Anda di halaman 1dari 11

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

1. Sindrom Premenstruasi

a. Pengertian Sindrom Premenstruasi

Sindrom Premenstruasi (PMS) adalah suatu kondisi yang terdiri

dari beberapa gejala fisik, emosi dan perilaku yang dialami oleh

seorang perempuan sebelum datangnya siklus menstruasi, yang

menyebabkan ia mengalami gangguan dalam fungsi dan aktifitas

sehari-hari, gejala-gejala tersebut akan menghilang saat menstruasi

tiba (Sylvia, 2010).

Menurut psikiater perempuan dr. Sylvia Detri Elvira, Sp.Jk

seorang wanita bisa dikatakan mengalami sindrom premenstruasi

apabila gejala-gejala yang timbul berlangsung selama 3 kali siklus

haid berturut-turut (Laila, 2011).

b. Etiologi

Menurut Saryono (2009), penyebab terjadinya sindrom

premenstruasi berhubungan dengan beberapa faktor, antara lain:

1) Faktor hormonal

Yakni ketidakseimbangan antara hormon estrogen dan

progesteron. Kadar hormon estrogen sangat berlebih dan

4
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
5

melampaui batas normal sedangkan hormon progesteron

menurun.

2) Faktor kimiawi

Rendahnya kadar dan aktivitas serotonin menimbulkan gejala

sindrom premenstruasi. Peningkatan prolaktin juga menyebabkan

keterlambatan ovulasi dan menurunkan kadar progesteron yang

menyebabkan sindrom premenstruasi.

3) Faktor genetik

Faktor genetik juga memegang peranan penting, yaitu

insidensi PMS dua kali lebih tinggi pada kembar satu telur

(monozigot) dibanding kembar dua telur.

4) Faktor Psikologis

Faktor psikis, yaitu stress sangat besar pengaruhnya terhadap

kejadian PMS. Gejala-gejala sindrom premenstruasi akan

semakin menghebat jika dalam diri wanita terus mengalami

tekanan.

5) Faktor gaya hidup

Makan terlalu banyak garam dapat menyebabkan retensi

cairan. Terlalu benyak mengkonsumsi alkohol dan kafein dapat

mengganggu suasana hati dan melemahkan tenaga. Kurangnya

asupan vitamin B6, Kalsium dan magnesium dapat menyebabkan

gejala sindrom premenstruasi semakin memburuk.


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
6

c. Gejala

Menurut Andrews (2010) gejala klinis yang ditemukan pada sindrom

premenstruasi adalah :

1) Perubahan Fisik

Nyeri tekan dan pembengkakan payudara, perut kembung,

sakit kepala dan migrain, rasa panas dan kemerahan pada wajah

serta leher, limbung, palpitasi, edema perifer, gangguan

penglihatan, ketidaknyamanan panggul, perubahan pola buang

air besar, perubahan nafsu makan, jerawat, dan penurunan

koordinasi.

2) Perubahan psikologis

Tegang, iritabilitas, depresi, perubahan alam perasaan,

penurunan libido, ansietas, gelisah, letargi dan penurunan

konsentrasi.

3) Perubahan tingkah laku

Agorafobia, bolos kerja, kehilangan konsentrasi, penurunan

penampilan kerja, penghindaran aktivitas sosial.

70-90 % gejala PMS akan menyerang wanita usia subur

dan lebih sering ditemukan pada wanita berusia 20-40 tahun.

Gejala akan semakin sering dan mengganggu dengan

bertambahnya usia, terutama usia 30-45 tahun.


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
7

d. Diagnosis

Tidak ada pemeriksaan laboratorium atau penemuan fisik yang

khas untuk memastikan diagnosis PMS. Sejumlah instrumen untuk

mendiagnosia PMS adalah :

1) Metode yang dikembangkan di Universitas California di San

Diego.

Gejala-gejala yang muncul diperlukan sedikitnya gejala

afektif (secara emosional) dan somatik (secara fisik) selama 5

hari sebelum menstruasi pada setiap 3 siklus yang berurutan,

dan tidak harus menyajikan bagian preovulasi dari siklus

(sekitar hari ke-4 sampai hari ke-13).

a) Gejala-gejala afektif termasuk gejala-gejala seperti depresi,

ledakan-ledakan marah, sifat lekas marah, sensitif, cemas,

kebingungan, dan menarik diri.

b) Gejala-gejala somatik seperti pembengkakakn payudara,

abdomen, sakit kepala serta pembengkakakn tangan dan kaki

(Saryono, 2009).

2) Shortened Premenstrual Assessment Form (SPAF)

Merupakan instrumen untuk mendiagnosis PMS yang paling

sering digunakan untuk penelitian. Dalam metode ini terdapat 10

gejala PMS dimana masing-masing gejala diberi skor oleh

responden dengan skala satu sampai enam. Skala satu


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
8

menunjukan tidak muncul gejala sama sekali hingga skala enam

muncul gejala ekstrem.

PMS dikategorikan menjadi tidak ada gejala (total nilai

10), gejala ringan (11-30), gejala sedang (41-50), dan gejala

ekstrem (51-60) (Winoto , 2013).

e. Faktor Risiko

Ada beberapa faktor yang meningkatkan risiko terjadinya PMS,

antara lain yaitu riwayat keluarga, wanita yang pernah melahirkan,

status perkawinan, usia, stres, diet, kekurangan zat gizi, kebiasaan

merokok dan minum-minuman beralkohol, kegiatan fisik yang berat

dan kurang olahraga (Andiyani, 2013).

2. Aktivitas Belajar

a. Pengertian Aktivitas Belajar

Dalam proses pembelajaran, keaktifan peserta didik merupakan

salah satu hal yang sangat penting dan perlu diperhatikan oleh guru

sehingga proses pembelajaran yang ditempuh benar-benar

memperoleh hasil yang maksimal.

Aktivitas belajar adalah aktivitas yang bersifat fisik atau mental

yang terjadi selama proses belajar mengajar. Kegiatan-kegiatan yang

dimaksud adalah kegiatan yang mengarah pada proses belajar

mengajar seperti bertanya, mengajukan pendapat, mengerjakan

tugas-tugas, dapat menjawab pertanyaan guru dan bisa bekerjasama


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
9

dengan siswa lain, serta bertanggung jawab terhadap tugas yang

diberikan (Sardiman, 2014).

Aktivitas belajar pada mahasiswi kebidanan meliputi

penyampaian teori dan praktikum. Teori adalah kegiatan proses

pembelajaran di kelas dengan menggunakan ceramah diskusi,

seminar, dan penugasan. Sedangkan yang dimaksud dengan

praktikum adalah kegiatan proses pembelajaran yang dilaksanakan di

kelas dan laboratorium, baik di kampus maupun di lahan praktik

untuk melatih keterampilan yang berfokus kepada integritas ilmu

dan teknologi dalam melakukan praktik klinik. Kegiatan ini dapat

menggunakan metode simulasi demonstrasi role play dan bed-side

teaching.

Praktik di laboratorium terdiri dari praktikum biomedik dan

Skill Lab. Praktikum Skill Lab menggunakan 3 tahap pembelajaran

yaitu praktik terbimbing, mandiri dan responsi.

b. Jenis- Jenis Aktivitas Dalam Belajar

Menurut Paul B Diedrich dalam Sardiman (2014) aktivitas yang

dapat digolongkan sebagai berikut:

1) Visual activities, yang termasuk didalamnya misalnya, membaca

memperhatikan gambar demonstrasi, percobaan, pekerjaan

orang lain.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
10

2) Oral activities, seperti: manyatakan, merumuskan, bertanya,

memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan

wawancara, diskusi, interupsi.

3) Listening activities, sebagai contoh mendengarkan: uraian,

percakapan, diskusi, musik, pidato.

4) Writing activities, seperti misalnya menulis cerita, karangan,

laporan, angket, menyalin.

5) Drawing activities, misalnya: menggambar, membuat grafik,

peta, diagram.

6) Motor activities, yang termasuk didalamnya antara lain:

melakukan percobaan, membuat konstruksi, model mereparasi,

bermain, berkebun, beternak.

7) Mental activities, sebagai contoh misalnya : menanggapi,

mengingat, memecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan,

mengambil keputusan.

8) Emotional activities, seperti misalnya, menaruh minat, merasa

bosan, gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup.


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
11

c. Faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas belajar

Faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas belajar antara lain :

1) Faktor dari luar pelajar

a) Faktor-faktor non sosial

Misalnya : keadaan udara, suhu, cuaca, waktu (pagi, siang

atau malam), tempat, letak dan alat-alat yang dipakai untuk

belajar ( buku, alat peraga,materi pelajaran dan lain-lain).

b) Faktor-faktor sosial

Yang dimaksud disini adalah keluarga, sekolah dan

masyarakat (Suryabrata, 2014).

2) Faktor dari dalam pelajar

a) Faktor-faktor fisiologis

Meliputi keadaan tonus jasmani pada umumnya yaitu nutrisi

yang cukup dan beberapa penyakit kronis.

b) Faktor-faktor psikologis

Faktor-faktor psikologis yang mempengaruhi aktivitas

belajar adalah faktor-faktor pendorong yang mampu

memobilisasikan energi psikis untuk belajar (Syah, 2012).


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
12

3. Hubungan antara Tingkat Sindrom Premenstruasi dengan Aktivitas

Belajar pada Mahasiswi Kebidanan

Menurut penelitian Saputri (2010) terdapat hubungan antara sindrom

premenstruasi dengan aktivitas belajar, dari hasil yang peneliti diperoleh

ada kecenderungan semakin berat sindrom premenstruasi maka semakin

rendah aktivitas belajar dan semakin ringan sindrom premenstruasi maka

semakin tinggi aktivitas belajarnya.

Hal ini juga sesuai dengan teori yang disampaikan Jessica dalam

Ardiarna (2012) bahwa aktivitas belajar dipengaruhi oleh faktor yang

terdiri dari dua aspek yaitu fisiologi dan psikologi. Aspek fisiologis yaitu

kondisi kesehatan jasmani individu yang meliputi kesehatan badan dan

panca indera. Sedangkan aspek psikoliogi menyangkut kesehatan psikis

seperti kecerdasan (intelegensi dan emosional), sikap, bakat, minat, dan

motivasi.

Menurut Nursalam dan Effendi (2008) yaitu keadaan mahasiswi

secara jasmani dan rohani akan mempengaruhi belajar. Kondisi

jasmaniah dan rohaniah yang sehat akan mendukung pemusatan

perhatian dan gairah dalam belajar. Gejala fisik, psikis, dan tingkah laku

sindrom premenstruasi merupakan keadaan jasmaniah dan rohaniah yang

tidak sehat, hal inilah yang menyebabkan terganggunya aktivitas belajar.


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
13

B. Kerangka Konsep Penelitian

Perubahan Fisiologis :
Nyeri payudara, nyeri
perut, nyeri otot, edema,
merasa kembung, BB

Perubahan Psikologis : Aktivitas


Sindrom Mudah marah, merasa Belajar
Premenstruasi sedih, stress, merasa tidak
mampu mengatsi pekerjaan
sehari-hari

Perubahan tingkah laku :


Kehilangan kosentrasi,
penghindaran aktivitas
sosial.

1. Riwayat keluarga 1. Lingkungan


2. Wanita yang pernah 2. Sarana Prasarana
Keterangan
melahirkan: 3. Keadaan sosial
3. status perkawinan
4. Usia
5. Stres
6. Diet
7. kekurangan gizi
8. alkohol dan merokok
9. kegiatan fisik

: area yang diteliti

: area yang tidak diteliti

Gambar 3.1 Kerangka Konsep


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
14

C. Hipotesis

Hipotesis penelitian ini adalah “Ada hubungan antara tingkat sindrom

premenstruasi dengan aktivitas belajar pada mahasiswi kebidanan.”

Anda mungkin juga menyukai