuk yang kuat.
dalam kelompok Pihak Terafiliasi. Pihak Kedudukan tersebut juga semakin di-
Terafiliasi sendiri terdiri atas 3 (tiga) ka­ kuatkan dalam beberapa peraturan pelaksana
tegori, yaitu unsur internal bank, unsur pihak Undang-undang Perbankan Syariah khusus-
yang memberikan jasa pada bank, serta nya mengenai kelengkapan persyaratan ad-
unsur pihak lain yang turut mempengaruhi ministratif. Peraturan tersebut menempatkan
pengelolaan bank.45 Sebagai pihak terafiliasi, semua berkas persyaratan terkait pengang-
DPS bukan merupakan unsur internal bank, katan Direksi dan Dewan Komisaris bersa-
melainkan masuk dalam kategori pihak yang maan dengan DPS.46 Selain itu, keanggotaan
memberikan jasa pada bank bersama dengan DPS juga dibebankan dengan persyaratan

43
Dalam penjelasan umum dikatakan,”… Undang-Undang ini mewajibkan Perseroan yang menjalankan keg-
iatan usaha berdasarkan prinsip syariah selain mempunyai Dewan Komisaris juga mempunyai Dewan Penga-
was Syariah…”.
44
Peraturan dimaksud adalah Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah.
45
Lebih jelas lihat Pasal 1 angka 15 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah.
46
Lihat Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 11/9/DPbS perihal Bank Umum Syariah.
488 MIMBAR HUKUM Volume 21, Nomor 3, Oktober 2009, Halaman 409 - 628

yang sama seperti keanggotaan Dewan Muamalat, posisi DPS, Direktur Utama,
Komisaris, yaitu antara lain persyaratan dan Dewan Komisaris dalam tingkatan
mengikuti fit and proper test, pengangkatan yang sama dan ketiganya berada di bawah
yang harus mendapatkan persetujuan Bank RUPS. Struktur berbeda terdapat pada Bank
Indonesia, dan ketentuan mengenai pembat- Mega Syariah yang menempatkan Dewan
alan pengangkatan anggota.47 Dari ketentuan Komisaris berada di atas DPS dan Direktur
ini, terlihat bahwa keberadaan DPS memi- Utama.51 Namun dalam bank ini, DPS
liki persyaratan yang sama kuatnya dengan ditempatkan sebagai lembaga mandiri yang
keberadaan Dewan Komisaris. setingkat dengan Direktur Utama.
Berdasarkan hal-hal tersebut di atas,
3. Posisi DPS Menurut Praktek di Bank dapat dilihat di mana posisi DPS dalam
Syariah struktur Bank Syariah. DPS sebagai lembaga
Secara teknis, kedudukan DPS dalam pengawas merupakan unsur yang wajib ada
struktur Bank Syariah diletakkan pada posi- dalam setiap Bank Syariah, memiliki posisi
si sejajar dalam satu tingkat dengan Dewan yang setara dengan organ perseroan bank
Komisaris. Penempatan ini bertujuan agar syariah yaitu Dewan Komisaris dan Direksi.
DPS menjadi lebih berwibawa dan mempu- Kesamaan kedudukan diperkuat oleh
nyai kebebasan pandangan (opinion) dalam peraturan perundang-undangan dan secara
memberikan bimbingan dan pengarahan ke- teknis DPS sudah ditempatkan dalam posisi
pada semua direksi di bank tersebut dalam yang sama dengan kedua organ tersebut
perkara-perkara yang berkaitan dengan apli­ dalam struktur organisasi bank syariah.
kasi produk perbankan syariah.48 Penempat­
an ini juga bertujuan untuk menjamin efek- E. Pertanggungjawaban DPS Sebagai
tifitas dari setiap masukan atau nasihat oleh Otoritas Pengawas Kepatuhan Sya-
DPS pada RUPS.49 riah
Sebagai contoh, dalam 2 (dua) bank Sebagai otoritas pengawas kepatuhan
syariah, penempatan posisi DPS berada syariah tidak memiliki pengaturan yang
dalam satu tingkatan dengan Dewan tegas mengenai pertanggung jawabannya.
Komisaris.50 Pada Bank Syariah Mandiri, Posisi DPS yang setara dengan Dewan
DPS dan Dewan Komisaris berada dalam Komisaris menempatkan DPS sebagai unsur
posisi yang sama di bawah RUPS dan di penting dalam pengurusan bank syariah.
atas Direktur Utama, sedangkan dalam Bank Khusus untuk Dewan Komisaris, peraturan

47
Lihat Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/3/PBI/2009 tentang Bank Umum Syariah.
48
Heri Sunandar, loc. cit.
49
Burhanuddin Susanto, op. cit., hlm. 96.
50
Yaitu Bank Syariah Mandiri dan Bank Muamalat, data diperoleh dari http://www.syariahmandiri.co.id/
manajemen/strukturorganisasi.php, diakses tanggal 10 Agustus 2009 dan http://bank-muamalat.com/assets/
pdf/annual_report/annual_report_bmi2007.pdf, diakses tanggal 20 Agustus 2009.
51
Data diperoleh dari http://www.megasyariah.co.id/Profil-StrukturOrganisasi.php, diakses tanggal 10 Agustus
2009.
Ilhami, Pertanggungjawaban Dewan Pengurus Syariah (DPS) 489

perundang-undangan memberikan tanggung peraturan perundang-undangan, pengang-


jawab yang jelas dan tegas terhadap pe­ katannya dilakukan oleh RUPS dengan
laksaan tugasnya. Melihat kedudukan persetujuan Bank Indonesia. Sebagai organ
Dewan Komisaris sebagai organ perseroan, yang berwenang untuk mengangkat Dewan
tanggung jawab ini bertujuan untuk menjamin Komisaris, RUPS juga berwenang untuk
agar Dewan Komisaris melakukan fungsi memberhentikan Dewan Komisaris sesuai
pengawasan dengan itikad baik, kehati- dengan prosedur yang telah ditetapkan ang-
hatian, dan bertanggung jawab.52 Kesalahan garan dasar.53 Di saat yang sama, tidak ada
maupun kelalaian Dewan Komisaris yang ketentuan yang secara tegas memberikan
menyebabkan kerugian bagi perseroan wewenang pada RUPS sebagai organ yang
harus dipertanggung jawabkan oleh Dewan mengangkat DPS untuk dapat pula melaku-
Komisaris bahkan sampai pada pertanggung kan pemberhentian terhadapnya. Kewenan-
jawaban pribadi. gan RUPS untuk memberhentikan anggota
Hal yang sama tidak ditetapkan bagi DPS hanya diatur secara implisit dalam
DPS. Peraturan perundang-undangan tidak Peraturan Bank Indonesia yang menjelaskan
memberikan aturan yang tegas mengenai bahwa tanggal pemberhentian anggota DPS
tanggung jawab DPS sebagai otoritas adalah tanggal setelah pemberhentian yang
pengawas. Arti penting serta posisi DPS bersangkutan mendapat persetujuan dari
yang sangat strategis bagi operasional bank RUPS.54 Dari ketentuan ini, maka dapat di­
syariah tidak diimbangi dengan beban simpulkan bahwa RUPS berwenang mem-
tanggung jawab yang mengikat bagi DPS berhentikan anggota DPS.
sebagaimana yang dilakukan terhadap Dewan Pengangkatan Dewan Komisaris
Komisaris. Keadaan tersebut dapat dilihat dan DPS keduanya dilakukan dengan
dari ketentuan mengenai pengangkatan persyaratan tertentu terkait kompetensinya
anggota DPS, kemandirian perorangan, serta sebagai pengawas operasional bank.
pertanggung jawaban pribadi. Terhadap Dewan Komisaris, bila setelah
Lemahnya pengaturan mengenai pengangkatannya ditemukan dan diketahui
pertanggung jawaban DPS terutama bila bahwa yang bersangkutan ternyata
dibandingkan dengan Dewan Komisaris tidak memenuhi persyaratan yang telah
dijelaskan sebagai berikut: ditentukan, pengangkatan tersebut secara
tegas dinyatakan batal demi hukum sejak saat
1. Tanggung Jawab Terkait dengan anggota Dewan Komisaris lainnya maupun
Pengangkatan Anggota direksi mengetahui tidak terpenuhinya
Baik anggota DPS maupun Dewan persyaratan tersebut.55 Ketentuan yang sama
Komisaris pada Bank Syariah, berdasarkan tidak ada dalam pengaturan mengenai DPS.

52
Pasal 114 ayat (2) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.
53
Lihat pasal 111 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.
54
Penjelasan pasal 39 Peraturan Bank Indonesia Nomor Nomor 11/3/PBI/2009 tentang Bank Umum Syariah.
55
Pasal 112 ayat (1) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.
490 MIMBAR HUKUM Volume 21, Nomor 3, Oktober 2009, Halaman 409 - 628

Bila ternyata diketahui bahwa DPS yang tidak disetujui oleh anggota lainnya.
telah diangkat tidak memenuhi persyaratan
yang telah ditentukan, tidak ada ketentuan 3. Pertanggungjawaban Pribadi
yang membatalkan pengangkatan tersebut Perseroan sebagai badan hukum
demi hukum, sehingga pertanggung jawaban mandiri tidak membebankan segala akibat
DPS terkait dengan pengangkatannya tidak dan hutang yang dilakukan atas nama
jelas. perseroan pada organ yang melakukan
perbuatan tersebut. Segala konsekuensi
2. Tanggung Jawab Mengenai Keman­ dari apa yang telah dilakukan atas nama
dirian Perorangan perseroan dibebankan pada harta kekayaan
Kemandirian perorangan adalah perseroan itu sendiri.57 Hal ini berarti bahwa
kewenangan yang dimiliki secara perorangan pertanggungjawaban atas akibat perbuatan
untuk mengambil keputusan dalam yang dilakukan atas nama perseroan
melaksanakan fungsinya. Dewan Komisaris bukanlah merupakan tanggung jawab pelaku,
tidak memiliki kewenangan perorangan baik itu direksi, Dewan Komisaris, maupun
karena tiap anggota Dewan Komisaris tidak pemegang saham secara pribadi.
dapat bertindak secara perorangan. Dewan Ketentuan ini disimpangi melalui
Komisaris yang terdiri atas lebih dari 1 pengaturan mengenai pertanggungjawaban
(satu) orang anggota merupakan majelis dan pribadi. Melalui penyimpangan, para
tiap anggota tidak dapat bertindak sendiri- pihak yang melakukan tindakan yang
sendiri, melainkan harus berdasarkan menyebabkan kerugian bagi perseroan
keputusan Dewan Komisaris.56 dapat dimintai pertanggung jawaban atas
Berbeda dengan Dewan Komisaris, tindakannya tersebut. Ketentuan ini berlaku
ketentuan mengenai kemandirian perorangan pada Dewan Komisaris. Setiap anggota
tidak terdapat dalam peraturan DPS. DPS Dewan Komisaris ikut bertanggung jawab
sebagai Dewan tidak ditentukan bagaimana secara pribadi atas kerugian perseroan
kewenangan bertindak bagi masing-masing apabila yang bersangkutan bersalah atau
anggota secara perorangan. Tidak ada lalai menjalankan tugasnya. Terhadap
ketentuan tegas yang menyatakan bahwa Dewan Komisaris yang anggotanya terdiri
DPS hanya dapat bertindak sebagai majelis atas 2 (dua) orang atau lebih ( hal ini berlaku
berdasarkan keputusan Dewan dan tiap bagi Bank Syariah), maka pertanggung
anggotanya dilarang untuk bertindak tanpa jawaban berlaku secara tanggung renteng
adanya persetujuan Dewan. Berdasarkan bagi setiap anggota Dewan Komisaris.58
hal ini, maka tidak ada ketentuan bila salah Selain itu, anggota Dewan Komisaris
satu anggota DPS melakukan tindakan yang juga dapat digugat oleh pemegang saham

56
Pasal 108 ayat (4) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.
57
Rudhi Prasetya, 1996, Kedudukan Mandiri Perseroan Terbatas Disertai Dengan Ulasan Menurut UU Nomor
1 tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, hlm. 50.
58
Pasal 114 ayat (3) dan (4) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.
Ilhami, Pertanggungjawaban Dewan Pengurus Syariah (DPS) 491

(dengan ketentuan telah memenuhi jumlah serupa dengan Dewan Komisaris dan memiliki
hak suara berdasarkan pemilikan saham) ke posisi setara dengan Dewan Komisaris,
pengadilan negeri bila perseroan mengalami tidak diatur dengan ketentuan yang sama.
kerugian akibat kesalahan dan atau kelalaian Tidak ada ketentuan mengenai pertanggung
Dewan Komisaris.59 jawaban pribadi bagi DPS bila ternyata
Pertanggungjawaban pribadi juga anggota DPS melakukan kelalaian dalam
berlaku bila Dewan Komisaris melakukan mengawasi produk bank terkait pelaksanaan
kesalahan maupun kelalaian pengawasan kepatuhan syariah yang dapat menimbulkan
yang mengakibatkan kepailitan perseroan. gangguan terhadap kepercayaan nasabah
Bila kepailitan terjadi akibat hal tersebut, dan bisa saja berimplikasi pada terjadinya
dan ternyata kekayaan perseroan tidak rush. DPS tidak diwajibkan secar tegas
cukup untuk membayar seluruh kewajiban oleh perundang-undangan untuk turut serta
perseroan, maka setiap anggota Dewan bertanggung jawab atas kesalahan maupun
Komisaris ikut bertanggung jawab atas kelalaiannya tersebut.
kewajiban yang belum dilunasi secara Terkait dengan kesalahan DPS dalam
tanggung renteng. Lebih jauh lagi, melakukan pengawasan, hanya ada satu
pertanggung jawaban atas kepailitan juga ketentuan yang menyatakan bahwa Pihak
berlaku bagi anggota Dewan Komisaris yang Terafiliasi (termasuk di dalamnya DPS)
sudah tidak menjabat selama 5 (lima) tahun yang dengan sengaja tidak melaksanakan
sebelum putusan pailit diucapkan.60 langkah-langkah yang diperlukan untuk
Ketentuan mengenai pertanggung­ memastikan ketaatan Bank Syariah terhadap
jawaban pribadi bagi Dewan Komisaris peraturan perundang-undangan diancam
memiliki arti penting terkait dengan posisi dengan pidana penjara dan pidana denda
Dewan Komisaris sebagai organ perseroan. dengan ketentuan tertentu.61
Fungsi pengawasan yang harus dilakukan Berdasarkan penjelasan hal-hal
Dewan Komisaris sangat berpengaruh tersebut, terlihat jelas bahwa tidak ada
bagi tindakan direksi dalam melakukan pengaturan tegas mengenai sejauh mana
pengurusan. Kesalahan maupun kelalaian DPS harus bertanggung jawab atas tugas
Dewan Komisaris bisa berakibat fatal pengawasan yang dilakukannya, terutama
terhadap keberadaan perseroan khususnya bila dibandingkan dengan Dewan Komisaris
bagi pihak ketiga. Ini lah yang menjadi yang juga memiliki fungsi pengawasan.
dasar mengapa terhadap Dewan Komisaris Mulai dari pengangkatan anggota, tidak ada
dibebankan pertanggung jawaban sampai ketentuan yang mengikat bila ternyata anggota
pada harta pribadinya. DPS yang telah dipilih tidak memenuhi
DPS sebagai otoritas pengawas persyaratan. Penentuan mengenai bagaimana
kepatuhan syariah, yang memiliki fungsi DPS sebagai suatu dewan harus bertindak,

59
Lihat pasal 114 ayat (6) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.
60
Pasal 115 ayat (1) dan (2) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.
61
Pasal 64 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah.
492 MIMBAR HUKUM Volume 21, Nomor 3, Oktober 2009, Halaman 409 - 628

apakah harus bersama-sama sebagai majelis yang lebih bebas dan tidak terikat secara
atau diperbolehkan bertindak secara pribadi lebih tegas menurut peraturan perundang-
juga tidak ada. Ketentuan yang paling undangan untuk bersungguh-sungguh men­
penting mengenai pertanggung jawaban jalankan fungsi pengawasannya.
pribadi atas kesalahan maupun kelalaian
DPS yang merugikan perseroan, dalam hal F. Penutup
ini adalah Bank Syariah, juga tidak ada. Dari DPS sebagai pemegang otoritas
hal-hal tersebut di atas, maka terlihat bahwa pengawasan terhadap kepatuhan syariah
tidak ada ketentuan pertanggung jawaban selayaknya memiliki tanggung jawab yang
yang tegas dan mengikat bagi DPS sebagai diatur melalui ketentuan hukum yang tegas.
pemegang otoritas pengawas kepatuhan Dalam peraturan perundang-undangan
syariah. serta praktik yang dilakukan oleh bank
Kembali pada arti penting kepatuhan syariah, DPS ditempatkan pada posisi yang
syariah, lemahnya pengaturan mengenai sangat strategis. Namun di saat yang sama,
tanggung jawab DPS untuk memastikan posisi tersebut tidak diikat dengan beban
kepatuhan tersebut bisa berimplikasi pada pertanggung jawaban yang kuat sebagaimana
kredibilitas DPS itu sendiri. DPS sebagai yang berlaku bagi organ pengawas lain yaitu
unsur penting dalam pelaksanaan tugas bank Dewan Komisaris. Padahal, kedudukan DPS
syariah memiliki posisi menentukan bagi sangat menentukan terciptanya kepatuhan
kelangsungan operasional bank syariah. syariah yang merupakan unsur utama dalam
Posisi DPS yang sedemikian penting, bahkan keberadaan dan kelangsungan usaha bank
diletakkan sebagaimana kedudukan organ syariah. Dari hasil pembahasan tersebut di
inti bagi pengurusan bank syariah tidak atas, perlu kiranya dilakukan kajian yang
bisa dibiarkan tanpa pengaturan yang jelas. lebih mendalam dan menyeluruh mengenai
Kesalahan dan kelalaian yang dilakukan pertanggung jawaban DPS dalam pengurusan
oleh organ bank syariah sebagai salah bank syariah, terutama dikaitkan dengan
satu bentuk perseroan dibebankan dengan kedudukan DPS sebagai pemegang otoritas
tanggung jawab yang mengikat, sedangkan pengawasan kepatuhan syariah, sehingga
terhadap DPS tidak ada ketentuan tersebut. tercipta sinergi yang kuat antara DPS dan
Hal ini mengakibatkan DPS menjadi unsur organ bank syariah lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku Persada, Jakarta.


Antonio, Muhammad Syafii, 2001, Bank Macey, Jonathan, R. and Miller,Geoffrey,
Syariah dari Teori ke Praktik, Gema P.,1992, Banking Law and Regulation,
Insani, Jakarta. Litle Brown Company, Boston, Toronto,
Daud Ali, Muhammad, 1996, Hukum Islam London.
Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Mufti, Aries dan Sula, Muhammad Syakir,
Islam di Indonesia, PT RajaGrafindo 2007, Amanah bagi Bangsa Konsep
Ilhami, Pertanggungjawaban Dewan Pengurus Syariah (DPS) 493

Sistem Ekonomi Syariah, Masyarakat Islamic Financial Services Board - Guidance


Ekonomi Syariah, Jakarta. on Key Elements in the Supervisory
Prasetya, Rudhi, 1996, Kedudukan Mandiri Review Process of Institutions offering
Perseroan Terbatas Disertai Dengan Islamic Financial Services (excluding
Ulasan Menurut UU Nomor 1 tahun Islamic Insurance (Takaful) Institutions
1995 tentang Perseroan Terbatas, PT. and Islamic Mutual Funds).
Citra Aditya Bakti, Bandung. Islamic Financial Services Board - Guiding
Susanto, Burhanuddin, 2008, Hukum Principles on Corporate Governance
Perbankan Syariah di Indonesia, UII for Institutions Offering Only Islamic
Press, Yogyakarta. Financial Services (Excluding Islamic
Insurance (Takaful) Institutions
B. Artikel Jurnal and Islamic Mutual Funds, Islamic
Sunandar, Heri, “Peran dan Fungsi Dewan Financial Services Board.
Pengawas Syariah (Shari’a Supervisory Peraturan Bank Indonesia Nomor 10/17/
Board) dalam Perbankan Syariah PBI/2008 tentang Produk Bank Syariah
di Indonesia”, Hukum Islam Vol. IV dan UnitUsaha Syariah.
Nomor 2, Desember 2005. Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/3/
PBI/2009 tentang Bank Umum
C. Internet Syariah.
Bank Mega Syariah, “Struktur Organisasi”, Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/23/
http://www.megasyariah.co.id/Profil- PBI/2009 tentang Bank Pembiayaan
StrukturOrganisasi.php, diakses Rakyat Syariah.
tanggal 10 Agustus 2009. Peraturan Bank Iindonesia Nomor 9/1/
Bank Muamalat, “Goes to War Laporan PBI/2007 tentang Sistem Penilaian
Tahunan 2007”, http://bank-muamalat. Tingkat Kesehatan Bank Umum
com/assets/pdf/annual_report/annual_ Berdasarkan Prinsip Syariah.
report_bmi2007.pdf, diakses tanggal Surat Keputusan Ketua Badan Pengawas
10 Agustus 2009. Pasar Modal dan Lembaga Keuangan
Bank Syariah Mandiri, “Struktur Organisasi”, Nomor KEP-181/BL/2009 tentang
http://www.syariahmandiri.co.id/ Penerbitan Efek Syariah.
manajemen/strukturorganisasi.php, Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992
diakses tanggal 10 Agustus 2009. tentang Perbankan sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang Nomor
D. Peraturan Perundang-undangan dan 10 Tahun 1998.
Standar Internasional Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007
Islamic Financial Services Board - Exposure tentang Perseroan Terbatas.
Draft Guiding Principles on Shariáh Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008
Governance System, Islamic Financial tentang Perbankan Syariah.
Services Board.

Anda mungkin juga menyukai